BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan tumbuh-tumbuhan untuk penyembuhan merupakan bentuk pengobatan tertua di dunia. Setiap budaya di dunia memiliki sistem pengobatan tradisional yang khas dan di setiap daerah dijumpai berbagai macam jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat(1). Sirih (Piper betle L.) merupakan salah satu dari sekian banyak tumbuhan obat di Indonesia yang memiliki beragam khasiat dan telah lama dipergunakan oleh masyarakat secara empiris untuk mengobati berbagai penyakit(2). Bagian tanaman yang digunakan adalah daunnya, yang bermanfaat untuk obat sakit gigi dan mulut, sariawan, abses rongga mulut, luka bekas cabut gigi, penghilang bau mulut, batuk dan serak, hidung berdarah, keputihan, wasir, tetes mata, gangguan lambung, gatal-gatal, kepala pusing, jantung berdebar dan trachom(3). Manfaat daun sirih ini sudah banyak dikenal oleh masyarakat dan sudah melalui uji klinis. Sampai sekarang, penelitian mengenai daun sirih masih terus dikembangkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa minyak atsiri daun sirih sudah memiliki aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans pada konsentrasi 0,1%. Selain dalam bentuk larutan murni, pengujian aktivitas antibakteri dilakukan juga dalam bentuk pasta gigi. Juga dilaporkan bahwa pasta gigi yang mengandung minyak atsiri daun sirih menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans pada konsentrasi 0,1 %(3). Ekstrak daun sirih dan klorheksidin 0,2 % mempunyai efektivitas sama dalam menghambat pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis. Ekstrak daun sirih dengan konsentrasi 20% memiliki efektivitas antibakteri(5). Kandungan kimia dari daun sirih yaitu saponin, polifenol, minyak atsiri dan flavonoid. Penggunaan sirih untuk mengobati berbagai macam jenis penyakit telah dilakukan beberapa puluh tahun yang lalu secara tradisional(4). Saponin mempunyai efek sebagai mukolitik sehingga daun sirih kemungkinan bisa berefek sebagai mukolitik karena didalamnya 1 2 mengandung senyawa saponin. Berdasarkan kandungan daun sirih yaitu saponin yang dapat digunakan sebagai obat batuk, maka ekstrak daun sirih ini baik jika diformulasi dalam bentuk sediaan tablet hisap(10). Keuntungan sediaan tablet hisap antara lain tablet hisap memiliki rasa enak, mudah dalam penggunaan, ketepatan dosis, dan bentuk yang memikat karena terdapat bahan pemanis dan lebih disukai pemakai yang kesulitan dalam menelan. Umumnya masyarakat Indonesia memanfaatkan daun sirih dengan cara memakannya atau dikenal dengan istilah menginang. Makan sirih merupakan suatu kebiasaan yang menurut penikmatnya seperti kebutuhan pokok yang tidak bisa bahkan mustahil untuk dapat tergantikan. Tradisi ini menurut sejarah berasal dari India dan telah dimulai sejak 3.000 tahun yang lalu oleh masyarakat di kawasan Asia Tenggara. Biasanya sebelum dimakan, sirih diramu terlebih dahulu dengan tembakau, kapur, gambir dan buah pinang(31). Pemanfaatan daun sirih sebagai obat tradisional oleh masyarakat masih sangat sederhana seperti meminum air rebusan daun sirih, cara yang demikian mungkin tidak dapat diterima oleh sebagian golongan masyarakat karena rasa sirih yang pedas dan tidak praktis dalam hal penyajiannya. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu inovasi melalui pembuatan sediaan farmasi yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan tersebut(6). Salah satu upaya untuk mengembangkan tanaman obat agar menjadi sediaan yang lebih modern adalah membuatnya dalam bentuk sediaan tablet hisap ekstrak dengan pertimbangan bahwa tablet merupakan bentuk sediaan utuh yang menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran (dosis), memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik dan mudah diproduksi secara besar – besaran(7). Tablet hisap adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang membuat tablet melarut atau hancur perlahan-lahan dalam mulut. Keuntungan dibuat dalam bentuk sediaan tablet hisap ini adalah 3 akan memudahkan dalam penggunaannya, rasanya lebih enak, dan memberikan efek lokal(8). Tablet hisap yang berkualitas baik adalah yang memiliki tingkat kekerasan yang cukup tinggi, karena sediaan ini akan menghasilkan efek lokal pada mulut sehingga diperlukan tablet yang keras dan tidak mudah larut dalam mulut. Tablet hisap mempunyai kekerasan yang lebih tinggi daripada tablet biasa yaitu 7 – 14 kg(9). Untuk memperoleh kekerasan itu, diperlukan bahan pengikat yang sesuai, bahan pengikat yang digunakan pada penelitian ini adalah polivinil pirolidon (PVP). Polivinil pirolidon (PVP) adalah suatu polimer sintetik yang dapat digunakan sebagai bahan pengikat dengan keuntungan sebagai perekat yang baik dalam larutan air maupun alkohol. Polivinil pirolidon juga mempunyai kemampuan sebagai pengikat kering(11). PVP bagus untuk penggranulan, hasil granul cepat kering, memiliki sifat alir yang baik, sudut diam minimum dan menghasilkan daya kompaktibilitas lebih baik. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana pengaruh polivinil pirolidon (PVP) sebagai bahan pengikat pada sifat fisik tablet hisap sirih? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh polivinil pirolidon (PVP) sebagai bahan pengikat pada sifat fisik tablet hisap sirih. 4 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Sediaan tablet hisap ekstrak daun sirih dapat menjadi obat tradisional yang dikembangkan menjadi sediaan alternatif yang lebih praktis dan menarik dalam bentuk sediaan tablet hisap. 1.4.2 Dapat memberikan sumbangan bagi dunia ilmu pengetahuan pada umumnya dan dunia kefarmasian pada khususnya untuk dijadikan pedoman demi keperluan penelitian lebih lanjut tentang manfaat lain dari tanaman sirih. 1.4.3 Dapat meningkatkan manfaat dari tanaman daun sirih (Piper betle L.) serta sebagai dasar penelitian selanjutnya.