BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Sinyal (Signalling Theory)
Teori sinyal (signaling theory) merupakan sinyal informasi yang
dibutuhkan oleh para investor untuk menentukan apakah investor tersebut
akan menanamkan sahamnya pada perusahaan yang bersangkutan atau
tidak. Menurut Hartono, (2005 : 35-48), menyatakan bahwa :
Teori signalling menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas
baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan
demikian pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang
berkualitas baik dan buruk. Agar sinyal tersebut efektif, maka harus
dapat ditangkap pasar dan dipersepsikan baik, serta tidak mudah
ditiru oleh perusahaan yang berkualitas buruk.
Teori sinyal (signalling theory) berakar pada teori akuntansi
pragmatik yang memusatkan perhatiannya kepada pengaruh informasi
terhadap perubahan perilaku pemakai informasi. Menurut Suwardjono,
(2005 : 56), menyatakan bahwa :
Salah satu informasi yang dapat dijadikan sinyal adalah
pengumuman yang dilakukan oleh suatu emiten. Pengumuman ini
nantinya dapat mempengaruhi naik turunnya harga sekuritas
perusahaan emiten yang melakukan pengumuman
Perusahaan yang mempunyai keyakinan bahwa perusahaan tersebut
mempunyai
prospek
yang
baik
ke
depannya
akan
cenderung
mengkomunikasikan berita tersebut terhadap para investor. Pada penelitian
8
9
ini perusahaan yang berkualitas baik nantinya akan memberi sinyal dengan
cara menyampaikan laporan keuangannya dengan tepat waktu, hal ini
tidak bisa ditiru oleh perusahaan yang berkualitas buruk karena
perusahaan berkualitas buruk akan cenderung tidak tepat waktu dalam
menyampaikan laporan keuangannya. Pada penelitian ini sinyal yang
diberikan oleh perusahaan yang berkualitas baik dianggap sebagai berita
baik (good news) sedangkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan yang
berkualitas buruk dianggap sebagai berita buruk (bad news).
B. Laba
1. Pengertian Laba
Laba atau keuntungan merupakan salah satu tujuan utama
perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya. Laba atau keuntungan dapat
didefinisikan dengan dua cara. Laba dalam ilmu ekonomi murni
didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil
penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan
dengan penanaman modal tersebut. Sementara itu, laba dalam akuntansi
didefinisikan sebagai selisih antara harga penjualan dengan biaya
produksi. Perbedaan diantara keduanya adalah dalam hal pendefinisian
biaya.
Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas
biaya-biayanya dalam jangka waktu (periode) tertentu. Laba sering
digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan
10
deviden, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan unsur
prediksi (Harnanto, 2003: 444). Menurut Suwardjono (2008 : 464) laba
dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang
dan jasa. Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan diatas biaya
(biaya total yang melekat kegiatan produksi dan penyerahan barang / jasa).
2. Jenis-jenis Laba
Menurut Theodorus M. Tuanakotta (2001 : 219) ”mengemukakan
jenis-jenis laba dalam hubungannya dengan perhitungan laba, yaitu :
Laba kotor, Laba operasi, Laba bersih”.
Adapun penjelasan jenis – jenis laba diatas sebagai berikut :
a. Laba kotor
Laba kotor yaitu perbedaan antara pendapatan bersih dan penjualan
dengan harga pokok penjualan.
b. Laba operasi
Laba Operasional merupakan hasil dari aktivitas-aktivitas yang
termasuk rencana perusahaan kecuali ada perubahan-perubahan besar
dala perekonomiannya, dapat diharapkan akan dicapai setiap tahun.
Oleh karenanya, angka ini menyatakan kemampuan perusahaan untuk
hidup dan mencapai laba yang pantas sebagai jasa pada pemilik modal.
c. Laba Bersih
Laba bersih yaitu angka terakhir dalam perhitungan laba rugi dimana
untuk mencarinya laba operasi bertambah pendapatan lain-lain
dikurangi oleh beban lain-lain.
