11. KEPERCAYAAN DAN PASRAH I. PASRAH PADA SANTA THERESIA Menurut para ahli hidup rohani, sikap pasrah bukan merupakan suatu kebajikan tersendiri, tetapi suatu gabungan dari kebajikan-kebajikan. Bossuet, seorang ahli hidup rohani Perancis, mengatakan bahwa pasrah ini merupakan satu gabungan, satu sintese dari faal-faal iman dan pengharapan yang paling sempuma, dan cinta kasih yang paling murni serta kesetiaan. De Caussade, dalam bukunya 'Penyerahan Diri pada Penyelenggaraan Ilahi' mengatakan, bahwa penyerahan diri merupakan campuran dari iman, harapan dan cinta kasih, dalam satu faal yang mempersatukan hati manusia dengan Allah dan karyaNya. Santo Fransiskus dari Sales melihat pasrah sebagai suatu kebajikan dari segala kebajikan. Pasrah merupakan pucuk dari cinta kasih, bau harum dari kerendahan hati, jasa-jasa dari kesabaran dan kesetiaan dari ketekunan. Bila mereka diminta untuk menunjukkan unsur yang paling dominan dari sikap kepasrahan ini, maka para pengarang rohani menjadi ragu-ragu. Kadang-kadang orang melihat yang menonjol adalah pengharapan, sedang yang lain melihat unsur cinta kasih yang dominan. Mereka berbicara tentang penyerahan atau pasrah kepada kehendak Allah. Nampaknya dalam ajaran Santa Theresia, pasrah ini lebih terdapat pada garis pengharapan, namun di bawah dorongan cinta kasih, sehingga pasrah pada Theresia berakar pada iman akan Allah sebagai Bapa, yang cinta kasihNya begitu maha rahim, yang memelihara dan mengatur segala sesuatu demi kebaikan anak-anakNya. Tetapi secara formal, pasrah merupakan faal tertinggi dari kebajikan pengharapan, yang menemukan mahkotanya dalam cinta kasih. Pada Santa Theresia, hidup kepasrahan ini merupakan sintesis dari hidup teologalnya dan merupakan poros dari spiritualitasnya. II. SANTA THERESIA, ORANG KUDUS DARI KEPASRAHAN Kepasrahan adalah suatu sikap hidup yang sangat penting di jaman modem sekarang ini, karena begitu banyak orang mengalami keputusasaan. Dengan caranya sendiri, yaitu memberikan senyuman, Theresia menunjukkan kepada kita arti pengharapan Kristiani, mewartakan secara baru tentang hidup kita sebagai manusia dalam rencana Allah. Manusia modem yang terikat dan terpancang oleh mesin-mesinnya, yang begitu terikat oleh bumi ini tidak bisa lagi menengadah ke atas, sehingga tidak bisa lagi merasakan perkara-perkara surgawi. Sejak semula Gereja tidak henti-hentinya mewartakan pengharapan Kristiani - Aku menantikan kehidupan yang kekal dalam Credo Panjang. Di tengah-tengah perjuangannya sehari-hari, Gereja merindukan perkaraperkara abadi, merindukan sukacita dan kebahagiaan abadi. Jasa Theresia yang paling besar ialah - 139 - menonjolkan suatu kebajikan yang paling dinamis, namun justru yang paling dilupakan oleh para pengarang rohani kita, yaitu pengharapan dan pasrah. Banyak pengarang rohani menekankan aspek kerendahan hati, mati raga, kebaktian kepada Allah, pemeriksaan batin, dsb, tetapi mereka melewatkan pengharapan begitu saja. Padahal pengharapan adalah kebajikan tertinggi dari manusia yang sedang berziarah menuju tanah air surgawinya. Seperti apa yang dikatakan oleh Santo Petrus: 'Kita ini sedang dalam perjalanan menuju tanah air surgawi.' Pengharapan mendorong manusia untuk mencapai kesucian dengan setiap saat memberikan kepastian akan bantuan ilahi yang tidak terbatas. Allah akan senantiasa membantunya. Orang sering melupakan bahwa pengharapan tempatnya berada di atas iman dan secara mendalam dipersatukan dalam cinta kasih. Kebajikan ini terdapat di dalam daya jiwa yang paling dominan, di mana manusia didorong menuju kepada Allah, yaitu: kehendak. Seperti Gereja, Santa Theresia juga hidup melulu bagi surga yang baginya bukan lain daripada Allah sendiri. Pandangan dan kerinduannya selalu terarah pada surga, yang membuatnya selalu rindu untuk menemukan kebaikan tertinggi. Seluruh hidupnya dikuasai oleh tujuan akhir yaitu perkara-perkara abadi dan memperoleh kesucian, tanpa membiarkan diri dihalangi oleh rintangan apapun juga. Dengan bersandar kepada Allah, dia tidak pernah mundur, tetapi sambil tersenyum dia menerima segala pencobaan yang bertubi-tubi, hambatan dalam panggilan dan hidup religiusnya, khususnya pencobaan batin terbesar yang dialami pada akhir hidupnya untuk memurnikan iman dan harapannya. Para saksi dalam proses kanonisasinya terus menerus mengungkapkan hal yang sama, bahwa dalam kesukaran-kesukaran hidup nampaklah pengharapan Theresia yang tidak terkalahkan. 'Kepercayaan kepada Allah merupakan meterai jiwanya.' Dia tidak pernah putus asa. Dalam tiap keadaan, Theresia menunjukkan suatu kepercayaan yang tidak tergoyahkan, suatu kepercayaan kanak-kanak yang tidak pernah raguragu akan kuasa doa. Dalam hal biasapun ia selalu meminta suatu rahmat dari Allah dan dengan kepercayaan teguh mengharapkannya sebab dia yakin bahwa ia berpaling kepada seorang Bapa yang maha baik dan maha kuasa. Cita-cita Theresia ialah kerinduan menjadi suci dan untuk mencapai tujuan ini dia berharap pada Kristus. Dia tidak pemah ragu-ragu sedikitpun, bahwa dia akan sampai pada kesucian. Memang Santa Theresia merindukan kesucian yang tinggi dan dalam hal ini dia tidak selalu dapat dimengerti. Beberapa bapa pengakuan dan pemberi retret justru me1umpuhkan dorongannya untuk maju. Suatu hari Theresia mengatakan kepada seorang pembimbing retret: 'Romo, saya ingin menjadi seorang kudus, saya ingin mencintai Allah sama seperti Santa Teresia.' Namun pemimpin retret itu mengomentari bahwa dia itu amat sombong dan tidak usah berkhayal. - 140 - Suster Theresia harus menunggu, sampai pada suatu saat ia bertemu dengan Romo Alexis dari Cannes, seorang Romo Fransiskan. Theresia merasa dirinya dimengerti ketika berbicara dengan imam itu. Dan Romo itu seolah-olah mengatakan pada Theresia: 'Kembangkanlah layarmu dan berlayarlah ke lautan bebas.' Theresia mengatakan, bahwa sejak saat itu, romo Alexis mengembalikan damai dalam hatinya. Dalam Riwayat Suatu Jiwa dikatakan bahwa perjumpaan dengan romo Fransiskan ini merupakan suatu saat yang menentukan dalam hidup Theresia, di mana ia akhirnya menemukan kebebasan dan keberanian untuk beIjalan terus. Sejak saat itu Theresia bisa dengan aman dan penuh kepercayaan menyerahkan diri pada rahmat Allah, menghayati hak-haknya yang istimewa sebagai anak Allah dan mengembangkan kepercayaannya kepada kebaikan Allah sebagai Bapa, bahkan sampai pada tingkat yang sangat tinggi, yaitu sampai pada suatu kepercayaan yang tak tergoyahkan, yang bagi orang lain yang tidak menyelami jiwanya dapat tampak sebagai suatu kecandangan. Setelah Theresia diteguhkan mengenai jalan rohaninya, ia menyerahkan diri tanpa hambatan pada dorongan batinnya sendiri dan mulai saat itu kepercayaannya pada Tuhan terus berkembang dan mencapai perkembangan yang tinggi sampai kepada pasrah yang sempurna. Suster Theresia kemudian diserahi tugas membimbing para novis. Pada saat itu dia mempunyai suatu kepercayaan yang tak terbatas kepada kerahiman Allah dan mau membawakan kepercayaan ini kepada mereka yang dibimbingnya; dia mau memberi keyakinan ini ke dalam diri para novisnya. Salah satu dari mereka memberi kesaksian, bahwa mustahil rasanya untuk menemukan kepercayaan yang lebih tinggi kepada Allah. Dan menurut kesaksian ini pula Santa Theresia sering menyatakan kepada mereka, apa yang dikatakan oleh Santo Yohanes dari Salib: 'Setiap orang memperoleh dari Tuhan sebanyak yang diharapkannya dari Dia', artinya semakin orang mengharapkan banyak, semakin banyak ia akan menerima. Suster Theresia berkata bahwa dia merasakan keinginan yang tidak terbatas dalam dirinya untuk mengasihi Allah, untuk memuliakan Dia dan untuk menjadikan Dia dicintai. Dengan suatu kepercayaan pasti, bahwa semuanya itu akan direalisir, kecuali bila kita menempatkan batas-batas kepada kerinduan ini dan itu berarti meremehkan kebaikan Allah yang tidak terbatas. Karena Allah itu tidak terbatas, maka keinginan-keinginan kitapun bisa tidak terbatas. Maka Theresia juga mengatakan: Keinginanku yang tidak terbatas itulah kekayaanku --- keinginan untuk menyelamatkan jiwajiwa. Maka bagi saya kata-kata Yesus merupakan suatu realitas "Kepada mereka yang memiliki, akan diberi secara berlimpah-limpah." Dalam pelajaran-pelajarannya kepada para novis, ia secara khusus menekankan kepercayaan - 141 - kepada Allah. Semua nasehat dan teguran kepada para novisnya yang diberikan pada saat-saat sulit, juga surat-surat yang ditulisnya kepada para misionaris, semuanya merupakan khotbah dan pewartaan tentang kepercayaan kepada Allah. Saat mengalami satu pencobaan yang besar, yaitu penyakit ayahnya yang mengakibatkan ia harus masuk rumah sakit jiwa, secara manusiawi hal ini akan menghancurkan kepercayaan Theresia kepada penyelenggaraan Allah. Tetapi sebaliknya hal itu merupakan suatu kesempatan bagi Theresia untuk memelihara kepercayaannya dengan diam dalam keheningan dan dalam heroisme yang besar. Selama masa pencobaan ini, Theresialah yang selalu menjadi topangan saudari-saudarinya me1alui kepasrahannya yang tidak terkalahkan. Teristimewa kepercayaannya diuji pada akhir hidupnya, sehingga pencobaan-pencobaan ini merupakan pemurnian yang dahsyat dalam pengharapan. Dan pencobaan itu membawa Theresia semakin serupa dengan Kristus sendiri. Santa Theresia sendiri dalam riwayat hidupnya melukiskan secara sederhana, sekaligus sangat dramatis, mengenai Malam Gelap yang harus dialaminya. Pada akhir hidupnya, dia justru mengalami penderitaan seperti Tuhan Yesus sendiri. Theresia menulis dalam otobiografinya: 'Para martir pergi ke tempat hukuman dengan bernyanyi, tapi Rqja para martir menjalani hukumanNya dalam ketakutan, mengalami ditinggalkan Allah.' Di sini kita melihat penderitaan Theresia yang sangat besar, namun kepercayaannya kepada Allah tidak pernah goyah. Kita melihat bagaimana kepercayaan Theresia yang tidak terbatas pada Allah, sehingga pada saat-saat yang paling mengerikan dia masih bisa berkata: 'Kalau Engkau menghendaki, saya masih siap untuk menanggungnya'. Dengan demikian dia menyempumakan kebajikan pengharapannya. Saat-saat terakhir hidupnya bukan hanya merupakan pemurnian bagi diri sendiri, tetapi memiliki nilai redemtif, penderitaan yang membawa keselamatan bagi orang lain. Santa Theresia sendiri mengakui bahwa selama bertahun-tahun dia harus berjuang dalam batinnya untuk bisa sampai pada kepercayaan yang begitu tinggi. Kepercayaan yang demikian itu jelas datangnya dari Allah. Segala usaha manusia itu tidak ada artinya