8 BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Sinyal (Signalling Theory) Teori sinyal (signaling theory) merupakan sinyal informasi yang dibutuhkan oleh para investor untuk menentukan apakah investor tersebut akan menanamkan sahamnya pada perusahaan yang bersangkutan atau tidak. Menurut Hartono, (2005 : 35-48), menyatakan bahwa : Teori signalling menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk. Agar sinyal tersebut efektif, maka harus dapat ditangkap pasar dan dipersepsikan baik, serta tidak mudah ditiru oleh perusahaan yang berkualitas buruk. Teori sinyal (signalling theory) berakar pada teori akuntansi pragmatik yang memusatkan perhatiannya kepada pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku pemakai informasi. Menurut Suwardjono, (2005 : 56), menyatakan bahwa : Salah satu informasi yang dapat dijadikan sinyal adalah pengumuman yang dilakukan oleh suatu emiten. Pengumuman ini nantinya dapat mempengaruhi naik turunnya harga sekuritas perusahaan emiten yang melakukan pengumuman Perusahaan yang mempunyai keyakinan bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik ke depannya akan cenderung mengkomunikasikan berita tersebut terhadap para investor. Pada penelitian 8 9 ini perusahaan yang berkualitas baik nantinya akan memberi sinyal dengan cara menyampaikan laporan keuangannya dengan tepat waktu, hal ini tidak bisa ditiru oleh perusahaan yang berkualitas buruk karena perusahaan berkualitas buruk akan cenderung tidak tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya. Pada penelitian ini sinyal yang diberikan oleh perusahaan yang berkualitas baik dianggap sebagai berita baik (good news) sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan yang berkualitas buruk dianggap sebagai berita buruk (bad news). B. Laba 1. Pengertian Laba Laba atau keuntungan merupakan salah satu tujuan utama perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya. Laba atau keuntungan dapat didefinisikan dengan dua cara. Laba dalam ilmu ekonomi murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan penanaman modal tersebut. Sementara itu, laba dalam akuntansi didefinisikan sebagai selisih antara harga penjualan dengan biaya produksi. Perbedaan diantara keduanya adalah dalam hal pendefinisian biaya. Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya dalam jangka waktu (periode) tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan 10 deviden, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan unsur prediksi (Harnanto, 2003: 444). Menurut Suwardjono (2008 : 464) laba dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa. Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan diatas biaya (biaya total yang melekat kegiatan produksi dan penyerahan barang / jasa). 2. Jenis-jenis Laba Menurut Theodorus M. Tuanakotta (2001 : 219) ”mengemukakan jenis-jenis laba dalam hubungannya dengan perhitungan laba, yaitu : Laba kotor, Laba operasi, Laba bersih”. Adapun penjelasan jenis – jenis laba diatas sebagai berikut : a. Laba kotor Laba kotor yaitu perbedaan antara pendapatan bersih dan penjualan dengan harga pokok penjualan. b. Laba operasi Laba Operasional merupakan hasil dari aktivitas-aktivitas yang termasuk rencana perusahaan kecuali ada perubahan-perubahan besar dala perekonomiannya, dapat diharapkan akan dicapai setiap tahun. Oleh karenanya, angka ini menyatakan kemampuan perusahaan untuk hidup dan mencapai laba yang pantas sebagai jasa pada pemilik modal. c. Laba Bersih Laba bersih yaitu angka terakhir dalam perhitungan laba rugi dimana untuk mencarinya laba operasi bertambah pendapatan lain-lain dikurangi oleh beban lain-lain. 11 3. Teori Laba Tingkat keuntungan pada setiap perusahaan biasanya berbeda pada setiap jenis setiap industri, baik perusahaan yang bergerak dibidang tekstil, baja, farmasi, komputer, alat perkantoran, dan lain – lain. Terdapat beberapa teori yang menerangkan perbedaan tingkat keuntungan menurut Dominick Salvatore ( 1996 : 15) adalah sebagai berikut : a. Teori Laba Menanggung Risiko (Risk Bearing