BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa II

advertisement
BAB II
URAIAN TEORITIS
II.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa
II.1.1 Pengertian Komunikasi
Pengertian komunikasi secara umum dapat dilihat dari dilihat dua segi, yaitu :
1. Pengertian Komunikasi Secara Etimologis
Secara etimologis (asal katanya), komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu
communication, bersumber dari kata communis yang berarti sama, dalam hal ini berarti
membuat kebersamaan makna dalam suatu hal antara dua orang atau lebih.
Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat dalam
proses komunikasi itu terdapat
kesamaan makna mengenai suatu hal yang
dikomunikasikan. Jelasnya jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan
orang lain kepadanya, maka komunikasi sudah berlangsung. Namun jika seseorang tidak
mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka hal tersebut
bukanlah suatu komunikasi.
2. Pengertian Komunikasi Secara Terminologis
Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh
seseorang kepada orang lain. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa komunikasi
melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan seseuatu kepada orang lain.
Onong Uchyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, mengatakan
komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh
komunikator kepada komunikan.
Sebuah
definisi
yang
dibuat
oleh
kelompok
sarjana
komunikasi
yang
mengkhususkan diri pada studi komunikasi antar manusia (human communication) bahwa
komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang
mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesama manusia (2)
melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4)
serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu (Cangara, 2002 : 19).
Banyak sekali definisi komunikasi yang berbeda-beda yang disampaikan oleh para
ahli komunikasi. Menurut Anderson (1959) komunikasi adalah suatu proses dengan mana
kita bisa memahami dan dipahami oleh orang lain. Komunikasi merupakan suatu proses
yang dinamis dan secara konstan berubah sesuai dengan situasi yang berlaku. Sementara
Berelson dan Steiner (1964) mendefinisikan komunikasi sebagai penyampaian informasi,
gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol, seperti katakata, gambar-gambar, angka-angka, dan lain-lain. Miller (1996) mengatakan bahwa
komunikasi pada dasarnya adalah penyampaian yang disengaja dari sumber terhadap
penerima dengan tujuan mempengaruhi tingkah laku pihak penerima (Purba dkk, 2006 :
32-33).
Suatu proses komunikasi tidak hanya berupa memberitahukan dan mendengarkan
saja, namun didalam suatu proses komunikasi harus mengandung pembagian ide, pikiran,
fakta, ataupun pendapat dari satu orang kepada orang lain.
Dari definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian komunikasi
adalah seni menyampaikan informasi (pesan, ide, sikap, gagasan) dari komunikator untuk
merubah serta membentuk perilaku komunikan (pola, sikap, pandangan dan
pemahamannya) ke pola dan pemahaman yang dikehendaki komunikator.
Wilbur Schramm mengatakan dalam karyanya “Communication Research in the
United States” bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh
komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan
pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang pernah
diperoleh komunikan (Effendy, 2005 : 13).
Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif
dapat dijelaskan dengan menjawab pertanyaan dari paradigma Lasswell yang
dikemukanan oleh Harold D.Lasswell, yaitu : Who Says What In Which Channel To
Whom With What Effect? Paradigma Lasswell ini menunjukkan bahwa ada lima unsur
dasar dalam komunikasi, yakni :
1. Who (Siapa) : Komunikator, orang yang menyampaikan pesan.
2. Says What (Mengatakan Apa) : Pesan, pernyataan yang diukung oleh lambang,
dapat berupa ide atau gagasan.
3. In Which Channel (Saluran) : Media, sarana atau saluran yang mendukung pesan
bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya.
4. To Whom (Kepada Siapa) : Komunikan, orang menerima pesan.
5. With What Effect (Dampak) : Efek, dampak sebagai pengaruh dari pesan atau
dapat juga dikatakan sebagai hasil dari proses komunikasi.
Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut dapat dikaji model komunikasi yaitu :
Sender
Message
Media
Receiver
Effect
Feedback
Sender
:
Komunikator (pengirim informasi) yang menyampaikan pesan kepada
seseorang atau sejumlah orang.
Message
:
Pesan yang merupakan seperangkat lambang yang bermakna yang
disampaikan oleh komunikator.
Media
:
Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada
komunikan.
Receiver
:
Komunikan (orang) yang menerima pesan dari komunikator.
Effect
:
Perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh
komunikan sebelum dan sesudah menerima pesan.
Feedback :
Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau
disampaikan kepada komunikator.
