BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Media Sosial 2.1.1. Pengertian

advertisement
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Media Sosial
2.1.1. Pengertian Media Sosial
Media Sosial adalah interaksi sosial antara manusia dalam
memproduksi, berbagi dan bertukar informasi, hal ini mencakup gagasan
dan berbagai konten dalam komunitas virtual (Ahlqvist dkk , 2008 dalam
Sulianta,
Feri
2015).
Media
sosial
mampu
menghadirkan
serta
mentranslasikan cara berkomunikasi baru dengan teknologi yang sama
sekali berbeda dari media sosial tradisional. Social media atau dalam Bahasa
Indonesia disebut media sosial adalah media yang didesain untuk
mempermudah interaksi sosial yang bersifat interaktif atau dua arah.
2.1.2. Karakteristik Media Sosial
Menurut Sulianta, Feri (2015) Karakterististik yang dijumpai pada
media sosial yaitu
2.1.2.1. Transparansi
Transparansi adalah keterbukaan informasi karena konten
media sosial ditunjukkan untuk konsumsi publik untuk
sekelompok orang
2.1.2.2. Dialog dan Komunikasi
Ketika ada sebuah komunikasi maka akan terjalin hubungan
dan komunikasi interaktif menggunakan ragam fitur.
Misalnya media sosial seperti facebook, para penggunanya
Universitas Sumatera Utara
bisa saling berkomunikasi lewat chat inbox maupun saling
memberi komentar pada foto yang terpasang di akun
facebook yang muncul di timeline penggunanya.
2.1.2.3.
Jejaring Relasi
Hubungan antara pengguna layaknya jaring – jaring yang
terhubung satu sama lain dan semakin kompleks seraya
mereka
menjalin
komunikasi
dan
terus
membangun
pertemanan. Komunitas jejaring sosial memiliki peranan kuat
yang akan memengaruhi audiensinya.
2.1.2.4.
Multi Opini
Setiap orang yang menggunakan media sosial dengan
mudahnya berargumen dan mengutarakan pendapatnya
misalnya dalam instagram. Seseorang yang menggunakan
instagram dapat memberi komentar pada foto yang diupload
oleh teman sesama instagram.
2.1.3. Daftar Media Sosial
2.1.3.1. Facebook
Jejaring sosial yang didirikan oleh Mark Zuckerberg dan
kemudian menjadi salah satu jejaring sosial terbesar di dunia.
Brand ternama atau artis umumnya memiliki akun facebook
fage di jejaring ini. Di Indonesia, jejaring ini sangat populer
digunakan baik itu oleh kaum remaja dan dewasa. Facebook
adalah sebagai salah satu aplikasi untuk mencari teman ,
Universitas Sumatera Utara
manfaat yang paling terasa adalah kita dapat menjumpai
teman lama kita disini, tempat promosi, bisa menjadi media
promosi yang sangat efektif, tempat diskusi, salah satu fitur
di situs jejaring sosial ini adalah group, yang berfungsi
seperti forum. Pengguna bisa berdiskusi tentang apapun.
Namun kerugian yang diperoleh dalam menggunakan
facebook adalah dapat mengurangi waktu efektif , karena bisa
bermain facebook berjam-jam, serta bagi remaja tugas
sekolah tidak terhiraukan, para pelajar rela menghiraukan
belajarnya demi bermain facebook.
2.1.3.2.
Instagram
Layanan berbasis internet sekaligus jejaring sosial untuk
berbagi cerita via gambar digital. Para pengguna gadget kerap
kali menggunakan jejaring ini untuk berbagai hasil jepretan
mereka. Instagram juga merupakan aplikasi yang digunakan
untuk menjepret foto, mengelola foto, mengedit foto,
memberi efek filter pada foto dan membagikan foto tersebut
kesemua orang.
2.1.3.3.
Path
Jejaring sosial yang memungkinkan anggotanya berbagi
informasi berbasis lokasi. Jejaring pertemanan ini berbagi
informasi menggunakan foto, musik, pernyataan, atau
Universitas Sumatera Utara
pengalaman dan cerita. Umumnya pengguna berbagi
pengalaman bepergiannya menggunakan jejaring path.