dalam hal ini. Bagaimana Theresia dapat melupakan hal ini? Dia memang tidak pemah me1upakannya, sebab Theresia menyadari kelemahannya sebagai seorang anak kecil untuk tidak bersandar pada kekuatannya sendiri. Theresia semata-mata mengharapkan dan bersandar pada rahmat dan bantuan Allah. Ini yang dikatakan olehnya : Saya merasakan diri saya sangat lemah tetapi kepercayaan saya tidak berkurang karenanya. sebaliknya kepercayaan itu semakin meningkat, dengan bertambah kelemahanku. - 142 - Inilah ciri kerendahan hati yang sangat mendalam. Kerendahan hati yang dari satu pihak menyadari ketidakberdayaannya yang mutlak, tetapi di pihak lain kepercayaan yang tidak terbatas kepada Allah. Theresia mengatakan: 'Oleh karena rahmat-rahmat Allah, saya menjadi kaya.' Pengharapannya pada Allah tidak pernah berkurang, bahkan saat jiwanya tenggelam dalam kege1apan yang paling pekat, yaitu bila doa-doanya seolah-olah tidak didengarkan, bila segala sesuatu yang diinginkannya mendapat tantangan. Dia mengatakan: Mungkin Allah akan menjadi cepat jemu dalam mencobai saya, daripada saya bisa meragukan kebaikanNya. Bahkan seandainya, bila Dia membunuh saya, sayapun masih akan tetap berharap kepadaNya. Bila sete1ah Theresia berdoa dengan sungguh-sungguh pada Allah atau pada orang-orang kudus dan merasa bahwa doa-doanya tidak didengarkan, dia masih bisa mengucap syukur dan berkata : Mereka mau melihat sampai sejauh mana saya bisa berharap. Saya bisa merendam diri dalam pengharapan akan Allah yang baik, yang menghendaki saya menyerahkan diri sebagai seorang anak kecil yang tidak kuatir akan apapun, tentang apa yang mau dilakukan terhadapnya. Allah mengukur karunia-karunia yang diberikanNya sesuai dengan kepercayaan kita. Seperti yang dikutip oleh Santo Yohanes Salib: 'Kita memperoleh dari Allah sebanding dengan kepercayaan dan pengharapan kita.' Injil tentang perumpamaan para pekerja di kebun anggur sangat mempesonakannya. Inilah komentar Theresia : Lihatlah, bila kita sungguh-sungguh pasrah dan meletakkan seluruh pengharapan dan kepercayaan kita kepada Allah, sambil kita berusaha menjalankan tugas dengan usaha-usaha kita yang lemah dan mengharapkan segala-galanya dari kerahimanNya, maka kita akan diberi upah dan diperkaya sama seperti para kudus yang paling besar. Dalam diri Theresia akhirnya pengharapan dan kepercayaan yang tidak pernah goyah menjadi nyata dan mencapai kepenuhannya yang besar, yang tidak bersandar pada jasa-jasanya sendiri, tetapi bersandar semata-mata kepada Allah yang Mahakuasa dan kepada penyelenggaraanNya yang besar, seperti yang dikatakannya: 'Saya tidak bersandar pada pikiran dan kekuatan saya, tetapi semata-mata pada Allah. Saya sungguh sadar betapa lemahnya saya ini.' Di sini kita jumpai paradoks Santa Theresia. Di satu pihak dia sadar akan kelemahannya, tetapi di pihak lain - 143 - dia menganjurkan untuk tidak takut mengharapkan banyak dari Allah dan memohon banyak dariNya. Dia mengajarkan supaya kita berdoa pada Allah secara demikian : Saya tahu bahwa saya tidak akan pernah layak untuk menerima apa yang saya harapkan, tetapi sebagai seorang pengemis yang kecil saya mengulurkan tangan saya kepadaMu. Saya yakin Engkau akan mendengarkan saya sepenuhnya karena Engkau maha baik. Pada akhir hidupnya, pandangan Theresia sudah berubah mengenai arti penderitaan. Ketika masih kecil Theresia memiliki kerinduan yang besar untuk menderita, tetapi pada akhir hidupnya, dia tidak minta penderitaan. Dia berkata : Saya tidak lagi meminta penderitaan, karena saya tahu, bila saya minta penderitaan, saya harus menanggungnya sendiri. Tapi saya pasrah kepada Allah. Kalau Tuhan memberikan penderitaan, saya terima dengan segenap hati dan saya tidak takut menerimanya. Karena bila terdapat penderitaan, maka Tuhan akan memberikan rahmat untuk menanggungnya. III. KEPASRAHAN CINTA KASIH Egois dan pasrah adalah dua sikap yang saling bertentangan. Santo Fransiskus dari Sales, Uskup Geneva, yang disebut 'guru dari pasrah' berbicara mengenai penyangkalan diri suatu jiwa yang bersatu dengan Allah. Ini adalah inti pengajaran Santo Fransiskus yaitu pasrah dalam cinta kasih dan persamaan atau keserasian kehendak dengan kehendak Allah, artinya kita hanya menghendaki apa yang dikehendaki Allah dan menginginkan apa yang diinginkan oleh Allah, mencintai apa yang dicintai Allah. Selanjutnya dikatakan, bahwa hidup kita harus ditandai oleh kelepasan yang sempurna, yang disebutnya sebagai ketidakpedulian suci (holy indifference), maksudnya dengan terbuka mau menerima segala sesuatu yang datang dari tangan Allah sebagai kehendakNya. Jadi bila Allah menghendaki suatu penderitaan, maka terimalah salib itu dengan sukacita; begitu pula bila Allah memberi hiburan, terimalah dengan hati terbuka. Santo Fransiskus sungguh-sungguh sempurna di dalam kepasrahan pada Tuhan dengan sikap ketidakpedulian suci ini dan keterbukaan pada kehendak Allah. Pasrah di sini tidak sama dengan nasib, tapi keyakinan akan penyelenggaraan Allah, kebaikan Allah, bahwa Tuhanlah yang secara aktif memelihara dan membimbing kita. Santo Fransiskus mengajarkan suatu sikap pasrah di hadapan Tuhan, supaya kita tidak meminta sesuatupun, namun juga tidak menolak apa yang diberikan. Kita tidak mau meminta sesuatu bukan karena sombong, tetapi karena percaya bahwa Tuhan maha baik. Ia memelihara hidup dan memberikan yang terbaik bagi kita. Demikian juga sikap yang sama kita jumpai pada ajaran - 144 - Theresia dalam pasrah. Bukan berarti Santa Theresia tergantung sepenuhnya dari Santo Fransiskus (meskipun semangat Fransiskus sangat menjiwai keluarganya), walaupun memang ada pengaruh secara tidak langsung. Kedua-duanya dijiwai oleh kerinduan dan semangat cinta kasih yang murni terhadap Allah. Cinta kasih membuat dua orang ini memiliki satu kehendak saja, yaitu: 'Bila saya mengasihi Allah, saya hanya menginginkan apa yang dikehendaki Allah.' Sikap pasrah yang penuh kepercayaan akan dengan segera mempersatukan kehendak kita dengan Allah. Kita analisa sedikit bagaimana seseorang dapat belajar pasrah. Pertama, karena saya percaya pada Allah. Dia mengasihi, mencintai, mengetahui segala sesuatu dan menghendaki yang terbaik pada diri saya. Dari keyakinan ini timbul suatu kepasrahan, timbul suatu penyerahan sampai akhirnya mengalir kepada keinginan akan apa yang dikehendaki Allah, yaitu persatuan kehendak denganNya. Kita melihat hidup Yesus sendiri: "Aku datang ya Allah, untuk melakukan kehendakMu. MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku. Putera tidak melakukan sesuatupun kecuali yang dilihatNya pada Bapa" (Ibr 10:9; Yoh 4:34; 5:19)..Yesus juga memberi kesaksian, bahwa Allah mengasihi Putera, karena Dia tidak mencari lain kecuali kehendak Bapa. Sebenarnya inilah kebahagiaan yang tertinggi di surga kelak, yaitu hanya ada satu kehendak, di mana kita akan mengamini kehendak Allah secara sempuma. Saya akan melihat bahwa segala sesuatu berasal dari Allah, sehingga saya tidak akan mencari dan menginginkan apapun kecuali kehendak Allah. Di dunia ini kehendak saya bertolak belakang dengan kehendak Allah dan saya tidak dapat melihat kehendak Allah yang suci karena seringkali saya dikuasai oleh hawa nafsu. Dalam diri Santa Theresia kita melihat sikap pasrah yang penuh kepercayaan bermuara dalam kesatuankehendak Allah. Apa yang disebut jalan kecil tentang pasrah dan cinta kasih, pada dasarnya sama dengan ajaran Injil yang paling dalam, yaitu kehendak Allah sendiri. Di atas salib Yesus mengungkapkan kepasrahanNya yang total pada Bapa: "Bapa ke dalam tanganMu, Kuserahkan RohKu." Selama hidupNya Yesus tidak mencari hal lain, kecuali melakukan kehendak BapaNya. Oleh sebab itu jalan pasrah ini membawa kita pada penyerahan diri yang total kepada Allah. Masa lampau, masa sekarang, masa yang akan datang kita serahkan kepada Allah. Ada yang memberi kesaksian pada proses kanonisasi mengatakan, bahwa suster Theresia tidak pemah meminta hiburan sedikitpun untuk dirinya sendiri. Segala sesuatu diterimanya dari tangan Allah dengan penuh sukacita. Keserasian kehendak dengan kehendak Allah ini bahkan dijumpai pada wajahnya. Di tengah-tengah segala kesukaran dan godaan-godaan yang dahsyat, ia selalu - 145 - menampakkan wajah yang ceria dan ramah. Bahkan pada puncak kesuciannya, Santa Theresia tidak berani meminta penderitaan. Dia hanya mau menjalani jalan penyerahan dan pasrah. Theresia yang sebelumnya rindu untuk mati sebagai martir, sekarang memilih kehendak Allah di atas segalagalanya. Ia mengatakan : Sekarang saya tidak memiliki keinginan apa-apa lagi, kecuali keinginan untuk mencintai Yesus sampai sehabis-habisnya (to love Jesus unto folly). Ya, hanya pasrah itu sqja yang menarik saya, saya tidak menginginkan baik penderitaan ataupun kematian. Hanya pasrah sqja yang menjadi pembimbingku, saya tidak mempunyai kompas yang lain, kecuali kehendak Allah. Saya tidak bisa meminta sesuatu lagi dengan penuh gairah; kecuali pelaksanaan yang sempuma dari kehendak Allah terhadap jiwaku. IV. HIDUP PADA SAAT INI Salah satu buah terindah dari sikap pasrah adalah pengudusan saat ini. Jiwa yang telah memiliki kebebasan, hidup berdamai dengan Allah dalam suatu kepercayaan yang total terhadap penyelenggaraanNya, tanpa memikirkan diri sendiri dan tidak menguatirkan masa mendatang. Betapa banyaknya manusia yang berada dalam perjalanan menuju Allah dilumpuhkan oleh kenangan masa lampau ataupun kekuatiran masa depan. Banyak orang diganggu oleh masa lampaunya dan kekuatiran akan masa depan. Masa yang lampau itu sudah berlalu, sudah tidak ada lagi dan masa depan itu belum nyata. Begitu banyak kekuatiran yang sia-sia. Santa Theresia hidup semata-mata pada saat ini dan tidak mau menengok masa lampau atau melihat masa depan. Tetapi dia mau hidup pada saat ini saja. Maka dalam hidupnya Theresia sungguh-sungguh hidup pada saat ini. Dikatakannya: Kita yang menempuh jalan cinta kasih, tidak boleh kuatir akan apapun juga. Seandainya saya tidak menderita dari saat ke saat, maka saya tidak akan mampu tetap bersabar. Saya hanya melihat masa sekarang ini. Saya melupakan masa lampau dan saya juga tidak mau melihat masa depan dengan segala kekuatiran. Oleh karena itu Santa Theresia juga hanya mau hidup sekarang ini dalam penderitaannya karena ia yakin bahwa pada saat inilah Allah memenuhi kehendakNya. Dalam hal ini Theresia berpegang pada sabda Yesus : "Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari" (Mat 6:34). Theresia mengungkapkan