BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Isolator Pada instalasi tenaga listrik dan peralatan listrik dijumpai konduktorkonduktor yang berbeda potensialnya, sehingga dibutuhkan isolator untuk mengisolir konduktor dengan konduktor, maupun mengisolir konduktor dengan bagian peralatan yang terhubung secara listrik dengan tanah.[2] 2.1.1. Jenis Isolator[1] Isolator merupakan salah satu bahan dielektrik yang digunakan untuk memisahkan konduktor bertegangan dengan kerangka penyangga yang dibumikan. Berdasarkan bahan pembuatnya isolator terdiri dari isolator keramik dan isolator polimer. Berikut akan dijelaskan secara singkat mengenai kedua isolator tersebut. 1. Isolator keramik Isolator keramik pertama kali digunakan sebagai salah satu komponen di jaringan telegraf pada tahun 1800. Berdasarkan bahan pembuatannya, isolator keramik terdiri dari dua jenis yaitu isolator porselen dan isolator kaca. Bahan porselen digunakan dalam pembuatan isolator rantai, isolator tipe post dengan inti padat maupun berongga, isolator tipe pin, isolator post dengan sirip banyak dan bushing. Isolator berbahan porselen sering dilapisi dengan suatu lapisan mengkilat yang berfungsi untuk meningkatkan daya tahan pada permukaannya. Ada beberapa rancangan dasar dari isolator keramik, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1 (a), (b) dan (c). 6 Universitas Sumatera Utara (a) (b) (c) Gambar 2.1 Tipe konstruksi dari isolator gantung keramik. (a) Standar (b) Tipe terbuka (c) Anti kabut dan digunakan pada aplikasi tegangan DC Kaca kebanyakan digunakan dalam pembuatan isolator rantai dan isolator tipe post yang bersirip banyak. Pada umumnya isolator kaca diproduksi melalui pemanasan material kaca. Tujuan dari pemanasan ini adalah untuk menghasilkan bentuk isolator yang diinginkan dan mendapatkan sifat yang lebih kokoh dan tidak mudah retak. Bahan porselen dan kaca memiliki permukaan yang bersifat lembam, sehingga dengan sifat tersebut, bahan porselen dan kaca ini mempunyai ketahanan yang tinggi jika pada permukaannya terjadi busur api. Bahan porselen dan kaca juga memiliki ketahanan yang tinggi terhadap tekanan. Berdasarkan konstruksinya, isolator keramik dibagi menjadi empat jenis yaitu isolator tipe pin, isolator tipe post, isolator tipe pin-post dan isolator gantung. Isolator tipe pin, post dan pin-post digunakan untuk jaringan 7 Universitas Sumatera Utara distribusi hantaran udara tegangan menengah. Isolator post juga digunakan untuk pasangan dalam (indoor) yaitu sebagai penyangga rel daya pada panel tegangan menengah. Isolator gantung digunakan untuk jaringan hantaran udara tegangan menengah dan tegangan tinggi. Pada jaringan tegangan menengah, isolator gantung digunakan pada tiang akhir dan tiang sambungan. Bentuk dari keempat isolator ini ditunjukkan pada Gambar 2.2 (a), (b), (c) dan (d). Gambar 2.2 Bentuk-bentuk isolator keramik. (a) Tipe pin (b) Tipe post (c) Tipe pin-post (d) Isolator piring 2. Isolator Polimer Isolator polimer atau isolator non-keramik pertama kali diperkenalkan pada tahun 1959. Bahan utama pembuatan isolator polimer adalah epoksi. Isolator polimer yang dipasang di luar ruangan rentan terhadap masalah kerusakan akibat sinar ultraviolet dan erosi. Kerusakan yang terjadi pada isolator polimer umumnya berhubungan dengan penggunaan material yang tidak tepat, teknik produksi, kualitas batang serat fiber yang rendah, serta penyegelan antara batang, kerangka dan ujung logam yang tidak bagus. Penyebab kerusakan isolator polimer dapat juga berupa pengapuran, krasing (patah inti polimer), dan penetrasi air. Selain itu, material polimer umumnya rentan terhadap pengaruh lingkungan dan polusi yang tinggi. Keuntungan 8 Universitas