2.1.3.4.
Twitter
Jejaring sosial mikroblogging yang ditujukan untuk
berbagi informasi (tweet) yang ringkas. Setiap orang dapat
memposting apa yang sedang dipikirkannya, atau pun foto
dan orang lain dapat memberi komentar pada tweet yang
telah dipostingnya tersebut. Menurut Palewa (2013) dalam
penelitiannya “ Motif Penggunaaan dan Interaksi Sosial di
Twitter” adalah twitter digunakan mahasiswa untuk mencaci
dan menggali informasi terkait dengan bidang yang mereka
suka. Hal ini dikarenakan fitur twitter yang simple dan
singkat dibanding dengan media sosial lain. Melalui twitter
pengguna banyak menemukan informasi baru yang kemudian
jadi bahan perbincangan di dunia nyata.
2.1.3.5. Blacberry Messenger
BlackBerry Messenger (“BBM”) merupakan aplikasi
pesan-instan yang dikeluarkan oleh perusahaan BlackBerry
(RIM). Layanan aplikasi ini dapat berfungsi melalui koneksi
internet dari gadget. Dengan aplikasi ini seseorang dapat
berbagi informasi, seperti teks, gambar, dan video. BBM
memiliki sifat
personalisasi.
Maksudnya
adalah,
tiap
penggunaan BBM mengacu pada orang tertentu (baik
Universitas Sumatera Utara
individu maupun kelompok) sehingga sasaran komunikasi
dapat
diidentifikasi.
Pengguna
BBM
juga
dapat
mempersonalisasi aplikasinya dengan menambahkan foto
profil atau status, sehingga tiap orang yang termasuk dalam
jaringannya dapat lebih mengenal penguna tersebut. Dengan
demikian, dalam konteks ini BBM dapat dikategorikan
sebagai salah satu media sosial.
2.1.3.6.
Line
Line adalah sebuah aplikasi pengirim pesan instan gratis
yang dapat digunakan pada berbagai platform seperti telepon
cerdas, tablet, dan komputer. Line difungsikan dengan
menggunakan jaringan internet sehingga pengguna Line
dapat melakukan aktivitas seperti mengirim pesan teks,
mengirim gambar, video, pesan suara, dan lain lain. Line
menggunakan nomor handphone sebagai teman kontak di
Line. Semua nomor handphone dalam kontak smartphone
anda akan langsung menjadi teman anda. Chat dapat
dilakukan dengan sesama teman yang menggunakan aplikasi
Line ini.. Selain menggunakan nomor, user ID juga
disediakan oleh Line untuk memudahkan pencarian teman
Line.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4. Intensitas Penggunaan Media Sosial
Menurut Horrigan (2000 dalam Rachdianti , 2011), terdapat dua hal
mendasar yang harus diamati untuk mengetahui intensitas penggunaan intenet
seseorang, yakni frekuensi internet yang sering digunakan dan lama
menggunakan tiap kali mengakses internet yang dilakukan oleh pengguna
internet.
The Graphic, Visualization & Usability Center, the Georgia Institute
of Technology (dalam Qomariyah ,2009) menggolongkan pengguna internet
menjadi tiga kategori dengan berdasarkan intensitas internet yang digunakan:
2.1.4.1.
Heavy Users ( lebih dari 40 jam perbulan)
2.1.4.2.
Medium Users (antara 10 sampai 40 jam per bulan)
2.1.4.3.
Light Users (kurang dari 10 jam per bulan)
Intensitas Penggunaan
Internet
Minggu
Bulan
Keterangan
>10 jam
40 jam
Tinggi
Pengguna Ssedang
2,5-10 jam
10-40 jam
Sedang
Pengguna Ringan
<2,5 jam
<10 jam
Rendah
Pengguna Berat
2.2. Tidur
2.2.1 Defenisi Tidur
Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan
tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang – ulang dan
masing – masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (
Tarwoto & Wartonah, 2010).
Dalam Riyadi & Widuri ( 2015)
mendefenisikan tidur adalah suatu keadaan tidak sadar pada setiap individu
Universitas Sumatera Utara
yang melakukannya dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan
mengalami penurunan atau bahkan tidak ada sama sekali, dan individu
tersebut dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang
memadai.
