BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Media Sosial 2.1.1. Pengertian Media Sosial Media Sosial adalah interaksi sosial antara manusia dalam memproduksi, berbagi dan bertukar informasi, hal ini mencakup gagasan dan berbagai konten dalam komunitas virtual (Ahlqvist dkk , 2008 dalam Sulianta, Feri 2015). Media sosial mampu menghadirkan serta mentranslasikan cara berkomunikasi baru dengan teknologi yang sama sekali berbeda dari media sosial tradisional. Social media atau dalam Bahasa Indonesia disebut media sosial adalah media yang didesain untuk mempermudah interaksi sosial yang bersifat interaktif atau dua arah. 2.1.2. Karakteristik Media Sosial Menurut Sulianta, Feri (2015) Karakterististik yang dijumpai pada media sosial yaitu 2.1.2.1. Transparansi Transparansi adalah keterbukaan informasi karena konten media sosial ditunjukkan untuk konsumsi publik untuk sekelompok orang 2.1.2.2. Dialog dan Komunikasi Ketika ada sebuah komunikasi maka akan terjalin hubungan dan komunikasi interaktif menggunakan ragam fitur. Misalnya media sosial seperti facebook, para penggunanya Universitas Sumatera Utara bisa saling berkomunikasi lewat chat inbox maupun saling memberi komentar pada foto yang terpasang di akun facebook yang muncul di timeline penggunanya. 2.1.2.3. Jejaring Relasi Hubungan antara pengguna layaknya jaring – jaring yang terhubung satu sama lain dan semakin kompleks seraya mereka menjalin komunikasi dan terus membangun pertemanan. Komunitas jejaring sosial memiliki peranan kuat yang akan memengaruhi audiensinya. 2.1.2.4. Multi Opini Setiap orang yang menggunakan media sosial dengan mudahnya berargumen dan mengutarakan pendapatnya misalnya dalam instagram. Seseorang yang menggunakan instagram dapat memberi komentar pada foto yang diupload oleh teman sesama instagram. 2.1.3. Daftar Media Sosial 2.1.3.1. Facebook Jejaring sosial yang didirikan oleh Mark Zuckerberg dan kemudian menjadi salah satu jejaring sosial terbesar di dunia. Brand ternama atau artis umumnya memiliki akun facebook fage di jejaring ini. Di Indonesia, jejaring ini sangat populer digunakan baik itu oleh kaum remaja dan dewasa. Facebook adalah sebagai salah satu aplikasi untuk mencari teman , Universitas Sumatera Utara manfaat yang paling terasa adalah kita dapat menjumpai teman lama kita disini, tempat promosi, bisa menjadi media promosi yang sangat efektif, tempat diskusi, salah satu fitur di situs jejaring sosial ini adalah group, yang berfungsi seperti forum. Pengguna bisa berdiskusi tentang apapun. Namun kerugian yang diperoleh dalam menggunakan facebook adalah dapat mengurangi waktu efektif , karena bisa bermain facebook berjam-jam, serta bagi remaja tugas sekolah tidak terhiraukan, para pelajar rela menghiraukan belajarnya demi bermain facebook. 2.1.3.2. Instagram Layanan berbasis internet sekaligus jejaring sosial untuk berbagi cerita via gambar digital. Para pengguna gadget kerap kali menggunakan jejaring ini untuk berbagai hasil jepretan mereka. Instagram juga merupakan aplikasi yang digunakan untuk menjepret foto, mengelola foto, mengedit foto, memberi efek filter pada foto dan membagikan foto tersebut kesemua orang. 