11
3. Teori Laba
Tingkat keuntungan pada setiap perusahaan biasanya berbeda pada
setiap jenis setiap industri, baik perusahaan yang bergerak dibidang tekstil,
baja, farmasi, komputer, alat perkantoran, dan lain – lain. Terdapat
beberapa teori yang menerangkan perbedaan tingkat keuntungan menurut
Dominick Salvatore ( 1996 : 15) adalah sebagai berikut :
a. Teori Laba Menanggung Risiko (Risk Bearing Theory of Profit).
Menurut Teori ini, keuntungan ekonomi diatas normal akan diperoleh
perusahaan dengan resiko diatas rata-rata.
b. Teori Laba Friksional (Frictional Theory of Profit).
Teori ini menekankan bahwa keuntungan meningkat sebagai suatu
hasil dari friksi keseimbangan jagka panjang (long run equilibrium).
c. Teori Laba Monopoli (Monopoli Theory of Profit).
Teori ini mengatakan bahwa beberapa perusahaan dengan kekuatan
monopoli dapat membatasi output dan menekankan harga yang lebih
tinggi daripada bila perusahaan beroperasi dalam kondisi persaingan
sempurna.
d. Teori Laba Inovasi (Innovation Theory of Profit).
Dalam teori inovasi, laba yang diatas normal dapat timbul sebagai
hasil inovasi yang berhasil. Walau demikian, perusahaan yang telah
berhasil dalam inovasi tidaklah kebal dari serangan persaingan dari
perusahaan-perusahaan imitator. Oleh karena itu, perusahaan perlu
melakukan inovasi terus-menerus.
12
e. Teori Laba Efisiensi Manajerial (Manajerial Efficiency Theory of
Profit).
Teori ini menekankan bahwa suatu perusahaan dapat mencapai laba di
atas normal apabila ia berhasil melakukan efisiensi di berbagai bidang
serta dapat memenuhi keinginan konsumennya.
4. Elemen-elemen laba
Elemen-elemen laba terdiri dari :
a. Pendapatan (revenue)
Arus kas masuk atau peningkatan lainnya dalam aktiva entitas atau
pelunasan kewajibannya selama suatu periode, yang ditimbulkan oleh
pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas
lainnya yang merupakan bagian dari operasi utama atau operasi sentral
perusahaan.
b. Beban (expenses)
Arus kas keluar atau penurunan lainnya dalam aktivitas sebuah entitas
penambahan kewajibannya selama suatu periode, yang ditimbulkan
oleh pengiriman dan produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas
lainnya yang merupakann bagian dari operasi utama atau operasi.
c. Keuntungan (gains)
Kenaikan ekuitas (aktiva bersih) perusahaan dan transaksi sampingan
atau insidentil kecuali yang dihasilkan dari pendapatan atau investasi
oleh pemilik.
13
d. Kerugian (loss)
Penurunan ekuitas (aktiva bersih) perusahaan dari transaksi sampingan
atau insidentil kecuali yang berasal dari beban atau distribusi kepada
pemilik.
C. Laba kotor
1. Pengertian Laba Kotor
Laba kotor merupakan hasil dari penjualan bersih dikurangi dengan
harga pokok penjualan, hal ini sejalan dengan kutipan dari Soemarso
(2004.234) “Laba kotor (gross profit) adalah penjualan bersih dikurangi
harga pokok penjualan”. Ketika menganalisis sebuah perusahaan, laba
kotor sangat penting karena menunjukkan seberapa efisien manajemen
menggunakan tenaga kerja dan bahan dalam proses produksi. Lebih
khusus, dapat digunakan untuk menghitung marjin laba kotor.
Perlu
diketahui bahwa laba kotor bervariasi secara signifikan dari industri ke
industri.
2. Pencapaian Laba Kotor
Laba merupakan selisih antara pendapatan dengan beban, sehingga
laba dapat mengukur masukan (dalam bentuk beban yang diukur dengan
biaya) dan keluaran (dalam bentuk pendapatan yang diperoleh). Hal ini
seperti pernyataan bahwa
“Laba yang dicapai merupakan pengukur
penting efisien dan efektivitas organisasi”. (R.A Supriyono, 2000:330).