2.2.2 Fisiologi Tidur
Kepuasan terhadap kualitas tidur setiap orang sangat dipengaruhi oleh
peran irama sirkardian. Orang yang mengalami irama siklus sebagai bagian
dari kehidupannya setiap hari. Irama sirkardian mempengaruhi pola fungsi
biologis utama dan fungsi perilaku. Fluktuasi, dan prakiraan suhu tubuh,
denyut jantung,tekanan darah, sekresi hormon, kemampuan sensorik, dan
suasana hati sangat bergantung pada pemeliharaan siklus sirkardian 24 jam.
Irama sirkardian, termasuk siklu tidur-bangun harian, dipengaruhi oleh
cahaya dan suhu serta faktor-faktor eksternal seperti aktivitas sosial dan
rutinitas pekerjaan.
Semua orang mempunyai jam siklus yang sinkron dengan siklus tidur
mereka. Sebagian orang dapat tertidur pada pukul 7 malam, sementara yang
lainnya tertidur tengah malam atau menjelang dini hari. Jika siklus tidurbangun seseorang berub ah secara bermakna, maka akan menghasilkan
kualitas tidur yang buruk.
2.2.3 Tahapan Tidur
Ada 4 tahapan tidur NREM (Riyadi & Widuri, 2015) yaitu
2.2.3.1 Tahap I
Universitas Sumatera Utara
Pada tahap ini adalah tahap transisi dari kondisi dasar
menjadi tidur dengan ditandai individu merasa kabur dan rileks,
seluruh otot menjadi lemas, kelopak mata menutup,kedua bola mata
bergerak ke kanan- kiri, kecepatan jantung dan pernafasan menurun
secara jelas, pada EEG terjadi penurunan voltasi gelombang –
gelombang alfa. Individu yang sedang dalam tidur tahap I ini, dapat
dibangunkan dengan mudah.
2.2.3.2 Tahap II
Tahap II adalah tahap tidur ringan dan proses tubuh terus
menurun, ditandai dengan kedua bola mata berhenti bergerak, suhu
tubuh menurun,kecepatan jantung dan pernafasan turun dengan jelas,
dan tonus otot pelahan-lahan berkurang. Pada EEG timbul gelombang
beta yang berfrekuensi 14-18 siklus/detik. Gelombong – gelombang
ini disebut dengan gelombang tidur. Pada tahap ini berlangsung
sekitar 10-15 menit.
2.2.3.3 Tahap III
Tahap III ini,keadaan fisik makin lemah karena tonus otot
lenyap secara menyeluruh. Kecepatan jantung dan pernafasan
berlanjut mengalami penurunan akibat dominasi sistem saraf
parasimpatis, demikian pula pada proses tubuhnnya. Pada EEG
memperlihatkan perubahan gelombang beta menjadi 11-2 siklus/detik,
dan individu dalam tidur tahap III ini sulit untuk dibangunkan.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3.4 Tahap IV
Tahap IV adalah tidur yang individu sulit dibangunkan
karena individu berada dalam keadaan rileks, jarang bergerak karena
keaadaan fisiknya sudah menjadi lemah lungkai. Gambaran pada EEG
tampak hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekuensi
1-2 siklus/detik. Denyut jantung dan pernafasan menurut sekitas 2030% dan pada tahapini dapat terjadi mimpi. Individu yang telah tidur
pada tahap ini dapat memulihkan keadaan tubuhnya.
2.2.4 Kebutuhan Tidur
Pada manusia, jumlah jam yang diperlukan seseorang untuk tidur
berbeda- beda, tergantung pada faktor-faktor tertentu dan usia mereka. Pada
neonatus,waktu yang dibutuhkan rata-rata 15-18 jam dan waktu tidur mereka
tidak dipengaruhi oleh siklus pagi dan malam yang disebabkan oleh ketiadaan
irama sirkardian. Waktu tersebut akan berkurang hingga 13-14 jam setelah
satu tahun (Benaroch, 2012).
