BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi Massa Liliweri ( 1991 : 1 ), menjelaskan bahwa di dalam kehidupan setiap hari semua orang selalu berbicara tentang komunikasi atau paling tidak menggunakan kata komunikasi. Namun demikian tidak banyak yang benar-benar mengerti makna kata-kata komunikasi yang selalu dibicarakan atau bahkan pernah dilaksanakan. II. 1. 1. Pengertian Komunikasi Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasl dari bahasa Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering sebagai asal usul komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana, 2005 : 4). Secara paradigmatis, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun tal langsung melalui media (Effendy, 2004 : 5). Pengertian komunikasi memang sangat sederhana dan mudah dipahami, tetapi dalam pelaksanaannya sangat sulit dipahami, terlebih lagi bila yang terlibat komunikasi memiliki referensi yang berbeda, atau di dalam komunikasi berjalan satu arah misalnya dalam media massa, tentunya untuk membentuk persamaan ini akan mengalami banyak hambatan (Wahyudi, 1986: 29). Universitas Sumatera Utara 39 Pengertian komunikasi menurut Berelson dan Starainer dalam Fisher adalah penyampaian informasi, ide, emosi, keterampilan, dan seterusnya melalui penggunaan simbol kata, angka, grafik dan lain-lain (Fisher, 1990:10). Sedangkan menurut Onong U. Effendy (1984 : 6), komunikasi adalah peristiwa penyampaian ide manusia. Dari pengertian diatas dapat dilihat bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan yang dapat berupa pesan informasi, ide, emosi, keterampilan dan sebagainya melalui simbol atau lambang yang dapat menimbulkan efek berupa tingkah laku yang dilakukan dengan media-media tertentu. Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society dalam Effendy (2005: 10), mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What in Which Channel To Whom With What Effect? Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni : - Komunikator ( communicator, source, sender ) - Pesan ( message ) - Media ( channel, media ) - Komunikan ( communicant, communicatee, receiver, recipient ) - Efek (effect, impact, influence) Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Universitas Sumatera Utara 40 II. 1. 2. Fungsi dan Tujuan Komunikasi Adapun fungsi dari komunikasi, adalah sebagai berikut: a. Menyampaikan informasi (to inform) b. Mendidik (to educate) c. Menghibur (to entertain) d. Mempengaruhi (to influence) ( Effendy, 2005: 8 ) Adapun tujuan dari komunikasi, adalah sebagai berikut: a. Perubahan sikap (attitude change) b. Perubahan pendapat (opinion change) c. Perubahan perilaku (behavior change) d. Perubahan sosial (social change) ( Effendy, 2005: 8 ) Menurut Widjaya (2000: 109), tujuan komunikasi dapat dilihat dari dua perspektif kepentingan, yakni kepentingan sumber/pengirim/komunikator dan kepentingan penerima/komunikan. Tujuan komunikasi dari sudut kepentingan sumber yaitu : 1)Memberikan informasi 2)Mendidik 3)Menyenangkan/Menghibur 4) Mengajukan suatu tindakan/persuasi. Sedangkan tujuan komunikasi dari sudut kepentingan penerima yaitu : 1) Memahami Informasi 2) Mempelajari 3) Menikmati 4)Menerima atau menolak anjuran. II. 1. 3. Komunikasi Massa Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada khalayak tersebar, heterogen dan menimbulkan media alat-alat elektronik sehingga pesan yang sama dapat diartikan secara serempak dan sesaat. Maka komunikasi yang ditujukan kepada massa dengan menggunakan media elektronik khususnya televisi merupakan komunikasi massa (Rakhmat, 1991 : 189). Universitas Sumatera Utara 41 Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Ardianto, 2004 : 3), yakni : komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang ( mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi lain, yaitu Gebner, komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berkesinambungan serta paling luas dimiliki orang dalam masnyarakat industri (Ardianto, 2004 : 4). Sementara itu, menurut Jay Black dan Frederick C (Nurudin, 2006 : 12) disebutkan