8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Komunikasi Massa 2.1.1

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1.
Komunikasi Massa
2.1.1
Komunikasi Massa
Dari berbagai macam cara komunikasi dilaksanakan dalam masyarakat
manusia, salah satunya adalah komunikasi massa. Konsep komunikasi
massa itu sendiri pada satu sisi mengandung pengertian suatu proses
dimana organisasi media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada
publik secara luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan
tersebut dicari digunakan dan dikonsumsi oleh audience (Sendjaja,
2002:21).
Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media
massa (media cetak dan elektronik). Sebab awal perkembangannya saja,
komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass
communication (media komunikasi massa). Massa dalam arti komunikasi
massa lebih menunjuk pada penerima pesan yang berkaitan dengan media
massa. Dengan kata lain, massa yang dalam sikap dan perilakunya
berkaitan dengan peran media massa. Oleh karena itu, massa di sini
menunjuk kepada khalayak, audience, penonton, pemirsa atau pembaca.
Pengertian komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright
dalam Liliweri (1991), bahwa komunikasi massa merupakan bentuk
komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan
8
9
komunikator dan komunikasi secara massal, berjumlah banyak, bertempat
tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek
tertentu.
Defenisi paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan Bittner
(1980), yaitu komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan
melalui media massa pada sejumlah besar orang, dari defenisi tersebut
dapat diketahui bahwa komunikasi itu harus menggunakan media massa.
Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran, dan
televisi, keduanya dikenal sebagai media elektronik; surat kabar dan
majalah, keduanya disebut sebagai media cetak; serta media film. Film
sebagai media komunikasi massa adalah bioskop (Ardianto, 2004:3).
Sedangkan menurut Jay Black dan Fredrick C. Whitney (1988),
komunikasi massa dalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang
diperoleh secara massal/tidak sedikit itu disebarkan kepada massa
penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen. Banyak defenisi dari
komunikasi massa yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli
komunikasi. Tetapi, dari sekian banyak defenisi itu ada benang merah
kesamaan defenisi satu sama lain. Melalui defenisi itu dapat diketahui
karakteristik dari komunikasi massa, yaitu:
1. Komunikator Terlembagakan
Komunikator dalam komunikasi massa itu bukan satu orang, tetapi
kumpulan orang-orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur
dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga.
10
2. Pesan Bersifat Umum
Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang
atau satu kelompok masyarakat tertentu. Oleh karenanya, pesan
komunikasi massa bersifat umum.
3. Komunikatornya Anonim dan Heterogen
Komunikator
tidak
mengenal
komunikan
(anonim),
karena
komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping
anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri
dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda.
4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan
Komunikasi massa itu ada keserempakan dalam proses penyebaran
pesanpesannya. Serempak disini berarti khalayak bisa menikmati media
massa tersebut hampir bersamaan.
5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan
Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa
berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media
massa yang akan digunakan.
11
6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah
Komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung.
Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima
pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog.
7. Stimuli Alat Indra ”Terbatas”
Dalam komunikasi massa, stimuli alat indra bergantung pada jenis media
massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio
siaran, khalayak hanya mendengar. Sedangkan pada media televisi dan
film, menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.
8. Umpan Balik Tertunda (Delayed)
Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang
disampaikan oleh komunikan (Ardianto, 2004:7).
Menurut Wright (1959) dalam buku Teori Komunikasi (Saverin, 2007:4),
perubahan
teknologi
baru
menyebabkan
perubahan
dalam
defenisikomunikasi yang mempunyai tiga ciri yaitu:
1. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relative
besar,heterogen dan anonim.
2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk
bisa mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan
sifatnya sementara.
12
3.
Komunikator
cenderung
berada
atau
beroperasi
dalam
sebuahorganisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya
yang besar.
Fungsi komunikasi media massa sebagai bagian dari komunikasi massa
terdiri atas:
1. Fungsi Pengawasan
Berupa
peringatan
dan
kontrol
sosial
maupun
kegiatan
persuasif.Pengawasan dan kontrol sosial dapat dilakukan untuk aktivitas
preventif untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Fungsi persuasif sebagai upaya memberi reward dan punishment kepada
masyarakat sesuai dengan apa yang dilakukannya.
2. Fungsi Social Learning
Melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat.
Media massa bertugas untuk memberikan pencerahan-pencerahan kepada
masyarakat dimana komunikasi massa itu berlangsung.
3. Fungsi Penyampaian Informasi
Yaitu menjadi proses penyampaian informasi kepada masyarakat luas.
Yang memungkinkan informasi dari sebuah institusi publik tersampaikan
kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat.
4. Fungsi Transformasi Budaya
Komunikasi massa menjadi proses transformasi budaya yang dilakukan
bersamasama oleh semua komponen komunikasi massa, terutama yang
didukung oleh media massa.
13
5. Hiburan
Komunikasi massa juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama
karena komunikasi massa menggunakan media massa, jadi fungsi-fungsi
hiburan yang ada pada media massa juga merupakan bagian dari fungsi
komunikasi massa. Adapun efek komunikasi massa oleh Lavidge dan
Steiner, 1961 terdiri atas enam langkah yang dikelompokkan dalam tiga
dimensi atau kategori-kategori berikut: kognitif, afektif, dan konatif.
Kognitif berhubungan dengan pengetahuan kita tentang segala sesuatu,
afektif berhubungan dengan sikap kita terhadap sesuatu dan konatif
berhubungan dengan tingkah laku kita terhadap sesuatu (Saverin,
2007:16)
2.1.2
Media Massa
Media Massa (Mass Media) adalah chanel, media/medium,
saluran, sarana, atau alat yang dipergunakan dalam proses komunikasi
massa, yakni komunikasi yang diarahkan kepada orang banyak (channel
of mass communication). Komunikasi massa sendiri merupakan
kependekan dari komunikasi melalui media massa (communicate with
media).
Yang termasuk media massa terutama adalah suratkabar, majalah,
radio, televisi, dan film sebagai The Big Five of Mass Media (Lima Besar
Media Massa), juga internet (cybermedia, media online).
14
Jenis Media Massa:
1. Media Massa Cetak (Printed Media). Media massa yang dicetak dalam
lembaran kertas. Dari segi formatnya dan ukuran kertas, media massa
cetak secara rinci meliputi (a) koran atau suratkabar (ukuran kertas
broadsheet atau 1/2 plano), (b) tabloid (1/2 broadsheet), (c) majalah (1/2
tabloid atau kertas ukuran folio/kwarto), (d) buku (1/2 majalah), (e)
newsletter (folio/kwarto, jumlah halaman lazimnya 4-8), dan (f) buletin
(1/2 majalah, jumlah halaman lazimnya 4-8). Isi media massa umumnya
terbagi tiga bagian atau tiga jenis tulisan: berita, opini, dan feature.
2. Media Massa Elektronik (Electronic Media). Jenis media massa yang
isinya disebarluaskan melalui suara atau gambar dan suara dengan
menggunakan teknologi elektro, seperti radio, televisi, dan film.
3. Media Online (Online Media, Cybermedia), yakni media massa yang
dapat kita temukan di internet (situs web).
Peran Media Massa
Denis McQuail (1987) mengemukakan sejumlah peran yang
dimainkan media massa selama ini, yakni:
1. Industri pencipta lapangan kerja, barang, dan jasa serta
menghidupkan industri lain utamanya dalam periklanan/promosi.
15
2.
Sumber kekuatan –alat kontrol, manajemen, dan inovasi
masyarakat.
3.
Lokasi (forum) untuk menampilkan peristiwa masyarakat.
4. Wahana pengembangan kebudayaan –tatacara, mode, gaya hidup,
dan normal.
5.
Sumber dominan pencipta citra individu, kelompok, dan
masyarakat.
Karakteristik Media Massa
1. Publisitas, yakni disebarluaskan kepada publik, khalayak, atau
orang banyak.
2. Universalitas, pesannya bersifat umum, tentang segala aspek
kehidupan dan semua peristiwa di berbagai tempat, juga
menyangkut kepentingan umum karena sasaran dan pendengarnya
orang banyak (masyarakat umum).
3. Periodisitas, tetap atau berkala, misalnya harian atau mingguan,
atau siaran sekian jam per hari.
4. Kontinuitas, berkesinambungan atau terus-menerus sesuai dengan
priode mengudara atau jadwal terbit.
5. Aktualitas, berisi hal-hal baru, seperti informasi atau laporan
peristiwa terbaru, tips baru, dan sebagainya. Aktualitas juga
berarti kecepatan penyampaian informasi kepada publik.
16
Fungsi Media Massa
Fungsi media massa sejalan dengan fungsi komunikasi
massa sebagaimana dikemukakan para ahli sebagai berikut.
Harold D. Laswell:
1. Informasi (to inform)
2. Mendidik (to educate)
3. Menghibur (to entertain)
Wright:
1. Pengawasan (Surveillance) – terhadap ragam peristiwa yang
dijalankan melalui proses peliputan dan pemberitaan dengan
berbagai dampaknya –tahu, panik, terancam, gelisah, apatis, dsb.
2. Menghubungkan (Correlation) – mobilisasi massa untuk
berpikir dan bersikap atas suatu peristiwa atau masalah.
3. Transmisi Kultural (Cultural Transmission) – pewarisan
budaya, sosialisasi.
4. Hiburan (Entertainment).
De Vito:
1. Menghibur
2. Meyakinkan – e.g. iklan, mengubah sikap, call for action.
17
3. Menginformasikan
4. Menganugerahkan status – menunjukkan kepentingan
orang-orang tertentu; name makes news. “Perhatian massa
= penting”.
5. Membius – massa terima apa saja yang disajikan media.
6. Menciptakan rasa kebersatuan –proses identifikasi.
UU No. 40/1999 tentang Pers:
1. Menginformasikan (to inform)
2. Mendidik (to educate)
3. Menghibur (to entertain)
4. Pengawasan
Sosial
(social
control)
–pengawas
perilaku publik dan penguasa.
2.1.3
Film
Istilah film pada mulanya mengacu pada suatu media sejenis
plastik yang dilapisi dengan zat peka cahaya. Media peka cahaya ini
sering disebut selluloid. Dalam bidang fotografi film ini menjadi media
yang dominan digunakan untuk menyimpan pantulan cahaya yang
tertangkap lensa. Pada generasi berikutnya fotografi bergeser pada
penggunaan media digital elektronik sebagai penyimpan gambar. Dalam
bidang sinematografi perihal media penyimpan ini telah mengalami
perkembangan yang pesat. Berturut-turut dikenal media penyimpan
18
selluloid (film), pita analog, dan yang terakhir media digital (pita,
cakram, memori chip). Bertolak dari pengertian ini maka film pada
awalnya adalah karya sinematografi yang memenfaatkan media selluloid
sebagai penyimpannya. Sejalan dengan perkembangan media penyimpan
dalam bidang sinematografi, maka pengertian film telah bergeser. Sebuah
film cerita dapat diproduksi tanpa menggunakan selluloid (media film).
