3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sukun 1. Tinjauan

advertisement
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Sukun
1. Tinjauan Tanaman Sukun
Sukun termasuk dalam genus Artocarpus famili (moraceae)
yang terdiri atas 50 spesies tanaman berkayu, yang hanya tumbuh di
daerah panas dan lembab di kawasan Asia Tenggara dan Kepulauan
Pasifik. Tanaman sukun merupakan tanaman hutan yang tingginya
mencapai 20 m. Kayunya lunak dan kulit kayu berserat kasar. Semua
bagian tanaman bergetah encer. Daunnya lebar, bercanggap menjari,
dan berbulu kasar. Buahnya berbentuk bulat berkulit tebal dan kasar,
dengan warna hijau muda dan kuning dengan berat sekitar 1,5 – 3 kg
(Mustafa, 1998).
Sukun memiliki nama yang berlainan di daerah–daerah di
Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa sukun merupakan buah yang
tidak asing lagi dalam kehidupan sehari-hari penduduk Nusantara.
Misalnya di Aceh orang menyebut sukun dengan nama sakon, di
Batak menyebutnya dengan hatopul, di Madura sokon, dan di Makasar
makara (Angkasa dan Nazaruddin, 1994).
2. Kandungan Gizi dan Kimia Sukun
Kandungan gizi buah sukun cukup banyak, di antaranya
terdapat kandungan karbohidrat, protein, dan lemak, vitamin B1 dan
B2, vitamin C, kalsium, fosfor, dan zat besi (Angkasa dan
Nazaruddin, 1994). Kandungan seratnya juga cukup tinggi sehingga
baik untuk sistem pencernaan (Muchtadi, 2009).
Daun tanaman sukun mengandung beberapa zat berkhasiat
seperti saponin, polifenol, asam hidrosianat, asetilcolin, tanin,
ribofalvin, henol. Daun tanaman ini juga mengandung quercetin,
champorol dan artoindonesianin. Dimana artoindonesianin dan
quercetin adalah kelompok senyawa dari flavonoid.
3
Efek Diuretik Ekstrak..., Asih Arum Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2014
4
3. Khasiat
Daun sukun efektif mengobati penyakit seperti liver, hepatitis,
pembesaran limpa, jantung, ginjal, tekanan darah tinggi, kencing
manis dan juga bisa untuk penyembuhan kulit yang bengkak atau
gatal-gatal. Sedangkan buah sukun memiliki manfaat yang besar
untuk menjaga dan memelihara kesehatan tubuh, diantaranya adalah
peranan buah sukun dalam membantu sistem pencernaan, serta
menguatkan pertumbuhan tulang dan gigi (Ahmad, 2012).
4.
Penelitian yang sudah ada
Penelitian terhadap tanaman sukun dan familinya telah banyak
dilakukan dan menunjukkan potensi besar terhadap kesehatan,
diantaranya batang dari sukun berkhasiat sebagai anti inflamasi dan
detoksifikasi (Wei et al., 2005). Studi in vitro dan in vivo yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa senyawa-senyawa flavonoid dari
ekstrak daun sukun berpotensi sebagai obat kardiovaskular. Pengujian
in vitro dengan menggunakan 3 sel model, yaitu sel U937-derived foam
cells dan sel endotel yang terlibat dalam patogenesis atherosclerosis
serta sel cardiomyocytes, menunjukkan bahwa total flavonoid dari
fraksi etil asetat daun sukun mempunyai aktivitas sitoprotektif terhadap
sel-sel tersebut (Umar et al., 2007). Karakteristik dan pengujian
aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah sukun (Artocarpus communis).
Hasil karakteristik menunjukan ekstrak etanol buah sukun mengandung
komponen utama senyawa dietil ftalat dngan kemiripan 93% waktu
retensi 14,592, rumus molekul C12H14O4 dan berat molekul 222.
Ekstrak etanol buah sukun memiliki aktivitas antioksidan dengan IC50
sebesar 121,96ppm (Sukandar et al, 2013). Pemberian ekstrak daun
sukun dapat mempengaruhi terjadinya degenerasi sel-sel, baik
padabagian tubuh dan glomerulus ginjal setelah pemberian aloksan
(Mu’nisa, 2011).
