1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TABUNGAN DAN INVESTASI SWASTA DI INDONESIA SKRIPSI DIAJUKAN OLEH : NAMA : JHON POLMAN F.L PURBA NIM : 050501031 DEPARTEMEN : EKONOMI PEMBANGUNAN GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI MEDAN 2008 Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 2 ABSTRACT Intention of this research is to know how factors influencing saving of private sector and invesment of private sector at long-range time framework and short-range in Indonesia. Variable use is Earnings of National of Disposibel Riil(Gndi), Mount The Deposit Rate Riil(R), Mount The Inflasi(P), Earnings of National Riil(Y) and Governmental Invesment Ratio to PDB(GIY) and also economic variable dummy crisis of Indonesia. Data utilized is annual data timeseries that is period 1984-2003 with the method of approach of Kointegrasi and approach ECM ( Error Correction Model). Result of estimation indicate that at saving of private sector and invesment of private sector, R-Square of each is equal to 56% and 98%, its meaning that independent variable able to explain the variable dependen that is saving and invesment of private sector equal to 56% and 98% while the rest explained by other dissimilar variable which is not entered/included by into model. F-Statistik for the saving of private sector is bigger than F-Tabel ( 4,48 > 3,06), its meaning that Gndi, R, P and variable dummy by together influence the private sector saving, signifikan at α = 5%. While F-Statistik for the invesment of private sector is bigger than F-Tabel ( 132,23 > 4,69), its meaning that R, P, Giy, Y and variable dummy by together influence the private sector invesment, signifikan at α = 1% Keyword : Private saving and private investment Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 3 ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana faktorfaktor yang mempengaruhi tabungan swasta dan investasi swasta pada kerangka waktu jangka panjang dan jangka pendek di Indonesia. Variable yang digunakan adalah Pendapatan Nasional Disposibel Riil(gndi), Tingkat Suku Bunga Deposito Riil(r), Tingkat Inflasi(p), Pendapatan Nasional Riil(y) dan Rasio Investasi Pemerintah terhadap PDB(giy) serta variable dummy krisis ekonomi Indonesia. Data yang dipergunakan adalah data time-series tahunan yaitu periode 1984-2003 dengan metode pendekatan Kointegrasi dan pendekatan ECM (Error Correction Model). Hasil estimasi menunjukkan bahwa pada tabungan swasta dan investasi swasta R-square masing-masing adalah sebesar 56% dan 98%, artinya bahwa variabel independen mampu jelaskan variabel dependen yaitu tabungan dan investasi swasta sebesar 56% dan 98% sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. F-statistik untuk tabungan swasta adalah lebih besar dari F-tabel (4,48 > 3,06), artinya bahwa gndi, r, p dan variabel dummy secara bersama-sama mempengaruhi tabungan swasta, signifikan pada α=5%. Sedangkan F-statistik untuk investasi swasta adalah lebih besar dari Ftabel (132,23 > 4,69), artinya r, p, giy, y dan variabel dummy secara bersamasama mempengaruhi investasi swasta, signifikan pada α=1%. Kata kunci : tabungan swasta, investasi swasta Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 4 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat rahmat dan karuniaNya-lah penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan juga penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini merupakan kewajiban bagi para mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara guna memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana. Untuk memenuhi kewajiban tersebut maka penulis menyusun skripsi yang berjudul MEMPENGARUHI “ANALISIS TABUNGAN DAN FAKTOR-FAKTOR INVESTASI YANG SWASTA DI INDONESIA”. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca demi penulisan yang lebih sempurna di masa yang akan datang. Hal yang paling indah dalam kesempatan ini adalah bahwa penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik dalam dukungan doa, moril maupun materil, yaitu kepada : 1. Bapak Drs. John Tafbu Ritonga, MEc, selaku dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 5 2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, MEc, selaku ketua jurusan Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Drs. Aman Tarigan, SU, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan bimbingan dari awal pengerjaan sampai dengan selesainya skripsi ini. 4. Bapak Drs. Rahmat Sumanjaya. Msi dan Bapak Paidi Hidayat, selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan petunjuk yang berguna bagi penyelesaian skripsi ini. 5. Seluruh Staf Pengajar dan Staf Pegawai di Fakultas Ekonomi terutama Departemen Ekonomi Pembanguan yang telah mengajar dan membimbing penulis selama masa perkuliahan. 6. Buat orang tua tercinta Mama, N. Saragih dan juga adik-adik ku yang manis, (Icha, Ara, Maria), tetap semangat belajarnya, dan buat seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan kepada penulis dan tidak pernah lelah memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Buat sahabat-sahabat “G5” (Pandita Tedy, Bangkit, Bomen, Udin, Joni, Fery, Tomy, Doni, Komo) semangat bro. Semoga persahabatan kita tetap indah dan selalu penuh kasih. 8. Buat seseorang (Mec_Aya), makasih buat dukungan dan doa dari mu, yang selalu membuat aku tetap semangat selalu, makasih buat kopinya yach. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 6 9. Buat teman-teman seperjuangan EPO5 yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih buat kebersamaan kita selama ini. Tetap Semangat ya! EP SALUTE!!! Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat dan damai sejahteraNya bagi kita semua dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Medan, 10 Maret Penulis (Jhon polman F.L Purba) Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 7 DAFTAR ISI ABSTRACT ................................................................................................ i ABSTRAK................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ................................................................................. iii DAFTAR ISI ............................................................................................... vi DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi DAFTAR GRAFIK ..................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 1.2 Identifikasi Masalah..................................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 6 1.4 Kegunaan Penelitian .................................................................... 6 BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Defenisi Tabungan ...................................................................... 7 2.2 Teori dan Pemikiran Tentang Tabungan 2.2.1 Teori J.M Keynes ............................................................... 9 2.2.2 The Life-cycle - Permanent Income Theory of Consumption and Saving ............................................... 11 2.2.3 Teori Klasik ...................................................................... 13 2.2.4 Teori Neoklasik ................................................................. 14 2.3 Defenisi Investasi 2.3.1 Penanaman Modal Asing (PMA) ........................................ 18 2.3.2 Penanaman Modal Dalam Negeri(PMDN) ......................... 18 2.4 Teori dan Pemikiran Tentang Investasi Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 8 2.4.1 The Neoclassical Theory of Investment Behavior ............... 23 2.4.2 Tobin’s Theory of Investment ............................................ 25 2.4.3 Pandangan Moneteris dan Keynesian ................................. 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 31 3.2 Jenis dan Sumber Data ................................................................. 31 3.3 Pengolahan data ........................................................................... 32 3.4 Model Analisis Data .................................................................... 51 3.5 Pengujian Statistik ....................................................................... 54 3.5.1 Uji Akar Unit ..................................................................... 53 3.5.2 Uji Kointegrasi................................................................... 55 3.5.3 Uji Kesesuaian ................................................................... 56 3.5.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ...................................... 59 3.5.5 Defenisi Variabel Operasional............................................ 62 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Interpretasi Data .......................................................................... 47 4.2 Unit Root Test ............................................................................. 65 4.3 Estimasi dan Hasil Regresi Model Kointegrasi............................. 68 4.4 Hasil Regresi Error Correction Model .......................................... 85 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ................................................................................. 108 5.2 Saran ........................................................................................... 111 Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 9 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL 1. Table 3.1 Batas Kritis Pengujian Durbin Watson Statistik 2. Tabel 4.1 Perkembangan Tingkat Tabungan Swasta dan Pertunbuhannya di Indonesia Periode 1983-2003 3. Tabel 4.2 Perkembangan Tingkat Investasi Swasta dan Pertumbuhannya di Indonesia Periode 1983-2003 4. Tabel 4.3 Perkembangan Tingkat Pendapatan Nasional Disposibel dan Pertumbuhannya di Indonesia Periode 1983-2003 5. Tabel 4.4 Perkembangan Tingkat Suku Bunga Nominal dan Tingkat Suku Bunga Riil di Indonesia Periode 1983-2003 6. Tabel 4.5 Perkembangan Tingkat Inflasi IHK di Indonesia Periode 1983-2003 7. Tabel 4.6 Perkembangan Tingkat Pendapatan Nasional (PDB) di Indonesia Periode 1983-2003 8. Tabel 4.7 Perkembangan Investasi Pemerintah dan Rasio Investasi Pemerintah Terhadap PDB di Indonesia Periode 1983-2003 9. Tabel 4.8 Batas Kritis ADF t-Statistik 10. Tabel 4.9 Hasil Pengujian Unit Root Test Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 10 11. Tabel 4.10 Nilai Uji t-Statistik Model Kointegrasi Tabungan Swasta 12. Tabel 4.11 Hasil Uji t-Statistik Model Kointegrasi Tabungan Swasta 13. Tabel 4.12 Nilai t-Statistik Model Kointegrasi Investasi Swasta 14. Tabel 4.13 Hasil Uji t-Statistik Model Kointegrasi Investasi Swasta 15. Tabel 4.14 Nilai F-Statistik Model Kointegrasi Tabungan Swasta 16. Tabel 4.15 Nilai F-Statistik Model Kointegrasi Investasi Swasta 17. Tabel 4.16 Pengujian Durbin Watson Model Kointegrasi Tabungan Swasta 18. Tabel 4.17 Pengujian Durbin Watson Model Kointegrasi Investasi Swasta 19. Tabel 4.18 Run test Model Kointegrasi Investasi Swasta 20. Tabel 4.19 Nilai t-Statistik Model Dinamis Tabungan Swasta 21. Tabel 4.20 Hasil Uji t-Statistik Model Dinamis Tabungan Swasta 22. Tabel 4.21 Nilai t-Statistik Model Dinamis Investasi Swasta 23. Tabel 4.22 Hasil Uji t-Statistik Model Dinamis Investasi Swasta 24. Tabel 4.23 Nilai F-Statistik Model Dinamis Tabungan Swasta 25. Tabel 4.24 Nilai F-Statistik Model Dinamis Investasi Swasta 26. Tabel 4.25 Pengujian Durbin Watson Model Dinamis Tabungan Swasta 27. Tabel 4.26 Run Test Model Dinamis Tabungan Swasta 28. Tabel 4.27 Pengujian Durbin Watson Model Dinamis Investasi Swasta Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 11 DAFTAR GAMBAR 1. Gambar 2.1 Hubungan Antara Pendapatan Disposibel, Konsumsi dan Tabungan 2. Gambar 2.2 Lifetime Income, Consumption, Saving and Wealth in The Life-cycle Model 3. Gambar 2.3 Teori Klasik Mengenai Tingkat Bunga 4. Gambar 2.4 Teori Neoklasik Mengenai Tabungan 5. Dampak Penurunan The User Cost of Capital Gambar 2.5 terhadap Desired Capital Output Ratio 6. Gambar 2.6 Kasus Moneteris 7. Gambar 2.7 Kasus Keynesian 8. Gambar 3.1 Pengujian Durbin Watson Model Regresi 9. Pengujian Durbin Gambar 4.1 Watson Model Kointegrasi Tabungan Swasta 10. Gambar 4.2 Pengujian Durbin Watson Model Kointegrasi Investasi Swasta Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 12 11. Gambar 4.3 Pengujian Durbin Watson Model Dinamis Tabungan Swasta 12. Gambar 4.4 Pengujian Durbin Watson Model Dinamis Investasi Swasta Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 13 Daftar Grafik 1. Grafik 4.1 Perkembangan Tabungan Swasta di Indonesia Periode 1984-2003 2. Grafik 4.2 Perkembangan Investasi Swasta di Indonesia Periode 1984-2003 3. Grafik 4.3 Perkembangan Pendapatan Nasional Disposibel Riil di Indonesia Periode 1983-2003 4. Grafik 4.4 Perkembangan Nominal Deposit Rate dan Real Deposit Rate di Indonesia Periode 1983-2003 5. Grafik 4.5 Perkembangan Tingkat Inflasi di Indonesia Periode 1983-2003 6. Grafik 4.6 Perkembangan PDB Nominal dan PDB Riil (2000=100) di Indonesia Periode 1983-2003 7. Grafik 4.7 Perkembangan Rasio Investasi Pemerintah terhadap PDB di Indonesia Periode 1983-2003 Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian suatu negara, tabungan dan investasi merupakan indikator yang dapat menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang (developing countries) termasuk didalamnya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, memiliki dana yang cukup besar. Tetapi di sisi lain, usaha pengerahan sumber dana dalam negeri untuk membiayai pembangunan menghadapi kendala dalam pembentukan modal baik yang bersumber dari penerimaan pemerintah yaitu ekspor barang dan jasa ke luar negeri, ataupun penerimaan pemerintah melalui instrumen pajak Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 yang kemudian menjadi krisis multidimensi berdampak kondisi Indonesia secara umum tidak hanya terhadap sektor ekonomi saja. Nilai tukar rupiah yang terdepresiasi sangat tajam, inflasi yang tinggi, menurunnya kepercayaan investor untuk berinvestasi di Indonesia, merupakan beberapa akibat dari krisis ekonomi tersebut. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 15 Lambat laun, dengan beberapa kali perubahan struktur politik dan penerapan kebijakan-kebijakan oleh pemerintah, kondisi Indonesia menunjukan perubahan yang lebih baik dan kondisi perekonomian yang stabil. Di Indonesia, untuk membiayai pembangunan nasional yang mencakup investasi domestik, sumber dananya dapat bersumber dari tabungan nasional dan pinjaman luar negeri. Namun, karena terbatasnya jumlah dana serta pinjaman yang diperoleh dari luar negeri, maka diperlukan tabungan nasional yang lebih tinggi sebagai sumber dana yang utama. Perlunya tabungan nasional ini dibuktikan dengan adanya saving-investment gap yang semakin melebar dari tahun ke tahun yang menandakan bahwa pertumbuhan investasi domestik melebihi kemampuan dalam mengakumulasi tabungan nasional. Secara umum, usaha pengerahan modal dari masyarakat dapat berupa pengerahan modal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Pengklasifikasian ini didasarkan pada sumber modal yang dapat digunakan dalam pembangunan. Pengerahan modal yang bersumber dari dalam negeri berasal dari 3 sumber utama 1, yaitu : pertama, tabungan sukarela masyarakat. Kedua, tabungan pemerintah, dan ketiga tabungan paksa (forced saving or involuntary saving). Sedangkan modal yang berasal dari luar negeri yaitu melalui pinjaman resmi pemerinyah kepada lembaga-lembaga keuangan internasional seperti International Monetary Fund (IMF), Asian Development Bank (ADB), World 1 Sadono Sukirno. 2006. Ekonomi Pembangunan, Jakarta, hlm. 304. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 16 Bank, maupun pinjaman resmi bilateral dan multilateral, juga melalui foreign direct investment (FDI). Hollis Chenery dan beberapa penulis lainnya telah mengenalkan pendekatan ‘dua-jurang’ pada pembangunan ekonomi. Dasar pemikirannya, ‘jurang tabungan’ dan ‘jurang devisa’ merupakan dua kendala yang terpisah dan berdiri sendiri pada pencapaian target tingkat pertumbuhan di negara kurang maju. Chenery melihat bantuan luar negeri sebagai suatu cara untuk menutup kedua jurang tersebut dalam rangka mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan2. Sumitro (1994:44) menjelaskan bahwa kekurangan didalam perimbangan antara tabungan nasional dan investasi harus ditutup dengan pemasukan modal dari luar yang berasal dari tabungan oleh kalangan luar negeri. Pada negara berkembang dan miskin, kondisi yang paling menonjol adalah belum terciptanya kondisi yang mendorong pada iklim dimana kegairahan untuk menabung dan penanaman modal menunjukan tingkat yang menggembirakan. Sistem produksi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat masih menggunakan pola tradisional. Masih terbatasnya sektor modern dan belum berfungsinya secara efektif dan efisien institusi-institusi keuangan yang disebabkan oleh pola pikir masyarakat yang masih tradisional menyebabkan pengerahan dana dari masyarakat mengalami kesulitan. Dengan latar belakang ditetapkannya Paket Kebijakan Oktober 1988 atau yang lebih dikenal dengan “PAKTO 88”, yang pokok-pokok kebijakannya berisi 2 M.L. Jhingan. 2007. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, hlm. 484. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 17 antara lain untuk mengerahkan dana dari masyarakat dengan cara memudahkan pembukaan kantor cabang baru, pendirian bank swasta baru, keleluasaan penyelenggaraan tabungan, dan perluasan kantor cabang bank. Setelah adanya “PAKTO 88” ini, semakin mudahlah bank didirikan dan semakin bervariasi juga bentuk-bentuk tabungan yang ditawarkan oleh bank-bank yang sudah terbentuk baik swasta maupun pemerintah. Semenjak saat itu, tabungan nasional mulai meningkat drastis. Dalam tahun-tahun sebelumnya tampak adanya kecenderungan persaingan antar berbagai negara untuk memperbesar arus investasi baik asing maupun domestik. Persaingan terutama terjadi karena kebutuhan dana yang sangat besar dan mendesak untuk mendukung pertumbuhan ekonomi terutama di negaranegara berkembang. Indonesia terbuka secara resmi dan efektif terhadap penanaman modal sejak tahun 1967 ketika pemerintah orde baru memberlakukan undang-undang Penanaman Modal Asing yang diikuti dengan undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri tahun 1968. Selanjutnya, Indonesia mengalami periode pasang surut dalam penerimaan arus modal investasi, kebijakan devaluasi rupiah tahun 1983 mempengaruhi tingkat pertumbuhan investasi secara total maupun sektoral. Tahun 1991 ketika terjadi gebrakan Sumarlin II (tight money policy) yaitu kebijakan yang dimaksudkan untuk mengontrol tingkat inflasi, menjaga defisit neraca transaksi berjalan agar tidak melebihi batas yang masih bisa diterima, mengawasi utang luar negeri, serta menjaga performance Indonesia dimata investor. Gebrakan ini secara tidak langsung menurunkan investasi. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 18 Sukses tidaknya suatu negara dalam menarik arus dana investasi tidak terlepas dari berbagai faktor ekonomi dan non ekonomi. Pada dasarnya pemberian fasilitas yang sifatnya mendorong investor untuk berinvestasi seperti pembebasan pajak (tax holiday) dan kemudahan untuk mengakses bahan baku akan sangat efektif bila didukung oleh : • Negara tujuan investasi memiliki keunggulan komparatif ekonomi yang berkaitan dengan faktor-faktor produksi seperti sumber daya alam dan sumber daya manusia yang terampil dan murah. • Nilai tukar yang relatif stabil, terutama untuk investor yang berorientasi pasar luar negeri • Peraturan devisa di negara bersangkutan tidak menghalangi penanam modal untuk memindahkan kekayaan dan keuntungannya ke luar negeri. • Iklim politik dan keamanan negara cukup menjamin ketentraman hidup dan keamanan usaha serta kekayaan investor. • Iklim usaha yang menunjang dan mendorong penanaman modal. • Infrastruktur yang menunjang dan memadai. Investasi memegang peranan penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan sebagai salah satu komponen yang berhubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi. Dari paparan latar belakang diatas dan berdasarkan fenomena yang terjadi di Indonesia, maka penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul : “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 19 dan Investasi Swasta di Indonesia”. 1.2 Identifikasi Masalah Penelitian ini akan membatasi permasalahan sesuai dengan paparan diatas, yaitu: 1. Bagaimanakah pengaruh dari faktor-faktor yang mempengaruhi tabungan swasta pada kerangka waktu jangka pendek dan jangka panjang di Indonesia? 2. Bagaimanakah pengaruh dari faktor-faktor yang mempengaruhi investasi swasta pada kerangka waktu jangka pendek dan jangka panjang di Indonesia? 3. Bagaimana pengaruh dari krisis ekonomi tahun 1997 terhadap tingkat tabungan dan investasi swasta di Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari faktor-faktor yang mempengaruhi tabungan swasta pada kerangka waktu jangka pendek dan jangka panjang di Indonesia. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 20 2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari faktor-faktor yang mempengaruhi investasi swasta pada kerangka waktu jangka pendek dan jangka panjang di Indonesia. 3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari krisis ekonomi terhadap tabungan dan investasi swasta di Indonesia. 1.4 Kegunaan Penelitian Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dengan masalah tersebut di atas. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan literatur dan referensi untuk pengembangan selanjutnya dalam cabang ilmu ekonomi makro. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 21 BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Definisi Tabungan Tabungan sendiri dapat didefinisikan sebagai bagian dari pendapatan tahun ini yang tidak dibelanjakan atau digunakan untuk konsumsi (Nopirin, 1996: 51). Sedangkan tabungan nasional adalah pendapatan total dalam perekonomian yang tersisa setelah dipakai. Tabungan nasional dapat dijelaskan dalam persamaan berikut ini : S = Y – C – G ……………………………………………......