bahwa komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massal/tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen. Luas disini berarti lebih besar daripada sekadar kumpulan orang yang berdekatan secara fisik, sedangkan anonim berarti individu yang menerima pesan cenderung asing satu sama lain, dan heterogen berarti pesan dikirimkan kepada orang-orang dari berbagai macam status, pekerjaan, dan jabatan dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain dan bukan penerima pesan yang homogen. Berdasarkan pengertian tentang komunikasi massa yang sudah dikemukakan oleh para ahli komunikasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa modern (media cetak dan elektronik) dalam penyampaian informasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak (komunikan) heterogen dan anonim sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak. Universitas Sumatera Utara 42 II. 1. 4. Ciri-Ciri Komunikasi Massa Melalui definisi-definisi komunikasi massa tersebut, kita dapat mengetahui ciri-ciri komunikasi massa. Menurut Nurudin dalam bukunya Pengantar Komunikasi Massa (2004: 19), ciri-ciri dari komunikasi massa adalah : 1. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, tetapi kumpulan orang. Artinya, gabungan antarberbagai macam unsur dan bekerja sama satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud disini menyerupai sebuah sistem. Sistem itu adalah sekelompok orang, pedoman, dan media yang melakukan suatu kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan, simbol, lambang menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai suatu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi. Dengan demikian, komunikator dalam komunikasi massa setidak-tidaknya mempunyai ciri sebagai berikut : (1) kumpulan individu, (2) dalam berkomunikasi individu-individu itu terbatasi perannya dengan sistem dalam media massa, (3) pesan yang disebarkan atas nama media yang bersangkutan dan bukan atas nama pribadi unsur-unsur yang terlibat, (4) apa yang dikemukakan oleh komunikator biasannya untuk mencapai keuntungan atau mendapatkan laba secara ekonomis. 2. Komunikasi dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya heterogen/beragam. Artinya, komunikan terdiri dari beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, jabatan yang beragam, dan memiliki agama atau kepercayaan ynag berbeda pula. Herbert Blumer pernah memberikan ciri tentang karakteristik audience/komunikan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 43 a. Audience dalam komunikasi massa sangatlah heterogen. Artinya, ia mempunyai heterogenitas komposisi atau susunan. Jika ditinjau dari asalnya, mereka berasal dari berbagai kelompok dalam masyarakat. b. Berisi individu-individu yang tidak tahu atau mengenal satu sama lain. Di samping itu, antarindividu itu tidak berinteraksi satu sama lain secara langsung. c. Mereka tidak mempunyai kepemimpinan atau organisasi formal 3. Pesannya Bersifat Umum. Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan-pesannya ditujukan kepada khalayak yang plural. Oleh karena itu, pesan-pesan yang dikemukakan pun tidak boleh bersifat khusus. Khusus disini, artinya pesan memang tidak disengaja untuk golongan tertentu. Ketika melihat televisi misalnya, karena televisi ditujukan untuk dinikmati oleh orang banyak, pesannya harus bersifat umum. Misalnya dalam pemilihan kata-katanya, sebisa mungkin memakai kata populer bukan kata-kata ilmiah. Sebab, kata ilmiah merupakan monopoli kelompok tertentu. 4. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah Pada media massa, komunikasi hanya berjalan satu arah. Kita tidak bias langsung memberikan respon kepada komunikatornya (media massa yang bersangkutan). Kalaupun bisa, sifatnya tertunda. 5. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan Salah satu ciri komunikasi massa selanjutnya adalah adanya keserempakan dalam proses penyebaran pesannya. Serempak berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan. Universitas Sumatera Utara 44 6. Komunikasi Massa Mengandalkan Peralatan Teknis Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan peralatan teknis. Peralatan teknis yang dimaksud misalnya pemancar untuk media elektronik (mekanik atau elektronik). Televisi disebut media massa yang kita bayangkan saat ini tidak terlepas dari pemancar. Apalagi dewasa ini telah terjadi revolusi komunikasi massa dengan perantaraan satelit. Peran satelit akan memudahkan proses pemancaran pesan yang dilakukan media elektronik seperti televisi. Bahkan saat ini sudah sering televisi melakukan siaran langsung (live) dan bukannya siaran yang direkam (recorded). 7. Komunikasi Massa Dikontrol oleh Gatekeeper Gatekeeper atau yang sering disebut penapis informasi/palang pintu/penjaga gawang, adalah orang yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper ini berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami. Gatekeeper ini juga berfungsi untuk menginterpretasikan pesan, menganalisis, menambah data, dan mengurangi pesan-pesannya. Intinya, gatekeeper merupakan pihak yang ikut menentukan pengemasan sebuah pesan dari media massa. Semakin kompleks sistem media yang dimiliki, semakin banyak pula (pemalang pintu atau penapis informasi) yang dilakukan. Bahkan, bisa dikatakan, gatekeeper sangat menentukan berkualitas atau tidaknya informasi yang akan disebarkan. Universitas Sumatera Utara 45 II. 1. 5. Fungsi dan Efek Komunikasi Massa Fungsi komunikasi media massa sebagai bagian dari komunikasi massa terdiri atas: a. Fungsi Pengawasan Berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasif. Pengawasan dan kontrol sosial dapat dilakukan untuk aktivitas preventif untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Fungsi persuasif sebagai upaya memberi reward dan punishment kepada masyarakat sesuai dengan apa yang dilakukannya. b. Fungsi Social Learning Melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. Media Massa bertugas untuk memberikan pencerahanpencerahan kepada masyarakat dimana komunikasi massa itu berlangsung. c. Fungsi Penyampaian Informasi Yaitu menjadi proses penyampaian informasi kepada masyarakat luas. Yang memungkinkan informasi dari sebuah institusi publik tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat. d. Fungsi Transformasi Budaya Komunikasi massa menjadi proses transformasi budaya yang dilakukan bersama-sama oleh semua komponen komunikasi massa, terutama yang didukung oleh media massa. e. Hiburan Komunikasi massa juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama karena komunikasi massa menggunkan media massa, jadi fungsi- Universitas Sumatera Utara 46 fungsi hiburan yang ada pada media massa juga merupakan bagian dari fungsi media massa. Adapun efek komunikasi massa oleh Keith R Stamm dan John E Bowes, 1990 dalam Nurudin (2004 : 192) membagi kedua bagian dasar. Pertama efek primer meliputi terpaan, perhatian dan pemahaman. Kedua, efek sekunder meliputi perubahan tingkat kognitif (perubahan pengetahuan dan sikap) dan perubahan perilaku (menerima dan memilih). II. 2. Televisi Televisi berasal dari dua kata yang berbeda yaitu tele (bahasa Yunani) yang berarti jauh dari visi (videre: bahasa Latin) yang berarti penglihatan. Dengan demikian televisi yang dalam bahasa Inggris disebut television dapat diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat dan dapat dilihat dari tempat lain melalui sebuah perangkat penerima / Televisi Set (Wahyudi, 1992: 49). Salah satu media dalam komunikasi adalah televisi, dari semua media komunikasi yang ada, televisi lah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia (Ardianto, 2004 : 125). Menurut Effendy (Effendy, 2002 : 21) yang dimaksud dengan televisi adalah televisi siaran yang merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesanya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikannya bersifat heterogen. Universitas Sumatera Utara 47 Televisi merupakan media massa yang sangat besar manfaatnya, karena dalam waktu yang relatif singkat dapat menjangkau wilayah dan jumlah penonton yang tidak terbatas (Darwanto, 2005 : 26). Bahkan, peristiwa yang terjadi pada saat itu juga, dapat segera diikuti sepenuhnya oleh penonton di belahan bumi yang lain. II. 2. 