Pencapaian laba kotor yang maksimal dapat tercapai bila penjualan bersih
14
tinggi dari pada harga pokok penjualan .”Pencapaian laba kotor adalah
tercapainya target laba
kotor yang maksimal dengan menunjukkan
adanya penjualan yang lebih tinggi daripada harga pokok penjualan”.
(Iyan Rohaeni 2004:15)
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa biaya atau
masukan atau input akan menunjukkan ukuran pencapaian laba
kotor
apabila setelah jumlah penjualan diketahui sebagai salah satu faktor yang
menentukan nilai laba kotor suatu perusahaan.
3. Mengukur Laba (Margin) Kotor
(John J.Wild 2005:222) Laba kotor (gross profit) atau margin kotor
(gross margin) adalah pendapatan yang dikurangi dengan harga pokok
penjualan, misalnya :
Penjualan
xxxxxx
Harga Pokok Penjualan
xxxxxx -
Laba Kotor
xxxxxx
Rumus : Laba kotor = Penjualan bersih - Beban pokok penjualan
D. Arus Kas
1. Pengertian Arus Kas
Keberadaan kas dalam suatu perusahaan dapat dilihat sebagai suatu
aliran (arus kas). Menurut PSAK no.2 paragraf 05 tahun 2009 tentang
laporan arus kas,menyatakan bahwa definisi arus kas adalah :
“ Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar atau setara kas”.
15
Dari definisi tersebut dapat kita ketahui bahwa arus kas merupakan
jumlah kas yang mengalir masuk dan keluar dari suatu perusahaan dalam
suatu periode tertentu. Dengan kata lain, arus kas adalah perubahan yang
terjadi dalam perkiraan kas pada suatu periode tertentu.
Pengertian arus kas masuk dan arus kas keluar menurut Martono dan
Harjito (2002:116) adalah :
“Aliran kas masuk (cash inflow) merupakan aliran sumber-sumber
darimana kas diperoleh sedangkan arus kas keluar (cash outflow)
merupakan kebutuhan kas untuk pembayaran-pembayaran”.
Arus kas masuk (cash inflow) dan arus kas keluar (cash outflow)
masing masing terbagi dua bagian :
a. Arus kas masuk (cash inflow)
1) Bersifat rutin, misalnya penerimaan dari hasil penjualan secara
tunai, penerimaan piutang yang telah dijadwalkan sesuai dengan
penjualan kredit yang dilakukan, dan lain-lain.
2) Bersifat tidak rutin, misalnya penerimaan uang sewa gedung,
penerimaan modal saham,
penerimaan utang atau
kredit,
penerimaan bunga dan lain-lain.
b. Arus kas keluar (cash outflow)
1) Bersifat rutin, misalnya : pembelian bahan baku dan bahan
pembantu, membayar upah dan gaji, membeli peralatan kantor
habis pakai, dan lain-lain.
16
2) Bersifat tidak rutin, misalnya : pembelian aktiva tetap, pembayaran
angsuran utang, pembayaran dividen, dan lain-lain.
2. Komponen Arus Kas
a.
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan
perusahaan. Oleh karena itu, arus kas tersebut umumnya berasal dari
transaksi-transaksi yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi
bersih. Arus kas dari aktivitas operasi menurut IAI (2009 : 2.6)
dalamm PSAK No. 2 yaitu :
1) Penerimaan kas dari penjualan barang dan pemberian jasa.
2) Penerimaan kas dari royalt, fees, komosi, dan pendapatan lain.
3) Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa.
4) Pembayaran kas kepada dan untuk kepada kepentingan karyawan.
5) Penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi
sehubungan dengan premi.
6) Pembayaran kas atau penerimaan kembali pajak penghasilan
kecuali bila dapat diidentifikasi secara khusus sebagai bagian dari
aktivitas pendanaan dan investasi.
7) Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang dimiliki untuk
tujuan diperdagangkan atau diperjanjikan.
17
b.