2.1.3.3. Path Jejaring sosial yang memungkinkan anggotanya berbagi informasi berbasis lokasi. Jejaring pertemanan ini berbagi informasi menggunakan foto, musik, pernyataan, atau Universitas Sumatera Utara pengalaman dan cerita. Umumnya pengguna berbagi pengalaman bepergiannya menggunakan jejaring path. 2.1.3.4. Twitter Jejaring sosial mikroblogging yang ditujukan untuk berbagi informasi (tweet) yang ringkas. Setiap orang dapat memposting apa yang sedang dipikirkannya, atau pun foto dan orang lain dapat memberi komentar pada tweet yang telah dipostingnya tersebut. Menurut Palewa (2013) dalam penelitiannya “ Motif Penggunaaan dan Interaksi Sosial di Twitter” adalah twitter digunakan mahasiswa untuk mencaci dan menggali informasi terkait dengan bidang yang mereka suka. Hal ini dikarenakan fitur twitter yang simple dan singkat dibanding dengan media sosial lain. Melalui twitter pengguna banyak menemukan informasi baru yang kemudian jadi bahan perbincangan di dunia nyata. 2.1.3.5. Blacberry Messenger BlackBerry Messenger (“BBM”) merupakan aplikasi pesan-instan yang dikeluarkan oleh perusahaan BlackBerry (RIM). Layanan aplikasi ini dapat berfungsi melalui koneksi internet dari gadget. Dengan aplikasi ini seseorang dapat berbagi informasi, seperti teks, gambar, dan video. BBM memiliki sifat personalisasi. Maksudnya adalah, tiap penggunaan BBM mengacu pada orang tertentu (baik Universitas Sumatera Utara individu maupun kelompok) sehingga sasaran komunikasi dapat diidentifikasi. Pengguna BBM juga dapat mempersonalisasi aplikasinya dengan menambahkan foto profil atau status, sehingga tiap orang yang termasuk dalam jaringannya dapat lebih mengenal penguna tersebut. Dengan demikian, dalam konteks ini BBM dapat dikategorikan sebagai salah satu media sosial. 2.1.3.6. Line Line adalah sebuah aplikasi pengirim pesan instan gratis yang dapat digunakan pada berbagai platform seperti telepon cerdas, tablet, dan komputer. Line difungsikan dengan menggunakan jaringan internet sehingga pengguna Line dapat melakukan aktivitas seperti mengirim pesan teks, mengirim gambar, video, pesan suara, dan lain lain. Line menggunakan nomor handphone sebagai teman kontak di Line. Semua nomor handphone dalam kontak smartphone anda akan langsung menjadi teman anda. Chat dapat dilakukan dengan sesama teman yang menggunakan aplikasi Line ini.. Selain menggunakan nomor, user ID juga disediakan oleh Line untuk memudahkan pencarian teman Line. Universitas Sumatera Utara 2.1.4. Intensitas Penggunaan Media Sosial Menurut Horrigan (2000 dalam Rachdianti , 2011), terdapat dua hal mendasar yang harus diamati untuk mengetahui intensitas penggunaan intenet seseorang, yakni frekuensi internet yang sering digunakan dan lama menggunakan tiap kali mengakses internet yang dilakukan oleh pengguna internet. The Graphic, Visualization & Usability Center, the Georgia Institute of Technology (dalam Qomariyah ,2009) menggolongkan pengguna internet menjadi tiga kategori dengan berdasarkan intensitas internet yang digunakan: 2.1.4.1. Heavy Users ( lebih dari 40 jam perbulan) 2.1.4.2. Medium Users (antara 10 sampai 40 jam per bulan) 2.1.4.3. Light Users (kurang dari 10 jam per bulan) Intensitas Penggunaan Internet Minggu Bulan Keterangan >10 jam 40 jam Tinggi Pengguna Ssedang 2,5-10 jam 10-40 jam Sedang Pengguna Ringan <2,5 jam <10 jam Rendah Pengguna Berat 2.2. Tidur 2.2.1 Defenisi Tidur Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang – ulang dan masing – masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda ( Tarwoto & Wartonah, 2010). Dalam Riyadi & Widuri ( 2015) mendefenisikan tidur adalah suatu keadaan tidak sadar pada setiap individu Universitas Sumatera Utara yang melakukannya dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan mengalami penurunan atau bahkan tidak ada sama sekali, dan individu tersebut dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang memadai. 