Remaja usia 12-18 tahun memerlukan waktu tidur 8-9 jam per hari.
Waktu tidur masih berperan penting bagi kesehatan seperti pada masa kanakkanak mereka. Walaupun ditemukan bahwa banyak remaja memerlukan
waktu tidur yang mungkin lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya,
tuntutan sosial membuat mereka sulit mendapatkan waktu dan kualitas tidur
yang sesuai (Benaroch,2012).
Saat
seseorang
mencapai
tahap
dewasa,
mereka
cenderung
memerlukan waktu tidur 7-8 jam per hari. Sedangkan lanjut usia cenderung
Universitas Sumatera Utara
memerlukan waktu 6-7 jam per hari dengan tidur siang yang lebih sering pada
siang hari. Waktu untuk tidur pada orang dewasa kebanyakan bervariasi dari
tiap orang ke orang, dan umumnya berkisar 5 sampai 11 jam (Benaroch,
2012).
2.2.5 Kualitas Tidur
Kualitas tidur menurut American Psychiatric Association (2000)
(Wavy 2008 dalam William,2013) didefinisikan sebagai suatu fenomena
kompleks yang melibatkan beberapa dimensi. Kualitas tidur meliputi dua
aspek, yakni kuantitatif tidur dan kualitatif tidur. Aspek kuantitatif termasuk
lamanya waktu tidur, sedangkan kualitatif tidur merupakan aspek subjektif
dari kedalaman tidur dan perasaan segar pada saat bangun tidur (Lemma dkk,
2012). Di sisi lain, Lai (2001 dalam Fauzan 2013) menyebutkan bahwa
kualitas tidur ditentukan oleh bagaimana seseorang mempersiapkan pola
tidurnya pada malam /.hari seperti kedalaman tidur, kemampuan untuk tetap
tidur, dan kemudahan untuk tertidur tanpa bantuan medis. Kualitas tidur yang
baik dapat memberikan perasaan tenang di pagi hari, perasaan energik, dan
tidak mengeluh gangguan tidur. Dengan kata lain, memiliki kualitas tidur
baik sangat penting dan vital untuk hidup sehat semua orang.
Secara fisiologis, kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan rasa
kantuk di siang hari, menurunnya kesehatan pribadi dan menyebabkan
kelelahan. Selain itu, hal ini terkait dengan beberapa penyakit seperti
penyakit jantung, peradangan, diabetes dan penyakit kardiovaskular (Wavy
2008 dalam Fauzan, 2013).
Universitas Sumatera Utara
Secara psikologis, kualitas tidur yang buruk berdampak pada
penurunan fungsi kognitif. Selanjutnya, hal itu terkait dengan tingkat yang
lebih tinggi terhadap kecemasan, meningkatkan ketegangan, mudah
tersinggung, kebingungan, suasana hati yang buruk, depresi, penurunan
kesejahteraan psikologis dan kepuasan hidup yang lebih rendah. Secara
bersamaan, ia berhubungan positif dengan melambatnya psikomotor dan
gangguan konsentrasi (Wavy 2008 dalam Fauzan, 2013).
Selain masalah fisik dan psikologis yang disebabkan oleh kualitas
tidur yang buruk, penelitian telah menunjukkan bahwa hal tersebut juga
berkaitan dengan prestasi akademis yang buruk. Kualitas tidur yang buruk
berhubungan dengan motivasi akademik yang lebih rendah, nilai yang lebih
rendah dan penurunan prestasi akademik (Wavy 2008 dalam Fauzan, 2013).
Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang
antara lain Sujono dan Hesti (2015) dan Daswin ( 2013 dalam Melliani,
2014) :
2.2.5.1.
Status Kesehatan
Status kesehatan individu baik kondisi kesehatan fisik
maupun kesehatan psikologis sangat mempengaaruhi
kebutuhan tidurnya.
2.2.5.2.
Penyakit Fisik
Setiap penyakit fisik yang menyebabkan ketidaknyamanan
fisik seperti nyeri, batuk , sesak nafas, panas, jantung
Universitas Sumatera Utara
berdebar, dan lain – lainnya dapat menyebabkan masalah
tidur dan istirahat.