1. Ciri-Ciri dan Fungsi Televisi Sebagai suatu media elektronik, televisi memiliki ciri-ciri seperti disebut oleh Effendy (1993: 24), yaitu: 1. Hal ini berarti tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator. Penyiar radio, televisi atau sutradara film tidak mengetahui tanggapan khalayak yang dijadikan sasarannya pada waktu proses komunikasi berlangsung. Mungkin saja komunikator mengetahuinya melalui surat pembaca, kritik dan saran. 2. Komunikator melembaga Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni institusi atau organisasi. Komunikator pada komunikasi massa bertindak atas nama lembaga harus sejalan dengan kebijaksanaan surat kabar atau televisi yang diwakilinya. Komunikator tidak dapat bekerja sendiri melainkan harus ditunjang oleh orang lain. Wajah atau suara seorang penyiar televisi tidak mungkin dapat kita lihat ataupun kita dengar tanpa ada peranan dari pengarah acara, juru kamera, dan lain sebagainya. 3. Pesannya bersifat umum Pesan yang disebarkan melalui massa bersifat umum karena ditujukan kepada umum dan menyangkut kepentingan umum. Universitas Sumatera Utara 48 4. Sasarannya menimbulkan keserempakan Televisi sebagai media massa elektronik dalam proses komunikasinya dengan khalayak melancarkan pesan yang diterima secara serempak oleh khalayak yang menonton suatau acara di televisi. 5. Komunikan yang heterogen Komunikan atau khalayak yang menjadi pengguna media massa merupakan kumpulan dari berbagai elemen masyarakat yang berbeda suku, ras, agama, jenis kelamin, pekerjaan dan sebagainya yang terlibat dalam proses komunikasi. Televisi mempunyai fungsi sebagai berikut (Effendy 1993 : 27) : 1. Fungsi Penerangan (The Informational Function). Ada dua faktor yang mampu menyiarkan informasi yang memusatkan. Faktor yang pertama adalah faktor immediately (langsung dan dekat) dan faktor yang kedua realism (kenyataan). 2. Fungsi Pendidikan (The Educational Function) Televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan yang sifatnya menambah pengetahuan khalayak. 3. Fungsi Hiburan (The Entertainment Function) Televisi juga mnyuguhkan acara yang bersifat hiburan kepada masyarakat. Tayangan-tayangan yang bersifat hiburan misalnya sinetron, kuis, film, komedi dan lain sebagainya. Pada umumnya tujuan utama khalayak adalah untuk memperoleh hiburan selanjtnya untuk memperoleh informasi. Universitas Sumatera Utara 49 II. 2. 2. Tayangan Televisi Faktor-faktor yang perlu diperhatikan pada tayangan televisi adalah pemirsa, waktu, durasi, dan metode penyajian. 5. Pemirsa Sesungguhnya dalam setiap bentuk komunikasi dengan menggunakan media apapun, komunikator akan menyesuaikan pesan dengan latar belakang komunikannya. Namun untuk komunikasi melalui media elektronik, khususnya televisi, faktor pemirsa perlu mendapat perhatian lebih. Dalam hal ini komunikator harus memahami kebiasaan dan minat pemirsa baik yang termasuk kategori anak-anak, remaja, dewasa maupun orang-orang. Jadi, setiap acara yang ditayangkan benar-benar berdasarkan kebutuhan pemirsa, bukan acara yang dijejalkan begitu saja. 6. Waktu Faktor waktu menjadi bahan pertimbangan, agar setiap acara ditayangkan secara proporsional dan dapat diterima oleh khalayak sasaran atau khalayak yang dituju. Bagi semua stasiun, antara pukul 19.30 sampai pukul 21.00 WIB dianggap sebagai waktu utama (prime time), yakni waktu yang dianggap paling baik untuk menayangkan acara pilihan, karena pada waktu itulah seluruh anggota keluarga berkumpul dan punya waktu untuk menonton televisi. Karenanya tidak heran pada acara tersebut selalu dipenuhi oleh iklan. 