2.2.2 Fisiologi Tidur Kepuasan terhadap kualitas tidur setiap orang sangat dipengaruhi oleh peran irama sirkardian. Orang yang mengalami irama siklus sebagai bagian dari kehidupannya setiap hari. Irama sirkardian mempengaruhi pola fungsi biologis utama dan fungsi perilaku. Fluktuasi, dan prakiraan suhu tubuh, denyut jantung,tekanan darah, sekresi hormon, kemampuan sensorik, dan suasana hati sangat bergantung pada pemeliharaan siklus sirkardian 24 jam. Irama sirkardian, termasuk siklu tidur-bangun harian, dipengaruhi oleh cahaya dan suhu serta faktor-faktor eksternal seperti aktivitas sosial dan rutinitas pekerjaan. Semua orang mempunyai jam siklus yang sinkron dengan siklus tidur mereka. Sebagian orang dapat tertidur pada pukul 7 malam, sementara yang lainnya tertidur tengah malam atau menjelang dini hari. Jika siklus tidurbangun seseorang berub ah secara bermakna, maka akan menghasilkan kualitas tidur yang buruk. 2.2.3 Tahapan Tidur Ada 4 tahapan tidur NREM (Riyadi & Widuri, 2015) yaitu 2.2.3.1 Tahap I Universitas Sumatera Utara Pada tahap ini adalah tahap transisi dari kondisi dasar menjadi tidur dengan ditandai individu merasa kabur dan rileks, seluruh otot menjadi lemas, kelopak mata menutup,kedua bola mata bergerak ke kanan- kiri, kecepatan jantung dan pernafasan menurun secara jelas, pada EEG terjadi penurunan voltasi gelombang – gelombang alfa. Individu yang sedang dalam tidur tahap I ini, dapat dibangunkan dengan mudah. 2.2.3.2 Tahap II Tahap II adalah tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun, ditandai dengan kedua bola mata berhenti bergerak, suhu tubuh menurun,kecepatan jantung dan pernafasan turun dengan jelas, dan tonus otot pelahan-lahan berkurang. Pada EEG timbul gelombang beta yang berfrekuensi 14-18 siklus/detik. Gelombong – gelombang ini disebut dengan gelombang tidur. Pada tahap ini berlangsung sekitar 10-15 menit. 2.2.3.3 Tahap III Tahap III ini,keadaan fisik makin lemah karena tonus otot lenyap secara menyeluruh. Kecepatan jantung dan pernafasan berlanjut mengalami penurunan akibat dominasi sistem saraf parasimpatis, demikian pula pada proses tubuhnnya. Pada EEG memperlihatkan perubahan gelombang beta menjadi 11-2 siklus/detik, dan individu dalam tidur tahap III ini sulit untuk dibangunkan. Universitas Sumatera Utara 2.2.3.4 Tahap IV Tahap IV adalah tidur yang individu sulit dibangunkan karena individu berada dalam keadaan rileks, jarang bergerak karena keaadaan fisiknya sudah menjadi lemah lungkai. Gambaran pada EEG tampak hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekuensi 1-2 siklus/detik. Denyut jantung dan pernafasan menurut sekitas 2030% dan pada tahapini dapat terjadi mimpi. Individu yang telah tidur pada tahap ini dapat memulihkan keadaan tubuhnya. 