MAKALAH GEOFISIKA CEBAKAN MINERAL I METODE GEOMAGNET OLEH : ODE RAFSAN RASBIN 093 2013 0095 C1 JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metode Geofisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi dengan menggunakan pengukuran fisis pada atau di atas permukaan. Dari sisi lain, geofisika mempelajari semua isi bumi baik yang terlihat maupun tidak terlihat langsung oleh pengukuran sifat fisis dengan penyesuaian pada umumnya pada permukaan (Dobrin dan Savit, 1988). Metode geofisika sebagai pendeteksi perbedaan tentang sifat fisis di dalam bumi. Kemagnetan, kepadatan, kekenyalan, dan tahanan jenis adalah sifat fisis yang paling umum digunakan untuk mengukur penelitian yang memungkinkan perbedaan di dalam bumi untuk ditafsirkan kaitannya dengan struktur mengenai lapisan tanah, berat jenis batuan dan rembesan isi air, dan mutu air (Todd, 1959). Secara umum, metode geofisika dibagi menjadi dua kategori, yaitu metode pasif dan aktif. Metode pasif dilakukan dengan mengukur medan alami yang dipancarkan oleh bumi. Metode aktif dilakukan dengan membuat medan gangguan kemudian mengukur respon yang dilakukan oleh bumi. Medan alami yang dimaksud disini misalnya radiasi gelombang gempa bumi, medan gravitasi bumi, medan magnet bumi, medan listrik dan elektromagnetik bumi serta radiasi radiokativitas bumi. Medan buatan dapat berupa ledakan dinamit, pemberian arus listrik ke dalam tanah, pengiriman sinyal radar dan lain sebagainya. Secara praktis, metode yang umum digunakan di dalam geofisika tampal seperti tabel dibawah ini : Tabel 1. Beberapa Macam Metode Geofisika Metode Seismik Gravitasi Magnetik Resistivitas Parameter Yang Diukur Waktu tiba gelombang seismik pantul atau bias, amplitudo dan frekuensi gelombang seismik Variasi harga percepatan gravitasi bumi pada posisi yang berbeda Variasi harga intensitas medan magnetik pada posisi yang berbeda Harga resistansi dari bumi Sifat Fisis Yang Diukur Densitas dan modulus elastisitas yang menentukan kecepatan rambat gelombang seismik Densitas Suseptibilitas atau remanen magnetik Konduktivitas listrik Elektromagneti k Potensial Diri Respon terhadap radiasi elektromagnetik Potensial listrik Konduktivitas atau Induktansi listrik Konduktivitas listrik Dari berbagai macam metode seperti yang disebut di atas, metode Geomagnetik merupakan salah satu metode yang masih banyak digunakan hingga saat ini. Oleh karena itu perlu adanya pembahasan khusus mengenai metode geomagnetik ini. 1.2 Rumusan Masalah a. Gambaran umum metode geomagnetik. b. Metode pengukuran geomagnetik. c. Metode Geomagnt untuk Eksplorasi 1.3 Tujuan Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan tentang metode geomagnetik dan untuk memenuhi tugas pada matakuliah Geofisika Cebakan Mineral I. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Gambaran Umum Metode Geomagnetik Dalam metode geomagnetik ini, bumi diyakini sebagai batang magnet raksasa dimana medan magnet utama bumi dihasilkan. Kerak bumi menghasilkan medan magnet jauh lebih kecil daripada medan utama magnet yang dihasilkan bumi secara keseluruhan. Teramatinya medan magnet pada bagian bumi tertentu, biasanya disebut anomali magnetik yang dipengaruhi suseptibilitas batuan tersebut dan remanen magnetiknya. Berdasarkan pada anomali magnetik batuan ini, pendugaan sebaran batuan yang dipetakan baik secara lateral maupun vertikal. Eksplorasi menggunakan metode magnetik, pada dasarnya terdiri atas tiga tahap: akuisisi data lapangan, processing, interpretasi. Setiap tahap terdiri dari beberapa perlakuan atau kegiatan. Pada tahap akuisisi, dilakukan penentuan titik pengamatan dan pengukuran dengan satu atau dua alat. Untuk koreksi data pengukuran dilakukan pada tahap processing. Koreksi pada metode magnetik terdiri atas koreksi harian (diurnal), koreksi topografi (terrain) dan koreksi lainnya. Sedangkan untuk interpretasi dari hasil pengolahan data dengan menggunakan software diperoleh peta anomali magnetik. Metode ini didasarkan pada perbedaan tingkat magnetisasi suatu batuan yang diinduksi oleh medan magnet bumi. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya perbedaan sifat kemagnetan suatu material. Kemampuan untuk termagnetisasi tergantung dari suseptibilitas magnetik masing-masing batuan. Harga suseptibilitas ini sangat penting di dalam pencarian benda anomali karena sifat yang khas untuk setiap jenis mineral atau mineral logam. Harganya akan semakin besar bila jumlah kandungan mineral magnetik pada batuan semakin banyak. Pengukuran magnetik dilakukan pada lintasan ukur yang tersedia dengan interval antar titik ukur 10 m dan jarak lintasan 40 m. Batuan dengan kandungan mineral-mineral tertentu dapat dikenali dengan baik dalam eksplorasi geomagnet yang dimunculkan sebagai anomali yang diperoleh merupakan hasil distorsi pada medan magnetik yang diakibatkan oleh material magnetik kerak bumi atau mungkin juga bagian atas mantel. Metode magnetik memiliki kesamaan latar belakang fisika denga metode gravitasi, kedua metode sama-sama berdasarkan kepada teori potensial, sehingga keduanya sering disebut sebagai metode potensial. Namun demikian, ditinjau ari segi besaran fisika yang terlibat, keduanya mempunyai perbedaan yang mendasar. Dalam magnetik harus mempertimbangkan variasi arah dan besaran vektor magnetisasi, sedangkan dalam gravitasi hanya ditinjau variasi besar vektor percepatan gravitasi. Data pengamatan magnetik lebih menunjukkan sifat residual kompleks. Dengan demikian, metode magnetik memiliki variasi terhadap waktu lebih besar. Pengukuran intensitas medan magnetik bisa dilakukan melalui darat, laut dan udara. Metode magnetik sering digunakan dalam eksplorasi pendahuluan minyak bumi, panas bumi, dan batuan mineral serta bisa diterapkan pada pencarian prospek benda-benda arkeologi. Medan Magnet Bumi Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga elemen medan magnet bumi (gambar 1.1), yang dapat diukur yaitu meliputi arah dan intensitas kemagnetannya. Parameter fisis tersebut meliputi : Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara magnetik dengan komponen horizontal yang dihitung dari utara menuju timur Inklinasi(I), yaitu sudut antara medan magnetik total dengan bidang horizontal yang dihitung dari bidang horizontal menuju bidang vertikal ke bawah. Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari medan magnetik total pada bidang horizontal. Medan magnetik total (F), yaitu besar dari vektor medan magnetik total. Gambar 1.1. Tiga Elemen medan magnet bumi Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu. Untuk menyeragamkan nilai-nilai medan utama magnet bumi, dibuat standar nilai yang disebut International Geomagnetics Reference Field (IGRF) yang diperbaharui setiap 5 tahun sekali. Nilainilai IGRF tersebut diperoleh dari hasil pengukuran rata-rata pada daerah luasan sekitar 1 juta km2 yang dilakukan dalam waktu satu tahun. Medan magnet bumi terdiri dari 3 bagian : 1. Medan magnet utama (main field) Medan magnet utama dapat didefinisikan sebagai medan rata-rata hasil pengukuran dalam jangka waktu yang cukup lama mencakup daerah dengan luas lebih dari 106 km2.. 