Fungsi komunikasi adalah :
a. Menyampaikan informasi (to inform).
b.Mendidik (to educate).
c. Menghibur (to entertain).
d.Mempengaruhi (to influence).
Tujuan komunikasi adalah :
a. Mengubah sikap (to change the attitude).
b.Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion).
c. Mengubah perilaku (to change the behavior).
d. Mengubah masyarakat/perubahan sosial (to change the society).
II.1.2 Komunikasi Massa
II.1.2.1 Pengertian Komunikasi Massa
Pengertian komunikasi massa, merujuk pada pendapat Tan dan Wright, merupakan
bentuk komunkasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan
komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang
jauh (terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu (Ardianto, 2004 : 3).
Menurut Bittner, komunikasi massa adalah penyampaian pesan, informasi, gagasan
dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan
menggunakan media massa. Dari definisi tersebut jelaslah bahwa komunikasi massa
harus menggunakan media massa, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada
khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri olah ribuan
bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukanlah
komunikasi massa.
Ahli komunikasi lainnya, Joseph A.Devito merumuskan komunikasi massa adalah
komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ia
juga mengatakan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh
pemancar-pemancar yang audio atau visual (Effendy, 2000 : 21).
Dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah penyebaran pesan dengan
menggunakan media modern yang ditujukan kepada massa yang abstrak, yakni sejumlah
orang yang tidak tampak oleh si penyampai pesan, misalnya pembaca surat kabar,
pendengar radio, penonton televisi dan film. Mempelajari komunikasi massa tidak ada
gunanya tanpa mengkaitkan peran medianya, bahkan bisa dikatakan media massa menjadi
alat utama dalam proses komunikasi massa.
II.1.2.2 Ciri-Ciri Komunikasi Massa
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat kita simpulkan beberapa karakteristik
dari komunikasi massa, yaitu :
1. Komunikasi massa bersifat satu arah
Komunikasi massa bersifat satu arah, artinya setiap pesan yang disampaikan oleh
komunikator tidak diketahui apakah pesan itu dapat diterima dan dimengerti dengan baik
oleh komunikan atau tidak. Dalam komunikasi massa, komunikator tidak tahu sama
sekali apakah komunikasinya berhasil atau gagal. Umpan balik terhadap pesan yang
disampaikan itu tidak langsung saat ia berkomunikasi, akan tetapi jauh sesudah pesan itu
disampaikan (sifatnya tertunda/delayed feedback). Artinya, komunikan tidak dapat secara
langsung memberikan umpan balik atas pesan yang disampaikan oleh komunikator.
2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga
Komunikator dalam komunikasi massa itu bukan satu orang, tetapi kumpulan orangorang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam
sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud disini menyerupai sebuah sistem. Di dalam
komunikasi massa, yang namanya komunikator itu lembaga media massa itu sendiri.
Dalam sebuah sistem ada interdependensi, artinya adanya interaksi, saling keterkaitan dan
saling ketergantungan antara komponen-komponen didalamnya. Jadi apabila ada satu
komponen yang tidak bekerja akan mempengaruhi kinerja komponen yang lainnya.
3. Pesan pada komunikasi massa bersifat massa
Komunikasi massa bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk
semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Dengan kata
lain, pesan-pesannya ditujukan pada khalayak yang plural. Oleh karena itu, pesan-pesan
yang disampaikanpun tidak boleh bersifat khusus. Khusus disini artinya pesan itu
memang tidak disengaja untuk golongan tertentu. Misalnya, televisi. Karena televisi
ditujukan dan untuk dinikmati oleh orang banyak, maka pesannya harus bersifat umum.
Misalnya dalam pilihan kata-katanya, sebisa mungkin memakai kata-kata popular bukan
kata-kata ilmiah. Sebab kata ilmiah itu hanya dapat dimengerti oleh kelompok tertentu.
4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan
Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya adalah
jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak
terbatas. Dalam komunikasi massa, komunikasi yang banyak itu secara serempak pada
waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula. Effendy mengartikan
keserempakan media massa itu ialah keserempakan kontak dengan sejumlah besar
penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator dan penduduk tersebut satu sama
lainnya berada dalam keadaan terpisah.
5. Komunikan komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen
Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim),
karena komunikasinya menggunakan media massa dan tidak tatap muka. Dalam
komunikasi massa, komunikannya juga heterogen karena terdiri dari berbagai lapisan
masyarakat yang berbeda. Baik dari segi usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, tingkat
ekonomi dan lain-lain.