…(2.1) S = (Y – T – C) + (T – G)……………………………….……...(2.2) Tabungan Nasional = Tabungan Swasta + Tabungan Publik.…...(2.3) Dimana : S = tabungan nasional Y = pendapatan nasional T = pandapatan pajak C = konsumsi G = pengeluaran pemerintah Dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa tabungan nasional terdiri dari : Tabungan swasta (private saving) Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 22 Adalah jumlah pendapatan yang tersisa setelah rumah tangga membayar pajak dan konsumsi mereka, dijelaskan dengan persamaan : Tabungan Swasta = Y – T – C………………...………..…..…(2.4) Tabungan swasta terdiri atas dua tabungan, yaitu tabungan perusahaan (corporate saving) dan tabungan rumah tangga (household saving). Di negaranegara berkembang, tabungan swasta domestik mempunyai peranan yang besar dalam mendukung pembentukan modal, dimana komponen utamanya berasal dari tabungan rumah tangga, selain dari tabungan perusahaan. Tabungan perusahaan pada umumnya mempunyai peranan lebih kecil di negara berkembang dibandingkan tabungan rumah tangga. Hal ini karena di negara berkembang tersebut mempunyai hambatan seperti pasar modal yang belum berkembang ditambah hukum yang lemah sehingga tidak kondusif untuk dunia usaha (Gillis, 1987: 265-266). Tabungan Publik (public saving) Adalah pendapatan pajak yang tersisa pada pemerintah setelah dikurangi pengeluaran pemerintah. Tabungan Publik = T – G……………………………….....…..(2.5) Jika T-G bernilai positif, maka pemerintah akan mengalami budget surplus, yang berarti tabungan publik bernilai positif, dan sektor ini akan ditambahkan pada sektor swasta untuk menambah sumber pembiayaan investasi. Namun jika T-G bernilai negatif berarti pemerintah mengalami budget deficit, Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 23 yang mencerminkan bahwa tabungan publik bernilai negatif, dan pemerintah harus meminjam dana dari pihak lain untuk menutupi pengeluarannya. Dengan adanya tabungan memungkinkan terjadinya penanaman modal, dimana penanaman modal akan memperbesar kapasitas produksi perekonomian. Proses pembentukan modal ini berjalan melalui tiga tingkatan (Jhingan, 2000: 47): 1. kenaikan volume tabungan nyata yang langsung tergantung kepada kemauan dan kemampuan untuk menabung. 2. keberadaan lembaga kredit dan keuangan untuk menggalakkan dan menyalurkan tabungan. 3. penggunaan tabungan untuk tujuan investasi dalam barang-barang modal oleh perusahaan. 2.2 Teori dan Pemikiran Tentang Tabungan 2.2.1 Teori J.M. Keynes Pendapat J.M. Keynes dalam teorinya mengenai kecenderungan untuk mengkonsumsi (propensity to consume) yang secara eksplisit menghubungkan antara tabungan dan pendapatan menyatakan bahwa pendapatan dikatakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi tabungan. Keynes menyatakan suatu fungsi konsumsi modern yang didasari oleh perilaku psikologis modern, yaitu apabila terjadi peningkatan pada pendapatan riil, peningkatan tersebut tidak digunakan Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 24 seluruhnya untuk meningkatlkan konsumsi, tetapi dari sisa pendapatan tersebut juga digunakan untuk menabung, hal ini dapat dijelaskan dalam persamaan berikut : S ≡ Y – C …………………………………………………….…….…...(2.6) C = Ĉ + cY ; Ĉ > 0 ;0 < c <1……………...………...…..……….…(2.7) Dimana : S = saving Ĉ = intercept; tingkat konsumsi ketika pendapatan nol Y = income c = marginal propensity to consume Jika kedua persamaan (2.6) dan (2.7) atau disebut juga budget constraint tersebut digabungkan, maka akan menjelaskan fungsi persamaan tabungan. Fungsi persamaan tabungan sendiri menjelaskan hubungan tingkat tabungan dan tingkat pendapatan. Dengan mensubstitusi persamaan konsumsi (2.6) dengan persamaan budget constraint (2.7), maka kita akan mendapatkan fungsi persamaan tabungan : S ≡ Y – C = Y - Ĉ – cY = - Ĉ + (1-c)Y ………….……………..(2.8) Dari persamaan (2.8) kita dapat melihat bahwa tabungan memiliki hubungan positif dengan pendapatan karena marginal propensity to save 3, s = 1 – c, adalah positif. Dengan kata lain, tabungan meningkat ketika pendapatan meningkat. Teori ini disebut hipotesis pendapatan absolut. Dalam hipotesis ini digunakan pendapatan saat ini (current income). 3 Perubahan pada tabungan individu untuk setiap perubahan pada pendapatan disposibel individu. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 25 Gambar 2.1 Hubungan Antara Pendapatan Disposibel, Kunsumsi, dan Tabungan. Konsumsi S1 C1 Fungsi konsumsi Ĉ 45° Pendapatan Tabungan Fungsi Tabungan 0 Yd0 Yd1 Pendapatan Autonomous Consumption Pada gambar ditunjukan bahwa tingkat tabungan adalah jarak antara garis 45° dengan garis fungsi konsumsi seperti ditunjukan oleh garis S1. Kemudian, pada gambar bagian bawah diperlihatkan fungsi tabungan pada tingkat pendapatan disposibel berbeda-beda. Pada tingkat Yd < Yd0 , masyarakat mengkonsumsi lebih banyak daripada pendapatan mereka. Sedangkan di sebelah kanan Yd0 , konsumsi akan lebih kecil daripada pendapatan sehingga kelebihan pendapatan tersebut akan ditabung. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 26 2.2.2 The Life-cycle - Permanent Income Theory of Consumption and Saving 2.2.2.1 Life-cycle Theory The life-cycle permanent income theory of consumption and saving (Modigliani,1986) menjelaskan tentang pilihan bagaimana memelihara standar hidup yang stabil dalam menghadapi perubahan pendapatan dalam waktu hidup seseorang. Jadi, teori ini menjelaskan hubungan antara pendapatan sepanjang waktu, konsumsi, dan tabungan. The life cycle hypothesis melibatkan individu, untuk merencanakan perilaku konsumsi dan perilaku tabungannya dalam jangka panjang dengan tujuan mengalokasikan konsumsinya dengan cara terbaik untuk seluruh masa hidupnya. Gambar 2.2 Lifetime Income, Consumption, Saving, and Wealth in the Life-Cycle Model Assets YL Saving C Dissaving Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 Time WL NL 27 Keterangan : WR = wealth YL = annual labor income WL = working life NL = number of years of life C = consumption Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa konsumsi konstan sepanjang waktu. Selama masa kerja (WL tahun), individu menabung dan mengumpulkan aset. Pada akhir masa kerjanya, individu mulai menarik kembali aset-aset tersebut, tidak menabung (dissaving / negative saving) pada masa sisa hidupnya (NL – WL) sehingga aset tersebut akan bernilai nol pada akhir hidupnya. 2.2.2.2 Permanent Income Theory Seperti life-cycle hyphothesis, teori yang diperkenalkan Friedman ini berpendapat bahwa konsumsi dan tabungan oleh Milton dihubungkan tidak hanya dengan pendapatan saat ini, tetapi terhadap estimasi pendapatan pada jangka panjang. Permanent income adalah tingkat kestabilan konsumsi yang dapat dipelihara oleh seseorang pada sisa hidupnya, dengan asumsi bahwa dia Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 28 mengetahui tingkat kesejahteraannya saat ini dan pendapatan yang didapatnya sekarang dan di masa akan dating. Secara sederhana, teori ini berpendapat bahwa konsumsi adalah proporsional terhadap permanent income, sehingga dapat dijelaskan dalam persamaan : C = c.YP …………………....……………………………..……(2.9) Dimana : C = konsumsi c = marginal propensity to consume YP = permanent (disposable) income 2.2.3 Teori Klasik Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 29 Ekonom klasik yang berpendapat bahwa perekonomian selalu berada pada tingkat full employment yang tercapai akibat bekerjanya mekanisme pasar yang disebut dengan “invisible hand”, menyatakan bahwa tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga 4. Makin tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Pada tingkat bunga yang lebih tinggi, masyarakat akan mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan. Gambar 2.3 Teori Klasik Mengenai Tingkat Bunga. Tingkat Bunga tabungan i1 i0 Investasi1 Investasi0 S0 S1 Jumlah uang yang ditabung dan diinvestasikan Keseimbangan tingkat bunga terjadi pada titik i0 dimana jumlah tabungan sama dengan investasi. Apabila tingkat bunga berada diatas i0, jumlah tabungan melebihi keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. Para penabung akan saling bersaing untuk meminjamkan dananya dan persaingan ini akan menekan tingkat bunga ke titik semula. Apabila tingkat bunga berada dibawah tingkat bunga keseimbangan, para pengusaha akan bersaing untuk memperoleh dana yang jumlahnya relatif lebih kecil. Persaingan ini juga akan membawa tingkat bunga ke titik keseimbangan. 4 Nopirin. 1992. Ekonomi Moneter. Yogyakarta. BPFE. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 30 2.2.4 Teori Neoklasik Alfred Marshall 5 dari kaum neoklasik menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor, baik ekonomi maupun non ekonomi yang mempengaruhi tabungan. Diantara faktor ekonomi tersebut, kunci utamanya adalah tingkat bunga. Marshall mengemukakan bahwa tingkat bunga adalah imbalan dari kesediaan seseorang untuk menunggu dan semakin besar tingkat bunga maka akan semakin besar pula tabungan. Selain Marshall, ekonom lain dari kaum neoklasik, yaitu Irving Fisher, menyatakan tingkat bunga sebagai faktor yang mempengaruhi tabungan. Menurut Fisher, tingkat bunga ditentukan oleh beberapa prinsip, yaitu prinsip ketidaksabaran (impatience) untuk menikmati pendapatan saat ini, prinsip kesempatan untuk melakukan investasi, dan prinsip pasar. Teori neoklasik mengenai tabungan didasarkan pada prinsip adanya rate of time preference yang konstan 6. Rate of time preference adalah target tingkat bunga riil yang ingin dicapai oleh para penabung. Jika tingkat bunga riil lebih besar dari tingkat preferensi waktu (time preference), maka tabungan menjadi positif dan penawaran modal akan meningkat, dan juga berlaku sebaliknya. Jika tingkat bunga riil sama dengan tingkat preferensi waktu, maka masyarakat sudah puas dengan dana tabungan yang telah dikumpulkannya. 5 6 Alfred Marshall. 1895. Principles of Economics. New York : Macmillan. Michael Parkin. 1996. Macroeconomics. Ontario : Addison-Wesley Publishing Company. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 31 Gambar 2.4 Teori Neoklasik Mengenai Tabungan Tingkat bunga riil KS0 R0 KS1 Rate of time preference R1 KD1 K0 K1 Jumlah modal Pada gambar diatas dapat dilihat garis KD dan KS yang merupakan permintaan dan penawaran modal. Jika tingkat bunga riil adalah nol, maka tabungan adalah nol, sedangkan jika tingkat bunga riil berada pada R1 maka tabungan akan positif, penawaran modal meningkat dari KS0 ke KS1. Jika tingkat bunga riil turun, jumlah modal per kapita akan meningkat dari K0 ke K1. Jumlah modal per kapita akan berhenti bertambah pada tingkat bunga riil sama dengan rate of time preference. 2.3 Definisi Investasi Investasi adalah pembelian alat-alat modal, persediaan dagang / inventori, dan struktur usaha, termasuk pembelian rumah baru untuk rumah tangga. Investasi dihubungkan dengan sektor bisnis yang ditambahkan kepada persediaan modal fisik. Investasi swasta (private investment) adalah output dari perusahaan yang disimpan untuk perusahaan itu sendiri. Definisi investasi swasta menurut Parkin (1996:179) adalah pengeluaran untuk alat-alat modal dan bangunan oleh perusahaan-perusahaan dan pengeluaran pada perumahan yang baru oleh rumah Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 32 tangga, termasuk di dalamnya perubahan pada inventory perusahaan.Investasi swasta terdiri dari : Inventory Investment, termasuk didalamnya semua perubahan dalam persediaan bahan baku (raw materials), perlengkapan, dan produk akhir yang dihasilkan oleh perusahaan. Fixed Investment, termasuk didalamnya semua produk yang dibeli oleh perusahaan yang tidak ditujukan untuk dijual kembali, terdiri dari residential dan nonresidential investment. Sedangkan investasi swasta dalam kaitannya dengan penelitian ini merupakan gabungan antara investasi swasta asing (Penanaman Modal Asing/PMA) dengan investasi swasta domestik (Penanaman Modal Dalam Negeri//PMDN). Menurut European Parliament (1999:10-11), peran pokok dari investasi swasta adalah menambah stok modal dari aset-aset produktif yang dipegang oleh sektor swasta. Dua motivasi utama adalah untuk menggantikan stok modal yang telah ada dan menciptakan stok modal tambahan yang mengandung teknologi baru (perlu dicatat dalam hal ini bahwa ‘baru’ tidak berarti yang termodern/terakhir, tetapi baru bagi perusahaan yang ditanamkan modal). Perlu diperhatikan bahwa pola pengeluaran investasi swasta tidak sama dengan pola pengeluaran sektor rumah tangga yang mempunyai kebiasaan membelanjakan sebagian atau seluruh pendapatan mereka, tetapi terdapat pertimbangan-pertimbangan yang diambil oleh perusahaan dalam membeli barang Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 33 atau jasa tersebut, yaitu harapan dari pengusaha untuk kemungkinan memperoleh keuntungan di kemudian. Hal ini pula yang membedakannya dengan investasi pemerintah. Peningkatan investasi sektor swasta di Indonesia selama beberapa tahun terakhir ini terjadi terutama akibat peningkatan PMA langsung (Foreign Direct Investment/FDI). Hal ini erat kaitannya dengan perubahan dalam strategi perdagangan yang makin berorientasi ke luar (outward looking) dan meningkatnya intra industry trade dalam struktur perdagangan dan industri Indonesia. Pemberian izin untuk investasi swasta (PMA dan PMDN) di Indonesia ini sepenuhnya ditangani oleh BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) atau oleh menteri teknis, seperti dalam bidang-bidang tertentu contohnya: pertambangan, minyak dan gas bumi (izin oleh Menteri Pertambangan), kehutanan (izin oleh Menteri Kehutanan), perikanan (izin oleh Menteri Pertanian), lembaga pembiayaan, asuransi (izin oleh Menteri Keuangan), perbankan, (izin oleh Menteri Keuangan dan rekomendasi BI). 2.3.1 Penanaman Modal Asing (PMA) Pengertian PMA yang terkandung dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing sebagaimana diubah dan ditambah oleh Undang-Undang No. 11 tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang- Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 34 Undang No. 1 tahun 1967 mencakup 3 unsur pokok (Bank Indonesia, 1995:98100), yaitu: a. Penanaman modal secara langsung; b. Penggunaan modal untuk menjalankan perusahaan di Indonesia; c. Risiko ditanggung pemilik modal/investor (pasal 1). Dimana pengertian modal asing tersebut terdiri dari: 1. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari devisa Indonesia dan disetujui pemerintah untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia; 2. Alat-alat untuk perusahaan termasuk penemuan-penemuan baru milik asing dan bahan-bahan dari luar negeri ke dalam wilayah RI yang tidak dibiayai dari devisa Indonesia; 3. Bagian dari hasil perusahaan yang dapat ditransfer, tetapi digunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia (pasal 2). Menurut Undang-Undang tersebut, jenis PMA bisa secara penguasaan penuh atas bidang usaha yang bersangkutan (100% asing) ataupun kerjasama/patungan dengan modal Indonesia. Kerjasama dengan modal Indonesia tersebut dapat terdiri dari: hanya dengan pemerintah (misalnya pertambangan) atau pemerintah maupun swasta nasional. Jangka waktu PMA di Indonesia tidak boleh melebihi 30 tahun dan bidang usaha yang terbuka atau tertutup ditentukan oleh pemerintah. Contoh bidang usaha yang tertutup bagi PMA adalah pelabuhan, listrik umum, telekomunikasi, pelayaran, penerbangan, air minum, kereta api Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 35 umum, pembangkit tenaga atom, mass-media, dan bidang-bidang usaha yang berkaitan dengan industri militer. PMA dapat berupa penanaman modal langsung (FDI) atau portfolio. Investasi langsung biasanya melibatkan kontrol manajemen dari pihak asing sedangkan investasi portfolio meliputi pembelian surat-surat berharga dan jenis investasi ini tidak melibatkan pengawasan pihak asing terhadap perusahaan domestik. Negara-negara berkembang sebagian besar memberikan insentif untuk mendorong PMA dan menyalurkannya untuk penggunaan-penggunaan yang diinginkan. Pada saat yang sama, mereka juga mengenakan berbagai hambatan terhadap PMA untuk menghindari dominasi asing dan memegang sumber daya alam mereka kembali. Keuntungan dari PMA untuk negara berkembang dapat dihasilkan dari tingkat upah riil yang lebih besar untuk tenaga kerja domestik dan atau kesempatan kerja yang lebih luas, pilihan yang lebih banyak dari kualitas produk yang baik dengan tingkat harga yang lebih rendah untuk konsumen domestik, meningkatkan pendapatan pemerintah dari pajak terhadap investasi asing tersebut, dan keuntungan-keuntungan tidak langsung atau eksternalitas ekonomi dari peningkatan teknologi, pelatihan tenaga kerja lokal, dan mendorong perusahaanperusahaan domestik melalui keterkaitan ke depan maupun ke belakang (forward and backward linkage effect). PMA juga dapat mengakibatkan kerugian atau biaya bagi negara resipien/penerima, seperti: berbagai konsensus khusus yang diberikan kepada Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 36 investor asing, seperti: pengurangan pajak (tax remission); pengaruh negatif terhadap tabungan domestik; hambatan terhadap Terms of Trade (TOT) negara berkembang; kesulitan-kesulitan neraca pembayaran; dan campur tangan asing terhadap urusan dalam negeri negara resipien. Menurut Todaro, argumen yang mendukung penanaman modal asing sebagian besar berasal dari analisis neoklasik tradisional yang memusatkan pada berbagai determinan pertumbuhan ekonomi. Penanaman modal asing merupakan sesuatu yang sangat positif, karena hal tersebut mengisi kekurangan tabungan yang didapat dari dalam negeri, menambah cadangan devisa, memperbesar penerimaan pemerintah, dan mengembangkan keahlian manajerial bagi negara penerimanya. Semua itu merupakan faktor-faktor kunci yang dibutuhkan untuk mencapai target pembangunan. PMA ini dapat mengatasi dua kesenjangan (two gap) yaitu ‘kesenjangan tabungan-investasi’ (saving gap) dengan pemberian sumbangan finansial jika terjadi kurang memenuhinya mobilisasi tabungan domestik, dan juga mengatasi ‘kesenjangan devisa’ atau ‘kesenjangan perdagangan luar negeri’ (trade gap) dengan peranannya dalam mengisi kesenjangan antara target jumlah devisa yang dibutuhkan dan hasil-hasil aktual devisa dari ekspor ditambah dengan bantuan luar negeri netto. Menurut argumen ini, arus-arus masuk modal swasta asing tersebut bukan hanya dapat menghilangkan sebagian atau seluruh defisit yang terdapat di dalam neraca pembayaran, akan tetapi dapat juga menghilangkan defisit dalam jangka panjang (secara permanen) bila perusahaan asing tersebut dimungkinkan untuk hadir di Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 37 negara yang bersangkutan guna menghasilkan devisa dari hasil-hasil ekspornya secara netto. Selanjutnya dijelaskan pula selain dua kesenjangan tersebut, kesenjangan ketiga yang dikatakan dapat diisi oleh modal swasta asing adalah kesenjangan antara target penerimaan pajak pemerintah dan jumlah pajak aktual yang dapat dikumpulkan. Ini terjadi dengan adanya tambahan pendapatan pajak atas keuntungan perusahaan multinasional dan keikutsertaan mereka secara finansial dalam kegiatan-kegiatan mereka di dalam negeri, sehingga pada akhirnya akan dapat turut memobilisasikan sumber-sumber finansial. 2.3.2 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Pengertian PMDN yang terkandung dalam Undang-Undang No. 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mencakup kriteria sebagai berikut (Bank Indonesia, 1995:103): a. bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia; b. dimiliki oleh negara ataupun swasta nasional dan swasta asing yang berdomisili di Indonesia; c. guna menjalankan sesuatu usaha; dan d. modal tersebut tidak termasuk dalam pengertian pasal 2 Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tersebut diatas (Pasal 1 ayat 1) Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 38 PMDN merupakan bagian dari penggunaan kekayaan yang dapat dilakukan secara langsung oleh pemilik sendiri atau secara tidak langsung, antara lain melalui pembelian obligasi, saham, deposito, dan tabungan yang jangka waktunya minimal 1 tahun. Menurut Undang-Undang tersebut, perusahaan yang dapat menggunakan modal dalam negeri dapat dibedakan antara perusahaan nasional dan perusahaan asing, dimana perusahaan nasional dapat dimiliki seluruhnya oleh negara dan atau swasta nasional ataupun sebagai usaha gabungan antara negara dan atau swasta nasional dengan swasta asing dimana sekurang-kurangnya 51% modal dimiliki oleh negara atau swasta nasional. Pada prinsipnya semua bidang usaha terbuka untuk swasta/PMDN kecuali bidang-bidang yang menguasai hajat hidup orang banyak dan strategis. 2.4 Teori dan Pemikiran Tentang Investasi 2.4.1 The Neoclassical Theory of Investment Behavior Salah satu kontribusi penting terhadap teori ini dijelaskan oleh Dale Jorgenson 7, pada tahun 1960-an. Jorgenson ingin menunjukan bahwa biaya modal dari pengguna dapat dijelaskan dari teori mikroekonomi neoklasik dengan cara mengukur keputusan memaksimalkan profit perusahaan. Beliau menjadi pionir dalam menjelaskan adanya hubungan antara keputusan investasi perusahaan dan dampak dari kebijakan pajak pemerintah terhadap insentif jika berinvestasi. Dale Jorgenson. 1963. Capital Theory and Investment Behaviour.. American Economic Review Vol. 53, pp. 49-58. 7 Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 39 • Biaya Modal (The User Cost of Capital) The user cost of capital dapat didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam menggunakan bagian dari modal pada kurun waktu tertentu. Teori ini berawal dari asumsi bahwa perusahaan akan berinvestasi jika mereka berekspektasi bahwa mereka akan mendapat keuntungan. Tambahan modal tidak akan dibeli kecuali ekspektasi marginal product of capital (MPK) lebih besar atau setidaknya sama dengan user cost of capital (u). MPK ≥ u…………………………...