 
                                PERSAMAAN DIFERENSIAL A. Persamaan Diferensial Linier Tingkat Satu Bentuk umum persamaan diferensial linier tingkat satu adalah sebagai berikut: dy atau y  P( x)  y  Q( x)  P ( x)  y  Q( x) dx Rumus penyelesaian umum untuk persamaan diferensial ini adalah sebagai berikut: y  e P ( x ) dx   e P ( x ) dx  Q( x)dx  C dengan C merupakan suatu konstanta. Contoh 1: Tentukan solusi dari y  y  e 2x . Jawab: Dalam soal ini, diketahui P( x)  1 dan Q( x)  e 2 x . Jadi, (i)  P( x)dx   1dx   x e  e x P ( x ) dx (iii) e  Q( x )  e  x  e 2 x  e x P ( x ) dx (ii) (iv)  e P ( x ) dx  Q( x)   e x dx  e x Dengan demikian, solusi umum dari persamaan diferensial ini adalah: P ( x ) dx P ( x ) dx y  e  e  Q( x)dx  C  y  e x  e x  C y  e 2x  Ce x Contoh 2: Tentukan solusi dari x dy  3 y  x2 . dx Jawab: Bentuk persamaan diferensial di atas bukanlah bentuk umum dari persamaan diferensial linier tingkat satu. Maka, dengan mengalikan 1/x pada kedua ruas, didapatlah dy 3 y  x dx x 3 sehingga P( x)   dan Q( x)  x . Jadi, x 3 3 (i)  P( x)dx    x dx  3ln x  ln x 3 P ( x ) dx  eln x  x 3 (ii) e (iii) e (iv) P ( x ) dx e  Q( x)  x 3  x  x 2  P ( x ) dx  Q( x) dx  x 2 dx   x 1   1  x KALKULUS 3 – Srava Chrisdes 1 Dengan demikian, solusi umum dari persamaan diferensial ini adalah: P ( x ) dx P ( x ) dx y  e  e  Q( x)dx  C  1 y  x 3    C x y   x 2  Cx3 B. Persamaan Diferensial Linier Homogen Tingkat ke-n dengan Koefisien Tetap Bentuk umum dari persamaan diferensial linier tingkat-n adalah: dny d n1 y d n2 y dy P0  P  P  ...  Pn1  Pn y  Q 1 2 n n 1 n2 dx dx dx dx dengan P0  0 dan P0 , P1 , ..., Pn 1 , Pn , Q adalah suatu fungsi dari variabel x atau suatu konstanta. Jika Q = 0, maka persamaan di atas disebut sebagai persamaan diferensial linier homogen. Jika P0 , P1 , ..., Pn 1 , Pn semuanya konstanta, dengan P0  0 , maka persamaan di atas disebut sebagai persamaan diferensial linier dengan koefisien tetap (konstan). d Untuk mempermudah bentuk umum dari persamaan di atas, dimisalkan saja D  dengan dx d2y d3y dy 2 ;  D y  D3 y dan seterusnya  Dy ; dx 2 dx3 dx sehingga bentuk umumnya menjadi  P0  Dn  P1  Dn1  P2  Dn2  ...  Pn1  D  Pn  y  Q dengan P0  Dn  P1  Dn1  P2  Dn2  ...  Pn1  D  Pn  F ( D) . Misalkan F ( D) dapat difaktorkan menjadi n faktor linier dengan F ( D)  ( D  m1 )( D  m2 )...( D  mn ) maka, bentuk persamaan diferensial di atas menjadi ( D  m1 )( D  m2 )...( D  mn ) y  Q Saat F ( D)  0 , persamaan ( D  m1 )( D  m2 )...( D  mn )  0 disebut sebagai persamaan karakteristik dengan akar-akar karakteristiknya m1 , m2 , ..., mn . Persamaan karakteristik ini merupakan persamaan pangkat ke-n dari variabel D, sehingga akar-akar karakteristiknya mempunyai tiga kemungkinan, yaitu: m1 , m2 , ..., mn , semuanya adalah bilangan riil dan berlainan, 1) m1 , m2 , ..., mn , semuanya adalah bilangan riil dan terdapat akar m kembar sebanyak r, 2) m1 , m2 , ..., mn , terdapat beberapa (atau semua) akar yang adalah bilangan kompleks 3) a  ib dengan a, b   . Teorema 1 Diketahui suatu persamaan diferensial linier homogen ( D  m1 )( D  m2 )...