2.2.4 Kebutuhan Tidur Pada manusia, jumlah jam yang diperlukan seseorang untuk tidur berbeda- beda, tergantung pada faktor-faktor tertentu dan usia mereka. Pada neonatus,waktu yang dibutuhkan rata-rata 15-18 jam dan waktu tidur mereka tidak dipengaruhi oleh siklus pagi dan malam yang disebabkan oleh ketiadaan irama sirkardian. Waktu tersebut akan berkurang hingga 13-14 jam setelah satu tahun (Benaroch, 2012). Remaja usia 12-18 tahun memerlukan waktu tidur 8-9 jam per hari. Waktu tidur masih berperan penting bagi kesehatan seperti pada masa kanakkanak mereka. Walaupun ditemukan bahwa banyak remaja memerlukan waktu tidur yang mungkin lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya, tuntutan sosial membuat mereka sulit mendapatkan waktu dan kualitas tidur yang sesuai (Benaroch,2012). Saat seseorang mencapai tahap dewasa, mereka cenderung memerlukan waktu tidur 7-8 jam per hari. Sedangkan lanjut usia cenderung Universitas Sumatera Utara memerlukan waktu 6-7 jam per hari dengan tidur siang yang lebih sering pada siang hari. Waktu untuk tidur pada orang dewasa kebanyakan bervariasi dari tiap orang ke orang, dan umumnya berkisar 5 sampai 11 jam (Benaroch, 2012). 2.2.5 Kualitas Tidur Kualitas tidur menurut American Psychiatric Association (2000) (Wavy 2008 dalam William,2013) didefinisikan sebagai suatu fenomena kompleks yang melibatkan beberapa dimensi. Kualitas tidur meliputi dua aspek, yakni kuantitatif tidur dan kualitatif tidur. Aspek kuantitatif termasuk lamanya waktu tidur, sedangkan kualitatif tidur merupakan aspek subjektif dari kedalaman tidur dan perasaan segar pada saat bangun tidur (Lemma dkk, 2012). Di sisi lain, Lai (2001 dalam Fauzan 2013) menyebutkan bahwa kualitas tidur ditentukan oleh bagaimana seseorang mempersiapkan pola tidurnya pada malam /.hari seperti kedalaman tidur, kemampuan untuk tetap tidur, dan kemudahan untuk tertidur tanpa bantuan medis. Kualitas tidur yang baik dapat memberikan perasaan tenang di pagi hari, perasaan energik, dan tidak mengeluh gangguan tidur. Dengan kata lain, memiliki kualitas tidur baik sangat penting dan vital untuk hidup sehat semua orang. Secara fisiologis, kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan rasa kantuk di siang hari, menurunnya kesehatan pribadi dan menyebabkan kelelahan. Selain itu, hal ini terkait dengan beberapa penyakit seperti penyakit jantung, peradangan, diabetes dan penyakit kardiovaskular (Wavy 2008 dalam Fauzan, 2013). Universitas Sumatera Utara Secara psikologis, kualitas tidur yang buruk berdampak pada penurunan fungsi kognitif. Selanjutnya, hal itu terkait dengan tingkat yang lebih tinggi terhadap kecemasan, meningkatkan ketegangan, mudah tersinggung, kebingungan, suasana hati yang buruk, depresi, penurunan kesejahteraan psikologis dan kepuasan hidup yang lebih rendah. Secara bersamaan, ia berhubungan positif dengan melambatnya psikomotor dan gangguan konsentrasi (Wavy 2008 dalam Fauzan, 2013). Selain masalah fisik dan psikologis yang disebabkan oleh kualitas tidur yang buruk, penelitian telah menunjukkan bahwa hal tersebut juga berkaitan dengan prestasi akademis yang buruk. Kualitas tidur yang buruk berhubungan dengan motivasi akademik yang lebih rendah, nilai yang lebih rendah dan penurunan prestasi akademik (Wavy 2008 dalam Fauzan, 2013). Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang antara lain Sujono dan Hesti (2015) dan Daswin ( 2013 dalam Melliani, 2014) : 2.2.5.1. Status Kesehatan Status kesehatan individu baik kondisi kesehatan fisik maupun kesehatan psikologis sangat mempengaaruhi kebutuhan tidurnya. 