5.1. TATA CARA PENYELENGGARAAN

advertisement
5.1.
TATA CARA PENYELENGGARAAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS
5.1.1. Transparansi
Transparansi dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan pada dasarnya dapat
diterapkan dengan memberikan akses kepada semua pihak yang berkepentingan
ataupun membutuhkan untuk mengetahui informasi-informasi mengenai konsep
PNPM Mandiri Perkotaan, kebijakan serta pengambilan keputusan, perkembangan
kegiatan dan keuangan, serta informasi-informasi lainnya dari para pelaku PNPM
Mandiri Perkotaan, baik di tingkat pusat, daerah maupun masyarakat .
Dalam hal ini, semua informasi yang berkaitan dengan kegiatan dan keuangan
dana bantuan PNPM Mandiri Perkotaan harus dipublikasikan dan disebarluaskan
kepada masyarakat luas serta pihak-pihak lainnya secara terbuka melalui
berbagai saluran media, seperti pertemuan, media elektronik, media cetakan dan
sebagainya. Pada tataran masyarakat dan pelaku lainnya, maka notulensi
pertemuan, kebijakan, kondisi dan laporan keuangan bulanan, nama serta jumlah
pinjaman, jenis kegiatan yang diusulkan, penunggak pinjaman, dan lain-lain juga
harus disebarluaskan ke masyarakat melalui berbagai saluran media, termasuk
ditempelkan di papan-papan pengumuman di tempat-tempat strategis di seluruh
kelurahan/desa.
Pada sisi lain, PNPM Mandiri Perkotaan juga berupaya mendorong masyarakat
luas untuk menuntut hak atas segala informasi yang berkaitan dengan
pengelolaan kegiatan serta dana bantuan PNPM Mandiri Perkotaan oleh pelakupelaku PNPM Mandiri Perkotaan. Sebaliknya, pelaku-pelaku PNPM Mandiri
Perkotaan dan masyarakat penerima manfaat didorong pula untuk memberi
kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat serta pihak terkait lainnya yang ingin
mengetahui informasi dana serta kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan.
Penerapan transparansi secara konsisten oleh seluruh pelaku PNPM Mandiri
Perkotaan tersebut pada dasarnya dimaksudkan, antara lain; (1) terbangunnya
komunikasi yang baik antar pelaku PNPM Mandiri Perkotaan; (2) tumbuhnya
kesadaran masyarakat untuk melakukan kontrol sosial untuk mencegah sedini
mungkin terjadinya penyimpangan-penyimpangan melalui tumbuhnya kesadaran
masyarakat untuk melakukan kontrol sosial, (3) menghindarkan salah komunikasi
ataupun salah persepsi, (4) mendorong proses masyarakat belajar dan
“melembagakan” sikap bertanggung jawab serta tanggung gugat terhadap pilihan
keputusan dan kegiatan yang dilaksanakannya, (5) membangun kepercayaan
semua pihak (trust building) terhadap pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan
secara keseluruhan, serta sehingga pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan dapat
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, prinsip dan nilai universal.
Pelaksanaan transparansi oleh seluruh pihak yang berkepentingan tersebut dilakukan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di PNPM Mandiri Perkotaan, misalnya
Pedoman Umum PNPM, Petunjuk Operasional Umum, Petunjuk-Petunjuk Teknik,
Surat Keputusan PMU, Keppres, AD/ART, dan sebagainya
V- 1
Transparansi dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan ini harus dilakukan di
semua tataran, antara lain sebagai berikut:
a. Di tataran penyelenggara Program
Untuk menjaga agar transparansi pengelolaan Program ini dapat selalu dijaga,
maka di tataran penyelenggara harus dilakukan hal-hal sebagai berikut:
•
Secara periodik PMU/Satker wajib mensosialisasikan substansi dan
ketentuan PNPM Mandiri Perkotaan, baik di tataran pemerintah pusat,
pemerintah provinsi, pemerintah kota/kabupaten maupun masyarakat
sesuai kebutuhan. Sosialisasi ini dilakukan secara intensif melalui berbagai
media, seperti lokakarya, pertemuan, lobby, silaturahmi serta pengadaan
dan penyebarluasan media cetakan (buku-buku pedoman, spanduk,
brosur/leaflet, dll). Muatan sosialisasi dititikberatkan pada substansi PNPM
Mandiri Perkotaan, kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan
pelaksanaan, petunjuk-petunjuk pelaksanaan, dll;
•
Secara periodik PMU/Satker wajib mendiseminasikan PNPM Mandiri
Perkotaan secara luas, melalui berbagai saluran media, termasuk media
massa seperti radio, televisi dan koran, mengenai apa saja yang
disediakan Program ke masyarakat dan pemda serta sejauh mana
pencapaian Program;
•
PMU/Satker wajib mengembangkan dan mengelola situs jaringan internet
(Web-site) yang dapat dengan mudah diakses oleh semua pihak yang
berkepentingan terhadap Program PNPM Mandiri Perkotaan dan
masyarakat untuk mendapatkan gambaran terkini dari perkembangan
PNPM Mandiri Perkotaan; dan
•
PMU/Satker juga wajib menyelenggarakan audit Program baik dari segi
finansial dan manajemen yang hasilnya dilaporkan ke semua pihak terkait
utamanya Tim Pengendali;
•
Konsultan wajib melaksanakan kegiatan Komunitas Belajar Internal
Konsultan (KBIK) secara rutin, baik di tingkat nasional maupun daerah,
sampai ke tingkat tim fasilitator. KBIK digunakan sebagai media untuk
mengetahui perkembangan kegiatan, permasalah, perencanaan,
bimbingan rutin serta diseminasi informasi dan kebijakan.
b. Di tataran daerah
Untuk menjaga transparansi pengelolaan Program di daerah, maka
pemerintah daerah harus melakukan hal-hal sebagai berikut :
•
Secara periodik wajib mendiseminasikan PNPM Mandiri Perkotaan ini
secara luas melalui berbagai saluran media, antara lain media massa
seperti radio, televisi daerah dan koran mengenai apa saja yang
ditawarkan oleh Program ke masyarakat dan sejauh mana pencapaian
Program serta penggunaan dana BLM;
•
Menjamin dilaksanakannya pemeriksaan pengelolaan keuangan Program,
baik untuk BLM maupun dana lainnya yang dilakukan oleh BPKP maupun
auditor independen kepada pelaku-pelaku PNPM Mandiri Perkotaan di
wilayahnya masing-masing.
c. Di tataran masyarakat
Untuk menjaga transparansi pengelolaan kegiatan dan penggunaan dana BLM
oleh LKM sehingga dapat diketahui oleh semua warga, LKM diwajibkan untuk
menyebarluaskan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan, PJM dan Renta
Pronangkis, perkembangan organisasi dan kegiatan LKM/UP-UP, laporan
V- 2
posisi keuangan, KSM beserta anggota yang memperoleh pinjaman, panitia
kemitraan beserta anggotanya, serta informasi-informasi lain, dengan cara:
•
Penempelan melalui papan-papan informasi di tempat-tempat yang
strategis, minimal di 5 lokasi, dengan ukuran dan bentuk yang mudah
dilihat dan dibaca oleh semua warga;
•
Membuat dan menyebarluaskan media warga sebagai media yang dikelola
mandiri oleh masyarakat untuk menyebarluaskan informasi dari, oleh dan
untuk masyarakat. Media warga dapat berbentuk media cetakan maupun
non-cetakan;
•
Pertemuan-pertemuan rutin dengan KSM, panitia dan masyarakat;
•
Pertemuan-pertemuan rutin dengan perangkat kelurahan/desa, lembaga
kelurahan/desa formal yang ada dan kelompok peduli setempat;
•
Penyebarluasan melalui surat kepada KSM-KSM dan masyarakat;
•
Melakukan audit tahunan LKM dan hasilnya disebarluaskan ke masyarakat
melalui rapat tahunan pertanggungjawaban LKM (lihat akuntabilitas);
•
LKM, UP-UP serta pelaku PNPM Mandiri Perkotaan di tingkat
kelurahan/desa harus bersifat terbuka memberikan informasi dan data-data
yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pemeriksaan oleh KMW, perangkat
pemerintah, unsur masyarakat dan atau pemantau independen yang dapat
dilakukan setiap saat serta audit independen yang dilakukan sekurangkurangnya satu kali dalam setahun.