Efek Diuretik Ekstrak..., Asih Arum Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2014
5
C. Diuresis
1. Pengertian diuretik
Diuretik adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran
kemih (diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal. Fungsi utama
ginjal adalah memelihara kemurnian darah dengan jalan mengeluarkan
semua zat asing dan sisa pertukaran zat dari dalam darah. Sehingga
darah mengalami filtrasi, dimana semua komponennya melintasi
saringan ginjal kecuali zat putih telur dan sel-sel darah. Setiap ginjal
mengandung lebih kurang satu juta filter kecil ini (glomeruli), dan
setiap 50 menit (Ca 5 liter telah dimurnikan dengan melewati saringan
tersebut). Fungsi penting yang lainnya adalah meregulasi kadar garam
dan cairan tubuh (Tjay dan Rahardja, 2002).
Walaupun kerjanya pada ginjal, diuretik bukan ”obat ginjal”,
artinya senyawa ini tidak dapat memperbaiki atau menyembuhkan
penyakit ginjal, demikian juga pada pasien insufisiensi ginjal jika
diperlukan dialisis, tidak akan dapat ditangguhkan dengan penggunaan
senyawa ini. Beberapa diuretik pada awal pengobatan justru
memperkecil ekskresi zat-zat penting urin dengan mengurangi laju
filtrasi glomerulus sehingga akan memperburuk insufisiensi ginjal
(Mutschler, 1991).
Dengan demikian obat yang dapat digunakan secara terapetik
hanyalah yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi gerakan
air dan elektrolit dalam organisme. Pengaruh terhadap proses transport
hanya seakan-akan saja khas terhadap ginjal. Karena konsentrasi
diuretik pada saat melewati nefron meningkat dengan hebat, maka
efeknya pada ginjal (efek diuretika) dibandingkan efek pada organ lain
lebih dominan. Jika pada peningkatan ekskresi air terjadi juga
peningkatan garam-garam, maka diuretika ini dinamakan saluretika atau
natriuretika (diuretik dalam arti sempit) (Mutschler,1991).
Efek Diuretik Ekstrak..., Asih Arum Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2014
6
2. Mekanisme Kerja Diuretik
Kebanyakan diuretik bekerja dengan mengurangi reaksorbsi
natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih dan demikian juga dari
air diperbanyak. Obat-obat diuretika biasanya bekerja khusus terhadap
tubuli, tetapi juga di tempat lain, yakni:
a) Tubuli proksimal
Garam reabsorbsi secara aktif (70%), antara lain Na+ dan air,
begitu pula glukosa dan ureum. Reabsorbsi berlangsung secara
proporsional sehingga susunan filtrat tidak berubah dan tetap
isotonis terhadap plasma. Diuretik osmosis (manitol, sorbitol)
bekerja disini dengan merintangi reabsorpsi air dan natrium (Tjay
dan Rahardja, 2002).
b) Lengkungan Henle
Di bagian menaik lengkungan Henle ini 2,5% dari semua Clyang telah difiltrasi direabsorpsi secara aktif, disusul dengan
reabsorpsi pasif dari Na+ dan K+, tetapi tanpa air hingga filtrat
menjadi hipotonis. Diuretik lengkungan (furosemid, bumetamida,
etakrinat) bekerja dengan merintangi transport Cl- dan demikian
reabsorpsi Na+, pengeluaran K+ dan air diperbanyak (Tjay dan
Rahardja, 2002).
c) Tubuli Distal
Di bagian pertama tubuli ini, Na+ direabsorpsi secara aktif
tanpa air hingga difiltrat menjadi lebih cair dan hipotonis. Senyawa
tiazida dan klortalidon bekerja di tempat ini. Dibagian kedua segmen
ini, ion Na+ ditukarkan dengan ion K+ atau NH4+ proses ini
dikendalikan oleh hormon anak ginjal aldosteron. Antagonis
aldosteron (spironolakton) dan zat-zat penghemat kalium (amilorid
dan triamteren) bekerja disini (Tjay dan Rahardja, 2002).