2.2.5.2. Penyakit Fisik Setiap penyakit fisik yang menyebabkan ketidaknyamanan fisik seperti nyeri, batuk , sesak nafas, panas, jantung Universitas Sumatera Utara berdebar, dan lain – lainnya dapat menyebabkan masalah tidur dan istirahat. 2.2.5.3. Stres Psikologi Masalah yang berhubungan dengan dapat suasana hati yang menyebabkan individu mengalami kecemasan, depresi dan yang lainnya akan menyebabkan gangguan kebutuhan istirahat dan tidurnya. 2.2.5.4. Rasa Lelah Kelelahan akibat aktivitas yang tinggi menyebabkan seseorang memerlukan tidur yang lebih banyak untuk mengganti energi yang telah dikeluarkan. 2.2.5.5. Obat-obatan dan substansi Obat, pada prinsipnya mempunyai dua efek, yaitu efek terapeutik dan efek samping. Beberapa obat dapat mempengaruhi proses tidur, seperti diuretik yang dapat menyebabkan insomnia, antidepressan yang menekan sistem saraf pusat, kafein yang meningkatkan perangsangan simpatis sehingga individu menjadi sulit tidur, dan beta bloker yang menimbulkan insomnia. 2.2.5.6. Nutrisi Ketika kebutuhan nutrisi seseorang tercukupi, maka proses tidur juga akan terjadi dengan cepat dan mudah. Konsumsi makanan tinggi protein akan mempercepat proses tidur, Universitas Sumatera Utara oleh karena dihasilkannya asam amino triptofan dari proses pencernaan protein. 2.2.5.7. Lingkungan Lingkungan yang aman, tenang dan nyaman dengan pencahayaan minimal akan memudahkan seseorang untuk tertidur. 2.2.5.8. Motivasi Motivasi adalah keinginan seseorang untuk tidur. Adanya keinginan seseorang untuk tidak tidur akan menimbulkan gangguan proses tidur. Remaja perlu mendapat perhatian lebih karena kualitas tidur akan berdampak pada performanya di sekolah. Para peneliti yang meneliti tidur menyadari perbedaan perubahan pola tidur pada remaja, yaitu mereka cenderung tidur lebih malam dan terlambat bangun keesokan paginya. Selain itu, mereka juga cenderung lebih waspada pada malam hari sehingga lebih sulit untuk tertidur (NSF, 2006 ; Zimmerman, 2008). 2.2.6 Gangguan – gangguan Tidur 2.2.6.1 Insomnia Insomnia adalah suatu gejala yang dialami oleh seseorang yang mengalami kesulitan untuk tidur atau kesulitan untuk tetap tertidur, sering terbangun dari tidur, dan atau tidur singkat atau tidur nonrestoratif. Insomnia dapat Universitas Sumatera Utara menandakan adanya gangguan pada fisik ataupun psikologis, bisa dibuktikan pada seseorang yamng telah banyak tidur dari yang disadarinya. Mereka mengeluh merasa mengantuk berlebihan pada siang hari, kuantitas dan kualitas tidurnya tidak cukup.Dengan demikian, insomnia dapat dikatakan sebagai ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik sacara kualitas maupun kuantitas. 2.2.6.2 Parasomnia Parasomnia adalah masalh tidur yang banyak terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa. Parasomnia yang terjadi pada anak-anak meliputi somnambulisma, terjaga malam, mimpi buruk, enuresis, dan menggertakkan gigi. 2.2.6.3 Night Terrors Mimpi buruk ini pada umumnya terjadi pada masa anakanak terutama usia 6 tahun atau lebih. Setelah tertidur beberapa saat, anak tersebut langsung terjaga dengan tiba-tiba dan biasanya menangis ataupun berteriak, pucat, dan ketakutan. 