2. Medan magnet luar (external field) Pengaruh medan magnet luar berasal dari pengaruh luar bumi yang merupakan hasil ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari matahari. Karena sumber medan luar ini berhubungan dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan terionisasi di atmosfer, maka perubahan medan ini terhadap waktu jauh lebih cepat. 3. Medan magnet anomali Medan magnet anomali sering juga disebut medan magnet lokal (crustal field). Medan magnet ini dihasilkan oleh bermagnet seperti magnetite ( Fe 7 S 8 batuan yang mengandung mineral ), titanomagnetite ( Fe 2Ti O4 ) dan lain-lain yang berada di kerak bumi. Dalam survei dengan metode magnetik yang menjadi target dari pengukuran adalah variasi medan magnetik yang terukur di permukaan (anomali magnetik). Secara garis besar anomali medan magnetik disebabkan oleh medan magnetik remanen dan medan magnetik induksi. Medan magnet remanen mempunyai peranan yang besar terhadap magnetisasi batuan yaitu pada besar dan arah medan magnetiknya serta berkaitan dengan peristiwa kemagnetan sebelumnya sehingga sangat rumit untuk diamati. Anomali yang diperoleh dari survei merupakan hasil gabungan medan magnetik remanen dan induksi, bila arah medan magnet remanen sama dengan arah medan magnet induksi maka anomalinya bertambah besar. Demikian pula sebaliknya. Dalam survei magnetik, efek medan remanen akan diabaikan apabila anomali medan magnetik kurang dari 25 % medan magnet utama bumi (Telford, 1976), sehingga dalam pengukuran medan magnet berlaku: HT H M H L H A dengan : HT : medan magnet total bumi HM HL HA : medan magnet utama bumi : medan magnet luar : medan magnet anomali 2.2 Metode Pengukuran Data Geomagnetik Dalam melakukan pengukuran geomagnetik, peralatan paling utama yang digunakan adalah magnetometer. Peralatan ini digunakan untuk mengukur kuat medan magnetik di lokasi survei. Salah satu jenisnya adalah Proton Precission Magnetometer (PPM) yang digunakan untuk mengukur nilai kuat medan magnetik total. Peralatan lain yang bersifat pendukung di dalam survei magnetik adalah Global Positioning System (GPS). Peralatan ini digunaka untuk mengukur posisi titik pengukuran yang meliputi bujur, lintang, ketinggian, dan waktu. GPS ini dalam penentuan posisi suatu titik lokasi menggunakan bantuan satelit. Penggunaan sinyal satelit karena sinyal satelit menjangkau daerah yang sangat luas dan tidak terganggu oleh gunung, bukit, lembah dan jurang. Beberapa peralatan penunjang lain yang sering digunakan di dalam survei magnetik, antara lain (Sehan, 2001) : a. Kompas geologi, untuk mengetahui arah utara dan selatan dari medan magnet bumi. b. Peta topografi, untuk menentukan rute perjalanan dan letak titik pengukuran pada saat survei magnetik di lokasi c. Sarana transportasi d. Buku kerja, untuk mencatat data-data selama pengambilan data e. PC atau laptop dengan software seperti Surfer, Matlab, Mag2DC, dan lain-lain. Pengukuran data medan magnetik di lapangan dilakukan menggunakan peralatan PPM, yang merupakan portable magnetometer. Data yang dicatat selama proses pengukuran adalah hari, tanggal, waktu, kuat medan magnetik, kondisi cuaca dan lingkungan. Tabel 2. Contoh form untuk mencatat data hasil pengukuran N o Stasiun Pengukuran Waktu Tgl. Jam Posisi Geografis Bujur Lintang Tinggi Kuat Medan Keadaan Lokasi 1 2 … Dalam melakukan akuisisi data magnetik yang pertama dilakukan adalah menentukan base station dan membuat station-station pengukuran (usahakan membentuk grid-grid). Ukuran gridnya disesuaikan dengan luasnya lokasi pengukuran, kemudian dilakukan pengukuran medan magnet di station - station pengukuran di setiap lintasan, pada