Industri Pangan - Sebuah Pendapat dari Warga Negara Indonesia Masnafood - Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam besar yang berpotensi mensejahterakan penduduknya dan dunia. Pada tahun 2010 dan awal 2011, dunia mengalami kenaikan harga pangan yang tidak diduga-duga. Banyak faktor yang melatarbelakangi kenaikan tersebut, salah satunya jumlah penduduk. Semakin banyak penduduk maka semakin banyak juga pangan yang harus diproduksi agar dapat memenuhi kebutuhan mereka. Nah, bagi Indonesia, sebenarnya kejadian ini merupakan peluang untuk lebih memperhatikan dan mengembangkan industri pangan. Hal ini, selain dapat meningkatkan ketahanan pangan kita, juga dapat memberikan andil mensejahterakan penduduk Indonesia. Industri pangan pada tahun-tahun mendatang diperkirakan akan tetap tumbuh dengan baik. Hal ini dipicu oleh antara lain karena laju pertumbuhan penduduk yang berarti perlu suplai pangan, dan juga karena adanya perubahan demografi penduduk. “Indonesia dan penduduk Asia pada umumnya memiliki indeks harapan hidup yang makin baik. Hal ini merupakan pangsa pasar tersendiri bagi industri pangan, karena penduduk seperti itu mempunyai daya beli kuat, sekaligus memerlukan produk pangan yang lebih berkualitas, lebih bergizi dan aman,” kata Direktur MB IPB Arief Daryanto. Perubahan demografi juga terlihat dari makin banyaknya penduduk berusia muda yang lebih menyukai produk pangan olahan seperti snack, bakery, minuman dalam kemasan, serta produk olahan lainnya. Hal ini menjadi tantangan khusus bagi para pelaku industri pangan untuk menyediakan produk pangan sesuai dengan permintaan pasar tersebut. Makin banyaknya masyarakat urban juga telah memacu pertumbuhan industri pangan. Hal ini disebabkan kebutuhan masyarakat perkotaan ternyata berbeda dengan pedesaan. Mereka memiliki pendapatan yang terus meningkat, sehingga daya beli pun bertambah. Mereka juga menyukai produk pangan yang dikemas, praktis dan mudah dalam penanganannya. Pasangan usia muda yang sama-sama bekerja menyebabkan seorang istri tidak memiliki waktu yang cukup untuk memasak di dapur. Maka, memasak masakan yang sudah diolah atau makan di luar rumah menjadi gaya hidup masyarakat urban saat ini. Menurut Mohamad Bisri, industri pangan bisa mempercepat pembangunan Indonesia karena ada beberapa faktor, yaitu : 1. Pangan adalah suatu hal yg sangat krusial, kebutuhan primer dari setiap bangsa. Maka dari itu, pemerintah harus sangat memperhatikan masalah ini. Jika kita mau masyarakat kita sejahtera, kita harus membuat mereka kenyang. 2. Secara teoretis, suatu peradaban bisa berkembang jika memiliki suatu instrument of expansion (Carroll Quigley). Dari sini gw coba lihat, potensi apa yg dimiliki Indonesia yg bisa dijadikan instrument of expansion Indonesia ke depannya. Jawabannya adalah kekayaan alam, barang tambang, minyak, tanah yg subur, dan kekayaan laut yg berlimpah. Dari sini ada 3 industri yg sangat berpotensi untuk dijadikan instrument of expansion kita, yaitu industri energi, pertambangan dan pangan. 3. Dari ketiga industri tersebut, yang paling feasible untuk dikembangkan lebih lanjut adalah industri pangan kita, kita pernah berhasil mengembangkan industri pangan kita di zamannya Pak Harto, sayangnya setelah reformasi pemerintah seperti tdk peduli dengan masalah pertanian ini, mungkin masih pada sibuk berebutan kekuasaan yg tercecer setelah Pak Harto jatuh. Industri pertambangan dan energi sebenarnya akan menjadi instrument of expansion yang sangat powerful untuk kita, akan tetapi sayangnya kedua industri ini saat ini justru lebih banyak dikuasai oleh pihak asing (baik dari teknologi maupun dari produksinya). 