Efek Diuretik Ekstrak..., Asih Arum Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2014
7
d) Saluran pengumpul
Hormon antidiuretik ADH (vasopressin) hipofise bertitik
kerja di sini dengan jalan mempengaruhi permeabilitas bagian air
dari sel-sel saluran ini (Tjay dan Rahardja, 2002). Diuretik selain
memperbanyak pengeluaran air juga dapat menambah pengeluaran
elektrolit.
Maka
diuretik
dapat
menyebabkan
gangguan
keseimbangan elektrolit dan air. Secara umum diuretik dapat di bagi
menjadi dua golongan besar yaitu diuretik osmotik dan penghambat
transport elektrolit di tubuli ginjal. (Ganong, 1989).
3. Golongan Diuretik
Berdasarkan mekanisme kerjanya, diuretik diklasifikasikan
menjadi lima golongan yaitu :
a) Diuretik osmotik
Diuretik osmotik adalah senyawa yang dapat meningkatkan
ekskresi urin dengan mekanisme kerja berdasarkan perbedaan
tekanan
osmosa.
Diuretik
merupakan
natriuretik,
dapat
meningkatkan ekskresi natrium dan air.
Diuretik osmotik merupakan zat bukan elektrolit yang mudah
dan cepat di ekskresi oleh ginjal. Suatu zat bertindak sebagai diuretik
osmotik apa bila memenuhi 4 syarat : (1) difiltrasi secara bebas oleh
glomerolus; (2) tidak atau hanya seikit direabsorbsi oleh tubuli
ginjal; (3) secara farmakologis merupakan zat yang inert; (4) resisten
terhadap perubahan metabolik. Dengan sifat maka diuretik osmotik
dapat diberikan dalam jumlah besar sehingga turut menentukan
derajat osmolaritas plasma, filtrat glomerolus, dan cairan tubuli
(Ganiswara, 2003)
Efek samping diuretik osmotik antara lain : gangguan
keseimbangan elektrolit, dehidrasi, mata kabur, nyeri kepala dan
takikardia. Contoh : manitol, digunakan jika turunan thiazid sudah
tidak efektif lagi (Siswandono dan Soejardjoo, 2000).
Efek Diuretik Ekstrak..., Asih Arum Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2014
8
b) Diuretik penghambat karbonik anhidrase
Karbonik
anhidrase
adalah
enzim
yang
mengkatalis
CO2+H2O ↔ H2CO3. Enzim ini terdapat dalam sel korteks renali,
pankreas, mukosa lambung, eritrosit, SSP, tetapi tidak terdapat
dalam plasma. Mekanisme karbonik anhidrase yaitu dengan
menghambat reaksi pembentukan H+ dan HCO3¯ dalam sel tubuli
sehingga sekresi H+ berkurang sehingga pertukaran Na+ oleh H+
terhambat. Hal ini menyebablan meningkatnya ekskresi bikarbonat,
Na+ K+ melalui urine sehingga urine menjadi alkalis. Bertambahnya
ekskresi kalium disebabkan oleh pertukaran Na+ dengan K+ menjadi
lebih aktif, menggantikan pertukaran dengan H+. Meningkatnya
ekskresi
elektrolit
menyebabkan
bertambahnya
ekskresi
air
(Ganiswara, 2003).
Contoh obatnya : asetazolamid, diklorfenamid.
c) Diuretik kuat
Diuretik kuat bekerja dengan menghambat reabsorbsi
elektrolit. Secara umum diuretik kuat mempunyai mula kerja dan
lama kerja yang lebih pendek dari thiazid. Hal ini ditentukan oleh
faktor farmakokinetik dan adanya mekanisme kompensasi.
Mekanisme kerja obat diuretik kuat yaitu meningkatnya
ekskresi K⁺ dan kadar asam urat plasma. Ekskresi Ca⁺ dan Mg⁺ ⁺
juga ditingkatkan sebanding dengan meningginya ekskresi Na⁺ .