Theory of Profit). Menurut Teori ini, keuntungan ekonomi diatas normal akan diperoleh perusahaan dengan resiko diatas rata-rata. b. Teori Laba Friksional (Frictional Theory of Profit). Teori ini menekankan bahwa keuntungan meningkat sebagai suatu hasil dari friksi keseimbangan jagka panjang (long run equilibrium). c. Teori Laba Monopoli (Monopoli Theory of Profit). Teori ini mengatakan bahwa beberapa perusahaan dengan kekuatan monopoli dapat membatasi output dan menekankan harga yang lebih tinggi daripada bila perusahaan beroperasi dalam kondisi persaingan sempurna. d. Teori Laba Inovasi (Innovation Theory of Profit). Dalam teori inovasi, laba yang diatas normal dapat timbul sebagai hasil inovasi yang berhasil. Walau demikian, perusahaan yang telah berhasil dalam inovasi tidaklah kebal dari serangan persaingan dari perusahaan-perusahaan imitator. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan inovasi terus-menerus. 12 e. Teori Laba Efisiensi Manajerial (Manajerial Efficiency Theory of Profit). Teori ini menekankan bahwa suatu perusahaan dapat mencapai laba di atas normal apabila ia berhasil melakukan efisiensi di berbagai bidang serta dapat memenuhi keinginan konsumennya. 4. Elemen-elemen laba Elemen-elemen laba terdiri dari : a. Pendapatan (revenue) Arus kas masuk atau peningkatan lainnya dalam aktiva entitas atau pelunasan kewajibannya selama suatu periode, yang ditimbulkan oleh pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lainnya yang merupakan bagian dari operasi utama atau operasi sentral perusahaan. b. Beban (expenses) Arus kas keluar atau penurunan lainnya dalam aktivitas sebuah entitas penambahan kewajibannya selama suatu periode, yang ditimbulkan oleh pengiriman dan produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lainnya yang merupakann bagian dari operasi utama atau operasi. c. Keuntungan (gains) Kenaikan ekuitas (aktiva bersih) perusahaan dan transaksi sampingan atau insidentil kecuali yang dihasilkan dari pendapatan atau investasi oleh pemilik. 13 d. Kerugian (loss) Penurunan ekuitas (aktiva bersih) perusahaan dari transaksi sampingan atau insidentil kecuali yang berasal dari beban atau distribusi kepada pemilik. C. Laba kotor 1. Pengertian Laba Kotor Laba kotor merupakan hasil dari penjualan bersih dikurangi dengan harga pokok penjualan, hal ini sejalan dengan kutipan dari Soemarso (2004.234) “Laba kotor (gross profit) adalah penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan”. Ketika menganalisis sebuah perusahaan, laba kotor sangat penting karena menunjukkan seberapa efisien manajemen menggunakan tenaga kerja dan bahan dalam proses produksi. Lebih khusus, dapat digunakan untuk menghitung marjin laba kotor. Perlu diketahui bahwa laba kotor bervariasi secara signifikan dari industri ke industri. 2. Pencapaian Laba Kotor Laba merupakan selisih antara pendapatan dengan beban, sehingga laba dapat mengukur masukan (dalam bentuk beban yang diukur dengan biaya) dan keluaran (dalam bentuk pendapatan yang diperoleh). Hal ini seperti pernyataan bahwa “Laba yang dicapai merupakan pengukur penting efisien dan efektivitas organisasi”. (R.A Supriyono, 2000:330). Pencapaian laba kotor yang maksimal dapat tercapai bila penjualan bersih 14 tinggi dari pada harga pokok penjualan .”Pencapaian laba kotor adalah tercapainya target laba kotor yang maksimal dengan menunjukkan adanya penjualan yang lebih tinggi daripada harga pokok penjualan”. (Iyan Rohaeni 2004:15) Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa biaya atau masukan atau input akan menunjukkan ukuran pencapaian laba kotor apabila setelah jumlah penjualan diketahui sebagai salah satu faktor yang menentukan nilai laba kotor suatu perusahaan. 3. Mengukur Laba (Margin) Kotor (John J.Wild 2005:222) Laba kotor (gross profit) atau margin kotor (gross margin) adalah pendapatan yang dikurangi dengan harga pokok penjualan, misalnya : Penjualan xxxxxx Harga Pokok Penjualan xxxxxx - Laba Kotor xxxxxx Rumus : Laba kotor = Penjualan bersih - Beban pokok penjualan D. Arus Kas 1. Pengertian Arus Kas Keberadaan kas dalam suatu perusahaan dapat dilihat sebagai suatu aliran (arus kas). Menurut PSAK no.2 paragraf 05 tahun 2009 tentang laporan arus kas,menyatakan bahwa definisi arus kas adalah : “ Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar atau setara kas”. 