………………….(2.10) Marginal product of capital sendiri adalah tambahan output yang dapat diproduksi oleh perusahaan untuk setiap unit tambahan modal. Dari gambar berikut ini dapat dijelaskan dampak penurunan the user cost of capital (u) terhadap desired capital output ratio (v*), terlihat bahwa keseimbangan awal berada pada titik E0, perusahaan mendapatkan keuntungan pada daerah (1) atau daerah initial profit. Perusahaan tidak dapat melakukan investasi selanjutnya karena akan menyebabkan kerugian yang ditunjukan oleh daerah (5) initial loss eliminated + (6) remaining loss. Tetapi jika user cost of capital dapat diturunkan dari u0 ke u1, keseimbangan akan bergeser dari E0 ke E1. Maka hal ini akan mengurangi kerugian sebesar daerah (5) (initial loss eliminated), dan perusahaan akan mendapatkan keuntungan tambahan yang ditunjukan oleh daerah (2) extra added profit. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 40 Gambar 2.5 Dampak Penurunan The User Cost of Capital (u) Terhadap Desired Capital Otput Ratio (v*). User Cost of Initial User Cost (4) Initial Profit (1) u0 u1 Extra Added Profit (2) Initial Loss Eliminated (5) New Lower User Cost Remaining Loss (6) MPK E0 v*0 v*1 Desired Capital Output Ratio E1 • Insentif Pajak dan Perilaku Investasi The user cost of capital tidak hanya tergantung dari depreciation rate of capital dan tingkat suku bunga riil yang harus dibayarkan dari dana yang dipinjam untuk pembelian peralatan modal. Seperti dijelaskan oleh Jorgenson, bahwa user cost of capital juga tergantung oleh sistem perpajakan. Karenanya baik itu kebijakan fiskal maupun kebijakan moneter dapat mempengaruhi the user cost of capital. Kebijakan moneter berpengaruh dalam perubahan tingkat suku bunga riil, sedangkan kebijakan fiskal dalam menentukan tingkat pajak dan peraturan sistem perpajakan. Dari gambar 2.5 diatas kita dapat mengilustrasikan dampak dari perubahan kebijakan perpajakan pemerintah yang dirancang untuk menstimulasi investasi. Dengan mengasumsikan bahwa pemerintah melakukan perubahan pada tingkat pajak atau peraturan perpajakan dengan tujuan untuk mengurangi the user cost. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 41 Dengan kata lain, tingkat pajak yang dibayarkan perusahaan untuk keuntungan yang mereka dapatkan berkurang setengahnya. Tambahan unit modal sekarang dapat dibeli oleh perusahaan dan akan menggeser capital output ratio ke kanan ke titik v*1. Penurunan user cost dapat meningkatkan keuntungan dan mengurangi kerugian seperti dijelaskan sebelumnya. 2.4.2 Tobin’s q Theory of Investment Teori Tobin ini dikembangkan berdasarkan teori dari Keynes bahwa kecenderungan pembelian peralatan modal baru tergantung dari harga pasar (market value) dari modal pada pasar saham dibandingkan dengan biaya pembelian modal tersebut. Jadi, teori ini menghubungkan antara investasi dengan harga saham. Seorang manajer pada sebuah perusahaan dapat merespon terhadap perubahan harga saham dengan memproduksi lebih banyak modal, atau berinvestasi, ketika harga sahamnya tinggi dan memproduksi sedikit modal baru atau tidak berinvestasi sama sekali ketika harga sahamnya rendah. Untuk menciptakan suatu pengukuran kuantitatif yang merefleksikan perubahan pada haraga pasar relatif terhadap biaya pembelian, Tobin mendefinisikan variabelnya q sebagai rasio dari harga pasar dari perusahaan pada pasar saham dan obligasi terhadap biaya penggantian dari capital stock. Kemudian, investasi merupakan fungsi dari rasio q. Ketika rasio ini tinggi, Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 42 perusahaan menginginkan memproduksi lebih banyak aset, sehingga investasi akan tumbuh lebih cepat. Sebagai contoh dari persamaan investasi dari teori ini adalah hubungan antara gross investment relatif terhadap capital stock (I/K), rasio q (q), dan rasio investasi pengganti (replacement investment) terhadap capital stock (d). I = j (q – 1) + d ………………………………………….……...….(2.11) K Karena sumber utama perubahan pada q adalah perubahan pada harga pasar saham, teori Tobin menciptakan saluran tambahan dimana perubahan pada pasar saham mungkin mempengaruhi perekonomian melalui kecenderungan berinvestasi. Beberapa pendapat ahli ekonomi mengenai teori ini : 1. Teori ini menyatakan bahwa investasi harus dilakukan ketika perubahan pada yang diciptakan investasi tersebut terhadap harga pasar saham perusahaan lebih besar daripada biayanya. 2. Terdapat time lag antara ketika perusahaan memutuskan bahwa suatu pengeluaran investasi menguntungkan dengan ketika barang investasi dikirimkan dan diperhitungkan dalam pendapatan nasional sebagai pengeluaran investasi. 3. Mungkin terdapat ketidaksempurnaan dalam pasar modal. Tidak semua perusahaan dapat meningkatkan modal untuk mendanai investasinya melalui pasar saham atau pasar obligasi. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 43 2.4.3 Pandangan Moneteris dan Keynesian Tentang Pengeluaran Investasi Sektor Swasta Cukup sulit untuk menarik garis lurus perbedaan antara kelompok Moneteris dan Keynesian, tetapi salah satu diantara beberapa hal yang cukup mendasar untuk dijadikan alasan pembedaan antara kedua kelompok tersebut adalah pandangannya terhadap sektor swasta. Moneteris cenderung berpendapat bahwa sektor swasta relatif stabil, alasannya adalah bahwa pengeluaran sektor swasta didasarkan pada teori pendapatan permanen sehingga pengeluaran konsumsi akan relatif stabil. Pengeluaran konsumsi merupakan komponen pengeluaran yang paling besar dan hanya berubah secara perlahan yaitu dalam rangka penyesuaian konsumsi individu dengan perkiraan pendapatan permanen dalam jangka panjang. Faktor lain yang menyebabkan pengeluaran konsumsi ini relatif stabil adalah elastisitas pengeluaran investasi terhadap tingkat bunga yang cukup besar (kurva IS yang cenderung mendatar)8. Demikian pula fleksibilitas tingkat bunga dan harga yang sering menyebabkan pengeluaran investasi dan konsumsi stabil, jika terjadi penurunan investasi dan jumlah uang beredar yang tetap maka tingkat suku bunga akan turun. Penurunan tingkat suku bunga ini akan menyebabkan investasi kembali terdorong naik untuk mengimbangi penurunan investasi awal. Hal ini berarti investasi tidak banyak berubah. Hal ini disebabkan definisi kekayaan yang lebih luas, dimana Milton Friedman membagi kekayaan ke dalam 5 bentuk, yaitu uang, obligasi, saham, kekayaan fisik, dan keahlian/kecakapan. 8 Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 44 Seandainya kenaikan investasi dan atau konsumsi tidak cukup untuk menutupi penurunan investasi maka melalui perubahan harga pengeluaran swasta akan tetap stabil, mekanismenya adalah penurunan investasi akan berakibat pada timbulnya pengangguran sehingga upah dan kemudian harga akan turun. Untuk sejumlah uang beredar, turunnya harga berarti nilai riil uang akan naik. Kenaikan nilai riil uang (melalui teori kuantitas uang) akan mendorong pengeluaran. Dalam alternatif pendapat kaum Keynesian, naiknya nilai riil uang akan menurunkan tingkat bunga yang kemudian akan mendorong kenaikan investasi. Keynesian berpendapat bahwa sektor swasta pada dasarnya tidak stabil 9. Pergeseran sikap dan perkiraan dari pengusaha dan konsumen menyebabkan ketidakstabilan sehingga harus diambil kebijakan fiskal dan moneter untuk menstabilkan. Selain itu, ketidakstabilan sektor swasta juga disebabkan oleh harga yang tidak fleksibel. Gambar 2.6 Kasus Moneteris P AS P0 P1 AD0 AD1 Y1 Y YF Gambar 2.7 Kasus Keynesian 9 P AS0 Paul A. Samuelson and William Nordhaus. 1995. Macroeconomics. Ontario : Mcgraw Hill. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di P0 AS0 Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 P1 AD0 45 Sumber : Ekonomi Moneter, Buku I, Nopirin, hal 85-86. Jika karena suatu sebab pengeluaran investasi oleh pengusaha turun, pada gambar 2.6 ditunjukan dengan bergesernya kurva permintaan agregat (AD) dari AD0 ke AD1. Dengan kurva penawaran agregat (AS) yang vertikal (dalam versi monetaris) maka pada harga P0 jumlah barang yang diminta turun menjadi Y1. maka akan terjadi excess suply, dimana penawaran melebihi permintaan, pengangguran terjadi, dan hal ini akan mendorong upah dan harga untuk turun. Turunnya harga menyebabkan nilai riil uang akan naik, sehingga permintaan total akan naik (sepanjang kurva AD1). Harga akan terus turun sampai jumlah yang diminta kembali pada Yf. Kenaikan permintaan ini disebabkan turunnya tingkat bunga (sebagai akibat naiknya nilai uang kas riil). Karena konsumsi merupakan bagian dari AD, kenaikan konsumsi juga merupakan kenaikan permintaan agregat. Dalam pandangan Keynesian, penurunan investasi (autonomous) tidak akan menyebabkan kenaikan konsumsi, sehingga AD akan tetap bergeser ke kiri bawah. Dalam gambar 2.7 dijelaskan bahwa pergeseran AD dari AD0 ke AD1 karena upah dan atau harga adalah tetap(rigid) meskipun ada pengangguran, maka output akan tetap pada tingkat Y1. Disini digambarkan 2 kurva penawaran agregat Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 46 (AS), yaitu AS0 untuk ekstrim Keynesian serta AS1 untuk Keynesian yang lebih realistis. Untuk kasus Keynesian yang lebih realistis, upah dan harga turun tetapi relatif lebih kecil. Output sedikit lebih tinggi dari kasus ekstrim Keynesian, yaitu Y2, tetapi kesemuanya masih berada dibawah output pada tingkat full employment (Yf). Masalahnya, karena penurunan upah dan harga tidak cukup untuk mendorong kenaikan permintaan agregat sepanjang kurva AD1, yang dapat menutup penurunan investasi, sehingga akhirnya output berada dibawah tingkat full emloyment. Untuk mencapai kembali pada keadaan full employment, Keynesian memberikan solusi perlu ada campur tangan pemerintah melalui kebijakan fiskal dan moneter. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 47 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi dengan menganalisis tahunan data sekunder kuantitatif pada rentang waktu antara tahun 1984-2003 dengan pertimbangan ketersediaan data. Data sekunder digunakan karena penelitian yang dilakukan meliputi objek yang bersifat makro dan mudah didapat. Data tersebut diolah kembali oleh penulis sesuai dengan kebutuhan model yang digunakan. Penelitian ini menggunakan dua variabel terikat (dependent variables) yaitu tabungan swasta dan investasi swasta. Sedangkan variabel bebasnya (independent variables) yaitu pendapatan nasional disposibel (gndi), tingkat suku bunga (r), tingkat inflasi (lnp), pendapatan nasional (PDB/Y), rasio investasi pemerintah terhadap PDB (giy), serta variabel dummy krisis ekonomi Indonesia. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 48 3.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk runtun waktu (time series) yang bersifat kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka. Sumber data berasal dari berbagai sumber seperti misalnya Badan Pusat Statistik, Laporan triwulanan/tahunan BI, Badan Koordinasi Penanaman Modal, International Financial Statistics (IFS), Asian Development Bank, World Development Indicators dan lain-lain. Penulis menguji variabel-variabel bebas utama yang memiliki pengaruh kuat terhadap tabungan nasional dan investasi swasta sebagai variabel tidak bebas yang berhubungan dengan model yang digunakan. Disamping itu penulis melakukan studi literatur untuk mendapatkan teori yang mendukung penelitian. referensi studi kepustakaan diperoleh melalui jurnal, Perpustakaan FE USU, Perpustakaan Pusat USU, dan Perpustakaan Bank Indonesia Medan. 3.3 Pengolahan Data Penulis menggunakan program computer E-Views 4.1 untuk mengolah data dalam penulisan skripsi ini. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 49 3.4 Model Analisis Data Model dengan yang digunakan dalam analisis ini adalah model ekonometrik pendekatan kointegrasi dan model dinamis faktor-faktor utama yang mempengaruhi tabungan nasional dan investasi swasta dengan pendekatan ECM (Error-Correction Model) menggunakan bantuan program Microsoft Excel dan E-Views 4.1. Data yang digunakan adalah data periode tahunan (time series) dengan estimasi model menggunakan Ordinary Least Square (OLS). Adapun persamaan model kointegrasi sebagai berikut: Yt = α0 + α1 X1 + α2 X2 +............+ αn Xn + Ut ………….…………(1.16) dimana: Yt = Variabel tidak bebas X1,2,..,n = Variabel bebas Ut = Error term Sedangkan persamaan ECM (Error-Correction Model) adalah sebagai berikut: Yt = α0 + α1X1+ α 2X2+ ……. + α nXn + ECTt-1+Ut …….….(1.17) dimana: Yt = First difference dari variabel tidak bebas X1,2,..,n = First difference dari variabel bebas ECTt-1 = Error Correction Term Model tabungan yang akan diestimasi dalam penelitian ini adalah : Ln S = α + β1 LnGNDIt + β2 LnRt + β3 LnPt + β4 Dummy + μt……. (1.18) Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 50 Sedangkan model untuk investasi swasta adalah: Ln I = α + γ1 LnYt + γ2 LnPt + γ3 LnRt + γ4 LnGIYt + γ5 Dummy + νt …..............................................................................................................(1.19) Teori tentang kointegrasi ditandai dengan memasukkan error-correction (EC) term . EC term lagged periode (ECt-1) menggabungkan pergerakan short-run dan long-run pada fungsi tabungan nasional dan investasi swasta. Sehingga model persamaan yang kita butuhkan secara spesifik menjadi general error correction model (ECM) : 1. Fungsi tabungan ΔLn S =α + β1 ΔLnGNDIt + β2 ΔLnRt + β3 ΔLnPt + β4 ECTt-1 + β5 D + μt ……………….……………………………………………………….….(1.20) Keterangan : α = konstanta ΔLn S ΔLnGNDI = First Difference dari logaritma tabungan nasional = First Difference dari logaritma Gross National Disposable Income ΔLnR = First Difference dari tingkat suku bunga ΔLnP = First Difference dari tingkat inflasi Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 51 ECTt −1 = Error-correction term lagged one period D = dummy variable, D = 0, untuk periode sebelum krisis ekonomi (1984-1997) D = 1, untuk periode setelah krisis ekonomi (1998-2003) β1, β2, β3, β4 = koefisien regresi μ = error term t menunjukan waktu 2. Fungsi investasi swasta ΔLn I = α+ γ1 ΔLnYt + γ2 ΔLnPt + γ3 ΔLnRt + γ4 ΔLnGIYt + γ5 ECTt-1 +γ6 D+ νt …………………………………………………..……………………….(1.21) Keterangan : ΔLn I = First Difference dari logaritma investasi ΔLnY = First Difference dari logaritma pendapatan nasional ΔLnP = First Difference dari tingkat inflasi ΔLnR = First Difference dari tingkat suku bunga ΔLnGIY = First Difference dari logaritma rasio investasi pemerintah terhadap PDB ΔECTt-1 = Error-correction term lagged one period D = dummy variable, D = 0, untuk periode sebelum krisis ekonomi (1984-1997) Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 52 D = 1, untuk periode setelah krisis ekonomi (1998-2003) γ1, γ2 ,γ3, γ4, γ5 = koefisien regresi ν = error term t menunjukan waktu 3.5 Pengujian Statistik 3.5.1 Uji Akar Unit (Unit Root Test) Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya anggapan stasioneritas pada persamaan yang sedang diestimasi. Untuk diketahui adanya unit roots dilakukan pengujian Dickey-Fuller (DF-test) sebagai berikut : Misal variabel Yt sebagai variabel tidak bebas, maka akan diubah menjadi Yt = ρ Yt-1 + Ut ..................................................................(1.22) Jika koefisien Yt-1 (ρ) adalah = 1 dalam arti hipotesis diterima, maka variabel mengandung unit root dan bersifat non-stasioner. Untuk mengubah trend yang bersifat non-stasioner menjadi stasioner dilakukan uji orde pertama (first difference) ΔYt = (ρ-1) (Yt -Yt-1)...............................................................(1.23) Koefisien ρ akan bernilai 0, dan hipotesis akan ditolak sehingga model menjadi stasioner. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 53 Kesimpulan hipotesis DF-test : • Ho : ρ = 0 (Terdapat unit roots, variabel Y tidak stasioner) • H1 : ρ ≠ 0 (Tidak terdapat unit roots, variabel Y stasioner) Kesimpulan hasil root test diperoleh dengan membandingkan nilai t- hitung dengan t-tabel pada tabel Dickey-Fuller. 3.5.2 Uji Kointegrasi Uji kointegrasi bertujuan untuk mengetahui bagaimana variabel-variabel independen mempengaruhi variabel dependennya pada jangka panjang. Yang dimaksud jangka panjang dalam pendekatan kointegrasi adalah jangka waktu dimana pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependennya tidak bersifat seketika, melainkan membutuhkan selang waktu, dan merupakan suatu kondisi dimana masing-masing variabel memungkinkan untuk mengadakan penyesuaian secara penuh terhadap perubahan-perubahan yang timbul (atau tidak ada kecenderungan untuk naik atau turun, dan variabel tersebut berada dalam kondisi optimumnya). Model kointegrasi juga merupakan model yang biasa digunakan untuk menganalisis apakah trend dari nilai variabel tak bebas bergerak dengan arah yang sama dengan trend variabel bebasnya, sehingga tecapai keseimbangan jangka panjang atau justru sebaliknya. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam uji ini : Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 54 1. Estimasi tiap parameter dari persamaan regresi dengan menggunakan Ordinary Least Square (OLS), misalnya : Yt = α0 + α1Xt1 + α2Xt2 + Ut ............................................................................................. (1.24) Uji stasioner terhadap nilai residual dari hasil estimasi diatas lalu estimasi kembali Ut = Ut-1 + υt ..................................................................................................................................... (1.25) ΔÛt = α0Ut-1 + α1Ut-2 ..................................................................... (1.26) Setelah t-hitung diperoleh, maka hasilnya dibandingkan dengan t-tabel (uji-t). Jika nilai t hitung lebih besar dari t-tabel maka variabel bersifat stasioner. 2. Regresi persamaan, proses ini dilakukan untuk melihat signifikansi hubungan antara variabel pada tingkat kepercayaan tertentu. Hipotesis ini didasarkan oleh hasil regresi pada error term berikut ini : Ut = ρUt-1 + υt .........................................................................(1.27) Kesimpulan hipotesis uji kointegrasi : • Ho : ρ = 0 (Variabel-variabel tidak terkointegrasi) • H1 : ρ ≠ 0 (Variabel-variabel terkointegrasi) Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 55 3.5.3 Uji Kesesuaian 3.5.3.1 Penaksiran Koefisien Determinasi Uji ini digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan dari model yang dipakai. Koefisien determinasi (R2) yaitu angka yang menunjukan besarnya kemampuan varians atau penyebaran dari variabel-variabel bebas yang menerangkan variabel tidak bebas atau angka yang menunjukan seberapa besar variabel tidak bebas dipengaruhi oleh variabel-variabel bebasnya. Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara 0 hingga 1 (0<R2 <1), dimana nilai koefisien mendekati 1, maka model tersebut dikatakan baik karena semakin dekat hubungan antara variabel bebas dengan variabel tidak bebasnya. 3.5.3.2 Uji t – Statistik (Uji Parsial) Penaksiran ini dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi variabelvariabel independen terhadap variabel dependen (dalam hal ini untuk mendukung uji kointegrasi dan ECM) secara parsial. Hipotesis yang digunakan adalah : Ho : bi = 0 Ha : bi > 0 (tidak signifikan) (signifikan) Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 56 Ho akan diterima (Ha ditolak) pada tingkat kepercayaan tertentu jika t hitung lebih kecil dari t tabel, dengan demikian variabel bebas yang diuji tidak mempengaruhi variabel tidak bebas (tidak signifikan). Sebaliknya kepercayaan Ho tertentu akan jika t ditolak hitung (Ha diterima) lebih besar dari pada t tabel tingkat sehingga variabel bebas yang diuji mempengaruhi variabel tidak bebas (signifikan). Nilai t hitung adalah sebagai berikut : bi t = ------------S(bi) Dimana : bi = Parameter yang diestimasi S(bi) = Standart error yang diuji. 3.5.3.3 Uji F- Statistik Pengujian ini digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh dari semua variabel bebas secara keseluruhan terhadap variabel tidak bebasnya. Disamping menguji berarti tidaknya variabel-variabel bebas secara bersamaan, uji F juga Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 57 sekaligus menguji koefisien determinasinya (R2). Dengan demikian hasil uji F yang signifikan akan menyebabkan nilai R2 yang diperoleh secara statistik tidak sama dengan nol. Hipotesa yang digunakan adalah : Ho : bl = b2 = .... = 0, tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Ha : bl ≠ b2 ≠ .... ≠ 0, terdapat pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Hasil pengujian akan menunjukan : Apabila nilai F-hitung > F- tabel, maka Ho ditolak ; artinya setiap variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel tidak bebasnya. Apabila nilai F-hitung < F- tabel, maka Ho tidak diterima ; artinya setidaknya satu dari variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tidak bebasnya. Nilai F hitung : R2/(k-1) F = ----------------------(1-R2)/(n-k) Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 58 Dimana : k = banyaknya koefisien (termasuk intersep bi) n = banyaknya observasi pada sampel. 3.5.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.5.4.1 Masalah Multikolinier Multikolinier menunjukan gejala adanya hubungan linier atau hubungan yang pasti diantara explanatory variable (variabel penjelas) dalam model regresi. Gejala ditunjukan oleh beberapa faktor, namun yang paling mendukung penjelasan adanya multikolinier dalam model yaitu apabila nilai R2 dari hasil regresi sangat tinggi namun sebagian besar eksplanatori variabel tidak menjelaskan hubungan yang signifikan terhadap variabel yang dijelaskan, melalui perbandingan antara nilai t-stat dan F-stat dengan t-tabel dan F-tabel. 