Sumatera Utara dari isolator polimer adalah berat dari isolator yang 90% lebih ringan dibanding dengan isolator keramik. Isolator polimer juga mempunyai sifat hidrofobik, sifat termal dan dielektrik yang lebih baik. Selain itu, isolator polimer juga memiliki kekuatan mekanik yang lebih baik dibandingkan dengan isolator keramik dan gelas. Pada awalnya desain utama dari isolator ini ada dua, yaitu dalam bentuk isolator gantung dan tipe post seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.3 (a) dan (b). Besi tempa dan logam yang disatukan dengan menggunakan proses swaging Serat fiber yang diperkuat batang damar Karet penahan udara dan selubung batang (a) Ujung logam yang disatukan dengan batang fiber melalui proses swaging Karet penahan udara dan lapisan pelindung Serat fiber yang diperkuat batang damar (b) Gambar 2.3 Bentuk isolator polimer. (a) Tipe rantai dan (b) Tipe post 9 Universitas Sumatera Utara Isolator polimer memanfaatkan inti dari serat fiber sebagai penopang mekanis. Pada serat fiber tersebut ditambatkan logam untuk menambah kekuatan mekanis pada isolator. 2.1.2. Tahanan Isolator[1] Apabila isolator memikul tegangan searah (DC), maka arus akan mengalir melalui permukaan dan bagian dalam isolator. Arus yang melalui permukaan disebut arus permukaan. Sedangkan hambatan yang dialami arus ini disebut tahanan permukaan. Arus yang melalui bagian dalam isolator disebut arus volume dan hambatan yang dialami arus tersebut disebut tahanan volume. Besarnya tahanan volume dipengaruhi oleh bahan isolator yang digunakan. Sedangkan besarnya tahanan permukaan dipengaruhi oleh kondisi dari permukaan isolator. Jumlah arus volume dan arus permukaan disebut arus bocor. Jika tegangan yang dipikul isolator adalah tegangan bolak-balik (AC), maka selain kedua jenis arus tersebut, pada isolator juga mengalir arus kapasitif. Arus kapasitif terjadi karena adanya kapasitansi yang dibentuk isolator dengan elektroda. Pada Gambar 2.4 ditunjukkan arus permukaan, arus volume dan arus kapasitif yang mengalir pada suatu isolator. Gambar 2.4 Arus bocor pada permukaan isolator 10 Universitas Sumatera Utara Rangkaian listrik ekivalen suatu isolator ditunjukkan pada Gambar 2.5. Gambar 2.5 Rangkaian ekivalen arus bocor Menurut Gambar 2.5, arus bocor yang mengalir melalui suatu isolator adalah: .......................................................... (2.1) Karena tahanan volume relatif besar dibandingkan dengan tahanan permukaan, maka menyebabkan arus volume dapat diabaikan. Sehingga, arus bocor total menjadi: .................................................................. (2.2) Dengan demikian, tahanan ekivalen isolator menjadi seperti pada Gambar 2.6. Gambar 2.6 Rangkaian ekivalen arus bocor pada isolator 11 Universitas Sumatera Utara Tahanan permukaan isolator dapat bervariasi, bergantung pada material yang menempel pada permukaan isolator. Keadaan iklim, daerah pemasangan isolator serta kelembaban udara menjadi faktor yang mempengaruhi besar dari tahanan permukaan isolator. Polutan yang menempel pada permukaan isolator akan menyebabkan tahanan permukaan isolator turun dan meningkatkan besar arus permukaan yang mengalir pada permukaan isolator sehingga arus bocor semakin besar. 2.1.3. Pengukuran Resistansi Bahan Isolasi Padat[3] Hampir semua sistem isolasi peralatan listrik menggunakan bahan isolasi padat. Bahan isolasi padat yang sering digunakan untuk sistem isolasi suatu peralatan, antara lain ialah kain katun, kertas, karet, resin, aspal, kayu keras, keramik, PVC, dan kaca. Resistansi bahan-bahan isolasi ini perlu diukur sebelum digunakan menjadi bagian dari suatu sistem isolasi. Ada dua metode pengukuran resistansi isolasi: (1) metode pengukuran langsung dan (2) metode pengukuran tidak langsung. 