15 Dari definisi tersebut dapat kita ketahui bahwa arus kas merupakan jumlah kas yang mengalir masuk dan keluar dari suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dengan kata lain, arus kas adalah perubahan yang terjadi dalam perkiraan kas pada suatu periode tertentu. Pengertian arus kas masuk dan arus kas keluar menurut Martono dan Harjito (2002:116) adalah : “Aliran kas masuk (cash inflow) merupakan aliran sumber-sumber darimana kas diperoleh sedangkan arus kas keluar (cash outflow) merupakan kebutuhan kas untuk pembayaran-pembayaran”. Arus kas masuk (cash inflow) dan arus kas keluar (cash outflow) masing masing terbagi dua bagian : a. Arus kas masuk (cash inflow) 1) Bersifat rutin, misalnya penerimaan dari hasil penjualan secara tunai, penerimaan piutang yang telah dijadwalkan sesuai dengan penjualan kredit yang dilakukan, dan lain-lain. 2) Bersifat tidak rutin, misalnya penerimaan uang sewa gedung, penerimaan modal saham, penerimaan utang atau kredit, penerimaan bunga dan lain-lain. b. Arus kas keluar (cash outflow) 1) Bersifat rutin, misalnya : pembelian bahan baku dan bahan pembantu, membayar upah dan gaji, membeli peralatan kantor habis pakai, dan lain-lain. 16 2) Bersifat tidak rutin, misalnya : pembelian aktiva tetap, pembayaran angsuran utang, pembayaran dividen, dan lain-lain. 2. Komponen Arus Kas a. Arus Kas dari Aktivitas Operasi Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, arus kas tersebut umumnya berasal dari transaksi-transaksi yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih. Arus kas dari aktivitas operasi menurut IAI (2009 : 2.6) dalamm PSAK No. 2 yaitu : 1) Penerimaan kas dari penjualan barang dan pemberian jasa. 2) Penerimaan kas dari royalt, fees, komosi, dan pendapatan lain. 3) Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa. 4) Pembayaran kas kepada dan untuk kepada kepentingan karyawan. 5) Penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan dengan premi. 6) Pembayaran kas atau penerimaan kembali pajak penghasilan kecuali bila dapat diidentifikasi secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi. 7) Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau diperjanjikan. 17 b. Arus Kas dari Aktivitas Investasi Adalah aktivitas yang menyangkut perolehan atau pelepasan aktiva jangka panjang (aktiva tidak lancar) serta investasi lain yang tidak termasuk dalam setara kas. Arus kas yang berasal dari aktivitas investasi menurut IAI (2009 : 2.7) dalam PSAK No.2 yaitu : 1) Pembayaran kas untuk membeli aktiva tetap, aktiva tak berwujud, dan aktiva jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan aktiva tetap yang dibangun sendiri. 2) Penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan, dan peralatan, aktiva tak berwujud, dan aktiva jangka panjang lain. 3) Pembayaran kas untuk membeli instrumen utang atau instrumen ekuitas perusahaan lain. 4) Kas yang diterima dari penjualan instrumen utang dan instrumen ekuitas perusahaan lain. 5) Penerimaan kas dari pelunasan uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain . 6) Pembayaran kas sehubungan dengan future contracts, forwad contracts, option contracts, dan swap contracts kecuali jika kontrak tersebut dilakukan untuk tujuan perdagangan atau diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan. 18 c. Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan Adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi ekuitas dan pinjaman perusahaan. Arus kas pendanaan berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok modal perusahaan. Arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan menurut IAI (2009 : 2.8) dalam PSAK No.2 yaitu : 1) Penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal lainya. 