3.5.4.2 Masalah Serial Korelasi Masalah korelasi dalam model menunjukan adanya hubungan korelasi antara variabel gangguan (error term) dalam suatu model yang terjadi karena beberapa faktor : 1. Inersia, data observasi dimulai dari situasi kelesuan ekonomi sehingga data time series selanjutnya dipengaruhi oleh data sebelumnya walaupun perekonomian sudah membaik. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 59 2. Mengeluarkan atau tidak memasukan variabel bebas tertentu yang sebenarnya turut mempengaruhi variabel tidak bebasnya menurut teori ekonomi, walaupun hasil perhitungan kuantitas tidak mendukungnya. 3. Bentuk model yang tidak tepat. 4. Penentuan data secara sistematis tidak tersedia untuk periode yang diharapkan. Uji yang dilakukan untuk mendeteksi gejala ini adalah uji Durbin-Watson dan Run-test. Uji serial korelasi: 1. Durbin Watson Ketentuan yang berlaku untuk melihat apakah suatu model mempunyai masalah korelasi berdasarkan pada bagan daerah kritis di halaman berikut ini. Gambar 1.3 Pengujian Durbin Watson Model Regresi Serial Daerah Daerah tidak ada Daerah S erial Korelasi Korelasi 0 tak tentu Positif dL dU serial korelasi 2 4 – dU tak tentu 4 – dL 4 Negati Keterangan : Ho : tidak ada auto korelasi positif Ho* : tidak ada auto korelasi negative Tabel 1.2 Batas Kritis Pengujian Durbin – Watson statistik Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 60 Daerah Hasil 0 < D-W Stat < dL Terdapat Autokorelasi positif dL < D-W Stat < dU Ragu – ragu dU < D-W Stat < 4-dU Tidak terdapat Autokorelasi 4-dU < D-W Stat < 4-dL Ragu – ragu 4-dL < D-W Stat < 4 Terdapat Autokorelasi negatif 2. Run-Test Uji ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya masalah serial korelasi dalam model, dengan melakukan perhitungan terhadap pergerakan (positif atau negarif) residual yang diperoleh dari selisih antara nilai aktual dari variabel dependen terhadap nilai estimasinya. Setelah diperoleh data residual, maka ditentukan jumlah nilai residual yang positif (n1), nilai residual negatif (n2), jumlah runs atau perubahan nilai positif dan negatif residual (k) dan jumlah observasinya (n). Lalu ditentukan pula nilai rata-rata runs Е (k) dan variansnya (δk) melalui rumus : Ε( k ) = δk = 2n1n 2 + 1 ................................................................................(1.28) n1 + n 2 2n1n 2(2n1n 2 − n1 − n 2) ...............................................................(1.29) (n1 + n 2) 2 (n1 + n2 − 1) Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 61 S (k ) = σ (k ) ........................................................................(1.30) Penentuan ada atau tidaknya korelasi dalam model, ditentukan melalui batasan rentang : Е (k) – t-tabel ( n,-1; α) S(k) ≤ k ≤ Е (k) + t-tabel ( n,-1; α) S(k) Pada tingkat kepercayaan tertentu akan dilihat apakah (k) berada dalam rentang batas interval tersebut diatas yang menunjukan bahwa model tidak mengandung masalah serial korelasi, atau sebaliknya yang menunjukan bahwa model mengandung masalah serial korelasi. Perlu dicatat bahwa apabila model mengandung masalah serial korelasi, maka model harus diperbaiki melalui perbaikan regresi, karena apabila terjadi korelasi diantara anggota series dari observasi maka asumsi classical linear regresion tidak terpenuhi. 3.5.5 Defenisi Variabel Operasional 3.5.5.1 Gross National Disposable Income (gndi) Adalah pendapatan yang dapat digunakan untuk konsumsi barang dan jasa. Variabel ini diharapkan akan berhubungan positif dengan tabungan nasional. Pendapatan disposibel dapat dirumuskan sebagai : Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 62 Yd = Y – T…………………………………………………(1.31) Dimana : Yd = pendapatan disposibel Y = pendapatan nasional T = pajak 3.5.5.2 Tingkat suku bunga riil (r) Merupakan tingkat bunga nominal yang telah dikoreksi terhadap inflasi, dapat dirumuskan sebagai : Real interest rate = nominal interest rate – inflation ……………………….(1.32) 3.5.5.3 Tingkat inflasi (lnp) Data inflasi menggunakan indikator Indeks Harga Konsumen tahunan tahun konstan 2000. Inflasi tahunan dirumuskan dengan : Tingkat inflasi = IHKt – IHKt-1 X 10……...……………...….(1.33) IHK t-1 3.5.5.4 Pendapatan riil (y) Data pendapatan riil tahunan menggunakan data pendapatan nominal tahunan dibagi dengan PDB deflator tahun konstan 2000 dengan perumusan: PDB Riil = PDB Nominalt X 100 ………..………………..………(1.34) Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 63 PDB Deflatort 3.5.5.5 Rasio investasi pemerintah terhadap PDB (giy) Merupakan prosentase perbandingan pengeluaran pemerintah dalam investasi (public investment) terhadap Produk Domestik Bruto. 3.5.5.6 Dummy variable Dummy variable adalah metode pengklasifikasian data yang membagi sebuah sampel menjadi beberapa subgrup berdasarkan kualitas atau atribut (jenis kelamin, status perkawinan, dan lain-lain). Dalam penelitian ini dummy variables digunakan sebagai variabel krisis ekonomi dengan nilai D = 0 untuk periode sebelum krisis ekonomi Indonesia dan D = 1 untuk periode setelah krisis ekonomi. Berdasarkan identifikasi di atas maka mulai periode 1998-2003 dummy variable bernilai 1 dikarenakan adanya krisis ekonomi. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis ekonomi maupun analisis statistik dari hasil regresi model tabungan dan investasi swasta di Indonesia Periode 1984-2003 dengan pendekatan kointegrasi dan Error Correction Model (ECM). Pendekatan kointegrasi bertujuan untuk melihat hubungan keseimbangan Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 64 jangka panjang antara variabel–variabel da2qe3wfglam model. Sedangkan pendekatan ECM bertujuan untuk melihat dinamika jangka pendek dari variabelvariabel dalam model yang mengarahkan kepada keseimbangan jangka panjangnya. Di samping itu akan dilakukan pengujian-pengujian terhadap masalah yang biasa muncul dalam regresi linier dan analisis runtun waktu (time series). Dalam analisis ekonomi akan dijelaskan mengenai arti dari parameterparameter yang diperoleh dari hasil regresi yang meliputi kesesuaian arah parameter yang diteliti dengan hipotesis-hipotesis yang telah ditetapkan berdasarkan teori-tori ekonomi, termasuk arti dari nilai koefisien itu sendiri, dan juga melihat berapa besar pengaruh perubahan variabel-variabel bebas terhadap variabel tidak bebasnya. Untuk analisis statistika, akan diperlihatkan sampai sejauh mana validitas model yang digunakan dalam penelitian melalui pengujian secara statistik terhadap model yang bersangkutan. Pengujian masalah-masalah linier ditujukan untuk menghasilkan model regresi dan hasil estimasi yang akurat dan tidak bertentangan dengan asumsi regresi linear klasik. Pengujian tersebut meliputi perhitungan t-statistik dan F-statistik, penaksiran koefisien determinasi dan Durbin Watson statistik. 4.1 Interpretasi Data 4.4.1 Variabel Terikat (Dependent Variables) Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 65 4.4.1.1 Tabungan Swasta Tabungan swasta adalah tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga atau perusahaan. Tabungan swasta memiliki peranan penting dalam pembentukan investasi domestik, dimana tabungan akan menyebabkan terjadinya penanaman modal, dan penanaman modal ini akan memperbesar kapasitas produksi sehingga pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Data tabungan swasta yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendapatan nasional setelah dikurangi penerimaan pajak dan konsumsi rumah tangga. Dari tabel dibawah ini dapat dilihat perkembangan tabungan swasta di Indonesia beserta pertumbuhannya periode 1984-2003. Tingkat tabungan tertinggi terjadi pada tahun 1999 dengan nilai Rp. 792.968,07 milyar, dan tingkat tabungan swasta terendah terjadi pada tahun berikutnya yaitu tahun 2000 sebesar Rp. 292.208,70 milyar dengan nilai rata-rata pertumbuhan sebesar 6,65 % per tahun. Tingkat pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2003 dimana tabungan swasta tumbuh sebesar 47,42 %. Tabel 4.1 Perkembangan Tingkat Tabungan Swasta dan Pertumbuhannya di Indonesia Periode 1984-2003. Tahun Tabungan Pertumbuhan Tahun Tabungan Pertumbuhan Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 66 Swasta (%) Swasta (milyar rupiah) (%) (milyar rupiah) 1984 349346.72 - 1994 518760.09 -31.17 1985 358137.99 2.52 1995 577519.15 11.33 1986 395678.43 10.48 1996 653997.20 13.24 1987 437584.67 10.59 1997 687910.62 5.19 1988 486874.36 11.26 1998 740782.18 7.69 1989 538382.48 10.58 1999 792968.07 7.04 1990 584852.73 8.63 2000 292208.70 -63.15 1991 633031.01 8.24 2001 346710.00 18.65 1992 690104.70 9.02 2002 448997.36 29.50 1993 753651.05 9.21 2003 661904.50 47.42 Sumber : Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik, Berbagai Edisi (data diolah kembali). nilai (milyar rupiah) Grafik 4.1 Perkembangan Tabungan Swasta di Indonesia Periode 1984-2003. 900000 800000 700000 600000 500000 400000 300000 200000 100000 0 tahun tabungan swasta Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 67 Sumber : Tabel 4.1 Pergerakan tabungan swasta pada periode penelitian dapat dilihat pada gambar diatas. Titik tertinggi tabungan swasta pada tahun 1999 disebabkan dari tingginya tingkat suku bunga tabungan yang mencapai 25,3% per tahun dan juga karena rendahnya tingkat konsumsi rumah tangga. Rendahnya konsumsi rumah tangga juga disebabkan karena mulai stabilnya kondisi perekonomian Indonesia pasca krisis ekonomi yang ditandai dengan kestabilan harga kala itu. Sedangkan titik terendah pada tahun 2000 disebabkan karena tingginya tingkat konsumsi rumah tangga yang disebabkan karena naiknya harga BBM karena pengurangan subsidi oleh pemerintah yang mendorong kenaikan harga barang-barang lainnya. 4.4.1.2 Investasi Swasta Data mengenai investasi swasta yang digunakan dalam penelitian ini adalah data PMA dan PMDN yang disetujui pemerintah. Investasi swasta cenderung meningkat dari waktu-kewaktu. Walaupun demikian pada tahun-tahun tertentu mengalami penurunan. Tabel dibawah ini memperlihatkan perkembangan investasi swasta di Indonesia pada tahun 1984-2003. Tabel 4.2 Perkembangan Tingkat Investasi Swasta dan Pertumbuhannya di Indonesia Periode 1984-2003. Tahun Investasi Swasta Pertumbuhan (%) Tahun Investasi Swasta Pertumbuhan (%) Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 68 (milyar rupiah) (milyar rupiah) 1984 107190.7 - 1994 245261.8 24.04 1985 84658.6 31.09 1995 309551.6 26.21 1986 110978.3 5.02 1996 326743.6 5.55 1987 116546.4 13.96 1997 340471.1 4.20 1988 132819.4 16.62 1998 240885.8 -29.25 1989 154892.7 15.08 1999 202957.1 -15.75 1990 178245.3 2.54 2000 241732.1 19.11 1991 182767.2 3.23 2001 253425.7 4.84 1992 188666.5 4.80 2002 256115.3 1.06 1993 197723.5 -21.02 2003 248425.5 -3.00 Sumber : Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik, Berbagai Edisi (data diolah kembali).. Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa selama periode 1984 sampai dengan 2003 perkembangan investasi swasta cenderung mengalami peningkatan. Angka pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 1995 yaitu sebesar 26,21% dan angka pertumbuhan terendah pada tahun 1998 sebesar -29,25 % atau mengalami rata-rata pertumbuhan 5,70% setiap tahunnya. Peningkatan investasi swasta ini tidak lepas dari usaha pemerintah dalam mendorong penyehatan kembali investasi swasta. Sejak tahun 1989 pemerintah melakukan percepatan dan perluasan investasinya, sehingga dampaknya dapat dilihat dalam beberapa tahun berikutnya Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 69 yaitu terjadi pertumbuhan investasi swasta sejalan dengan meningkatnya realisasi Penanaman Modal Asing. 2002 2000 1998 1996 1994 1992 1990 1988 1986 400000 350000 300000 250000 200000 150000 100000 50000 0 1984 investasi swasta (milyar rupiah) Grafik 4.2 Perkembangan Investasi Swasta di Indonesia Periode 1984-2003. tahun investasi swasta Sumber : Tabel 4.2 Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 menyebabkan penurunan yang sangat tajam pada investasi swasta. Penurunan sebesar 29,25 % pada tahun 1998 disebabkan karena menurunnya kepercayaan investor karena ketidakstabilan kondisi ekonomi dan politik dan juga tingginya risiko jika melakukan investasi di Indonesia. Setelah tahun 1998, investasi swasta di Indonesia mulai kembali menunjukan peningkatan seiring dengan berbagai kebijakn pemerintah dalam pemulihan pasca krisis serta berbagai kemudahan yang diberikan pada investor. 4.4.2 Variabel Bebas (Independent Variables) Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 70 4.4.2.1 Pendapatan Nasional Disposibel Pendapatan nasional disposibel adalah pendapatan nasional setelah dikurangi penerimaan pajak, atau juga pendapatan yang dapat digunakan untuk konsumsi. Secara umum, perkembangan pandapatan nasional disposibel Indonesia pada periode penelitian menunjukan peningkatan dari tahun ke tahun, meskipun juga terjadi penurunan ketika terjadi krisis ekonomi. Tabel 4.3 Perkembangan Tingkat Pendapatan Nasional Disposibel dan Pertumbuhannya di Indonesia Periode 1984-2003. Pendapatan Pendapatan Nasional Nasional Pertumbuhan Pertumbuhan Disposibel Disposibel Tahun Tahun (%) (%) (milyar (milyar rupiah) rupiah) 1984 678933.7 - 1994 1193870 7.09 1985 693151.8 2.09 1995 1291416 8.17 1986 732658.6 5.70 1996 1387533 7.44 1987 768276.2 4.86 1997 1441846 3.91 1988 812376.1 5.74 1998 1217702 -15.55 1989 870610.4 7.17 1999 1198647 -1.56 1990 928400.1 6.64 2000 1273857 6.27 1991 993143.6 6.97 2001 1257444 -1.29 1992 1051156 5.84 2002 1293427 2.86 1993 1114825 6.06 2003 1318017 1.90 Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 71 Sumber : Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik, Berbagai Edisi (data diolah kembali). Dari tabel diatas dapar dilihat bahwa nilai pendapatan nasional disposibel tertinggi terjadi pada tahun 1997 sebesar Rp. 1.441.846 milyar dan nilai terendah terjadi pada awal periode penelitian yaitu ketika tahun 1984 sebesar Rp. 678.933,7 milyar. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 1995 mencapai 8,17% dan pertumbuhan terendah pada tahun 1998 sebesar –15,55%, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3,70% per tahun. nilai (milyar rupiah) Grafik 4.3 Perkembangan Pendapatan Nasional Disposibel Riil di Indonesia Periode 1984-2003. 1600000 1400000 1200000 1000000 800000 600000 400000 200000 0 tahun gndi Sumber : Tabel 4.3 Pergerakan pendapatan nasional disposibel seperti pada gambar diatas terlihat bahwa dari tahun 1984-1997 mengalami peningkatan yang stabil, tetapi setelah terjadi krisis ekonomi ternyata mengalami penurunan yang tajam pada tahun 1998. Setelah periode tersebut tingkat pendapatan nasional disosibel kembali stabil seiring dengan berbagai perubahan yang terjadi di Indonesia, Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 72 diantaranya peningkatan pendapatan nasional dan pertumbhan ekonomi yang cukup baik. 4.4.2.2 Tingkat Suku Bunga Tabungan (Deposit Rate) Tingkat bunga merepresentasikan pembayaran di masa depan untuk transfer uang di masa kini. Sebagai hasilnya tingkat bunga selalu membandingkan jumlah uang pada beberapa titik waktu. Tingkat bunga ini memberikan gambaran daya beli dari rekening bank masyarakat pada titik waktu tertentu. Semakin tinggi tingkat bunga maka masyarakat semakin banyak yang memilih asset finansial berupa deposito berjangka dan atau obligasi berarti semakin sedikit yang memegang uang kas. Ada dua jenis tingkat bunga, yang pertama yaitu tingkat bunga nominal, tingkat bunga yang dibayarkan oleh bank, biasanya diumumkan tanpa koreksi dari efek inflasi. Sedangkan yang kedua adalah tingkat bunga riil, yaitu tingkat bunga yang telah dikoreksi inflasi. Jadi, tingkat suku bunga tabungan riil dapat dirumuskan sebagai berikut : Real deposit rate = Nominal Deposit Rate – Inflation Dengan demikian tingkat bunga riil dapat bernilai negatif ketika inflasi melebihi tingkat bunga nominal sehingga inflasi mengurangi nilai tabungan masyarakat daripada tingkat bunga nominal meningkatkan nilai tabungan masyarakat. Sebagai koreksi inflasi digunakan inflasi IHK Indonesia periode Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 73 tahun 1984-2003 karena inflasi IHK mencerminkan tingkat harga biaya hidup yang harus ditanggung masyarakat Data tingkat suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga deposito 12 bulan yang didapat dari Bank Indonesia. Tabel 4.4 Perkembangan Tingkat Suku Bunga Nominal dan Tingkat Suku Bunga Riil di Indonesia Periode 1984-2003. Tahun Nominal Deposit Rate (%) Inflasi IHK Real Deposit Rate (%) 1984 17.5 10.51 6.99 1985 15.2 4.73 10.47 1986 14.6 5.83 8.77 1987 17.5 9.23 8.27 1988 17.8 8.08 9.72 1989 17.1 6.39 10.71 1990 17.6 7.82 9.78 1991 23.4 9.41 13.99 1992 19.5 7.53 11.97 1993 14.5 9.68 4.82 1994 12.6 8.52 4.08 1995 16.8 9.44 7.36 Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 74 1996 17.3 7.96 9.34 1997 20.3 6.73 13.57 1998 40 57.66 -17.66 1999 25.3 20.31 4.99 2000 12.5 9.35 3.15 2001 15.5 12.55 2.95 2002 15.2 11.88 3.32 2003 10.2 6.59 3.61 Sumber : Bank Indonesia (data diolah kembali). Untuk memobilisasi tabungan masyarakat, melalui Kebijakan 1 Juni 1983, pemerintah menghapuskan pagu tingkat bunga dengan demikian mekanisme suku bunga tabungan ditentukan oleh mekanisme pasar. Kebijakan ini efektif pada tahun 1984 dimana tingkat bunga nominal meningkat hingga 17,5% sehingga meningkatkan tingkat suku bunga riil hingga 6,99%. Semenjak saat itu nilai tingkat bunga riil bernilai positif. Pada tahun 1997 Indonesia mengalami krisis perbankan dimana terjadi penurunan kinerja perbankan dalam menjalankan fungsi intermediasinya ditandai dengan meningkatnya kredit macet. Memburuknya kinerja perbankan meningkatkan pesimisme nasabah akan nasib dananya yang disimpan di bank sehingga mereka menarik dananya tersebut. Untuk mengatasi hal ini, perbankan memberikan peningkatan bunga tabungan yang tinggi dengan tujuan para nasabah memilih tetap menyimpan dananya di bank dan tidak melakukan penarikan dana. Karenanya tingkat bunga nominal pada masa krisis perbankan tinggi sekali yaitu 20,3% (1997) dan 40% (1998). Namun karena Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 75 tingginya inflasi, secara riil masyarakat menerima tingkat bunga yang negatif pada tahun 1998 yaitu sebesar –17,66%. Grafik 4.4 Perkembangan Nominal Deposit Rate dan Real Deposit Rate di Indonesia Periode 1984-2003. 50 40 20 10 2002 2000 1998 1996 1994 1992 1990 1988 -10 1986 0 1984 deposit rate (%) 30 -20 -30 tahun real deposit rate nominal deposit rate Sumber : Tabel 4.4 Dari grafik 3.4 dapat dilihat bahwa titik tertinggi dari tingkat suku bunga nominal terjadi pada tahun 1998, tetapi titik terendah tingkat suku bunga riil juga terjadi pada tahun 1998. Hal ini mengindikasikan bahwa tingginya tingkat bunga nominal tidak berarti tingkat bunga riilnya pun tinggi, tetapi hal itu berarti tingginya tingkat bunga nominal merupakan dampak dari tingginya tingkat inflasi pada tahun tersebut. Selain itu hal ini juga tidak lepas dari kebijakan pemerintah dalam menanggulangi dampak krisis ekonomi dan tingginya tingkat inflasi. Tahun-tahun berikutnya tingkat bunga tabungan riil kembali bernilai positif seiring dengan meningkatnya usaha dalam mengatasi krisis perbankan. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 76 4.4.2.3 Tingkat Inflasi Inflasi merupakan kecenderungan naiknya tingkat harga secara umum dan terus menerus. Inflasi merupakan salah satu indikator perekonomian dan tingkat inflasi digunakan sebagai dasar pengukuran secara statistik terhadap perkembangan harga barang dan jasa yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat. Inflasi mengakibatkan ketidakpastian harga (terutama inflasi yang tidak diantisipasi), sehingga alokasi sumberdaya tidak optimal dan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi rendah (berada di bawah tingkat optimal). Penelitian ini menggunakan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) dengan tahun dasar 2000 dengan perumusan: Tingkat inflasi = IHKt – IHKt-1 x 100 IHKt-1 Tabel berikut ini memberikan gambaran perkembangan inflasi di Indonesia selama periode 1984-2003. Besar kecilnya laju inflasi di Indonesia tidak terlepas dari berbagai kebijakan yang diambil pemerintah, meningkatnya inflasi dunia, dan penyesuaian terhadap harga BBM. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 77 Tabel 4.5 Perkembangan Tingkat Inflasi IHK di Indonesia Periode 1984-2003. Tahun IHK (2000=100) Inflasi 1984 19.1 10.51 1985 20.1 4.73 1986 21.2 5.83 1987 23.2 9.23 1988 25.1 8.08 1989 26.7 6.39 1990 28.7 7.82 1991 31.4 9.41 1992 33.82 7.53 1993 37.1 9.68 1994 40.3 8.52 1995 44.0 9.44 1996 47.56 7.96 1997 50.5 6.73 1998 80.0 57.66 1999 96.4 20.31 2000 100.0 9.35 2001 111.5 12.55 2002 124.7 11.88 Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 78 2003 132.96 6.59 Sumber : International Financial Statistics CD ROM, IMF (data diolah kembali). Pada tahun 1986-1987 inflasi terjadi karena tingginya ketergantungan impor untuk memenuhi kebutuhan industri substitusi impor di Indonesia dan juga terjadinya devaluasi. Pada tahun 1990-1997 inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga BBM yang mendorong meningkatnya harga barang-barang lainnya. Inflasi tertinggi terjadi pada tahun 1998, yaitu sebesar 57,66 persen. Krisis moneter yang berkepanjangan dan keadaan politik serta keamanan yang tidak stabil sehingga masyarakat lebih memilih untuk mengambil uangnya di bank (bank rush) dan akibatnya jumlah uang beredar bertambah. Fluktuasi inflasi yang tinggi selama tahun 1998-1999 disebabkan oleh kondisi ekonomi dan sosial politik yang tidak menentu, terutama semenjak krisis ekonomi melanda Indonesia dan juga terkait dengan serangkaian kebijakan pemerintah seperti pencabutan subsidi BBM dan kenaikan tarifdasar listrik (TDL). Grafik 4.5 Perkembangan Tingkat Inflasi di Indonesia Periode 1984-2003. 