Implikasi

advertisement
Agama
&
Seksualitas
By: Inayah
Rohmaniyah
????
TUJUAN
• Menjelaskan secara sistematis mengapa dan
bagaimana agama berperan penting dalam
membangun dan melanggengkan budaya
patriarkhi;
• Mengevaluasi berbagai persoalan terkait
dengan seksualitas dalam wacana pemahaman
agama Islam yang patriarkhi;
• Memberikan ilustrasi adanya upaya/gerakan
merekonstruksi/reinterpretasi keagamaan
Peran agama dalam memperkuat
dan melanggengkan budaya
yang patriarkhal
Berakar pada tiga hal:
1. Persoalan patriakhi;
2. Androsentrisme;
3. Sexisme
(Lucinda Joy Peach “Women and World Religions”
(Upper Saddle River New Jersey: Pearson
Education, 2002)
• Androsentrisme : bahwa tradisi-tradisi agama
dikonstruksi, dikembangkan oleh laki-laki dari
perspektif laki-laki, dan oleh karenanya yang
menjadi fokus utamanya adalah pengalaman lakilaki ;
• Patriarkhi :menunjukkan adanya dominasi dan
superioritas laki-laki dalam wacana dan sejarah
agama.
• Sexis : Agama atau pemahaman agama pada
akhhirnya menjadi sexis, artinya pemahaman
agama yang dominan memberikan keistimewaan
kepada laki-laki dan pengalaman laki-laki serta
menempatkan laki-laki sebagai superior, dan
pada saat yang sama menempatkan perempuan
lebih rendah dan menganggapnya sebagai pihak
yang inferior
MENGAPA AGAMA MENJADI SALAH
SATU AKAR KETIDAKADILAN
GENDER YANG LATEN?
• Melalui ritual keagamaan dan pembekuan narasi
keagamaan yang dikonstruksi, ideologi gender
ditransmisi dan diperkuat dari satu generasi ke
generasi berikutnya.
• Ideologi gender memberikan dampak yang
signifikan terhadap perkembangan agama tetapi
juga dipengaruhi atau mendapatkan legitimasi
dari tafsir agama.
• Dampak terburuk dari pelegitimasian ini adalah
diyakininya perbedaan gender sebagai ketentuan
Tuhan atau takdir yang final, sehingga tidak
mudah dibedakan antara ketentuan Tuhan yang
sesungguhnya dengan konstruksi yang dibangun
oleh manusia secara sosial-kultural
Persoalan Seksualitas
dalam Islam
DIMANA
AKAR
MASALAHNYA?
Teori Penciptaan Perempuan
QS: An-Nisa (4: 1)
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada
Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu
dari diri yang satu (nafs wahidah), dan
darinya Allah menciptakan pasangannya;
dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak…
Berbagai Interpretasi “Satu Diri”
1. Adam
Implikasi : Manusia pertama diciptakan adalah
Adam,. Pasangannya adalah “perempuan” yang
diciptakan setelah Adam”, dari bagian tubuh
adam (minha: dari bagian tubuh Adam), tulang
rusuk sebelah kiri, bawah, yang bengkok__ info
ini tidak ada dalam al-Qur’an
2. Laki-Laki:
Implikasi: Manusia pertama adalah seorang lakilaki, bapak dari semua manusia. Perempuan
diciptakan sebagai pelengkap, sebagai ciptaan
kedua, diciptakan dari dan untuk laki-laki__ tidak
ada referensi tekstual dari al-Qur’an
3. Jenis yang sama__bukan Adam
Implikasi: Manusia, perempuan dan laki-laki,
diciptakan dari jenis yang sama, hakekat yang sama
(species manusia).
Misal argumen M. Abduh:
•Ayat bersifat umum, sementara Adam tidak populer
dan tidak diakui secara umum sebagai manusia pertama
•Bentuk kata “nakirah” (belum teridentifikasi dengan
jelas), berbeda dengan ma’rifah (yang sudah diketahui)
•Silisilah keturunan Adam dan Hawa lebih dikenal
konkrit di masy. Yahudi dan tidak perlu diikuti.