( D  mn ) y  0 . Jika m1 , m2 , ..., mn semuanya adalah bilangan riil dan berlainan, maka penyelesaian umumnya adalah: m x m x m x y  C1 e 1  C2 e 2  ...  Cn e n KALKULUS 3 – Srava Chrisdes 2 Contoh 3: d 2 y dy Tentukan solusi dari   6y  0 . dx 2 dx Jawab: Persamaan karakteristiknya adalah D2  D  6  0 ( D  2)( D  3)  0 Maka, akar-akar karakteristiknya adalah dan m1  2 m 2  3 Jadi, solusi umum dari persamaan diferensial ini adalah: m x m x y  C1 e 1  C2 e 2 y  C1 e2 x  C2 e3 x Teorema 2 Diketahui suatu persamaan diferensial linier homogen ( D  m1 )( D  m2 )...( D  mn ) y  0 . Jika m1 , m2 , ..., mn semuanya adalah bilangan riil dan terdapat akar m yang kembar sebanyak r, maka penyelesaian umumnya adalah: m x y  C1 emx  C2 xemx  C3 x 2emx  ...  Cr xr 1emx  ...  Cn e n Contoh 4: Selesaikanlah persamaan diferensial d3y d2y dy  3 3  y  0 3 2 dx dx dx Jawab: Persamaan karakteristiknya adalah D3  3D2  3D  1  0 ( D 1)( D  1)( D  1)  0 Maka, akar-akar karakteristiknya adalah m = 1. Jadi, solusi umum dari persamaan diferensial ini adalah: y  C1 emx  C2 xemx  C3 x 2emx y  C1 e x  C2 xe x  C3 x 2e x Teorema 3 Diketahui suatu persamaan diferensial linier homogen tingkat dua ( D  m1 )( D  m2 ) y  0 . Diketahui pula m1 dan m 2 merupakan sepasang akar kompleks konjugat (yakni, m1  a  bi dan m 2  a  bi dengan a, b   ). Jika b  0 , maka penyelesaian umumnya adalah: y  eax C1 cos bx  C 2 sin bx  Contoh 5: d2y dy  2  10 y  0 . Selesaikanlah persamaan diferensial 2 dx dx KALKULUS 3 – Srava Chrisdes 3 Jawab: Persamaan karakteristiknya adalah: Ingat kembali rumus kuadrat D2  2D  10  0 b  b2  4ac 2a Dengan menggunakan rumus tersebut, didapatlah m1,2  b  b 2  4ac (2)  (2) 2  4(1)(10) 2  36 m1,2    2a 2(1) 2 Maka, akar-akar karakteristiknya adalah 2  36 2  i 36 2  6i m1     1  3i 2 2 2 2  36 2  i 36 2  6i m2     1  3i 2 2 2 Jadi, solusi umum dari persamaan diferensial ini adalah: y  eax C1 cos bx  C 2 sin bx  y  e x C1 cos 3x  C 2 sin 3x  Sekarang, akan dilihat contoh bagaimana penyelesaian persamaan diferensial linier homogen dengan nilai m bervariasi. Contoh 6: Tentukan solusi persamaan diferensial d4y  16 y  0 . dx 4 Jawab: Persamaan karakterisitiknya adalah D4  16  0 ( D2  4)( D2  4)  0 Dari ( D2  4) , didapatlah akar-akar karakteristik dan m1  2 m2  2 Dari ( D2  4) , dengan menggunakan rumus kuadrat, didapatlah akar-akar karakteristik dan m 3  2i m 4  2i Jadi, solusi umum dari persamaan diferensial ini adalah: m x m x y  C1 e 1  C2 e 2  eax C 3 cos bx  C 4 sin bx  y  C1 e2 x  C2 e2 x  C 3 cos 2 x  C 4 sin 2 x C. Persamaan Diferensial Tak Homogen dengan Koefisien Tetap Lihat kembali bentuk umum dari persamaan diferensial linier tingkat-n dengan koefisien tetap adalah: dny d n1 y d n2 y dy P0  P  P  ...  