2.2.5.3.
Stres Psikologi
Masalah yang berhubungan dengan
dapat
suasana hati yang
menyebabkan individu mengalami kecemasan,
depresi dan yang lainnya akan menyebabkan gangguan
kebutuhan istirahat dan tidurnya.
2.2.5.4.
Rasa Lelah
Kelelahan akibat aktivitas yang tinggi menyebabkan
seseorang memerlukan tidur yang lebih banyak untuk
mengganti energi yang telah dikeluarkan.
2.2.5.5.
Obat-obatan dan substansi
Obat, pada prinsipnya mempunyai dua efek, yaitu efek
terapeutik dan efek samping. Beberapa obat dapat
mempengaruhi proses tidur, seperti diuretik yang dapat
menyebabkan insomnia, antidepressan yang menekan
sistem saraf pusat, kafein yang meningkatkan perangsangan
simpatis sehingga individu menjadi sulit tidur, dan beta
bloker yang menimbulkan insomnia.
2.2.5.6.
Nutrisi
Ketika kebutuhan nutrisi seseorang tercukupi, maka proses
tidur juga akan terjadi dengan cepat dan mudah. Konsumsi
makanan tinggi protein akan mempercepat proses tidur,
Universitas Sumatera Utara
oleh karena dihasilkannya asam amino triptofan dari proses
pencernaan protein.
2.2.5.7.
Lingkungan
Lingkungan yang aman, tenang dan nyaman dengan
pencahayaan minimal akan memudahkan seseorang untuk
tertidur.
2.2.5.8.
Motivasi
Motivasi adalah keinginan seseorang untuk tidur. Adanya
keinginan seseorang untuk tidak tidur akan menimbulkan
gangguan proses tidur. Remaja perlu mendapat perhatian
lebih
karena
kualitas
tidur
akan
berdampak
pada
performanya di sekolah. Para peneliti yang meneliti tidur
menyadari perbedaan perubahan pola tidur pada remaja,
yaitu mereka cenderung tidur lebih malam dan terlambat
bangun keesokan paginya. Selain itu, mereka juga
cenderung lebih waspada pada malam hari sehingga lebih
sulit untuk tertidur (NSF, 2006 ; Zimmerman, 2008).
2.2.6 Gangguan – gangguan Tidur
2.2.6.1
Insomnia
Insomnia adalah suatu gejala yang dialami oleh seseorang
yang mengalami kesulitan untuk tidur atau kesulitan untuk
tetap tertidur, sering terbangun dari tidur, dan atau tidur
singkat
atau
tidur
nonrestoratif.
Insomnia
dapat
Universitas Sumatera Utara
menandakan
adanya
gangguan
pada
fisik
ataupun
psikologis, bisa dibuktikan pada seseorang yamng telah
banyak tidur dari yang disadarinya. Mereka mengeluh
merasa mengantuk berlebihan pada siang hari, kuantitas dan
kualitas tidurnya tidak cukup.Dengan demikian, insomnia
dapat dikatakan sebagai ketidakmampuan untuk mencukupi
kebutuhan tidur baik sacara kualitas maupun kuantitas.
2.2.6.2
Parasomnia
Parasomnia adalah masalh tidur yang banyak terjadi pada
anak-anak daripada orang dewasa. Parasomnia yang terjadi
pada anak-anak meliputi somnambulisma, terjaga malam,
mimpi buruk, enuresis, dan menggertakkan gigi.
2.2.6.3
Night Terrors
Mimpi buruk ini pada umumnya terjadi pada masa anakanak terutama
usia 6 tahun atau lebih. Setelah tertidur
beberapa saat, anak tersebut
langsung terjaga dengan
tiba-tiba dan biasanya menangis ataupun
berteriak, pucat,
dan ketakutan.
2.2.6.4
Mendengkur
Adanya rintangan yang terdapat pada pengaliran udara di
hidung dan mulut, biasanya sebagai penyebab terjadinya
mendengkur.