6. Stimuli alat indera “terbatas”
Karakteristik komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap salah satu
kelemahannya adalah stimuli alat indera yang terbatas. Pada komunikasi antar pribadi
yang bersifat tatap muka., maka seluruh alat indera pelaku komunikasi (komunikator dan
komunikan) dapat digunakan secara maksimal. Kedua belah pihak dapat melihat,
mendengar secara langsung, bahkan mungkin merasa. Dalam komunikasi massa, stimuli
alat indera bergantung pada jenis media massanya. Pada surat kabar dan majalah,
pembaca hanya melihat, pada media televisi dan film, kita menggunakan indera
penglihatan dan pendengaran, sedangkan pada media radio kita menggunakan indera
pendengaran.
7. Umpan balik pada komunikasi massa tertunda (delayed)
Ciri ini berhubungan dengan ciri komunikasi massa yang bersifat satu arah. Umpan
balik (feedback) merupakan faktor penting dalam bentuk komunikasi apa pun. Pada
komunikasi massa, umpan baliknya bersifat tertunda (delayed), artinya komunikan tidak
dapat secara langsung memberikan respon terhadap pesan yang telah diterimanya dari
komunikator (media).
II.1.2.3 Fungsi Komunikasi Massa
Wilbur Schramm menyatakan komunikasi massa berfungsi sebagai decoder,
interpreter dan encoder. Komunikasi massa men-decode lingkungan sekitar untuk kita,
mengawasi kemungkinan timbulnya bahaya, mengawasi terjadinya persetujuan dan juga
efek-efek dari hiburan. Komunikasi massa menginterpretasikan hal-hal yang di decode
sehingga dapat mengambil kebijakan terhadap efek, menjaga berlangsungnya interaksi
serta membantu anggota-anggota masyarakat menikmati kehidupan. Komunikasi massa
juga meng-encode pesan-pesan yang yang memelihara hubungan kita dengan masyarakat
lain serta menyampaikan kebudayaan baru kepada anggota-anggota masyarakat.
Pendapat Schramm pada dasarnya tidak berbeda dengan pendapat Harold
D.Lasswell yang menyebutkan fungsi-fungsi komunikasi massa sebagai berikut :
a. Surveillance of the environment
Fungsinya sebagai pengamatan lingkungan, yang oleh Schramm disebut sebagai
decoder yang menjalankan fungsi The Watcher.
b. Correlation of the parts of society in responding to the environment
Fungsinya menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan
lingkungan. Schramm menamakan fungsi ini sebagai interpreter yang melakukan fungsi
The Forum.
c. Transmission of the social heritage from one generation to the next
Fungsinya penerusan atau pewarisan sosial dari satu generasi ke generasi
selanjutnya. Schramm menamakan fungsi ini sebagai encoder yang menjalankan fungsi
The Teacher.
Lasswell tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai fungsi-fungsi yang ia
kemukakan itu, sehingga terbuka kesempatan terhadap berbagai spekulasi dan penafsiran.
Seorang ahli sosiologi, Charles R.Wright, menambahkan fungsi keempat, yaitu
entertainment dan ia memberikan penjelasan keempat fungsi tersebut sebagai berikut :
a. Surveillance
Menunjuk pada fungsi pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadiankejadian dalam lingkungan, baik di luar maupun di dalam masyarakat. Fungsi ini
berhubungan dengan apa yang disebut Handling of News.
b. Correlation
Meliputi fungsi interpretasi pesan yang menyangkut lingkungan dan tingkah laku
tertentu dalam mereaksi kejadian-kejadian. Untuk sebagian, fungsi ini diidentifikasikan
sebagai fungsi editorial atau propaganda.
c. Transmission
Menunjuk pada fungsi mengkomunikasikan informasi, nilai-nilai dan norma-norma
sosial budaya dari satu generasi ke generasi yang lain atau dari anggota-anggota suatu
masyarakat kepada pendatang baru. Fungsi ini diidentifikasikan
sebagai fungsi
pendidikan.
d. Entertainment
Menunjuk
pada
kegiatan-kegiatan
komunikatif
yang
dimaksudkan
untuk
memberikan hiburan tanpa mengharapkan efek-efek tertentu (Wiryanto, 2000 : 10-12).