5.1.2. Akuntabilitas
Selain wajib menerapkan prinsip transparansi dalam proses pengambilan keputusan
dan pengelolaan kegiatan serta keuangan, Program juga wajib melaksanakan
kegiatan berdasarkan prinsip akuntabilitas. Penerapan prinsip akuntabilitas harus
ditaati secara konsisten oleh semua pelaku PNPM Mandiri Perkotaan, tanpa
terkecuali.
Akuntabilitas ini pada dasarnya dapat diterapkan dengan memberikan akses kepada
semua pihak yang berkepentingan untuk melakukan audit, bertanya dan atau
menggugat pertanggunganjawaban para pengambil keputusan, baik di tingkat
program, daerah dan masyarakat . Oleh sebab itu semua unit pengambilan
keputusan dalam semua tataran harus melaksanakan proses pengambilan keputusan
masing-masing sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Untuk tataran masyarakat antara lain dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Konsultasi Publik
Dalam hal LKM mengambil keputusan yang berkaitan dengan kepentingan
masyarakat banyak (misalnya; PJM Pronangkis, daftar penerima manfaat
(KSM), pencairan dana BLM, dll), maka keputusan yang ditetapkan oleh LKM
harus dikonsultasikan ke masyarakat melalui berbagai saluran media, seperti
pertemuan warga, serta penyebarluasan dan penempelan keputusan tersebut
di tempat-tempat strategis.
Maksimal dua minggu setelah pelaksanaan konsultasi publik, LKM
mengadakan rapat evaluasi keputusan untuk ditetapkan sebagai keputusan
yang mengikat atau disempurnakan terlebih dahulu sebelum ditetapkan,
berdasarkan masukan masyarakat yang telah diterima.
b. Rapat Koordinasi Triwulan LKM dengan Masyarakat
LKM wajib mengadakan pertemuan koordinasi triwulanan atau sesuai
ketentuan AD/ART dengan mengundang seluruh gugus tugas (UP-UP), KSM,
V- 3
dan Tim Relawan untuk menyampaikan perkembangan kegiatan, membahas
permasalahan serta merencanakan kegiatan triwulan berikutnya.
c. Rapat Bulanan Anggota LKM
LKM berkewajiban menyelenggarakan pertemuaan rutin anggota-angota LKM
sekurang-kurangnya satu bulan sekali. Rapat bertujuan selain membahas
berbagai masalah dan perkembangan yang ada, juga membahas rencana
LKM untuk bulan berikutnya. Hasil rapat bulanan tersebut disampaikan LKM
kepada Tim Relawan, KSM, ketua RW dan RT serta pemerintah
kelurahan/desa.
d. Rapat Tahunan LKM
LKM wajib menyelenggarakan Rapat Tahunan LKM yang dilaksanakan
minimal satu tahun sekali dengan mengundang sebanyak mungkin warga
kelurahan/desa termasuk Tim Relawan, ketua RW dan RT serta perangkat
kelurahan/desa. Rapat tahunan LKM tersebut disamping sebagai
pertanggungjawaban kegiatan dan keuangan kepada masyarakat (termasuk
penyampaian hasil audit) juga dapat sekaligus untuk melakukan penyegaran
anggota LKM, apabila dibutuhkan dan sesuai dengan AD/ART LKM.
Masyarakat, melalui utusan-utusan yang dipilih langsung dari setiap RT/RW,
dapat menerima atau menolak pertanggungjawaban anggota LKM tersebut
serta menetapkan untuk memperpanjang atau mengganti anggota LKM.
e. Komunitas Belajar Kelurahan/desa (KBK)
LKM berkerjasama dengan Tim Relawan mengorganisasi
perangkat
kelurahan/desa dan warga-warga peduli setempat, dalam forum kajian yang
disebut dengan Komunitas Belajar Kelurahan/desa (KBK). Fungsi utama KBK
adalah turut membantu masyarakat setempat untuk mengembangkan solusisolusi terapan terhadap berbagai persoalan yang dihadapi warga, mengawal
penerapan nilai-nilai, membangun kontrol sosial yang aktif dan bertanggung
jawab. Pada gilirannya, keberadaan KBK juga sebagai embrio dan pondasi
untuk mendorong keberlanjutan program penanggulangan kemiskinan dari,
oleh dan untuk masyarakat.
f.
Audit dan Pemeriksaan
Dalam rangka pelaksanaan akuntabilitas ini, maka LKM wajib melakukan audit
tahunan termasuk semua unit-unitnya (UP-UP). Audit ini harus dilakukan oleh
auditor indipenden dan hasilnya disebarluaskan kesemua pihak terkait sesuai
ketentuan.
Disamping itu, LKM dengan semua unitnya harus terbuka terhadap berbagai
pemeriksaan, baik dari manajemen Program, pemerintah maupun masyarakat.
LKM secara periodik harus melaporkan semua perkembangan LKM
(kebijakan, pelaksanaan, asset dan keuangan) lepada Tim Relawan sebagai
pelopor gerakan penanggulangan di kelurahan/desa.
Selain pantauan partisipatif yang dilakukan sendiri oleh para pelaku di semua
tingkatan, akan dilakukan pula audit oleh pihak-pihak yang tidak terlibat secara
langsung dalam proses pendampingan. Ada tiga jenis audit dalam pelaksanaan
PNPM Mandiri Perkotaan.
•
Audit oleh Instansi Pemerintah untuk Seluruh Pelaku
Audit ini akan dilakukan oleh BPKP (Badan Pemeriksa Keuangan dan
Pembangunan). Audit dilakukan sekali setiap tahun terhadap KSM,
LKM/UP, PJOK, para konsultan pelaksana, serta kantor-kantor bank
V- 4
pemerintah yang ditunjuk sebagai penyalur dana. Lembaga-lembaga
pemeriksa akan mengkoordinasikan kegiatan ini untuk menghindari
duplikasi antar mereka.
Tujuan utama audit Pemerintah ini adalah untuk mendapatkan pandangan
auditor tentang :
(a) efektifitas pengendalian internal proyek,
(b) ketaatan terhadap peraturan yg ditetapkan seperti pedoman, surat
edaran, perjanjian pinjaman (creadit agreements) dan peraturan terkait
yang berlaku,
(c) kelayakan laporan keuangan,
(d) capaian indikator keberhasilan
•
Audit Independen untuk Pelaksana Kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan
Masyarakat perlu menyadari pentingnya penilaian pihak luar untuk
membuktikan telah dijalankannya prinsip transparansi dan akuntabilitas.