7. Durasi Durasi berkaitan dengan waktu, yaitu jumlah menit dalam setiap penayangan acara. Suatu acara tidak akan mencapai sasaran karena durasi terlalu singkat atau terlalu lama. 8. Metode Penyajian Universitas Sumatera Utara 50 Telah kita ketahui bahwa fungsi utama televisi menurut khalayak pada umumnya adalah untuk menghibur, selanjutnya adalah informasi. Dengan pesan informatif, selain melalui acara siaran berita, dapat dikemas dalam bentuk wawancara, panel diskusi, reportase, obrolan, dan sejenisnya, bahkan dalam bentuki sandiwara sekalipun. (Ardianto, 2004: 131) II. 3. Citra Lawrence L. Steinmetz, penulis buku Managing Small Business mengartikan citra sebagai “Pancaran atau reproduksi jati diri atau bentuk orang perorangan, benda atau organisasi”. Menurut beliau bagi perusahaan citra juga dapat diartikan sebagai persepsi masyarakat terhadap jati diri perusahaan (Sutojo, 2004 : 1) Menurut Bill Clinton, citra merupakan kesan, perasaan, gambaran diri publik terhadap perusahaan, kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu obyek, orang atau organisasi (Elvinaro & Soemirat, 2003:112). Citra itu dengan sengaja perlu diciptakan agar bernilai positif, citra itu sendiri merupakan salah satu aset terpenting dari suatu perusahaan atau organisasi. Pengertian citra itu sendiri abstrak atau intangible, tetapi wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian, penerimaan, kesadaran, dan pengertian baik semacam tanda respek dan rasa hormat, dari publik sekelilingnya atau masyarakat luas terhadap perusahaan sebagai sebuah badan usaha ataupun terhadap personelnya (dipercaya, profesional, dan dapat diandalkan dalam pemberian pelayanan yang baik) (Ruslan, 1998: 50). Citra merupakan tujuan pokok perusahaan. Dalam penelitian ini, suatu perusahaan atau organisasi merupakan partai politik yang mendukung kandidat Universitas Sumatera Utara 51 Capres RI. Terciptanya suatu citra perusahaan yang baik di mata khalayak atau publiknya akan menguntungkan, terutama menguntungkan bagi produk atau jasa yang dihasilkan. II. 3. 1. Metode Rhetorical Analysis dari Kenneth Burke Burke memiliki metode yang paling besar dalam menganalisis suatu kegiatan, yaitu dengan Dramatistic Pentad. Dalam analisis ini, ada lima kelompok dalam suatu kerangka yang analitis untuk studi yang paling efisien tentang segala kegiatan retorika dalam bentukan : 6. Act, yaitu tindakan apa yang dilakukan oleh Aktor dalam situasi tertentu, 7. Scene, yaitu situasi atau konteks (setting) dimana tindakan (act) dilakukan, 8. Agent, yaitu actor yang melakukan tindakan, 9. Agency, yaitu alat atau cara-cara yang dilakukan oleh actor/agent untuk mendapatkan tujuan yang diinginkan dan, 10. Purpose, yaitu alasan atau latar belakang yang menyebabkan sebuah tindakan (act) harus dilakukan dan hasil atau efek apa yang diharapkan dari tindakan itu. (Littlejohn, 1996 : 169). Dengan mengaplikasikan elemen-elemen retorika Kenneth Burke, dalam The Dramatistic Pentad kita dapat menganalisa teks serta mengungkapkan gaya dan teknik persuasi. Universitas Sumatera Utara 52 II. 3. 2. Fantasy Theme Analysis dari Ernest Bormann Kegiatan komunikasi manusia dipengaruhi oleh Retorical Vision, menurut Bormann (Littlejohn, 1996: 172) berpendapat bahwa Bormann meyakini Rhetorical Vision, “ . . . structure our sense of reality in areas that we cannot experience directly but can only know by symbolic reproduction”. Dalam memberikan pandangan kepada khalayak, diperlukan retorika yang baik. Selanjutnya Bormann menyatakan Fantasy Theme merupakan bagian dari Rhetorical Vision yang lebih besar. Dalam Fantasy Theme manusia berupaya untuk memahami kejadian-kejadian yang terjadi disekelilingnya dengan berbagi cerita dengan sesama. Tindakan inilah yang kemudian memunculkan label tertentu untuk mengartikan kejadian-kejadian yang ada disekelilingnya. Fantasy Theme terdiri dari beberapa elemen yakni : 5. Dramatis personae, karakter-karakter yang dilakoni sebuah peran tertentu. 