PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung merupakan bahan

advertisement
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung merupakan bahan makanan pokok di Indonesia, yang memiliki
kedudukan penting setelah beras. Selain itu, jagung sangat penting karena
merupakan bahan pokok bagi industri pakan ternak. Kandungan jagung dalam
pakan ternak mencapai 50% yang harus diimpor karena produksi dalam negeri
tidak cukup sehingga menelan devisa yang tidak sedikit (Dinas Pertanian dan
Kehutanan Kabupaten Bantul, 2008).
Jagung menempati posisi penting dalam perekonomian nasional,
khususnya untuk mendukung perekonomian Sumatera Utara, karena merupakan
sumber karbohidrat sebagai bahan baku industri pangan, pakan ternak unggas dan
ikan. Disamping bijinya, biomassa hijauan jagung juga diperlukan dalam
pengembangan ternak sapi (Ditjen Tanaman Pangan, 2006).
Produksi jagung Sumatera Utara tahun 2007 sebesar 804.850 ton, naik
sebesar 122.808 ton dibandingkan produksi jagung tahun 2006 dan tahun 2008
mengalami kenaikan produksi 198.013 ton atau 18.01% dengan luas lahan 238
hektar atau rata-rata produksi 4.3 ton/ha/panen (Sidabalok, 2008 dan BPS, 2008).
Hasil kajian perkembangan jagung di Sumatera Utara produktivitas jagung
tertinggi yaitu 8.0 ton/ha/panen. Dengan demikian terdapat kesenjangan yang
cukup besar antara produksi riil dengan produksi potensial (Haloho, 2004).
Rendahnya produksi jagung di tingkat petani dapat mempengaruhi
produksi secara Nasional. Hal ini dimungkinkan ada kaitannya dengan
penggunaan varietas, pengolahan tanah dan kepadatan tanaman persatuan luas
yang tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman jagung, dan keragaman
Universitas sumatera utara
produktivitas tersebut diduga disebabkan adanya perbedaan penggunaan benih
bersertifikat, teknologi budidaya kurang memadai, pola tanam yang tidak sesuai,
ketidak tersediaan air dan kondisi sosial ekonomi petani (Supriono, 2006).
Pengerjaan
olah
tanah
merupakan
persiapan
tanam
dan
sering
dikelompokkan menjadi olah tanah pertama yang tujuannya untuk menata ulang
bongkahan tanah dan struktur tanah menjadi remah, sehingga memungkinkan
peresapan air lebih cepat, pertukaran udara yang cukup serta dapat mengendalikan
gulma, sedangkan olah tanah kedua untuk menciptakan kondisi tanah yang lebih
halus. Tetapi pengolahan tanah yang intensif dapat menyebabkan tanah menjadi
peka terhadap erosi permukaan dan air tanah cepat menguap, karena penurunan
bobot isi tanah dan akhirnya mengakibatkan tanaman mengalami kekeringan.
Selanjutnya dengan pengolahan tanah secara terus menerus dapat menyebabkan
kerusakan struktur tanah, sehingga perlu diupayakan agar tanah tidak terlalu
sering diolah atau cukup dengan pengolahan tanah minimum, sehingga gulma
akan cepat tumbuh dan subur, oleh karenanya penggunaan herbisida untuk
mengendalikan gulma sangat diharapkan (Simatupang, 2006).
Tanpa Olah Tanah (TOT) mulai banyak diterapkan petani di sentra
produksi palawija Jawa Tengah dan Jawa Timur setelah panen padi, petani
memanfaatkan lahan dengan menanam berbagai palawija. Tanpa olah tanah
diawali dengan aplikasi herbisida berbahan aktif glifosat untuk mematikan gulma.
Keunggulan olah tanah konservasi (olah tanah minimum dan tanpa olah tanah)
lebih mampu memperbaiki dan atau mempertahankan produktivitas lahan
dibandingkan dengan olah tanah konvensional, sehingga dengan penerapan sistim
Universitas sumatera utara
penyiapan lahan tanpa olah tanah dengan cara yang arif dan tepat akan
memberikan hasil yang optimal (Simatupang, 2006).
Peningkatan produksi jagung dapat juga dilakukan dengan cara pengaturan
tingkat kerapatan tanaman. Kerapatan tanaman akan mempengaruhi penampilan
dan produksi tanaman terutama dalam efisiensi penggunaan intensitas cahaya.
Umumnya produksi yang tinggi untuk tiap satuan luas dapat tercapai dengan
populasi tanaman yang tinggi, karena tercapainya penggunaan cahaya secara
maksimum di awal pertumbuhan, tetapi pada akhirnya akan menurun juga
pertumbuhan tanaman, karena terjadi persaingan dalam memperoleh cahaya dan
efeknya mengurangi ukuran pada seluruh bagian-bagian tanaman. Semakin rapat
jarak tanam maka semakin tinggi tanaman, karena jumlah cahaya akan berkurang
mengenai tubuh tanaman dan pada akhirnya mempengaruhi luas daun dan bobot
kering tanaman (Budi astuti, 2006)
Peningkatan produksi jagung tidak terbatas hanya pada pengolahan tanah
dan kerapatan tanaman saja, tetapi dapat juga dengan menggunakan varietas yang
sesuai, karena tanaman jagung ada yang tidak sesuai pada daerah tertentu yang
kondisi tanahnya kurang subur. Selain itu mengatakan penggunaan varietas
unggul baru merupakan alternatif bagi peningkatan produksi dan diprogramkan
perluasan areal mengarah pada lahan-lahan bermasalah dan diupayakan
penggunaan varietas yang toleran (Manshuri, 2007).
Dari uraian diatas, penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui
pengaruh pertumbuhan dan produksi jagung (Zea mays L.) pada beberapa
persiapan tanah dan jarak tanam.
Universitas sumatera utara
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui persiapan tanah yang sesuai dan jarak tanam yang tepat
untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung manis varietas bonanza.
Hipotesis Penelitian
1. Persiapan
tanah
berpengaruh
nyata
terhadap
keragaman
dan
kelimpahan gulma
2. Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap keragaman dan kelimpahan
gulma
3. Persiapan tanah berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan
produksi jagung
4. Keragaman dan kelimpahan gulma berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan dan produksi jagung.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan. Dan diharapkan dapat pula berguna sebagai
bahan informasi bagi kepentingan ilmu pengetahuan.
Universitas sumatera utara
Download