Untuk itu, setiap tahun semua lembaga yang langsung terkait sebagai
pelaksana PNPM Mandiri Perkotaan, LKM, dan Para-pihak terkait harus
mengauditkan diri kepada auditor independen. Biaya audit wajib
dialokasikan oleh LKM sendiri sebagai bagian biaya operasional
pelaksanaan (BOP).
Tujuan utama audit indipenden ini adalah untuk mendapatkan pandangan
auditor tentang :
(a) efektifitas pengendalian internal proyek,
(b) ketaatan terhadap peraturan yg ditetapkan seperti pedoman, surat
edaran, perjanjian pinjaman (creadit agreements) dan peraturan terkait
yang berlaku,
(c) kelayakan laporan keuangan,
Ketentuan pokok mengenai audit independen adalah sebagai berikut:
1) Auditor independen harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
• Akuntan Publik yang terdaftar di Ikatan Akuntan Indonesia (IAI),
atau Koperasi Jasa Audit, atau perguruan tinggi yang memiliki
jurusan/program studi akuntansi (dengan syarat tambahan: tim
audit harus dipimpin seorang sarjana akuntansi dan hasil audit
ditandatangani ketua tim audit);
• bukan warga kelurahan/desa di mana LKM yang akan diaudit
berada;
• bersedia mengikuti briefing atau pengarahan dari KMW tentang
model kelembagaan “LKM”, sistem pembukuan PNPM Mandiri
Perkotaan, dan cakupan audit (biaya pengarahan ditanggung oleh
auditor);
• lulus pengujian yang dilakukan oleh KMW (pengujian hanya
dilakukan atas: kesediaan mengikuti pengarahan dan melakukan
audit sesuai isi pengarahan, calon auditor benar-benar bukan
warga kelurahan/desa di mana LKM yang akan diaudit berada, dan
berijasah minimal S-1 akuntansi).
2) Audit independen harus dilakukan setiap tahun selambat-lambatnya
satu bulan setelah tutup tahun buku.
3) Hasil audit diumumkan oleh LKM, dan para pihak terkait kepada
masyarakat baik dengan cara ditempelkan di papan pengumuman,
penyebarluasan salinan hasil audit kepada masyarakat, disebarluaskan
melalui media massa dan dimasukkan ke dalam laporan tahunan dan
laporan pertanggungjawaban LKM.
V- 5
5.1.3. Pemantauan Independen oleh Tim Supervisi
Pemerintah atau perwakilan Bank Dunia dapat membentuk tim supervisi di luar
yang telah ada untuk melakukan pemantauan indipenden atas pelaksanaan
PNPM Mandiri Perkotaan, terutama untuk memeriksa apakah proses
pelembagaan di masyarakat dan proses pendampingan yang dilakukan instansi
pemerintah pelaksana PNPM Mandiri Perkotaan dan para konsultan pelaksana
telah dilakukan sesuai dengan ketentuan. Tim supervisi ini dapat dibentuk
sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu baik keberadaan maupun
jadwal pemeriksaannya kepada para pelaku.
5.1.4. Forum Pemantauan Partisipatif PNPM Mandiri Perkotaan
Para relawan yang telah merintis pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan
dapat memimpin dan mengorganisasi forum pemantau partisipatif terdiri dari para
relawan dan warga masyarakat peduli dengan fungsi utama melakukan
pengendalian social pelaksanaan PNPM dan kelanjutannya dengan secara
periodic melakukan penilaian terhadap perkembangan PNPM. Oleh sebab itu
secara periodic (bulanan atau 2 bulanan) LKM wajib melaporkan perkembangan
kegiatan penangulangan kemiskinan termasuk pemanfaatan dana-dana yang
telah digalang oleh LKM. Forum Pemantau Partisipatif ini tidak memiliki
kewenangan untuk menetapkan sanksi thd LKM bila terjadi penyimpangan tetapi
wajib menyampaikan temuannya dalam pertemuan warga kelurahan/desa, atau
melapor kepada instansi yang berwenang menangani hal tersebut, atau kepada
unit pengaduan masyarakat, atau kepada PMU program PNPM Mandiri
Perkotaan. Tata cara pembentukan forum dan mekanisme kerjanya akan diatur
lebih lanjut dalam pedoman operasional teknik.
Untuk menyiapkan LKM (termasuk UP-UP-nya) mengikuti berbagai macam audit tersebut,
terutama audit manajemen dan audit pendanaan, KMW perlu terlebih dahulu mengadakan
verifikasi manajemen dan pembukuan kepada semua LKM/UP-UP di wilayah kerja
masing-masing. Verifikasi dilakukan oleh tenaga ahli KMW untuk mengecek kesiapan LKM
dalam menerima audit independen.
5.2.
RENCANA AKSI ANTI KORUPSI
5.2.1. Umum
Rencana Aksi Anti Korupsi bertujuan mengidentifikasi risiko korupsi dan langkahlangkah penanganan di luar sistem pengendalian baku yang diterapkan oleh Bank.
Rencana Aksi Anti Korupsi harus dilihat sebagai titik tolak dan bukan suatu daftar
lengkap dari semua langkah-langkah mitigasi.
Pemetaan Korupsi: Matriks yang dicantumkan dalam rencana aksi ini
mengidentifikasi beberapa risiko potensi korupsi dan merumuskan beberapa
langkah-langkah penanggulangan yang sesuai yang telah disetujui oleh
Departemen Pekerjaan Umum (DepPU) sebagai penyelenggara program (lihat
tabel di bawah ini: Matriks Pemetaan Korupsi). Penerapan pemetaan korupsi
tersebut diulangi selama jangka waktu proyek untuk memasukkan inovasi dan
pelajaran.
Rencana Aksi: Strategi anti korupsi telah dikembangkan untuk dua tataran yang
berbeda, yakni satu pada tataran pusat (melibatkan PU sebagai Instansi
V- 6
Penanggungjawab), dan satu lagi pada tataran masyarakat (sebagai penerima
manfaat Program dan juga sebagai satuan pelaksana sub-proyek). Tingkat
partisipasi dan pemberdayaan masyarakat merupakan hal yang penting bagi
keberhasilan proyek. Secara bersama-sama, faktor tersebut akan mendorong
akuntabilitas yang lebih besar serta tata kepemerintahan yang lebih baik.
Proyek ini memberdayakan masyarakat (terutama penerima manfaat proyek)
untuk mengelola sub-proyek dan bertanggung jawab terhadap kualitas teknis
dalam penyediaannya, maupun hasilnya/keluaran, pada tingkat kelurahan/desa.
Disain proyek mempertimbangkan secara cermat sosialisasi dan teknik
manajemen yang transparan sehingga memungkinkan terjadinya partisipasi dan
pemberdayaan yang diperlukan. Partisipasi aktif dari anggota masyarakat
diperlukan dalam perencanaan dan pengembangan sub-proyek. Selain itu,
Program menyediakan dana wakaf tunai yang disalurkan secara langsung kepada
masyarakat, misalnya melalui rekening LKM . Bila penerima manfaat memenuhi
persyaratan yang ditentukan, dana dikirim dari Rekening Khusus dalam beberapa
hari. Format standar dan sederhana digunakan untuk mencatat dan melaporkan
penggunaan dana. Penyederhanaan ini mengurangi perlunya ketrampilan khusus
yang juga membuat sistem lebih transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.
