BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa II.1.1 Pengertian Komunikasi Pengertian komunikasi secara umum dapat dilihat dari dilihat dua segi, yaitu : 1. Pengertian Komunikasi Secara Etimologis Secara etimologis (asal katanya), komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu communication, bersumber dari kata communis yang berarti sama, dalam hal ini berarti membuat kebersamaan makna dalam suatu hal antara dua orang atau lebih. Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi itu terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi sudah berlangsung. Namun jika seseorang tidak mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka hal tersebut bukanlah suatu komunikasi. 2. Pengertian Komunikasi Secara Terminologis Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan seseuatu kepada orang lain. Onong Uchyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, mengatakan komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh komunikator kepada komunikan. Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antar manusia (human communication) bahwa komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesama manusia (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu (Cangara, 2002 : 19). Banyak sekali definisi komunikasi yang berbeda-beda yang disampaikan oleh para ahli komunikasi. Menurut Anderson (1959) komunikasi adalah suatu proses dengan mana kita bisa memahami dan dipahami oleh orang lain. Komunikasi merupakan suatu proses yang dinamis dan secara konstan berubah sesuai dengan situasi yang berlaku. Sementara Berelson dan Steiner (1964) mendefinisikan komunikasi sebagai penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol, seperti katakata, gambar-gambar, angka-angka, dan lain-lain. Miller (1996) mengatakan bahwa komunikasi pada dasarnya adalah penyampaian yang disengaja dari sumber terhadap penerima dengan tujuan mempengaruhi tingkah laku pihak penerima (Purba dkk, 2006 : 32-33). Suatu proses komunikasi tidak hanya berupa memberitahukan dan mendengarkan saja, namun didalam suatu proses komunikasi harus mengandung pembagian ide, pikiran, fakta, ataupun pendapat dari satu orang kepada orang lain. Dari definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian komunikasi adalah seni menyampaikan informasi (pesan, ide, sikap, gagasan) dari komunikator untuk merubah serta membentuk perilaku komunikan (pola, sikap, pandangan dan pemahamannya) ke pola dan pemahaman yang dikehendaki komunikator. Wilbur Schramm mengatakan dalam karyanya “Communication Research in the United States” bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang pernah diperoleh komunikan (Effendy, 2005 : 13). Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif dapat dijelaskan dengan menjawab pertanyaan dari paradigma Lasswell yang dikemukanan oleh Harold D.Lasswell, yaitu : Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Paradigma Lasswell ini menunjukkan bahwa ada lima unsur dasar dalam komunikasi, yakni : 1. Who (Siapa) : Komunikator, orang yang menyampaikan pesan. 2. Says What (Mengatakan Apa) : Pesan, pernyataan yang diukung oleh lambang, dapat berupa ide atau gagasan. 3. In Which Channel (Saluran) : Media, sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya. 4. To Whom (Kepada Siapa) : Komunikan, orang menerima pesan. 5. With What Effect (Dampak) : Efek, dampak sebagai pengaruh dari pesan atau dapat juga dikatakan sebagai hasil dari proses komunikasi. Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut dapat dikaji model komunikasi yaitu : Sender Message Media Receiver Effect Feedback Sender : Komunikator (pengirim informasi) yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang. Message : Pesan yang merupakan seperangkat lambang yang bermakna yang disampaikan oleh komunikator. Media : Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan. Receiver : Komunikan (orang) yang menerima pesan dari komunikator. Effect : Perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh komunikan sebelum dan sesudah menerima pesan. Feedback : Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator. Fungsi komunikasi adalah : a. Menyampaikan informasi (to inform). b.Mendidik (to educate). c. Menghibur (to entertain). d.Mempengaruhi (to influence). Tujuan komunikasi adalah : a. Mengubah sikap (to change the attitude). b.Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion). c. Mengubah perilaku (to change the behavior). d. Mengubah masyarakat/perubahan sosial (to change the society). II.1.2 Komunikasi Massa II.1.2.1 Pengertian Komunikasi Massa Pengertian komunikasi massa, merujuk pada pendapat Tan dan Wright, merupakan bentuk komunkasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu (Ardianto, 2004 : 3). Menurut Bittner, komunikasi massa adalah penyampaian pesan, informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media massa. Dari definisi tersebut jelaslah bahwa komunikasi massa harus menggunakan media massa, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri olah ribuan bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukanlah komunikasi massa. Ahli komunikasi lainnya, Joseph A.Devito merumuskan komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ia juga mengatakan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio atau visual (Effendy, 2000 : 21). Dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah penyebaran pesan dengan menggunakan media modern yang ditujukan kepada massa yang abstrak, yakni sejumlah orang yang tidak tampak oleh si penyampai pesan, misalnya pembaca surat kabar, pendengar radio, penonton televisi dan film. Mempelajari komunikasi massa tidak ada gunanya tanpa mengkaitkan peran medianya, bahkan bisa dikatakan media massa menjadi alat utama dalam proses komunikasi massa. II.1.2.2 Ciri-Ciri Komunikasi Massa Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat kita simpulkan beberapa karakteristik dari komunikasi massa, yaitu : 1. Komunikasi massa bersifat satu arah Komunikasi massa bersifat satu arah, artinya setiap pesan yang disampaikan oleh komunikator tidak diketahui apakah pesan itu dapat diterima dan dimengerti dengan baik oleh komunikan atau tidak. Dalam komunikasi massa, komunikator tidak tahu sama sekali apakah komunikasinya berhasil atau gagal. Umpan balik terhadap pesan yang disampaikan itu tidak langsung saat ia berkomunikasi, akan tetapi jauh sesudah pesan itu disampaikan (sifatnya tertunda/delayed feedback). Artinya, komunikan tidak dapat secara langsung memberikan umpan balik atas pesan yang disampaikan oleh komunikator. 2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga Komunikator dalam komunikasi massa itu bukan satu orang, tetapi kumpulan orangorang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud disini menyerupai sebuah sistem. Di dalam komunikasi massa, yang namanya komunikator itu lembaga media massa itu sendiri. Dalam sebuah sistem ada interdependensi, artinya adanya interaksi, saling keterkaitan dan saling ketergantungan antara komponen-komponen didalamnya. Jadi apabila ada satu komponen yang tidak bekerja akan mempengaruhi kinerja komponen yang lainnya. 3. Pesan pada komunikasi massa bersifat massa Komunikasi massa bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Dengan kata lain, pesan-pesannya ditujukan pada khalayak yang plural. Oleh karena itu, pesan-pesan yang disampaikanpun tidak boleh bersifat khusus. Khusus disini artinya pesan itu memang tidak disengaja untuk golongan tertentu. Misalnya, televisi. Karena televisi ditujukan dan untuk dinikmati oleh orang banyak, maka pesannya harus bersifat umum. Misalnya dalam pilihan kata-katanya, sebisa mungkin memakai kata-kata popular bukan kata-kata ilmiah. Sebab kata ilmiah itu hanya dapat dimengerti oleh kelompok tertentu. 4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Dalam komunikasi massa, komunikasi yang banyak itu secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula. Effendy mengartikan keserempakan media massa itu ialah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah. 5. Komunikan komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media massa dan tidak tatap muka. Dalam komunikasi massa, komunikannya juga heterogen karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda. Baik dari segi usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, tingkat ekonomi dan lain-lain. 6. Stimuli alat indera “terbatas” Karakteristik komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap salah satu kelemahannya adalah stimuli alat indera yang terbatas. Pada komunikasi antar pribadi yang bersifat tatap muka., maka seluruh alat indera pelaku komunikasi (komunikator dan komunikan) dapat digunakan secara maksimal. Kedua belah pihak dapat melihat, mendengar secara langsung, bahkan mungkin merasa. Dalam komunikasi massa, stimuli alat indera bergantung pada jenis media massanya. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat, pada media televisi dan film, kita menggunakan indera penglihatan dan pendengaran, sedangkan pada media radio kita menggunakan indera pendengaran. 7. Umpan balik pada komunikasi massa tertunda (delayed) Ciri ini berhubungan dengan ciri komunikasi massa yang bersifat satu arah. Umpan balik (feedback) merupakan faktor penting dalam bentuk komunikasi apa pun. Pada komunikasi massa, umpan baliknya bersifat tertunda (delayed), artinya komunikan tidak dapat secara langsung memberikan respon terhadap pesan yang telah diterimanya dari komunikator (media). II.1.2.3 Fungsi Komunikasi Massa Wilbur Schramm menyatakan komunikasi massa berfungsi sebagai decoder, interpreter dan encoder. Komunikasi massa men-decode lingkungan sekitar untuk kita, mengawasi kemungkinan timbulnya bahaya, mengawasi terjadinya persetujuan dan juga efek-efek dari hiburan. Komunikasi massa menginterpretasikan hal-hal yang di decode sehingga dapat mengambil kebijakan terhadap efek, menjaga berlangsungnya interaksi serta membantu anggota-anggota masyarakat menikmati kehidupan. Komunikasi massa juga