60 inflasi (%) 50 40 30 20 10 2002 2000 1998 1996 1994 1992 1990 1988 1986 1984 0 tahun inflasi Sumber : Tabel 4.5 Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 79 Dari gambar diatas dapat dilihat setelah tahun 1998 tingkat inflasi mulai menurun yang mengindikasikan perbaikan dalam perekonomian Indonesia. Berbagai kebijakan pemerintah pasca krisis ekonomi serta ketersediaannya berbagai kebutuhan pokok mendorong hal ini. Setelah tahun 1999, kondisi perekonomian berangsur-angsur membaik, terbentuknya pemerintahan baru hasil pemilu 1999 tersebut telah memunculkan kembali ekspektasi yang positif di masyarakat terhadap perekonomian Indonesia ke depan. Pada tahun 2003, tingkat inflasi mencapai titik terendah selama enam tahun terakhir (1998-2003) yang disebabkan membaiknya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan situasi perekonomian yang stabil. 4.4.2.4 Pendapatan Nasional Dalam kerangka ekonomi makro pendapatan nasional menggambarkan aktivitas perekonomian dalam suatu negara. Dalam penelitian ini, data pendapatan nasional merupakan proksi dari Produk Domestik Bruto Riil. Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan nilai dari total output yang dihasilkan dalam suatu negara. Pengukuran Produk Domestik Bruto sangat diperlukan dalam teori maupun kebijakan makroekonomi. Pengukuran tersebut dapat digunakan untuk Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 80 menghadapi berbagai masalah sentral yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, siklus usaha, hubungan antara kegiatan ekonomi dan pengangguran, serta ukuran dan faktor-faktor penentu inflasi. Produk Domestik Bruto juga menggambarkan aktivitas perekonomian suatu negara. Perekonomian secara umum dikatakan membaik jika terjadi peningkatan Produk Domestik Bruto. Sekalipun demikian, dalam perhitungan pendapatan nasional teredapat unsur harga yang mempengaruhi besarnya nilai (nominal) pendapatan nasional. Dengan kata lain jumlah uang yang dikeluarkan dapat lebih besar untuk memperoleh barang dan jasa dalam jumlah yang sama. Ukuran kemakmuran ekonomi yang lebih baik akan menghitung output barang dan jasa perekonomian tanpa dipengaruhi oleh perubahan harga. Dengan asumsi harga konstan, maka nilai barang yang diproduksi dengan pengeluaran agregat akan bergerak kearah yang sama. PDB yang sering kita dengar dan kenal selama ini sebenarnya adalah PDB nominal. Padahal, PDB nominal ini sesungguhnya tidak menggambarkan keadaan perekonomian yang sebenarnya. Perubahan PDB nominal ini hanya merefleksikan perubahan produksi karena perubahan harga. Untuk mendapatkan perubahan produksi yang sebenarnya tanpa dipengaruhi oleh perubahan harga digunakanlah PDB riil. PDB riil adalah jumlah barang dan jasa pada periode tertentu dalam harga konstan. Tingkat pertumbuhan PDB Riil tidak terlepas dari pengaruh kegiatan ekonomi, baik dalam negeri maupun faktor yang mewarnai keadaan Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 81 ekonomi serta pola perdagangan dan situasi moneter internasional. Untuk mendapatkan PDB riil menggunakan rumus : PDB Riil = PDB Nominalt x 100 PDB Deflatort Tabel 4.6 Perkembangan Tingkat Pendapatan Nasional (PDB) di Indonesia Periode 1984-2003. PDB Nominal Tahun (milyar rupiah) PDB deflator (2000=100) PDB Riil (2000=100) (milyar rupiah) 1984 89885. 14.430 622920.9 1985 98406. 15.418 638262.3 1986 110697. 16.381 675764.6 1987 128630. 18.141 709049 1988 149395. 19.919 750031.4 1989 179608. 22.285 805962.8 Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 82 1990 210866. 24.397 864328.9 1991 249969. 27.041 924400.5 1992 282395. 28.695 984115.9 1993 329776 31.4658 1048046 1994 382220. 33.913 1127067 1995 454514. 37.264 1219713 1996 532568. 40.497 1315070 1997 627695. 45.588 1376877 1998 955753. 79.903 1196139 1999 1099730. 91.218 1205601 2000 1264920. 100.000 1264920 2001 1449400. 110.762 1308572 2002 1610570. 118.792 1355790 2003 1786700. 126.101 1416880 Sumber : International Financial Statistics CD ROM, IMF (data diolah kembali).. Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai PDB nominal senantiasa mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya pembangunan. Namun PDB nominal tidaklah menggambarkan keadaan yang sebenarnya, karena perubahan PDB nominal mencerminkan perubahan produksi barang dan jasa yang diakibatkan oleh perubahan harga. PDB riil Indonesia cenderung mengalami peningkatan yang relatif stabil sampai dengan tahun 1998. Pertumbuhan pada tahun-tahun tersebut terutama Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 83 didorong oleh menguatnya permintaan domestik yang sejalan dengan tingginya pertumbuhan investasi dan konsumsi sektor swasta. PDB riil pada tahun 1998 mengalami penurunan. Hal ini merupakan imbas dari krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997. 1800000 1500000 1200000 900000 600000 300000 2002 2000 1998 1996 1994 1992 1990 1988 1986 0 1984 Produk Domestik Bruto (milyar rupiah) Grafik 4.6 Perkembangan Produk Domestik Bruto Nominal dan Produk Domestik Bruto Riil (2000=100) di Indonesia Periode 1984-2003. tahun PDB nominal PDB riil Sumber : Tabel 4.6 Penurunan ini juga diakibatkan oleh lemahnya struktur perekonomian Indonesia ditambah kondisi sosial politik yang penuh dengan ketidakpastian yang memancing sentimen negatif dari pasar. Tahun 1999 PDB riil mulai menunjukkan adanya peningkatan kembali. Perbaikan ekonomi terutama didorong oleh meningkatnya konsumsi swasta dan pemerintah, serta mulai pulihnya kegiatan produksi dan investasi. Dari grafik diatas terlihat pergerakan PDB nominal dan PDB riil Indonesia, secara umum, selama periode penelitian 1984-2003, tampak bahwa pertumbuhan Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 84 PDB riil menunjukkan peningkatan yang meyakinkan dari tahun ke tahun. Tetapi setelah itu, ketika periode 1998, PDB riil Indonesia kembali mengalami penurunan. Dari tahun 1999-2003 dapat dilihat pergerakan PDB riil Indonesia kembali menunjukan peningkatan yang stabil. Pertumbuhan PDB riil kembali memperlihatkan potensi untuk mengalami peningkatan ditengah membaiknya sentimen positif pasar terhadap perkembangan perekonomian dan sosial politik Indonesia ke depan. 4.4.2.5 Rasio Investasi Pemerintah Terhadap PDB Investasi pemerintah umum mencakup investasi dari pemerintah pusat, pemerintah daerah tingkat I dan II serta desa. Sumber dari pembentukan modal pemerintah berasal dari tabungan pemerintah dan tabungan luar negeri. Tabungan pemerintah merupakan selisih antara penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin pemerintah. Pengeluaran pemerintah untuk investasi berarti berkaitan dengan kebijakan fiskal pemerintah. Data investasi pemerintah yang dipakai dalam penelitian ini adalah data pengeluaran pemerintah untuk pembangunan yang bersumber dari Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN). Pengeluaran untuk pembangunan merupakan pengeluaran yang berkaitan dengan kegiatan investasi yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk mencapai sasaran pembangunan. Prioritas alokasi pengeluaran pembangunan diberikan kepada pengembangan sarana dan prasarana ekonomi, penyediaan fasilitas pelayanan dasar dan Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 85 pengembangan sumber daya manusia. Trend perkembangan investasi di Indonesia dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.7 Perkembangan Investasi Pemerintah dan Rasio Investasi Pemerintah Terhadap PDB di Indonesia Periode 1984-2003. Investasi Pemerintah Tahun (milyar rupiah) Rasio Terhadap PDB Investasi Pemerintah Tahun (milyar rupiah) (%) Rasio Terhadap PDB (%) 1984 51981.43 8.35 1994 76251.52 6.76 1985 54227.26 8.50 1995 65340.08 5.36 1986 39266.32 5.81 1996 75595 5.75 1987 40871.34 5.76 1997 93425.39 6.79 1988 48901.5 6.52 1998 84815.47 7.09 1989 51890.08 6.44 1999 46867.24 3.89 1990 60717.39 7.03 2000 25815 2.04 1991 64439.91 6.97 2001 37294.63 2.85 1992 79565.18 8.09 2002 32281.62 2.38 1993 76644.55 7.31 2003 48982.82 3.12 Sumber : Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik, Berbagai Edisi (data diolah kembali). Dari tabel diatas dapat dilihat peranan pemerintah dalam pembentukan modal cukup berarti, karena nilai investasi pemerintah dari tahun ketahun mengalami peningkatan, kecuali pada beberapa tahun mengalami penurunan Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 86 terutama setelah terjadinya krisis ekonomi. Nilai investasi pemerintah tertinggi berada pada tahun 1997 yaitu sebesar Rp 93.245,39 milyar, dan nilai terendah pada tahun 2000 yaitu sebesar Rp 25.815 milyar. Penurunan investasi pemerintah, sebagai akibat dari turunnya sumber penerimaan pemerintah dari sektor migas. Turunnya penerimaan negara menyebabkan turunnya tingkat tabungan pemerintah, sehingga tingkat investasi pemerintah mengalami penurunan. 2002 2000 1998 1996 1994 1992 1990 1988 1986 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1984 rasio (%) Grafik 4.7 Perkembangan Rasio Investasi Pemerintah Terhadap PDB di Indonesia Periode 1984-2003. tahun rasio investasi pemerinah terhadap PDB Sumber : Tabel 4.7 Grafik diatas memperlihatkan perkembangan porsi investasi pemerintah terhadap PDB di Indonesia periode 1984-2003. Dari grafik terlihat perkembangan rasio investasi pemerintah terhadap PDB berfluktuasi, nilai tertinggi berada pada tahun 1985 dengan nilai 8,50 % dan nilai terendah berada pada tahun 2000 dengan nilai 2,04%. Pertumbuhan investasi pemerintah yang melambat tersebut seiring dengan merosotnya penerimaan pemerintah dari sektor migas, sehingga Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 87 pemerintah menjalankan kebijakan penghematan fiskal dalam hal ini berarti adanya penjadwalan kembali investasi- investasi pemerintah. 4.4.2.6 Variabel Dummy Krisis Ekonomi Selama periode observasi penelitian ternyata di Indonesia terjadi krisis ekonomi yang dimulai sejak pertengahan tahun 1997. Hal ini menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap berbagai variabel makroekonomi serta kondisi ekonomi Indonesia secara keseluruhan. Setelah krisis terjadi, angka-angka pada variabel makroekonomi berfluktuasi secara tajam yang dimulai pada tahun 1998. Penelitian ini menggunakan dummy variable krisis ekonomi sebagai salah satu variabel yang mempengaruhi tabungan dan investasi swasta di Indonesia. Dummy variable krisis ekonomi merepresentasikan ukuran kualitatif pada model tabungan dan investasi swasta di Indonesia periode tahun 1984-2003. Sesuai dengan identifikasi diatas, maka variable dummy tersebut bernilai satu pada tahun 1998 sampai dengan tahun 2003. 4.2 Unit Root Test Salah satu asumsi yang terdapat pada analisa regresi yang melibatkan data time series adalah data yang diamati bersifat stasioner. Data stasioner adalah data yang menunjukkan mean, varians, dan autovarians (pada variasi lag) tetap sama pada waktu kapan saja data itu dibentuk atau dipakai, artinya suatu data disebut Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 88 stasioner jika perubahannya stabil. Apabila data yang digunakan dalam model ada yang tidak stasioner, maka data tersebut harus dipertimbangkan kembali kevalidan dan kestabilanya, karena hasil regresi yang berasal dari data yang tidak stasioner akan menyebabkan spurious regression (regresi lancung). Tanda-tanda yang dapat mengindikasikan terjadinya spurious regression (regresi lancung) adalah dengan menbandingkan nilai koefisien determinasi dengan DW statistiknya. Apabila R2 > DW statistiknya, maka dapat diindikasikan terjadinya regresi palsu. Masalah ini muncul karena indikasi trend yang kuat, jadi R2 yang tinggi itu disebabkan oleh keberadaan trend tersebut, bukan karena hubungan ekonomi. Sementara nilai DW statistiknya yang kecil merefleksikan residual tidak stasioner. Salah satu konsep yang dipakai untuk menguji kestasioneran data time series adalah uji akar unit (unit root test). Di dalam penelitian ini akan digunakan uji akar unit melalui uji DickeyFuller (DF-Test) untuk mengetahui apakah data time series yang digunakan memiliki masalah akar unit atau data tidak stasioner. Jika suatu data time series tidak stasioner pada order nol, I(0), maka stasionaritas data tersebut bisa dicari melalui berbagai order sehingga diperoleh tingkat stasionaritas pada order ke-n (first difference atau I(1), atau second difference atau I(2), dan seterusnya). Persamaan regresi tanpa intercept yang digunakan pada pengujian ini adalah sebagai berikut : Yt = ρYt-1 + ut atau………………….......................................................(4.1) ∆Yt = δYt-1 + ut…………………...............................................................…(4.2) Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 89 ∆ = first difference dari variabel yang digunakan t = variabel trend δ = ρ -1, jika ρ = 1, terdapat unit root, tidak stasioner. Hipotesis untuk pengujian ini adalah : H0 : δ = 0 (terdapat unit roots, tidak stasioner) H1 : δ ≠0 (tidak terdapat unit roots, stasioner Hasil pengujian stasioneritas dari data model tabungan swasta dan model investasi swasta yang dipergunakan adalah sebagai berikut : Tabel 4.8 Batas Kritis ADF tes statistik Level First Difference Α Nilai 1% -2.6997 5% -1.9614 10 % -1.6066 Sumber: MacKinnon Critical Value, hasil penghitungan Berdasarkan hasil uji akar unit dengan berpatokan pada nilai batas kritis Dickey–Fuller dan hasil hipotesis di atas, maka dapat diambil hasil kesimpulan uji akar unit dalam tabel dibawah ini. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 90 Tabel 4.9 Hasil Pengujian Unit Root Level Variabel ADF test statistic Kesimpulan Α Model Tabungan Swasta First difference LS -4.135903 Stasioner pada I(1) 1% LGNDI -2.435469 Stasioner pada I(1) 5% LP -5.703913 Stasioner pada I(1) 1% Stasioner pada I(1) 1% LR -5.186592 Model Investasi Swasta First difference LI -3.545354 Stasioner pada I(1) 1% LY -2.021491 Stasioner pada I(1) 5% Stasioner pada I(1) 1% LR -5.186592 LP -5.703913 Stasioner pada I(1) 1% LGIY -3.872673 Stasioner pada I(1) 1% Sumber: Hasil penghitungan Dari tabel di atas, setelah dilakukan first difference dari data penelitian, terlihat t-DF < t-kritis. Ini berarti bahwa semua variabel stasioner pada tingkat α= 5 % dan terintegrasi pada order yang sama yaitu I(1) untuk kedua model yang digunakan. 4.3 Estimasi dan Hasil Regresi Model Kointegrasi Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 91 Model kointegrasi digunakan untuk menganalisis apakah trend dari nilai variabel tak bebas bergerak dengan arah yang sama dengan trend variabel bebasnya, sehingga tercapai keseimbangan jangka panjang. Untuk mendapatkan nilai residual term yang akan diuji kointegrasi dilakukan regresi persamaan linier dengan berdasarkan asumsi kenormalan “Model Regresi Linier Normal Klasik”. Estimasi terhadap model tabungan dan investasi swasta yang dilakukan dengan metode Ordinary Least Square (OLS) menurut persamaan sebagai berikut: • Model Tabungan Swasta Ln S = α + β1 LnGNDIt + β2 LnRt + β3 LnPt + β4 Dummy + μt ………….……………………………………………………………………...(4.3) α = konstanta Ln S = logaritma tabungan swasta riil LnGNDI = logaritma Real Gross National Disposable Income LnR = tingkat suku bunga riil LnP = tingkat inflasi D = dummy variable, D = 0, untuk periode sebelum krisis ekonomi (1984-1997) D = 1, untuk periode setelah krisis ekonomi (1998-2003) β1, β2, β3, β4 = koefisien regresi μ = error term Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 92 Hasil yang diperoleh untuk persamaan diatas yaitu : LS = -0,502 + 0,896*LGNDI + 0,309*LR + 0,316*LP – 0,274*D1…..(4.4) t-stat ( -0,141) ( 3,596) (2,232) ( 1,591) ( -1,740) R2 = 0.561806 DW Stat = 2,122523 Adj.R2 = 0.436608 F-stat = 4,487330 • Model Investasi Swasta Ln I = α + γ1 LnYt + γ2 LnPt + γ3 LnRt + γ4 LnGIYt + γ5 Dummy + νt…...…(4.5) Ln I = logaritma investasi swasta riil LnY = logaritma pendapatan nasional riil LnP = tingkat inflasi LnR = tingkat suku bunga riil LnGIY = logaritma rasio investasi pemerintah terhadap PDB D = dummy variable, D = 0, untuk periode sebelum krisis ekonomi (1984-1997) D = 1, untuk periode setelah krisis ekonomi (1998-2003) γ1, γ2 ,γ3, γ4, γ5 = koefisien regresi ν = error term t menunjukan waktu Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 93 Untuk persamaan model investasi swasta diperoleh hasil : LI = -9,969 + 1,545*LY - 0,112*LR + 0,012*LP - 0,240*LGIY 0,521*D1......(4.6) t-stat ( -9,879) (21,351) (1,860) (-0,286) (-2,449) R2 = 0,980717 DW Stat = 1,798793 Adj.R2 = 0,973300 F-stat = 132,2338 (-5,498) 4.3.1 Uji Kointegrasi Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi keseimbangan dalam jangka panjang pada model yang digunakan dengan cara menguji stasionaritas residual atau error term dari model tersebut, melalui metode Engle-Granger (pendekatan Dicky Fuller Test). Persamaan yang digunakan untuk tes kointegrasi adalah persamaan Dickey Fuller Regression : ∆ Yt = (δ-1) Yt-1 + Ut…………………...………………….....……… (4.7) Hipotesis untuk pengujian ini adalah : H0 : δ = 0 (variabel-variabel dalam model tidak terkointegrasi) H1 : δ ≠ 0 (variabel-variabel dalam model terkointegrasi) Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 94 Adapun hasil dari uji kointegrasi dalam model tabungan swasta adalah sebagai berikut: U t = -1,282Ut-1 + u t....................................................................................(4.8) t-Stat (-4,855) R = 0,594 DW-Stat = 0,980 Sedangkan hasil uji kointegrasi dalam model investasi swasta adalah sebagai berikut : U t = -0,951Ut-1 + u t.....................................................................................(4.9) t-Stat (-4,179) R = 0,521 DW-Stat = 1,570 Nilai t-ADF untuk model tabungan swasta pada tingkat kepercayaan 1%, 5%, dan 10% secara berturut-turut adalah -2,7080; -1,9628; dan -1,6061. Model tabungan swasta memiliki nilai t-statistik sebesar –4,8556 yang lebih kecil dari nilai t-ADF pada α =1%, ini berarti H0 ditolak. Sedangkan nilai t-ADF untuk model investasi swasta pada tingkat kepercayaan 1%, 5%, dan 10% secara berturut-turut adalah -2,7080; -1,9628; dan -1,6061. Model investasi swasta memiliki nilai t-statistik sebesar –4,1796 yang lebih kecil dari nilai t-ADF pada α =1%, ini berarti H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan pada tingkat Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 95 kepercayaan 99% hasil regresi memiliki variabel-variabel yang terkointegrasi pada derajat I(0). Hal tersebut menunjukkan bahwa residual dari kedua model kointegrasi tersebut terkointegrasi. Artinya hasil regresi memiliki derajat integrasi yang sama (terkointegrasi), di mana variabel – variabel bebas dalam model persamaan memiliki pengaruh hubungan jangka panjang dengan variabel tak bebasnya (terikat). 4.3.2 Pengujian Statistik 4.3.2.1 Penaksiran Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) mencerminkan besarnya pengaruh perubahan variabel bebas (independent variables) dalam menjelaskan perubahan pada variabel tidak bebas / variabel terikat (dependent variables) secara bersama-sama, dengan tujuan untuk mengukur kebenaran dan kebaikan hubungan antar variabel dalam model yang digunakan. Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara 0 hingga 1 (0<R2<1), dimana nilai koefisien mendekati 1, maka model tersebut dikatakan baik karena semakin dekat hubungan antara variabel bebas dengan variabel tidak bebasnya. Hasil estimasi model kointegrasi persamaan tabungan swasta menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,561806. Artinya sekitar 56 % perubahan variabel tabungan swasta pada jangka panjang dipengaruhi oleh variabel-variabel penentu dalam model, sedangkan sisanya 44% diterangkan oleh Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 96 variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model. Untuk hasil estimasi model kointegrasi persamaan investasi swasta menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,980717. Artinya 98 % perubahan variabel investasi swasta pada jangka panjang dipengaruhi oleh variabel-variabel penentu dalam model, sedangkan sisanya 2 % diterangkan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model. 4.3.2.2 Uji t-statistik Pengujian t-statistik dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi variabel bebas terhadap variabel tidak bebasnnya secara parsial. Uji ini dilakukan dengan membandingkan antara nilai t-hitung dengan t-kritis pada tabel. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian dua arah dalam tingkat signifikansi (α) dan derajat kebebasan (degree of freedom, df) = n-k, dimana n menunjukkan jumlah observasi dan k menunjukkan jumlah parameter termasuk konstanta. Hipotesis yang digunakan adalah : H0 : β = 0, artinya variabel bebas tidak mempengaruhi variabel tidak bebasnya H0 : βi ≠ 0, artinya variabel bebas mempengaruhi variabel tidak bebasnya Hasil pengujian akan menghasilkan dua kesimpulan menurut hipotesis di atas, yaitu : Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 97 H0 diterima jika -t-tabel < t-stat < t-tabel, hal ini berarti variabel bebas tidak mempengaruhi variabel tak bebasnya secara signifikan. H0 ditolak jika -t-stat <-t-tabel atau t-tabel < t-stat, hal ini berarti variabel bebas mempengaruhi variabel tak bebasnya secara signifikan. Pada model tabungan swasta didapat nilai t-kritis sebagai berikut : Tabel 4.10 Nilai t-statistik Model Kointegrasi Tabungan Swasta Degree of freedom Tingkat signifikansi t-tabel 15 1% 2,947 15 5% 2,131 15 10 % 1,753 (Df* = n – k) * n-k = 20-5 = 15 n = jumlah observasi = 20 k = jumlah parameter yang digunakan termasuk kon Sumber : Damodar Gujarati, Basic Econometric. Hasil uji t-statistik pada model tabungan swasta adalah sebagai berikut : Tabel 4.11 Hasil Uji t-statistik Model Kointegrasi Tabungan Swasta Variabel t statistic α Kesimpulan C -0.141843 - Tidak signifikan Ln GNDI 3.596262 1% Signifikan Ln R 2.232751 5% Signifikan Ln 1.591637 5% Signifikan Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 98 -1.740891 Dummy 10 % Signifikan Sumber : Hasil perhitungan Sedangkan untuk model investasi swasta didapat nilai t kritis sebagai berikut : Tabel 4.12 Nilai t-statistik Model Kointegrasi Investasi Swasta Degree of freedom (Df* = n – k) Tingkat signifikansi t-tabel 14 1% 2,977 14 5% 2,145 14 10 % 1,761 * n-k = 20-6 = 14 n = jumlah observasi = 20 k = jumlah parameter yang digunakan termasuk kon Sumber : Damodar Gujarati, Basic Econometric. Hasil uji t-statistik pada model investasi swasta adalah sebagai berikut : Tabel 4.13 Hasil Uji t-statistik Model Kointegrasi Investasi Swasta Variabel t statistic α Kesimpulan C -10,23 1% Signifikan Ln Y 21,749 1% Signifikan Ln R -0,1076 - Tidak Signifikan Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 99 Ln P -1,818 10 % Signifikan Ln GIY -2,6636 5% Signifikan Dummy -5,2889 1% Signifikan Sumber : Hasil perhitungan 4.3.2.3 Uji F-statistik Uji F-statistik untuk mengukur goodness of fit dari persamaan regresi, yaitu pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap pergerakan variabel tidak bebasnya. Dengan demikian berlaku pengujian sebagai berikut : • Ho diterima jika F-stat < F-tabel • Ho ditolak jika F-stat > F-tabel Dengan demikian hasil uji F yang signifikan akan menunjukkan bahwa variabel bebas secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap variabel tidak bebasnya. Uji F-stat ini merupakan uji signifikansi satu arah (one tail significance). Tabel 4.14 Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 100 Nilai F-statistik Model Kointegrasi Tabungan Swasta Df (k-1,n-k) = (5-1,20-5) F-tabel α (4,15) 1% 4,89 (4,15) 5% 3,06 (4,15) 10 % 2,36 Sumber : Damodar Gujarati, Basic Econometrics. Model tabungan swasta mempunyai nilai F-hitung sebesar 4,487330, persamaan ini terbukti signifikan pada confidence level 5 % karena lebih besar dari F-tabel sebesar 3,06. Dengan kata lain, variabel pendapatan nasional disposibel riil, tingkat suku bunga tabungan riil, tingkat inflasi, dan dummy variable krisis ekonomi secara bersama-sama signifikan mempengaruhi arah tabungan swasta pada tingkat kepercayaan 95%. Tabel 4.15 Nilai F-statistik Model Kointegrasi Investasi Swasta Df (k-1,n-k) = (6-1,20-6) F-tabel α (5,14) 1% 4,69 (5,14) 5% 2,96 (5,14) 10 % 2,31 Sumber : Damodar Gujarati, Basic Econometrics. Model investasi swasta mempunyai nilai F-hitung sebesar 132,2338 persamaan ini terbukti signifikan pada confidence level 1 % karena lebih besar dari F-tabel sebesar 4,69. Dengan kata lain, variabel pendapatan nasional riil, tingkat suku bunga tabungan riil, tingkat inflasi, rasio investasi pemerintah terhadap PDB, dan dummy variable krisis ekonomi secara bersama-sama signifikan mempengaruhi arah tabungan swasta pada tingkat kepercayaan 99%. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 101 4.3.3 Pengujian Masalah dalam Regresi Linier Klasik 4.3.3.1 Masalah Multikolinieritas Multikolinear menunjukan gejala adanya hubungan linear atau hubungan yang pasti diantara eksplanatori variabel (variabel penjelas) dalam model regresi. Gejala ditunjukkan oleh beberapa faktor, namun yang paling mendukung penjelasan adanya multikolinier dalam model yaitu apabila nilai R2 dari hasil regresi sangat tinggi namun sebagian besar eksplanatori variabel tidak menjelaskan hubungan yang signifikan terhadap variabel yang dijelaskan, melalui perbandingan antara nilai t-stat dan F-stat dengan t-tabel dan F-tabel. Berdasarkan ciri-ciri adanya gejala multikolinier dalam model, maka dengan melihat hasil regresi sudah cukup untuk menyimpulkan tidak adanya masalah multikolinier dalam model. 4.3.3.2 Masalah Serial Korelasi Serial korelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi di antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu. Untuk mendeteksi ada tidaknya masalah ini dalam suatu model, ada dua metode yang biasanya digunakan yaitu dengan menggunakan uji Durbin-Watson atau dengan uji run. Pen1gujian run biasanya untuk menyimpulkan apabila pada pengujian DurbinWatson didapat hasil “tidak ada kesimpulan”. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 102 Untuk model persamaan tabungan swasta diperoleh hasil pengujian Durbin-Watson sebagai berikut : Tabel 4.16 Pengujian Durbin-Watson Model Kointegrasi Tabungan Swasta Kategori k’ N D-W Stat D-W Tabel pada α = 5% dL Du k’ = jumlah variabel dalam persamaan tanpa konstanta Nilai 4 20 2,122523 0,894 1,828 N = jumlah observasi Gambar 4.1 Pengujian Durbin Watson Model Kointegrasi Tabungan Swasta Serial korelasi positif Daerah tak tentu Tidak terdapat serial korelasi Daerah tak tentu Serial korelasi negatif Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 103 0 0,894 1,828 2 2,172 3,106 2,12225 Dari tabel diatas dapat dijelaskan hasil autokorelasi didalam model berada di daerah tidak terdapat autokorelasi sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model tabungan swasta tidak terdapat autokorelasi. Sedangkan untuk model persamaan investasi swasta diperoleh hasil pengujuian Durbin-Watson sebagai berikut : Tabel 4.17 Pengujian Durbin-Watson Model Kointegrasi Investasi Swasta Kategori k’ N D-W Stat D-W Tabel pada α = 5% dL Nilai 5 20 1,798793 0,792 Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 4 104 dU k’ = jumlah variabel dalam persamaan tanpa konstanta 1,991 N = jumlah observasi Gambar 4.2 Pengujian Durbin Watson Model Kointegrasi Investasi Swasta Serial korelasi positif 0 Daerah tak tentu 1,991 0,792 Daerah tak tentu Tidak terdapat serial korelasi 2 2,009 Serial korelasi negatif 3,308 1,798793 Dari tabel diatas dapat dijelaskan hasil autokorelasi didalam model investasi swasta masih berada di daerah ragu-ragu sehingga tidak ada keputusan apakah terjadi autokorelasi atau tidak, jadi persamaan harus diuji lebih lanjut dengan Run Test. Run-Test Uji run dilakukan dengan melakukan perhitungan terhadap pergerakan residual yang diperoleh dari selisih nilai aktual dari variabel tak bebasnya terhadap nilai estimasinya. Tabel 4.18 Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 4 105 Run Test Model Kointegrasi Investasi Swasta n1 = µ+ n2 = µN K E(K) σ(K) S(K) 11 9 20 10 10,9 4,637 2,153 t-tabel (15,1%) 2,9467 Hasil Tidak ada autokorelasi Е (k) – t-tabel ( n,-1; α) S(k) ≤ K ≤ Е (k) + t-tabel ( n,-1; α) S(k) 10,9 - 2,9467 * 2,1533 ≤ 10 ≤ 10,9 + 2,9467 * 2,1533 4,5557554 ≤ 10 ≤ 17,244245 Setelah dilakukan pengujian run pada persamaan, ternyata nilai run (K) berada pada daerah Ho yang tidak ditolak, yaitu diantara daerah kritis atas dan daerah kritis bawah, ini berarti tidak terdapat autokorelasi pada persamaan diatas pada tingkat kepercayaan 99%. 4.2.4 Analisis Ekonomi Model Kointegrasi Analisis ekonomi ini dimaksudkan untuk membandingkan antara hasil model dengan kaidah teori ekonomi yang berlaku (apriori teoritis), apakah sesuai Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 106 atau tidak. Untuk itu maka perlu dilakukan analisis terhadap setiap persamaan struktural yang telah didapatkan berdasarkan hasil estimasi tersebut. Penelitian ini menggunakan model kointegrasi bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel-variabel yang digunakan dalm model tabungan dan investasi swasta pada jangka panjang. Yang dimaksud jangka panjang dalam pendekatan kointegrasi adalah jangka waktu dimana pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependennya tidak bersifat seketika, melainkan membutuhkan selang waktu, dan merupakan suatu kondisi dimana masing-masing variabel memungkinkan untuk mengadakan penyesuaian secara penuh terhadap perubahan-perubahan yang timbul (atau tidak ada kecenderungan untuk naik atau turun, dan variabel tersebut berada dalam kondisi optimumnya). Pada model persamaan jangka panjang, asumsi error term-nya adalah nol (µ=0) sedangkan pada model jangka pendek, error term-nya belum tentu sama dengan nol. Model kointegrasi juga merupakan model yang biasa digunakan untuk menganalisis apakah trend dari nilai variabel tak bebas bergerak dengan arah yang sama dengan trend variabel bebasnya, sehingga tecapai keseimbangan jangka panjang atau justru sebaliknya. Dari hasil regresi yang telah dijelaskan sebelumnya dapat diketahui bahwa sebagian besar variabel-variabel bebas secara signifikan berpengaruh terhadap tabungan dan investasi swasta di Indonesia. Dari uji kointegrasi di hasilkan kesimpulan bahwa terjadi keseimbangan dalam jangka panjang pada kedua model Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 107 yang digunakan. Selanjutnya akan diuraikan satu persatu mengenai berapa besar pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel tak bebasnya. o Model Tabungan Swasta Hubungan antara Pendapatan Nasional Disposibel Riil (GNDI) dengan Tabungan Swasta di Indonesia pada jangka panjang. Dari hasil regresi diperoleh hasil bahwa koefisien dari variabel GNDI adalah sebesar 0,896195 dan nilainya signifikan secara statistik pada tingkat kepercayaan 99%. Nilai itu menunjukkan bahwa dalam jangka panjang variabel pendapatan nasional disposibel riil berpengaruh positif terhadap tabungan swasta Indonesia, dimana setiap kenaikan pendapatan nasional disposibel riil sebesar 1%, ceteris paribus, akan menambah tabungan swasta sebesar 0,89%. Pengaruh positif ini sudah sesuai dengan teori baik teori klasik maupun teori Keynes. Keduanya menyatakan bahwa tingkat tabungan tergantung dari pendapatan. Makin tinggi tingkat pendapatan, makin besar keinginan untuk menabung. Seseorang atau masyarakat yang tingkat pendapatannya tinggi, biasanya menabung lebih banyak dibanding seseorang atau masyarakat yang pendapatannya lebih rendah. Hubungan antara Tingkat Suku Bunga Deposito Riil dengan Tabungan Swasta di Indonesia pada jangka panjang. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 108 Koefisien dari variabel tingkat suku bunga deposito riil adalah sebesar 0,309395 dan nilainya secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa dalam jangka panjang hubungan antara tingkat bunga tabungan riil dengan tabungan swasta adalah positif dimana setiap kenaikan 1% dari tingkat suku bunga riil, ceteris paribus, akan menyebabkan peningkatan tingkat tabungan swasta di Indonesia sebesar 0,30%. Hubungan positif ini menunjukkan opportunity cost dari memegang uang, masyarakat akan lebih memilih menabungkan dananya di bank ketika tingkat bunga tinggi, karena tertarik dari return dana mereka daripada memegang uang yang tidak menghasilkan. Hubungan antara Tingkat Inflasi dengan Tabungan Swasta di Indonesia pada jangka panjang. Berdasarkan hasil regresi diperoleh hasil bahwa koefisien dari tingkat inflasi adalah sebesar 0,313695 dan nilainya signifikan secara statistik pada kepercayaan 95%. Nilai itu menunjukkan bahwa pada jangka panjang tingkat inflasi berpengaruh positif terhadap tingkat tabungan swasta di Indonesia, dimana setiap kenaikan tingkat inflasi sebesar 1%, ceteris paribus akan meningkatkan tabungan swasta sebesar 0,31%. Seperti halnya tingkat tingkat suku bunga, variabel ini adalah opportunity cost dari memegang uang, bahwa ketika terjadi kenaikan harga maka nilai riil dari uang yang dipegang masyarakat akan menurun sehingga masyarakat lebih memilih tidak memegang Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 109 uang dan menyimpan uang mereka di bank (menghindari kerugian yang ditimbulkan akibat inflasi, yaitu timbulnya shoeleather cost). Hubungan antara Dummy Variable Krisis Ekonomi dengan Tabungan Swasta di Indonesia pada jangka panjang. Tujuan penelitian ini adalah mengenai dampak krisis ekonomi pada tingkat tabungan swasta di Indonesia. Krisis ekonomi pada model tabungan swasta di Indonesia direpresentasikan melalui dummy variable krisis ekonomi. Dummy variable adalah adalah metode pengklasifikasian data yang membagi sebuah sampel menjadi beberapa subgrup berdasarkan kualitas atau atribut (jenis kelamin, status perkawinan, dan lain-lain). Berdasarkan hasil regresi, koefisien variabel krisis perbankan bernilai –0.27407 dan secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 90%. Dengan demikian pada saat krisis maka tingkat tabungan swasta di Indonesia menurun sebesar 0,274%. Nilai itu menunjukkan bahwa dalam jangka panjang dummy variable krisis ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat tabungan swasta Indonesia. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Ketika terjadi krisis masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap bank, tempat mereka menyimpan dananya, juga krisis tersebut menyebabkan peningkatan harga secara umum. Turunnya kepercayaan ini menyebabkan mereka lebih Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 110 memilih menarik dana mereka dan memegang uang, selain itu peningkatan harga menyebabkan masyarakat akan meningkatkan konsumsinya dan mengurangi tabungannya. Dengan demikian secara otomatis krisis ekonomi akan menurunkan tingkat tabungan. o Model Investasi Swasta Hubungan antara Pendapatan Nasional Riil (PDB Riil) dengan Investasi Swasta di Indonesia pada jangka panjang. Dari hasil regresi diperoleh hasil bahwa koefisien dari variabel pendapatan nasional riil adalah sebesar 1,545180 dan nilainya signifikan secara statistik pada tingkat kepercayaan 99%. Nilai itu menunjukkan bahwa dalam jangka panjang variabel pendapatan riil berpengaruh positif terhadap investasi swasta Indonesia, dimana setiap kenaikan pendapatan riil sebesar 1%, ceteris paribus, akan menambah tingkat investasi swasta sebesar 1,54%. Pengaruh positif ini sudah sesuai dengan teori baik teori klasik maupun teori Keynes. Keduanya menyatakan bahwa tingkat investasi tergantung dari pendapatan. Makin tinggi Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 111 tingkat pendapatan, maka investasi sebagai salah satu komponen dalam perhitungan pendapatan nasional juga akan meningkat. Hubungan antara Tingkat Suku Bunga Riil dengan Investasi Swasta di Indonesia pada jangka panjang. Koefisien dari variabel tingkat suku bunga deposito riil adalah sebesar 0,012 dan nilainya secara statistik tidak signifikan. Nilai tersebut menunjukkan bahwa dalam jangka panjang hubungan antara tingkat suku bunga riil dengan investasi swasta adalah negatif dimana setiap kenaikan tingkat suku bunga riil sebesar 1% akan menyebabkan penurunan tingkat investasi swasta sebesar 0,012%. Variabel ini menjadi tidak signifikan karena pada negara-negara berkembang seperti Indonesia tingkat mobilitas modalnya masih rendah, selain itu juga masih belum sempurnanya pasar modal yang menghambat aliran modal. Hal tersebut yang menyebabkan variabel tingkat suku bunga pengaruhnya menjadi tidak signifikan pada jangka panjang. Hubungan antara Tingkat Inflasi dengan Investasi Swasta di Indonesia pada jangka panjang. Koefisien dari variabel tingkat inflasi adalah sebesar 0,1125 dan nilainya secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 90%. Nilai tersebut Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 112 menunjukkan bahwa dalam jangka panjang hubungan antara tingkat inflasi dengan investasi swasta adalah negatif dimana setiap kenaikan tingkat inflasil sebesar 1% akan menyebabkan penurunan tingkat investasi swasta sebesar 0,112%. Hal ini sudah sesuai dengan teori bahwa dampak inflasi terhadap investasi swasta bisa positif atau negatif. Ternyata berdasarkan hasil yang diperoleh, pada jangka panjang inflasi berdampak negatif menurunkan tingkat investasi swasta meskipun dampaknya tidak terlalu besar. Ini disebabkan karena ketika terjadi inflasi meningkatkan risiko untuk berinvestasi di negara tersebut sehingga investor tidak tertarik untuk menanamkan modalnya. Hubungan antara Investasi Pemerintah dengan Investasi Swasta di Indonesia pada jangka panjang. Variabel rasio investasi pemerintah terhadap PDB (GIY) memiliki korelasi yang negatif dengan tingkat investasi swasta dengan nilai koefisien sebesar –0,240387 dan nilainya secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Hal ini berarti, kenaikan 1% rasio investasi pemerintah terhadap PDB akan menyebabkan investasi swasta mengalami penurunan sebesar 0,24 %, ceteris paribus. Terjadinya hubungan negatif antara investasi pemerintah dengan tingkat investasi swasta kemungkinan besar berkaitan dengan masalah alokasi dan efisiensi penggunaan dana untuk investasi, yang pada akhirnya menyebabkan Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 113 terjadinya Crowding Out pada sektor swasta. Dimana pemerintah ingin menaikkan tingkat investasinya melalui penerbitan obligasi sehingga dana dari masyarakat mengalir ke sektor pemerintah dikarenakan adanya jaminan dan resiko yang lebih kecil dibandingkan sektor swasta. Mengalirnya dana ke sektor pemerintah, menyebabkan berkurangnya dana bagi sektor swasta, sehingga investasi sektor swasta berkurang. Penurunan tingkat investasi swasta mendorong pemerintah untuk meningkatkan investasinya agar kekurangan investasi pada sektor swasta tersebut bisa diatasi. Hubungan antara Dummy Variable Krisis Ekonomi dengan Investasi Swasta di Indonesia pada jangka panjang. Krisis ekonomi pada model investasi swasta di Indonesia direpresentasikan melalui dummy variable krisis ekonomi. Dummy variable adalah adalah metode pengklasifikasian data yang membagi sebuah sampel menjadi beberapa subgrup berdasarkan kualitas atau atribut (jenis kelamin, status perkawinan, dan lain-lain). Berdasarkan hasil regresi, koefisien variabel krisis ekonomi bernilai –0,521000 dan secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 99%. Dengan demikian pada saat krisis maka tingkat investasi swasta di Indonesia menurun sebesar 52,1%. Nilai itu menunjukkan bahwa Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 114 dalam jangka panjang dummy variable krisis ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat investasi swasta Indonesia. Ketika terjadi krisis ekonomi, berbagai perubahan terjadi pada kondisi perekonomian Indonesia, dan mendorong kepada keadaan yang lebih buruk daripada sebelum krisis. Krisis yang ditandai dengan tingginya tingkat inflasi mendorong tingginya tingkat suku bunga nominal untuk menyesuaikan kondisi ini. Tingginya tingkat suku bunga nominal ini mengindikasikan tingginya tingkat risiko jika melakukan investasi di Indonesia. Selain itu juga krisis ekonomi menyebabkan turunnya kepercayaan investor untuk melakukan investasi. 4.4 Hasil Regresi Error Correction Model (Jangka Pendek) Model persamaan dinamis dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh perubahan berbagai variabel independen terhadap perubahan variabel dependennya dalam jangka pendek. Model ini digunakan untuk mengetahui bagaimana ketidakseimbangan jangka pendek yang digambarkan dengan variablel first difference-nya dikoreksi atau disesuaikan untuk mencapai keseimbangan jangka panjangnya yang digambarkan dengan signifikansi dari variabel error correction term-nya. Dalam analisis mengenai tabungan dan investasi swasta diperlukan juga proses penyesuaian dinamis yang disebut mekanisme koreksi eror (Error Correction Mechanism) yang akan menunjukkan ada atau tidaknya keseimbangan Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 115 dalam jangka pendek dari suatu model, yang dinyatakan secara spesifik melalui persamaan sebagai berikut: • Model Tabungan Swasta ΔLn S =α + β1 ΔLnGNDIt + β2 ΔLnRt + β3 ΔLnPt + β4 ECTt-1 + β5 D + μt..(4.10) α = konstanta ΔLn S = First Difference dari logaritma tabungan nasional riil ΔLnGNDI = First Difference dari logaritma Real Gross National Disposable Income ΔLnR = First Difference dari tingkat suku bunga riil ΔLnP = First Difference dari tingkat inflasi ECTt −1 = Error-correction term lagged one period D = dummy variable, D = 0, untuk periode sebelum krisis ekonomi (1984-1997) D = 1, untuk periode setelah krisis ekonomi (1998-2003) β1, β2, β3, β4 = koefisien regresi μ = error term Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 116 t menunjukan waktu Hasil estimasi persamaan dinamis model tabungan swasta adalah sebagai berikut : LS = 0,202 - 2,338LGNDI + 0,277LR + 0,382LP - 0,174Dummy 1,022ECTt-1 .....................................................................................................................(4.11) t-stat ( 2,7282) (-2,4954) (2,5513) (2,2572) (-1,0222) R2 = 0.670680 DW Stat = 0,958002 Adj.R2 = 0.520989 F-stat = 5,480432 ( -1,9268) • Model Investasi Swasta ΔLn I = α+γ1 ΔLnYt +γ2 ΔLnPt + γ3 ΔLnRt + γ4 ΔLnGIYt + γ5 ECTt-1 + γ6 D +νt .………....…………………………………..…………...……………….……(4.12) ΔLn I = First Difference dari logaritma investasi ΔLnY = First Difference dari logaritma pendapatan nasional ΔLnP = First Difference dari tingkat inflasi ΔLnR = First Difference dari tingkat suku bunga ΔLnGIY = First Difference dari logaritma rasio investasi pemerintah terhadap PDB ΔECTt-1 = Error-correction term lagged one period D = dummy variable, D = 0, untuk periode sebelum krisis ekonomi (1984-1997) Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 117 D = 1, untuk periode setelah krisis ekonomi (1998-2003) γ1, γ2 ,γ3, γ4, γ5 = koefisien regresi ν = error term t menunjukan waktu Hasil estimasi dari persamaan dinamis model investasi swasta adalah sebagai berikut : LI= -0,148 + 3,868LY–0,003LR-0,01LP-0,196LGIY-0,075D –0,99ECTt-1 .....................................................................................................................(4.13) t-stat (-5,066) (8,339) (-0,868) (2,390) (-3,776) (-2,076) (-4,819) R2 = 0,862648 DW Stat = 1,804374 Adj.R2 = 0,780237 F-stat = 10,46762 4.4.1 Pengujian Statistik 4.4.1.1 Penaksiran Koefisien Determinasi Model dinamis tabungan swasta pada jangka pendek memiliki R2 sebesar 0,670680 yang berarti bahwa varians dari variabel bebas didalam model ini dapat menerangkan 67% dari variabel tidak bebasnya, sedangkan sisanya sebesar 33% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model. Sedangkan untuk persamaan dinamis model investasi swasta memiliki nilai R2 sebesar 0,862648. Ini berarti bahwa pada jangka pendek varians dari variabel bebas didalam model ini dapat menerangkan Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 118 86% dari variabel tidak bebasnya, sedangkan sisanya sebesar 14% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model. 