Melalui partisipasi aktif, lebih besar kemungkinan masyarakat menginginkan
pelayanan dari pemerintah kota dan menjamin akuntansi yang transparan dari
sumberdaya yg sudah diperuntukkan sehingga tercapai manajemen yg efektif dan
perbaikan mata pencaharian masyarakat.
Beberapa aspek paling penting dari rencana aksi anti korupsi dapat dirumuskan ke
dalam lima unsur kunci berikut. Yg mendasari keberhasilan masing-masing unsur
tersebut adalah proses konsultatif secara cermat yang menjamin partisipasi dan
pemberdayaan.
a. Meningkatkan Keterbukaan dan Transparansi. Program ini mengikuti
kebijakan transparansi Bank Dunia dengan menyederhanakan materi yang
disajikan dan membuatnya selalu tersedia melalui pusat informasi publik
berbasis web. Informasi yang khusus akan disediakan bagi masyarakat melalui
berbagai cara, termasuk pertemuan publik dan papan pengumuman.
Langkah-langkah khusus akan mencakup, tapi tidak terbatas pada:
• Pengumuman mengenai rencana dan jadwal pengadaan barang dan jasa
tahunan, dokumen pelelangan dan permintaan proposal.
• Pemberian informasi kepada semua penawar mengenai ringkasan evaluasi
dan perbandingan penawaran, proposal, tawaran, dan penawaran harga,
setelah penawar yang berhasil diumumkan.
• Pengumuman mengenai laporan audit.
b. Pengawasan oleh Masyarakat. Program tersebut mengakui bahwa
pengawasan yang lebih besar oleh masyarakat akan mengurangi risiko korupsi
dan penyalahgunaan kekuasaan. Program tersebut melibatkan tingkat
partisipasi formal yang tinggi oleh kelompok masyarakat seperti penerima
manfaat, sektor swasta, dan pimpinan tradisional/adat dan pimpinan agama,
melalui berbagai cara seperti; pemantauan partisipatif proyek/hasil akhir,
keanggotaan panitia lelang, dan evaluasi kualitas penyediaan jasa/barang
yang dibeli.
LSM yang ada dan organisasi sosial masyarakat lainnya akan dilibatkan dalam
berbagai cara, antara lain: i) melalui partisipasi dalam lokakaraya regional; ii)
V- 7
sebagai nara sumber kunci untuk pengembangan PJM/CDP bila
memungkinkan; iv) sebagai evaluator ad-hoc; dan v) sebagai penyedia
pelatihan untuk bidang ketrampilan tertentu.
c. Penanggulangan Kolusi, Penipuan & Nepotisme. Peluang kolusi dan
penipuan ada dalam setiap proyek. Namun, karena tema utama proyek ini
adalah tata kepemerintahan yg lebih baik dan lebih responsif, banyak risiko
yang mungkin tersebut ditanggulangi melalui rancangan proyek. Kolusi,
penipuan dan nepotisme akan sangat berkurang dengan transparansi dan
pengiklanan yang baik dari tiap lelang.. Tambahan audit dan tatacara
pelelangan diusulkan seperti pengawasan oleh tenaga ahli dan
pengembangan kapasitas, dengan tenaga ahli pengadaan dan manajemen
keuangan di tiap wilayah regional.. Pada tingkat pusat, akan ada sebuah
komite yang dibentuk untuk mengevaluasi secara teratur kinerja konsultan
yang dikontrak di bawah proyek ini, dan menyebarluaskan hasilnya kepada
pihak terkait proyek ini. Kasus kolusi, pemalsuan dan nepotisme akan
dilaporkan langsung kepada instansi yang berwenang sesuai peraturan
Indonesia, yakni ke kantor kejaksaan. Dalam kasus kolusi, pemalsuan dan
nepotisme dalam masyarakat, kasus tersebut pertama akan dilaporkan,
dibahas dan diputuskan pada Rembug Warga sebelum mengajukannnya ke
kejaksaan. Pengalaman pada proyek CDD menunjukkan bahwa banyak risiko
dapat ditanggulangi dengan ancaman dan penggunaan sanksi berbasis
masyarakat seperti yang digunakan di P2KP 3.
d. Mekanisme Penanganan Pengaduan. Prosedur penanganan pengaduan
seperti yang dirumuskan dalam Keppres 80/2003 akan diikuti dengan
menugaskan pejabat yang berwenang yang bertanggung jawab mengelola
database pengaduan dan tindak lanjut. Sementara program ini dirancang
untuk mendorong penyelesaian pengaduan melalui saluran resmi,
sebagaimana juga tekanan publik. Dalam beberapa kasus elit lokal mungkin
menyalahgunakan kekuasaan dan kegiatan program. Untuk kasus tersebut,
sistem alternatif telah dibentuk melalui suatu mekanisme umpan balik pada
tingkat nasional. Satu satuan khusus ditunjuk untuk menangani pengaduan
akan ada pada KMW dan KMP. Satuan penanganan pengaduan akan
menyelidiki dan memfasilitasi penyelesaian pengaduan dan permasalahan.
Database pengaduan, tindak lanjut yang dilakukan, dan sanksi yang
diterapkan akan diumumkan untuk meningkatkan keterlibatan peserta dan
meredam protes. Mekanisme ini juga meningkatkan biaya sosial
penyalahgunaan dana. Pengaduan akan ditangani secara profesional dan
tepat waktu, dan tanpa risiko keributan di masyarakat. Mekanisme
penanganan pengaduan proyek ini juga memberikan akses yang lebih luas
bagi masyarakat melalui penyediaan alamat untuk mengadu, yang akan
dipasang di papan pengumuman kelurahan/desa
e. Sanksi & Penyelesaian. Kejelasan sanksi dan penyelesaian merupakan
langkah penting untuk memerangi korupsi. Seperti sudah dilaksanakan pada
P2KP 1, 2 dan 3, program ini memiliki toleransi yang rendah terhadap korupsi.
Masyarakat didorong untuk mengenakan sanksi kepada warga yang
menyalahgunakan kekuasaan yang telah dipercayakan kepada mereka.
Terdapat bukti bahwa sanksi semacam itu dapat lebih mudah dilaksanakan
dan lebih efektif daripada naskah hukum yang panjang lebar, khususnya
dalam kasus korupsi yang lebih kecil. Proyek ini tidak mendorong
kesiapsiagaan masyarakat atau sanksi masyarakat yang ekstrim, tapi dalam
V- 8
banyak kasus masyarakat dapat mencapai penyelesaian yang bersahabat
tanpa mengambil sistem legal yang lambat dan bertele-tele (lihat kotak
sebagai contoh). Sanksi formal juga mungkin diterapkan. Sebagai contoh,
pejabat (pemerintah, non-pemerintah, dll), anggota masyarakat, atau entitas
sektor swasta yang terlibat dalam proyek tersebut dapat dilaksanakan jika
tersedia bukti yang memadai. Dalam semua kontrak pengadaan, bukti korupsi,
kolusi atau nepotisme akan menyebabkan pemutusan kontrak terkait, mungkin
dengan tambahan penalti yang dikenakan (seperti denda, masuk daftar hitam,
dll) sesuai dengan peraturan Bank dan Pemerintah. Penarikan dana dari
Rekening Khusus proyek kepada BKM akan ditangguhkan dalam kasus
dimana diduga terjadi penyalahgunaan dana. Pada skala yang lebih luas,
seluruh kota mungkin tidak diikutsertakan dalam fase berikutnya bila diduga
penyalahgunaan dana terjadi secara luas pada kota tersebut. Informasi
mengenai kasus yang berhasil, dimana pelajaran dapat dipetik dan dana
dikembalikan, akan disebarluaskan.