pandangannya ini dalam suatu puisi yang indah: - 146 - Hanya untuk hari ini Hidupku adalah satu saat, satu jam yang berlalu. Hidupku adalah satu saat yang tak terpegang dan tak kukuasai. Engkau tahu, ya Tuhan, Untuk mencintaiMudai dunia ini, Aku hanya punya hari ini. Peduli amat Tuhan, bila masa depan tampak kelabu. Berdoa untuk esok, tidak! Aku tak mampu. . . . Jagalah hatiku murni. Tudungi aku dengan bayang-bayangMu, Hanya untuk hari ini. Jika aku berpikir tentang hari esok Aku akan takut goyah. Dalam hati kurasakan munculnya kesedihan dan kebosanan, Tapi saya rela menerimanya, Tuhan, penderitaan, percobaan, Hanya untuk hari ini. Segera ku kan terbang untuk memujiNya, Bila hari tanpa malam, Akan bersinar atas jiwaku. Maka kan kunyanyikan dengan kecapi para malaikat, Hari ini yang abadi. Puisi ini ditulis Theresia pada saat-saat terakhir hidupnya. Dia mengungkapkan kepercayaannya kepada Allah hanya untuk hidup hari ini saja. - 147 - V. JALANKU SEMATA-MATA KEPERCAYAAN DAN CINTA KASIH Melalui pengajaran tentang pasrah, Santa Theresia dari Lisieux telah menyadarkan dan memulihkan kembali tempat bagi suatu kebajikan Kristiani, yaitu pengharapan. Kebajikan ini merupakan suatu dorongan yang sangat kuat untuk hidup rohani kita. Theresia mengatakan bahwa hanya kepercayaan saja yang harus membimbing kita sampai pada cinta kasih. Santa Theresia tanpa jemu-jemu mengajarkan Injil tentang kerahiman dan pengampunan kepada jiwa-jiwa yang dalam perjalanannya menuju kepada Allah dilumpuhkan oleh ingatan akan dosa-dosanya. Tuhan tidak pernah memperhitungkan kelemahan-kelemahan kita; Dia mengerti sedalam-dalamnya kerapuhan kodrat kita. Tuhan memberikan karunia khusus kepada Theresia untuk mengungkapkan kepercayaan terhadap cinta kasih Allah yang tiada batasnya itu dengan kata-kata yang diilhami, yang dapat digolongkan pada bagian terindah literatur Kristen tentang kebajikan, yaitu kebajikan pengharapan. Pada halaman-halaman yang ditulisnya terungkaplah motivasi termurni dari kebajikan pengharapan. Dalam kehidupannya, Theresia tidak pernah bersandar pada jasa-jasanya. tidak juga pada kesetiaannya. melainkan semata-mata hanya kepada kemahakuasaan dan cinta kasih Allah yang Maharahim Kita melihat bagaimana Theresia telah mengembalikan suatu gagasan yang benar tentang kerahiman Allah. Santa Theresia sungguh seorang revolusioner dalam hal ini. karena dia mengungkapkan suatu jalan yang sangat injili. Walaupun dia telah melakukan banyak hal, motivasinya melulu untuk menyenangkan hati Allah, bukan untuk meminta balas jasaNya. Ia merasa, bahwa kasih Tuhan jauh lebih besar dibandingkan dengan perbuatan-perbuatan yang dilakukannya. Maka Theresia tidak pernah mengingat-ingat jasa-jasanya, tetapi mempersembahkan segalanya demi cinta kepada Allah. Salah satu ungkapan Theresia adalah : Saya mau tetap jadi miskin. Apa yang saya kerjakan, saya persembahkan pada Tuhan demi pertobatan orang-orang berdosa, sehingga tidak ada jasa apapun untuk diriku. Saya mau tampil di hadapan Tuhan dengan tangan kosong sebagai seorang yang miskin, tetapi dengan pengharapan yang tak terbatas akan kerahimanNya. Bila kita mempunyai sikap seperti itu. maka banyak hal yang tampaknya mustahil. akan menjadi mungkin. Kekuatan cinta kasih dan kepercayaan sesungguhnya lebih dahsyat bila dibandingkan dengan segala kekuatan karena ketakutan atau ingin mendapat balas jasa. Semakin murni hidup seseorang, serta semakin murni motivasinya untuk berkarya semata-mata hanya untuk Tuhan, maka akan semakin besar pula keberaniannya dalam karya-karya untuk Allah. Jika kita berkarya bukan untuk mencari jasa atau nama, maka tidak perlu takut kehilangan apa-apa, karena menyadari bahwa kita tidak mempunyai apa-apa. Sebaliknya orang-orang yang mencari nama, - 148 - akan menjadi seperti Pilatus, artinya mengikuti apa yang lebih menguntungkan; lebih mempertimbangkan apa kata orang daripada mengikuti kebenaran dan kebenaran itu sendiri menjadi relatif. Sebaliknya seorang seperti Paulus, dapat mewartakan Injil dengan berani dan tidak takut kehilangan apa-apa, bahkan tidak takut mati, karena dia hanya didorong oleh kasih Kristus, sehingga ia dapat melakukan perkara-perkara besar. Mengapa ? Karena motivasinya semata-mata ialah demi cinta kepada Kristus (bdk 2 Kor 5: 14). Ketika Theresia mengalami kegairahan yang menggebu-gebu, yaitu saat ia mulai tersentuh oleh kasih Allah, dia merasa Tuhan telah memberikan banyak sekali, maka ia ingin membalasnya dengan menderita bagi Allah. Tetapi setelah mencapai kesempumaan dalam kasih, dia melihat bahwa keinginan menderita masih memiliki 'ego'. Akhirnya dia menyadari, bahwa Tuhan mengetahui yang paling baik dan mengubah pandangannya ke dalam penyerahan diri pada kehendak Allah. Meskipun dalam kenyataan menunjukkan bahwa di akhir hidupnya Theresia menderita, tetapi dia tidak melekat pada penderitaan itu. Apa yang dikehendaki Tuhan, itulah yang diinginkan Theresia dan ini merupakan kebahagiaannya. Dalam riwayat hidupnya Theresia mengatakan, bahwa para martir menuju tempat hukuman dengan sukacita, tetapi Raja para martir menjalani hukumanNya dalam ketakutan. Theresia merindukan untuk mati seperti Yesus. Pada saat terakhir hidupnya ia berada dalam ketakutan yang luar biasa sampai kakaknya, muder Agnes, mengalami shock besar sekali. Di satu pihak dia tahu, bahwa adiknya ini orang suci, tetapi di lain pihak dia melihatnya dalam sakrat maut seperti seorang pendosa besar. Dengan hati yang amat sedih; muder Agnes berlari menuju patung salib yang ada di kebun dan ia berdoa dengan sungguh-sungguh untuk adiknya. Dan melalui kata-kata terakhir yang diucapkan Theresia 'Yesus, aku mencintaiMu', mereka baru menyadari persatuannya dengan Allah yang amat mendalam - tanda bahwa ia menyerahkan hidupnya pada Allah. Bedanya dengan orang berdosa, ialah bahwa mereka itu mati dengan memaki dan menghujat Allah. Theresia memang mengalami ketakutan yang besar, tetapi tidak pernah terucapkan satu kata hujatanpun dari mulutnya, bahkan sebaliknya dia mengatakan 'Yesus, aku mencintaiMu'. Dalam situasi seperti yang dialami Theresia, perkataan semacam itu hanya mungkin keluar dari hati yang sangat suci - 149 - - 150 - 12. KESETIAAN BALAN PERKARA KECIL I. PENDAHULUAN Bila kita membaca kisah riwayat orang-orang kudus pada masa-masa yang lampau, kita melihat bentuk penulisan yang begitu menekankan, bahkan melebih-lebihkan, perbuatan luar biasa yang mereka lakukan seperti mujizat, mati raga, puasa, penyiksaan diri, dll. Pandangan Santa Theresia mengenai kesucian memulihkan kembali kuasa pengudusan dari kewajiban status kita, artinya bahwa penghayatan hidup sehari-hari mempunyai kuasa pengudusan. Tugas yang paling kecil, hal yang paling biasa, dapat menjadi bahan kesempurnaan yang paling tinggi. Kesucian terdapat dalam kemampuan untuk mengilahikan kehidupan sehari-hari. Kita dapat menjadi suci melalui kehidupan sehari-hari, dan bukan dalam hal-hal yang luar biasa. Jalan yang ditempuh Santa Theresia menunjukkan dan mewartakan bahwa kehidupan sehari-hari bisa menguduskan seseorang. Ia tidak dipanggil untuk berkotbah tentang jalan dan ajarannya, tetapi justru melewatkan hidupnya seeara tersembunyi di dalam biara yang tidak dikenal, di suatu kota kecil, Lisieux. Selama hidupnya dalam biara, kedudukan dan perbuatannya biasa saja. Dia tidak melakukan halhal yang luar biasa, bahkan hidupnya tersembunyi, sehingga orang-orang sebiaranya tidak tahu rahasianya. Sesudah meninggalnya, beberapa suster yang tidak begitu mengenalnya berbicara tentang Theresia demikian: 'Yah, Theresia, dia memang suster yang baik, anak yang manis, tapi tak ada yang istimewa.' Kita melihat bahwa Theresia hidup secara tersembunyi sampai akhir hidupnya. Dia begitu pandai menyembunyikan semuanya. Sebenarnya bukan dengan sengaja dia menyembunyikan, tetapi memang hidupnya begitu sederhana. Ia merasa tidak perlu untuk menonjolkan diri. Ia menjalankan tugas dengan baik dan hidup biasa saja. Ketika Theresia meninggal dunia, dia dimakamkan di luar biara. Iring-iringan yang membawanya ke kubur sedikit sekali: beberapa orang dari keluarganya dan mereka yang mengenal Karmel. Namun sesudah penguburannya, perhatian orang banyak kepadanya sungguh luar biasa. Orang-orang dan surat-menyurat mulai berdatangan ke biara Karmel. Hidup Santa Theresia merupakan contoh konkrit suatu kehidupan biasa yang dihayati dengan setia dan akhimya membawa kepada kesucian yang sangat tinggi. Di dalam hidupnya tidak ada hal-hal yang menyolok, semuanya biasa. Hidup yang nampaknya biasa-biasa saja bisa membawa kesucian yang tinggi. Tidak ada stigmata, tidak ada gejala-gejala yang ajaib, tidak pernah ekstase - 151 - (=keluar dari diri sendiri dan terserap dalam Allah sehingga seringkali panca indra tak berfungsi), tidak ada levitasi (=terangkat dari tanah), tidak mengalami visiun-visiun (=penglihatan-penglihatan), tetapi dalam kesahajaan dan keseharian dia setia mempersembahkan hidupnya, menyangkal dirinya tiap hari dan mempersembahkan hidupnya sebagai kurban kepada Allah. Yang menguduskannya ialah kesetiaan kepada Allah dalam kehidupan sehari-hari, tanpa semarak dan seringkali tanpa hiburan. Tetapi dalam hal-hal kecil sungguh mewujudkan kebesaran hati dan kepahlawanan; dalam pandangan manusia nilainya memang sangat kecil, namun dalam pandangan Allah sama besarnya dengan kehidupan para kudus yang paling besar, bahkan mungkin lebih besar lagi. Inti pewartaan Santa Theresia sangat besar, yaitu membuka dunia baru bagi semua orang dengan menyucikan kehidupan yang biasa. Untuk lebih mengerti apa yang dikatakan oleh Santa Theresia dan nilai kehidupan sehari-hari, kita akan mencoba mengikutinya dalam penghayatan kebajikankebajikannya. II. KEBAJlKAN-KEBAJlKAN RELIGIUS Kasih persaudaraan adalah suatu hal yang penting dalam kehidupan berkomunitas. Melalui sikap keteguhan hati yang besar dan kekuatan yang sungguh-sungguh heroik, Theresia berusaha mengejar cita-cita hidupnya. Sebagai seorang gadis berumur 14 tahun ia sungguh-sungguh berusaha supaya bisa diterima di biara Karmel. Bahkan dia pergi ke Roma memohon kepada bapa suci untuk diijinkan masuk dalam biara. Theresia dengan mantap berusaha supaya jalannya ke Karmel bisa terbuka dan terlaksana. Dia melihat panggilannya secara sadar dan menyeluruh, tidak berkhayal tentang hidup dalam Karmel. Theresia sadar, bahwa panggilannya ialah berkurban bagi Allah. Dia menyadari bahwa hidup membiara merupakan sekolah pengudusan pribadinya, memang