2.1.3.1. Metode Pengukuran Langsung Pengukuran resistansi suatu bahan isolasi meliputi pengukuran resistansi permukaan dan resistansi volume. Jika suatu bahan isolasi ditempatkan di antara dua elektroda yang berbeda tegangan, arus yang diberikan sumber tegangan kepada elektroda sama dengan jumlah arus permukaan dengan arus volume. Karena itu, resistansi bahan isolasi dapat dituliskan sebagai ............................................................... (2.3) Jika IV dibuat sama dengan nol, resistansi yang terukur adalah resistansi pemukaan .......................................................................... (2.4) 12 Universitas Sumatera Utara Jika IP dibuat sama dengan nol, resistansi yang terukur adalah resistansi volume .......................................................................... (2.5) Pengukuran resistansi isolasi menggunakan dua elektroda piring dan satu elektroda cincin seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.7. Gambar 2.7 Elektroda pengukuran resistansi isolasi Rangkaian pengukuran resistansi isolasi secara langsung ditunjukkan pada Gambar 2.8. Untuk pengukuran resistansi permukaan, arus volume diusahakan sama dengan nol yang dapat dicapai dengan jalan menyamakan tegangan kedua elektroda P1 dan P2 (Gambar 2.8a). Sedangkan untuk pengukuran resistansi volume, arus permukaan diusahakan sama dengan nol yang dapat dicapai dengan jalan menyamakan tegangan elektroda P1 dengan cincin (Gambar 2.8b). Untuk kedua rangkaian pengukuran ini, resistansi isolasi sama dengan perbandingan penunjukan pada voltmeter (V) dengan penunjukan pada ammeter (A). Tegangan yang dibutuhkan untuk pengukuran ini 100 – 1000 V. 13 Universitas Sumatera Utara (a) (b) Gambar 2.8 Metode pengukuran resistansi isolasi secara langsung 2.1.3.2. Metode Pengukuran Tidak Langsung Karena arus yang mengalir pada suatu bahan isolasi sangat kecil, pengukuran resistansi isolasi dengan menggunakan ammeter dan voltmeter seperti metode pengukuran langsung di atas sulit dilaksanakan. Karena itu, arus diukur dengan galvanometer. Ada dua metode pengukuran tidak langsung: 1. Metode pengukuran rangkaian seri, dan 2. Metode pengukuran rangkaian paralel. Metode Pengukuran Tidak Langsung Rangkaian Seri. Pengukuran resistansi isolasi tidak langsung rangkaian seri ditunjukkan pada Gambar 2.9. Metode ini menggunakan resistor standar yang terhubung seri dengan bahan isolasi yang diuji. Elektroda pengukuran sama seperti pada pengukuran langsung (Gambar 2.7). B adalah sumber tegangan DC yang stabil dan dapat membangkitkan tegangan antara 500 – 1000 V. Galvanometer (G) harus mempunyai sensitivitas yang tinggi dan dihubungkan paralel dengan resistor shunt (Rsh). Dengan mengatur nilai resistor shunt ini, penunjukan pada galvanometer dapat diatur sehingga dapat terbaca. Dengan demikian, ketelitian pengukuran dapat diperoleh ± 10%. Cara pengukurannya dijelaskan berikut ini. 14 Universitas Sumatera Utara (a) (b) Gambar 2.9 Pengukuran resistansi isolasi secara tidak langsung rangkaian seri Mula-mula sakelar S1 dibuka dan Su dihubungkan ke sumber tegangan DC (B). Dengan demikian, bahan isolasi yang diuji terhubung seri dengan resistor standar. Dalam hal ini, resistansi yang terukur adalah jumlah resistansi isolasi dengan nilai resistor standar tersebut. Resistor shunt diatur sedemikian rupa sehingga galvanometer G menunjuk penyimpangan yang besar atau dapat dibaca. Dimisalkan faktor pengali resistor shunt sama dengan Fx (perbandingan arus total dengan arus pada resistor shunt), dan penunjukan pada galvanometer sama dengan Dx. Kemudian sakelar Su dihubungkan ke tanah untuk membuang muatan yang tersimpan pada benda