Kotak 1: Contoh tipikal aksi masyarakat memerangi korupsi
Dalam satu kasus baru-baru ini masyarakat memutuskan untuk menahan
sepeda motor milik bendaharawan lokal sebagai jaminan sampai dana yang
hilang (Rp 3 juta atau $375) dipertanggungjawabkan dan dikembalikan. Ini
jauh lebih cepat daripada mengadukannnya ke aparat hukum yang mungkin
membutuhkan biaya lebih besar daripada jumlah yang hilang dan
membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menyelesaikannnya.
5.2.2. Matriks Pemetaan Korupsi
Pembatasan terjadinya korupsi dalam proyek ini dimulai dengan mengidentifikasi
area risiko yang potensial – ini disebut pemetaan korupsi. Pemetaan korupsi ini
dan identifikasi peluang korupsi akan diulang sekurang-kurangnya setiap enam
bulan sejalan dengan kemajuan proyek dan pelajaran yang dipetik.
Bidang Pemetaan
Korupsi
PENGADAAN
Persiapan daftar
pendek (short list)
Kapasitas Pimpro
dan Panitia Tender/
Evaluasi
Tingkat
Resiko
MEDIUM
MEDIUM
(Pusat)
Peluang Korupsi
Manipulasi proses
menetapan daftar pendek
untuk mengeluarkan
perusahan yg dapat
menjadi saingan degan
calon yang sebenarnya
sudah dipilih/ memasuk
perusahaan yang tidak
akan menawar lebih rendah
Penilaian yang tidak
independen dalam proses
evaluasi konsultan.
Keputusan cenderung bias
terhadap konsultan sesuai
“yang diinstruksikan” oleh
pejabat yang lebih tinggi
atau pihak lain.
Aksi Penanggulangan
• Kriteria evaluasi untuk
penetapan daftar pendek
harus seobjektif mungkin dgn
menggunakan ukuran
kwantitatif yang jelas serta
keluarkan unsur subyektifitas
• Profesional independen
dilibatkan sebagai bagian dari
tim evaluasi proposal
konsultan.
• Pengembangan kapasitas
untuk semua pelaku yang
terlibat dalam pengadaan,
termasuk sertifikasi staf sesuai
dengan Keppres 80/2003.
• Pengembangan Pedoman
Proyek untuk merampingkan
semua prosedur dan
V- 9
Bidang Pemetaan
Korupsi
Tingkat
Resiko
Peluang Korupsi
Aksi Penanggulangan
mekanisme
sanksi/penanganan keluhan.
Evaluasi Proposal
MEDIUM
Penentuan
Pemenang Kontrak
MEDIUM
Kualitas pelayanan
yang diberikan
MEDIUM
Pengawasan
terhadap barang
masuk
MEDIUM
• Penundaan proses
evaluasi yang akan
menguntungkan
konsultan (tertentu).
• Proposal ditolak karena
alasan yang tidak terkait
dengan kapasitas
konsultan dalam
melaksanakan jasa
tersebut,
• Skor teknis yang cukup
signifikan tinggi diberikan
kepada konsultan “yang
lebih disukai” sehingga
tidak ada konsultan lain
mengalahkan proposal
mereka tanpa
memperdulikan harga
yang dapat menghasilkan
harga yang tinggi.
• Informasi palsu yang
diberikan oleh konsultan.
• Panitia mungkin
memanggil calon
pemenang dan
bernegosiasi nilai
kontrak.
• Kolusi dan nepotisme
dalam penentuan
pemenang kontrak.
• Pelayanan yang
diberikan lebih rendah
kualitasnya daripada
yang ditentukan dalam
KAK (TOR), dan pejabat
mungkin mengambil
keuntungan melalui
perbedaan tersebut.
• Perubahan siginifikan
staf kunci konsultan
pada tahap awal
penugasan
• Secara sengaja
melakukan pengawasan
yang longgar untuk
mendapat uang balik
dari konsultan.
• Tagihan yang
berlebihan/ganda
• Rencana Pengadaan, dengan
jangka waktu yang jelas, akan
mengikat dalam Kesepakatan
Legal, dan akan ditetapkan
sebagai dasar untuk
pengadaan apapun.
• Bank akan menyatakan
pengadaan yang tidak sesuai
(misprocurement) untuk
perpanjangan validitas
proposal yang tidak beralasan.
• Prosedur QCBS dengan pagu
anggaran akan diikuti.
• Taksiran anggaran untuk
masing-masing paket kontrak
akan didasarkan pada
pengalaman aktual yang
ditentukan melalui survei
ekstensif paket yang sejenis
yang dilaksanakan pada P2KP
1 dan 2.
• TOR akan dirancang tegas
(kaku).
• Mewajibkan pengumuman
pemenang kontrak.
• Keterlibatan pengawasan
masyarakat madani dan
konsultan pengawas (sebagai
contoh: KMP dalam kasus
KMW, dan EC dalam kasus
KMP) dalam pemeriksaan jasa
yang telah diberikan.
• Penajaman mekanisme
penanganan keluhan.
• Keterlibatan kelompok
masyarakat dalam
pemantauan kualitas hasil
(deliverable) konsultan.
• Memberlakukan sistem
ganjaran dan hukuman seperti
dirumuskan dalam Keppres
80/2003.
• Pemeriksaan lapangan
• Tagihan ongkos penerbangan
harus disertai tiket dan
boarding pass
• Lebih sering melakukan
V- 10
Bidang Pemetaan
Korupsi
Tingkat
Resiko
Peluang Korupsi
Perencanaan
pengadaan,
termasuk untuk
satu sub-proyek
MEDIUM
• Risiko meminta uang
dan penggelembungan
(mark–up) anggaran.
Pengadaan secara
umum
MEDIUM
• Risiko minta uang dan
praktik kolusi untuk
“memberikan” kontrak
kepada konsultan “yang
lebih disukai”, dan
kualitas pelayanan yang
lebih rendah.
PENGELOLAAN PROGRAM
Daftar final staf
MEDIUM
PMU Satker dan
PPK dengan
kriteria (i)
pengalaman
menangani proyek
yang didanai donor,
dan (ii) sejarah
pengelolaan proyek
atau pelatihan
bendaharawan
yang diikuti
• Risiko kapasitas staf
PMU, Satker dan PPK
yang tidak memadai.
Aksi Penanggulangan
pemeriksaan lapangan
• Mengunakan kelompok
penerima sebagai utk verifikasi
• Menayangkan tagihan
konsultan di web PNPM
• Peninjauan wajib oleh Bank
terhadap perencanaan
pengadaan, dan pengumuman
rencana pengadaan pada
ranah publik, termasuk nilai
kontrak.