II.1.2.4 Umpan Balik Komunikasi Massa
Dalam proses komunikasi massa dikenal istilah feedback atau umpan balik yaitu
reaksi (tanggapan) yang diberikan oleh penerima pesan atau komunikan kepada
penyampai pesan atau komunikator/sumber. Selain itu, umpan balik juga dapat berupa
reaksi yang timbul dari pesan kepada komunikator (Ardianto, 2004 : 45-47).
a. Internal Feedback
Internal feedback adalah umpan balik yang diterima oleh komunikator bukan dari
komunikan, akan tetapi datang dari pesan itu atau dari komunikator itu sendiri. Ketika
menyampaikan pesan, komunikator menyadari telah melakukan kesalahan/kekhilafan,
kemudian ia meminta maaf dan memperbaiki kesalahan tersebut.
b. Eksternal Feedback
External feedback adalah umpan balik yang diterima oleh komunikator dari
komunikan. External feedback ini sifatnya bisa langsung dan bisa juga tidak.
1.Umpan balik langsung
Umpan balik yang sifatnya langsung yaitu reaksi yang dapat segera ditangkap oleh
komunikator, misalnya anggukan kepala pertanda komunikan mengerti atau setuju
terhadap pesan yang diterimanya atau komunikan menggelengkan kepala yang
mengandung arti bahwa pesan yang diterimanya tidak dimengerti atau dipahami
oleh komunikan.
2.Umpan balik tertunda
Umpan balik yang sifatnya tidak langsung (delayed feedback) adalah umpan balik
yang datang kepada komunikator (sumber) setelah melewati suatu rentang waktu
(selang waktu), contohnya rubrik “Surat Pembaca” pada surat kabar dan sejenisnya.
c. Representative Feedback
Sesuai dengan karakteristik komunikasi massa yang komunikannya bersifat
heterogen, maka tidak mudah untuk mengukur umpan balik yang dari semua komunikan.
Karena itu umpan balik yang datang biasanya merupakan representative (wakil) sampel,
sehingga walaupun yang ditanggapi hanya satu atau dua komunikan, namun hal tersebut
sudah dianggap dapat mewakili sejumlah komunikan yang lainnya.
d. Cumulative Feedback
Cumulative feedback adalah umpan balik yang datang kepada komunikator
dihimpun dahulu dan tidak segera diubah dalam pesan berikutnya, karena komunikator
harus mempertimbangkannya dahulu untuk dapat membuat kebijaksanaan selanjutnya.
e. Quantitative Feedback
Quantitative feedback adalah umpan balik yang datang pada umumnya diukur
dengan jumlahnya (kuantitas).
f. Institutionalized Feedback
Institutionalized Feedback adalah umpan balik yang terlembagakan, artinya umpan
balik yang diupayakan oleh lembaga, yang dilakukan dengan cara mendatangi langsung
khalayak untuk mengumpulkan pendapatnya, kemudian dianalisis oleh lembaga tersebut.
II.1.2.5 Efek Pesan Media Massa
1. Efek Kognitif
Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya
informatif bagi dirinya. Efek kognitif ini membahas tentang bagaimana media massa
dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan
mengembangkan keterampilan kognitifnya. Melalui media massa, kita memperoleh
informasi tentang benda, orang, atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara
langsung.
2. Efek Afektif
Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan dari komunikasi massa
bukan sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, khalayak
diharapkan dapat turut merasakan perasaaan senang, marah, sedih dan sebagainya.
Misalnya dengan melihat situs dpreview.com akan timbul perasaan senang melihat
tampilan kamera DSLR.
3. Efek Behavioral
Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk
perilaku, tindakan atau kegiatan. Dewasa ini, media massa telah melakukan sesuatu yang
bermanfaat bagi khalayak. Contohnya adalah berbagai jenis buku, majalah ataupun surat
kabar yang telah membahas berbagai macam keterampilan. Dengan demikian, media
massa tersebut dapat dijadikan atau digunakan sebagai media pendidikan (Ardianto, 2004
: 52-56).
II.2 Teori Minat Beli
Seorang komunikator akan dapat melakukan perubahan sikap dan tingkah laku
komunikan apabila antara mereka merasa adanya persamaan. Oleh karena itu seorang
komunikator harus dapat membangkitkan perhatian komunikan sehingga diantara mereka
timbul persamaan makna akan suatu hal yang akan menjadi langkah awal suksesnya
komunikasi. Apabila perhatian telah dibangkitkan, maka selanjutnya diikuti dengan upaya
menumbuhkan minat. Minat sifatnya sangat pribadi (personal). Minat merupakan
keinginan yang kuat, gairah, kecenderungan hati yang sangat kuat terhadap sesuatu.