4.4.1.2 Uji t-Statistik Dengan menggunakan tingkat kepercayaan 90%, 95% dan 99% Pada persamaan dinamis model tabungan swasta di Indonesia didapat nilai t-tabel sebagai berikut: Tabel 4.19 Nilai t-statistik Model Dinamis Tabungan Swasta Degree of freedom Df* = n – k Tingkat signifikansi t-tabel 14 1% 2,977 14 5% 2,145 14 10 % 1,761 * n-k = 20-6 = 14 n = jumlah observasi = 20 k = jumlah parameter yang digunakan termasuk kon Sumber : Damodar Gujarati, Basic Econometric. Hasil uji t-statistik pada persamaan dinamis model tabungan swasta adalah sebagai berikut : Tabel 4.20 Hasil Uji t-statistik Model Dinamis Tabungan Swasta Variabel C Ln GNDI Ln R Ln P Dummy ECT (-1) t statistic 2,728212 -2,49l5421 2,551390 2,257214 -1.022234 -1,926851 α 5% 5% 5% 5% 10 % Kesimpulan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Tidak Signifikan Signifikan Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 119 Sumber : Hasil perhitungan Untuk persamaan dinamis model investasi swasta diperoleh nilai t tabel sebagai berikut : Tabel 4.21 Nilai t-statistik Model Dinamis Investasi Swasta Degree of freedom 13 13 13 * n-k = 20-7 = 13 Tingkat signifikansi 1% 5% 10 % t-tabel 3,012 2,160 1,771 n = jumlah observasi = 20 k = jumlah parameter yang digunakan termasuk ko Sumber : Damodar Gujarati, Basic Econometric. Hasil uji t-statistik pada persamaan dinamis model investasi swasta adalah sebagai berikut : Tabel 4.22 Hasil Uji t-statistik Model Dinamis Investasi Swasta Variabel t statistik α Kesimpulan C -2.086433 10 % Signifikan Ln Y 3.386611 1% Signifikan Ln R -0,510980 - Tidak Signifikan Ln P 1,895990 10% Signifikan Ln GIY -2.839901 5% Signifikan Dummy -1.391875 - Tidak Signifikan ECT (-1) -3.204659 1% Signifikan Sumber : Hasil perhitungan Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 120 4.4.1.3 Uji F-Statistik Untuk persamaan dinamis model tabungan swasta diperoleh nilai F-tabel sebagai berikut : Tabel 4.23 Nilai F-statistik Model Dinamis Tabungan Swasta Df (k-1,n-k) F-tabel α = (6-1,20-6) (5,14) 1% 4,69 (5,14) 5% 2,96 (5,14) 10 % 2,31 Sumber : Damodar Gujarati, Basic Econometrics. Persamaan model dinamis tabungan swasta di Indonesia mempunyai nilai F-hitung sebesar 5,480432. Persamaan ini terbukti signifikan pada confidence level 1% karena lebih besar dari F-tabel yaitu 4,69. Dengan kata lain, variabelvariabel first difference pendapatan nasional dispisibel riil, tingkat suku bunga deposito riil, tingkat inflasi, dummy variable krisis ekonomi, dan faktor koreksi kesalahan (error) secara bersama-sama signifikan mempengaruhi arah variabel first difference tabungan swasta di Indonesia pada α = 0.01. Sedangkan untuk persamaan dinamis model investasi swasta diperoleh nilai F-tabel sebagai berikut : Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 121 Tabel 4.24 Nilai F-statistik Model Dinamis Investasi Swasta Df (k-1,n-k) F-tabel α = (7-1,20-6) (6,14) 1% 4,46 (6,14) 5% 2,85 (6,14) 10 % 2,24 Sumber : Damodar Gujarati, Basic Econometrics. Persamaan model dinamis investasi swasta di Indonesia mempunyai nilai F-hitung sebesar 10,46762. Persamaan ini terbukti signifikan pada confidence level 1% karena lebih besar dari F-tabel yaitu 4,46. Dengan kata lain, variabelvariabel first difference pendapatan nasional dispisibel riil, tingkat suku bunga deposito riil, tingkat inflasi, dummy variable krisis ekonomi, dan faktor koreksi kesalahan (error) secara bersama-sama signifikan mempengaruhi arah variabel first difference investasi swasta di Indonesia pada α = 0.01. 4.4.2 Uji Masalah dalam Model Regresi Linier 4.4.2.1 Masalah Multikolinieritas Berdasarkan hasil uji t-statistik pada model dinamis tabungan swasta di Indonesia yang digunakan, hanya dummy variable yang tidak signifikan pada tJhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 122 statistik dengan R2 cukup tinggi. Sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan tidak terdapat masalah multikolinieritas pada model dinamis tabungan swasta yang digunakan. Sedangkan untuk persamaan model dinamis investasi swasta di Indonesia, hanya variabel first difference tingkat suku bunga tidak signifikan tetapi memiliki nilai R2 yang cukup tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa model dinamis investasi swasta yang digunakan tidak terdapat masalah multikolinearitas. 4.4.2.2 Masalah Autokorelasi (Autocorrelation) Untuk model dinamis persamaan tabungan swasta diperoleh hasil pengujuian Durbin-Watson sebagai berikut : Tabel 4.25 Pengujian Durbin-Watson Model Dinamis Tabungan Swasta Kategori k’ N D-W Stat D-W Tabel pada α = 5% dL dU k’ = jumlah variabel dalam persamaan tanpa konstanta Nilai 5 17 0,958002 0,664 1,900 N = jumlah observasi Gambar 4.3 Pengujian Durbin Watson Model Dinamis Tabungan Swasta Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 123 Serial korelasi positif 0 Daerah tak tentu 1,900 0,664 Daerah tak tentu Tidak terdapat serial korelasi 2 2,100 Serial korelasi negatif 3,336 0,958002 Dari tabel diatas dapat dijelaskan hasil autokorelasi didalam model dinamis tabungan swasta masih berada di daerah ragu-ragu sehingga tidak ada keputusan apakah terjadi autokorelasi atau tidak, jadi persamaan harus diuji lebih lanjut dengan Run Test. Run-Test Uji run dilakukan dengan melakukan perhitungan terhadap pergerakan residual yang diperoleh dari selisih nilai aktual dari variabel tak bebasnya terhadap nilai estimasinya. Tabel 4.26 Run Test Model dinamis Tabungan Swasta n1 = µ+ 7 Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 4 124 n2 = µN K E(K) σ(K) S(K) 10 17 13 9,23 3,724 1,929 t-tabel (12,1%) 3,055 Hasil Tidak ada autoko Relasi Е (k) – t-tabel ( n,-1; α) S(k) ≤ K ≤ Е (k) + t-tabel ( n,-1; α) S(k) 9,23 – 3,055 * 1,929 ≤ 13 ≤ 9,47 + 3,055 * 1,929 3,334526 ≤ 12 ≤ 15,125474 Setelah dilakukan pengujian run pada persamaan, ternyata nilai run (K) berada pada daerah Ho yang tidak ditolak, yaitu diantara daerah kritis atas dan daerah kritis bawah, ini berarti tidak terdapat autokorelasi pada persamaan diatas pada tingkat kepercayaan 99%. Sedangkan untuk model persamaan investasi swasta diperoleh hasil pengujuian Durbin-Watson sebagai berikut : Tabel 4.27 Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 125 Pengujian Durbin-Watson Model Dinamis Investasi Swasta Kategori k’ N D-W Stat D-W Tabel pada α = 5% dL dU k’ = jumlah variabel dalam persamaan tanpa konstanta Nilai 6 19 1,804374 0,649 2,206 N = jumlah observasi Gambar 4.4 Pengujian Durbin Watson Model Dinamis Investasi Swasta Serial korelasi positif 0 Daerah tak tentu 0,649 Daerah tak tentu Tidak terdapat serial korelasi 1,794 2 2,209 Serial korelasi negatif 3,351 4 Dari tabel diatas dapat dijelaskan hasil pengujian autokorelasi di dalam 1,804 di daerah tidak terdapat autokorelasi, model dinamis investasi swasta berada sehingga dapat disimpulkan bahwa pada model dinamis investasi swasta tidak terdapat masalah autokorelasi. 4.4.3 Analisis Ekonomi Hasil Estimasi Error –Correction Model Error Correction Model berisi informasi tentang perubahan variabel dalam jangka pendek dan jangka panjang dengan disekuilibrium sebagai proses penyesuaian terhadap model jangka panjang. Granger (1983, 1988) menunjukkan Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 126 bahwa konsep kestabilan ekuilibrium jangka panjang adalah equivalen statistik dari kointegrasi. Ketika kointegrasi berlaku dan ada shock yang menyebabkan disekuilibrium, maka terjadi proses penyesuaian dinamis jangka pendek seperti mekanisme error correction yang akan mendorong sistem kembali menuju ekuilibrium jangka panjang. Koreksi kesalahan (error correction term) merupakan ukuran tingkat kecepatan penyesuaian model jangka pendek terhadap model jangka panjang. Dengan menyertakan faktor koreksi kesalahan dalam estimasi model, dapat diketahui tingkat kecepatan penyesuaian faktor-faktor yang mempengaruhi tabungan dan investasi swasta di Indonesia untuk satu periode mendatang di jangka pendek yang dapat mendukung terciptanya keseimbangan di jangka panjangnya. Model koreksi kesalahan ini merupakan perwujudan dari konsep kointegrasi seperti yang diungkapkan oleh Granger dalam Granger Representative Theorem yang menyatakan bahwa model koreksi kesalahan hanya akan valid bila variabel-variabel lolos dari uji kointegrasi atau residual dari regresi kointegrasinya stasioner. Dengan kata lain, dapat dikatakan jika error- correction term pada model koreksi kesalahan signifikan, maka variabel-variabel tersebut lolos dari uji kointegrasi atau residual dari kointegrasinya stasioner. Sehingga dari analisa data ini dapat diamati model dinamisnya dengan menggunakan koreksi kesalahan (ECM). o Model Tabungan Swasta Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 127 Hasil estimasi menunjukkan bahwa error correction term (ECt-1) untuk model dinamis tabungan swasta secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 99%. Hal ini berarti bahwa terjadi koreksi penyesuaian perubahan jangka pendek kembali ke keseimbangan jangka panjangnya atau dengan kata lain bahwa ketidakseimbangan (disequilibrium) pada suatu periode akan dikoreksi pada periode berikutnya. Angka koefisien sebesar 1,022 berarti bahwa sekitar 1,022 dari ketidaksesuaian antara nilai tabungan swasta yang aktual dengan nilai tabungan swasta jangka panjangnya atau equilibriumnya akan dikoreksi atau dihilangkan setiap periodenya. Nilai koefisien ECt-1 yang bernilai negatif berarti pada jangka pendek, model tersebut berada dibawah keseimbangan jangka panjangnya, sehingga proses penyesuaian keseimbangan jangka pendek menuju ke keseimbangan jangka panjang arahnya bergerak ke atas. Berikut ini adalah pembahasan mengenai hubungan antara setiap variabel bebasnya dengan tabungan swasta di Indonesia pada jangka pendek. Hubungan antara Pendapatan Nasional Disposibel Riil (GNDI) dengan Tabungan Swasta di Indonesia pada jangka pendek. Koefisien dari variabel first difference pendapatan nasional disposibel riil adalah sebesar –2,338508 dan nilainya secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa dalam jangka pendek hubungan antara pendapatan nasional disposibel riil dengan tingkat tabungan swasta adalah negatif dimana setiap kenaikan tingkat pendapatan nasional Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 128 disposibel riil sebesar 1% akan menyebabkan penurunan tingkat tabungan swasta sebesar 2,338%. Berbeda dengan jangka panjangnya, tingkat pendapatan nasional disposibel riil mempunyai korelasi negatif dengan tabungan swasta. Pada jangka pendek ketika terjadi peningkatan pada pendapatan nasional disposibel riil, respon masyarakat terjadi seketika, yaitu ketika pendapatan meningkat, masyarakat ternyata lebih meningkatkan konsumsinya daripada meningkatkan tabungannya. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat di Indonesia cenderung konsumtif. Selain itu hal ini juga dapat disebabkan karena kemudahan yang diberikan lembaga keuangan dalam pemberian kredit, sehingga bagian dari pendapatan masyarakat semakin sedikit yang ditabung. Hubungan antara Tingkat Suku Bunga Deposito Riil dengan Tabungan Swasta di Indonesia pada jangka pendek. Koefisien dari variabel first difference tingkat suku bunga deposito riil adalah sebesar 0,277961 dan nilainya secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa dalam jangka pendek hubungan antara tingkat suku bunga deposito riil dengan tingkat tabungan swasta adalah positif dimana setiap kenaikan tingkat suku bunga tabungan riil 100% akan menyebabkan peningkatan tingkat tabungan swasta sebesar 27,79%. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 129 Seperti halnya pada jangka panjang, tingkat bunga tabungan riil mempunyai korelasi positif dengan tabungan swasta. Namun pada jangka pendek perubahan tingkat bunga tabungan riil mempunyai dampak lebih kecil daripada jangka panjang. Hal ini berarti perubahan tersebut direspon oleh masyarakat secara seketika. Hubungan antara Tingkat Inflasi dengan Tabungan Swasta di Indonesia pada jangka pendek. Koefisien dari variabel first difference tingkat inflasi adalah sebesar 0,382890 dan nilainya secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 95%.. Nilai tersebut menunjukkan bahwa dalam jangka pendek hubungan antara tingkat inflasi dengan tingkat tabungan swasta adalah positif dimana setiap kenaikan tingkat inflasi sebesar 1% akan menyebabkan peningkatan tingkat tabungan swasta sebesar 0,38%. Hasil yang didapat ini sedikit berbeda dengan hasil regresi pada jangka panjangnya, dimana pada jangka panjang pengaruh tingkat inflasi terhadap tingkat tabungan swasta lebih kecil. Ketika terjadi peningkatan pada tingkat inflasi dalam jangka pendek, pengaruhnya bersifat seketika, masyarakat tidak ingin memegang uang dalam jumlah banyak karena akan menurunkan nilai uang tersebut, dan masyarakat membutuhkan selang waktu penyesuaian sehingga pada jangka panjang pengaruhnya lebih kecil. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 130 Hubungan antara Dummy Variable Krisis Ekonomi dengan Tabungan Swasta di Indonesia pada jangka pendek. Koefisien dari variabel dummy krisis ekonomi adalah sebesar –0,174260 dan nilainya secara statistik tidak signifikan. Nilai tersebut menunjukkan bahwa dalam jangka pendek hubungan antara krisis ekonomi dengan tingkat tabungan swasta adalah negatif dimana krisis ekonomi akan menyebabkan penurunan tabungan swasta sebesar 17,42%. Hasil yang didapat ini berbeda dengan hasil regresi pada jangka panjangnya, dimana pada jangka panjang krisis ekonomi secara signifikan mempengaruhi tabungan swasta di Indonesia. Ketika terjadi krisis ekonomi dalam jangka pendek, respon masyarakat tidak secara langsung mengurangi jumlah tabungannya, tetapi memerlukan penyesuaian sehingga pengaruhnya tidak signifikan pada jangka pendek. Maka dapat dikatakan bahwa krisis ekonomi pengaruhnya bersifat tidak seketika dan membutuhkan selang waktu. o Model Investasi Swasta Hasil estimasi menunjukkan bahwa error correction term (ECt-1) untuk model dinamis investasi swasta signifikan pada tingkat kepercayaan 99%. Hal ini berarti bahwa terjadi koreksi penyesuaian perubahan jangka pendek kembali ke keseimbangan jangka panjangnya atau dengan kata lain bahwa ketidakseimbangan (disequilibrium) disuatu periode akan dikoreksi pada periode berikutnya. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 131 Sedangkan angka koefisien sebesar –0,8502 berarti bahwa sekitar 0,8502 dari ketidaksesuaian antara nilai investasi swasta yang aktual dengan nilai investasi swasta jangka panjangnya atau equilibriumnya akan dikoreksi atau dihilangkan setiap periodenya. Koefisien ECt-1 yang negatif berarti pada jangka pendek, model tersebut berada dibawah keseimbangan jangka panjangnya, sehingga proses penyesuaian keseimbangan jangka pendek menuju ke keseimbangan jangka panjang arahnya bergerak keatas. Selanjutnya akan dibahas satu persatu mengenai hubungan antara setiap variabel bebasnya dengan investasi swasta di Indonesia pada jangka pendek. Hubungan antara Pendapatan Nasional Riil (PDB Riil) dengan Investasi Swasta di Indonesia pada jangka pendek. Hubungan antara pendapatan riil dan investasi swasta pada jangka panjang hampir sama dengan jangka pendeknya, pada jangka pendek variabel first difference pendapatan riil secara statistik signifikan mempengaruhi investasi swasta di Indonesia. Koefisien sebesar 3,868674 menunjukkan bahwa dalam jangka pendek, setiap kenaikan pendapatan riil sebesar 1%, cateris paribus akan meningkatkan investasi swasta sebesar 3,86%. Nilai tersebut signifikan secara statistik pada tingkat kepercayaan 99%. Seperti pada jangka panjang, pendapatan nasional riil mempunyai korelasi positif dengan tingkat investasi swasta. Namun pada jangka pendek perubahan pendapatan nasional riil mempunyai dampak lebih besar daripada jangka Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 132 panjang. Hal ini berarti perubahan tersebut direspon oleh masyarakat secara seketika. Hubungan antara Tingkat Suku Bunga Riil dengan Investasi Swasta di Indonesia pada jangka pendek. Hubungan antara tingkat suku bunga riil dan investasi swasta pada jangka panjang hampir sama dengan jangka pendeknya, pada jangka pendek variabel first difference pendapatan riil secara statistik tidak signifikan mempengaruhi investasi swasta di Indonesia. Koefisien sebesar -0,015342 menunjukkan bahwa dalam jangka pendek, setiap kenaikan tingkat suku bunga riil sebesar 1%, cateris paribus akan menurunkan investasi swasta sebesar 0,015%. Seperti halnya pada jangka panjang, pengaruh tingkat suku bunga riil pada jangka pendek tidak signifikan diduga disebabkan karena rendahnya mobilisasi dana dan tidak sempurnanya pasar modal. Selain itu, berbagai kemudahan yang diberikan dalam kaitan pemberian kredit menyebabkan aliran dana pinjaman lebih banyak diberikan kepada sektor konsumsi daripada sektor investasi. Hubungan antara Tingkat Inflasi dengan Investasi Swasta di Indonesia pada jangka pendek. Hubungan antara tingkat inflasi dan investasi swasta pada jangka panjang hampir sama dengan jangka pendeknya, pada jangka pendek variabel first difference pendapatan riil secara statistik signifikan mempengaruhi investasi Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 133 swasta di Indonesia pada tingkat kepercayaan 95%. Koefisien sebesar 0,085963 menunjukkan bahwa dalam jangka pendek, setiap kenaikan tingkat inflasi sebesar 1%, cateris paribus akan menaikkan investasi swasta sebesar 0,0859%. Seperti halnya pada jangka panjang, pengaruh tingkat inflasi pada jangka pendek tidak terlalu besar terhadap investasi swasta. Tetapi meskipun demikian, inflasi pada jangka pendek menyebabkan penurunan pada investasi swasta karena tingginya risiko yang disebabkan karena inflasi. Hubungan antara Investasi Pemerintah dengan Investasi Swasta di Indonesia pada jangka pendek. Variabel fist difference rasio investasi pemerintah terhadap PDB (GIY) memiliki korelasi yang negatif dengan tingkat investasi swasta dengan nilai koefisien sebesar –0,17868 dan nilainya secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 99%. Hal ini berarti, kenaikan 1% rasio investasi pemerintah terhadap PDB akan menyebabkan investasi swasta mengalami penurunan sebesar 0,178%, ceteris paribus. Terjadinya hubungan negatif antara investasi pemerintah dengan tingkat investasi swasta sama seperti pada jangka panjangnya kemungkinan besar berkaitan dengan masalah alokasi dan efisiensi penggunaan dana untuk investasi, yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya Crowding Out pada sektor swasta. Tetapi pada jangka pendek pengaruhnya lebih kecil karena terjadinya proses penyesuaian terhadap kondisi jangka panjangnya. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 134 Hubungan antara Dummy Variable Krisis Ekonomi dengan Investasi Swasta di Indonesia pada jangka pendek. Koefisien dari variabel dummy krisis ekonomi adalah sebesar 0,056042 dan nilainya secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 90%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa dalam jangka pendek hubungan antara krisis ekonomi dengan tingkat investasi swasta adalah positif dimana krisis ekonomi akan menyebabkan kenaikan investasi swasta sebesar 0,056%. Hasil yang didapat ini sedikit berbeda dengan hasil regresi pada jangka panjangnya, dimana pada jangka panjang pengaruh krisis ekonomi secara signifikan lebih besar menyebabkan penurunan pada investasi swasta di Indonesia. Ketika terjadi krisis ekonomi dalam jangka pendek, respon yang diberikan oleh investor lambat, memerlukan penyesuaian sehingga pengaruhnya lebih kecil pada jangka pendek. Maka dapat dikatakan bahwa krisis ekonomi pengaruhnya bersifat tidak seketika dan membutuhkan selang waktu. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 135 BAB V KESIMPULAN dan SARAN 5.1 Kesimpulan Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tabungan dan investasi swasta di Indonesia dan dampak krisis ekonomi terhadap tabungan dan investasi swasta di Indonesia. Analisis kointegrasi dan Error Correction Model dilakukan untuk mengetahui hubungan jangka panjang dan jangka pendek dari variabel-variabel penentu pada model tabungan dan investasi swasta di Indonesia. Berdasarkan analisa kuantitatif dan deskriptif yang dilakukan pada bab-bab sebelumnya dihasilkan kesimpulan : 1) Berdasarkan uji statistik model kointegrasi tabungan swasta, menunjukan bahwa pada jangka panjang koefisien variabel pendapatan nasional disposibel riil, tingkat suku bunga tabungan riil, dan tingkat inflasi signifikan pada tingkat kepercayaan, secara berturut-turut, 95% , 99%, 99% dan ketiganya mempunyai korelasi positif. Hasil uji kointegrasi menunjukkan bahwa Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 136 variabel–variabel penentu dalam model dengan tabungan swasta terkointegrasi, artinya dalam jangka panjang pergerakan variabel bebas searah dengan variabel tidak bebas. Pengujian akar unit (Dickey-Fuller Test) membukt ikan bahwa variabel-variabel dalam model terintegrasi pada orde yang sama, yaitu I(1) dan memenuhi syarat stasioneritas, sehingga dapat dipastikan bahwa pada model kointegrasi tabungan swasta tidak terjadi spurious regression. 2) Berdasarkan uji statistik Error-Correction Model (ECM) tabungan swasta, koefisien variabel pendapatan nasional disposibel riil, tingkat suku bunga tabungan riil, dan tingkat inflasi pada jangka pendek signifikan pada tingkat kepercayaan, secara berturut-turut, 95%, 99%, 99%, dan ketiganya mempunyai korelasi positif. Koefisien variabel error-correction term (ECTt-1) secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 95% dan mempunyai tanda positif. Koefisien variabel ECTt-1 yang positif berarti model tersebut pada jangka pendek berada diatas keseimbangan jangka panjangnya, sehingga proses penyesuaian keseimbangan jangka pendek menuju ke keseimbangan jangka panjang arahnya bergerak kebawah. 