• Peningkatan keterbukaan
informasi, penanganan
keluhan, dan sanksi seperti
dirumuskan dalam Keppres
80/2003.
• Peningkatan kapasitas pejabat
yang terlibat dalam
pengambilan keputusan
tentang pengadaan, termasuk
merekrut konsultan..
• Peningkatan sistem
pengendalian (internal dan
eksternal) termasuk
keterlibatan profesional
anggota masyarakat dalam
pengambilan keputusan
tentang pengadaan..
• Pengembangan Manual
Proyek.
• Memperketat pengawasan
oleh Bank.
• Kriteria dan indikator kinerja
Pimpinan Proyek,
Bendaharawan, staf
perencana, staf pengadaan,
staf keuangan dan monev
(monitoring dan evaluasi). Staf
PMU, Satker dan PPK
disepakati oleh Bank telah
dimasukan dalam PMM dan
akan digunakan sebagai dasar
peninjauan kinerja tahunan
staf yang relevan.
• Ketentuan POM sebagai
pedoman bagi pelaksanaan
proyek.
• Ketentuan Pengelolaan Proyek
Pemerintah, Kebendaharaan
dan pelatihan POM untuk staf
PMU, Satker dan PPK.
• Pelatihan tahunan yang
disepakati oleh Bank
mengenai staf PMU, Satker
V- 11
Bidang Pemetaan
Korupsi
Tingkat
Resiko
Publikasi Laporan
Audit
MEDIUM
Risiko ketidaktersediaan
informasi mengenai
kemajuan dan hasil
pelaksanaan proyek
(termasuk penyalahgunaan,
praktik kolusi dan
nepotisme, jika ada).
Mekanisme
Akuntabilitas Lokal
MEDIUM
Tidak adanya pengalaman
setempat dapat
menyebabkan kasus
penyalahgunaan dalam
masyarakat.
Peluang Korupsi
Aksi Penanggulangan
dan PPK.
Instansi pelaksana akan (dan
Bank Dunia dapat)
mengumumkan segera setelah
menerima laporan akhir audit
yang disusun sesuai dengan
kesepakatan pinjaman/kredit, dan
semua tanggapan formal
pemerintah.
• Disain proyek mencakup
pengawasan dan supervisi
untuk menekan risiko tersebut.
• LKM akan bertemu secara
reguler untuk membuat
keputusan kolektif mengenai
isu strategis, dan meninjau
rekening UPK berkenaan
dengan penggunaan dana.
LKM juga akan melaksanakan
pertemuan tahunan dengan
masyarakat umum untuk
mempertanggungjawabkan
kegiatannya sepanjang tahun
tersebut.
• Keuangan LKM akan diaudit
setiap tahun oleh akuntan
setempat. Hasil audit akan
dilaporkan kepada masyarakat
pada rapat
pertanggungjawaban akhir
tahun LKM. Idealnya, masingmasing LKM harus dikunjungi
sekurang-kurangnya dua kali
per tahun oleh KMP/KMW.
• Untuk meningkatkan kualitas
supervisi konsultan di bawah
proyek tersebut, fasilitator
diminta untuk memeriksa
secara teratur pembukuan
LKM dan UPK. Mereka juga
perlu menandatangani dan
membuat “pernyataan
representasi” secara teratur,
yang menegaskan bahwa
mereka memeriksa
pembukuan tersebut dan
menganggapnya memuaskan.
KMW pada tingkatan yang
lebih tinggi akan memeriksa
secara acak pernyataan
fasilitator dan juga akan
diminta menandatangani dan
membuat pernyataan yang
sama. Mekanisme untuk
memeriksa dan menerapkan
V- 12
Bidang Pemetaan
Korupsi
Tingkat
Resiko
Peluang Korupsi
Aksi Penanggulangan
sanksi akan dikembangkan
untuk mereka yang membuat
pernyataan yang salah (sanksi
mungkin mencakup pemisahan
pekerjaan).
PARTISIPASI MASYARAKAT
Diseminasi secara
RENDAH
terbatas informasi
mengenai program
Informasi dibatasi pada
peredarannya atau
diberikan hanya pada
kelompok tertentu sehingga
proposal yang tidak layak
mungkin terjadi.
Pemilihan anggota
LKM
RENDAH
Proses pemilihan anggota
LKM yang tidak transparan
sehingga menyebabkan
rendahnya integritas.
Penyaluran dana
MEDIUM
Meminta bagian untuk
pejabat pemerintah.
• Sosialisasi akan dilaksanakan
melalui pertemuan
(musyawarah, lokakarya, dan
focus group discussions,dll)
pada tingkat kelurahan/desa,
kecamatan, kota/kabupaten
dan provinsi. Sosialisasi
tersebut juga mencakup
kampanye melalui media
massa, seperti surat kabar dan
program radio. Strategi
sosialisasi dipicu untuk
membuat masyarakat sadar
mengenai tujuan proyek dan
peraturannya. Ini dimaksudkan
untuk menjamin bahwa para
pelaku mengetahui peran dan
tanggung jawab mereka, dan
bagaimana membuat masingmasing bertanggungjawab
terhadap tindakan mereka.
• Proses pemilihan anggota
LKM akan dilaksanakan
melalui proses pemilihan yang
transparan dan adil, dengan
partisipasi siginifikan dari
anggota masyarakat
• Dana PNPM MANDIRI
PERKOTAAN ditujukan
langsung kepada masyarakat,
yakni rekening BKM. Bila
penerima manfaat memenuhi
persyaratan yang ditentukan,
mengikuti permintaan dari
PJOK (setelah verifikasi oleh
Konsultan Manajemen
Wilayah), dana dikirim dari
Rekening Khusus dalam
beberapa hari.
• Prosedur, ukuran dan kriteria
untuk merumuskan hibah,
kriteria eligibilitas untuk
penerima manfaat, dan kondisi
untuk penarikan semua
disederhanakan dan
dirumuskan di depan untuk
menjamin bahwa para pelaku
dapat memahaminya dengan
mudah. Untuk Hibah
V- 13
Bidang Pemetaan
Korupsi
Pelaksanaan
investasi sub
proyek
Tingkat
Resiko
MEDIUM
Peluang Korupsi
Penyalahgunaan dana oleh
LKM dan KSM
Aksi Penanggulangan
Kelurahan/desa, persyaratan
penarikan dana kepada LKM
terkait dengan kinerja
bukannya input, dengan
penarikan pertama 20%
berdasarkan penyelesaian
pekerjaan yang memuaskan
sesuai PJM Pronangkis ;
penarikan kedua 50%
berdasarkan indikator
penggunaan dana dan
pengelolaan keuangan yang
memuaskan, dan penarikan
ketiga 30% berdasarkan
indikator keberlanjutan LKM.
Karena masyarakat
mengetahui berapa banyak
mereka harus terima, maka
seharusnya akan lebih sulit
bagi pejabat untuk mengambil
keuntungan.
• KSM diminta untuk menyusun
dan mengajukan laporan
mengenai kemajuan dan
penggunaan dana proyek ke
LKM.
• Semua informasi keuangan
yang dibuat tersedia untuk
publik dan ditampilkan di
kelurahan/desa. Berita acara,
status keuangan bulanan LKM,
dan nama dan nilai proposal
yang didanai ditempelkan pada
papan pengumuman yang
diletakkan di sekitar
kelurahan/desa. Kebebasan
pelaku dibatasi dengan
menetapkan aturan bahwa
semua transaksi keuangan
memerlukan sekurangkurangnya tiga tanda tangan
dari anggota LKM terpilih.