•Kalau Adam, Adam yang mana?
•Nafs adalah sesuatu yang bersifat non-materi, tidak
tepat diartikan Adam sebagai sesuatu yang bersifat
materi.
Teori Kejatuhan Adam & Hawa dari Surga
(QS al-Baqarah [2: 35-38])
1.Hawa menjadi penyebab jatuhnya Adam
dari Surga; Hawa penggoda Adam secara
biologis_seksual
Implikasi: Perempuan secara seksual sebagai penggoda
laki-laki, menjauhkan laki-laki dari surga (Aurat) dan
membuat laki2 membuka aurat. Perempuan
mendapat kutukan, menstruasi sakit, melahirkan sakit
dst.
2. Syetan Penggoda & Penyebabnya
Implikasi: Laki-laki dan perempuan memiliki
kemungkinan yang sama untuk mendapat
godaan dari syetan: untuk taat atau berbuat
maksiyat (pelanggaran); beruntung atau merugi,
bahagia atau sengsara, dst.
FAKTA HISTORIS
• Tuhan digambarkan dengan kata ganti “Huwa”
(dia laki-laki)
Misal: Surat Al-Ihlas
• Nabi & Rosul dalam sejarah agama Islam semua
laki-laki (setidaknya menurut pendapat yang
mainstream)
Contoh: Dari Adam, Ibrahim sampai Muhammad
• Ulama, pemimpin keagamaan, Kyai, didominasi
oleh laki-laki
• Mufassir, Ahli Fiqh, hampir semua laki-laki
• Ajaran/norma yang dibangun dalam tafsir,
terutama yang klasik, atau fiqih sangat patriarkhi
sehingga hukum Islam yang dipahami dan
dibangun juga patriarkhi
Contoh:
- Konsep tentang penciptaan laki-laki dan
perempuan (Perempuan manusia kedua dan
diciptakan dari tulang rusuk laki-laki/Adam)
- Konsep tentang kepemimpinan laki-laki dan
perempuan (Laki-laki adalah pemimpim)
- Ajaran tentang spiritualitas dan intelektualitas
perempuan yang separoh dari spiritualitas dan
intelektualitas laki-laki
- Ajaran tentang Poligami (Perhatikan bagaimana
peraturan poligami dalam Kompilasi hukum Islam)
- Ajaran tentang Mahram
• Agama sering diidentikkan dengan kekuasaan
dan otoritas, dan laki-laki (menurut mendapat
yang mainstream)dianggap memiliki atau
diberikan kekuasaan dan otoritas yang jauh lebih
besar dibanding perempuan
• Implikasinya? Dominasi dan eksploitasi terhadap
Perempuan sama tuanya dengan dominasi dan
eksploitasi terhadap bumi
• Agama digunakan sebagai alat/justifikasi
pengukuhan kekuasaan satu jenis kelamin
terhadap jenis kelamin yang lain.
• Bentuk dominasi: pembatasan akses dan
partisipasi perempuan; pencitraan perempuan
yang negatif; ajaran agama intinya menjadi
sangat “male dominated and oriented”
Bagaimana dengan;
Seksualitas dan Ibadah
Menstruasi
Homoseksual
Aborsi
Poligami
Bagaimana wacana yang dominan?
Mengapa wacananya menjadi demikian?
Bagaimana pandangan yang lebih
progressif/egaliter?
Seksualitas & Ibadah
Laknat Malaikat terhadap isteri yang menolak ajakan
suami untuk berhubungan seksual/ kepatuhan
terhadap suami dalam masalah seksualitas
“bila seorang suami mengajak isterinya ke tempat
tidur kemudian si isteri enggan memenuhi ajakannya
sehingga suami kecewa hingga tertidur, maka
sepanjang malam itu pula para malaikan akan
melaknati isteri hingga datangnya waktu subuh (HR
Bukhari)
Problem:
1.Seksualitas menjadi hak suami dan kewajiban isteri?