2) Pembayaran kas kepada pemilik untuk menarik atau menebus saham perusahaan. 3) Penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotik, dan pinjaman jangka pendek dan jangka panjang lainnya. 4) Pelunasan pinjaman. 5) Pembayaran kas oleh para penyewa untuk mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa pembiayaan. 3. Metode Pelaporan Arus Kas Terdapat dua metode alternatif pelaporan arus kas dari aktivitas operasi dalam laporan arus kas PSAK No. 2 (2009 : 2.8). Kedua metode tersebut adalah : a. Metode Langsung Metode ini pada dasarnya adalah pemeriksaan kembali setiap pos laporan laba rugi dengan tujuan melaporkan seberapa banyak kas yang diterima atau dikeluarkan sehubungan dengan pos tersebut. Metode ini mengungkapkan kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan 19 pengeluaran kas bruto. Dalam meetode ini setiap perkiraan yang berbasis akrual pada laporan laba rugi diubah menjadi perkiraan pendapatan dan pengeluaran kas sehingga menggambarkan penerimaan dan pembayaran aktual dari kas. Jadi metode langsung memfokuskan pada arus kas daripada laba bersih akrual, oleh karena itu lebih informatif dan terperinci. b. Metode Tidak Langsung Metode ini tidak langsung dimulai dengan laba bersih yang dilaporkan dilaporan laba rugi, dan menyesuaikan nilai akrual ini untuk setiap hal yang tidak mempengaruhi arus kas. Pelaporan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan metode tidak langsung berdasarkan PSAK No. 2 (2009 : 2.9) : dengan metode ini laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi dari masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi dan pendanaan. Jadi pada dasarnya metode ini merupakan rekonsiliasi laba bersih yang diperoleh perusahaan. Metode ini memberikan suatu rangkaian hubungan antara laporan arus kas dengan laporan laba rugi dan neraca. 20 4. Tujuan dan Manfaat Laporan Arus Kas Tujuan utama laporan arus kas adalah memberikan informasi tentang penerimaan kas dan pembayaran kas suatu entitas selama periode tertentu. Tujuan lain adalah memberikan informasi kepada kreditor, investor dan pemakai lainnya dalam : a. Menentukan kemampuan perusahaan untuk menimbulkan arus kas bersih positif dimasa yang akan datang. b. Menentukan kemampuan perusahaan menyelesaikan kewajibannya seperti melunasi hutang kepada kreditor. c. Menentukan alasan tentang terjadinya perbedaan antara laba bersih dan dihubungkan dengan pembayaran dan penerimaan kas. d. Menentukan pengaruh transaksi kas pembelanjaan dan investasi bukan kas terhadap posisi keuangan perusahaan. Apabila digunakan bersama dengan laporan keuangan lainnya, seperti neraca, laporan laba rugi, laporan saldo laba, laporan arus kas menurut PSAK No. 2 (revisi 2009) paragraph 3, memiliki kegunaan yaitu : Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pengguna mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flow) dari berbagai perusahaan. 21 Perhatian utama investor dari laporan arus kas ini adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas bersih untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan kemampuan perusahaan menghasilkan deviden. Namun pada kenyataannya, para investor pada umumnya lebih tertarik pada prestasi perusahaan yang diukur atas dasar akuntansi akrual dan belum menganalisa laporan arus kas. Laporan arus kas juga memiliki tujuan yaitu menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 (revisi 2009) paragraph 1 adalah : Memberi informasi historis mengenai perubahan arus kas dan setara kas dari suatu perusahaan melalui laporan arus kas yang mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi maupun pendanaan (financing) selama suatu periode akuntansi. Berdasarkan tujuan laporan arus kas diatas dapat disimpulkan bahwa arus kas merupakan jiwa (lifeblood) bagi setiap perusahaan dan fundamental bagi esksitensi sebuah perusahaan serta menunjukkan dapat tidaknya sebuah perusahaan membayar semua kewajibanmnya. Laporan arus kas disusun dengan tujuan utama untuk memberikan informasi tentang aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan dengan basis kas (cash basis). 