Untuk pembelian di atas Rp 15
juta, proyek meminta LKM
untuk melaksanakan
penawaran terbatas dimana
penawaran harus diumumkan
kepada publik. Untuk
pembelian yang lebih kecil,
pembelian harus dilaksanakan
oleh dua orang yang akan
meminta penawaran dari
pemasok lokal.
• Keuangan LKM akan diaudit
setiap tahun oleh akuntan
setempat. Hasil audit akan
V- 14
Bidang Pemetaan
Korupsi
Tingkat
Resiko
Peluang Korupsi
Aksi Penanggulangan
dilaporkan kepada masyarakat
pada rapat
pertanggungjawaban akhir
tahun LKM.
5.3.
MEKANISME PENERAPAN SANKSI
5.3.1. Sanksi
Sanksi adalah pemberlakuan hukuman terhadap pelanggaran ketentuan dan/atau
aturan yang telah ditetapkan dalam Pedoman PNPM maupun aturan yang
ditetapkan masyarakat, sebagaimana tercantum pada AD/ART LKM.
5.3.2. Penetapan dan Penerapan Sanksi
Penerapan sanksi merupakan konsekuensi logis dari penegakan prinsip
akuntabilitas yang bertujuan untuk menghukum yang salah dan menyebarkan
kebajikan dengan menumbuhkan rasa tanggungjawab dari berbagai pihak terkait
dalam melaksanakan PNPM Mandiri Perkotaan. Sehingga warga masyarakat
miskin yang seharusnya merasakan manfaat program tidak dirugikan dan program
dapat berjalan dengan baik serta berkelanjutan.
a) Penetapan dan penerapan sanksi oleh Pemerintah
Pemerintah dapat menetapkan dan menerapkan sanksi dalam bentuk :
• Sanksi hukum yang dapat dikenakan pada perangkat pemerintah, konsultan,
pengurus LKM/UP dan warga masyarakat, sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku, terhadap upaya dan/atau penyalahgunaan dana,
tindak korupsi, penyalahgunaan wewenang untuk kepentingan pribadi maupun
kepentingan kelompok tertentu; serta
• Sanksi pembatalan/pencabutan dana, yaitu suatu bentuk sanksi dengan
dibatalkan/tidak dialokasikannya dana BLM pada tahap atau tahun berikutnya.
Ketentuan mengenai pembatalan dana dimaksud dapat dibaca pada ketentuan
umum penggunaan dana BLM.
b) Penerapan sanksi oleh masyarakat
Sanksi yang diterapkan masyarakat dapat bersifat formal, artinya merupakan
keputusan/hasil rembug warga atau bersifat non-formal dalam bentuk sanksi
social. .
Mekanisme penetapan dan penerapan sanksi yang lazim dilakukan melalui :
• Rembug Warga Kelurahan/desa
Rembug warga merupakan mekanisme yang lazim digunakan dalam
menetapkan sanksi dan penerapannya. Dalam hal masyarakat melihat
terjadi penyimpangan prinsip serta nilai universal oleh anggota LKM
dan/atau terdapat keputusan LKM yang ditolak oleh sebagian besar warga,
dan/atau LKM dianggap tidak lagi mencerminkan kriteria sebagai pimpinan
kolektif organisasi masyarakat warga, maka masyarakat kelurahan/desa
berhak untuk membubarkan sebagian atau keseluruhan anggota LKM
serta memilih penggantinya melalui mekanisme Rembug Warga
Kelurahan/desa. Mekanisme rembug warga kelurahan/desa diawali
V- 15
dengan rembug warga tingkat RT/RW, rembug warga tingkat dusun dan
akhirnya rembug warga tingkat kelurahan/desa.
Melalui rembug warga ini dapat ditetapkan sanksi sosial dan atau sanksi
hukum yaitu dengan menyerahkan oknum yang melakukan penyimpangan
ke pihak yang berwajib.
•
5.4.
Musyawarah kelompok
Selain mekanisme rembug warga, yang relatif melibatkan banyak orang,
sering kali juga dilakukan musyawarah kelompok untuk membahas
persoalan di tingkat kelompok. Sanksi yang ditetapkan dan diterapkan
pada umumnya adalah bersifat sanksi sosial misalnya pengucilan dari
kelompok, dsb .
PENANGANAN PENGADUAN DAN PENYELESAIAN KONFLIK
Pengaduan pada dasarnya merupakan aspirasi, keluhan ataupun ketidakpuasan
terhadap implementasi PNPM Mandiri Perkotaan. Pengaduan dapat disampaikan
dalam bentuk lisan maupun tertulis, baik ke pelaku PNPM Mandiri Perkotaan,
media massa dll.
5.4.1. Prinsip Penanganan Pengaduan
Sistem penanganan pengaduan di PNPM Mandiri Perkotaan didasarkan prinsip
sebagai berikut :
a) Kemudahan. Pangaduan dari siapapun dan darimanapun harus mudah untuk
disampaikan. Untuk itu, pengadu dapat menyampaikan pengaduan baik pada
PPM (Pengelolaan Pengaduan Masyarakat) tempat keberadaan pengadu
maupun kepada PPM yang ada di seluruh tingkat, dengan mengunakan
media-media yang diinginkan. Media pengaduan dapat berupa lisan, tertulis,
telepon, SMS, web-site dan media lain yang dapat dipergunakan. Demikian
juga keberadaan PPM di seluruh tingkatan harus diketahui oleh masyarakat
dan pihak-pihak yang berkepentingan.
b) Cepat, Tepat dan Tanggap. Pengaduan sedapat mungkin dapat diselesaikan
di setiap tingkat PPM asal pengadu. Hal ini dimaksudkan agar penangan
pengaduan dapat ditangani dengan cepat, tepat dan menguntungkan semua
pihak. Di samping itu apabila pengaduan dapat diselesaikan di PPM
bersangkutan, dapat menjadi media pembelajaran dan pemberdayaan bagi
seluruh pihak di level bersangkutan.
Namun demikian, apabila pengaduan tersebut tidak dapat dikelola di PPM
bersangkutan karena keterbatasan otoritas penanganan di tingkat PPM
bersangkutan, maka pengaduan harus segera disampaikan pada PPM di
tingkat yang lebih tinggi. Untuk itu mekanisme dan prosedur penanganan
pengaduan harus jelas dan dapat diimplementasikan di seluruh tingkatan.
Apabila PPM tingkat kelurahan/desa tidak mampu untuk menangani, maka
secepat mungkin sampaikan kepada PPM di tingkat yang lebih tinggi.
Demikian seterusnya.
c) Sebaliknya PPM di tingkat yang lebih tinggi harus segera menangani
pengaduan yang berasal dari PPM di bawahnya dan segera menyampaikan
V- 16
informasi penanganan serta hasil pengaduan kepada pengadu dan pihak lain
yang berkepentingan.
d) Penyampaian penanganan pengaduan baik kepada pengadu maupun pihak
lain yang membutuhkan sangat penting dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar
dapat menumbuhkan kepercayaan terhadap pelaksanaan PNPM Mandiri
Perkotaan (atau kegiatan pembangunan lainnya), pelaku PNPM Mandiri
Perkotaan maupun keberadaan PPM sendiri.
e) Informasi penanganan pengaduan harus segera mungkin disampaikan dan
memberikan kepuasan bagi pengadu maupun pihak lain yang membutuhkan.