2.Seksualitas terkait dengan konsep isteri sebagai
“barang milik” suami?__konsep ketaatan
Terdapat tiga pendapat yang disebabkan oleh perbedaan
konstruk seksualitas:
1. Menerima dan memahami hadis secara tekstual
Umumnya dalam wacana fiqih, karena seks bagi
perempuan dipahami sebagai kewajiban dan bagi laki-laki
adalah hak; seks adalah adalah sesuatu yang sakral untuk
menjamin keturunan; pernikahan sebagai aqd tamlik
(kontrak kepemilikan)
2. Menerima tetapi memahami secara kontekstual
Dasarnya: kualitas sanad hadis sahih; hadis harus
dipahami dari konteksnya (sebab turunnya), dg berbagai
pendekatan dan dikaitkan dengan konsep lain dalam alQuran (misal konsep bermusyawarah);pernikahan adalah
aqd ibadah (kontrak menghalalkan sesuatu); isteri
memiliki otonomi dalam seksualitas sebagaimana suami.
3. Menolak Keberadaan Hadis
Dasarnya: Prinsip bahwa hadis tidak boleh
bertentangan dengan al-Qur’an; prinsip bahwa
Nabi tidak mungkin mensabdakan sebuah
ketidakadilan; hadis ini bertentangan dengan
berbagai konsep dalam al-Qur’an tentang status
dan relasi setara suami isteri.
MENSTRUASI
Q.S. al-Baqarah [2]: 222.
“Mereka bertanya kepadamu (Muhamad)
tentang haidl. Katakanlah: “Haid itu adalah
“kotoran” oleh karena itu hendaklah kamu
menjauhkan diri dari wanita di waktu haidl;
dan janganlah kamu mendekati mereka
sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci,
maka campurilah mereka di tempat yang telah
diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang taubat dan
menyukai orang yang menyucikan diri.”
Konteks:
• Adanya menstrual taboo, masakan
perempuan yang sedang mens tidak
boleh dimakan, tidak boleh
berkumpul dengan keluarga, dst
• Nabi meretas menstrual taboo, yang
tidak boleh hanya bersetubuh
Pendapat yang muncul:
1. Menyamakan istilah al-mahîdl- atau “tempat” keluarnya
darah, dan haid (‘ain al-haidl) menekankan “waktu” dan
“zat” haid itu sendiri.
Implikasi: “jauhilah perempuan pada waktu haidl”;
artinya dilarang bergaul dan bersenang-senang;
perempuan yang sedang haid kotor.
2. Membedakan antara al-mahîdl- dan haid (‘ain al-haidl)
Implikasi: jauhilah tempat haidl (dari perempuan itu”);
yang kotor bukan perempuan tapi tempat haidnya;
sehingga perempuan yang haid tidak kotor dan
diperbolehkan bergaul kecuali melakukan hubungan seks.
3. Haid bukan kotoran, tetapi berbahaya, beresiko.
Implikasi: larangang melakukan hubungan seks bukan
karena haid kotor, tetapi berbahaya bagi kesehatan
Persoalan sekitar menstruasi
Reproduksi Menstrual taboo
Dalam banyak literatur fikih terdapat
sekian banyak larangan (hal-hal yang
ditabukan) bagi perempuan yang sedang
menstruasi (haidl):
-tidak boleh membaca, menyentuh dan
membawa mushaf al-Qur’an,
- tidak boleh berdiam diri di masjid,
shalat, puasa, thawaf, dan sebagainya
• Dalam sejarahnya Jilbab, hijab, atau cadar sebagai
bagian dari menstrual taboo.
• Sebagaimana halnya ayat-ayat haid, ayat-ayat
mengenai jilbab atau hijab (Q.S. Al-Ahzab [33]: 59
dan al-Nûr [24]: 31) tidak berbicara dalam konteks
teologis (tidak dikaitkan dengan asal-usul darah asal
menstrual taboo, sebagaimana dalam kepercayaan
Yahudi, Kristen, dan kepercayaan-kepercayaan lain)
• Ayat-ayat hijab dan jilbab berbicara dalam konteks
budaya masyarakat setempat. Penekanannya
adalah pada persoalan etika, hukum, dan keamanan masyarakat dimana ayat itu diturunkan.