Menurut A.W.Wijaya (1993 : 45), secara teori minat mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
a. Minat tidak dibawa sejak lahir.
b. Minat dapat berubah-ubah (sifatnya situasional dan temporal).
c. Minat tidak berdiri sendiri, senantiasa mengandung reaksi dengan stimulus
maupun objek.
d. Objek minat dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan
kumpulan dari hal-hal tertentu tersebut.
II.3 Teori AIDDA
Teori AIDDA disebut A-A Procedure atau From Attention to Action Procedure,
yang dikemukakan oleh Wilbur Schramm. Teori AIDDA dalam Effendy (2003 : 304)
merupakan akronim dari :
A
: Attention (Perhatian)
I
: Interest (Minat/Ketertarikan)
D
: Desire (Hasrat/Keinginan)
D
: Decision (Keputusan)
A
: Action (Tindakan)
Formula AIDDA dirumuskan untuk memudahkan mengarahkan suatu tujuan
komunikasi yang dilakukan. Konsep AIDDA menjelaskan suatu proses psikologis yang
terjadi pada diri khalayak (komunikan) dalam menerima pesan komunikasi.
Tahapan di atas mengandung pengertian bahwa setiap proses komunikasi (baik
komunikasi tatap muka maupun komunikasi massa) hendaknya dimulai dengan
membangkitkan perhatian. Dalam hal ini, sebuah pesan komunikasi harus dapat
menimbulkan daya tarik tersendiri sehingga dapat memancing perhatian komunikannya.
Dalam membangkitkan perhatian yang berperan penting adalah komunikatornya.
Dalam hal ini komunikator harus mampu menimbulkan suatu daya tarik pada dirinya
(source attractiveness) yang selanjutnya dapat memancing perhatian komunikan terhadap
pesan komunikasi yang disampaikannya. Namun yang harus diperhatikan juga bahwa
dalam membangkitkan perhatian khalayak harus dihindari munculnya suatu himbauan
yang negatif.
Dimulainya proses komunikasi dengan membangkitkan perhatian (attention)
komunikan merupakan awal suksesnya komunikasi tersebut. Apabila perhatian
komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat
(interest) yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah
kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat/keinginan
(desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator. Hanya
hasrat/keinginan saja pada diri komunikan tidaklah cukup bagi komunikator, sebab harus
dilanjutkan dengan datangnya keputusan (decision), yakni keputusan untuk melakukan
tindakan (action) seperti yang diharapkan komunikator.
Dalam hal ini yang menjadi komunikator yaitu iklan konten situs dpreview.com dan
yang menjadi komunikan adalah mahasiswa yang khusus mengkonsumsi situs ini. Sebuah
iklan harus mampu membangkitkan perhatian pembacanya dalam hal ini situs
dpreview.com harus mampu membangkitkan perhatian pembaca baik dari tipe kamera,
sehingga akan muncul minat dalam diri khalayak untuk mengetahui lebih jauh lagi
tentang kamera DSLR. Selanjutnya minat akan melahirkan rasa ingin/hasrat untuk
melakukan seperti yang disampaikan oleh iklan kamera DSLR dalam situs dpreview.com.
II.4 Internet
II.4.1 Pengertian Internet
Dalam sejarah perkembangan teknologi media, internet adalah sebuah medium
terpenting yang ditemukan manusia pada abad 20. internet merupakan jaringan dari
ribuan jaringan komputer yang menjangkau jutaan orang di seluruh dunia. Misi awalnya
adalah menyediakan sarana bagi para peneliti untuk mengakses data dari sejumlah
sumber daya perangkat keras komputer yang mahal. Namun sekarang internet telah
berkembang menjadi ajang komunikasi yang sangat cepat dan efektif dan sumber daya
informasi dari mulai yang statis higga yang dinamis dan interaktif.