Bahkan saat ini sudah semakin sedikit film yang menggunakan media
selluloid pada tahap pengambilan gambar. Pada tahap pasca produksi
gambar yang telah diedit dari media analog maupun digital dapat
disimpan pada media yang fleksibel. Hasil akhir karya sinematografi
dapat
disimpan
Pada
media
selluloid,
analog
maupun
digital.
Perkembangan teknologi media penyimpan ini telah mengubah
pengertian film dari istilah yeng mengacu pada bahan ke istilah yeng
mengacu pada bentuk karya seni audio-visual.
Singkatnya film kini diartikan sebagai suatu genre (cabang) seni
yang menggunakan audio (suara) dan visual (gambar) sebagai medianya.
2.1.4
Jenis-Jenis Film
Film ada beberapa jenis yakni:
1
Film Dokumenter (Documentary Films)
Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film
pertama karya Lumiere bersaudara yang berkisah tentang
perjalanan (travelogues) yang dibuat sekitar tahun 1890-an. Tiga
19
puluh enam tahun kemudian, kata ‘dokumenter’ kembali
digunakan oleh pembuat film dan kritikus film asal Inggris John
Grierson untuk film Moana (1926) karya Robert Flaherty.
Grierson berpendapat dokumenter merupakan cara kreatif
merepresentasikan realitas (Susan Hayward, Key Concept in
Cinema Studies, 1996, hal 72). Sekalipun Grierson mendapat
tentangan dari berbagai pihak, pendapatnya tetap relevan sampai
saat ini. Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai
cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Namun harus
diakui, film dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran
informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang atau kelompok
tertentu. Intinya, film dokumenter tetap berpijak pada hal-hal
senyata mungkin. Seiring dengan perjalanan waktu, muncul
berbagai aliran dari film documenter misalnya dokudrama
(docudrama). Dalam dokudrama, terjadi reduksi realita demi
tujuantujuan estetis, agar gambar dan cerita menjadi lebih
menarik. Sekalipun demikian, jarak antara kenyataan dan hasil
yang tersaji lewat dokudrama biasanya tak berbeda jauh. Dalam
dokudrama, realita tetap menjadi pegangan. Kini dokumenter
menjadi sebuah tren tersendiri dalam perfilman dunia. Para
pembuat film bisa bereksperimen dan belajar tentang banyak hal
ketika terlibat dalam produksi film dokumenter. Tak hanya itu,
film dokumenter juga dapat membawa keuntungan dalam jumlah
yang cukup memuaskan. Ini bisa dilihat dari banyaknya film
20
dokumenter yang bisa kita saksikan melalui saluran televisi
seperti program National Geographic dan Animal Planet. Bahkan
saluran televisi Discovery Channel pun mantap menasbih diri
sebagai saluran televisi yang hanya menayangkan program
documenter tentang keragaman alam dan budaya.
Selain untuk konsumsi televisi, film dokumenter juga
lazim diikutsertakan dalam berbagai festival film di dalam dan
luar negeri. Sampai akhir penyelenggaraannya tahun 1992,
Festival Film Indonesia (FFI) memiliki kategori untuk penjurian
jenis film dokumenter. Di Indonesia, produksi film dokumenter
untuk televisi dipelopori oleh stasiun televisi pertama kita,
Televisi Republik Indonesia (TVRI). Beragam film documenter
tentang kebudayaan, flora dan fauna Indonesia telah banyak
dihasilkan TVRI. Memasuki era televisi swasta tahun 1990,
pembuatan film dokumenter untuk televisi tidak lagi dimonopoli
TVRI. Semua televisi swasta menayangkan program film
dokumenter, baik produksi sendiri maupun membelinya dari
sejumlah rumah produksi. Salah satu gaya film dokumenter yang
banyak dikenal orang, salah satunya karena ditayangkan secara
serentak oleh lima stasiun swasta dan TVRI adalah Anak Seribu
Pulau (Miles Production, 1995). Dokudrama ini ternyata disukai
oleh banyak kalangan sehingga sekitar enam tahun kemudian
program yang hampir sama dengan judul Pustaka Anak Nusantara
(Yayasan SET, 2001) diproduksi untuk konsumsi televisi.
21
Dokudrama juga mengilhami para pembuat film di Hollywood.
Beberapa film terkenal juga mengambil gaya dokudrama seperti
JFK (tentang presiden Kenedy), Malcom X, dan Schindler’s List.
2
Film Cerita Pendek (Short Films)
Durasi film cerita pendek biasanya di bawah 60 menit. Di
banyak negara seperti Jerman, Australia, Kanada, Amerika
Serikat, dan juga Indonesia, film cerita pendek dijadikan
laboratorium
eksperimen
dan
batu
loncatan
bagi
seseorang/sekelompok orang untuk kemudian memproduksi film
cerita panjang. Jenis film ini banyak dihasilkan oleh para
mahasiswa jurusan film atau orang/kelompok yang menyukai
dunia film dan ingin berlatih membuat film dengan baik.
Sekalipun demikian, ada juga yang memang mengkhususkan diri
untuk memproduksi film pendek, umumnya hasil produksi ini
dipasok ke rumah-rumah produksi atau saluran televisi.
3
Film Cerita Panjang (Feature-Length Films)
Film dengan durasi lebih dari 60 menit lazimnya berdurasi
90-100 menit. Film yang diputar di bioskop umumnya termasuk
dalam kelompok ini. Beberapa film, misalnya Dances With
Wolves, bahkan berdurasi lebih 120 menit. Film-film produksi
India rata-rata berdurasi hingga 180 menit.
22
4
Profil Perusahaan (Corporate Profile)
Film ini diproduksi untuk kepentingan institusi tertentu
berkaitan dengan kegiatan yang mereka lakukan, misal tayangan
“Usaha Anda” di SCTV. Film ini sendiri berfungsi sebagai alat
bantu presentasi atau promosi.
5
Iklan Televisi (TV Commercial)
Film ini diproduksi untuk kepentingan penyebaran
informasi, baik tentang produk(iklan produk) maupun layanan
masyarakat (iklan layanan masyarakat atau public service
announcement/PSA). Iklan produk biasanya menampilkan produk
yang diiklankan secara eksplisit, artinya ada stimulus audio-visual
yang jelas tentang produk tersebut. Sedangkan iklan layanan
masyarakat menginformasikan kepedulian produsen suatu produk
terhadap fenomena sosial yang diangkat sebagai topik iklan
tersebut. Dengan demikian, iklan layanan masyarakat umumnya
menampilkan produk secara implisit.
6
Program Televisi (TV Programme)
Program ini diproduksi untuk konsumsi pemirsa televisi.
Secara umum, program televisi dibagi menjadi dua jenis yakni
cerita dan noncerita. Jenis cerita terbagi menjadi dua kelompok
yakni fiksi dan nonfiksi. Kelompok fiksi memproduksi film serial
(TV series), film televisi/FTV (populer lewat saluran televisi
23
SCTV) dan film cerita pendek. Kelompok nonfiksi menggarap
aneka program pendidikan, film dokumenter atau profil tokoh dari
daerah tertentu. Sedangkan program non cerita sendiri menggarap
variety show, TV quis, talkshow, dan liputan berita (news).
7
Video Klip (Music Video)
Video klip adalah sarana bagi produser music untuk
memasarkan produknya lewat medium televisi. Dipopulerkan
pertama kali lewat saluran televisi MTV tahun 1981. Di
Indonesia, video klip ini sendiri kemudian berkembang sebagai
bisnis yang mengiurkan seiring dengan pertumbuhan televisi
swasta. Akhirnya video klip tumbuh sebagai aliran dan industri
tersendiri. Beberapa rumah produksi mantap memilih video klip
menjadi bisnis utama (core busines) mereka. Di Indonesia tak
kurang dari 60 video klip diproduksi tiap tahun.
2.1.5
Produksi Film
Mengacu pada profesi yang pada keseluruhan proses produksi,
berikut beberapa penjelasan tentang proses produksi dalam manajemen
produksi film.
1. Pra produksi dan Development
Pra produksi adalah sebuah tahap persiapan sebelum kegiatan
syuting dimulai. Proses ini sangat menentukan kelancaran kegiatan
24
syuting nantinya. Oleh karena itu proses ini harus dijalankan dengan
sebaik-baiknya. Ada beberapa pekerjaan pada pra produksi ini,
diantaranya yaitu:
a. Pemilihan Style
Pemilihan style film yang akan dibuat harus sesuai dengan
kemampuan skill yang kita miliki. Juga harus disesuaikan dengan budget
yang tersedia. Apabila tidak, maka hasil dari film yang kita buat tidak
akan maksimal, bahkan mungkin gagal total. Adapun beberapa style yang
sering kita lihat yaitu :
1) Full animasi ( mengandalkan skill dibidang animasi )
2) Full Cinematografi ( mengandalkan skill dibidang sinematografi )
3) Gabungan antara keduanya.
b. Pemilihan Tema dan Ide Cerita
Tema merupakan garis besar visual yang akan kita buat. Pemilihan tema
dilakukan secara brain storming. Misalnya temanya adalah alam, ghotic,
humor, dan lain-lain. Setelah mendapatkan tema, kemudian kita buat
detail dalam bentuk synopsis. Banyak melihat pada referensi adalah hal
yang sangat baik. Bagi sebagian kita, referensi kadang membuat kita
ingin membuat sesuatu diluar jangkauan ketrampilan kita. Hal ini kadang
membuat kualitasnya tanggung atau jelek sama sekali. Pemilihan ide dan
25
referensi ini sesuai dengan keterampilan kita agar tantangannya tetap ada.
Jangan terlalu terjebak dengan aturan-aturan dalam pembuatan cerita
film. Menurut pengalaman, hal ini dapat membuat sebuah film cerita
tidak sama dengan aturan sebuah video lainnya.
Dalam pencarian sebuah ide untuk synopsis, harus memperhitungkan hal
penting ini :
1. Penyesuaian budget
2. Feel
3. Skill
4. Lihat referensi
5. dan peralatan yang ada
Setelah synopsis jadi, selanjutnya dibuatlah script, story board,
director script. Menurut pengalaman story board, meskipun cukup sulit
dibuat namun cukup berguna, hanya saja jangan sampai terjebak dalam
proses ini, karena kadang pembuatannya terlalu memakan waktu dan
kurang akurat dengan kondisi saat syuting.
Director script cukup penting dibuat untuk kemudahan bagi sutradara
pada pelaksanaan syuting. Director script juga sangat membantu dalam
efesiensi waktu dan juga akurasi dalam memvisualisasikan script.