Arus Kas dari Aktivitas Investasi
Adalah aktivitas yang menyangkut perolehan atau pelepasan aktiva
jangka panjang (aktiva tidak lancar) serta investasi lain yang tidak
termasuk dalam setara kas. Arus kas yang berasal dari aktivitas
investasi menurut IAI (2009 : 2.7) dalam PSAK No.2 yaitu :
1) Pembayaran kas untuk membeli aktiva tetap, aktiva tak berwujud,
dan aktiva jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan
yang dikapitalisasi dan aktiva tetap yang dibangun sendiri.
2) Penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan, dan peralatan,
aktiva tak berwujud, dan aktiva jangka panjang lain.
3) Pembayaran kas untuk membeli instrumen utang atau instrumen
ekuitas perusahaan lain.
4) Kas yang diterima dari penjualan instrumen utang dan instrumen
ekuitas perusahaan lain.
5) Penerimaan kas dari pelunasan uang muka dan pinjaman yang
diberikan kepada pihak lain .
6) Pembayaran kas sehubungan dengan future contracts, forwad
contracts, option contracts, dan swap contracts kecuali jika
kontrak tersebut dilakukan untuk tujuan perdagangan atau
diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan.
18
c.
Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
Adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta
komposisi ekuitas dan pinjaman perusahaan. Arus kas pendanaan
berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh
para pemasok modal perusahaan. Arus kas yang berasal dari aktivitas
pendanaan menurut IAI (2009 : 2.8) dalam PSAK No.2 yaitu :
1) Penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal lainya.
2) Pembayaran kas kepada pemilik untuk menarik atau menebus
saham perusahaan.
3) Penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotik, dan
pinjaman jangka pendek dan jangka panjang lainnya.
4) Pelunasan pinjaman.
5) Pembayaran kas oleh para penyewa untuk mengurangi saldo
kewajiban yang berkaitan dengan sewa pembiayaan.
3. Metode Pelaporan Arus Kas
Terdapat dua metode alternatif pelaporan arus kas dari aktivitas
operasi dalam laporan arus kas PSAK No. 2 (2009 : 2.8). Kedua metode
tersebut adalah :
a. Metode Langsung
Metode ini pada dasarnya adalah pemeriksaan kembali setiap pos
laporan laba rugi dengan tujuan melaporkan seberapa banyak kas yang
diterima atau dikeluarkan sehubungan dengan pos tersebut. Metode ini
mengungkapkan kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan
19
pengeluaran kas bruto. Dalam meetode ini setiap perkiraan yang
berbasis akrual pada laporan laba rugi diubah menjadi perkiraan
pendapatan
dan pengeluaran
kas
sehingga
menggambarkan
penerimaan dan pembayaran aktual dari kas. Jadi metode langsung
memfokuskan pada arus kas daripada laba bersih akrual, oleh karena
itu lebih informatif dan terperinci.
b. Metode Tidak Langsung
Metode ini tidak langsung dimulai dengan laba bersih yang dilaporkan
dilaporan laba rugi, dan menyesuaikan nilai akrual ini untuk setiap hal
yang tidak mempengaruhi arus kas. Pelaporan arus kas dari aktivitas
operasi dengan menggunakan metode tidak langsung berdasarkan
PSAK No. 2 (2009 : 2.9) : dengan metode ini laba atau rugi bersih
disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas,
penangguhan atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk
operasi dari masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau
beban yang berkaitan dengan arus kas investasi dan pendanaan. Jadi
pada dasarnya metode ini merupakan rekonsiliasi laba bersih yang
diperoleh perusahaan. Metode ini memberikan suatu rangkaian
hubungan antara laporan arus kas dengan laporan laba rugi dan neraca.
20
4. Tujuan dan Manfaat Laporan Arus Kas
Tujuan utama laporan arus kas adalah memberikan informasi tentang
penerimaan kas dan pembayaran kas suatu entitas selama periode tertentu.