• Doktrin Islam sebenarnya bukan pada jilbabnya,
tetapi pada fungsinya sebagai penutup aurat-yaitu
menutup anggota badan tertentu yang dianggap
rawan dan dapat menimbulkan fitnah
Ritual Pasca Haid
Mayoritas Muslim dan Ulama berpendapat
bahwa sesudah hari ketujuh perempuan yang
haid sudah dapat dianggap bersih setelah mandi
haid.
Abu Hanifah berpendapat bahwa untuk
melakukan hubungan seksual antara suami dan
isteri tidak harus mandi terlebih dahulu, tetapi
cukup dengan membersihkan tempat keluarnya
darah haid dan tidak perlu menunggu sampai
tujuh hari kalau memang darah sudah berhenti.
Kritik Feminis Barat terhadap
Konsep Haid dalam Islam
• Konsep mentruasi melahirkan diskriminasi
terhadap perempuan.
• Mentruasi digunakan sebagai justifikasi
untuk melakukan segregasi terhadap
perempuan, memperlakukan mereka
sebagai pihak yang inferior, dan
menyisihkan mereka dari masjid.
• Menstruasi juga menyebabkan perempuan
tidak diperbolehkan melakukan berbagai
ibadah seperti shalat, puasa, atau bahkan
membaca al-Qur’an
Pendapat mainstream dari kaum Muslim
bahwa ibadah tidak hanya terbatas
shalat atau puasa. Banyak bentuk ibadah
lain yang dapat dilakukan perempuan
yang sedang mengalami menstruasi
HOMOSEKSUAL
Al-A’raf (7:81):
Sesungguhnya kamu menggauli lelaki untuk
melepaskan nafsumu , bukan kepada wanita,
bahkan kamu adalah kaum yang melampaui batas.
(Homoseksual)
Ali Imran (4:)
Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada
apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita…
(Heteroseksual)
An-Najm (53:45):
dan bahwasanya Dialah yang menciptakan
berpasang-pasangan pria dan wanita.
Beberapa istilah Dalam Fiqh
Wadam
al-Khunsa, orang yang memiliki dua alat kelamin atau
tidak memilikinya sama sekali (Khunsa musykil dan
ghairu musykil)
Banci
al-mutarajilat (perempuan yang berperilaku seperti
laki-laki) dan al-mutakhannitsin (laki-laki yang
berperilaku seperti perempuan)
Liwat
(laki2 berhubungan seks dengan laki2)
Musahaqat an-Nisa
Perempuan berhubungan seks dengan perempuan
Fakta:
• Tidak ada rekaman sejarah tentang kasus
penghukuman atas praktek homo pada masa
Nabi Muhammad.
• Sejarah penghukuman Homoseks dimulai
pada masa Khalifah Abu Bakar
• Tidak ada ayat yang menunjukkan perintah
untuk mendeskriditkan mereka yang
homoseks
• Pemahaman selalu merujuk pada kisah Luth
(ayat2 tentang kisah Nabi Luth).
Pendapat yang muncul
1. Kaum Luth dihukum karena mereka melakukan
perilaku seks menyimpang, homoseks; melakukan
hubungan seksual dengan sesama laki-laki dan
meninggalkan isteri mereka
Implikasi: homoseks haram, tidak ada ruang diskusi.
2. Kaum Luth mendapat murka dan azab karena
melakukan perilaku seks yang terlarang yaitu dengan
kekerasan, pemaksaan, penganiayaan (Sodomi yang
menyakitkan), dan penuh ketidaksetiaan.
Implikasi: homoseks dilarang bukan karena
keberadaannya tetapi ketika ada persoalan kekerasan,
membahayakan dan berbagai bentuk diskriminasi yang
lain.
Persoalan sekitar Homoseksual
• Tafsir keagamaan didominasi dan
dihegemoni oleh heteronormatifitas
• Pendapat pertama menjadi mainstream
yang menghegemoni pemikiran komunitas
Muslim, bahkan yang sering dipandang
sebagai progresif/modern, sehingga tidak
ada lagi ruang untuk diskusi.