Adapun format lain dalam penyususnan desain pra produksi ini yaitu :
a. Ide dan tema cerita
26
b. Sinopsis
c. Outline
d. Skenario
e. Analisa scenario :
1. Analisa pesan
2. Analisa karakter
3. Analisa setting
4. Analisa property
5. Analisa wardrobe
f. Breakdown & Sub breakdown
g. Hunting Plan
h. Hunting
i. Hunting report ( pemain, property, wardrobe, lokasi, transportasi,
logistic, akomodasi )
j. Direcror shot
k. Floor plan
l. Storyboard
m. Desain proses & jadwal
n. Desain budget
o. Konsep penyutradaraan, art, kamera, sound, editing
p. Estimasi budget art dan kamera termasuk kedalam desain budget
q. List property dan wardrobe yang termasuk kedalam hunting report
r. Crew list
27
c. Persiapan Produksi
Setelah proses diatas berjalan dan selesai, proses selanjutnya adalah
sebagai berikut :
-Pembentukan tim kerja
-Pemilihan talent dan ekstras (dengan audisi)
-Penyediaan art properties, costum dll
-Pencarian lokasi dan perijinan
-Penyediaan peralatan syuting
Proses-proses tersebut diatas sangat penting demi kelancaran
syuting. Apabila salah satu proses terabaikan, maka kegiatan syuting
akan terganggu. Meskipun kita bekerja dengan budget yang rendah
namun proses diatas harus tetap dijalankan. Penghematan biaya biasa
dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan meminimalkan
jumlah kru ( tetap ada batasan maksimal ). Atau dengan menggunakan
fasilitas gratis.
2. Produksi
Tahapan ini dimana hampir seluruh team work mulai bekerja. Seorang
sutradara, produser atau line produser sangat dituntut kehandalannya
28
untuk mengatasi kru dalam tiap tahap ini. Beberapa faktor penting yang
perlu diperhatikan adalah :
a. Manajemen Lapangan
Manajemen lapangan mencakup beberapa hal, yaitu:
• Manajemen lokasi ( perijinan, keamanan, keselamatan )
• Talent koordinasi ( koordinasi kostum, make up dll )
• Manajemen waktu ( koordinasi konsumsi, kecepatan kerja, penyediaan
alat )
• Crew koordinasi ( koordinasi para kru )
Attitude dalm bekerja merupakan hal yang sangat penting. Kesabaran,
pengertian dan kerjasama merupakan attitude yang diperlukan untuk
mencapai sukses. Berdoa sebelum bekerja dan briefing sebelum memulai
merupakan hal yang baik untuk menyatukan semangat, visi dan attitude
yang diinginkan. Jangan pernah kehilangan control emosi pada saat
syuting. Apalagi semua bekerja dengan keterbatasan waktu.
b. Kegiatan Shooting
Tahap ini adalah tahap dimana kepiawaian sutradara, DOP, dan kru
sangat menentukan. Kualitas gambar adalah selalu ingin kita capai. Oleh
29
karena itu penguasaan kamera dan ligthing sangatlah penting. Untuk
mencapai hasil maksimal dengan alat yang kita gunakan, ada beberapa
hal yang harus kita ketahui.
1. Shooting outdoor
Shooting outdoor biasa menekan budget, namun harus berhati-hati
melakukannya karena sangat bergantung dari keadaan cuaca saat syuting
dilakukan. Beberapa yang harus dipersiapkan saat syuting outdoor
adalah:
- cahaya matahari ( hard, soft )
- reflector ( silver, gold )
- hujan buatan
- camera setting ( irish, speed, white balance, focus)
- crowd control ( working with ekstras )
2. Shooting indoor
Shooting indoor lebih cepat terkontrol daripada shooting outdoor,
namun dibutuhkan peralatan yang cukup lengkap. Antara lain :
- penggunaan lighting sederhana
- penggunaan filter
- make up
30
- pemilihan back ground
- monitor
3. Visual efek
Beberapa trik mudah untuk dilakukan untuk membuat video kelihatan
lebih menarik antara lain dengan :
- reserve motion
- fast motion ( normal lipsync )
- slow motion (normal lipsync )
- crhoma key ( blue screen )
Beberapa hal lain pada saat produksi yang juga perlu untuk diperhatikan
yaitu :
• makan/ logistik
• sewa peralatan
• film
• transportasi
• akomodasi
• telekomunikasi
• dokumentasi
• medis
31
3. Pasca Produksi
Tahap ini adalah tahap penyelesaian akhir dari semua kegiatan
shooting yang sudah dilaksanakan sebelumnya. Kesalahan pada waktu
shooting sebagian mungkin diselesaikan pada tahap ini.
a) Editing
Kerjasama sutradara dan editor adalah diperlukan. Editing sebuah film
membutuhkan rasa, oleh karena itu diperlukan pemahaman emosi yang
akan diedit. Pemahaman tentang software yang digunakan juga sangat
membantu maksimalnya hasil editing. Beberapa yang dilakukan antara
lain :
o capturing ( optimalisasi )
o format file
o feel
o colouring
o fades and cuts
o kualitas gambar ( film look )
b) Pemilihan format akhir
Format akhir dari film harus sesuai dengan yang telah disepakati bersama
saat pra produksi.Beberapa yang menjadi acuan kerja, serta masuk dalam
anggaran kerja pasca produksi adalah :
32
1. Lab/ ruang editing
2. Editor
3. Mixer
4. Sound, director, enginer
5. Telecine
6. Konsumsi
7. Transportasi
8. Telekomunikasi
9. Mastering
10. poster
4. Bedah Film ( The Making Of )
Adalah pembahasan tentang pembuatan film selama pra hingga pasca.
2.1.6
Pelaku Sinematografi
Berikut beberapa penjelasan tentang profesi sinematografi yang ada pada
proses pembuatan film :
Produser
Adalah orang yang paling bertanggung jawab atas kelahiran
sebuah film. Seorang sosok produser adalah sosok sentral yang
menjalankan sebuah produksi film. Tidak dengan uang tapi dengan visi.
Sebab dengan modal visilah dia bisa memutuskan apakah cerita itu bisa
dikembangkan menjadi film layer lebar, kemampuan yang harus dimiliki
33
yaitu : mengelola keuangan, mencari dana, berbicara dengan calon
investor, menyatukan sejumlah orang untuk terjadinya sejumlah film.
Para produser adalah orang yang bekerja lebih awal hingga paling akhir
dari produksi film. Artinya seorang produser harus memiliki kemampuan
yang sangat kompleks dari semua bagian yang ada di bawahnya untuk
menjadikan dia mampu mengelola sebuah film.
Manajer Produksi
Kerja manajer produksi bak coordinator harian yang mengatur
kerja dan memaksimalkan potensi yang ada di seluruh departemen yang
ada. Dalam produksi sebuah film. Ialah yang bertanggung jawab dalam
operasi produksi mulai tahap pra produksi sampai produksi usai. Tiap
hari ia membuat ceklist mendaftar apa yang sudah dan yang belum
dikerjakan, sambil mengantisipasi masalah yang mungkin timbul dan
menyiapkan alternative pemecahannya.
Sutradara
Profesi inipun kerap kali menjadi cita-cita banyak orang.
Ketajaman visi sangat diperlukan supaya dapat menghidupkan cerita
untuk bisa dinikmati di layar lebar. Dia yang harus mengontrol aspek
dramatis dan artistik selama proses produksi berlangsung. Ia juga harus
mengarahkan seluruh kru dan artis untuk bisa mewujudkan film.
Sutradara adalah story teller lewat medium film jauh lebih penting dari
pada kepahaman tentang film sendiri. Kemampuan memimpin,
34
komunikasi, visi, sikap, dan pemahaman soal hidup sangat juga
diperlukan.
Asisiten sutradara I
Ditahap pra produksi, diperlukan seorang untuk membantu
sutradara untuk menterjemahkan hasil direktor treatment kedalam script
breakdown dan shooting schedule. Orang ini diberi predikat asissten
sutradara I, orang inilah yang mendiskusikan segala keperluan shooting
dan manajer produksi.
Penulis skenario
Penilis skenario harus bisa mengatakan sesuatu dengan jelas.
Memahami maksud dari cerita. Memahami maksud cerita (berperan sama
seperti arsirek untuk membangun cerita ), menulis skenario adalah
pekerjaan kolaboratif yang dilakukan si penulis dengan orang yang punya
visi yang sama, dalam hal ini sutradara dan produser.
Produser pelaksana
Menjadi produser pelaksana diperlukan kemampuan manajerial,
kemampuan mengelola anggaran. Kepemimpin, dan komunikasi.
Tugasnya adalah memotivasi dan visi buat terjadinya film, bekerja
35
selama
proses
produksi
berlangsung.
Tugas
utamanya
adalah
memaksimalkan hasil produksi dalam bentuk film.
Penata kamera/ fotografi ( DOP )
Menguasai cerita, paham alat, tahu bagaimana menceritakan
sesuatu, bisa menentukan penggambaran cerita itu. Menguasai teknik
pencahayaan. Menguasai kemampuan manajerial maupun membuat
jaringan komunikasi serta mempunyai hubungan yang baik dengan
sutradara.
Kameramen
Adalah seorang yang menoprasikan kamera. Seorang kamera
person
wajib
mengetahui
seluk
beluk
kamera
sehingga
dapat
menuangkan visual sesuai yang diinginkan sutradara.
Desain produksi
Diperlukan sebagai asissten sutradara menentukan suasana dan
warana yang tampil dalam film. Desain produksi menterjemahkan
keinginan kreatif sutradara dan merancangnya. Untuk itu diperlukan
pengetahuan yang luas, kreatif dan teknis agar seseorang desian produksi
mampu menuangkan keinginan sutradara menjadi rancangan yang mudah
dimengerti tiap kepala departement.
36
Penata kostum dan penata rias
Bisa ditekuni oleh pria atau wanita. Berhubungan dengan kamera,
jadi
harus
Memahami
mendiskusikan
kesemuanya
karakter
tokoh.
dari
dengan
Bertugas
penata
membantu
gambar.
sutradara
menghidupkan karakter, bukan hanya mendadani pemain. Bekerja secara
tim, punya sistem kerja, kemempuankomunikasi, bekerja keras dan tidak
mudah panik.
Lighting
Sesorang yang bertugas menjadi lighting mempunyai peranan
yang cukup besar, karena kualitas gambar dari sebuah shot akan semakin
baik jika cahaya yang digunakan tertata dengan baik.
Penyunting gambar/ editor
Syarat menjadi editor adalah kesabaran. Mempunyai kemampuan
bercerita, musik, rapi dan rajin mencatat. Ini jauh lebih penting dari pada
kemampuan menggunakan komputer. Mampu berkomunikasi dengan
sutradara. Keputusan pada ruang editing didasarkan pada kebutuhan
cerita dan pertimbangan kebutuhan penonton.
Penata suara dan penata music
Di Indonesia unsur audio belum menjadi prioritas. Padahal film
bukan hanya membutuhkan gambar, itulah mengapa namanya film
37
se3bagai media audio visual. Profesi inin adalah pekerjaan seni namun
membutuhkan kemampuan engineering. Profesi ini sesuai dengan orang
yang gemar pada teknologi. Dalam mengerjakan film sesuai dengan
script. Dalam memasukkan atau menghilangkan noise bisa menggunakan
musik library, bisa juga dengan browsing, dengan syarat mencantumkan
pada credit title.