Tujuan lain adalah memberikan informasi kepada kreditor, investor dan
pemakai lainnya dalam :
a. Menentukan kemampuan perusahaan untuk menimbulkan arus kas
bersih positif dimasa yang akan datang.
b. Menentukan kemampuan perusahaan menyelesaikan kewajibannya
seperti melunasi hutang kepada kreditor.
c. Menentukan alasan tentang terjadinya perbedaan antara laba bersih dan
dihubungkan dengan pembayaran dan penerimaan kas.
d. Menentukan pengaruh transaksi kas pembelanjaan dan investasi bukan
kas terhadap posisi keuangan perusahaan.
Apabila digunakan bersama dengan laporan keuangan lainnya,
seperti neraca, laporan laba rugi, laporan saldo laba, laporan arus kas
menurut PSAK No. 2 (revisi 2009) paragraph 3, memiliki kegunaan yaitu :
Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para
pengguna
mengembangkan
model
untuk
menilai
dan
membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future
cash flow) dari berbagai perusahaan.
21
Perhatian utama investor dari laporan arus kas ini adalah
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas bersih untuk
menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan kemampuan perusahaan
menghasilkan deviden. Namun pada kenyataannya, para investor pada
umumnya lebih tertarik pada prestasi perusahaan yang diukur atas dasar
akuntansi akrual dan belum menganalisa laporan arus kas.
Laporan arus kas juga memiliki tujuan yaitu menurut Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 (revisi 2009) paragraph 1
adalah :
Memberi informasi historis mengenai perubahan arus kas dan
setara kas dari suatu perusahaan melalui laporan arus kas yang
mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi
maupun pendanaan (financing) selama suatu periode akuntansi.
Berdasarkan tujuan laporan arus kas diatas dapat disimpulkan bahwa
arus kas merupakan jiwa (lifeblood) bagi setiap perusahaan dan
fundamental bagi esksitensi sebuah perusahaan serta menunjukkan dapat
tidaknya sebuah perusahaan membayar semua kewajibanmnya. Laporan
arus kas disusun dengan tujuan utama untuk memberikan informasi
tentang aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan dengan basis kas (cash
basis).
22
5. Mengukur Total Arus Kas
Untuk mengukur total arus kas pada perusahaan bisa dilihat dari total
kas akhir tahun. Dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi Intermediate”,
Donal E. Kieso (2008 : 213) menggambarkan tentang perolehan kas akhir
tahun, yaitu sebagai berikut :
Arus kas dari aktivitas operasi
xxx
Arus kas dari aktivitas investasi
xxx
Arus kas dari aktivitas pendanaan
xxx
Kenaikan (penurunan) bersih kas
xxx
Kas awal tahun
xxx
Kas akhir tahun
xxx
E. Size Perusahaan
1. Pengertian Size Perusahaan
Size perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan
besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log
size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya menurut Edy Suwito
dan Arleen Herawaty (2005: 138) ukuran perusahaan hanya terbagi dalam
3 kategori yaitu :
“perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size)
dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini
didasarkan kepada total asset perusahaan”.
23
Size perusahaan merupakan variabel penduga
yang banyak
digunakan untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan
tahunan perusahaan. Perusahaan besar akan mengungkapkan informasi
lebih banyak daripada perusahaan kecil. Secara teoritis perusahaan besar
tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk melakukan
pertanggungjawaban sosial. Dengan mengungkapkan kepedulian terhadap
lingkungan melalui pelaporan keuangan, maka perusahaan dalam jangka
panjang bisa terhindar dari biaya yang sangat besar akibat dari tuntutan
masyarakat. Dan sebaliknya, perusahaan kecil akan mengungkapkan
informasi yang lebih rendah dibandingkan perusahaan besar. Hal ini sahsah saja karena ketiadaan sumber daya dan dana pertanggungjawaban
sosialnya.
2. Indikator Ukuran Perusahaan
Salah satu ukuran kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba
yang maksimal dapat dilihat dari rasio-rasio yang menunjukkan
perkembangan atau kemunduran dari operasional normal perusahaan
tersebut, hal ini dapat dilihat salah satunya dari rasio pertumbuhan, dimana
rasio pertumbuhan menunjukkan ukuran kenaikan atau penurunan kinerja
keuangan suatu perusahaan yang dapat dilihat dari perbandingan tahun
sebelum dan sesudah maupun sedang berjalan untuk beberapa pos
akuntansi keuangan perusahaan.