2.2.6.4 Mendengkur Adanya rintangan yang terdapat pada pengaliran udara di hidung dan mulut, biasanya sebagai penyebab terjadinya mendengkur. Universitas Sumatera Utara 2.2.7 Efek Kurang Tidur terhadap Kesehatan Kurang tidur, baik dari segi kuantitas maupun kualitas, dapat menimbulkan berbagai efek negatif, seperti (NSF, 2006 ; Ononogbu et al., 2014 ; Durmer & Dinges, 2005 ; Tanjung & Sekartini, 2004) dalam Melliani, 2014 sebagai berikut: 2.2.7.1. Membatasi kemampuan dalam belajar, mendengar, berkonsentrasi, memori dan memecahkan masalah 2.2.7.2. Memicu terjadinya perubahan mood, gangguan fungsi kognitif dan performa motorik serta perubahan hormonal 2.2.7.3. Meneyebabkan seseorang lebih muda berjerawat dan masalah kulit lainnya 2.2.7.4. Memicu terjadinya perilaku agresif dan mudah marah 2.2.7.5. Meningkatkan risiko penggunaan alkohol dan rokok 2.2.7.6. Meningkatkan risiko penyalahgunaan zat terlarang 2.2.7.7. Meningkatkan nafsu makan yanh kemudain menyebabkan berat badan berlebih atau obesitas 2.2.7.8. Meningkatkan kebutuhan konsumsi kafein agar tetap terjaga 2.2.7.9. Menimbulkan dampak jangka panjang terhadap kesehatan, seperti mudah cemas atau depresi, peningkatan indeks massa tubuh (IMT), metabolisme glukosa yang abnormal yang, penurunan fungsi imun, peningkatan risiko penyakit kardiovaskular seperti hipertensi, dan peningkatan risiko kecelakaan Universitas Sumatera Utara 2.2.8 Pengaruh Penggunaan Media Sosial terhadap Kualitas Tidur Media sosial dapat dibuka melalui media elektronik atau gadged seperti smartphone ataupun laptop. Menggunakan media sosial dapat mempengaruhi kualitas tidur, diadopsi dari (Zimmerman, 2008 ; Garrison, Liekweg, dan Christakis, 2011) dalam Melliani (2014) : 2.2.8.1. Waktu untuk media sosial dapat secara langsung menggantikan waktu tidur Media elektronik dalam penggunaannya bersifat tidak terbatas, artinya seseorang bebas menggunakan media sosial tersebut kapan saja. Oleh karena itu, waktu yang seharusnya digunakan untuk aktivitas lain, misalnya tidur, seringkali dihabiskan untuk menggunakan media elektronik. Teori ini kemudian menyimpulkan bahwa penggunaan media sosial tidak hanya mempengaruhi jumlah atau durasi tidur seseorang, melainkan juga kualitas tidurnya akibat waktu tidur yang tidak teratur. 2.2.8.2. Konten media sosial yang terlalu menarik bagi anak di waktu tidur Seorang remaja yang menggunakan media elektornik seperti gadget dalam membuka media sosial contohnya path, instagram, facebook dan lain lain secara terus menerus tentunya dapat mengganggu kualitas tidur remaja. Remaja akan secara terus- menerus membuka situs yang diinginkannya tanpa membatasi durasi menggunakan Universitas Sumatera Utara aplikasi tersebut karena konten dalam media sosial diannggap menarik oleh remaja. 2.2.8.3. Menurunnya sekresi melatonin akibat paparan cahay media elektronik seperti gadget untuk membuka media sosial Melatonin adalah hormon yang disekresikan oleh kelenjar pineal dan berperan dalam regulasi tidur. Normalnya, melatonin yang menginduksi terjadinya tidur akan meningkat kadarnya di malam hari. Namun, adanya pencahayaan yang cukup, termasuk cahaya yang berasal dari media elektronik, akan menekan produksi hormon ini dan menunda onset tidur. 2.2.8.4. Meningkat ya aktivasi otonom akibat stimulasi yang berlebihan Menggunakan aplikasi media sosial atau menggunakan alat elektronik lain di malam hari menyebabkan otak terstimulasi secara terusmenerus, sehingga individu tersebut menjadi sulit untuk rileks dan cenderung untuk tetap terjaga. 