Talent
Mereka adalah figure yang ada kebutuhan dengan skenario dan
syuting. Kebituhan mereka pada penyelenggara festival adalha mereka
bisa melihat kualitas performa mereka saat di layar serta mampu untuk
membandingkan kualitas mereka dengan film lainnya. Selain itu juga
sebagai sarana belajar mereka untuk mengenal beragam karakter di film.
Serta berkesempatan untuk bertemu dengan para pekerja film lainnya
untuk mengembangkan jaringan.
Publisis
Publikasi membutuhkan strategi komunikasi, sementara promosi
lebih pada kegiatan pasang iklan di media sebanyak-banyaknya. Publikasi
memungkinkan calon penonton untuk terinformasi soal film yang akan
dia tonton. Dalam arti dia akan tahu lebih dari sekedar judul film itu apa.
Dengan stratergi publikasi yang baik bisa juga menjadi penyelamat film
yang mungkin jelek.
38
•
Dari yang dijelaskan diatas bahwa kru atau seluruh tim inti
mempunyai tugas masing-masing yang sangat berpengaruh dalam
produksi film ,maka dari semua itu diperlukan keefektivitasan
dalam bekerja.
2.2.
Efektivitas
2.2.1
Pengertian Efektivitas
Menurut Ravianto (1989:113), pengertian efektivitas adalah
seberapa
baik
pekerjaan
yang
dilakukan,
sejauh
mana
orang
menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Ini berarti bahwa
apabila suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan perencanaan, baik
dalam waktu, biaya maupun mutunya, maka dapat dikatakan efektif.
Ndraha (2005:163), efisiensi digunakan untuk mengukur proses,
efektivitas guna mengukur keberhasilan mencapai tujuan”. Khusus
mengenai efektivitas pemerintahan ,Ndraha(2005:163) mengemukakan:
Efektivitas (effectiveness) yang didefinisikan secara abstrak
sebagai tingkat pencapaian tujuan, diukur dengan rumus hasil dibagi
dengan (per) tujuan. Tujuan yang bermula pada visi yang bersifat abstrak
itu dapat dideduksi sampai menjadi kongkrit, yaitu sasaran (strategi).
Sasaran adalah tujuan yang terukur, Konsep hasil relatif, bergantung pada
pertanyaan, pada mata rantai mana dalam proses dan siklus pemerintahan,
hasil didefinisikan. Apakah pada titik output? Outcome? Feedback? Siapa
39
yang mendefinisikannya : Pemerintah, yang-diperintah atau bersamasama?
Apapun
penilaiannya,
efektivitas
birokrasi
yang
menyelenggarakan fungsi-fungsi pemerintah menjadi hal yang sangat
penting dalam proses penyelenggaaan pemerintahan daerah.
Barnard
(dalam
Prawirosoentono,
1997:
27)
berpendapat
“Accordingly, we shall say that an action is effective if it specific
objective aim. It is efficient if it satisfies the motives of the aim, whatever
it is effective or not.” Pendapat ini antara lain menunjukkan bahwa suatu
kegiatan dikatakan efektif apabila telah mencapai tujuan yang ditentukan.
Mengutip Ensiklopedia administrasi, (The Liang Gie,
1967) menyampaikan pemahaman entang efektifitas sebagai berikut :
Efektifitas adalah suatu keadaan yang mengandung pengertian
mengenai terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki, kalau
seseorang melakukan suatu perbuatan denngan maksud tertentu yang
memang dikehendaki. Maka orang itu dikatakan efektif kalau
menimbulkan atau mempunyai maksud sebagaimana yang dikehendaki.
Dari diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu hal dapat
dikatakan efektif apabila hal tersebut sesuai dengan dengan yang
40
dikehendaki. Artinya, pencapaian hal yang dimaksud merupakan
pencapaian tujuan dilakukannya tindak-tindakan untuk mencapai hal
tersebut. Efektivitas dapat diartikan sebagai suatu proses pencapaian
suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Suatu usaha atau kegiatan
dapat dikatakan efektif apabila usaha atau kegiatan tersebut telah
mencapai tujuannya. Apabila tujuan yang dimaksud adalah tujuan suatu
instansi maka proses pencapaian tujuan tersebut merupakan keberhasilan
dalam melaksanakan program atau kegiatan menurut wewenang, tugas
dan fungsi instansi tersebut.
Pengertian efektivitas secara umum menunjukan sampai seberapa
jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal
tersebut sesuai dengan pengertian efektifitas menurut Hidayat (1986)
yang menjelaskan bahwa :
“Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa
jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana
makin
besar
presentase
target
yang
dicapai,
makin
tinggi
efektifitasnya”.
Sedangkan pengertian efektivitas menurut Schemerhon John R. Jr.
(1986:35) adalah sebagai berikut :
“ Efektivitas adalah pencapaian target output yang diukur
dengan cara membandingkan output anggaran atau seharusnya
41
(OA) dengan output realisasi atau sesungguhnya (OS), jika (OA) >
(OS) disebut efektif ”.
Adapun pengertian efektivitas menurut Prasetyo Budi Saksono
(1984) adalah :
“ Efektivitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan output
yang dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input “.
Dari pengertian-pengertian efektivitas tersebut dapat disimpulkan
bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh
target (kuantitas,kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen,
yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Berdasarkan
hal tersebut maka untuk mencari tingkat efektivitas dapat digunakan
rumus sebagai berikut :
Efektivitas = Ouput Aktual/Output Target >=1
Ø Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan lebih besar atau
sama dengan 1 (satu), maka akan tercapai efektifitas.
Ø Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan kurang daripada
1 (satu), maka efektifitas tidak tercapai.
42
2.2.2
Efektivitas Kerja
Pengrtian efektivitas kerja adalah kemampuan untuk memilih
tujuannya tepat atau peralatan-peralatan untuk pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan.
Efektifitas adalah hasil membuat keputusan untuk menunjukkan
pengarahan tenaga kerja bawahan atau disebut juga manajemen
efektivitas kepemimpinan, yang membantu memenuhi misi suatu
perusahaan atau pencapaian tujuan.
Efektivitas adalah keadaan dan kemampuan berhasilnya suatu
kerja yang dilakukan oleh manusia untuk memberikan guna yang
diharapkan. Untuk melihat efektivitas kerja pada umumnya dipakai empat
macam pertimbangan, yaitu : Pertimbangan ekonomi, pertimbangan
fisiologi, pertimbangan psikologi dan pertimbangan sosial.
2.2.3
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Kerja
Faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja menurut Richard M
Steers ada empat faktor yaitu :
1. Karakteristik organisasi
Karakteristik organisasi terdiri dari struktur dan teknologi
organisasi. Struktur dan teknologi dengan berbagai cara. Struktur yang
dimaksud adalah hubungan yang relatif tetap sifatnya, seperti dijumpai
43
dalam organisasi, sehubungan dengan susunan sumber daya manusia.
Struktur meliputi bagaimana cara organisasi menyusun orang-orang atau
mengelompokkan
orang-orang
didalam
menyelesaikan
pekerjaan.
Sedangkan yang dimaksud teknologi adalah mekanisme suatu perusahaan
untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi. Dengan teknologi yang
tepat akan menunjang kelancaran organisasi didalam mencapai sasaran, di
samping itu juga dituntut adanya penempatan orang yang tepat pada
tempat yang tepat pula.
2. Karakteristik Lingkungan
Karakteristik organisasi berpengaruh terhadap efektivitas di
samping lingkungan luar dan dalam telah dinyatakan berpengaruh
terhadap efektivitas. Lingkungan luar yang dimaksud adalah luar
perusahaan misalnya hubungan dengan masyarakat sekitar, sedang
lingkungan dalam lingkup perusahaan misalnya karyawan atau pegawai
di perusahaan tersebut. Keberhasilan hubungan organisasi lingkungan
tampaknya amat tergantung pada tiga variabel yaitu :
1) Tingkat keterdugaan keadaan lingkungan
2) Ketepatan persepsi atas keadaan lingkungan
3) Tingkat rasionalitas organisasi.
Ketiga faktor ini mempengaruhi ketepatan tanggapan organisasi
terhadap perubahan lingkungan makin tepat tanggapannya, makin
berhasil adaptasi yang dilakukan oleh organisasi.
44
3. Karakteristik pekerja
Pada kenyataannya, para karyawan atau pekerja perusahaan
merupakan factor pengaruh yang paling penting atas efektivitas karena
perilaku merekalah yang dalam jangka panjang akan memperlancar atau
merintangi tercapainya tujuan organisasi. Pekerja merupakan sumberdaya
yang langsung berhubungan dengan pengelolaan semua sumber daya
yang ada di dalam organisasi, oleh sebab itu perilaku pekerja sangat
berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi.
4. Kebijaksanaan dan praktek manajemen
Dengan makin rumitnya proses teknologi serta makin rumit dan
kejamnya lingkungan, maka peranan manajemen dalam mengkoordinasi
orang
dan
proses
demi
keberhasilan
organisasi
semakin
sulit.
Kebijaksanaan dan praktek manajemen dapat mempengaruhi atau dapat
merintangi pencapaian tujuan, ini tergantung bagaimana kebijaksanaan
dan praktek manajemen dalam tanggung jawab terhadap para karyawan
dan organisasi. Dari penjelasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
efektivitas kerja, seperti yang dikemukakan oleh( Henry Fanyol dalam
Sutarto ) yang menamakan asasnya dengan “Prinsiples of Organisasi”
(asas-asas organisasi) sebagai berikut:
1. Devision of work (pembagian kerja)
2. Authority and responsibility (wewenang dan tanggung jawab)
3. Disiplin (disiplin)
4. Unity of commond (kesatuan perintah)
45
5. Unityof direction (kesatuan arah)
6. Subordination of individual interest general interest (kepentingan
individu dibawah kepentingan umum)
7. Remunaration (pay) of personnel (gaji pegawai/karyawan)
8. Centralization (sentralisasi)
9. Scalarchain (rangkaian skala)
10. Order (ketertiban)
11. Equity (keadilan)
12.
Stability
of
tenure
of
personnel
(kestabilan
masa
kerja
pegawai/karyawan)
13. Initiative (inisiatif)
14. Espritdecorp (kesatuan jiwa korp)
2.2.4
Tolok Ukur Efektivitas
Dalam penelitian ini untuk mengukur efektivitas kerja karyawan,
peneliti menggunakan kriteria ukuran yang dikemukakan oleh Richard M.
Steers yaitu dalam usaha membina pengertian efektivitas kerja yang
semua bersifat abstrak itu menjadi sedikit banyak lebih konkrit dan dapat
diukur, beberapa analis organisasi berusaha mengindentifikasikan segisegi yang lebih menonjol yang berhubungan dengan konsep ini, walaupun
ada sederetan panjang criteria evaluasi yang dipakai, namun kriteria yang
paling banyak dipakai meliputi berikut ini:
a. Kemampuan menyesuaikan diri (keluwesan)
b. Produktivitas (prestasi kerja)
46
c. Kepuasan kerja
d. Kemampuan berlaba
e. Pencapaian sumber daya
(Richard M Steers, terjemahan Magdalena 1985:134-135)
Dalam hubungannya dengan penelitian ini lebih menekankan pada
kreteria yang berhubungan langsung dengan para karyawan yang akan
melaksanakan tugas pekerjaan yaitu :
a. Kemampuan menyesuaikan diri (keluwesan)
Kemampuan kerja manusia terbatas baik fisik, waktu, tempat,
pendidikan serta faktor lain yang membatasi kegiatan
manusia.