saat yang bersamaan pula dilakukan pengukuran variasi harian di base station. Pengaksesan Data IGRF IGRF singkatan dati The International Geomagnetic Reference Field. Merupakan medan acuan geomagnetik intenasional. Pada dasarnya nilai IGRF merupakan nilai kuat medan magnetik utama bumi (H0). Nilai IGRF termasuk nilai yang ikut terukur pada saat kita melakukan pengukuran medan magnetik di permukaan bumi, yang merupakan komponen paling besar dalam survei geomagnetik, sehingga perlu dilakukan koreksi untuk menghilangkannya. Koreksi nilai IGRF terhadap data medan magnetik hasil pengukuran dilakukan karena nilai yang menjadi terget survei magnetik adalan anomali medan magnetik (ΔHr0). Nilai IGRF yang diperoleh dikoreksikan terhadap data kuat medan magnetik total dari hasil pengukuran di setiap stasiun atau titik lokasi pengukuran. Meskipun nilai IGRF tidak menjadi target survei, namun nilai ini bersama-sama dengan nilai sudut inklinasi dan sudut deklinasi sangat diperlukan pada saat memasukkan pemodelan dan interpretasi. 2.3 Metode Geomagnet Untuk Eksplorasi Bumi merupakan sebuah benda magnet raksasa. Letak kutub utara dan selatan magnet bumi tidak berimpit dengan kutub geografis. Pengaruh kutub utara dan selatan magnet bumi dipisahkan oleh khatulistiwa magnet. Intensitas magnet akan bernilai maksimum di kutub dan minimum (nol) di khatulistiwa. Karena letak yang berbeda terdapat perbedaan antara arah utara magnet dan geografi yang disebut deklinasi. Arah polarisasi benda magnet akan ditentukan oleh nilai inklinasi dimana benda tersebut diletakkan. Teori yang berkaitan dengan kemagnetan bumi dikenal sebagai Teori Dinamo. Pengukuran medan mag-net di permukaan bumi merupakan resultant dari berbagai variabel. Oleh karena itu variasi medan magnet bumi dapat dibedakan menjadi empat, yaitu: 1. Variasi yang relatif berjalan dengan lambat atau disebut sebagai variasi sekuler. Perubahan ini berkaitan dengan perubahan posisi kutub bumi secara perlahan. 2. Variasi medan magnet yang disebabkan oleh sifat kemagnetan yang tidak homogen dari kerak bumi. Perubahan ini relatif memiliki nilai yang kecil. Dalam eksplorasi justru hal semacam ini yang dicari. Penyebab dari variasi ini ialah sifat kemagnetan (suseptibilitas) antar batuan di dalam kerak bumi (termasuk didalamnya kemagnetan induksidan kemganetan remanen). Dalam batuan biasanya terkait dengan mineral yang bersifat magnetik. 3. Variasi dengan perubahan yang relatif cepat berkaitan dengan waktu (harian). Sebutan lain untuk variasi in ialah variasi harian. Penyebab dari variasi ini ialah aktifitas matahari yang mempengaruhi keadaan atmosfer. Variasi ini bersifat periodik. Selain matahari, bulan juga sangat mempengaruhi keadaan atmosfer. 4. Variasi dengan perubahan relatif cepat dalam waktu yang relatif singkat dan sangat tidak teratur. Sebutan untuk perubahan medan magnet semacam ini ialah badai magnetik. Variasi ini berkaitan dengan aktifitas matahari yang berhubungan dengan bintik matahari. Akibat tembakan partikel-partikel berenergi tinggi ke atmosfer bumi dari matahari menyebabkan fluktuasi sifat magnetic yang sangat tidak teratur. Berbagai batuan yang terdiri dari bermacam-macam mineral memiliki sifat magnetik yang masing-masing dapat dikelompokan kedalam : 1. Diamagnetik, yaitu mineral yang mempunyai kerentanan magnetik yang negatif artinya orbit eleketron pada benda ini selalu berlawanan dengan medan magnet dari luar. Contohnya ialah grafit, marmer, kuarsa dan garam. 