6. The plot line, alur cerita yang diperankan oleh para karakter tersebut 7. The scene-setting, konteks, atau situasi dimana plot tengah terjadi 8. Sanctioning agent, figure yang dapat memberi legitimasi cerita. (Littlejohn, 1996: 172) Fantasy Theme dapat memahami dan memaknai kejadian-kejadian disekeliling kita. Para komunikator, baik komunikator komunikasi publik seperti politisi., tokoh agama maupun komunikator komunikasi massa, sering tanpa disadari menggunakan elemen-elemen dalam fantasy theme untuk memberi label pada cerita yang mereka sampaikan, dan hal itu akan mempermudah pemahaman khalayak terhadap pesan yang disampaikan Universitas Sumatera Utara 53 II. 4. Teori Uses and Gratification Menurut Swanson (1979) dalam (Rakhmat, 1993: 65). Secara konseptualisasi, model ini digambarkan sebagai a dramatic break with effect tradition of the past, suatu loncatan dramatis dari model jarum hipodermik. Timbulnya uses and gratification, penggunaan dan pemenuhan kebutuhan tergambar karena model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri orang, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan oirang terhadap media, sehingga dapat disimpulkan anggota khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Penggunaan (uses) isi media untuk mendapatkan pemenuhan (gratifications) atas kebutuhan seseorang atau uses and gratification salah satu teori dan pendekatan yang sering digunakan dalam komunikasi. Teori dan pendekatan ini tidak mencakup atau mewakili keseluruhan proses komunikasi, karena sebagian besar perilaku audience hanya dijelaskan melalui berbagai kebutuhan (needs) dan kepentingan (interest) mereka sebagai suatu fenomena mengenai proses penerimaan (pesan media) (Bungin, 2006: 284). Riset yang lebih mutakhir dilakukan oleh Dennis McQuail dan kawankawan dan mereka menemukan empat tipologi motivasi khalayak yang terangkum dalam skema media – persons interactions sebagai berikut (Severin dan Tankard, 2007: 356): 1. Pengalihan –pelarian dari rutinitas dan masalah;pelepasan emosi. 2. Hubungan personal – manfaat social informasi dalam percakapan; pengganti media untuk kepentingan perkawanan. 3. Identitas pribadi atau psikologi individu – penguantan nilai atau penambah keyakinan;pemahaman diri;eksplorasi realitas dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara 54 4. Pengawasan – informasi mengenai hal-hal yang mungkin mempengaruhi seseorang atau akan membantu seseorang melakukan atau menuntaskan sesuatu. Dalam kajian yang dilakukan oleh Frank Biocca dalam artikelnya yang berjudul “Opposing Conceptions of he Audience : the Aktive and Passive Hemispheres of Communication Theory” (1998), yang kemudian diakui menjadi tulisan paling komprehensif mengenai perdebatan tentang khalayak aktif versus khalayak pasif, ditemukan beberapa tipologi khalayak aktif. Pertama adalah selektivitas (selectivity). Khalayak aktif dianggap selektif dalam proses konsumsi media yang mereka pilih untuk digunakan. Mereka tidak asal-asalan dalam mengkonsumsi media, namun didasari alasan dan tujuan tertentu. Karakteristik kedua adalah utilitarianisme (utilitarianism) dimana khalayak aktif dikatakan mengkonsumsi media dalam rangka suatu kepentingan untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan tertentu yang mereka miliki. Karakteristik yang ketiga adalah intensionalitas (intentionality) yang mengandung makna penggunaan secara sengaja dari isi media. Karakteristik yang keempat adalah keikutsertaan (involvement), atau uasaha. Maksudnya khalayak secara aktif berfikir mengenai alasan mereka dalam mengkonsumsi media. Yang kelima, khalayak aktif dipercaya sebagai komunitas yang tahan dalam meghadapi pengaruh media (impervious to influence), atau tidak mudah dibujuk oleh media itu sendiri. Khalayak yang lebih terdidik (educated people) cenderung menjadi bagian dari khalayak aktif, karena mereka bisa memilih media yang mereka konsumsi sesuai kebutuhan mereka dibandingkan khalayak yang tidak terdidik. Universitas Sumatera Utara 55 Teori Uses dan Gratifications ini lebih menekankan pada pendekatan manusiawi di dalam melihat media. Artinya, manusia itu punya otonomi, wewenang untuk memperlakukan media. Blumer dan Katz percaya bahwa tidak hanya ada satu jalan bagi khalayak untuk menggunakan media. Sebaliknya, mereka percaya ada banyak alasan khalayak untuk menggunakan media, konsumen media mempunyai kebebasan untuk memutuskan bagaimana (lewat media mana) mereka menggunkan media dan bagaimana media itu akan berdampak pada dirinya (Nurudin, 2004 : 182). Universitas Sumatera Utara 56