Adanya keterbatasan ini yang menyebabkan manusia tidak dapat
mencapai pemenuhan semua kebutuhannya tanpa melalui yang lain.
Setiap orang yang masuk ke dalam organisasi dituntut untuk
menyesuaikan diri dengan orang-orang yang bekerja di dalamnya
maupun dengan tugas pekerjaan yang ada dalam organisasi tersebut.
Kemampuan menyesuaikan diri ini sangat penting karena hal tersebut
merupakan sarana tercapainya kerjasama antara karyawan yang dapat
mendukung tercapainya tujuan organisasi. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Richard M. Steers berikut ini : “Pada
kenyataannya mudah dijelaskan bahwa kunci keberhasilan organisasi
bagi pencapian tujuan” (Richard M. Steers, terjemahan Magdalena
1985: 134-135)
47
b. Prestasi Kerja
Menurut penjelasan Richard M. Steers prestasi kerja
yaitu
suatu penyelesaian tugas pekerjaan yang sudah dibebankan sesuai
dengan target yang telah ditentukan bahkan ada yang melebihi target
yang telah ditentukan sebelumnya. Lebih lanjut Richard M. Steers
mengemukakan hal sebagai berikut ini : “secara sederhana umumnya
orang percaya bahwa prestasi kerja individu merupakan fungsi
gabungan dari tiga faktor penting yaitu :
1. Kemampuan dan minat seorang pekerja.
2. Kejelasan dan penerimaan atas penjelasan.
3. Peranan seorang pekerja dan tingkat motivasi kerja
Untuk mencapai prestasi seperti yang diinginkan maka
diperlukan kerja keras sesuai dengan fungsi peranan di dalam
organisasi yang dimasukinya. Prestasi kerja dapat dirasakan bila
seseorang telah berhasil melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Prestasi kerja yang telah
dicapai akan mempengaruhi orang lain untuk dapat melakukan hal
yang sama dengan demikian maka hasil kerja di dalam organisasipun
mungkin lebih baik.
Dari uiaraian diatas maka dapat disampaikan bahwa prestasi
kerja juga merupakan faktor penting dalam rangka mencapai tujuan
organisasi, karena tanpa adanya prestasi kerja keberhasilan dalam
mencapai tujuan organisasi akan sulit. Hal ini sesuai yang
dikemukakan Richard M. Steers yaitu tanpa prestasi yang baik di
48
semua tingkat organisasi pencapaian tujuan dan keberhasilan
organisasi menjadi suatu yang sulit.
c.
Kepuasan Kerja.
Kepuasan kerja adalah faktor yang berhubungan langsung
dengan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai karyawan dalam
pencapaian tujuan organisasi. Dalam hal ini Richard M. Steers
mengemukakan hal sebagai berikut : Kepuasan kerja adalah tingkat
kesenangan yang dirasakan seseorang atas peranan atau pekerjaan
dalam organisasi. Tingkat rasa puas individu, bahwa mereka dapat
imbalan yang setimpal, dari bermacam-macam aspek situasi
pekerjaan dan organisasi tempat mereka berada.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti menarik kesimpulan tentang
pengertian kepuasan kerja adalah tingkat kesenangan dalam
melaksanakan pekerjaan yang dibebankan sebagai akibat dari imbalan
yang diterima untuk memenuhi kebutuhan, bila kebutuhan karyawan
terpenuhi maka mereka akan merasa puas dan senang.
d.
Kemampuan berlaba.
Kemampuan
organisasi,
pekerja
sebagai
memberikan
imbangan
sumbangan
motivasi
pekerja
pada
yang
suatu
sangat
menentukan kehendak pekerja untuk menyumbang. Sifat-sifat ini
dianggap relative mantap sepanjang waktu, walaupun mungkin akan
timbul beberapa perubahan akibat intervensi dari luar (misalnya
49
latihan). Dalam penelitian ini yang diperhatikan adalah implikasi
variasi sifat dalam pengaruhnya terhadap karya dan efektivitas.
Hasil riset menunjukkan bahwa keberhasilan manajemen erat
hubungannya dengan tingkat kemampuan intelektual seseorang.
Organisasi yang orientasinya terpusat pada laba akan mengarahkan
tenaga kerjanya untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai
pembagian
tugas
meningkatkan
agar
profit
tercapainya
organisasi
efisiensi
yang
akan
kerja
sehingga
berdampak
pada
tercapainya efektivitas.
e.
Pencapaian Sumber Daya.
Sehubungan
dengan
pencapaian
sumber
daya
telah
diidentifikasi tiga bidang yang saling berhubungan.
Pertama, mengintegrasikan dan mengkoordinasi berbagai sub
sistem organisasi (yaitu produktif, pendukung pemeliharaan,
penyesuai
dan
manajemen)
sehingga
setiap
sub
sistem
mempunyai sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan
tugas utamannya. Jika sub sistem ini dikoordinasikan dengan
tepat, energi yang tersedia untuk kegiatan-kegiatan yang
diarahkan ketujuan menjadi lebih efesien. Kedua, berhubungan
dengan
penetapan,
pedoman-pedoman
pengimplementasian
kebijakan.
Pedoman
dan
pemeliharaan
kebijakan
dapat
mendukung efektifitas organisasi dengan memastikan bahwa
organisasi menarik manfaat dari keputusan dan tindakan yang lalu
50
dan menekan pemborosan enerji atau fungsi ganda dalam beberap
bagian sampai seminimal mungkin.
Ketiga, setiap ancangan sistem pada penelaah organisasi
mengakui adanya serangkaian umpan balik dan lingkaran kendali
yang menjalankan fungsi gyroskopik demi menjamin agar
organisasi tetap pada terjadinya dalam usaha pencapaian tujuan.
Walaupun
system
pengendalian
dapat
bermacam-macam
bentuknya (keuangan, fisik atau barang, manusia). Namun dalam
penelitian ini tertutama diperhatikan aspek manusia dari sistem
pengendalian.
Tekni-teknik
seperti
akunting
manusia
menunjukkan potensi untuk lebih mengakui pentingnya tingkah
laku manusia sebagai factor penentu efektifitas. Dalam penelitian
ini yang digunakan sebagai indicator variabel Efektifitas Kerja
adalah :
1. Kemampuan menyesuaikan diri (keluwesan).
2. Prestasi Kerja
3. Kepuasan Kerja
2.3.
Sumber Daya Manusia
2.3.1
Pengertian Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia atau biasa disingkat menjadi SDM potensi
yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya
sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu
51
mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam
menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang
seimbang dan berkelanjutan. Dalam pengertian praktis sehari-hari, SDM
lebih dimengerti sebagai bagian integral dari sistem yang membentuk
suatu organisasi. Oleh karena itu, dalam bidang kajian psikologi, para
praktisi SDM harus mengambil penjurusan industri dan organisasi.
Sebagai ilmu, SDM dipelajari dalam manajemen sumber daya
manusia atau (MSDM). Dalam bidang ilmu ini, terjadi sintesa antara ilmu
manajemen dan psikologi. Mengingat struktur SDM dalam industriorganisasi dipelajari oleh ilmu manajemen, sementara manusia-nya
sebagai subyek pelaku adalah bidang kajian ilmu psikologi.
Dewasa ini, perkembangan terbaru memandang SDM bukan
sebagai sumber daya belaka, melainkan lebih berupa modal atau aset bagi
institusi atau organisasi. Karena itu kemudian muncullah istilah baru di
luar H.R. (Human Resources), yaitu H.C. atau Human Capital. Di sini
SDM dilihat bukan sekedar sebagai aset utama, tetapi aset yang bernilai
dan dapat dilipatgandakan, dikembangkan (bandingkan dengan portfolio
investasi) dan juga bukan sebaliknya sebagai liability (beban,cost). Di
sini perspektif SDM sebagai investasi bagi institusi atau organisasi lebih
mengemuka.
52
2.3.2
Tujuan dan Manfaat pengembangan Sumber Daya Manusia
Tujuan pengembangan sumber daya manusia menurut Martoyo
(1992) adalah dapat ditingkatkannya kemampuan, keterampilan dan sikap
karyawan/anggota organisasi sehingga lebih efektif dan efisien dalam
mencapai sasaran-sasaran program ataupun tujuan organisasi.
Menurut Manullang (1980), tujuan pengembangan pegawai
sebenarnya sama dengan tujuan latihan pegawai. Sesungguhnya tujuan
latihan atau tujuan pengembangan pegawai yang efektif, adalah untuk
memperoleh tiga hal yaitu :
1. menambah pengetahuan
2. menambah ketrampilan
3. merubah sikap
Sedangkan manfaat dan tujuan dari kegiatan pengembangan
sumber daya manusia menurut Schuler (1992), yaitu :
a) Mengurangi dan menghilangkan kinerja yang buruk
Dalam hal ini kegiatan pengembangan akan meningkatkan kinerja
pegawai saat ini, yang dirasakan kurang dapat bekerja secara efektif dan
ditujukan untuk dapat mencapai efektivitas kerja sebagaimana yang
diharapkan oleh organisasi.
b) Meningkatkan produktivitas
53
Dengan mengikuti kegiatan pengembangan berarti pegawai juga
memperoleh tambahan ketrampilan dan pengetahuan baru yang
bermanfaat bagi pelaksanaan pekerjaan mereka. Dengan semikian
diharapkan juga secara tidak langsung akan meningkatkan produktivitas
kerjanya.
c) Meningkatkan fleksibilitas dari angkatan kerja
Dengan semakin banyaknya ketrampilan yang dimiliki pegawai,
maka akan lebih fleksibel dan mudah untuk menyesuaikan diri dengan
kemungkinan adanya perubahan yang terjadi dilingkungan organisasi.
Misalnya bila organisasi memerlukan pegawai dengan kualifikasi
tertentu, maka organisasi tidak perlu lagi menambah pegawai yang baru,
oleh Karena pegawai yang dimiliki sudah cukup memenuhi syarat untuk
pekerjaan tersebut.
d) Meningkatkan komitmen karyawan
Dengan melalui kegiatan pengembangan, pegawai diharapkan
akan memiliki persepsi yang baik tentang organisasi yang secara tidak
langsung akan meningkatkan komitmen kerja pegawai serta dapat
memotivasi mereka untuk menampilkan kinerja yang baik.
e) Mengurangi turn over dan absensi
Bahwa dengan semakin besarnya komitmen pegawai terhadap
organisasi akan memberikan dampak terhadap adanya pengurangan
54
tingkat turn over absensi. Dengan demikian juga berarti meningkatkan
produktivitas organisasi.