Pn1  Pn y  Q 1 2 n n 1 n2 dx dx dx dx dengan P0  0 dan P0 , P1 , ..., Pn 1 , Pn adalah konstanta. KALKULUS 3 – Srava Chrisdes 4 Jika Q  0, maka persamaan di atas disebut sebagai persamaan diferensial tak homogen. Dengan melakukan pemisalan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maka bentuk umum dari persamaan diferensial linier tingkat-n dengan koefisien tetap dapat dituliskan sebagai berikut F ( D) y  Q dengan F ( D)  P0  Dn  P1  Dn1  P2  Dn2  ...  Pn1  D  Pn atau F ( D)  ( D  m1 )( D  m2 )...( D  mn ) dan, Q  0. Maka, bentuk penyelesaian umum dari persamaan diferensial linier tak homogen tingkat-n dengan koefisien tetap adalah y  yc  y p yc : yp : penyelesaian umum dari F ( D) y  0 (fungsi komplementer) integral khusus F ( D) y  Q Cara mencari integral khusus y p : 1) metode koefisien tak tentu (tergantung bentuk dari Q), 2) metode variasi dari parameter. Teknik A sampai Teknik D berikut akan membahas pencarian integral khusus dengan metode koefisien tak tentu. Teknik A Diketahui suatu persamaan diferensial linier tak homogen dny d n1 y d n2 y dy P0  P  P  ...  Pn1  Pn y  Q . 1 2 n n 1 n2 dx dx dx dx Jika Q suatu konstanta taknol, maka integral khusus dari penyelesaian persamaan diferensial tersebut adalah Q yp  Pn Contoh 7: Selesaikanlah persamaan diferensial berikut: d2y dy  2  3y  6 . 2 dx dx Jawab: Untuk mencari yc , langkah-langkahnya sama seperti pada Contoh 3 sampai dengan Contoh 6, yaitu dengan memisalkan F ( D) y  0 . Maka, persamaan karakteristiknya adalah D2  2D  3  0 → ( D  3)( D  1)  0 sehingga akar-akar karakteristiknya adalah dan m1  3 m2  1 Jadi, yc  C1 e3 x  C2 e x KALKULUS 3 – Srava Chrisdes 5 Selanjutnya, telah diketahui bahwa Q = 6 dan Pn  3 . Maka, Q 6 yp    2 Pn 3 Dengan demikian, solusi umum dari persamaan diferensial ini adalah: y  yc  y p  C1 e3 x  C2 e x  2 → y  yc  y p Teknik B Diketahui suatu persamaan diferensial linier tak homogen dny d n1 y d n2 y dy P0  P  P  ...  Pn1  Pn y  Q . 1 2 n n 1 n2 dx dx dx dx Jika Q berbentuk persamaan polinomial derajat 2, maka integral khusus dari penyelesaian persamaan diferensial tersebut adalah y p  Ax 2  Bx  C dengan d 2 yp dx 2  2 A dan dy p dx  2 Ax  B . Contoh 8: Tentukan solusi dari d 2 y dy   2 y  x2 . 2 dx dx Jawab: Untuk mencari yc , misalkan F ( D) y  0 . Maka, persamaan karakteristiknya adalah D2  D  2  0 → ( D  2)( D 1)  0 sehingga akar-akar karakteristiknya adalah dan m1  2 m2  1 Jadi, yc  C1 e2 x  C2 e x Lalu, misalkan y p  Ax  Bx  C dengan 2 Dengan mensubstitusi y p , d 2 yp dx 2  2 A dan dy p dx  2 Ax  B . dy p ke persamaan diferensial awal, diperoleh dx dx (2 A)  (2 Ax  B)  2( Ax2  Bx  C )  x 2 2 , dan d 2 yp 2 Ax2  (2 A  2B) x  (2 A  B  2C )  x 2 Kemudian, dengan menyamakan masing-masing suku pada kedua ruas, didapatlah 2 A  2B  0 2 A  B  2C  0 2 A  1 sehingga 1 1 3 A B C 2 2 4 Jadi, 1 1 3 y p   x2  x  . 