Diuretik kuat meningkatkan asam yang dapat dititrasi dengan
ammonia yang berefek pada nefron dan merupakan penyebab
terjadinya alkalosis metabolik (Ganiswara, 2003)
Contoh obat diuretik kuat : Furosemid, Bumetamid, Asam
etakrinat. Ketiga obat tersebut mempunyai daya hambat enzim
Efek Diuretik Ekstrak..., Asih Arum Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2014
9
karbonik
anhidrase
karena
merupakan
derivate
sulfanamid
(Ganiswara, 2003)
d) Diuretik hemat kalium
Yang tergolong kelompok ini adalah antagonis aldosteron,
triamteren, dan amilorid. Aldosteron merupakan mineralokortikoid
endogen yang paling kuat. Peranan utama aldosteron ialah
memperbesar reabsorbsi natrium dan klorida ditubuli serta
memperbesar
ekskresi
kalium.
Mekanisme
kerja
antagonis
aldosteron adalah penghambatan kompetitif terhadap aldosteron.
Dengan pemberian antagonis aldosteron, reabsorbsi Na⁺ di tubuli
distal dan duktus kologentes dikurangi, dengan demikian ekskresi
K⁺
berkurang. Treamteren dan amilorid memperbesar eksresi
natrium dan klorida, sedangkan ekresi kalium berkurang (Ganiswara,
2003)
e) Benzotiazid
Efek farmakodinamik tiazid ialah mempertinggi ekskresi
Na⁺
, Cl⁻ , dan air. Efek ini disebabkan oleh penghambatan
mekanisme reabsorbsi elektrolit pada tubuli ginjal. Tiazid dapat
menurunkan tekanan darah penderita hipertensi bukan saja karena
efek diuretik tetapi juga efek langsung terhadap artiola sehingga
terjadi vasodilatasi. (Ganiswara, 2003)
f) Diuretik Pembentukan Asam
Diuretik pembentuk asam adalah senyawa anorganik yang
dapat menyebabkan urin bersifat asam dan mempunyai efek diuretik.
Efek diuretik yang ditimbulkan dari senyawa ini lemah dan
menimbulkan asidosis sistemik
Efek samping senyawa ini antara lain : iritasi lambung,
penurunan nafsu makan, mual, asidosis dan ketidaknormalan fungsi
ginjal. Contoh : ammonium klorida, ammonium nitrat dan kalsium
klorida (Soekarjo dan Siswandono, 2000)
Efek Diuretik Ekstrak..., Asih Arum Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2014
10
g) Diuretik merkuri organik
Diuretik merkuri organik adalah saluretik karena dapat
menghambat absorbsi kembali ion Na⁺ , Cl⁻ , dan air. Penggunaan
diuretik ini tidak menimbulkan hipokalemi, tidak mengubah
keseimbangan elektrolit dan tidak mempengaruhi metabolisme
karbohidrat dan asam urat.
Efek samping senyawa
ini antara lain: iritasi lokal,
menimbulkan nekrosis jaringan dan menimbulkan reaksi sistematik
yang berat sehingga sekarang jarang digunakan sebagai diuretik
(Soekarjo dan Siswandono, 2000)
4. Pengobatan dengan diuretik
a) Keadaan dengan edema
Alasan yang paling lazim dari penggunaan diuretik adalah
menurunkan edema atau paru yang terjadi sebagai hasil dari
penyakit pada jantung, ginjal atau abnormalitas cairan. Semua
diuretik dapat digunakan untuk keadaan udema. Keadaan dengan
udema yang dapat diatasi dengan diuretik antara lain:
1. Gagal ginjal
Cara kerja diuretik pada gagal jantung adalah dengan
menurunkan retensi garam dan air yang karenanya menurunkan
preload vemtrikuler. Edema yang berkaitan dengan gagal
jantung biasanya menggunakan diuretik loop. Pada beberapa
keadaan, retensi air dan garam dapat menjadi sangat berat
sehingga diperlukan kombinasi tiazid dan diuretik loop.
2. Penyakit ginjal
Penderita penyakit ginjal yang mengarah ke sindrom
nefrotik sering menimbulkan masalah yang komplek dalam
pengaturan volume. Pada pasien tersebut, penggunaan diuretik
dapat
semakin
menurunkan
volume
plasma
sehingga
mengganggu laju filtrasi glomerilus dan menyebabkan hipotensi
Efek Diuretik Ekstrak..., Asih Arum Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2014
11
ortostatik. Diuretik loop sering merupakan obat pilihan terbaik
dalam pengobatan edema yang terkaut dengan gagal ginjal.