Jika disimak dari pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan
bahwa tujuan pengembangan pegawai, pada umumnya adalah sebagai
berikut :
1. Agar pegawai dapat melakukan pekerjaan lebih efisien.
2. Agar pengawasan lebih sedikit terhadap pegawai.
3. Agar pegawai lebih cepat berkembang.
4. Menstabilisasi pegawai.
Manfaat dari pengembangan pegawai dapat dilihat dalam dua sisi
yaitu :
A. Dari sisi individu pegawai yang memberi manfaat sebagai berikut :
1) Menambah pengetahuan terutama penemuan terakhir dalam bidang
ilmu pengetahuan yang bersangkutan, misalnya prinsip-prinsip dan
filsafat manajemen yang terbaik dan terakhir.
2) Menambah dan memperbaiki keahlian dalam bidang tertentu sekaligus
memperbaiki cara-cara pelaksanaan yang lama.
3) Merubah sikap.
4) Memperbaiki atau menambah imbalan/balas jasa yang diperoleh dari
organisasi tempat bekerja.
55
B. Dari sisi organisasi, pengembangan pegawai dapat memberi manfaat
sebagai berikut :
1) Menaikkan produktivitas pegawai.
2) Menurunkan biaya.
3) Mengurangi turnover pegawai
4)
Kemungkinan memperoleh keuntungan yang lebih besar, karena
direalisirnya ketiga manfaat tersebut terlebih dahulu.
2.4.
Freelance
2.4.1
Pengertian Freelance
Freelance menurut wikipedia adalah seseorang yang bekerja
sendiri dan tidak berkomitmen kepada majikan jangka panjang tertentu.
Istilah "tenaga lepas" atau "pekerja lepas" adalah untuk
seseorang yang melakukan suatu pekerjaan. Pekerjaan yang mereka jalani
sendiri disebut "pekerjaan lepas". Dalam bentuk bahasa Inggrisnya,
"freelance", istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Sir Walter Scott
(1771-1832) dari Britania Raya dalam novelnya "Ivanhoe" untuk
menggambarkan seorang "tentara bayaran abad pertengahan" atau
metafora
untuk
sebuah
"tombak
yang
bebas"
("free-lance")
56
(menunjukkan bahwa tombak tidak disumpah untuk melayani majikan
apapun, bukan bahwa tombak tersedia gratis).
Jadi, secara singkat Freelance adalah sebuah profesi yang
membuat pelakunya tidak terikat dalam sebuah komitmen yang panjang
dengan pemberi kerja. Dengan kata lain, Freelance adalah bekerja sesuai
dengan proyek yang telah diberikan, dan kemudian mendapatkan
kompensasi setelah proyek selesai.
2.4.2
Keuntungan Bekerja Freelance
Fleksibel waktu
Umumnya, Anda bebas mengerjakan tugas Anda kapan saja asal
bisa diselesaikan sebelum batas waktu (deadline) yang telah ditentukan.
Jadi, Anda bisa libur semaunya dan bisa lebih dekat dengan keluarga.
Anda juga tidak perlu pergi ke kantor yang mungkin harus melewati
kemacetan yang membuat stres.
Tidak perlu mendapat tekanan dari atasan atau perusahaan
Anda bekerja untuk Anda sendiri, jadi tidak ada atasan yang akan
memarahi Anda atau menyuruh Anda melakukan sesuatu yang tidak
Anda suka. Tidak ada peraturan perusahaan yang akan menyulitkan
Anda. Jika Anda tidak menyukai pekerjaan tersebut, Anda cukup mencari
pekerjaan lain dengan mudah tanpa ada ikatan kontrak perusahaan.
57
Pendapatan yang Lebih Besar
Biasanya seorang pekerja lepasan mendapatkan pendapatan yang
lebih besar karena semua keuntungan dapat dinikmati sendiri atau bila
harus berbagi, porsinya lebih besar dibandingkan gaji yang biasa
diterima. Sebagai pekerja freelance, Anda bisa mengatur sendiri besarnya
pendapatan yang ingin Anda terima.
2.4.3
Kelemahan Bekerja Freelance
Tidak ada kepastian pendapatan tetap setiap bulan
Berbeda dengan pekerja kantoran yang menerima gaji setiap
bulan, freelancer harus berjuang mencari proyek agar mendapatkan
penghasilan tiap bulan.
Siap bekerja di hari libur
Anda mungkin harus menerima telapon atau terpaksa megerjakan
proyek Anda pada hari Minggu akibat deadline yang sudah dekat. Atau
pada saat orang lain sedang rekreasi, Anda terpaksa sibuk mengerjakan
proyek tersebut karena pesanan pemilik proyek. Bahkan karena tidak
dibatasi jam kerja, Anda harus mengerjakan pekerjaan tersebut hingga
larut malam. Bahkan tidak jarang pekerja freelance tidak tidur untuk
menyelesaikan proyek mereka.
58
Mengerjakan banyak hal sendiri
Selain mengerjakan proyek yang akan dibuat, bila Anda harus
mencari proyek sendiri, berarti Anda harus bertindak seperti seorang
tenaga penjualan (sales), belajar berbicara yang menarik seperti seorang
public relation, mengatur pemasukan dan pengeluaran uang selama
mengerjakan proyek seperti seorang akuntan, dan tentunya sebagai tenaga
ahli di bidang yang Anda kerjakan.
2.4.4
Perlindungan Hukum Untuk Pekerja Freelance
Dalam pasal 1 UU No. 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan
menyebutkan yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah tiap orang lakilaki atau wanita yang sedang dalam dan/atau akan melakukan pekerjaan,
baik di dalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa
atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Sedangkan perjanjian kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja
dan pengusaha secara lisan dan/atau tertulis, baik untuk waktu tertentu
maupun untuk waktu tidak tertentu yang memuat syarat-syarat kerja, hak,
dan kewajiban para pihak.
Perjanjian kerja ini dibuat atas dasar :
a. kemauan bebas kedua belah pihak;
59
b. kemampuan atau kecakapan kedua belah pihak;
c. adanya pekerjaan yang diperjanjikan;
d. pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban
umum, kesusilaan, dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Perjanjian kerja dibuat bisa untuk :
a. waktu tertentu, bagi hubungan kerja yang dibatasi oleh jangka waktu
berlakunya perjanjian atau selesainya pekerjaan tertentu; Perjanjian ini
dibuat secara tertulis dan tidak dapat mensyaratkan adanya masa
percobaan kerja. Dibuat atas kemauan kedua belah pihak.
b. waktu tidak tertentu, bagi hubungan kerja yang tidak dibatasi oleh
jangka waktu berlakunya perjanjian atau selesainya pekerjaan tertentu.
Dapat mensyaratkan masa percobaan kerja selama-lamanya 3 bulan.
Selama masa percobaan , pengusaha dilarang membayar upah pekerjanya
dibawah upah minimum yang ditetapkan oleh Menteri.
Perjanjian kerja yang sedang berlaku dapat diubah atau ditarik
kembali asal ada persetujuan dari kedua belah pihak. Perubahan
perjanjian kerja bukanlah membuat perjanjian kerja yang baru, melainkan
isi dari perjanjian kerja diadakan perubahan.
Jika suatu perjanjian mengandung unsur-unsur dari beberapa
perjanjian, perjanjian itu disebut perjanjian campuran. Jika ada perjanjian
60
campuran, dimana dalam perjanjian itu mengandung beberapa unsur
perjanjian yang salah satu unsurnya adalah perjanjian kerja, maka
menurut pasal 1601 c ayat (1) KUHPerdata ditentukan : "Jika suatu
perjanjian memiliki unsur perjanjian kerja dan unsur perjanjian macam
lain, maka yang berlaku adalah baik ketentuan mengenai perjanjian kerja,
maupun ketentuan mengenai perjanjian macam lainnya itu yang unsurnya
terkandung di dalamnya; jika ada pertentangan di antara ketentuanketentuan tersebut, maka yang berlaku ketentuan mengenai perjanjiankerja".
Dengan terjadinya perjanjian kerja akan menimbulkan hubungan
kerja antara pekerja dengan pengusaha yang berisi hak-hak dan
kewajiban-kewajiban bagi masing-masing pihak. Hak dari pihak yang
satu merupakan kewajiban bagi pihak lainnya, demikian juga sebaliknya
kewajiban pihak yang satu merupakan hak bagi pihak lainnya.
Namun walaupun demikian ada berbagai peraturan Undangundang yang mengatur mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan
tenaga kerja yang biasanya setiap perusahaan mempunyai peraturan
sendiri terhadap tenaga kerjanya mengenai syarat-syarat kerja yang
ditetapkan oleh pengusaha tersebut. Dalam pembuatan peraturan
perusahaan pekerja tidak ikut serta menentukan isinya, karena itu ada
yang menyatakan bahwa peraturan perusahaan adalah peraturan yang
berdiri sendiri yang terpisah dari perjanjian kerja.
61
Menurut Undang-undang, apabila suatu perusahaan menerapkan
peraturan perusahaan, tenaga kerja diperusahaan tersebut harus
menyetujui secara tertulis pada waktu membuat perjanjian kerja baik
secara lisan maupun secara tertulis. Oleh karena itu peraturan perusahaan
lainnya dipandang sebagai tambahan atau pelengkap.
Begitu pula dengan tenaga kerja freelance, sebelum menyatakan
setuju untuk bekerja di rumah produksi sebaiknya memperhatikan isi
perjanjian kerja yang ditawarkan di rumah produksi tersebut sehingga
tidak ada penyesalan dikemudian hari atau tidak dirugikan hak-haknya
oleh rumah produksi tersebut. Apabila ada ketidakjelasan akan isis
perjanjian yang di berikan oleh rumah produksi sebaiknya ditanyakan
kejelasannya.
Jika dalam hubungan kerja berlangsung ditetapkan suatu
peraturan perusahaan yang baru atau diadakan perubahan pada peraturan
perusahaan pada peraturan perusahaan yang sudah ada, maka dalam hal
ini pekerja mandapat perlindungan dari pasal 1601 k KUHPerdata yaitu:
pekerja harus diberi waktu yang cukup untuk mempertimbangkan
peraturan perusahaan yang baru atau perubahan dari peraturan
perusahaan yang sudah ada.
Dengan adanya UU No.14 Tahun 1969 tentang Ketentuanketentuan pokok tenaga kerja dalam pasal 10 disebutkan sebagai berikut:
"Pemerintah membina perlindungan kerja yang mencakup antara lain
62
norma kerja." Atas dasar tersebut Pemerintah Indonesia membuat
ketentuan tentang Peraturan Perusahaan yang sifatnya memaksa artinya
bahwa setiap perusahaan harus membuat peraturan perusahaan.
Dasar pertimbangan dikeluarkannya peraturan perusahaan atau
rumah produksi adalah untuk mengusahakan agar pekerja mengetahui
dengan pasti apa yang menjadi haknya, sehingga tercipta dan terpelihara
keserasiaan yang lebih menjamin keseimbangan antara kesejahteraan
tenaga kerja dan peningkatan produksi.