Dalam rasio pertumbuhan ini akan
dihitung seberapa jauh pertumbuhan dari beberapa pos penting dalam
laporan keuangan. Variabel ini diukur dengan rata-rata jumlah nilai
24
kekayaan yang dimiliki suatu perusahaan (total aktiva). Skala pengukuran
yang digunakan adalah skala rasio.
Ukuran (size) perusahaan bisa diukur dengan menggunakan total
aktiva, penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut. Salah satu tolak
ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva
dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar
menunjukkan
bahwa
perusahaan
tersebut
telah
mencapai
tahap
kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan
dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif
lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil
dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total
asset yang kecil (Ismu Basuki: 2006).
F. Return Saham
1. Pengertian Return Saham
Return merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi (Halim,
2005). Pengertian lainnya, return merupakan pendapatan per lembar saham
yang dinikmati oleh investor atas suatu investasi yang dilakukan. Ekpetasi
dari para investor terhadap investasinya adalah memperoleh return (tingkat
pengembalian) sebesar-besarnya dengan resiko yang ada. (Mahmud,
2005).
25
Tingkat pengembalian tersebut dapat berupa capital gain ataupun
deviden untuk investasi pada saham dan pendapatan bunga untuk investasi
pada surat hutang. Return tersebut dapat menjadi indikator untung
meningkatkan wealth para investor, termasuk didalamnya para pemegang
saham. Deviden merupakan salah satu peningkatan wealth pemegang
saham. Investor akan merasa diuntungkan apabila mendapatkan return
investasi yang semakin tinggi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu
investor memiliki kepentingan untuk mampu memprediksi berapa besar
investasi mereka.
2. Komponen Return
Komponen return terdiri dari 2 jenis yaitu current income
(pendapatan lancar) dan capital gain (keuntungan selisih harga).
a.
Pendapatan lancar (Current income)
Pendapatan lancar (Currrent income) merupakan keuntungan yang
diperoleh
melalui
pembayaran
yang
bersifat
periode
seperti
pembayaran bunga deposito, bunga obligasi, deviden dan sebagainya.
Disebut pendapatan lancar, maksudnya ialah keuntungan yang diterima
biasanya dalam bentuk kas atau setara kas sehingga dapat diuangkan
secara cepat, seperti bunga / jasa giro dan deviden tunai. Dan yang
setara kas ialah saham bonus atau deviden saham yaitu deviden yang
dibayarkan dalam bentuk saham dan dapat dikonversi menjadi uang
kas.
26
b. Keuntungan Selisih Harga (Capital gain)
Keuntungan selisih harga (Capital gain), yaitu keuntungan yang
diterima karena adanya selisih antara harga jual dan harga beli saham
dari suatu instrumen investasi, seperti kelebihan biaya perolehan
investasi terhadap nilai wajar (goodwill). Keuntungan selisih harga
sangat tergantung dari harga pasar instrumen investasi, yang berarti
bahwa instrumen invetasi harus diperdagangkan di pasar. Dengan
adanya perdagangan maka akan timbul adanya perubahan nilai suatu
instrumen investasi yang memberikan capital again. Besarnya capital
again dilakukan dengan analisis return historis yang terjadi pada
periode sebelumnya, sehingga dapat ditentikan besarnya tingkat
kembalian yang diinginkan (expected return).