22 5. Mengukur Total Arus Kas Untuk mengukur total arus kas pada perusahaan bisa dilihat dari total kas akhir tahun. Dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi Intermediate”, Donal E. Kieso (2008 : 213) menggambarkan tentang perolehan kas akhir tahun, yaitu sebagai berikut : Arus kas dari aktivitas operasi xxx Arus kas dari aktivitas investasi xxx Arus kas dari aktivitas pendanaan xxx Kenaikan (penurunan) bersih kas xxx Kas awal tahun xxx Kas akhir tahun xxx E. Size Perusahaan 1. Pengertian Size Perusahaan Size perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya menurut Edy Suwito dan Arleen Herawaty (2005: 138) ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu : “perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size) dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total asset perusahaan”. 23 Size perusahaan merupakan variabel penduga yang banyak digunakan untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan. Perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Secara teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk melakukan pertanggungjawaban sosial. Dengan mengungkapkan kepedulian terhadap lingkungan melalui pelaporan keuangan, maka perusahaan dalam jangka panjang bisa terhindar dari biaya yang sangat besar akibat dari tuntutan masyarakat. Dan sebaliknya, perusahaan kecil akan mengungkapkan informasi yang lebih rendah dibandingkan perusahaan besar. Hal ini sahsah saja karena ketiadaan sumber daya dan dana pertanggungjawaban sosialnya. 2. Indikator Ukuran Perusahaan Salah satu ukuran kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba yang maksimal dapat dilihat dari rasio-rasio yang menunjukkan perkembangan atau kemunduran dari operasional normal perusahaan tersebut, hal ini dapat dilihat salah satunya dari rasio pertumbuhan, dimana rasio pertumbuhan menunjukkan ukuran kenaikan atau penurunan kinerja keuangan suatu perusahaan yang dapat dilihat dari perbandingan tahun sebelum dan sesudah maupun sedang berjalan untuk beberapa pos akuntansi keuangan perusahaan. Dalam rasio pertumbuhan ini akan dihitung seberapa jauh pertumbuhan dari beberapa pos penting dalam laporan keuangan. Variabel ini diukur dengan rata-rata jumlah nilai 24 kekayaan yang dimiliki suatu perusahaan (total aktiva). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. Ukuran (size) perusahaan bisa diukur dengan menggunakan total aktiva, penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut. Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total asset yang kecil (Ismu Basuki: 2006). F. Return Saham 1. Pengertian Return Saham Return merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi (Halim, 2005). Pengertian lainnya, return merupakan pendapatan per lembar saham yang dinikmati oleh investor atas suatu investasi yang dilakukan. Ekpetasi dari para investor terhadap investasinya adalah memperoleh return (tingkat pengembalian) sebesar-besarnya dengan resiko yang ada. (Mahmud, 2005). 25 Tingkat pengembalian tersebut dapat berupa capital gain ataupun deviden untuk investasi pada saham dan pendapatan bunga untuk investasi pada surat hutang. Return tersebut dapat menjadi indikator untung meningkatkan wealth para investor, termasuk didalamnya para pemegang saham. Deviden merupakan salah satu peningkatan wealth pemegang saham. Investor akan merasa diuntungkan apabila mendapatkan return investasi yang semakin tinggi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu investor memiliki kepentingan untuk mampu memprediksi berapa besar investasi mereka. 