Namun
pada
penggunaan
diuretik
berlebihan
dapat
menyebabkan penurunan fungsi ginjal.
3. Sirosis hati
Penyakit hati sering diikuti dengan edema dan asites
yang erat hubungannya dengan peningkatan tekanan hidrostatik
portal dan penurunan tekanan onkotik plasma. Penggunaan
kombinasi diuretik loop dan antagonis reseptor aldosteron dapat
bermanfaat pada beberapa penderita.
4. Edema idiopatik
Walaupun telah diteliti secara intensif, patofisiologi
gangguan ini (edema dan retensi garam yang berfluktuasi) masih
belum jelas. Beberapa penelitian, tapi tidak semua, menyatakan
bahwa penggunaan diuretic intermiten dapat ikut berperan
dalam sindrom ini. Edema idiopatik sebaiknya hanya ditangani
melalui pembatasan garam ringan saja (Bertram at el, 2010)
b) Keadaan tanpa edema
1. Hipertensi
Teorinya, kerja tiazid sebagai diuretik dan vasodilator
ringan bermanfaat mengobati semua penderita hipertensi
esensial, dan juga bermanfaat bagi sebagian besar penderita
lainnya. Diuretik juga berperan penting bagi pasien yang
memerlukan berbagai macam obat untuk mengontrol tekanan
darah. Diuretik meningkatkan efektivitas
berbagai obat,
terutama penghambat ACE. Pasien yang diobati menggunakan
vasodilator kuat, seperti hidralazin atau minoksidil, biasanya
memerlukan penggunaan bersama diuretik karena vasodilator ini
menyebabkan retensi garamdan air yang bermakna.
Efek Diuretik Ekstrak..., Asih Arum Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2014
12
2. Nefrolitiasis
Banyak pasien yang menderita batu ginjal menunjukan
defek dalam reabsorpsi Ca2+ di tubulus proksimal yang
menyebabkan hiperkalsiuria. Gangguan ini dapat diobati
menggunakan diuretic tiazid.
3. Hiperkalsemia
Hiperkalsemia dapat merupakan suatu kedaruratan
medis. Karena menurunkan reabsorpsi Ca2+, diuretik cukup
efektif menimbulkan dieresis Ca2+. pengobatan yang biasa
dilakukan adalah dengan memberikan infuse normal saline dan
furosemid (80-120 mg) intravena.
4. Diabetes insidious
Diabetes insidious dapat terjadi akibat defisiensi
produksi ADH ( diabetes insipidus neurogenik atau sentral) atau
akibat respon terhadap ADH yang tidak adekuat. Diuretik tiazid
dapat menurunkan poliuria dan polidipsia pada kedua tipe
diabetes insipidus.
5. Efek samping penggunaan diuretik
1. Otoksisitas
Tiazid dan diuretik loop dapat menyebabkan reaksi kulit dan nefritis
interstitial. Diuretik loop dapat menyebabkan otoksisitas, biasanya
pada pasien yang menerima dosis yang sangat tinngi.
2. Hiponatremia
Hiponatermia mudah terjadi pada penggunaan diuretik loop yang
bekerja ditubuli distal, keadaan ini akan lebih berat bila penderita
dianjurkan pantang garam tetapi bebas minum air.
3. Hiperkalsemia
Diuretik tiazid dapat meningkatkan kadar kalsium urin sehingga
dapat menyebabkan hiperkalsemia.
Efek Diuretik Ekstrak..., Asih Arum Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2014
13
4. Hiperkalemia
Diuretik hemat kalium jika dikombinasi dengan obat golongan
inhibitor
angiotensin
converting
enzim
dapat
menyebabkan
hiperkalemia. Oleh karena itu golongan obat ini tidak boleh
diberikan pada penderita gagal ginjal.
5. Hiperurisemia
Diuretic loop dapat menyebabkan hiperurisemia dan peningkatan
kadar asam urat. Hal ini disebabkan oleh hipovolemia yang terkait
dengan peningkatan reabsorpsi asam urat di tubulus proksimal. Hal
ini dapat dihindari dengan menggunakan dosis yang lebih rendah.
Efek Diuretik Ekstrak..., Asih Arum Sari, Fakultas Farmasi UMP, 2014
Download