Internet lahir pada masa perang dingin sekitar tahun 1969 dan digunakan
pertama kali untuk keperluan militer. Pada saat itu Departemen Pertahanan Amerika
Serikat membangun sebuah sistem jaringan dengan menghubungkan semua komputer di
daerah-daerah vital untuk mengatasi masalah bila terjadi serangan nuklir. Karena itu
dibentuklah proyek bernama Arpanet yang dibuat oleh DARPA (Defense, Advanced
Research Project Agency), suatu bagian dari Departemen Pertahanan Amerika Serikat
berkerja-sama dengan beberapa universitas dan research facilities. Arpanet pada awalnya
sangat kecil dan hanya menghubungkan 3 unit komputer di California dan sebuah
komputer di Utah. Tidak lama kemudian proyek ini berkembang di seluruh daerah dan
semua universitas di negara tersebut ingin bergabung sehingga membuat Arpanet kesulita
untuk mengaturnya. Oleh sebab itu Arpanet dibagi menjadi 2, yaitu Milnet untuk
keperluan Militer dan Apanet baru yang lebih kecil untuk keperluan non-militer seperti
universitas. Gabungan kedua jaringan ini akhirnya diberi nama DARPA Internet yang
kemudian disederhabakan menjadi internet saja.
Internet mulai komersial dan berkembang pesat sejak tahun 1990. di Indonesia
sendiri internet mulai dikenal luas sejak tahun 1995. sebelumnya internet sudah dikenal di
kalangan
akademik
dan
pusat-puast
riset.
Layanan
internet
terbuka
sejak
Indointernetberdiri sebagai penyedia layanan internet pertama di Indonesia. Kesuksesan
Indointernet ini kemudian diikuti dengan munculnya Internet Service Provider lainnya
yang kini semakin menjamur.
Ada 3 karakteristik atau potensi internet yang dapat dimanfaatkan dalam
kehidupan sehari-hari, yaitu :
a). Sebagai alat komunikasi yang berkerja sangat cepat
b). Sebagai alat pengkases informasi.
c). Sebagai alat pendidikan/pembelajaran.
II.5 Fotografi
Istilah Fotografi mulanya diperkenalkan oleh seorang astronom Inggris Sir John
Herschel yang berasal dari bahasa Yunani yaitu Photos yang berarti sinar, dan Graphos
yang berarti menulis atau melukis, sehingga secara singkat dapat dikatakan bahwa
fotografi adalah melukis dengan sinar. (Pratikno,1987:149)
Fotografi adalah suatu ketrampilan dimana dalam proses perekaman gambarnya
tidak mudah. Ini disebabkan perlunya suatu pemahaman dalam
mengaplikasikannya mulai cara memasukkan film pada kamera, memasang blitz (lampu
kilat) pada dudukan kamera dan tentunya cara-cara menggunakan tombol-tombol serta
bagian-bagian yangterdapat pada tubuh kamera untuk melakukan prosem pemotretan
serta kemampuan dalam melakukan kejelian menangkap subjek pada saat dan waktu yang
tepat. Dalam mengabadikan suatu moment.
Dalam realitasnya tidak semua orang dapat memberikan karya yang membuat
orang kagum, karena untuk menciptakan foto yang mempunyai nilai seni tinggi tidaklah
mudah karena dalam fotogafi terdapat banyak unsur seni yang meliputi perpaduan warna
(color), pengaturan cahaya (lighting), susunan bentuk gambar (komposisi), ketajaman
subyek (focus of interest) dan sudut pengambilan foto (angle) yang membutuhkan
keahlian serta kreatifitas dalam memadukannya seperti yang diuraikan oleh R.M.
Soelarko dalam bukunya penuntun fotografi, sbb :
1. Komposisi adalah suatu susunan gambar yang disusun sedemikian rupa agar gambar
didalam foto terlihat lebih menarik, seimbang dan terdapat keselarasan yang dinamis
dalam gambar.
2. Teknik Penyinaran (Lighting) adalah suatu proses penataan cahaya kedalam kamera
dengan mengatur jarak, bukaan diafragma dan kecepatan rana agar cahaya yang
dipantulkan memiliki ketajaman yang membuat subjek menjadi lebih jelas dan tidak
gelap.
3. Warna (Color) merupakan perpaduan berbagai macam corak rupa yang menyatu dalam
bentuk gambar terhadap benda-benda yang dikenainya untuk menimbulkan
kekontrasan terhadap kesan yang ditangkap oleh mata.
4. Ketajaman subyek (Focus of Interest) adalah ketepatan dalam merekam subyek agar
terhindar dari kekaburan (blur) yang dapat menghilangkan maksud dan arti subyek
tersebut.
5. Sudut pengambilan gambar (angle) merupakan teknik pengambilan gambar dengan
mencermati bagian subyek yang tepat (atas, bawah, kiri, kanan, depan, belakang)
sehingga subyek dapat terkesan lebih menarikdari wujud aslinya. (Soelarko, 1985:4849)
Download