Universitas Sumatera Utara
2.2.7 Efek Kurang Tidur terhadap Kesehatan
Kurang tidur, baik dari segi kuantitas maupun kualitas, dapat
menimbulkan berbagai efek negatif, seperti (NSF, 2006 ; Ononogbu et
al., 2014 ; Durmer & Dinges, 2005 ; Tanjung & Sekartini, 2004)
dalam Melliani, 2014 sebagai berikut:
2.2.7.1.
Membatasi
kemampuan
dalam
belajar,
mendengar,
berkonsentrasi, memori dan memecahkan masalah
2.2.7.2.
Memicu terjadinya perubahan mood, gangguan fungsi
kognitif dan performa motorik serta perubahan hormonal
2.2.7.3.
Meneyebabkan seseorang lebih muda berjerawat dan
masalah kulit lainnya
2.2.7.4.
Memicu terjadinya perilaku agresif dan mudah marah
2.2.7.5.
Meningkatkan risiko penggunaan alkohol dan rokok
2.2.7.6.
Meningkatkan risiko penyalahgunaan zat terlarang
2.2.7.7.
Meningkatkan nafsu makan yanh kemudain menyebabkan
berat badan berlebih atau obesitas
2.2.7.8.
Meningkatkan kebutuhan konsumsi kafein agar tetap terjaga
2.2.7.9.
Menimbulkan dampak jangka panjang terhadap kesehatan,
seperti mudah cemas atau depresi, peningkatan indeks
massa tubuh (IMT), metabolisme glukosa yang abnormal
yang, penurunan fungsi imun, peningkatan risiko penyakit
kardiovaskular seperti hipertensi, dan peningkatan risiko
kecelakaan
Universitas Sumatera Utara
2.2.8 Pengaruh Penggunaan Media Sosial terhadap Kualitas Tidur
Media sosial dapat dibuka melalui media elektronik atau gadged
seperti smartphone ataupun laptop. Menggunakan media sosial dapat
mempengaruhi kualitas tidur, diadopsi dari (Zimmerman, 2008 ;
Garrison, Liekweg, dan Christakis, 2011) dalam Melliani (2014) :
2.2.8.1.
Waktu
untuk
media
sosial
dapat
secara
langsung
menggantikan waktu tidur
Media elektronik dalam penggunaannya bersifat tidak terbatas,
artinya seseorang bebas menggunakan media sosial tersebut kapan
saja. Oleh karena itu, waktu yang seharusnya digunakan untuk
aktivitas
lain,
misalnya
tidur,
seringkali
dihabiskan
untuk
menggunakan media elektronik. Teori ini kemudian menyimpulkan
bahwa penggunaan media sosial tidak hanya mempengaruhi jumlah
atau durasi tidur seseorang, melainkan juga kualitas tidurnya akibat
waktu tidur yang tidak teratur.
2.2.8.2.
Konten media sosial yang terlalu menarik bagi anak di
waktu tidur
Seorang remaja yang menggunakan media elektornik seperti gadget
dalam membuka media sosial contohnya path, instagram, facebook
dan lain lain secara terus menerus tentunya dapat mengganggu
kualitas tidur remaja. Remaja akan secara terus- menerus membuka
situs yang diinginkannya tanpa membatasi durasi menggunakan
Universitas Sumatera Utara
aplikasi tersebut karena konten dalam media sosial diannggap menarik
oleh remaja.
2.2.8.3.
Menurunnya sekresi melatonin akibat paparan cahay media
elektronik seperti gadget untuk membuka media sosial
Melatonin adalah hormon yang disekresikan oleh kelenjar pineal dan
berperan
dalam
regulasi
tidur.
Normalnya,
melatonin
yang
menginduksi terjadinya tidur akan meningkat kadarnya di malam hari.
Namun, adanya pencahayaan yang cukup, termasuk cahaya yang
berasal dari media elektronik, akan menekan produksi hormon ini dan
menunda onset tidur.
2.2.8.4.
Meningkat ya aktivasi otonom akibat stimulasi yang
berlebihan
Menggunakan aplikasi media sosial atau menggunakan alat elektronik
lain di malam hari menyebabkan otak terstimulasi secara terusmenerus, sehingga individu tersebut menjadi sulit untuk rileks dan
cenderung untuk tetap terjaga.