3. Jenis-jenis Return Saham
Return saham dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
a. Return realisasi (realized return)
Return realisasi merupakan return yang telah terjadi yang dihitung
berdasarkan data historis dan digunakan sebagai salah satu pengukur
kinerja dari perusahaan. Return realisasi berguna sebagai dasar
penentuan return ekspektasi (expected return) dan resiko dimasa yang
akan datang. Return realisasi dapat diukur dengan rumus sebagai
berikut, Jogiyanto (2003 : 111) :
27
Ri = Pt - Pt-1
Ri = Pt - Pt-1
Pt-1
Keterangan:
Ri
= tingkat pengembalian investasi
Pt
= harga saham pada suatu periode
Pt-1
= harga saham periode sebelumnya
Dari rumus diatas dapat disimpulkan bahwa keuntungan suatu
saham merupakan selisih antara harga pada suatu periode sekarang
diselisihkan dengan harga saham periode sebelumnya kemudian dibagi
dengan harga saham periode sebelumnya.
b. Return ekspetasi (expected return)
Return ekspektasi merupakan return yang belum terjadi tetapi yang
diharapkan di masa mendatang. Sebagai individu yang rasional,
investor akan mempertimbangkan
return
yang diharapkan akan
diterima (expected return) dan besaran risiko yang harus ditanggung
sebagai konsekuensi logis dari keputusan yang telah diambil.
Berdasarkan model pasar, expected return dirumuskan sebagai berikut,
Abdul Halim (2003 : 34) :
28
n
E(Ri)

 (Ri )
i 1
n
Keterangan :
E (Ri) = rata-rata pengembalian investasi yang di harapkan
Ri
= tingkat pengembalian investasi
n
= jumlah periode selama transaksi
Dalam kaitannya antara keputusan investasi dengan return, bahwa
dalam berinvetasi investor harus dapat membedakan antara realizes
dengan expected return. Investor akan melakukan investasi untuk
masa depannya dengan harapan memperoleh return maksimal, tetapi
tidak jarang pula apa yang mereka harapkan tidak sesuai dengan
kenyataan. Jadi, return yang didapat oleh investor bisa melebihi atau
mungkin kurang dari harapan mereka. Oleh karena itu investor harus
selalu mempertimbangkan resiko dari investasi.
29
G. Review Penelitian Terdahahulu
Sebagai bahan referensi dalam penelitian ini akan dicantumkan
beberapa hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh beberapa
peneliti sebagai berikut :
Tabel 2.1 : Ikhtisar Penelitian-Penelitian Terdahulu
No. Tahun Nama Peneliti
1.
2011 Nova
Ariansyah
2.
2009
Fathul Hilal
Judul
Pengaruh Laba
Akuntansi, Total Arus
Kas dan Net Profit
Margin terhadap
Return Saham Pada
Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di BEI
Hasil
Hasil penilitian yg
dihasilkan ialah
bahwa Laba
Akuntansi dan Total
Arus Kas tidak
berpengaruh secara
signifikan terhadap
Return Saham. Net
Profit Margin
berpengaruh
signifikan terhadap
Return Saham.
Pengaruh Laba
Kesimpilan dari
Akuntansi, Total Arus penelitian ini
Kas dan Net Profit
mengidentifikasikan
Margin terhadap
bahwa Laba
Return Saham
Akuntansi dan Total
Arus Kas tidak
berpengaruh secara
signifikan terhadap
Return saham. Net
Profit Margin
berpengaruh
signifikan terhadap
Return Saham.
Sedangkan antara
Laba Akuntansi,
Total Arus Kas dan
Net Profit Margin
secara bersamasama memiliki
pengaruh yang
signifikan terhadap
Return Saham
30
3.
2006
Ninna Daniati
dan Suhairi
Pengaruh Kandungan
Informasi Komponen
Arus Kas, Laba Kotor
dan Size Perusahaan
Terhadap Expected
Return Saham pada
industri Textile dan
Automotive yang
Terdaftar di BEI
4.
2005
Poppy Dian
Indriana
Kusuma
Nilai Tambah
Kandungan Informasi
Laba dan Arus Kas
Operasi Terhadap
Return Saham pada
perusahaan yang
terdaftar di BEJ
5.