• Homoseksual dipandang tidak normal,
immoral, tidak religius, haram, penyakit
sosial, menyalahi kodrat, harus dihukum
mati.
• Negara berpihak pada mainstream yang
diskriminatif
ABORSI
Tidak ada teks dari al-Qur’an terkait dengan
aborsi: biasanya dikaitkan dengan persoalan
larangan pembunuhan anak:
Al-An’am (6: 151)
Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang
diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu:
janganlah kamu mempersekutukan sesuatu
dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua
orang ibu bapa, dan janganlah kamu
membunuh anak-anak kamu karena takut
kemiskinan, Kami akan memberi rezki
kepadamu dan kepada mereka, ….
Pendapat yang berkembang
1. Aborsi sama dengan pembunuhan janin
Implikasi: aborsi dilarang/Haram
2. Aborsi berbeda dengan induksi haid
sehingga bukan pembunuhan janin
Implikasi: aborsi pada usia kandungan
tertentu diperbolehkan atau paling tidak
makruh (tidak dilarang tapi tidak
disukai)
Persoalan
Kapan janin disebut sebagai
manusia?
“Konsep Penciptaan Manusia”
Perbedaan antara 4 imam fiqh
Imam Abu Hanifah & Madzhab Hanafiyah:
Aborsi diperbolehkan ketika janin belum terbentuk;
sebelum peniupan roh (setelah 120 hari kehamilan;
ada yang mengatakan sebelum memasuki bukan ke 4,
sebelum 80 hari, dst); intinya sebelum menjadi
manusia.
Imam Hambali & Madzhab Hambaliyah
Aborsi diperbolehkan ketika janin belum berbentuk
anak manusia; sebelum peniupan roh; sebelum
berusia 40 hari;
Madzhab Syafi’I
Ulama syafi’iyah berbeda pendapat tentang
aborsi sebelum janin berusia 120 hari, ada
yang membolehkan ada yang mengharamkan;
sebagian berpendapat yang aborsi haram
bahkan sebelum usia janin 40 hari, sebagian
membolehkan sebelum janin menjadi
manusia.
Madzhab Maliki
Mayoritas mengatakan aborsi haram
kapanpun dilakukan, karena kehidupan sudah
dimulai sejak masa konsepsi.
MENGAPA?
• Semua teks, termasuk teks al-Qur’an, bersifat
polisemic atau terbuka untuk dibaca dengan cara
yang bervariasi.
• Pembacaan terhadap teks al-Qur’an sangat
ditentukan oleh siapa yang membaca, bagaimana
mereka memilih untuk mendefinisikan epistemologi
dan metodologi dari makna-makna yang ada
(hermenutik), dan konteks dimana mereka
membacanya.
• Setiap pembacaan merefleksikan maksud dari teks
dan sekaligus prior teks dari pembacanya
( Asma Barlas, Believing Women in Islam & Amina
Wadud, Qur’an and Women)
• Teks dipandang sebagai ”truth”, sehingga melupakan
keterbatasan bahasa Arab sebagai media penyampai
wahyu yang diyakini bersifat universal
Kesimpulan
• Paham agama yang androcentris, patrarkhis dan
sexis sehingga diskriminatif muncul disebabkan
kebudayaan arab (dan budaya kita Indonesia)
yang patrarkhal; pemikiran keagamaan (persoalan
pendekatan atau metodologi yang digunakan
dalam membaca teks agama, atau Al-Qur’an dan
siapa yang mereproduksi makna); tendensi politik;
dan adanya keterbatasan bahasa sebagai media
penyampai wahyu Ilahiyah
• Model pembacaan teks yang dapat melahirkan
pemahaman agama yang lebih adil gender dan
tidak patriarkhal adalah model hermeneutis yang
holistik dengan mengiklusikan secara setara
pengalaman dan suara perempuan, dan pada saat
yang sama mempertimbangkan aspek tekstualitas,
konstruksi gramatikal teks, dan konteks.
TERIMA KASIH
[email protected]
Download