2 2 4 Dengan demikian, solusi umum dari persamaan diferensial ini adalah: 1 1 3 → y  yc  y p y  C1 e2 x  C2 e x  x 2  x  2 2 4 KALKULUS 3 – Srava Chrisdes 6 Teknik C Diketahui suatu persamaan diferensial linier tak homogen dny d n1 y d n2 y dy P0  P  P  ...  Pn1  Pn y  Q . 1 2 n n 1 n2 dx dx dx dx Jika Q berbentuk Cekx dengan C dan k adalah suatu konstanta, maka integral khusus dari penyelesaian persamaan diferensial tersebut adalah y p  Aekx dengan d 2 yp dx 2  Ak 2 ekx dan dy p dx  Ak ekx . Contoh 9: Tentukan solusi dari d2y  4 y  e3 x . 2 dx Jawab: Untuk mencari yc , misalkan F ( D) y  0 . Maka, persamaan karakteristiknya adalah D2  4  0 Dengan menggunakan rumus kuadrat, diperolehlah akar-akar karakteristiknya dan m1  2i m 2  2i Jadi, yc  C1 cos 2 x  C 2 sin 2 x Lalu, dengan C = 1 dan k = 3, misalkan y p  Ae Dengan mensubstitusi 3x dengan d 2 yp dx 2  9 Ae 3 x dan dy p dx  3 Ae 3 x . d 2 yp dan y p ke persamaan diferensial awal, diperoleh dx 2 9 Ae 3x   4  Ae 3x   e3x → 13Ae 3x  e3x sehingga didapatlah A = 1/13. Jadi, 1 3x e 13 Dengan demikian, solusi umum dari persamaan diferensial ini adalah: yp  y  yc  y p Teknik → y  C1 cos 2 x  C 2 sin 2 x  1 3x e 13 D Diketahui suatu persamaan diferensial linier tak homogen dny d n1 y d n2 y dy P0  P  P  ...  Pn1  Pn y  Q . 1 2 n n 1 n2 dx dx dx dx Jika Q berbentuk C cos kx atau C sin kx dengan C dan k adalah suatu konstanta, maka integral khusus dari penyelesaian persamaan diferensial tersebut adalah y p  A cos kx  B sin kx dengan d 2 yp dx 2   Ak 2 cos kx  Bk 2 sin kx dan KALKULUS 3 – Srava Chrisdes dy p dx   Ak sin kx  Bk cos kx . 7 Contoh 10: d 2 y dy Selesaikan persamaan diferensial   2 y  sin x . dx 2 dx Jawab: Untuk mencari yc , misalkan F ( D) y  0 . Maka, persamaan karakteristiknya adalah D2  D  2  0 → ( D  2)( D 1)  0 sehingga akar-akar karakteristiknya adalah dan m1  2 m2  1 Jadi, yc  C1 e2 x  C2 e x C 1 k  1, Lalu, dengan dan misalkan y p  A cos x  B sin x d 2 yp dx 2   A cos x  B sin x dan Dengan mensubstitusi y p , dy p dx d 2 yp dengan   A sin x  B cos x . , dan dy p ke persamaan diferensial awal, diperoleh dx dx ( A cos x  B sin x)  ( A sin x  B cos x)  2( A cos x  B sin x)  sin x (3 A  B) cos x  ( A  3B)sin x  sin x Kemudian, dengan menyamakan masing-masing suku pada kedua ruas, didapatlah 3 A  B  0  A  3B  1 sehingga 1 3 A B 10 10 Jadi, 1 3 y p   cos x  sin x 10 10 Dengan demikian, solusi umum dari persamaan diferensial ini adalah 1 3 → y  yc  y p y  C1 e2 x  C2 e x  cos x  sin x 10 10 2 Sekarang, akan