3) Berdasarkan uji statistik model kointegrasi investasi swasta, menunjukan bahwa pada jangka panjang koefisien variabel pendapatan nasional riil berpengaruh signifikan pada tingkat kepercayaan 99% dan mempunyai hubungan positif, begitu pula dengan koefisien variabel tingkat inflasi yang Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 137 mempunyai hubungan negatif dan signifikan pada tingkat kepercayaan 90%. Koefisien variabel rasio investasi pemerintah terhadap PDB berpengaruh signifikan pada tingkat kepercayaan 95% dan mempunyai hubungan negatif. Sedangkan koefisien variabel tingkat suku bunga riil mempunyai hubungan negatif tetapi tidak signifikan. Hasil uji kointegrasi menunjukkan bahwa variabel–variabel penentu dalam model dengan investasi swasta terkointegrasi, artinya dalam jangka panjang pergerakan variabel bebas searah dengan variabel tidak bebas. Pengujian akar unit (Dickey-Fuller Test) membukt ikan bahwa variabel-variabel dalam model terintegrasi pada orde yang sama, yaitu I(1) dan memenuhi syarat stasioneritas, sehingga dapat dipastikan bahwa pada model kointegrasi investasi swasta tidak terjadi spurious regression. 4) Berdasarkan uji statistik Error-Correction Model (ECM) investasi swasta, koefisien variabel pendapatan nasional riil pada jangka pendek berpengaruh signifikan dan mempunyai tanda positif. Koefisien variabel tingkat suku bunga riil secara statistik mempunyai hubungan negatif tetapi pengaruhnya tidak signifikan Koefisien variabel tingkat inflasi secara statistik signifikan dan mempunyai tanda negatif. Koefisien variabel rasio investasi pemerintah terhadap PDB secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 99% dan mempunyai tanda negatif. Koefisien variabel error-correction term (ECTt-1) secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 99% dan mempunyai Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 138 tanda negatif. Koefisien variabel ECTt-1 yang negatif berarti model tersebut pada jangka pendek berada dibawah keseimbangan jangka panjangnya, sehingga proses penyesuaian keseimbangan jangka pendek menuju ke keseimbangan jangka panjang arahnya bergerak keatas. 5) Pada jangka panjang koefisien variabel krisis ekonomi secara statistik signifikan mempengaruhi tabungan dan investasi swasta pada tingkat kepercayaan masing-masing 90% dan 99% dengan tanda negatif. Sedangkan pada jangka pendek koefisien variabel krisis ekonomi mempunyai hubungan negatif terhadap tabungan swasta tetapi pengaruhnya secara statistik tidak signifikan, tetapi krisis ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap investasi swasta. 5.2 Saran 1. Dalam peningkatan jumlah tabungan, hendaknya pemerintah memperhatikan benar-benar dalam menentukan tingk suku bunga Bank Indonesia, karena itu juga akan berpengaruh terhadap tingkat suku bunga bank umum. 2. Investasi cenderung relative tidak stabil (volatile) apabila dibandingkan dengan pengeluaran konsumsi sehingga fluktuasi investasi dapat Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 139 menyebabkan resesi dan boom dalam perekonomian. Oleh karena itu dituntut peran aktif pemerintah dalam menjaga iklim investasi di Indonesia. 3. Inflasi sangat berpengaruh terhadap tabungan dan investasi swasta, karena itu pemerintah dan Bank Indonesia hendaknya bersinergi membangun basis perekonomian yang kuat yang dapat menjaga laju inflasi di Indonesia DAFTAR PUSTAKA Bank Indonesia. Laporan Tahunan, berbagai edisi. Badan Pusat Statistik. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia, berbagai edisi. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 140 Dornbusch, Rudiger, Stanley Fischer, and Richard Startz. Macroeconomics 7th edition. New York: Mcgraw-Hill. Engle, E.F and Granger, C.W.J. 1987. “Co-Integration and Error Correction: Representation, Estimation, and Testing”, Econometrica, Gordon, Robert J. Macroeconomics 6th edition. HarperCollins College Publishers. Gujarati, Damodar. 1995. Basics Econometrics. New York : Mcgraw-Hill. Ikhsan, Mohamad, dan M. Chatib Bisri. Investasi Swasta dan Pemerintah : Substitusi atau Komplementer ? : Kasus Indonesia. International Financial Statistic, CD ROM. Jhingan, M.L. 1999.“Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan”, edisi Keenam Belas, Jakarta : Raja Grafindo Persada. Jorgenson, Dale.1963. Capital Theory and Investment Behaviour. American Economic Review Vol. 53,pp. 49-58. Mankiw, N. Gregory. Principles of Economics. New York: Mcgraw-Hill. Mankiw, N. Gregory. 2000. Macroeconomics 4th edition. New York : McgrawHill. Marshall, Alfred. 1895. Principles of Economics. New York : Macmillan. Masson, Paul R., Tamim Bayoumi, and H. Samiei. 1995. International Evidence on the Determinants of Private Savings. IMF Working Papers. Washington DC. Mishkin, Frederic S. 1998. The Economics of Money, Banking and Financial Markets 5th edition. Addison- Wesley Publishing Company. Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 141 Nopirin. 1992. Ekonomi Moneter Buku 1. Yogyakarta : BPFE. Nopirin. 1992. Ekonomi Moneter Buku 2. Yogyakarta : BPFE. Parkin, Michael. 1996.Macroeconomics. Addison- Wesley Publishing Company. Salam. M.N. 1995. Analisis Investasi Jepang di Indonesia, Buletin Litbang Perdagangan. Departemen Perdagangan. Serven, Luis. Real Exchange Rate Uncertainty and Private Investment in Developing Countries. World Bank. Shiimi, Ipumbu W. dan Gerson Kadhikwa. 1999. Saving and Investment in Namibia. BON Occasional Paper No.2. Jhingan, M.L. 1999.“Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan”, edisi Keenam Belas, Jakarta : Raja Grafindo Persada. Sukirno, Sadono. 1994. "Pengantar Teori Makroekonomi", edisi kedua. Persada, Jakarta : P.T.Raja Grafindo. Lampiran 1. Data Yang Digunakan Periode Observa si Tabungan Swasta Riil (milyar rupiah) Investa si Swasta Riil (milyar Pendapat an Nasional Disposib el Riil Tingkat Suku Bunga Deposito (12 Bulan) Riil (%) Tingkat Inflasi (%) Pendapata n Nasional (PDB) Riil (milyar rupiah) Rasio Investasi Pemerinta h terhadap PDB (milyar Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 142 rupiah) rupiah) 1984 349346.71 64 107190 .7 678933.7 8.1896719 32 10.510328 07 622920.94 03 0.0834501 84 1985 358137.99 06 84658. 6 693151.8 13.072127 54 4.7278724 57 638262.26 83 0.0849729 07 1986 395678.42 9 110978 .3 732658.6 9.8732283 46 5.8267716 54 675764.60 53 0.0581029 66 1987 437584.66 88 116546 .4 768276.2 8.2738095 24 9.2261904 76 709049.01 55 0.0576386 55 1988 486874.35 83 132819 .4 812376.1 10.416439 6 8.0835604 750031.37 79 0.0652041 85 1989 538382.47 97 154892 .7 870610.4 12.213445 38 6.3865546 22 805962.78 2 0.0643685 72 1990 584852.72 79 178245 .3 928400.1 10.680094 79 7.8199052 13 864328.89 96 0.0702580 96 1991 633031.01 28 182767 .2 993143.6 13.386080 59 9.4139194 14 924400.54 44 0.0697068 56 1992 690104.69 66 188666 .5 1051156 13.567358 55 7.5326414 46 984115.86 57 0.0808626 45 1993 753651.04 79 197723 .5 1114825. 2 6.6175591 53 9.6824408 47 1048045.8 15 0.0731406 77 1994 518760.09 02 245261 .8 1193870. 3 4.4845302 3 8.5154697 7 1127067.0 66 0.0676492 36 1995 577519.14 63 309551 .6 1291415. 6 5.5571540 67 9.4428459 33 1219713.3 96 0.0535642 8 1996 653997.19 71 326743 .6 1387533. 3 8.7411089 87 7.9588910 13 1315070.3 87 0.0574874 49 1997 687910.62 38 340471 .1 1441845. 9 9.5698693 82 6.7301306 18 1376877.4 01 0.0678556 2 1998 740782.18 21 240885 .8 1217702 35.864384 98 57.664384 98 1196138.5 78 0.0709048 89 1999 792968.06 97 202957 .1 1198647 7.2868833 05 20.313116 7 1205601.0 63 0.0388752 64 Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 143 2000 292208.7 241732 .1 1273857. 2 6.8506287 59 9.3493712 41 1264920 0.0204084 05 2001 346710.00 05 253425 .7 1257443. 6 1.65 12.55 1308571.5 32 0.0285048 9 2002 448997.35 56 256115 .3 1293426. 6 5.4777876 5 11.878497 63 1355789.9 52 0.0238040 39 2003 661904.49 61 248425 .5 1318017. 3 5.5 6.5860247 38 1416880.1 2 0.0311563 94 Lampiran 2. Data Yang Diestimasi Periode Observasi Variabel LN S LN I LN GNDI 1984 12.7638201648 11.5823647701 13.4282787582 1985 12.7886736397 11.3463819772 13.4490043018 1986 12.8883571124 11.6170899657 13.5044351152 1987 12.9890254947 11.666044756 13.5519045829 1988 13.0957613776 11.7967455897 13.6077186893 1989 13.1963245154 11.9504878981 13.6769498538 1990 13.2791153473 12.0909159705 13.7412180611 1991 13.3582746933 12.1159684908 13.8086305449 1992 13.4445985993 12.1477361851 13.8654010689 LN R 8.189671932 13.07212754 9.873228346 8.273809524 10.4164396 12.21344538 10.68009479 13.38608059 13.56735855 LN P LN Y LN GIY 10.51032807 13.3421748881 2.48350542396 4.727872457 13.3665045567 2.46542281448 5.826771654 13.4236000774 2.84553856651 9.226190476 13.4716799364 2.85356184261 8.0835604 13.5278703218 2.73023162499 6.386554622 13.5997928442 2.74312977741 7.819905213 13.6697086462 2.65557973186 9.413919414 13.7369007463 2.66345660163 7.532641446 13.7994989188 Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 - 144 2.51500330445 1993 13.5326847387 12.1946248691 13.9242081793 1994 13.1591968013 12.4100814904 13.9927109406 1995 13.2664968746 12.6428800777 14.071249539 1996 13.3908583447 12.6969310445 14.1430381243 1997 13.4414142012 12.7380855258 14.1814347257 1998 13.5154619098 12.3920782412 14.0124760339 1999 13.5835382346 12.2207499056 13.9967039787 2000 12.585223552 12.3955853671 14.0575600209 2001 12.7562439761 12.4428259624 14.0445913291 2002 13.0147722772 12.4533830127 14.0728055337 2003 13.4028765588 12.4228982808 14.0916391199 6.617559153 4.48453023 5.557154067 8.741108987 9.569869382 35.86438498 7.286883305 6.850628759 1.65 5.47778765 4.02 9.682440847 13.8624378595 2.61537061008 8.51546977 13.9351292997 2.69341921785 9.442845933 14.0141264678 2.92687285097 7.958891013 14.0894007484 2.85618863327 6.730130618 14.1353287403 2.69037306636 57.66438498 13.9946090747 2.64641589154 20.3131167 14.002488808 3.24739711751 9.349371241 14.050519437 3.89180845318 12.55 14.0844466666 3.55767962748 10.02221235 14.1198948328 3.73790000682 6.58 14.1639679138 3.46873578997 Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 145 Lampiran 3. Unit Root Test (pada first difference tanpa intercept) 1. Variable LS Null Hypothesis: D(LS) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=4) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.135903 0.0003 Test critical values: 1% level -2.699769 5% level -1.961409 10% level -1.606610 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 18 Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LS,2) Method: Least Squares Date: 03/05/09 Time: 10:15 Sample(adjusted): 1986 2003 Included observations: 18 after adjusting endpoints Variable Coefficien Std. Error t-Statistic t D(LS(-1)) -1.056165 0.255365 -4.135903 R-squared 0.500323 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.500323 S.D. dependent var S.E. of regression 0.295870 Akaike info criterion Sum squared resid 1.488161 Schwarz criterion Log likelihood -3.105418 Durbin-Watson stat Prob. 0.0007 0.020181 0.418558 0.456158 0.505623 1.907269 Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 146 2. Variabel LI Null Hypothesis: D(LI) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=4) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level t-Statistic -3.545354 -2.699769 -1.961409 -1.606610 Prob.* 0.0014 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 18 Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LI,2) Method: Least Squares Date: 03/05/09 Time: 10:16 Sample(adjusted): 1986 2003 Included observations: 18 after adjusting endpoints Variable Coefficien Std. Error t-Statistic t D(LI(-1)) -0.789075 0.222566 -3.545354 R-squared 0.423170 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.423170 S.D. dependent var S.E. of regression 0.154657 Akaike info criterion Sum squared resid 0.406618 Schwarz criterion Log likelihood 8.571373 Durbin-Watson stat Prob. 0.0025 0.011417 0.203632 -0.841264 -0.791799 1.354839 Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 147 3. Variabel LGNDI Null Hypothesis: D(LGNDI) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=4) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.435469 0.0181 Test critical values: 1% level -2.699769 5% level -1.961409 10% level -1.606610 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 18 Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LGNDI,2) Method: Least Squares Date: 03/05/09 Time: 10:18 Sample(adjusted): 1986 2003 Included observations: 18 after adjusting endpoints Variable Coefficien Std. Error t-Statistic t D(LGNDI(-1)) -0.516855 R-squared 0.258660 Adjusted R-squared 0.258660 S.E. of regression 0.060014 Sum squared resid 0.061229 Log likelihood 25.61060 0.212220 -2.435469 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Durbin-Watson stat Prob. 0.0262 -0.000105 0.069702 -2.734512 -2.685047 1.995371 Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 148 4.Variabel LR Null Hypothesis: D(LR) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=0) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.186592 0.0001 Test critical values: 1% level -2.728252 5% level -1.966270 10% level -1.605026 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 15 Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LR,2) Method: Least Squares Date: 03/06/09 Time: 10:19 Sample(adjusted): 1986 2003 Included observations: 15 Excluded observations: 3 after adjusting endpoints Variable D(LR(-1)) Coefficien t -1.293012 R-squared 0.657529 Adjusted R-squared 0.657529 S.E. of regression 0.549836 Sum squared resid 4.232477 Log likelihood -11.79461 Std. Error t-Statistic Prob. 0.249299 -5.186592 0.0001 Mean dependent var -0.020750 S.D. dependent var 0.939553 Akaike info criterion 1.705948 Schwarz criterion 1.753151 Durbin-Watson stat 1.750187 Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 149 5. Variabel LP Null Hypothesis: D(LP) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=0) t-Statistic Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.703913 Test critical values: 1% level -2.699769 5% level -1.961409 10% level -1.606610 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 18 Prob.* 0.0000 Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LP,2) Method: Least Squares Date: 03/06/09 Time: 10:18 Sample(adjusted): 1986 2003 Included observations: 18 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LP(-1)) -1.294308 0.226916 -5.703913 0.0000 R-squared 0.656763 Mean dependent var 0.011617 Adjusted R-squared 0.656763 S.D. dependent var 1.070101 S.E. of regression 0.626934 Akaike info criterion 1.958002 Sum squared resid 6.681785 Schwarz criterion 2.007467 Log likelihood -16.62201 Durbin-Watson stat 2.257829 Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 150 6. Variabel LY Null Hypothesis: D(LY) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=4) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.021491 0.0442 Test critical values: 1% level -2.699769 5% level -1.961409 10% level -1.606610 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 18 Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LY,2) Method: Least Squares Date: 03/05/09 Time: 10:21 Sample(adjusted): 1986 2003 Included observations: 18 after adjusting endpoints Variable Coefficien Std. Error t-Statistic t D(LY(-1)) -0.396317 R-squared 0.193509 Adjusted R-squared 0.193509 S.E. of regression 0.053925 Sum squared resid 0.049435 Log likelihood 27.53639 0.196052 -2.021491 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Durbin-Watson stat Prob. 0.0593 0.001097 0.060047 -2.948488 -2.899023 2.084662 Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 151 7. Variabel LGIY Null Hypothesis: D(LGIY) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=4) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.872673 0.0006 Test critical values: 1% level -2.699769 5% level -1.961409 10% level -1.606610 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 18 Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LGIY,2) Method: Least Squares Date: 03/05/09 Time: 10:22 Sample(adjusted): 1986 2003 Included observations: 18 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic D(LGIY(-1)) -0.966200 0.249492 -3.872673 R-squared 0.467941 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.467941 S.D. dependent var S.E. of regression 0.275084 Akaike info criterion Sum squared resid 1.286410 Schwarz criterion Log likelihood -1.794246 Durbin-Watson stat Prob. 0.0012 0.013949 0.377125 0.310472 0.359937 1.808405 Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 152 Hasil estimasi model kointegrasi tabungan swasta Dependent Variable: LS Method: Least Squares Date: 03/05/09 Time: 12:34 Sample: 1984 2003 Included observations: 19 Excluded observations: 1 Variable Coefficien t C -0.502127 LGNDI 0.896195 LR 0.309395 LP 0.316355 DUMMY -0.274807 R-squared 0.561806 Adjusted R-squared 0.436608 S.E. of regression 0.221876 Sum squared resid 0.689204 Log likelihood 4.548404 Durbin-Watson stat 2.122523 Std. Error t-Statistic Prob. 3.540013 -0.141843 0.249202 3.596262 0.138571 2.232751 0.198761 1.591637 0.157854 -1.740891 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 0.8892 0.0029 0.0424 0.1338 0.1036 13.15459 0.295600 0.047536 0.296073 4.487330 0.015302 Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 153 Hasil estimasi model kointegrasi investasi swasta Dependent V ariable: LI Method: Least Squares Date: 03/04/09 Time: 11:51 Sample: 1984 2003 Included observations: 19 Excluded observations: 1 Variable Coefficien t C -9.969824 LY 1.545180 LP 0.112592 LR -0.012053 LGIY -0.240387 DUMMY -0.521000 R-squared 0.980717 Adjusted R-squared 0.973300 S.E. of regression 0.065928 Sum squared resid 0.056504 Log likelihood 28.31010 Durbin-Watson stat 1.798793 Std. Error t-Statistic Prob. 1.009105 -9.879871 0.072368 21.35166 0.060521 1.860379 0.042053 -0.286623 0.098137 -2.449502 0.094753 -5.498514 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 0.0000 0.0000 0.0856 0.7789 0.0292 0.0001 12.15430 0.403474 -2.348432 -2.050188 132.2338 0.000000 Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 154 Uji kointegrasi model tabungan swasta Null Hypothesis: RESIDO1 has a unit root Exogenous: None Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=0) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.855639 0.0001 Test critical values: 1% level -2.708094 5% level -1.962813 10% level -1.606129 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 17 Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(RESIDO1) Method: Least Squares Date: 03/05/09 Time: 12:53 Sample(adjusted): 1985 2003 Included observations: 17 Excluded observations: 2 after adjusting endpoints Variable Coefficien Std. Error t-Statistic t RESIDO1(-1) -1.282279 R-squared 0.594444 Adjusted R-squared 0.594444 S.E. of regression 0.187127 Sum squared resid 0.560266 Log likelihood 4.884784 0.264080 -4.855639 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Durbin-Watson stat Prob. 0.0002 0.016063 0.293840 -0.457033 -0.408021 0.980790 Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 155 Hasil estimasi ecm tabungan swasta Dependent Variable: D(LS) Method: Least Squares Date: 03/05/09 Time: 12:56 Sample(adjusted): 1985 2003 Included observations: 17 Excluded observations: 2 after adjusting endpoints Variable Coefficien t C 0.202734 D(LGNDI) -2.338508 D(LR) 0.277961 D(LP) 0.382890 DUMMY -0.174260 RESIDO1(-1) -1.022718 R-squared 0.670680 Adjusted R-squared 0.520989 S.E. of regression 0.209667 Sum squared resid 0.483564 Log likelihood 6.136224 Durbin-Watson stat 0.958002 Std. Error t-Statistic Prob. 0.278400 2.728212 4.720243 -2.495421 0.108945 2.551390 0.169630 2.257214 0.170470 -1.022234 0.530771 -1.926851 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) 0.4817 0.6301 0.0269 0.0453 0.3286 0.0802 0.029231 0.302941 -0.016026 0.278049 5.480432 0.017959 Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 156 Uji kointegrasi model investasi swasta Exogenous: None Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=0) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level t-Statistic -4.179695 -2.708094 -1.962813 -1.606129 Prob.* 0.0003 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 17 Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(RESIDO2) Method: Least Squares Date: 03/04/09 Time: 15:57 Sample(adjusted): 1985 2003 Included observations: 17 Excluded observations: 2 after adjusting endpoints Variable Coefficien t RESIDO2(-1) -0.951894 R-squared 0.521375 Adjusted R-squared 0.521375 S.E. of regression 0.053637 Sum squared resid 0.046030 Log likelihood 26.12724 Std. Error t-Statistic Prob. 0.227742 -4.179695 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Durbin-Watson stat 0.0007 -0.002627 0.077529 -2.956146 -2.907133 1.570584 Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 157 Hasil estimasi ecm investasi swasta Dependent Variable: D(LI) Method: Least Squares Date: 03/04/09 Time: 16:11 Sample(adjusted): 1985 2003 Included observations: 17 Excluded observations: 2 after adjusting endpoints Variable Coefficien Std. Error t-Statistic t C -0.148948 0.071389 -2.086433 D(LY) 3.868674 1.142344 3.386611 D(LP) 0.085963 0.045339 1.895990 D(LR) -0.015342 0.030024 -0.510980 D(LGIY) -0.178868 0.062984 -2.839901 DUMMY 0.056042 0.040264 1.391875 RESIDO2(-1) -0.850221 0.265308 -3.204659 R-squared 0.862648 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.780237 S.D. dependent var S.E. of regression 0.055746 Akaike info criterion Sum squared resid 0.031076 Schwarz criterion Log likelihood 29.46644 F-statistic Durbin-Watson stat 1.804374 Prob(F-statistic) Prob. 0.0635 0.0069 0.0872 0.6205 0.0176 0.1941 0.0094 0.079875 0.118916 -2.643111 -2.300023 10.46762 0.000805 Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009 158 Jhon Polman F. L. Purba : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Dan Investasi Swasta Di Indonesia, 2008. USU Repository © 2009