Untuk itu penanganan pengaduan haruslah tuntas dan memberikan jawaban
yang tepat atas persoalan/masalah yang diadukan
5.4.2. Manajemen Pengaduan
a) Pembentukan Pengelolaan Pengaduan Masyarakat (PPM)
KMP wajib membangun dan memfasilitasi jaringan Pengelolaan pengaduan
masyarakat (PPM) di semua wilayah kerja; pusat, daerah dan
masyarakat/komunitas, yang masing-masing bekerja secara independen
dalam suatu jejaring pengaduan masyarakat. Untuk itu, KMP wajib
bekerjasama dengan semua pihak peduli termasuk para pemangku
kepentingan (stakeholders), baik pemerintah maupun non-pemerintah, dalam
rangka membangun simpul-simpul jaringan pengaduan masyarakat di tiap
wilayah kerja PNPM Mandiri Perkotaan (pusat, daerah dan masyarakat).
Simpul-simpul jaringan tersebut diharapkan akan membentuk PPM-PPM dan
akan tetap berfungsi secara berkelanjutan, sebagai bagian dari partisipasi
masyarakat dalam mengawal pembangunan.
b) Penyampaian dan Penerimaan Pengaduan serta Keluhan
Pengaduan dan keluhan dapat berasal dari perorangan atau kelompok
masyarakat. Untuk memudahkan penyampaian pengaduan, maka
pengaduan dapat disampaikan ke unit pengaduan masyarakat (UPM)
terdekat. Penyampaian dapat dilakukan dengan berbagai cara: lisan,
surat/kotak pos, fax, telepon bebas pulsa, sms, email dan sebagainya.
Walaupun pada tiap tingkatan pelaku program dikembangkan unit
pengaduan, akan tetapi yang paling strategis adalah memusatkan
pengelolaan pengaduan di tingkat masyarakat atau LKM, hal ini untuk
menjamin kesinambungan program setelah Program selesai.
Pencatatan pengaduan dan keluhan pada tiap UPM (Unit Pengaduan
Masyarakat) harus dilakukan pada saat penerimaan. Hal ini dilakukan untuk
memudahkan pelaporan dan penanganan penyelesaian pengaduan. Untuk
memudahkan penanganan perlu dikembangkan klasifikasi masalah yang
bersifat standar dan terkait dengan Sistem Informasi Manajemen (SIM).
Sebagai contoh jenis pengaduan dapat dikelompokkan dalam katagori:
penyalahgunaan dana, intervensi politik, proses usulan kegiatan, dan proses
pelaksanaan kegiatan.
c) Penyelesaian Pengaduan
Pada dasarnya adanya pengaduan dari masyarakat menandakan
ketidakpuasan dan sengketa antara masyarakat dengan pelaku Program, baik
itu sengketa horisontal maupun vertikal. Artinya penyelesaian pengaduan juga
mengacu pada proses penyelesaian sengketa. Sebetulnya yang paling baik
V- 17
adalah penyelesaian sengketa dengan cara musyawarah dan mufakat. Namun
kenyataannya upaya penyelesaian sengketa dengan cara ini tidak selalu
terjadi dengan mudah, sehingga diperlukan campur tangan pihak ketiga. Untuk
itu, berbagai cara lain yang juga dapat dipakai untuk penyelesaian pengaduan
adalah melalui arbitrase dan hukum.
d) Penyelesaian Secara Hukum
Proses penyelesaian secara hukum untuk pengaduan tentang ketidakpuasan
maupun sengketa antara masyarakat dengan pelaku Program, baik itu
sengketa horisontal maupun vertikal, dapat dilakukan dalam hal:
• Sengketa tidak dapat didamaikan melalui mekanisme penanganan
pengaduan yang disiapkan di PNPM Mandiri Perkotaan.
• Terdapat indikasi kuat bahwa persoalan atau peristiwa tersebut berkaitan
dengan pelanggaran hukum (pidana maupun perdata).
Pada dasarnya penanganan pengaduan dilakukan melalui proses
investigasi, konfirmasi, rekomendasi dan informasi. Hasil investigasi yang
dilakukan oleh UPM harus dikonfirmasikan kepada pihak terkait yang tepat.
Selanjutnya dari hasil konfirmasi, UPM membuat rekomendasi kepada
pihak yang berwenang menangani masalahnya. Untuk PNPM Mandiri
Perkotaan, maka LKM adalah lembaga yang paling banyak mendapatkan
rekomendasi untuk menyelesaikan masalahnya.
Secara diagramatis mekanisme penanganan pengaduan tersebut diatas
dapat dilihat pada Bagan 5.1.
V- 18
Bagan 5.1. Mekanisme Penanganan Pengaduan
TIM
KOORDINASI
NASIONAL
Satker PNPM
Mandiri
Perkotaan
Koordinasi
Penyelesaian
Tidak
Dapat
Diselesai
kan ?
Derajat
Masalah 4
Ya
Dapat
Diselesai
kan ?
Derajat
Masalah 3
PO.BOX
2222
JKPMT
PPM
Provinsi
PEMDA
Prov.
KMP
E-mail, Web,
Telepon, SMS
Tidak
KMW
Ya
Tidak
TKPP
Kota/Kab.
PPM
Kab/
Kota
Derajat
Masalah 2
KORKOT
Dapat
Diselesai
kan ?
Ya
FKA
LKM
Camat
PJOK
TIM
FASILITATOR
/
Tidak
LKM
Derajat
Masalah 1
Lurah/Kades
Kantor Kel./
Desa
PPM
LKM
FASILITATOR
/ RELAWAN
Dapat
Diselesai
kan ?
Ya
MASYARAKAT, LSM, PT, KEL. PROFESI, KEL.
PEDULI
Garis Penyelesaian
Garis Pengaduan
Garis Distribusi Penyelesaian
V- 19
5.4.3. Penanganan Konflik
Beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan konflik antara dua
pihak atau lebih, dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut:
a. Identifikasi jenis konflik, apakah konflik laten, konflik terbuka ataukah konflik
permukaan, yang membutuhkan pendekatan berbeda dalam penanganannya.
Konflik laten merupakan konflik tersembunyi yang perlu diidentifikasi sejak
awal;
b. Identifikasi akar persoalan dari konflik yang terjadi;
c. Formulasikan rencana tindak penanganan konflik, yang dapat dikategorikan
sebagai berikut:
•
Cegah terjadinya konflik sejak dini agar terhindar dari munculnya konflik
yang lebih luas dan keras;
•
Selesaikan konflik melalui pengakhiran kekerasan dan pertengkaran;
•
Kelola konflik melalui pengurangan atau penghindaran kekerasan maupun
tindakan yang menjurus kekerasan, dengan cara mengembangkan
tindakan serta perilaku positif yang melibatkan semua pihak atau pelaku;
serta
•
Transformasikan konflik melalui investigasi mendalam secara partisipatif
untuk menyelesaikan akar konflik, dengan cara mentransformasi kekuatan
negatif menjadi kekuatan-kekuatan positif.
V- 20
Download