uji. Selanjutnya, sakelar S1 ditutup dan Su dihubungkan ke sumber tegangan. Dengan demikian, resistansi yang terukur sekarang hanya nilai resistor standar. Dengan cara yang sama seperti sebelumnya, resistor shunt diatur sedemikian rupa sehingga galvanometer G menunjuk penyimpangan yang besar atau dapat dibaca. Misalkan faktor pengali resistor shunt sama dengan Fs dan penunjukan pada galvanometer sama dengan Ds. Dengan cara ini resistansi isolasi dihitung dengan rumus ................................................................. (2.6) 15 Universitas Sumatera Utara Radius efektif elektroda pengukuran adalah ............................................................... (2.7) ........................................................ (2.8) dengan r1 = radius elektroda P1 (mm) g = panjang sela antara elektroda P1 dengan elektroda cincin (mm) s = tebal bahan isolasi (mm) Setelah Rx diketahui, resistivitas volume bahan isolasi dapat dihitung dengan rumus ..................................................................... (2.9) dengan Rx adalah resistansi yang diperoleh pada saat pengukuran resistansi volume (Gambar 2.9a). Untuk elektroda cincin konsentris, resistivitas permukaannya adalah ........................................................ (2.10) dengan Rx adalah nilai resistansi yang diperoleh pada saat pengukuran resistansi permukaan (Gambar 2.9b). Metode Pengukuran Tidak Langsung Rangkaian Paralel. Pengukuran resistansi isolasi tidak langsung rangkaian paralel ditunjukkan pada Gambar 2.10. Metode ini menggunakan resistor standar yang terhubung paralel dengan bahan isolasi yang diuji. Resistansi volume bahan isolasi diukur dengan rangkaian seperti pada Gambar 2.10a, sedangkan resistansi permukaan bahan isolasi diukur dengan rangkaian seperti pada Gambar 2.10b. Mula-mula galvanometer G dikalibrasi dengan resistor standar Rs, yaitu dengan jalan memindahkan sakelar S2 pada posisi 1 dan mencatat penyimpangan pada galvanometernya; misalkan penyimpangan pada galvanometer adalah Ds. Kemudian sakelar S2 dipindahkan ke posisi 2, 16 Universitas Sumatera Utara dan penyimpangan pada galvanometer dicatat; misalkan hasil yang diperoleh pada keadaan ini adalah Dx. Setelah selesai pengukuran, sakelar S1 ditanahkan untuk membuang muatan dari objek uji ke tanah. Resistansi isolasi dihitung dengan persamaan .................................................................... (2.11) (a) (b) Gambar 2.10 Pengukuran resistansi isolasi secara tidak langsung rangkaian paralel 2.1.4. Isolator Terpolusi[4] Isolator baik yang terpasang di ruang terbuka maupun tertutup, akan dilapisi oleh polutan yang terkandung di udara. Polutan ini dapat mempengaruhi konduktivitas permukaan dari isolator tersebut sehingga dapat menyebabkan kegagalan isolasi. Beberapa jenis polutan yang sangat berpengaruh terhadap tahanan permukaan isolator adalah: Garam. Garam ini dapat berasal dari udara yang berhembus dari laut dan yang berasal dari zat kimia di jalanan yang menguap. Limbah pabrik dalam bentuk gas seperti karbon dioksida, klorin, SOx, dan NOx dari pabrik kimia dan sebagainya. Kotoran burung. Pasir di daerah gurun. 17 Universitas Sumatera Utara Kondisi cuaca akan mempengaruhi polusi pada permukaan isolator ini. Angin dapat membawa garam dan pasir sampai ke permukaan isolator. Hujan deras dapat membersihkan polutan terutama di bagian atas permukaan isolator sedangkan gerimis, kelembaban yang tinggi, dan kabut akan membuat lapisan polutan menjadi basah. Untuk mengurangi polusi pada permukaan isolator, dilakukan beberapa usaha sebagai berikut: Pembersihan Pembersihan yang dimaksud adalah pembersihan secara alami oleh hujan atau pembersihan (pencucian) rutin.