2.2.8.5.
Menurunnya aktivitas fisik akibat penggunaan media sosial
Penggunaan gadget membuka media sosial akan mengambil alih
waktu yang seharusnya digunakan untuk melakukan aktivitas fisik,
padahal aktivitas fisik sangat membantu untuk mendapatkan tidur
yang berkualitas.
Universitas Sumatera Utara
2.2.9 Pengkajian Kualitas Tidur
Kualitas tidur diukur
menggunakan pengukuran kualitas tidur
Pengukuran terhadap kualitas tidur telah dilakukan oleh beberapa peneliti ,
salah satunya adalah kuesioner SQQ ( Sleep Quality Questioner) oleh Evi
Karota Bukit (2003) yang terdiri /dari 7 pertanyaan yaitu meliputi waktu
untuk memulai tidur, total jam tidur dalam 24 jam, frekuensi terbangun,
kepuasan tidur, rasa segar saat bangun tidur, kedalaman tidur, dan konsentrasi
dalam melakukan aktivitas. SQQ memiliki internal konsistensi Cronbach’s
Alpha Coefficient KTK yaitu .89. Dimana content validity KTK ( SQQ) telah
dianalisis 3 ahli Sleep and Medical, Psychological Nursing, & Gerontological
Nursing dari Price of Songkla University .Buysee juga menggunakan
pengukuran kualitas tidur yang disebut Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)
adalah kuesioner baku emas yang digunakan untuk menilai kualitas tidur
subjektif dan telah divalidasi pada kedua populasi klinis dan populasi nonklinis, termasuk perguruan tinggi dan mahasiswa pascasarjan( Brick, Seely,
dan Plermo, 2010 dalam Fauzan 2013)
PSQI terdiri dari sembilan belas item pertanyaan yang meliputi tujuh
komponen, yakni kualitas tidur secara subjektif, latensi tidur, durasi tidur,
efisiensi tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur, dan disfungsi pada
siang hari. Setiap dari nilai komponen tujuh tersebut diberi bobot yang sama
dengan skala 0-3, 0 menunjukkan tidak ada kesulitan dan 3 menunjukkan
kesulitan yang parah. Jumlah skor untuk nilai tujuh komponen ini akan
menghasilkan satu skor secara keseluruhan, mulai dari 0 hingga 21. Skor
Universitas Sumatera Utara
yang lebih tinggi menunjukkan kualitas tidur buruk, dan bila skor PSQI
secara keseluruhan > 5 maka seseorang tersebut memiliki kualitas tidur yang
buruk (Buysse dkk, 1989 dalam Fauzan, 2013).
2.3. Konsep Dasar Remaja
2.3.1. Pengertian Remaja
Kata remaja berasal dari bahasa Latin adolescentia yang berarti
remaja yang mengalami kematangan, emosi , mental, dan sosial. Piaget (
dalam Hurlock, 1980) mengatakan bahwa, masa remaja ialah masa
berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana individu tidak lagi
merasa di bawah tingkatan orang dewasa, akan tetapi sudah dalam tingkatan
yang sama.(Pieter,H & Lubis, 2011)
Muangman (1980) dalam Sarwono (2011) mendefinisikan remaja
berdasarkan defenisi konseptual World Health Organization (WHO) yang
mendefinisikan remaja berdasarkan 3 (tiga) criteria, yaitu: biologis,
psikologis, dan sosial ekonomi.
Remaja adalah situasi masa ketika individu berkembang dari saat
pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat ia
mencapai kematangan seksual
2.3.1.1. Remaja adalah suatu masa ketiaka individu mengalami
perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa
Universitas Sumatera Utara
2.3.1.2. Remaja adalah suatu masa ketika terjadi peralihan dari
ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relative lebih mandiri.
2.3.2.
Ciri-ciri Umum Remaja
Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan
dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri remaja menurut Hurlock
(2003), antara lain:
2.3.2.1. Sebagai Periode Peralihan
Peralihan berarti terputus atau berubah dari apa yang
pernah terjadi sebelumnya. Peralihan adalah proses perkembangan
dari satu tahap ke tahap berikutnya. Apa yang tertinggal dari satu
tahap akan memberikan dampak di masa akan datang. Osterrieth
mengatakan bahwa, struktur psikis dari remaja ialah kelanjutan dari
perkembangan masa pubertas.