diberikan contoh bagaimana mencari integral khusus dari persamaan diferensial linier tak homogen dengan Q merupakan hasil kali atau hasil jumlah fungsi-fungsi dari jenis yang telah dibahas pada Teknik A sampai Teknik D. d2y dy  2  4 y  x cos 3x . Dalam hal ini, Q  x cos3x ; 2 dx dx merupakan perkalian antara x (polinom berderajat 1) dan cos 3x. Berdasarkan Teknik B diketahui untuk Q berbentuk persamaan polinomial derajat 2 integral khususnya y p  Ax 2  Bx  C . Maka, untuk Q berbentuk persamaan polinomial derajat 1 Sebagai contoh, misalkan memberikan integral khusus y p  Ax  B . Lalu berdasarkan Teknik D, untuk cos 3x, integral khususnya y p  cos3x  sin 3x . Jadi, integral khusus untuk Q  x cos3x adalah: y p  ( Ax  B)(cos3x  sin 3x) KALKULUS 3 – Srava Chrisdes 8 d 2 y dy   4 y  3e3 x  2 sin 2 x . Dalam hal ini, Q  3e3 x  2 sin 2 x ; 2 dx dx merupakan penjumlahan antara 3e3 x dan 2 sin 2x . Contoh lainnya, misalkan Berdasarkan Teknik C, untuk 3e3 x , integral khususnya y p  Ae3x . Lalu berdasarkan Teknik D, untuk 2 sin 2x, integral khususnya y p  cos 2 x  sin 2 x . Jadi, integral khusus untuk Q  3e3 x  2 sin 2 x adalah: y p  Ae3 x  cos 2 x  sin 2 x Selanjutnya, akan dibahas tentang pencarian integral khusus dengan metode variasi dari parameter. Metode ini bisa digunakan untuk semua bentuk Q dalam menyelesaikan persamaan diferensial linier tak homogen. Integral khusus dari persamaan diferensial linier tak homogen F ( D) y  Q dapat ditentukan dari bentuk yc  C1 y1 ( x)  C2 y2 ( x)  ...  Cn yn ( x) dengan mengganti C i menjadi fungsi Li ( x) sehingga y p  L1 ( x) y1 ( x)  L 2 ( x) y2 ( x)  ...  L n ( x) yn ( x) Teorema 4 Jika yc  C1 y1 ( x)  C2 y2 ( x) adalah fungsi komplementer dari persamaan diferensial ( D  P1 D  P2 ) y  Q , maka 2 y p  L1 ( x) y1 ( x)  L 2 ( x) y2 ( x) dengan syarat: L1 y1  L 2 y2  0 (i) (ii) L1 y1  L 2 y2  Q Teorema 5 Jika yc  C1 y1 ( x)  C2 y2 ( x)  C3 y3 ( x) adalah fungsi komplementer dari persamaan diferensial ( D3  P1 D2  P2 D  P3 ) y  Q , maka y p  L1 ( x) y1 ( x)  L2 ( x) y2 ( x)  L3 ( x) y3 ( x) dengan syarat: L1 y1  L 2 y2  L3 y3  0 (i) (ii) L1 y1  L 2 y2  L3 y3  0 (iii) L1 y1  L 2 y2  L3 y3  Q Untuk mempermudah pencarian hasil dari sistem persamaan linier pada Teorema 4 dan 5, gunakanlah Aturan Cramer. Setelah itu, integralkan hasil-hasil yang didapat untuk memperoleh L1 , L 2 , dan L 3 . KALKULUS 3 – Srava Chrisdes 9 Contoh 11: Tentukanlah solusi dari d2y  y  tan x . dx 2 Jawab: Untuk mencari yc , misalkan F ( D) y  0 . Maka, persamaan karakteristiknya adalah D2  1  0 Dengan menggunakan rumus kuadrat, diperolehlah akar-akar karakteristiknya dan m 2  i m1  i Jadi, yc  C1 cos x  C 2 sin x Karena itu, berdasarkan Teorema 4, integral khususnya berbentuk y p  L1 ( x) cos x  L 2 ( x) sin x Selanjutnya, L1 y1  L 2 