2.2.8.5. Menurunnya aktivitas fisik akibat penggunaan media sosial Penggunaan gadget membuka media sosial akan mengambil alih waktu yang seharusnya digunakan untuk melakukan aktivitas fisik, padahal aktivitas fisik sangat membantu untuk mendapatkan tidur yang berkualitas. Universitas Sumatera Utara 2.2.9 Pengkajian Kualitas Tidur Kualitas tidur diukur menggunakan pengukuran kualitas tidur Pengukuran terhadap kualitas tidur telah dilakukan oleh beberapa peneliti , salah satunya adalah kuesioner SQQ ( Sleep Quality Questioner) oleh Evi Karota Bukit (2003) yang terdiri /dari 7 pertanyaan yaitu meliputi waktu untuk memulai tidur, total jam tidur dalam 24 jam, frekuensi terbangun, kepuasan tidur, rasa segar saat bangun tidur, kedalaman tidur, dan konsentrasi dalam melakukan aktivitas. SQQ memiliki internal konsistensi Cronbach’s Alpha Coefficient KTK yaitu .89. Dimana content validity KTK ( SQQ) telah dianalisis 3 ahli Sleep and Medical, Psychological Nursing, & Gerontological Nursing dari Price of Songkla University .Buysee juga menggunakan pengukuran kualitas tidur yang disebut Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) adalah kuesioner baku emas yang digunakan untuk menilai kualitas tidur subjektif dan telah divalidasi pada kedua populasi klinis dan populasi nonklinis, termasuk perguruan tinggi dan mahasiswa pascasarjan( Brick, Seely, dan Plermo, 2010 dalam Fauzan 2013) PSQI terdiri dari sembilan belas item pertanyaan yang meliputi tujuh komponen, yakni kualitas tidur secara subjektif, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur, dan disfungsi pada siang hari. Setiap dari nilai komponen tujuh tersebut diberi bobot yang sama dengan skala 0-3, 0 menunjukkan tidak ada kesulitan dan 3 menunjukkan kesulitan yang parah. Jumlah skor untuk nilai tujuh komponen ini akan menghasilkan satu skor secara keseluruhan, mulai dari 0 hingga 21. Skor Universitas Sumatera Utara yang lebih tinggi menunjukkan kualitas tidur buruk, dan bila skor PSQI secara keseluruhan > 5 maka seseorang tersebut memiliki kualitas tidur yang buruk (Buysse dkk, 1989 dalam Fauzan, 2013). 2.3. Konsep Dasar Remaja 2.3.1. Pengertian Remaja Kata remaja berasal dari bahasa Latin adolescentia yang berarti remaja yang mengalami kematangan, emosi , mental, dan sosial. Piaget ( dalam Hurlock, 1980) mengatakan bahwa, masa remaja ialah masa berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana individu tidak lagi merasa di bawah tingkatan orang dewasa, akan tetapi sudah dalam tingkatan yang sama.(Pieter,H & Lubis, 2011) Muangman (1980) dalam Sarwono (2011) mendefinisikan remaja berdasarkan defenisi konseptual World Health Organization (WHO) yang mendefinisikan remaja berdasarkan 3 (tiga) criteria, yaitu: biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Remaja adalah situasi masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat ia mencapai kematangan seksual 2.3.1.1. Remaja adalah suatu masa ketiaka individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa Universitas Sumatera Utara 2.3.1.2. Remaja adalah suatu masa ketika terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relative lebih mandiri. 