Peraturan perusahaan atau rumah produksi selain dimaksudkan
untuk memberikan kepastian bagi tenaga kerja atas hak-hak dan
kewajiban-kewajibannya, hal tersebut juga untuk mempermudah dan
mendorong pembuatan perjanjian kerja.
2.5.
Rumah Produksi
Rumah Produksi ( dalam bahasa inggris adalah production house) adalah
perusahaan yang bertanggung jawab atas terjadinya produksi dalam bentuk fisik
yang berhubungan dengan new media, perfoming arts, film, radio, atau TV
program. (Wikipedia)
2.6.
Teori Kewenangan
Teori komunikasi kewenangan dikemukakan oleh Chester Barnard.
Pikiran-pikiran
baru
mengenai
organisasi
muncul
sejak
Barnard
63
mempublikasikan The Functions of the Executive-nya. Ia menyatakan bahwa
organisasi adalah sistem orang, bukan struktur yang direkayasa secara mekanis.
Suatu struktur yang mekanis yang jelas dan baik tidaklah cukup. Kelompokkelompok alamiah dalam struktur birokratik dipengaruhi oleh apa yang terjadi,
komunikasi ke atas adalah penting, kewenangan berasal dari bawah alih-alih dari
atas, dan pemimpin berfungsi sebagai kekuatan yang padu.
Definisi Barnard mengenai organisasi formal menitikberatkan konsep
sistem dan konsep orang. Tekanannya pada aspek-aspek kooperatif organisasi
mencerminkan pentingnya unsur manusia. Barnard menyatakan bahwa eksistensi
suatu organisasi bergantung pada kemampuan manusia untuk berkomunikasi dan
kemauan untuk bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang sama pula. Maka
ia
menyimpulkan
bahwa
“Fungsi
pertama
seorang
eksekutif
adalah
mengembangkan dan memelihara suatu sistem komunikasi.”
Barnard juga menyatakan bahwa kewenangan merupakan suatu fungsi
kemauan untuk bekerja sama. Ia menyebutkan empat syarat yang harus dipenuhi
sebelum
seseorang
menerima
suatu
pesan
yang
bersifat
otoritatif:
1. Orang tersebut memahami pesan yang dimaksud
2. Orang tersebut percaya bahwa pesan tersebut tidak bertentangan dengan tujuan
organisasi
3. Orang tersebut percaya, pada saat ia memutuskan untuk bekerja sama, bahwa
pesan yang dimaksud sesuai dengan minatnya
4. Orang tersebut memiliki kemampuan fisik dan mental untuk melaksanakan
pesan.
64
Seperangkat premis ini menjadi terkenal sebagai Teori Penerimaan
Kewenangan, yakni kewenangan yang berasal dari tingkat atas organisasi
sebenarnya merupakan kewenangan nominal. Namun, Barnard menunjukan
bahwa banyak pesan yang tidak dapat dianalisis, dinilai dan diteima, atau ditolak
dengan sengaja. Tetapi kebanyakan arahan, perintah dan pesan persuasive
termasuk ke dalam zona acuh-tak-acuh (zone of indifference) seseorang.
Untuk
menggambarkan
gagasan
tentang
suatu
zone
of
indifference,
bayangkanlah suatu garis horizontal yang mempunyai skala 0% sebagai titik
pusatnya dan 100% di kedua ujungnya. Semakin lebar zona tersebut, semakin
jauh ia memanjang menuju ujung-ujungnya. Kemauan yang 100% untuk bekerja
sama memperlihatkan zona yang memanjang dengan kedua arahnya menuju
skala 100%. Suatu penolakan pesan yang mutlak (arahan, perintah, permohonan)
menunjukkan
suatu
zona
yang
nilai-nilainya
adalah
nol.
Banyak pesan dari suatu organisasi dirancang untuk memperlebar zona acuh-takacuh pegawainya. Lebar zona setiap bawahan berbeda antara yang satu dengan
yang lainnya. Seorang bawahan boleh jadi mau menerima suatu pesan dengan
kehangatan dan penerimanaan, bawahan lainnya tidak mau menerima tetapi juga
tidak berarti menolaknya, sedangkan seorang bawahan ketiga sama sekali
menolak pesan tersebut.
Barnard menyamakan kewenangan dengan komuniksi yang efektif.
Penolakan suatu komunikasi sama dengan penolakan kewenangan kominikator.
Dengan menerima suatu pesan atau perintah dari orang lain, seseorang
memberikan kewenangan kepada perumus pesan dan karenanya menerima
kedudukannya sebagai bawahan.
65
Terlepas dari kaitan erat antara kewenangan dan komunikasi, Barnard
menganggap teknik-teknik komunikasi (lisan dan tulisan) penting untuk
mencapai tujuan organisasi tetapi juga menganggap teknik-teknik tersebut
sebagai sumber masalah organisasi. Barnard menjadikan komunikasi sebagai
bagian penting dari teori organisasi dan manajemen. Ia percaya bahwa
komunikasi merupakan kekuatan organisasi.
2.7.
Teori Elton Mayo
Elton Mayo (1880-1949) terkenal dengan eksperimen tentang perilaku
manusia dalam situasi kerja. Eksperimen ini disimpulkan bahwa perhatian
khusus dapat menyebabkan seseorang meningkatkan usahanya. " Gejala ini
disebut Hawrthorne effect yaitu karyawan akan lebih giat bekerja jika mereka
yakin
bahwa
manajemen
memikirkan
kesejahteraan
mereka.
Hasil percobaan Mayo dengan Roethlisberger dan Dickson ialah rangsangan
uang tidak menyebabkan membaiknya produktivitas. Yang justru mempu
meningkatkan produktivitas itu adalah satu sikap yang dimiliki karyawan yang
merasa manajer dan atasanya memberikan perhatian yang cukup terhadap
kesejahteraan mereka.
Selain itu juga ditemukan pengaruh kehidupan lingkungan sosial dalam
kelompok yang lebih informal lebih besar pengaruh nya terhadap produktivitas.
Karena itu, Mayo yakin terhadap konsepsinya yang terkenal dengan yang
dimotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan sosial dalam hubungan-hubungan yang
lebih efektif daripada pengawasan dan pengendalian manajemen dalam arti
66
konsep
"social
man”(manusia
sosial/manusia
dapat
dimotivasi
dengan
pemenuhan kebutuhan sosial melalui hubungan kerja), dapat menggantikan
konsep “rational man”(manusia rasional/manusia hanya dapat di motivasi dengan
pemenuhan kebutuhan ekonomis). Konsep rational man yang di dorong sematamata oleh kebutuhan ekonomis pribadi yang terkenal dengan julukan rational
"economic man”. Istilah terkenal yang tadinya diutarakan oleh Robert Owen
yaitu “vital machines” menemukan bentuk dan peluang barunya dengan
munculnya konsep “social man” dari Mayo. Dalam pen-didikan dan latihan bagi
para manajer terasa semakin pentingnya “people management skills” dari pada
“engineering atau technical skills”. Konsep dinamika kelompok semakin penting
dalam praktek manajemen dari pada manajemen atas dasar kemampuan pekerja
secara perseorangan.
Kelemahan temuan Mayo ditunjukan oleh orang-orang yang beranggapan
kepuasan karyawan bersifat kompleks, karena selain ditentukan oleh lingkungan
sosial, juga oleh faktor-faktor lain seperti tingkat gaji, menarik tidaknya
pekerjaan, struktur dan kultur organi-sasi, hubungan karyawan manajemen dan
lain-lain. Menghadapi keterbatasan gerakan hubungan manusiawi ini, muncul
pemikir-pemikir lain yang juga tergolong aliran perilaku yang lebih maju.
Sekarang dapat kita ketahui bahwa Aliran hubungan manusiawi menyadarkan
pentingnya ke-butuhan sosial. Dengan demikian aliran ini menyeimbangkan
konsep lama yang menekankan ekonomi/rasionalitas manusia. Suasana kerja
menjadi lebih baik dibandingkan sebelumnya. Pelatihan-pelatihan yang
kemudian banyak yang memfokuskan pada upaya memperbaiki hubungan kerja
antar manajer dengan karyawan. Aliran ini mempelopori studi baru dalam bidang
67
dinamika kelompok, dimana perhatian ditunjukan tidak hanya pada individu,
tetapi juga pada proses dan dinamika kelompok
2.8.
Tradisi Sibernetika
Ada tiga teori yang mewakili tradisi sibernetika, yaitu teori Weick
tentang proses berorganisasi, teori Taylor tentang co-orientasi, dan teori tentang
jaringan.
2.8.1
Teori Weick Tentang Proses Berorganisasi
Teori Weick menggunakan komunikasi sebagai sebuah dasar bagi
pengorganisasian manusia dan memberikan sebuah pemikiran untuk
memahami bagaimana manusia berorganisasi. Menurut teori ini,
organisasi bukanlah susunan yang terbentuk oleh posisi dan peranan,
tetapi oleh aktivitas komunikasi. Organisasi itu sendiri merupakan suatu
proses komunikasi yang berkelanjutan. Ketika manusia melakukan
interaksi sehari-hari, kegiatan yang mereka lakukan menciptakan
organisasi. Semua perilaku dihubungkan karena perilaku seseorang
bergantung pada perilaku orang lain. Interaksi yang membentuk sebuah
organisasi terdiri atas sebuah tindakan, pernyataan, atau perilaku seorang
individu, yang penting adalah bagaimana orang lain merespons tindakan
tersebut. Weick yakin bahwa semua kegiatan berorganisasi adalah
interaksi ganda.
Kegiatan
berorganisasi
berfungsi
untuk
mengurangi
ketidakpastian informasi. Istilah kunci teoritis Weick adalah equivocality,
68
yang
berarti
ketidakpastian,
kesulitan,
ambiguitas,
dan
kurang
keterdugaan. Menurut Weick, semua informasi dari lingkungan sekitar
bersifat ambigu pada beberapa tingkatan. Proses menghilangkan
kesamaran adalah proses yang berkembang dengan tiga bagian, yaitu
pembuatan, pemilihan, dan penyimpanan.
Pembuatan (enactment) adalah definisi tentang situasi, atau
menyatakan adanya informasi yang samar-samar dari luar. Proses kedua
adalah pemilihan, dimana anggota organisasi menerima beberapa
informasi sebagai suatu relevan dan menolak informasi lain. Pemilihan
bertujuan untuk mempersempit bidang dan menghilangkan pilihan yang
tidak ingin dihadapi oleh pelaku pada saat itu. Proses ketiga adalah
penyimpanan, dimana hal-hal tertentu akan disimpan untuk penggunaan
di masa mendatang. Informasi yang disimpan digabungkan pada kesatuan
informasi yang sudah ada untuk menjaankan organisasi. Setelah terjadi
penyimpanan, anggota organisasi menghadapi sebuah titik pilihan (choice
point).