demikianlah jiwa-jiwa yang setia dan direncanakan Allah dalam rencana keselamatan. Theresia begitu sadar akan panggilannya, rahmatnya yang khusus di dalam biara sebagai seorang Karmelites. Dia sadar bahwa sebagai seorang kontemplatif harus menjadi pengungkit dunia untuk sampai kepada Allah. Baginya hidup membiara se1alu nampak sebagai suatu sekolah kesempurnaan pribadi dan memang sebenarnya itulah realitas bagi jiwa-jiwa yang setia. Seorang religius berusaha mencapai kesempurnaan cinta - 152 - kasih melalui kurban-kurban yang disempurnakan. Theresia hanya ingin memberikan cinta kasihnya semata-mata kepada Allah. Cinta yang tidak hanya diberikan melalui kata-kata, tetapi juga dihayati dalam perbuatan dan tindakan sehari-hari, yaitu dengan melakukan tugas harian dan rutinitas yang biasa-biasa saja, namun dilakukan dengan penuh kesadaran dan cinta kasih. Kesetiaan terhadap perkara-perkara kecil dalam kehidupan sehari-hari sangat penting untuk mengerti kepribadian dan jiwa Theresia, untuk memahami jalan kecilnya. Bila kita memperhatikan penghayatan hidup religiusnya, kita akan mengerti dan mengetahui heroisitas kehidupan sehari-hari. II.1. Kemiskinan Penghayatan kemiskinan Santa Theresia tidak menyolok seperti dilakukan Santo Fransiskus Asisi, yang dipanggil untuk menyadarkan Gereja yang waktu itu saling bersaing untuk mencari kekayaan. Orang-orang Kristen bersaing mengejar kekayaan, sehingga lama kelamaan bisa menggantikan Kerajaan Allah dan melupakan tuntutan-tuntutan Injil. Maka Fransiskus diberi rahmat khusus untuk menghayati kemiskinan secara radikal dan menyolok. Theresia tidak memiliki ciri-ciri ini, tapi di pihak lain, penghayatan kelepasan dan kemiskinannya tidak kalah radikal daripada Santo Fransiskus. Ia sungguh mengikuti Yesus dalam jalan kelepasan dan kekosongan. Beberapa orang saksi mengatakan, bahwa dia menghayati kemiskinan secara mendalam, bahkan sangat radikal. Untuk keperluan pribadinya, dia memilih pakaian dan barangbarang yang paling buruk. Semakin buruk barang itu, semakin puaslah dia. Theresia mengatakan, bahwa setelah menerima pakaian biara, yaitu saat masuk novisiat, dia menerima terang berlimpah-limpah sehubungan dengan kesempurnaan religius; khususnya dalam hal penghayatan kaul kemiskinan. Dia mengatakan: 'Saya benar-benar terdorong untuk memilih hal-hal dan barang-barang yang paling jelek dan paling buruk.' Kemudian Theresia memberikan gagasannya tentang kemiskinan: Kemiskinan adalah kerelaan untuk kehilangan bukan hanya barang-barang yang menyenangkan, tetapi bahkan yang sangat diperlukan. Sungguh tidak ada damai yang dapat dibandingkan dengan damai yang dimiliki oleh orang yang bersemangat miskin. Bila seorang yang bersemangat miskin meminta sesuatu dan apa yang dimintanya tidak hanya ditolak, bahkan orang berusaha merampas apa yang dimilikinya, maka ia mengikuti nasihat Tuhan - 153 - Yesus: "Berikanlah juga mantolmu, kepada orang yang mengingini jubahmu" (Mat 5:40), artinya tidak hanya memberikan apa yang diminta, tetapi memberikan apa yang sangat diperlukan. Memberikan mantol berarti melepaskan hak yang terakhir dan menganggap diri sebagai budak atau hamba dari orang lain. Theresia menambahkan: Bila orang melepaskan mantolnya, maka bebannya menjadi lebih ringan dan ia bisa berjalan lebih cepat. "Siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.", sabda Tuhan (Mat 5:41). Bagiku tidak cukup hanya memberikan kepada mereka yang meminta saya mencoba mengenali keinginan-keinganannya; merasa diri benvqjib dan mendapat kehormatan untuk bisa melayaninya. Bila orang merampas apa yang saya pakai, saya akan menunjukkan sikap sukacita karena dilepaskan dari barang itu. Theresia mempunyai hobbi melukis. Dia seringkali kehilangan kuas-kuas yang diperlukannya untuk melukis, kadang yang tersisa hanya yang jelek. Saat mau melukis, dia menemukan tempat yang berantakan. Dia menjadikan kesempatan ini sebagai penyangkalan diri. Theresia membedakan antara kemiskinan, kerapian dan kebersihan. Bagi Theresia kemiskinan tidak sama dengan kecerobohan. Santa Teresa Avila berdoa: 'Ya Tuhan, jauhkanlah kami dari orang kudus yang kumuh.' Kekumuhan bukan kebajikan tetapi cacat cela. Semangat Teresa Avila dan Theresia Lisieux adalah menjaga kebersihan. Kebersihan adalah bagian dari penghayatan kemiskinan. Dalam penghayatannya, Theresia mendalami kemiskinan dengan menghemat barang-barang yang dipakainya. II.2. Kemurnian Santa Theresia sungguh-sungguh merupakan seorang yang sangat murni, seorang malaikat kemurnian. Dia memiliki rahmat khusus di mana sejak usia 4 tahun sudah terpikir untuk menjadi milik Kristus, hanya ingin mencintai Kristus, rindu untuk menjadi satu dengan Kristus. Kadangkadang dia mengatakan begitu rindu untuk menjadi mumi seperti para serafim. Seluruh hatinya selalu terarah kepada Tuhan Yesus dan tidak pernah terarah pada satu mahluk apapun juga. Kemurnian hati adalah suatu sikap keterarahan hati yang sepenuhnya kepada Tuhan. Dalam hal ini Theresia mengagumi Santa Sisilia, yang walaupun berada ditengah-tengah pencobaan dan godaan, hatinya tetap teguh percaya kepada Kristus. Oleh karena itu Theresia telah memelihara - 154 - seluruh tenaganya untuk mencintai Allah. Pada dirinya terpenuhilah Sabda Tuhan: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu." (Mrk 12:30). Dia itu orang yang murni hatinya, begitu murninya, sehingga setan tidak berani menggoda dia dalam bidang ini. II.3. Ketaatan Bagi seorang religius, setelah kelepasan dari barang-barang jasmani dan ikatan-ikatan daging, masih ada satu hal yang paling penting yaitu melawan diri sendiri dan melepaskan diri dari tirani egoisme. Theresia dengan peka dan rela tanpa perlawanan sedikitpun juga, menyesuaikan diri dengan kehendak Allah, bahkan yang terkecilpun, misalnya menghayati peraturan-peraturan biara sebagai ungkapan pelaksanaan kehendak Allah sendiri. Bagi Theresia salah satu pengungkapan kesucian adalah dalam penghayatan tata tertib dengan baik. Realitas rutinitas dalam kehidupan biara yang dihayatinya secara sederhana dan rendah hati menjadikan dia besar karena benar-benar dijalankan dalam iman. Theresia membiarkan diri dibentuk oleh semangat Karmel, yang akhirnya menandai seluruh hidupnya. Dalam hal ini Theresia benar-benar menjadi teladan bagi sesama susternya. Theresia menjadi teladan ketaatan dan kecermatan dalam menghayati segala peraturan biara. Ia begitu rupa menghayati ketaatan, sehingga tidak hanya melakukan perintah-perintah yang diberikan secara nyata oleh pemimpinnya, bahkan berusaha menghayati apa yang mereka inginkan dan akan melakukannya. Theresia menghayati ketaatan dengan setia. Di dalam diri pimpinannya dia selalu melihat Allah, seperti yang dikatakan oleh Yesus sendiri: "Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku." (Luk 10: 16). Dalam ketaatan Theresia menemukan suatu sarana yang paling aman dan efektif untuk melaksanakan kehendak Allah dan berkenan kepadaNya dalam segala sesuatu. Melalui ketaatan Theresia melihat kehendak pimpinannya dalam peraturan-peraturan biara sebagai suatu sarana yang pasti untuk mengenal Tuhan. Sedangkan kalau orang mulai menyimpang dari kebijaksanaan pimpinan, maka dia akan mudah tersesat dan memasuki jalan yang kering sampai akhirnya tak bisa menemukan jalan yang baik lagi. Hal ini membutuhkan suatu keyakinan iman yang mendalam. Para religius sederhana yang dalam semangat iman mau melakukan kehendak pimpinan sebagai manifestasi kehendak Allah, mereka itulah yang bahagia. - 155 - Kebajikan ketaatan mempunyai jangkauan lebih besar daripada kaul ketaatan. Kebajikan ini tidak hanya berhubungan dengan perintah-perintah dari regula dan konstitusi atau perintahperintah yang syah dari pimpinan, tetapi dengan kebajikan. Karena itu ia akan melakukan segala yang diinginkan pimpinannya (kecuali yang berbau dosa) dibandingkan kehendaknya sendiri. Dengan sikap ini seseorang menyadari bahwa pimpinan dan peraturan-peraturan hanyalah merupakan ungkapan lahiriah dari kehendak dan rencana Allah. Allah sendiri yang mau melaksanakan rencanaNya melalui para pimpinan. Bahkan para kudus bertindak lebih jauh lagi, sehingga mereka tidak hanya mau taat kepada pimpinan, tetapi juga kepada sesamanya tanpa merasa tersinggung atau perasaan apapun juga. Tentu saja bila hal itu tidak bertentangan dengan perintah Allah, regula, konstitusi dan perintah pimpinannya sendiri. Demikian mereka menyadari bahwa Tuhanlah yang berkarya melalui sesamanya, Tuhan membentuk seseorang me1alui sesama yang lain. Semangat ketaatan membawa dia untuk melihat dalam diri setiap orang sebagai yang diutus Allah sendiri. Theresia seorang yang bijaksana. Dia tak pernah me1anggar perintah atasannya untuk menyenangkan sesamanya. Sejauh bersifat netral dia akan taat pada orang lain. Semua yang diperintahkan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan penuh perhatian. Di dalam lingkungan hidup yang tidak sempurna dan dengan segala keterbatasannya, Theresia tetap setia kepada cita-cita religiusnya, bahkan sampai menghabiskan tenaganya. Demikian pula para novis dibentuknya dalam semangat heroik ini. Kepada para novisnya, ia memberi pedoman: Biarpun semua orang tidak menghayati atau melanggar regula, itu bukan alasan untuk membenarkan diri. Setiap orang harus bertindak seolah-olah kesempumaan serikat tergantung dari dia sendiri. III. KASIH PERSAUDARAAN Salah satu ciri spiritualitas Theresia adalah menyingkirkan hal-hal tambahan. yaitu yang tidak hakiki, kemudian memusatkan dan mengarahkan seluruh tenaganya kepada hal-hal yang hakiki. Theresia sangat menampilkan primat cinta kasih dalam hubungan kita dengan Allah, artinya segala sesuatu yang tidak hakiki disingkirkannya untuk mengarahkan diri pada yang paling hakiki yaitu cinta kasih. Demikian pula dalam hubungan dengan sesama, Theresia memberikan penekanan istimewa kepada nilai kasih persaudaraan. Juga di sini kejeniusan Santa Theresia - 156 - telah menemukan kembali perintah besar Tuhan tentang kasih persaudaraan. yang sama dengan perintah yang pertama dan tak dapat dilepaskan dari padanya. yaitu "Hendaklah kamu saling mengasihi …". Dalam hidup Theresia kita jumpai harmoni yang mengagumkan dalam pengintegrasian kedua hukum itu: Bila seseorang mengasihi Allah, dia juga pasti mengasihi sesamanya, seperti ditegaskan oleh Tuhan Yesus sendiri: "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu" (Yoh 14: 15). III.1. Hukum yang baru Santa Theresia membutuhkan