2. Komponen Return Komponen return terdiri dari 2 jenis yaitu current income (pendapatan lancar) dan capital gain (keuntungan selisih harga). a. Pendapatan lancar (Current income) Pendapatan lancar (Currrent income) merupakan keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periode seperti pembayaran bunga deposito, bunga obligasi, deviden dan sebagainya. Disebut pendapatan lancar, maksudnya ialah keuntungan yang diterima biasanya dalam bentuk kas atau setara kas sehingga dapat diuangkan secara cepat, seperti bunga / jasa giro dan deviden tunai. Dan yang setara kas ialah saham bonus atau deviden saham yaitu deviden yang dibayarkan dalam bentuk saham dan dapat dikonversi menjadi uang kas. 26 b. Keuntungan Selisih Harga (Capital gain) Keuntungan selisih harga (Capital gain), yaitu keuntungan yang diterima karena adanya selisih antara harga jual dan harga beli saham dari suatu instrumen investasi, seperti kelebihan biaya perolehan investasi terhadap nilai wajar (goodwill). Keuntungan selisih harga sangat tergantung dari harga pasar instrumen investasi, yang berarti bahwa instrumen invetasi harus diperdagangkan di pasar. Dengan adanya perdagangan maka akan timbul adanya perubahan nilai suatu instrumen investasi yang memberikan capital again. Besarnya capital again dilakukan dengan analisis return historis yang terjadi pada periode sebelumnya, sehingga dapat ditentikan besarnya tingkat kembalian yang diinginkan (expected return). 3. Jenis-jenis Return Saham Return saham dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu : a. Return realisasi (realized return) Return realisasi merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis dan digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return realisasi berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan resiko dimasa yang akan datang. Return realisasi dapat diukur dengan rumus sebagai berikut, Jogiyanto (2003 : 111) : 27 Ri = Pt - Pt-1 Ri = Pt - Pt-1 Pt-1 Keterangan: Ri = tingkat pengembalian investasi Pt = harga saham pada suatu periode Pt-1 = harga saham periode sebelumnya Dari rumus diatas dapat disimpulkan bahwa keuntungan suatu saham merupakan selisih antara harga pada suatu periode sekarang diselisihkan dengan harga saham periode sebelumnya kemudian dibagi dengan harga saham periode sebelumnya. b. Return ekspetasi (expected return) Return ekspektasi merupakan return yang belum terjadi tetapi yang diharapkan di masa mendatang. Sebagai individu yang rasional, investor akan mempertimbangkan return yang diharapkan akan diterima (expected return) dan besaran risiko yang harus ditanggung sebagai konsekuensi logis dari keputusan yang telah diambil. Berdasarkan model pasar, expected return dirumuskan sebagai berikut, Abdul Halim (2003 : 34) : 28 n E(Ri) (Ri ) i 1 n Keterangan : E (Ri) = rata-rata pengembalian investasi yang di harapkan Ri = tingkat pengembalian investasi n = jumlah periode selama transaksi Dalam kaitannya antara keputusan investasi dengan return, bahwa dalam berinvetasi investor harus dapat membedakan antara realizes dengan expected return. Investor akan melakukan investasi untuk masa depannya dengan harapan memperoleh return maksimal, tetapi tidak jarang pula apa yang mereka harapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Jadi, return yang didapat oleh investor bisa melebihi atau mungkin kurang dari harapan mereka. Oleh karena itu investor harus selalu mempertimbangkan resiko dari investasi. 29 G. Review Penelitian Terdahahulu Sebagai bahan referensi dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebagai berikut : Tabel 2.1 : Ikhtisar Penelitian-Penelitian Terdahulu No. Tahun Nama Peneliti 1. 2011 Nova Ariansyah 2. 2009 Fathul Hilal Judul Pengaruh Laba Akuntansi, Total Arus Kas dan Net Profit Margin terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Hasil Hasil penilitian yg dihasilkan ialah bahwa Laba Akuntansi dan Total Arus Kas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Return Saham. Net Profit Margin berpengaruh signifikan terhadap Return Saham. Pengaruh Laba Kesimpilan dari Akuntansi, Total Arus penelitian ini Kas dan Net Profit mengidentifikasikan Margin terhadap bahwa Laba Return Saham Akuntansi dan Total Arus Kas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Return saham. Net Profit Margin berpengaruh signifikan terhadap Return Saham. Sedangkan antara Laba Akuntansi, Total Arus Kas dan Net Profit Margin secara bersamasama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return Saham 30 3. 