2. Paramagnetik, yaitu mineral yang memiliki harga kerentanan magnet positif dan nilainya kecil, misalnya batuan beku asam. 3. Feromagnetik, yaitu mineral yang memiliki nilai kerentanan magnet besar, misalnya berbagai batuan beku basa atau ultra basa. Alat yang digunakan dalam eksplorasi ialah magnetometer, misalnya fluxgate dan proton magnetometer. Seperti halnya medan gaya berat secara umum disetiap titik permukaan bumi akan memiliki nilai intensitas magnet tertentu (IGRF). Metode magnetik dapat memberikan informasi tentang keadaan reservoir panasbumi. Namun berbagai informasi yang berkaitan tentang demagnetisasi dimana lapangan panasbumi biasanya terletak pada daerah vulkanik menunjukkan kegunaan metode ini dalam eksplorasi panasbumi. Gaya magnet yang ditimbulkan oleh dua buah kutub pada jarak r dengan muatan masing-masing disebut sebagai m1 dan m2, ditulis dengan persamaan: dimana : µ = permeabilitas magnetik (dalam udara/hampa harganya 4) F = gaya magnetik pada m2 (dalam Newton) r = vektor satuan dengan arah dari m1 menuju m2 (meter) Jika sekarang suatu benda diletakkan dalam suatu medan magnet dengan kuat medan H, akan terjadi polarisasi benda tersebut besarnya ditulis dengan persamaan: dimana : I = Intensitas medan magnet bumi (nT) k = Kerentanan magnet batuan H = Kuat medan magnet bumi Jika melakukan pengukuran dengan menggunakan magnetometer, yang terukur adalah medan magnet induksi termasuk pengaruh magnetisasinya sehingga diperoleh persamaan: dalam hal ini pengaruh medan magnetik remanan diabaikan. Terlihat diatas bahwa k merupakan parameter yang terpenting untuk memperoleh atau terjadi suatu anomali magnetik. Dalam lapangan panasbumi kerentanan magnet sangat tergantung kepada variasi batuan di lapangan yang telah terpengaruh oleh panas yang terjadi di lapangan tersebut. Dalam survei magnetik di lapangan magnetik minimal dua buah alat magnetometer. Alat pertama mengukur variasi harian yang bertujuan untuk mengukur pengaruh medan magnet dari luar bumi, sedang alat kedua digunakan untuk mengukur lintasanlintasan yang telah ditentukan. Selain itu medan magnet utama bumi dihitung berdasarkan persamaan IGRF (International Geomagnetic Reference Field). Dengan demikian anomali magnetik yang diamati menurut Santoso, D (2002), ditulis dengan persamaan berikut ialah : dimana : Tobs = medan magnet total terukur TIGRF = medan magnet teoritis berdasarkan IGRF TVH = koreksi medan magnet akibat variasi harian BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa : 1. Geomagnetik merupakan salah satu metode seurvei geofisika dengan cara mengukur variasi intensitas medan magnetik dari posisi yang berbeda. 2. Metode geomagnetik ini dapat digunakan untuk eksplorasi pendahuluan minyak bumi, panas bumi, dan batuan mineral serta bisa diterapkan pada pencarian prospek benda-benda arkeologi. 3. Eksplorasi dengan menggunakan geomagnetik pada umumnya dilakukan dengan tiga tahap, yaitu akuisisi data lapangan, processing, interpretasi. Pada tahap processing dilakukan koreksi pada metode magnetik yang terdiri atas koreksi harian (diurnal), koreksi IGRF, koreksi topografi (terrain) dan koreksi lainnya. 3.2 Saran Penulisan tugas Makalah ini masih sangat jauh dari kelengkapannya, harapan saya, meminta masukan dalam bentuk saran atau kritik, guna melengkapi tugas selanjutnya. Terutama dari sisi penulisan. DAFTAR PUSTAKA Sudaryo Broto, Thomas Triadi Putranto. 2011. Aplikasi Metode Geomagnet dalam Eksplorasi Panasbumi. Di akses dari www.scribd.com http://poetrafic.wordpress.com/2010/10/06/metode-geomagnet http://bu-gis.blogspot.com/2010/12/metoda-geomagnet.html http://geochimpunk.blogspot.com/2012/03/metoda-magnetik.html http://geomagneticmethod.blogspot.com