waktu cukup lama untuk melihat dengan jelas bahwa tempat paling istimewa yang harus diduduki dalam kehidupan bersama adalah cinta kasih. Hal itu tidak usah mengherankan kita. Para kudus juga mengalami perkembangan sebagaimana halnya tiap manusia. Theresia berusaha mengarahkan seluruh hati dan tenaganya untuk mencintai Allah. Melalui cinta kepada Allah dia menemukan rahasia cinta kepada sesama dan pada tahun-tahun terakhir hidupnya Theresia dibawa masuk secara mendalam ke dalam pikiran Sang Guru sendiri tentang kasih persaudaraan. Apa yang ditemukan Theresia dalam kata-kata Injil "Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang menyerahkan hidupnya bagi para sahabatnya" adalah: kebesaran kasih Yesus terhadap murid-muridNya. Sang Guru tidak memperhatikan kemampuan atau sifat-sifat alami dan manusiawi dari para rasul Mereka termasuk kalangan bawah, yaitu nelayan-nelayan yang pada umumnya tidak berpendidikan. Tetapi Yesus mencintai mereka sebagaimana layaknya seorang Penyelamat yang datang untuk membawa mereka masuk ke dalam Kerajaan BapaNya. Bahkan Ia mau membagikan hidup ilahi dan mencintai mereka secara sempurna sampai mengurbankan hidupNya bagi mereka. HidupNya sendiri tidak diperhatikan. Cinta inilah yang kemudian disadari oleh Theresia secara mendalam, bahwa dia, bukan hanya dia, tetapi semua manusia dicintai Allah dengan cinta ilahi. Theresia membaca dalam Injil Yohanes ungkapan isi hati Sang Guru. Wasiat dari Sang Guru dan Sabda Yesus sebagai imam Agung ini terus bergema, dibaca dan diresap-resapkan kembali oleh Theresia. Selanjutnya, teksteks Injil dari Yoh15:9.12-14.17 membuat Theresia melihat dengan jelas betapa cintanya terhadap sesama suster sangat tidak sempurna. Ia menyadari bahwa cinta kasih yang sejati terdapat dalam hal menanggung segala kekurangan sesamanya, dengan tidak menjadi heran akan kelemahan-kelemahan mereka, tetapi sebaliknya merasa didorong oleh kebajikan-kebajikan mereka, bahkan yang paling kecil sekalipun. Ia mengerti bahwa cinta kasih tidak hanya harus - 157 - dipendam di dalam hati saja, tetapi cinta kasih harus menerangi dan menggembirakan sesama susternya yang serumah. Theresia juga menyadari, bahwa sebagai manusia ada perasaan simpati dan antipati. Kita harus membedakan arti dari 'mencintai dan menyukai' seseorang. 'Menyukai seseorang' lebih bersifat alami. Orang lebih tertarik pada yang satu dan tidak pada yang lain. Tetapi 'mengasihi seseorang' me1ampaui sifat-sifat alami. Theresia tersentuh oleh satu aspek dari cinta kasih, yaitu sifatnya yang umum. Cinta kasih tidak mengecualikan seorangpun, seperti yang dikatakan Santo Paulus dalam 1Kor 13:4-7 bahwa kasih itu sabar, kasih itu murah hati. dst. Dengan kata lain, cinta kasih itu melupakan diri sendiri, tidak mengingat diri sendiri. Orang bisa saja memiliki pengetahuan yang luas, menjadi ahli hukum Gereja, ahli moral, memiliki gelargelar yang hebat, bahkan gelar sebagai doktor theologi atau bahkan ahli Kitab Suci dan lulus dengan sebutan summa cum laude. orang bisa saja menyelami segala rahasia-rahasia manusia, namun tanpa kasih dia tidak berarti sama sekali. Orang bisa saja menjadi pekeIja sosial yang termasyur, pejuang keadilan yang gigih, orang juga bisa dikenal sebagai penderma besar, bahkan membagi-bagikan seluruh hartanya untuk karya social, bahkan mati demi keadilan atau seperti dikatakan Santo Paulus, membiarkan tubuhnya dibakar, namun tanpa kasih, semuanya itu sia-sia belaka. (bdk 1 Kor 13: 1-3). Tulisan Paulus dalam 1Kor 13: 1-3 sangat mempengaruhi Theresia. Tanpa cinta kasih semuanya itu tidak ada nilainya. Maka cinta kasih adalah jiwa dan seluruh hidup rohani, sumber dari segala jasa, kebajikan yang menjadikan kita sungguh-sungguh berkenan kepada Allah. Karena Theresia dengan tekun bersumber pada Sabda Tuhan sendiri serta menimba air yang murni dari pemikiran Kristiani, maka spiritualitasnya memperoleh nilai pembaharuan yang tak terkatakan. Surat-surat Santo Paulus menyadarkan dia akan arti panggilannya dalam Gereja, khususnya dalam 1 Kor 12. Dari surat Paulus itu pula ia menemukan primat cinta kasih, khususnya dalam 1 Kor 13: 1-3. Dan dari Injil Yohanes, Theresia menerima terang yang besar tentang misteri kasih persaudaraan. - 158 - III.2. Kepekaan Cinta Kasih Pikiran Santa Theresia yang bersifat intuitif dan realistis itu selalu mengarah pada perbuatan. Kasih Theresia bersifat praktis. Dalam tulisan yang ditujukannya kepada Muder Maria Gonzaga, Theresia menyimpan beberapa kenangan tentang praktek cinta kasih, sehingga kita dapat melihat bagaimana cara Santa Theresia melaksanakan cinta kasih dalam kehidupannya sehari-hari. Dia mengatakan: Bila iblis mencoba menampakan kekurangan-kekurangan seorang suster kepadaku. saya segera mencoba menelusuri kebajikan dan keinginankeinginan baiknya. Saya berkata pada diriku sendiri, bahwa bila saya melihat dia jatuh satu kali, mungkin sekali dia sudah kerap kali menang, tetapi karena kerendahan hati hal itu disembunyikannya. Bahkan apa yang bagiku tampaknya sebagai kekurangan, namun bila intensi atau maksudnya baik, bisa menjadi suatu kebqjikan. Secara manusiawi orang tetap memiliki perasaan simpati dan antipati. Orang merasa tertarik pada yang satu, sedangkan terhadap yang lain sikapnya berbeda. Yesus mengatakan kepadanya bahwa ia harus mencintai suster tertentu dan berdoa untuknya, bahkan bila sikap dan tingkah lakunya memberi kesan, bahwa suster itu tidak senang kepadanya. Tidak cukup baginya hanya dengan mencintai, tetapi ia juga harus memberikan bukti-buktinya. Bila egoisme tersinggung, maka akan timbul pemberontakan. Dalam kehidupan sehari-hari, peristiwa seperti ini seringkali terjadi. Theresia mengatakan: Saya tidak selalu dapat melaksanakan perintah Injil secara harafiah. Ada situasi-situasi tertentu di mana saya terpaksa harus menolak permintaan sesama susterku. Namun bila cinta kasih telah berakar secara mendalam di dalam jiwa, maka ia akan terpancar ke luar. Ada suatu cara menolak yang begitu baik, sehingga walaupun kita menolak, orang yang minta bantuan akan merasa sama puasnya dibandingkan bila kita memberi apa yang dimintanya. Suatu kenyataan yang seringkali terjadi ialah, bila seseorang selalu rela menolong, ia akan sering sekali dimintai tolong oleh yang lain. Theresia menanggapinya dengan berkata bahwa kita hendaknya tidak menjauhkan diri karena takut disuruh melakukan berbagai macam pekerjaan. Bila kita menolong seseorang, janganlah dengan bersikap pura-pura atau dengan harapan bahwa orang yang kita tolong itu juga akan menolong kita. Ia dijiwai oleh Sabda Tuhan yang menyuruh kita untuk meminjamkan tanpa mengharapkan kembali, karena upah kita besar di surga. Uraian Theresia tentang cinta kasih menunjukkan pengamatan yang tajam dan penuh dengan - 159 - pernyataan-pernyataan psikologis yang mendalam, yang sangat berguna untuk kehidupan dalam komunitas. Kalau komunitas-komunitas religius itu mau menjadi firdaus di dunia, maka kasih persaudaraan, yang merupakan ratu segala kebajikan dan dasar segala kesatuan, harus benarbenar menjiwai kehidupannya. Dengan demikian akan terwujudlah cita-cita komunitas Kristiani awali: "mereka itu sehati sejiwa dalam Tuhan" (Kis 4:32) dan kesaksian dari orang-orang yang mengenal mereka: "Lihatlah, betapa mereka itu saling mengasihi" III..3. Malaikat Perdamaian dan Cinta Kasih Dalam hidup Theresia cinta kasih telah berkembang begitu sempurna, halus dan sangat peka. Cinta telah menyebabkannya melupakan diri sendiri dalam setiap situasi. Dia selalu berusaha untuk menciptakan suasana gembira untuk menyenangkan orang-orang di sekitarnya melalui pergaulan penuh cinta kasih dengan semua suster, bahkan dia lebih senang bergaul dengan orang-orang yang dicap 'sulit' dan tidak menyenangkan. Para suster yang sebenarnya tidak disenangi bisa merasa paling dicintai oleh Theresia. Khususnya ada seorang suster yang mempunyai karunia 'untuk menjengkelkan' Theresia dalam segala hal. Tetapi karena motivasi cinta kasih ilahi dan kepribadiannya yang menarik, ia memberikan kepada suster itu perhatian khusus dan berhasil menyembunyikan antipatinya. Bila bertemu dengannya, Theresia selalu menyapanya dengan senyuman manis. Bila dalam acara rekreasi tidak ada yang mau mendekatinya, Theresia berusaha menemani dan berbicara dengannya. Theresia begitu berhasil mengatasi antipatinya, sampai-sampai suster itu berkata kepadanya: 'Suster Theresia, mengapa anda begitu tertarik kepada saya? Apa yang ada dalam diriku yang membuat anda begitu tertarik kepadaku?' Lalu Theresia menjawab: ‘Yesus ada dalam dirimu.' lnilah kemenangan indah rahmat atas kodrat. Sejak saat itu Tuhan memberikan rahmat khusus kepadanya dan mengambil rasa antipati dari dalam dirinya, sehingga Theresia tidak lagi mengalami perjuangan bila bergaul dengan suster itu. Hal-hal kecil seperti inilah yang sebenamya dapat menguduskan kita. Kita melihat contoh dari cinta kasih Theresia yang sangat heroik, tetapi hal- hal yang biasa, tidak menyolok, tidak diketahui orang, namun hanya diketahui oleh Tuhan saja. Itulah suatu bidang yang luas untuk benar-benar berkembang dalam cinta kasih sejati. - 160 - Theresiapun selalu terarah kepada orang lain. Dalam biara Karmel ada waktu-waktu tertentu untuk acara rekreasi, yaitu waktu untuk rileks. Theresia mengatakan kepada salah seorang novisnya: Bila engkau mau pergi rekreasi, pertama-tama janganlah mempunyai niat untuk kepentingan diri sendiri tetapi pergilah ke sana untuk membuat orang lain lebih rileks. Di situlah, lebih daripada di tempat lain, ada kesempatan untuk melatih cinta kasih serta menyangkal diri sendiri. Buatlah dirimu menyenangkan bagi semua orang. Engkau tidak akan berhasil dalam hal itu tanpa penyangkalan diri. Para suster memberi kesaksian dengan mengatakan: 'Acara rekreasi akan lebih menyenangkan bila Theresia hadir bersama kami.' Mereka melihat bagaimana Theresia begitu lemah lembut dan tidak pernah mengeluh, sehingga beberapa suster menyalahgunakan kebaikannya. Mereka sering meminta tolong Theresia, sehingga ia mempunyai beban pekerjaan yang cukup banyak. Tapi Theresia mengatakan: Janganlah menolak siapapun, walaupun itu berarti engkau harus berkurban banyak bila orang meminta sesuatu kepadamu. Ingatlah bahwa Yesus sendiri yang memintanya daripadamu. Bila engkau sadar bahwa Yesus yang memintanya padamu, bukankah engkau akan melakukannya dengan senang hati, dengan rqjin dan dengan wqjah yang ramah. Pada akhir hidupnya dan dalam keadaan sangat sakit, pada saat menulis tentang kasih persaudaraan, Theresia mengalami begitu banyak gangguan. Ketika mau memulai menulis, datang seorang suster yang bermaksud menghiburnya, sehingga Theresia menghentikan tulisannya. Setelah suster itu pergi, datang suster lain yang mengajak berbincang-bincang tentang hal lain. Suster-suster datang bergantian mengunjunginya, sehingga hampir-hampir tidak ada waktu untuk menulis. Muder Agnes memberikan kesaksian seperti ini: Pada akhir hidupnya, ketika dia sudah sangat sakit, ia sedang menulis naskahnya di kebun dan saya melihat, bahwa setiap saat dia diganggu oleh para suster. Dia tidak menjadi kurang sabar, atau minta, agar supaya jangan diganggu, melainkan tiap kali meletakkan penanya dan menutup buku tulisnya sambil tersenyum. Saya bertanya kepadanya, bagaimana mungkin dalam keadaan seperti itu dia dapat menulis dengan baik. Dia menjawab, katanya: 'Saya menulis tentang kasih persaudaraan, maka sekarang ini waktunya untuk melatihnya... 