2.3.2. Ciri-ciri Umum Remaja Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (2003), antara lain: 2.3.2.1. Sebagai Periode Peralihan Peralihan berarti terputus atau berubah dari apa yang pernah terjadi sebelumnya. Peralihan adalah proses perkembangan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Apa yang tertinggal dari satu tahap akan memberikan dampak di masa akan datang. Osterrieth mengatakan bahwa, struktur psikis dari remaja ialah kelanjutan dari perkembangan masa pubertas. 2.3.2.2. Periode Mencari Identitas Diri Tugas penting yang dihadapi oleh para remaja ialah mengembangkan sense of individual identity, yaitu menemukan jawaban dari pertanyaan mengenai dirinya, mencakup keputusan, dan standar tindakan. Semua dievaluasi secara pribadi atau orang lain. Persepsi identitas diri remaja berkembang secara perlahan melalui pengulangan identifikasi saat masa kanak-kanak. Mencari identitas diri dan mengangkat harga diri mengarahkan remaja untuk memakai simbol status harga diri, Universitas Sumatera Utara seperti mobil,pakaian, ataupun eksis di media sosial seperti instagram , facebook, twitter dan lain- lain. Remaja akaan mensintesiskan ke dalam berbagai peran dan membentuk satu identitas diri yang bisa diterimanya secara personal oleh kelompoknya. 2.3.3. Tahap Perkembangan Masa Remaja Semua aspek perkembangan dalam masa remaja secara global berlangsung antar umur 12 – 21 tahun, dengan pembagian usia 12 – 15 tahun adalah remaja awal,15 – 18 tahun adalah remaja pertengahan, 18 – 21 tahun adalah masa remaja akhir (Monks, et al. 2006). Menurut tahap perkembangan, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap perkembangan (Pieter & Lubis,2011) 2.3.3.1. Remaja Awal ( 12 - 15 ) , dengan ciri – ciri antara lain : a. Mulai menerima kondisi dirinya b. Berkembangnya cara berpikir c. Menyadari bahwa setip manusia memiliki perbedaan potensi d..Bersikap over estimate, seperti meremehkan segala masalah, meremehkan kemampuan orang lain, dan terkesan sombong e. Akibat sombong menjadikan dia gegabah dan kurang waspada Universitas Sumatera Utara f. Tindakan masih kanak – kanak, akibat ketidakstabilan emosi g. Sikap dan moralitasny masih bersifat egosentris h. Banyak perubahan dalam kecerdasan dan kemampuan mental i. Selalu merasa kebingungan dalam status serta periode yang sulit dan kritis 2.3.3.2. Remaja Tengah ( 15 – 18 ), dengan ciri – ciri antara lain : a. Perkembangan sosial dan intelektual lebih sempurna b. Mencari identitas diri c. Semakin berkembang keinginan untuk mendapatkan status d. Ingin mendapatkan kebebasan sikap, pendapat dan minat e. Belajar bertanggung jawab f. Apatis akibat selalu ditentang sehingga malas mengulanginya h. Perilku agresif akibat diperlakukan seperti kanak – kanak. 2.3.3.3 Remaja Akhir ( 18 – 21 ), dengan ciri – ciri antara lain : a.Disebut dewasa muda dn meninggalkan dunia kanak – kanak b.Berlatih mandiri dalam membuat keputusan Universitas Sumatera Utara c.Kematangan emosional dan belajar mengendalikan emosi d.Dapat berpikir objektif sehingga mampu bersikap sesuai situasi dan kondisi 2.3.4. Tugas Perkembangan Masa Remaja Adapun tugas perkembangan pada masa rem aja secara umum antara lain ( Herri dan Namora Lubis, 2011) 2.3.4.1. Menerima keadaan jasmani yang sebenarnya dan memanfaatkan 2.3.4.2. Memperoleh hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya antara dua jenis kelamin 2.3.4.3. Memperoleh kebebasan emosional dari orang tua 2.3.4.4. Mendapatkan perangkat nilai hidup dan filsafat hidup 2.3.4.5. Memilki citra diri yang realistis Universitas Sumatera Utara