2004
Pradhono dan
Yulius Jogi
Christiawan
Pengaruh Economic
Value Added,
Resisual Income,
Earnings dan Arus
Kas Operasi tehadap
Return Saham yang
Diterima Oleh
Pemegang Saham
(Studi Pada
Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di BEJ)
Sumber : Simposium Nasional Akuntansi (2004-2011)
Arus Kas Operasi
tidak berpengaruh
terhadap Expected
Return Saham ; Arus
Kas Investasi
berpengaruh negatif
terhadap Expected
Return Saham ;
Laba Kotor
berpengaruh positif
terhadap Expected
Return Saham ; dan
Size Perusahaan
berpengaruh negatif
terhadap Expected
Return Saham
Laba tidak
berpengaruh
terhadap Return
Saham, sedangkan
Arus Kas
Operasional
berpengaruh
terhadap Return
Saham
Variabel Arus Kas
Operasi dan Earning
berpengaruh
signifikan terhadap
Return Saham yang
diterima oleh
pemegang saham.
Sedangkan Econimic
Value Added dan
Residualincome
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
Return Saham.
31
H. Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen
1. Pengaruh Laba Kotor terhadap Return Saham
Laba kotor adalah selisih dari pendapatan perusahaan dikurangi
dengan harga pokok penjualan. Harga pokok penjualan adalah semua
biaya yang dikorbankan yang untuk perusahaan pemanufakturan, mulai
dari tahap ketika bahan baku masuk ke pabrik, diolah, dan hingga dijual.
Semua biaya-biaya langsung yang berhubungan dengan penciptaan produk
tersebut dikelompokkan sebagai harga pokok penjualan. Laba kotor lebih
mampu memberikan gambaran yang lebih baik tentang hubungan laba dan
harga saham yang sangat erat pula hubungannya dengan return saham.
Laba kotor lebih terkendali oleh manajemen karena rekening harga pokok
penjualan menentukan daya saing produk dipasar.
2. Pengaruh Total Arus Kas terhadap Return Saham
Berdasarkan tujuan laporan arus kas bahwa arus kas merupakan jiwa
(lifeblood) bagi setiap perusahaan dan fundamental bagi esksitensi sebuah
perusahaan serta menunjukkan dapat tidaknya sebuah perusahaan
membayar semua kewajibanmnya. Laporan arus kas disusun dengan
tujuan utama untuk memberikan informasi tentang aktivitas operasi,
investasi, dan pendanaan dengan basis kas (cash basis). Sehingga arus kas
aktivitas operasi dapat menjadi sinyal bagi investor mengenai kondisi
perusahaan.
Secara teori, semakin tinggi total arus kas perusahaan maka semakin
tinggi kepercayaan investor pada perusahaan tersebut, sehingga semakin
32
besar pula nilai harga dan return saham. Dan sebaliknya, semakin rendah
total arus kas perusahaan maka semakin kecil kepercayaan investor pada
perusahaan tersebut, sehingga semakin kecil pula nilai harga dan return
saham.
3. Pengaruh Size Perusahaan terhadap Return Saham
Ukuran (size) perusahaan bisa diukur dengan menggunakan total
aktiva, penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut. Salah satu tolak
ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva
dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar
menunjukkan
bahwa
perusahaan
tersebut
telah
mencapai
tahap
kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan
dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif
lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil
dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total
asset yang kecil (Indriani : 2005).
Secara teori, semakin besar size perusahaan yang dimiliki oleh
perusahaan maka semakin tinggi minat investor untuk berinvestasi di
perusahaan, sehingga semakin besar pula nilai harga dan return saham.
Dan sebaliknya, semakin kecil size perusahaan yang dimiliki oleh
perusahaan maka semakin kecil minat investor untuk berinvestasi di
perusahaan tersebut, sehingga semakin kecil pula nilai harga dan return
saham.
33
I. Kerangka Pemikiran
Kerangka penelitian merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari
tinjauan teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti
dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta
merumuskan hipotesis.
Kerangka penelitian dari pola hubungan antara variabel dapat
digambarkan sebagai berikut :
Laba Kotor
(X1)
Total Arus Kas
Return Saham
(X2)
(Y)
Size Perusahaan
(X3)
Gambar 2.1
Kerangka Penelitia
Download