0 Muder, kasih persaudaraan adalah segala-galanya di dunia ini. Kita mengasihi Allah, sejauh kita melaksanakan kasih persaudaraan yang sejati. Dengan melatih kasih persaudaraan, kita mengasihi Allah.' Memang, Theresia telah mengatakan kebenaran, ketika ia menulis dalam riwayat hidupnya : Allah telah memberikan kepadaku rahmat untuk menyelami kedalaman yang penuh rahasia dari cinta kasih. Dan seandainya saya mampu mengungkapkan apa yang saya mengerti, maka anda akan mendengar suatu melodi surgawi. - 161 - IV. KESIMPULAN : KEKUDUSAN DALAM PERKARA KECIL Bagi Gereja Theresia telah mewujudkan suatu kekudusan besar melalui hal-hal yang biasa, ia telah mewujudkan sikap heroik dalam perkara-perkara kecil. Dia melakukan perkara-perkara kecil, dengan cinta kasih yang besar. Bisa juga dikatakan: Dia melakukan hal-hal biasa dengan cara yang luar biasa. Segala perbuatannya dijiwai dengan cinta kasih yang sangat besar. Santa Theresia termasuk dalam kategori orang kudus yang patut dikagumi sekaligus juga bisa diteladani oleh semua orang. Tentu saja hal ini bukan soal mudah, tetapi bisa dilakukan oleh setiap orang yang sungguh mau mencobanya. Rahmat selalu tersedia bagi orang yang mau berusaha. Dengan demikian setiap orang dapat mencapai kekudusan dan itulah sebabnya Gereja telah mengangkat Theresia menjadi Pujangga Gereja. Melalui Theresia, Allah menunjukkan kebesaranNya dalam hal-hal yang sangat biasa. Theresia telah menemukan pula dalam diri Bunda Maria teladan kesucian dalam kehidupan sehari-hari yang biasa. Bunda Maria adalah yang paling besar, paling mulia dan paling kudus dari antara semua ciptaan. Ia melebihi semua rasul, bahkan juga melebihi semua malaikat, tetapi kehidupannya semasa di dunia ini sangat biasa sekali, demikian biasanya, sehingga orang-orang sekitarnya samasekali tidak menyangka, bahwa wanita sederhana itu adalah Bunda Allah sendiri. Melihat latar belakang ini, kita bisa mengatakan, bahwa jalan kecil Theresia benarbenar merupakan jalan injili yang sangat mendalam, jalan injili seperti yang diajarkan oleh Tuhan Yesus sendiri. Dalam kesederhanaan dan hal-hal keeil, dia menunjukkan kebesaran Allah. Santa Theresia mendapat pengertian melalui suatu intuisi dan karunia Roh Kudus, sehingga dapat memahami kebesaran dan keluhuran dari perkara-perkara kecil. Theresia tetap ingin tinggal dalam bilangan orang-orang yang kecil. Panggilannya ialah untuk membangkitkan dalam dunia dan Gereja, suatu Laskar jiwa-jiwa kecil yang benar-benar merindukan kesucian. Melalui karisma yang diterimanya, Theresia mampu menyajikan jalan kesempurnaan dengan cara yang sangat simpatik, sederhana dan pengudusan dalam perkara-perkara yang kecil, sehingga terjangkau oleh semua orang. Dengan menggelarkan dia sebagai orang kudus dan lebih-lebih dengan mengangkatnya menjadi Pujangga Gereja, berarti Gereja memberikan suatu peneguhan dan dukungan resmi kepada jalan kecilnya sebagai suatu jalan yang betul-betul injili, yang oleh Gereja ditampilkan sebagai jalan teladan bagi semua orang yang merindukan Allah. Tuhan yang menciptakan alam semesta yang tak terbatas, yang menciptakan binatang dan tanaman dengan keaneka-ragaman yang indah, juga - 162 - telah menciptakan keindahan yang luar biasa dalam hal-hal yang kecil. Kesetiaan kepada perkara-perkara kecil, dalam rutinitas hidup sehari-hari, itulah kesetiaan yang membawa kita sampai pada suatu heroisme, merupakan jalan kepada kesucian. Inilah model baru kesucian yang ditawarkan Gereja kepada kita, khususnya ketika menggelarkan Santa Theresia sebagai Pujangga Gereja. Hal ini juga menuntut penyangkalan diri yang besar. Heroisme dalam perkara-perkara kecil ini pada dasarnya bukan lain daripada kembali kepada semangat Injil seperti yang diajarkan oleh Tuhan Yesus sendiri, yaitu "kesetiaan dalam perkara-perkara yang kecil" (Luk 16: 10; 19: 17; Mat 25: 21.23) serta "menerima Kerqjaan Allah sebagai seorang anak kecil" (Mat 18: 3-4; 19: 14; Mrk 9:35; 10: 14-15; Luk 18: 17). - 163 - - 164 - 13. PELAYANAN DALAM KUASA ROH KUDUS I. PENDAHULUAN Yesus telah memberi kita suatu tugas perutusan sebagaimana terdapat dalam Yoh 20:21: “Maka kata Yesus sekali lagi: ‘Damai sejahtera bagi kamu. Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.’ “ (Yoh 20:21). Tugas perutusan ini juga terdapat dalam Mat 28:18-20: “Yesus mendekati mereka dan berkata:‘KepadaKu telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang te!ah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Apabila Yesus memberi suatu tugas kepada kita, Ia juga memberi kita kuasa dan wewenang untuk melakukannya. Ia memberikan kita Penolong yaitu Roh KudusNya sendiri yang memampukan kita menjalankan tugas perutusan ini. Pelayanan kita ada di dalam kuasa Roh Kudus (bdk. 1 Tes 1:5). Yesus sendiri berjanji bahwa kuasa Roh Kudus dicurahkan bagi semua orang yang percaya (Mrk 16:17). Dalam menjalankan perutusan ini, Yesus sendiri telah memberi kita teladan yaitu dengan menjadi seorang pelayan sehagaimana ucapan Yesus sendiri dalam Mrk 10:45: “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Ini berarti sebagai pengikut Kristus kita juga dipanggil untuk melayani Allah dan sesama. Model pelayanan kita adalah pelayanan Yesus sendiri. II. PELAYANAN YESUS DALAM KUASA ROH KUDUS Seluruh pelayanan yang dilakukan oleh Yesus dimaksudkan juga untuk dilakukan oleh kita pengikutNya (Yoh 14:12). Yesus datang ke dunia untuk membawakan apa saja yang ada pada Allah: kekuatan, kebaikan, kemurahan Allah, sehingga kita dapat melihat Allah dalam diri Yesus. Demikian juga seluruh pelayanan Yesus dilakukanNya dalam persatuan dengan Bapa (Yoh 8:28-29 : “...dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diriku sendiri, tetapi Aka berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepadaKu. Dan, Ia, yang telah menqutus Aku, Ia menyertai Aku, Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa - 165 - berbuat apa yang berkenan kepadaNya.”) Yesus melakukan segala karyaNya dalam kuasa Allah. KaryaNya dan mujizat-mujizatNya adalah tanda kehadiran Allah. Sejak dikandung dan saat kelahiranNya Yesus telah mendapat tanda-tanda istimewa. Namun sebagai Mesias, Ia diurapi secara resmi yaitu pada saat dibaptis (Luk 3:21-22). Setelah itu dikatakan dalam Luk 4:1 “Yesus yang penuh dengan Roh Kudus kembali dari Sungai Yordan.” Sesudah dipenuhi Roh Kudus, Yesus didorong ke padang gurun selama 40 hari, di situ Yesus membiarkan diri dibimbing oleh Roh Kudus. Yesus menyerahkan diri kepada Bapa sehingga kuasa Roh Kudus dapat bekerja secara sempurna. Tanpa penyerahan tidak ada bimbingan Roh Kudus. Selanjutnya dalam kuasa Roh Kudus, Yesus kembali ke Galilea untuk memulai karyaNya. Roh Kudus membimbing Yesus untuk melaksanakan kehendak Bapa. Seluruh karya Yesus ada dalam kuasa Roh Kudus. IlI. MENGEMBANGKAN PELAYANAN DALAM KUASA ROH KUDUS Untuk dapat mengembangkan pelayanan dalam kuasa Roh Kudus, kita harus memperhatikan beberapa hal penting yaitu: 1. tujuan pelayanan 2. macam-macam bentuk pelayanan 3. citra seorang pelayan yang baik 4. dasar pelayanan III.1. Tujuan Pelayanan Dalam Komunitas Tritunggal Mahakudus, sangatlah penting pelayanan ke dalam: untuk membentuk anggota-anggota KTM yang komit. Disamping itu anggota KTM juga melakukan pelayanan ke luar: melayani umat sambil menunjukkan keindahan hidup KTM. Secara singkat tujuan pelayanan adalah sehagai berikut 1. Membawa orang-orang pada pertobatan yang sungguh-sungguh sehingga Tuhan betul-betul menjadi pusat hidup. 2. Membawa orang-orang yang telah bertobat pada pertumbuhan hidup rohani yang lebih dewasa. 3. Membawa suatu pembaharuan umat Allah, melalui pembaharuan pribadi demi pribadi. - 166 - Tujuan pelayanan ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Tujuan jangka pendek. Membuat pribadi-pribadi menjadi murid Kristus yang sejati, yang semakin lama semakin rnenyerupai Kristus. Dengan dernikian Yesus sendiri semakin tampil dan tampak melalui pikiran, ucapan. tindakan, pekerjaan, dan segala segi kehidupan. 2. Tujuan jangka panjang 1. Melalui pembaharuan pribadi-prihadi. akhirnya seluruh Gereja dapat diperbaharui. 2. Masuknya pemerintahan Allah (kerajaan Allah). Kedua tujuan ini tidak dapat tercapai begitu saja. Justru dengan melayani. kita perlahan-lahan mencapai tujuan ini. III.2. Macam-macam Bentuk Pelayanan Banyak bentuk pelayanan yang dapat kita lakukan sesuai dengan karunia yang diberikan Tuhan kepada kita, antara lain: 1. evangelisasi/ Pewartaan 2. puji-pujian 3. pengajaran 4. doa syafaat 5. konseling 6. pelayanan yang berhubungan dengan bermacam-macam karunia Roh Kudus. Karuniakarunia Roh Kudus ini diaktifkan melalui persekutuan doa atau pertemuan komunitas. 111.3. Citra Seorang Pelayan yang Baik Jika kita mengerti citra seorang pelayan yang baik, diharapkan kita dapat menghindarkan banyak kesalahan dan kita dapat berbuat banyak serta berkembang lebih maju dalam pelayanan yang dipercayakan Tuhan kepada kita. Citra seorang pelayan yang baik dapat kita sebutkan sebagai berikut: 1. Seorang pelayan yang baik haruslah seorang yang beriman Seorang pelayan yang baik harus mendasarkan hidupnya atas iman. Iman di sini mencakup ketiga tingkatan iman yaitu: iman kepercayaan. iman penyerahan dan iman penuh harapan. Iman - 167 - kepercayaan merupakan iman yang kita perlukan untnk menerima kebenaran-kebenaran doktrinal dasar Kristiani. Iman ini tercakup dalam Kredo Para Rasul. Iman penyerahan ialah iman untuk mempercayai bahwa Allah itu baik, mencintai dan selalu memelihara umatNya. Sedangkan iman penuh harapan merupakan iman yang sampai kepada Yesus dan mengharapkanNya untuk bertindak dalam situasi-situasi khusus. Bila iman penuh harapan sifatnya aktif dan dinamis, kedua macam iman lainnya sifatnya pasif. (lihat buku : Menuju Kedewasaan Rohani Bab III Iman no. 4 Tingkatan Iman) Iman timbul dan pendengaran akan Kitab Suci. Oleh karena itu merupakan suatn keharusan bagi seorang pelayan untuk senantiasa mendalami firman Tuhan. Dengan semakin bertumbuhnya iman kita maka pelayanan kitapun akan semakin berkembang. Kita akan melihat keajaiban karya Tuhan dalam hal-hal yang sehelumnya kita anggap mustahil. 