Dasar Teknologi Hasil Ternak KKD (Kelompok Kompetensi Dasar) 2 Dede Ardiansyah Putra H0508040 Soal 1. Apa prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode hambat langsung pada pengawetan demi keamanan pangan ? 2. Bagaimana cara memilih dan menggunakan aditif yang baik ? Jawab 1. Prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam metode hambat langsung yaitu dengan pemanfaatan sinar radiasi, pengunaan/penambahan zat aditif, serta dengan mengoptimalisasi makhluk hidup seperti jamur. Dalam tiap cara tersebut memiliki keuntungan dan kelemahan. Namun apabila digunakan sesuai dengan cara yang tepat maka tujuan utama yaitu untuk pengawetan pangan maka umur pangan akan bisa lebih lama dan aman untuk dikonsumsi. Secara umum dari beberapa metode yang ada yang harus diperhatikan adalah jenis bahan yang akan diawetkan, penggunaan dosis yang tepat, lama penggunaan, serta biaya yang dikeluarkan Dan secara tujuan dari beberapa metode tersebut yang dapat juga dikatakan sebagai prinsip utama yaitu dengan membunuh mikroorganisme berbahaya atau mengendalikan, atau menekan pertumbuhannya sampai batas maksimal sampai pangan aman untuk dikonsumsi. 2. Memilih dan menggunakan zat aditif yang baik yaitu lebih diutamakan untuk memilih bahan aditif yang berasal dari alam seperti tumbuhtumbuhan dan bakteri atau jamur yang menguntungkan. Dengan melihat kelebihan dari tumbuhan, bakteri, dan jamur yang akan digunakan seperti : Bawang putih dan bawang bombay, kandungan alisin berguna untuk antimikroba. Kunyit, kandungan kurkumin (golongan fenol) di dalamnya memiliki sifat bakterisidal Dasar Teknologi Hasil Ternak KKD (Kelompok Kompetensi Dasar) 2 Dede Ardiansyah Putra H0508040 Lengkuas, senyawa fenolik lengkuas bersifat menghambat dapat dimanfaatkan pertumbuhan bakteri dan jamur Jahe, senyawa antioksidan di dalamnya mengawetkan minyak dan lemak Bakteriosin, merupakan produk ekstraseluler (Jack et al., 1995) yang diproduksi oleh bakteri asam laktat, sebagai protein yang aktif secara biologi atau kompleks protein (agregat protein, protein lipokarbohidrat, glikoprotein) yang disintesa secara ribosomal dan menunjukkan aktivitas antibakteri (Vuyst and Vandamme, 1994; Ammor et al., 2006). Bakteriosin sebagai biopreservatif pangan harus memenuhi kriteria seperti pengawet atau bahan tambahan pangan lainnya antara lain aman bagi konsumen, memiliki aktivitas bakterisidal terhadap kelompok bakteri gram positif dalam sistem makanan, stabil, terdistribusi secara merata dalam sistem makanan, dan ekonomis. Sumber : Makalah PENGAWETAN DAGING SEGAR DAN OLAHAN. Oleh Sri Usmiati Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Kampus Penelitian Pertanian, Jl. Tentara Pelajar 12 Cimanggu, Bogor