4. Pengembangan industri pangan membutuhkan biaya yg relatif tidak terlalu besar. Kita bisa menggunakan teknologi-teknologi pangan seperti yang dikembangkan oleh Jepang, tapi gw rasa kita ga terlalu memerlukan itu, karena kita punya lahan yg luas dan sumber daya laut yg berlimpah. 5. Bisa dibilang negara kita punya pengalaman dalam pengembangan industri pangan, khususnya di sektor pertanian. Pak Harto dulu pernah sukses mengembangkan pertanian Indonesia sampai kita akhirnya pernah swasembada pangan. Yah..kalau dulu aja bisa, kenapa sekarang tidak?? Selain itu, Mohammad Bisri juga mengajukan pemikirannya mengenai cara pengembangan industri pangan yang bisa dilakukan oleh pemerintah dengan melakukan hal-hal berikut : 1. Bangkitkan kembali KUD-KUD kita, merekalah dulu motor gerakan pertanian di Indonesia. Peran mereka sebaiknya ditingkatkan, bukan hanya sebagai distributor dan penyedia bibit saja, tapi juga sebagai agen pengolahan (penggilingan padi), hal ini bisa memperpendek jalur distribusi sehingga keuntungan buat petani bisa bertambah. KUD juga bisa dikembangkan di desa-desa nelayan di Indonesia. 2. Tentunya anggaran buat sektor pertanian harus ditambah. Untuk membenahi infrastruktur (irigasi, dll), pengolahan lahan, dan membeli benih-benih yang berkualitas. 3. Lakukan proteksi terhadap produk-produk pangan kita, paling tidak sampai mereka mampu bersaing dengan produk dari luar. 4. Benahi jalur distribusi pangan di Indonesia yang saat ini terlalu panjang dan tidak efisien. .Jalur distribusi yang lebih pendek akan membuat harga komoditi menjadi lebih murah dan keuntungan dari petani/nelayan akan lebih besar. 5. Industri pangan harus lengkap dari hulu ke hilir, kalau bisa bukan hanya secara proses pengolahan dan distribusi, tapi dari bahan baku dan peralatan juga harus bisa disiapkan secara mandiri oleh negara kita. Dengan ini, industri pangan kita akan lebih stabil. Menurut Direktur MB IPB Arief Daryanto, tantangan lain industri pangan adalah saat ini masih begitu banyak hasil pertanian Indonesia yang dalam bentuk komoditi. ”Hal yang terjadi saat ini adalah, Indonesia mengekspor banyak produk segar, dan terlalu banyak produk pangan yang belum diproses,” kata Arief. Tantangan itulah yang harus dijawab oleh pelaku industri pangan untuk memproses produk segar menjadi produk olahan yang menciptakan nilai tambah di dalam negeri. Produk pangan yang diolah disamping memiliki nilai lebih juga menciptakan lapangan kerja baru di dalam negeri. ”Contohnya adalah biji kopi yang dijual dalam bentuk komoditi harganya berkisar US $ 2 per kg. Jika telah disangrai, harganya menjadi US $ 10 per kg, dan jika telah diberi merek dan dikemas dengan baik, harga naik dua kali menjadi US $ 20 per kg. Harga tersebut berlipat menjadi 5 kali jika kopi dijual dalam kafe bergengsi dengan aneka fasilitas, mejadi rata-rata US $ 100 per kg,” urai Arief. Contoh lain dari produk yang naik harganya karena telah diolah terlebih dahulu adalah singkong yang berupa komoditi dijual rata-rata Rp 300-450 per kg, ketika dijual dalam bentuk olahan seperti Modified Cassava Flour (MOCAF) harganya berlipat menjadi Rp. 4000-4500 per kg. Walaupun negeri ini belum memiliki teknologi sehebat Jerman, Amerika, Jepang, Korea dan negara maju lainnya, seharusnya pemerintah melihat potensi Indonesia menjadi negara Produksi Pangan terbesar di dunia. Sungguh, Indonesia sangat kaya pangan baik di daratan maupun di lautan. Jadi, sudah adakah cetak biru pengembangan industri pangan di Indonesia ? ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Referensi : 1. http://www.foodreview.biz/preview.php?view2&id=55869 2. http://mohamadbisri.wordpress.com/2009/03/15/pengembangan-industri-pangan-krusialkah/