2.3.2.2. Periode Mencari Identitas Diri
Tugas penting yang dihadapi oleh para remaja ialah
mengembangkan sense of individual identity, yaitu menemukan
jawaban dari pertanyaan mengenai dirinya, mencakup keputusan,
dan standar tindakan. Semua dievaluasi secara pribadi atau orang
lain. Persepsi identitas diri remaja berkembang secara perlahan
melalui pengulangan identifikasi saat masa kanak-kanak.
Mencari identitas diri dan mengangkat harga diri
mengarahkan remaja untuk memakai simbol status harga diri,
Universitas Sumatera Utara
seperti mobil,pakaian, ataupun eksis di media sosial seperti
instagram , facebook, twitter dan lain- lain. Remaja akaan
mensintesiskan ke dalam berbagai peran dan membentuk satu
identitas diri yang bisa diterimanya secara personal oleh
kelompoknya.
2.3.3.
Tahap Perkembangan Masa Remaja
Semua aspek perkembangan dalam masa remaja secara global
berlangsung antar umur 12 – 21 tahun, dengan pembagian usia 12
– 15 tahun adalah remaja awal,15 – 18 tahun adalah remaja
pertengahan, 18 – 21 tahun adalah masa remaja akhir (Monks, et
al. 2006). Menurut tahap perkembangan, masa remaja dibagi
menjadi tiga tahap perkembangan (Pieter & Lubis,2011)
2.3.3.1. Remaja Awal ( 12 - 15 ) , dengan ciri – ciri antara lain :
a. Mulai menerima kondisi dirinya
b. Berkembangnya cara berpikir
c. Menyadari bahwa setip manusia memiliki perbedaan
potensi
d..Bersikap over estimate, seperti
meremehkan segala
masalah, meremehkan kemampuan orang lain, dan
terkesan sombong
e. Akibat sombong menjadikan dia gegabah dan kurang
waspada
Universitas Sumatera Utara
f. Tindakan masih kanak – kanak, akibat ketidakstabilan
emosi
g. Sikap dan moralitasny masih bersifat egosentris
h. Banyak perubahan dalam kecerdasan dan kemampuan
mental
i. Selalu merasa kebingungan dalam status serta periode
yang sulit dan kritis
2.3.3.2. Remaja Tengah ( 15 – 18 ), dengan ciri – ciri antara lain :
a. Perkembangan sosial dan intelektual lebih sempurna
b. Mencari identitas diri
c. Semakin berkembang keinginan untuk mendapatkan
status
d. Ingin mendapatkan kebebasan sikap, pendapat dan
minat
e. Belajar bertanggung jawab
f.
Apatis
akibat
selalu
ditentang
sehingga
malas
mengulanginya
h. Perilku agresif akibat diperlakukan
seperti kanak –
kanak.
2.3.3.3
Remaja Akhir ( 18 – 21 ), dengan ciri – ciri antara lain :
a.Disebut dewasa muda dn meninggalkan dunia kanak –
kanak
b.Berlatih mandiri dalam membuat keputusan
Universitas Sumatera Utara
c.Kematangan emosional dan belajar mengendalikan emosi
d.Dapat berpikir objektif sehingga mampu bersikap sesuai
situasi dan kondisi
2.3.4. Tugas Perkembangan Masa Remaja
Adapun tugas perkembangan pada masa rem aja secara umum antara
lain ( Herri dan Namora Lubis, 2011)
2.3.4.1. Menerima
keadaan
jasmani
yang
sebenarnya
dan
memanfaatkan
2.3.4.2. Memperoleh hubungan baru dan lebih matang dengan
teman sebaya antara dua jenis kelamin
2.3.4.3. Memperoleh kebebasan emosional dari orang tua
2.3.4.4. Mendapatkan perangkat nilai hidup dan filsafat hidup
2.3.4.5. Memilki citra diri yang realistis
Universitas Sumatera Utara
Download