2006 Ninna Daniati dan Suhairi Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Arus Kas, Laba Kotor dan Size Perusahaan Terhadap Expected Return Saham pada industri Textile dan Automotive yang Terdaftar di BEI 4. 2005 Poppy Dian Indriana Kusuma Nilai Tambah Kandungan Informasi Laba dan Arus Kas Operasi Terhadap Return Saham pada perusahaan yang terdaftar di BEJ 5. 2004 Pradhono dan Yulius Jogi Christiawan Pengaruh Economic Value Added, Resisual Income, Earnings dan Arus Kas Operasi tehadap Return Saham yang Diterima Oleh Pemegang Saham (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ) Sumber : Simposium Nasional Akuntansi (2004-2011) Arus Kas Operasi tidak berpengaruh terhadap Expected Return Saham ; Arus Kas Investasi berpengaruh negatif terhadap Expected Return Saham ; Laba Kotor berpengaruh positif terhadap Expected Return Saham ; dan Size Perusahaan berpengaruh negatif terhadap Expected Return Saham Laba tidak berpengaruh terhadap Return Saham, sedangkan Arus Kas Operasional berpengaruh terhadap Return Saham Variabel Arus Kas Operasi dan Earning berpengaruh signifikan terhadap Return Saham yang diterima oleh pemegang saham. Sedangkan Econimic Value Added dan Residualincome tidak berpengaruh signifikan terhadap Return Saham. 31 H. Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen 1. Pengaruh Laba Kotor terhadap Return Saham Laba kotor adalah selisih dari pendapatan perusahaan dikurangi dengan harga pokok penjualan. Harga pokok penjualan adalah semua biaya yang dikorbankan yang untuk perusahaan pemanufakturan, mulai dari tahap ketika bahan baku masuk ke pabrik, diolah, dan hingga dijual. Semua biaya-biaya langsung yang berhubungan dengan penciptaan produk tersebut dikelompokkan sebagai harga pokok penjualan. Laba kotor lebih mampu memberikan gambaran yang lebih baik tentang hubungan laba dan harga saham yang sangat erat pula hubungannya dengan return saham. Laba kotor lebih terkendali oleh manajemen karena rekening harga pokok penjualan menentukan daya saing produk dipasar. 2. Pengaruh Total Arus Kas terhadap Return Saham Berdasarkan tujuan laporan arus kas bahwa arus kas merupakan jiwa (lifeblood) bagi setiap perusahaan dan fundamental bagi esksitensi sebuah perusahaan serta menunjukkan dapat tidaknya sebuah perusahaan membayar semua kewajibanmnya. Laporan arus kas disusun dengan tujuan utama untuk memberikan informasi tentang aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan dengan basis kas (cash basis). Sehingga arus kas aktivitas operasi dapat menjadi sinyal bagi investor mengenai kondisi perusahaan. Secara teori, semakin tinggi total arus kas perusahaan maka semakin tinggi kepercayaan investor pada perusahaan tersebut, sehingga semakin 32 besar pula nilai harga dan return saham. Dan sebaliknya, semakin rendah total arus kas perusahaan maka semakin kecil kepercayaan investor pada perusahaan tersebut, sehingga semakin kecil pula nilai harga dan return saham. 3. Pengaruh Size Perusahaan terhadap Return Saham Ukuran (size) perusahaan bisa diukur dengan menggunakan total aktiva, penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut. Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total asset yang kecil (Indriani : 2005). Secara teori, semakin besar size perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan maka semakin tinggi minat investor untuk berinvestasi di perusahaan, sehingga semakin besar pula nilai harga dan return saham. Dan sebaliknya, semakin kecil size perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan maka semakin kecil minat investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut, sehingga semakin kecil pula nilai harga dan return saham. 33 I. Kerangka Pemikiran Kerangka penelitian merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis. Kerangka penelitian dari pola hubungan antara variabel dapat digambarkan sebagai berikut : Laba Kotor (X1) Total Arus Kas Return Saham (X2) (Y) Size Perusahaan (X3) Gambar 2.1 Kerangka Penelitia