2. Seorang pelayari yang baik hams memiliki hati yang dipenuhi cinta dan belas kasihan. lman tanpa cinta kasih bisa menjadi sangat keras dan menuntut secara keliru. Seseorang yang terlalu menekankan iman saja, bisa secara keliru menuntut orang lain, Amat dibutuhkan cinta dan belas kasihan Allah sendiri yang mengalir di dalam diri kita agar kita dapat melayani sesama. Agar kasih Allah senantiasa mengalir dalam diri kita, dibutuhkan suatu hubungan yang intim dengan Tuhan. Seorang yang mau melayani tapi tidak mempunyai hubungan yang intim dengan Allah sama saja dengan pendusta. Orang yang sungguh dekat pada Tuhan mempunyai suatu keberanian untuk percaya yang luar biasa, karena dia tahu Tuhan mencintainya bukan karena jasa-jasanya tapi melulu karena kebaikanNya. Yesus dalam seluruh pelayananNya mengalirkan kasih Bapa. Kita mungkin tidak dapat menjadi sempurna namun kita harus menuju kepada kesempurnaan kasih. Orang yang sempurna adalah orang yang merasa dirinya sendiri paling tidak sempurna. Jika kita merasa suci, ini berarti kita masih jauh sekali dari sempurna. Tapi semakin seseorang itu dekat pada Tuhan, semakin ia menyadari kerapuhannya dan kekecilannya di hadapan Tuhan. 3. Seorang pelayan yang baik haruslah dapat mendengarkan Seorang pelayan yang baik haruslah dapat mendengarkan. Terlalu banyak orang suka memberi nasihat tanpa mau mendengarkan, padahal kebanyakan orang itu amat butuh didengarkan. Kalau kita dapat mendengarkan dengan baik, kita dapat menolong banyak orang. - 168 - 4. Seorang pelayan yang baik haruslah seorang pendoa Sebagai pelayan Allah kita harus mengenal Allah yang kita layani. Bagaimana mungkin kita dapat menyampaikan sesuatu tentang Allah kalau kita tidak mengenalNya? Supaya kita dapat mengenal Allah kita perlu banyak membaca surat cintaNya yaitu Kitab Suci dan banyak berdoa. Tanpa doa kita tidak dapat berbuat apa-apa. Bila kita mempunyai sikap doa dan hubungan pribadi dengan Allah, kita akan merasa bahwa tidak ada apapun juga yang dapat menekan kita, karena kita yakin bahwa kita sepenuhnya berada dalam Allah (lihat perumpamaan tentang pokok anggur dan carang-carangnya dalam Yoh 15: 4-5). 5. Seorang pelayan yang baik haruslah selulu berusaha mencari kehendak Allah. Seorang pelayan harus selalu memurnikan motivasinya, agar motivasi pelayanannya adalah melulu untuk menuruti kehendak Allah. Banyak contoh kejatuhan pelayan Tuhan karena motivasi yang bergeser dari pelaksanaan kehendak Allah, Motivasi yang tidak benar misalnya: uang. gengsi, nama baik, dls. Banyak juga orang yang pada awalnya mulai melakukan pelayanan dengan baik dan tulus namun berakhir dengan kehancuran karena motivasinya lama-kelamaan diselewengkan oleh si jahat. Untuk menghindarkan penyelewengan-penyelewengan sebaiknya pelayan melayani dalam suatu tim/ kelompok secara bersama - sama. 6. Seorang pelayan yang baik haruslah mempunyai kelepasan pada buah-buah karyanya Kita tidak boleh mengikat atau membuat orang-orang yang kita layani tergantung pada kita. Kita tidak perlu sakit hati apabila orang yang kita layani suatu saat berkonsultasi pada orang lain. Jika kita tidak mengikat orang lain pada kita, justru kita akan mempunyai banyak sahahat. Kita harus meneladan sikap Yohanes Pembaptis ketika banyak pengikutnya meninggalkannya dan datang kepada Yesus. Yohanes berkata: ‘Yang empunya mempelai perempuan ialah mempelai laki-laki (Yoh 3:29). Juga apabila kita telah selesai melakukan suatu pelayanan, sebaiknya kita berkata: “Aku ini hanyalah hamba yang tidak berguna: yang melakukan apa yang harus aku lakukan.” (bdk. Luk 17:10). Jika kita tidak mengikat orang lain pada kita, justru kita akan mempunyai banyak sahabat. 7. Seorang pelayan yang baik haruslah rendah hati. Sikap dasar yang harus dimiliki oleh setiap pelayan Tuhan adalah kerendahan hati. Orang yang rendah hati menyadari bahwa ia tergantung sepenuhnya pada Allah. Oleh karena itulah kerendahan hati memberi suatu kekuatan yang besar karena orang menyadari bahwa segalagalanya berasal dari Allah, sebagairnana Paulus berkata: “Segala perkara dapat kutanggang di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Flp 4:13). Orang yang rendah hati merasa tidak - 169 - memiliki apa-apa, sehingga dia berani melangkah tanpa khawatir kehilangan sesuatu. Sebaliknya orang yang sombong mengkhawatirkan gengsinya, takut kehilangan harga diri, takut salah/ gagal, takut disepelekan orang lain, dls. 111.4. Dasar Pelayanan Kita perlu meletakkan dasar yang benar dan kokoh dalam pelayanan kita. Seandainya kita ini dipanggil untuk menyirami tanam-tanaman di ladang Tuhan, maka kita harus menggali sumur yang airnya tidak habis. Jika kita hanya mengandalkan cadangan/ simpanan air kita saja, maka dengan segera kita akan kehabisan air dan tidak dapat lagi menyiram. Demikianlah dalam pelayanan, kita harus menggali dari sumber utama kita, yaitu Kristus. Semakin kita dipanggil dalam pelayanan. semakin kita harus menggali dan memperdalam hubungan kita dengan Kristus. Pelayanan kita menjadi kering apabila tidak bersumber pada Kristus. Kalau kita tidak menggali dan memperdalam hubungan pribadi kita dengan Kristus, maka kita tidak dapat melayani orang lain untuk dapat bertemu dengan Yesus. Kasih kepada Kristus, yang mendasari pelayanan kita, juga harus makin mendalam. Kalau pertama-tama kita mau melayani karena takut, kemudian berkembang karena terdorong oleh rasa syukur. maka selanjutnya hubungan kasih kita dengan Knistus haruslah menjadi seperti suatu hubungan kasih antara laki-laki dan wanita yang saling rnembutuhkan sehingga Kristus betulbetul menguasai hidup kita dan kita tidak bisa hidup tanpa Kristus. Bagi pria hubungan kasih ini dapat menjadi hubungan antara sahahat dengan sahabat atau raja dengan bawahannya, atau Bapa dengan anakNya, ataupun seorang Guru dengan muridNya. Huhungan yang mendalam inilah yang menjiwai segala-galanya dan inilah dasar yang kuat dan benar dalam pelayanan kita. - 170 - IV. MODEL PELAYANAN YANG BENAR Model pelayanan kita adalah pelayanan Yesus sendiri karena kita adalah murid-murid Kristus. Kita harus merasa seperti Yesus, berpikir seperti Yesus, mencintaI dan melayani seperti Yesus. Oleh karena itu Paulus berkata dalam Flp 2:5-8: “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yes us, yang walaupun dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kaqu salib”. Beherapa sikap Yesus dalam melayani, yang harus juga menjadi sikap dasar para pengikutNya dalam melayani, adalah sebagai berikut: 1. Yesus selalu hanya mencari kehendak Allah. 2. Yesus melayani bukan demi kemuliaanNya sendiri, melainkan demi kemuliaan Allah. 3. Yesus selalu menampilkan wajah Allah, BapaNya dalam PelayananNya. 4. Yesus berani taat dan rela menderita. 1V. 1. Yesus Selalu Hanya Mencari Kehendak Allah Sebagaimana Yesus hanya mencari kehendak Allah dalam melayani, demikianlah juga seharusnya kita para pengikutNya, Yesus berkata dalam Yoh 4:34: “MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya”. Mencari kehendak Allah tidak mudah karena tidak selalu jelas, namun kita harus terus-menerus berusaha mencari apa yang menjadi kehendakNya agar pelayanan kita dapat selalu berdasarkan kehendakNya. Kita bisa mengetahui kehendak Allah melalui Kitab Suci, pembimbing rohani, peristiwa-peristiwa tertentu, atau dorongan tertentu. Agar bisa lebih peka mengenali kehendak Allah, diperlukan pembaharuan dalam cara berpikir, tindakan dan seluruh kepribadian kita, yang hanya dimungkinkan oleh kuasa Roh Kudus. - 171 - IV.2. Yesus Melayani Bukan demi KemuliaanNya Sendiri, Melainkan demi Kemuliaan Bapa Pekerjaan yang harus kita lakukan adalah pekerjaan Allah sendiri, yang dan hakikatnya melampaui segala kekuatan kita. IJntuk itu Knistus telah membekali kita dengan kuasaNya yang telah diterimaNya dari Bapa (bdk. Yoh 14:12). Kuasa Allah itu, yang dari dirinya sendiri adalah baik, mudah diselewengkan. Orang mudah tergoda nntuk menjadi sombong, berbangga-bangga secara siasia, mencari kemuliaan diri sendiri. Yesus, walaupun mahakuasa, telah merendahkan diriNya sebagai manusia lemah. Walaupun banyak sekali mukjizat yang telah dilakukanNya, Dia tidak pernah membanggakan diri atas semuanya itu. Sebaliknya, dalam segala hal Ia hanya memuliakan Bapa dan bukan diriNya sendiri. Mengapa Yesus tidak mencari kemuliaanNya sendiri? Pertama, karena Ia menyadari bahwa Bapa sungguh-sungguh rnengasihi Dia. ltulah segala-galanya bagi Dia. Kedua, karena Ia menyadari dan menerima sepenuhnya ketergantunganNya yang mutlak kepada Bapa. Terakhir, karena Ia sadar sepenuhnya bahwa Ia berharga di mata Bapa dan dikasihi Bapa sehingga Ia tidak membutuhkan pengukuhan dari pihak lain. Kasih Bapa sudah lebih dari cukup bagiNya. Bila Allah melakukan pekerjaanNya melalui kita, hendaklah kita tidak terbuai karena sesungguhnya kita hanyalah keledai yang ditunggangi Yesus. Orang tidak menghormati keledai melainkan Yesus yang menunggangi keledai itu. Janganlah berbangga atas diri sendiri apabila kita telah melayani karena itu sudah sepatutnya bagi pengikut Kristus. Hal ini diajarkan oleh Yesus dalam Luk 17:10: “Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu benkata: Kami adalah hamba- hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.” IV.3. Yesus Selalu Menampilkan Wajah BapaNya Apa yang dilakukan Kristus adalah ungkapan dari apa yang dilakukan oleh Bapa sehingga kita bisa melihat Allah dalam diri Yesus. Yesus datang ke dunia untuk membawa apa saja yang ada pada Allah (Yes 61: 1-2). Setiap kali Yesus menyembuhkan, memberi makan, mengampuni, menghibur, membuat tanda-tanda, sebenarnya Allah Bapa sendirilah yang rnelakukan semua itu di dalam Kristus (Yoh 8:28). Oleh karena itu Rasul Petnus meringkas hidup dan pelayanan - 172 - Kristus seperti tertulis dalam Kis 10:38: “yaitu tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai iblis, sebab Allah menyertai Dia”. Segala sesuatu yang dilakukan Yesus sungguh berkenan kepada Allah. Hal ini jelas tertulis dalam Yoh 8:29: “Dan ía, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aka senantiasa berbuat apa yang benkenan kepadaNya”. Sebagaimana Yesus sepanjang hidup dan pelayananNya di depan publik selalu menampilkan wajah Allah BapaNya. demikian jugalah seharusnya kita para pengikut Kristus. V. MELAYANI DALAM KESATUAN Kerinduan hati Yesus yang terdalam sebagaimana kita ketahui dari doa Yesus bagi semua orang yang percaya dalam Yoh 17:21-23: “supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aka di dalam Engkau agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepadaKu, supaya mereka menjadi satu, sama seperti kita adalah satu: Aka di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku, supaya mereka sempurna menjadi satu … .” Yesus berdoa secara khusus bagi para murid-muridNya, bagi semua orang yang percaya dan bagi semua orang yang melayaniNya secara khusus. Doa Yesus ini disertai dengan kebijaksanaan dan cinta yang tidak terbatas. V.1. Perpecahan dalam Tubuh Gereja dan dalam Pembaharuan Karismatik Katolik Mereka yang mau sungguh-sungguh melayani Tuhan dengan hati murni dan tulus akan senantiasa mengalami hambatan. Si iblis berusaha sekuat tenaga untuk menggagalkan karya Allah dengan menggoda orang-orang yang dipakai Tuhan. Bila tidak bisa membawa orang-orang yang melayani Tuhan jatuh dalann dosa, iblis akan berusaha menentang dan memusuhi mereka rnelalui tangan-tangan orang lain yang terbuka terhadap bisikan iblisnya. Pententangan atau - 173 - penmusuhan ini bisa saja timbul dari kalangan biasa maupun penguasa, dari umat beriman maupun pimpinan. Tak jarang terjadi bahwa perlawanan yang paling hebat justru datangnya dari orang-onang yang menurut jabatannya seharusnya melindungi karya Allah. Perlawanan dan penganiayaan semacam itu dialami oleh setiap pembaharuan yang otentik. Pernbaharuan besar dalam gereja yang ditimbulkan oleh para Fransiskan dan Dominikan pada abad XIII mendapat reaksi negatif yang hebat dari kalangan hirarki, para imam dan uskup-uskup tertentu. Pada abad XVII reformasi St. Teresa Avila yang mempunyai dampak besar sekali bagi gereja mendapat tantangan hebat sehingga Teresa dan Yohanes Salib harus menanggung banyak sekali aniaya dan kesengsaraan. Sejarah membuktikan bahwa motivasi utama dari perlawanan itu adalah iri hati dan kepentingan / ambisi pribadi. Dewasa ini Pembaharuan Karismatik mengalami hambatan dan pertentangan di mana-mana, di samping dukungan dan pimpinan Gereja yaitu Sri Paus dan konperensi para uskup. Situasi ini memang berbeda dari jaman para Fransiskan dan Teresa, namun ada juga persamaannya . Kali ini pembaharuan itu menyangkut seluruh lapisan umat dalam Gereja dan tersebar luas di kalangan umat. Demikian pula KTM telah dan akan mengalami tantangan. Ironisnya, tantangan terbesar justru datang dari Pembaharuan Karismatik Katolik sendiri dan pimpinannya, juga karena iri hati dan kepentingan pribadi. Tantangannya sama, yaitu iblis yang tidak senang dengan semua itu juga membangkitkan per1awanan di mana-mana. Meneladani pendahulu kita dan belajar dari sejarah, dalam situasi yang sukar kita harus tetap setia dan taat. Kesetiaan dan ketaatan membutuhkan kedewasaan iman. Orang yang sungguh beriman taat kepada Yesus sendiri, yang adalah Kepala GerejaNya di dalam diri para wakil-wakilnya, yaitu para pimpinan Gereja. Semangat untuk selalu setia dan taat telah ditunjukkan oleh Yesus sendiri dalam ketaatanNya kepada Bapa sampai wafat di kayu salib. Jadi bila kita mau mengikuti Kristus kita juga harus meneladani ketaatan Kristus. Bila kita tetap setia dan taat, Tuhan akan memberkati kesetiaan itu dengan rahmat yang berlimpah-limpah. Cara iblis yang paling ampuh untuk memecah belah Pembaharuan Karismatik adalah dengan berusaha merongrong pembaharuan itu dari dalam. Iblis selalu berusaha menimbulkan perpecahan, permusuhan, iri hati dan persaingan tidak sehat di antara para pemimpin Karismatik sendiri. Inilah senjata yang paling ampuh untuk menghancurkan pembaharuan itu sendiri. Perpecahan dalam Pembaharuan Karismatik paling sering diakibatkan oleh godaan kekuasaan. Orang-orang yang terlibat dalam Pembaharuan Karismatik rawan sekali terhadap hal ini karena setelah mengalami pencurahan dan menerima kuasa Roh Kudus, orang bisa saja, kalau tidak - 174 - waspada, menggunakan kuasa itu untuk kepentingan diri sendiri. V.2. Sebab-sebab Timbulnya Perpecahan Kita perlu melihat hal-hal yang biasanya menimbulkan perpecahan agar kita bisa lebih waspada dan dapat menjaga kesatuan dalam komunitas kita, dalam lingkungan yang lebih luas dan akhirnya dalam tubuh Kristus sendiri yaitu Gereja KudusNya. Hal-hal yang seringkali menimbulkan penpecahan umat Allah adalah: 1. Iri hati, dengki dan rasa superioritas Seringkali kita melihat penyakit ini pada diri para senior yang tidak dapat menerima keunggulan orang yang masih lebih muda atau masih baru. Ada ketakutan dalam diri orang-orang tertentu kalau orang lain lehih daripada dirinya sendiri. 2. Dendam dan tidak saling menqampuni Permasalahan dalam kelompok pasti selalu ada namun yang penting, setiap kali ada perselisihan, ketidak cocokan pendapat, perasaan negatif terhadap satu sarna lain, harus segera diselesaikan dengan berdamai. Perdarnaian dapat terjadi jika salah satu pihak meminta maaf dan yang lain memaafkan. Cara meminta maaf harus benar yaitu secara langsung, tanpa suatu upaya pembenaran diri dan tanpa menyalahkan pihak lain. Pihak yang menerima permintaan maaf harus menerima dan memaafkan dengan sungguh-sungguh. Jika ada kesulitan menentukan pihak mana yang harus meminta maaf dulu, maka hendaklah diingat bahwa pihak yang memulai meminta maaf adalah mereka yang merasa diri Kristen. 3. Lidah yang tajam. Seringkali kita saling menyakiti dengan lidah, antara lain apabila kita menceritakan keburukan keluarga, sahabat, kenalan kita, entah hal itu benar atau tidak, hanya karena kita menuruti keinginan kita yang tidak teratur ataupun karena suatu tujuan untuk menjatuhkan orang tersebut. Firman Tuhan dalam Yak 1:26 mengajarkan kita untuk mengekang lidah: “Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri. maka sia-sialah ibadahnya.” Kita harus mengekang lidah supaya jangan sampai kita menjadi - 175 - alat iblis untuk memecah belah umat Allah melalui segala perkataan yang menyakitkan, fitnah, dusta, dll. V.a. Kuasa Melayani dalam Kesatuan Perpecahan dalam Gereja dan dalam Pembaharuan Karismatik dan Komunitas Tritunggal Mahakudus akan menimbulkan kelemahan. Sebaliknya kalau umat Allah bersatu padu menyatukan segala kemampuan, hal ini akan merupakan suatu laskar yang sangat besar dan kuat untuk menyikat habis kuasa neraka. Kesatuan umat Allah inilah yang paling ditakuti iblis sehingga iblis terus-menerus berusaha memecah belah GerejaNya melalui berbagai macam cara. Tuhan selalu merupakan kesatuan antara Bapa, Putera dan Roh Kudus yang saling menyerahkan diri yang satu kepada yang lain. Yesus tergantung dari BapaNya dan Bapa menyerahkan segala sesuatu kepada Putera dalam Roh Kudus. Murid-murid tergantung kepada Yesus dan saling tergantung satu sama lain. Gereja didirikan oleh Yesus sebagai suatu struktur di mana ada Bapa Paus sebagai wakil Kristus menjadi kepala sehingga setiap anggota Gereja mempunyai keterikatan satu sama lain dibawah satu pimpinan. Gereja yang bersatu dengan sungguh-sungguh mempunya kuasa karena: 1. Kesatuan para pengikut Kristus adalah tanda bagi dunia bahwa Yesus benar-benar diutus Allah. Tidak mungkin ada kuasa untuk mempersatukan umat yang sedemikian besar kalau bukan dari Allah sendiri, 2. Kesatuan para pengikut Kristus menghasilkan kekuatan besar. Kita tidak dapat bertahan kalau tidak bersatu karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap, melawan roh-roh jahat di udara sebagaimana dituliskan St. Paulus dalam Ef 6:12. Tepatlah pepatah ‘Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh’. Kita menyadari memang tidak mudah menciptakan suatu umat Allah yang betul-betul bersatu secara utuh, namun doa Yesus bagi semua orang yang percaya dalam namaNya, yaitu supaya kita semua menjadi satu sama seperti Bapa, Putera dan Roh Kudus adalah satu, merupakan suatu jaminan bahwa kesatuan para pengikut Kristus, umat Allah, dapat benar-benar terwujud. Sebagai - 176 - anggota KTM kita wajib menghayati kesatuan itu dalam tubuh KTM dengan ketaatan kita kepada Gembala dan pimpinan KTM. VI. PENUTUP Janji Yesus kepada kita: “Jikalau kamu tiaggal di dalam Aku dan FirmanKu tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya” (Yoh 15:7). Jika kita selalu menuruti kehendak Allah dan selalu berada dalam kehendakNya, maka kita dapat meminta apa saja dengan penuh keyakinan dan kita akan menerimanya. Jika kita semakin bersatu dengan Kristus dan satu sama lain, kita juga semakin dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan yang Yesus lakukan. Inilah rahasia keberhasilan pelayanan kita dalam kuasa Roh KudusNya. - 177 - - 178 - I. No. DATA PEMBINAAN ANGGOTA BAHAN PENGAJARAN TANGGAL TT. PENGAJAR * ** 1a. Tujuan Hidup Kristiani 1b. Kebajikan Teologal 2a. Kebajikan Iman 2b, Karunia Iman 3a. Mengasihi Allah 3b. Mangasihi sesama 4a. Bimbingan Allah 4b. Mencari dan mengenali kehendak Allah 5a. Karunia mem-beda2-kan Roh/Discernment 5b. Karisma dalan hidup Gereja 6a. Mengatasi daging 6b. Penyangkalan diri/Askesis 7. Sakramen Ekaristi 1 1 2 2 1 1 2 2 8a. Sakramen Tobat 8b. Memperbaiki perbuatan salah 9a. Menanggulangi kerja roh2 jahat 9b. Spiritualitas Karmel I 10. Spiritualitas Karmel II - 179 - No. BAHAN PENGAJARAN 11. Spiritualitas St. There sia Lisieux I 12. Spiritualitas St. Theresia Lisleux II 13. Spiritualitas St. Theresia Lisieux III 14. Spiritualitas St. Theresia Lisieux IV 15 Karunia-karunia Roh Kudus 16 Pelayanan dalam kuasa Roh Kudus 17 Karunia Nubuat 18 Karunia Penyembuhan No. ANJURAN RETRET TANGGAL TT. PENGAJAR * ** 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 TANGGAL TT. PENGAJAR * ** 1. Spiritualitas St. Theresia Lisieux 2. Karunia-karunia Roh Kudus 3. Pelayanan dalam kuasa Roh Kudus - 180 - Keterangan: * ** Isilah dengan tanggal anggota menempuh bahan pengajaran atau retret. Isilah dengan tanda tangan pengajar setelah anggota menempuh bahan pengajaran atau dengan tanda tangan Pelayan Sel setelah anggota menempuh reteret. s - 181 -