y2  0 → L1 cos x  L 2 sin x  0 L1 y1  L 2 y2  Q → L1 ( sin x)  L 2 cos x  tan x Matriks yang diperbesar dari sistem persamaan tersebut adalah 0   cos x sin x   sin x cos x tan x    Berdasarkan matriks di atas, misalkan  cos x sin x  A    sin x cos x   0  b=    tan x  Untuk menggunakan Aturan Cramer, cari terlebih dahulu matriks A j dengan mengganti entri-entri pada kolom ke-j dari A dengan entri-entri matriks b. sin x   0 A1     tan x cos x  0   cos x A2      sin x tan x  Dengan Aturan Cramer, didapatlah det( A1 )  tan x sin x L1     tan x sin x det( A) 1 det( A2 ) sin x L 2    sin x det( A) 1 Karena L1   tan x sin x , maka  sin 2 x cos 2 x  1 dx   dx   (cos x  sec x)dx cos x cos x  sin x  ln sec x  tan x  K 1   tan x sin x dx   sehingga L1  sin x  ln sec x  tan x . Selanjutnya, karena L 2  sin x , maka  sin x dx   cos x  K 2 sehingga L 2   cos x . Jadi, KALKULUS 3 – Srava Chrisdes 10 y p  L1 ( x) cos x  L 2 ( x) sin x  (sin x  ln sec x  tan x ) cos x  cos x sin x  sin x cos x  cos x ln sec x  tan x  cos x sin x   cos x ln sec x  tan x Dengan demikian, solusi umum dari persamaan diferensial ini adalah → y  yc  y p y  C1 cos x  C 2 sin x  cos x ln sec x  tan x D. >> Aplikasi Persamaan Diferensial PEGAS BERGETAR Hukum Hooke mengatakan bahwa jika pegas diregangkan (atau dimampatkan) x satuan dari panjang mula-mula, maka pegas tersebut mengeluarkan gaya yang sebanding terhadap x: gaya pemulih = – kx dengan k adalah konstanta pegas (bernilai positif). Jika gaya hambatan luar diabaikan (yang disebabkan oleh hambatan udara atau gesekan), maka dengan Hukum Kedua Newton (gaya = massa  percepatan), didapat: d 2x d 2x F  kx → m  a  kx → m  2  kx → m  2  kx  0 dt dt dengan m merupakan massa benda yang diletakkan pada ujung pegas. Ini berupa persamaan diferensial linier tingkat dua. Persamaan karakteristiknya adalah 2 mD  k  0 dengan akar-akar karakteristiknya r1,2   i k / m . Lalu, dengan memisalkan k / m   , maka r1,2    i . Berdasarkan Teorema 3, solusi umum untuk persamaan diferensial di atas adalah: x(t )  C1 cos t  C2 sin t yang dapat ditulis juga sebagai berikut: x(t )  A cos(t   ) dengan:   k/m A  C  C2 2 1 [frekuensi] 2 [amplitudo] C1 C ; sin    2 [  adalah sudut fase] A A Jenis gerak ini disebut sebagai gerak harmonik sederhana. cos   Contoh 12: Pegas dengan massa 2 kg mempunyai panjang mula-mula 0,5 m. Gaya 25,6 N diperlukan untuk mempertahankan pegas dalam keadaan terentang sepanjang 0,7 m. Jika pegas direntang ke panjang 0,7 m dan kemudian dilepaskan dengan kecepatan awal 0, carilah posisi massa tersebut pada sebarang t. Jawab: Dari Hukum Hooke, gaya yang diperlukan untuk merentangkan pegas adalah 25,6  k (0,7  0,5) KALKULUS 3 – Srava Chrisdes 11 sehingga k  25,6 / 0, 2  128 (karena k adalah konstanta pegas bernilai positif) . Dengan menggunakan