Saat manusia berkomunikasi untuk mengurani ketidakpastian,
mereka menjalani sebuah rangkaian siklus perilaku (behavior cycles) atau
kebiasaan
yang
memungkinkan
kelompok
menjelaskan
segala
sesuatunya. Dalam sebuah siklus perilaku, tindakan anggota diatur oleh
aturan tindakan (assembly rules) yang menuntun pilihan kebiasaan yang
digunakan untuk menyelesaikan proses yang sedang dijalankan
(pembuatan, pemilihan, atau penyimpanan). Aturan-aturan tersebut
69
merupakan kriteria dimana anggota organisasi memutuskan apa yang
harus dilakukan untuk mengurangi kesamaran.
Elemen-elemen dasar dari model Weick, yaitu lingkungan,
kesamaran, pembuatan, pemilihan, penyimpanan, titik pilihan, siklus
perilaku, dan aturan tindakan semuanya berkontribusi terhadap
pengurangan kesamaran. Elemen ini bekerja bersama dalam sebuah
sistem, masing-masing elemen ini saing berhubungan.
2.8.2
Teori Co-orientasi Taylor Tentang Organisasi
Teori co-orientasi taylor tentang organisasi, James Taylor
memulai pemikirannya dengan gagasan bahwa kegiatan berorganisasi
terjadi ketika dua orang berinteraksi fokus seputar masalah tertentu.
Taylor menyebut proses ini dengan co-orientasi, gagasan bahwa dua
orang yang berorientasi pada sebuah objek umum (topik, isu,
keprihatinan, situasi, gagasan, tujuan, orang lain, kelompok, dan
sebagainya). Ketika berorientasi bersama pada suatu masalah, para
pelaku komunikasi mencoba untuk membicarakan makna yang sesuai
terhadap objek tersebut. Kadang-kadang mereka berhasil melakukannya,
dan kadang-kadang tidak, dan membutuhkan interaksi yang besar untuk
mencapai beberapa pemaknaan tertentu. Meskipun demikian, manusia
saling terhubung dalam apa yang taylor sebut dengan tritunggal A-B-X.
A adalah orang ke-1, B adalah orang ke-2, dan X adalah objek yang
menjadi fokus interaksi mereka.
70
Dalam sebagian besar kasus, dua individu memiliki sudut
pandang yang berbeda. Taylor menggambarkan hal ini sebagai
membedakan pandangan dunia (worldviews). Dalam hal ini mengambil
manajer dan pegawai sebagai hipotesis yang berselisih paham tentang
suatu kebijakan yang diajukan, harus melakukan setidaknya tiga hal
dalam menciptakan pemaknaan yang berkaitan : (1) mereka harus
mendapatkan persetujuan tentang fakta-fakta yang mereka hadapi
bersama; (2)mereka harus menyetujui siapa yang akan melakukan sesuatu
pada fakta-fakta ini; (3) mereka harus menciptakan sebuah konteks atau
dasar untuk interaksi yang terus berjalan. Kegitaa hasil ini penting untuk
tritunggal a-b-x dalam sebuah organisasi. Sebagai contoh, pegai dan
manajer mungkin berbagi pendapat bahwa kebijakan diperlukan untuk
mengurangi kesalahan (fakta), yang berarti dibutuhkan perubahan dalam
praktik kerja (siapa yang akan melakukan apa), dan manajer memiliki
otoritas untuk membuat perubahan (dasar interaksi). Saat semua hasil ini
diraih (ada co-orientasi positif) dua individu tersebut menjadi semacam
tim. Organisasi juga dibentuk dasan sebuah proses “scaling up”, interaksi
di atas interaksi.
Menurut Taylor, organisasi adalah sebuah proses sirkuler dengan
interaksi dan penafsiran yang saling mempengaruhi, dengan kata lain,
interkasi menghasilkan pemaknaan bersama yang selanjutnya membentuk
interaksi kita. Hal ini akan lebih mudah dipahami jika kita dapat
membedakan dua istilah teoritis, percakapan (conversation) dan naskah
(text).
71
Percakapan adalah interaksi para pelaku percakapan terhadap satu
sama lain, mereka menggunakan kata-kata, sikap, dan gerak tubuh.
Naskah adalah apa yang dikatakan, isi dan gagasan yang ditanamkan
dalam bahasa yang digunakan. Walaupun kita memiliki kebebasan untuk
berkomunikasi dalam beragam cara, tapi kurang lebih kita terbatas dalam
mengatakan sesuatu karena adanya ketentuan bahasa dan bentuk
komunikasi yang telah terbentuk dalam organisasi. Naskahlah (lisan atau
tulisan) yang merepresentasikan secara simbolis bagaimana anggota
organisasi mendefinisikan organisasinya. Naskah-naskah ini sangat
penting sebagai pola karena mereka memberikan sebuah gambaran
batasan, kegiatan, dan peran anggota organisasi yang diterima secara
umum.
Susunan permukaan (surface structure) adalah cara-cara manusia
berkomunikasi, pola-pola interaksi, dan hubungan mereka yang
dihasilkan dari susunan dalam (deep structure). Susunan dalam adalah
sebuah jaringan aturan yang rumit tentang pola-pola interaksi yang
diizinkan oleh organisasi, kewajiban anggota, tugas, dan tanggung jawab
yang diharapkan.
Ini merupakan sebuah timbal balik maju dan mundur antara
susunan dalam dan susunan permukaan yang melibatkan hubungan antara
dua bentuk penerjemah, dari naskah ke percakapan dan dari percakan ke
naskah. Kadang, hubungan ini sangat stabil sehingga kehidupan
organisasi sangat mudah diduga. Kadang hubungan ini sangat tidak stabil
karena naskah dan percakapan organisasi mengalami perubahan.
72
2.8.3
Teori Jaringan
Teori jaringan, jaringan (networks) adalah susunan sosial yang
diciptakan oleh komunikasi antarindividu dan kelompok. Saat manusia
saling berkomunikasi, maka terciptalah mata rantai yang merupakan jalur
komunikasi dalam sebuah organisasi. Beberapa diantaranya ditentukan
oleh aturan-aturan organisasi (seperti susunan birokrasi yang dinyatakn
oleh weber) dan yang mendasari jaringan formal (formal networks), tapi
ini hanya mengungkapakan bagian susunan organisasi. Sebaliknya,
jaringan yang berkembang (emergent networks) adalah saluran-saluran
informal yang dibangun oleh regulasi formal organisasi, tetapi oleh
kontak regular sehari-hari antaranggotanya.
Gagasan struktural dasar dari teori jaringan adalah keterkaitan
(conectedness), yaitu adanya pola komunikasi yang cukup stabil
antarindividu. Setiap orang memiliki susunan hubungan yang khusus
dengan orang lain dalam organisasi. Hal ini disebut dengan jaringan
pribadi (personal networks), yaitu hubungan yang dimiliki dari
komunikasi yang dijalin dengan orang lain dalam organisasi, dan susunan
jaringan pribadi yang berbeda dengan orang lain. Manusia terhubung ke
dalam kelompok(jaringan kelompok / group networks), dan kelompok
terhubung ke dalam sebuah yang lebih besar (jaringan organisasi /
organizational networks).
Satuan dasar dari organisasi adalah mata rantai (link) antara dua
orang. Sebuah mata rantai dapat didefinisikan dengan maksud atau
tujuaannya, bagaimana tujuan tersebut dibagi, dan fungsi mata rantai
73
tersebut dalam organisasi. Mata rantai juga dapat mendefinisikan sebuah
peranan jaringan (network role) tertentu, yang berarti bahwa mereka
menghubungakan kelompok-kelompok dalam cara-cara tertentu. Ketika
anggota organisasi saling berkomunikasi, mereka memenuhi beragam
peranan dalam jaringan tersebut.
Sebagai contoh, sebuah jembatan (bridge) adalah anggota dari
sebuah kelompok yang juga merupakan anggota dari kelompok lain.
Sebuah hubungan (liaison) menghubungkan dua kelompok, tetapibukan
merupakan anggota kelompok tersebut. Sebuah pemisah (isolate) adalah
individu yang tidak terhubung dalam kelompok manapun. Tingkatan
(degree) ada beberapa jenis, yaitu tingkatan dalam (in-degree) yang
menunjukkan jumlah kontak antara seseorang dengan orang lain,
tingkatan luar (out-degree) adalah jumlah mata rantai yang digunakan
seseorang kepada orang lain, sentralitas (centrality) adalah tingkatan
dimana seseorang dan kelompok saling terhubung. Sebuah organisasi
yang sangat terpusat memiliki garis-garis dari kelompok-kelompok.
Sistem dessentralisasi memiliki lebih banyak keterkaitan antara seluruh
anggotanya tanpa ada kelompok yang mengendalikannya. Mata rantai
dapat bersifat langsung (direct) dengan menggunakan mata ranitai lurus
antara dua orang, atau tidak langsung (indirect) dimana dua orang saling
terhubung melalui pihak ketiga. Jumlah mata rantai antara seseorang
dengan orang lain disebut tingkat pemisahan (degrees of separation).
Mata rantai juga berbeda dalam frekuensi dan stabilitasnya, atau seberapa
74
sering mata rantai tersebut terjadi dan seberapa terduganya mata rantai
tersebut.
Cara-cara jaringan bekerja dalam organisasi yaitu :
·
Jaringan dapat mengatur arus informasi,
·
Menyatukan orang-orang dengan minat yang sama,
·
Membentuk penafsiran yang sama,
·
Meningkatkan pengaruh sosial,
·
Memungkinkan adanya pertukaran sumber daya.
Kesimpulan dari teori sibernetika yaitu interaksi menciptakan
pengaruh mutual dan jaringan yang dihasilkan membentuk keseluruhan
sistem itu sendiri. Hal ini dijelaskan dari Weick yang memberikan sebuah
pandangan mikro dimana interaksi (respons maju mundur) menciptakan
kejelasan dan mendefinisikan sistem bagi para anggotanya. Taylor
menunjukkan bagaimana co-orientasi dibentuk
untuk menciptakan
kesepakatan organisasi. Dan teori jaringan menjelaskan bahwa pada saat
yang sama, interaksi membentuk dirinya sendiri menjadi garis-garis
komunikasi dan pengaruh yang menyebar melalui organisasi.
75
2.9.
Kerangka Berfikir
Gambar 2.1
Kerangka Pikir
Komunikasi Massa
Produksi Film
Efektivitas Kerja
Kemampuan Menyesuaikan diri
Prestasi Kerja
Kepuasan Kerja
(Keluwesan)
Penggunaan Tenaga Freelance Dalam Industri Film Di Indonesia
(Studi Kasus Keberadaan Tenaga Freelance Di Rumah Produksi 700 Pictures
Dalam Film Catatan Harian Si Boy)
2.10.
Hubungan Efektivitas Dengan Penggunaan Tenaga Freelance Dalam
Produksi Film
Efektivitas yang berarti menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya
suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Yang dimaksud disini yakni apakah
dengan
menggunakan tenaga freelance lebih efektif baik waktu,tenaga,dan
76
budgeting serta yang lainnya dalam mencapai tujuan rumah produksi yakni
rampungnya produksi film dalam target baik Kemampuan menyesuaikan diri
(keluwesan), Produktivitas (prestasi kerja), Kepuasan kerja dibandingkan tanpa
menggunakan tenaga freelance dalam produksi film.
Download