[2] Pencucian dapat dilakukan secara otomatis dan manual seperti dengan menggunakan helikopter. Untuk pencucian dalam keadaan bertegangan, ada 2 syarat yang harus diperhatikan yaitu: 1. Air yang digunakan adalah air murni tanpa mineral dan memiliki tahanan jenis lebih besar dari 50.000 Ω cm. 2. Urutan pencucian harus dimulai dari bawah ke atas untuk mencegah terkumpulnya polutan. Pelapisan (greasing/coating) Salah satu metode untuk mencegah kegagalan isolasi pada isolator adalah dengan melapisi permukaan isolator dengan lapisan minyak. Keuntungan dari metode ini adalah mendapatkan sifat hidrofobik, yaitu sifat bahan yang membuat permukaannya tetap kering karena air sulit untuk menempel pada permukaannya. Bahan yang bersifat hidrofobik yaitu minyak dan lilin. Keuntungan lainnya dari metode ini adalah terperangkapnya atau terikatnya polutan oleh minyak dan mencegah polutan ini basah akibat embun. Minyak yang digunakan terbuat dari silikon atau hidrokarbon. Kekurangan metode ini adalah harus mengganti minyak yang telah lama digunakan, biasanya dilakukan setiap tahun. Perpanjangan sirip (extender shed) Sirip isolator diperpanjang dengan bahan polimer seperti ditunjukkan pada Gambar 2.11. Perpanjangan sirip ini dipasangkan pada sirip isolator dengan menggunakan perekat dan tidak boleh ada celah udara di antara 18 Universitas Sumatera Utara sirip porselin dengan sirip tambahan karena akan menyebabkan peluahan sebagian pada celah udara ini yang akan merusak polimer dan isolator. Selain memperpanjang jarak rambat, perpanjangan sirip ini memudahkan air yang membawa polutan akibat hujan atau embun untuk mengalir dari permukaan isolator. Tambahan polimer Sirip porselen Gambar 2.11 Perpanjangan sirip yang terpasang pada isolator porselen 2.1.5. Pengukuran Tingkat Polusi Menurut standar IEC 815, ayat 2, ada 3 metode untuk menentukan tingkat bobot polusi isolator di suatu kawasan, yaitu:[2] a. Berdasarkan analisa kualitatif kondisi lingkungan. Tabel 2.1 Tingkat polusi dilihat dari lingkungannya[5] No. 1. Tingkat Ciri Lingkungan Berdasarkan Bobot Polusi Analisa Kualitatif Ringan Kawasan tanpa industri dan pemukiman yang dilengkapi sarana pembakaran dengan kepadatan rumah rendah Kawasan dengan kepadatan industri rendah atau pemukiman, tetapi sering terkena angin dan/atau hujan Kawasan pertanian Kawasan pegunungan ESDD (mg/cm2) 0,06 Semua kawasan ini harus terletak paling sedikit 10 – 20 km dari laut dan bukan kawasan terbuka bagi hembusan angin langsung dari laut. 19 Universitas Sumatera Utara 2. Sedang Kawasan industri, khususnya yang tidak menghasilkan asap polusi dan/atau pemukiman yang dilengkapi sarana pembakaran dengan kepadatan rumah sedang 0,20 Kawasan dengan kepadatan rumah tinggi, tetapi sering terkena angin dan/atau hujan Kawasan terbuka bagi angin laut tetapi tidak terlalu dekat dengan pantai (paling sedikit berjarak beberapa kilometer dari pantai) 3. Berat Kawasan dengan kepadatan industri tinggi dan pinggiran kota besar dengan kepadatan sarana pembakaran yang tinggi 0,60 dan menghasilkan polusi Kawasan dekat laut atau kawasan yang senantiasa terbuka bagi hembusan angin laut yang relatif kencang 4. Sangat Berat Kawasan yang umumnya cukup luas, terkena debu konduktif dan asap industri yang khususnya menghasilkan endapan konduktif tebal Kawasan yang umumnya cukup luas sangat dekat dengan pantai dan terbuka bagi semburan air laut atau hembusan angin laut > 0,60 ayng sangat kencang dan mengandung polutan Kawasan padang pasir yang ditandai dengan tidak adanya hujan untuk jangka waktu lama, terbuka bagi angin kencang yang membawa pasir dan garam, serta terkena kondensasi yang tetap b. Berdasarkan evaluasi terhadap pengalaman lapangan tentang perilaku isolator yang sudah terpasang di kawasan tersebut. c. Berdasarkan pengukuran polutan isolator yang sudah terpasang/beroperasi. 