nilai konstanta pegas ini, dan juga fakta bahwa massanya m = 2, maka d 2x 2  2  128 x  0 dt Seperti pada pembahasan sebelum contoh ini, solusi umumnya adalah x(t )  C1 cos8t  C2 sin 8t dengan   k / m  128 / 2  8 . Dalam soal diketahui, pegas direntang ke panjang 0,7 m (yang mula-mulanya 0,5 m) dan kemudian dilepaskan dengan kecepatan awal 0. Ini berarti bahwa, saat t = 0, maka posisi massanya x adalah 0,7 – 0,5 = 0,2. Atau, x(0)  0, 2 . Tetapi, dari solusi umum di atas, diperoleh x(0)  C1 cos 0  C2 sin 0  C1 Karena itu, C1  0, 2 . Lalu, dengan mendiferensialkan x(t ) , diperoleh x(t )  8C1 sin 8t  8C2 cos8t dan, x(t ) ini merupakan kecepatan, sehingga x(0)  0 karena kecepatan awalnya 0. Jadi, x(0)  8C1 sin 0  8C2 cos 0  8C2 → 8C2  0 → C2  0 Dengan demikian, posisi massa tersebut pada sebarang t adalah x(t )  0, 2  cos8t >> GETARAN TEREDAM Berikutnya akan ditinjau gerakan pegas yang dikenai gaya gesekan atau gaya peredaman. Sebagai contoh, gaya peredaman yang dikeluarkan oleh peredam-kejut pada mobil atau sepeda. Anggaplah bahwa gaya peredaman sebanding dengan kecepatan massa dan bekerja dalam arah yang berlawanan dengan arah gerakan. Jadi, dx gaya peredaman = – c dt dengan c adalah konstanta peredaman (bernilai positif), sehingga dalam kasus ini, Hukum Kedua Newton memberikan F = gaya pemulih + gaya peredaman dx m  a  kx  c dt 2 d x dx m  2  kx  c  0 dt dt 2 d x dx m  2  c  kx  0 dt dt Persamaan tersebut merupakan persamaan diferensial linier tingkat dua dengan persamaan karakteristiknya mD2  cD  k  0 dan akar-akar karakteristiknya c  c 2  4mk r1,2  2m Untuk hal yang seperti ini, terbagi menjadi tiga kasus. KALKULUS 3 – Srava Chrisdes 12 K.a.s.u.s 1 [ c2  4mk  0 ] Kasus ini disebut sebagai peredaman-lebih (overdamped). Dalam kasus ini, akar-akar karakteristiknya adalah bilangan riil yang berbeda, sehingga r t r t x(t )  C1 e 1  C2 e 2 berdasarkan Teorema 1, solusi umumnya adalah K.a.s.u.s 2 [ c2  4mk  0 ] Kasus ini disebut sebagai peredaman-kritis (critically damped). Dalam kasus ini, akar-akar karakteristiknya adalah bilangan riil kembar, yaitu r1,2  r  sehingga berdasarkan Teorema 2, solusi umumya adalah c 2m x(t )  C1 e r t  C2 xe r t K.a.s.u.s 3 [ c2  4mk  0 ] Kasus ini disebut sebagai peredaman-kurang. Dalam kasus ini, akar-akar karakteristiknya adalah bilangan kompleks, yaitu r1,2   dengan   c i 2m 4mk  c 2 . Maka, berdasarkan Teorema 3, solusi umumnya adalah 2m x(t )  e ( c /2 m)t C1 cos t  C 2 sin t  Contoh 13: Andaikan pegas dalam Contoh 12 dicelupkan dalam cairan dengan konstanta peredaman c  40 . Carilah posisi massa pada sebarang t, jika peristiwa ini dimulai dari posisi kesetimbangan dan diberikan dorongan untuk memulainya dengan kecepatan awal 0,6 m/s. Jawab: Pada Contoh 12, diketahui massanya 2 kg dan telah didapat konstanta