20 Universitas Sumatera Utara Ada banyak metode untuk menentukan bobot polusi isolator. Metode yang umum digunakan adalah metode ESDD (Equivalent Salt Deposit Density) dan tinjauan lapangan. Metode ESDD dilakukan dengan mengukur konduktivitas polutan kemudian disetarakan dengan bobot garam dalam larutan air yang konduktivitasnya sama dengan konduktivitas polutan tersebut.[4] 2.2. Pengaruh Kadar Asam terhadap Arus Bocor Isolator 2.2.1. Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit[6] Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik. Larutan terdiri atas zat terlarut dan pelarut. Berdasarkan daya hantar listriknya (daya ionisasinya), larutan dibedakan dalam dua macam, yaitu larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Larutan ini dibedakan atas: 1. Elektrolit kuat Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar listrik yang kuat, karena zat terlarutnya didalam pelarut (umumnya air), seluruhnya berubah menjadi ion-ion. Yang tergolong elektrolit kuat adalah: Asam-asam kuat, seperti : HCl, H2SO4, HNO3 dan lain-lain. Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, seperti: NaOH, KOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-lain. Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al2(SO4)3 dan lain-lain. 2. Elektrolit lemah Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah. Yang tergolong elektrolit lemah: 21 Universitas Sumatera Utara Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lainlain Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2 dan lain-lain Larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik, karena zat terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ionion (tidak mengion). 2.2.2. Molaritas (M)[7] Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan atau jumlah milimol zat terlarut dalam 1 mL larutan. ................................................ (2.12) ....................................................... (2.13) di mana: M = molaritas (Molar) g = massa zat terlarut (gram) Mr = massa relatif/massa molar 2.2.3. Daya Hantar Listrik[8] Larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik karena di dalam larutan tersebut terkandung atom-atom atau kumpulan atom yang bermuatan listrik (ion) yang bergerak bebas. Molaritas suatu larutan elektrolit mempengaruhi daya hantar listrik larutan tersebut. Semakin tinggi molaritas suatu larutan elektrolit, maka akan semakin besar daya hantar listrik di antara kedua elektroda. Atau dengan kata lain, semakin banyak jumlah zat suatu elektrolit, maka akan semakin tinggi konduktivitasnya. Sebaliknya, semakin rendah molaritasnya, maka semakin kecil daya hantar listriknya (konduktivitas berkurang). 22 Universitas Sumatera Utara Gambar 2.12 Pengaruh molaritas larutan HNO3 (a) 1M (b) 0,5M (c) 0,1M (d) 0M (air biasa) terhadap daya hantar listrik Gambar 2.12 (a) menunjukkan bahwa larutan HNO3 1M menghantarkan arus listrik dengan baik. Hal ini tampak dari nyala lampu yang terang dan banyak terdapat gelembung pada larutan tersebut. Pada Gambar 2.12 (b), nyala lampu masih terang, tetapi gelembung yang dihasilkan sedikit. Pada Gambar 2.12 (c), lampu tidak lagi menyala, tetapi masih terdapat gelembung meskipun sedikit. Pada Gambar 2.12 (d), baik nyala lampu maupun gelembung tidak ada lagi. Dari keterangan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa isolator yang terpolusi asam dengan kadar molaritas polutan yang berbeda-beda, akan mempengaruhi konduktivitas permukaan isolator. Perubahan konduktivitas polutan pada isolator menyebabkan perubahan pada arus bocor isolator. 23 Universitas Sumatera Utara