pegas k = 128, sehingga d 2x dx d 2x dx 2  2  40  128 x  0 →  20  64 x  0 2 dt dt dt dt 2 Persamaan karakteristiknya adalah D  20D  64  ( D  4)( D  16)  0 , sehingga akar-akar karakteristiknya –4 dan –16. Ini berarti terjadi peredaman-lebih (Kasus 1). Maka, solusi umumnya adalah x(t )  C1 e 4t  C2 e 16t Dalam soal diketahui, pegas dimulai dari posisi kesetimbangan. Ini berarti bahwa, saat t = 0, maka posisi massanya x adalah 0. Atau, x(0)  0 . Tetapi, dari solusi umum di atas diperoleh x(0)  C1 e 0  C2 e 0  C1  C2 → C1  C2  0 . Lalu, dengan mendiferensialkan x(t ) , didapat x(t )  4C1 e 4t  162 e 16t dan, x(t ) ini merupakan kecepatan, sehingga x(0)  0,6 karena kecepatan awalnya 0,6. Jadi, x(0)  4C1 e 0  162 e 0  4C1  16C2 → 4C1  16C2  0,6 Karena C1  C2  0 atau C2  C1 , maka 12C1  0,6 atau C1  0,05 . Dan, C2  C1  0,05 . Dengan demikian, posisi massa tersebut pada sebarang t adalah x(t )  0,05 e 4t  0,05 e 16t  0,05  e 4t  e 16t  KALKULUS 3 – Srava Chrisdes 13 LATIHAN 1. Selesaikanlah persamaan diferensial linier tingkat satu berikut. dy 2 a. y  y  e x c.  y  6 x3 dx x dy sin x b. y  2 y  e  x d. x  3y  2 dx x 2. Selesaikanlah persamaan diferensial linier homogen berikut. d2y dy d3y a. c.  6  10 y  0 y0 dx 2 dx dx3 d 3 y d 2 y dy d3y d 2 y dy b. d.   y0  2 2   2y  0 dx3 dx 2 dx dx3 dx dx 3. Selesaikanlah persamaan diferensial tak homogen berikut. d4y d3y d2y dy d2y a. e.  4  6  4  y  7  y  x3  e x 4 3 2 2 dx dx dx dx dx 2 d y d2y dy 3x b. f.  9 y  e  2  e x sin x 2 2 dx dx dx 2 2 d y dy d y dy c. g.   2 y  2 x 2  10 x  3  2  3 y  cos 2 x 2 2 dx dx dx dx 2 2 d y dy d y  2  sin 4 x  y  sec x d. h. 2 dx dx dx 2 4. Sebuah perusahaan membuat analisis mengenai jumlah produksi terhadap pekerjanya. Pada saat sekarang, perusahaannya dapat memproduksi 3000 unit/hari. Diperkirakan tanpa pertambahan mesin-mesin, maka perubahan jumlah produksi per hari terhadap perubahan penambahan pekerjanya adalah 80  6 x dengan x adalah pertambahan pekerjanya. Tentukan sekarang jumlah produksi per hari, jika pekerjanya bertambah 25 orang (penambahan produksinya dalam %). 5. Pegas dengan massa 3 kg dipegang terentang 0,6 m di luar panjang mula-mulanya oleh gaya 20 N. Jika pegas mulai pada posisi kesetimbangan tetapi dorongan memberinya kecepatan awal 1,2 m/s, carilah posisi massa tersebut pada sebarang t. 6. Pegas dengan massa 3 kg mempunyai konstanta peredaman 30 dan konstanta pegas 123. Carilah posisi massa tersebut pada waktu t jika pegas mulai pada posisi kesetimbangan dengan kecepatan 2 m/s. 7. Pegas mempunyai massa 1 kg dan konstanta pegasnya 100. Pegas tersebut dilepas di titik 0,1 m di atas posisi kesetimbangannya. Tentukanlah jenis peredaman yang terjadi jika diketahui konstanta peredamannya: c  25 a. c  10 c. c  30 b. c  15 d. KALKULUS 3 – Srava Chrisdes 14