meng-encode pesan-pesan yang yang memelihara hubungan kita dengan masyarakat lain serta menyampaikan kebudayaan baru kepada anggota-anggota masyarakat. Pendapat Schramm pada dasarnya tidak berbeda dengan pendapat Harold D.Lasswell yang menyebutkan fungsi-fungsi komunikasi massa sebagai berikut : a. Surveillance of the environment Fungsinya sebagai pengamatan lingkungan, yang oleh Schramm disebut sebagai decoder yang menjalankan fungsi The Watcher. b. Correlation of the parts of society in responding to the environment Fungsinya menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungan. Schramm menamakan fungsi ini sebagai interpreter yang melakukan fungsi The Forum. c. Transmission of the social heritage from one generation to the next Fungsinya penerusan atau pewarisan sosial dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Schramm menamakan fungsi ini sebagai encoder yang menjalankan fungsi The Teacher. Lasswell tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai fungsi-fungsi yang ia kemukakan itu, sehingga terbuka kesempatan terhadap berbagai spekulasi dan penafsiran. Seorang ahli sosiologi, Charles R.Wright, menambahkan fungsi keempat, yaitu entertainment dan ia memberikan penjelasan keempat fungsi tersebut sebagai berikut : a. Surveillance Menunjuk pada fungsi pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadiankejadian dalam lingkungan, baik di luar maupun di dalam masyarakat. Fungsi ini berhubungan dengan apa yang disebut Handling of News. b. Correlation Meliputi fungsi interpretasi pesan yang menyangkut lingkungan dan tingkah laku tertentu dalam mereaksi kejadian-kejadian. Untuk sebagian, fungsi ini diidentifikasikan sebagai fungsi editorial atau propaganda. c. Transmission Menunjuk pada fungsi mengkomunikasikan informasi, nilai-nilai dan norma-norma sosial budaya dari satu generasi ke generasi yang lain atau dari anggota-anggota suatu masyarakat kepada pendatang baru. Fungsi ini diidentifikasikan sebagai fungsi pendidikan. d. Entertainment Menunjuk pada kegiatan-kegiatan komunikatif yang dimaksudkan untuk memberikan hiburan tanpa mengharapkan efek-efek tertentu (Wiryanto, 2000 : 10-12). II.1.2.4 Umpan Balik Komunikasi Massa Dalam proses komunikasi massa dikenal istilah feedback atau umpan balik yaitu reaksi (tanggapan) yang diberikan oleh penerima pesan atau komunikan kepada penyampai pesan atau komunikator/sumber. Selain itu, umpan balik juga dapat berupa reaksi yang timbul dari pesan kepada komunikator (Ardianto, 2004 : 45-47). a. Internal Feedback Internal feedback adalah umpan balik yang diterima oleh komunikator bukan dari komunikan, akan tetapi datang dari pesan itu atau dari komunikator itu sendiri. Ketika menyampaikan pesan, komunikator menyadari telah melakukan kesalahan/kekhilafan, kemudian ia meminta maaf dan memperbaiki kesalahan tersebut. b. Eksternal Feedback External feedback adalah umpan balik yang diterima oleh komunikator dari komunikan. External feedback ini sifatnya bisa langsung dan bisa juga tidak. 1.Umpan balik langsung Umpan balik yang sifatnya langsung yaitu reaksi yang dapat segera ditangkap oleh komunikator, misalnya anggukan kepala pertanda komunikan mengerti atau setuju terhadap pesan yang diterimanya atau komunikan menggelengkan kepala yang mengandung arti bahwa pesan yang diterimanya tidak dimengerti atau dipahami oleh komunikan. 2.Umpan balik tertunda Umpan balik yang sifatnya tidak langsung (delayed feedback) adalah umpan balik yang datang kepada komunikator (sumber) setelah melewati suatu rentang waktu (selang waktu), contohnya rubrik “Surat Pembaca” pada surat kabar dan sejenisnya. c. Representative Feedback Sesuai dengan karakteristik komunikasi massa yang komunikannya bersifat heterogen, maka tidak mudah untuk mengukur umpan balik yang dari semua komunikan. Karena itu umpan balik yang datang biasanya merupakan representative (wakil) sampel, sehingga walaupun yang ditanggapi hanya satu atau dua komunikan, namun hal tersebut sudah dianggap dapat mewakili sejumlah komunikan yang lainnya. d. Cumulative Feedback Cumulative feedback adalah umpan balik yang datang kepada komunikator dihimpun dahulu dan tidak segera diubah dalam pesan berikutnya, karena komunikator harus mempertimbangkannya dahulu untuk dapat membuat kebijaksanaan selanjutnya. e. Quantitative Feedback Quantitative feedback adalah umpan balik yang datang pada umumnya diukur dengan jumlahnya (kuantitas). f. Institutionalized Feedback Institutionalized Feedback adalah umpan balik yang terlembagakan, artinya umpan balik yang diupayakan oleh lembaga, yang dilakukan dengan cara mendatangi langsung khalayak untuk mengumpulkan pendapatnya, kemudian dianalisis oleh lembaga tersebut. II.1.2.5 Efek Pesan Media Massa 1. Efek Kognitif Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Efek kognitif ini membahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. Melalui media massa, kita memperoleh informasi tentang benda, orang, atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung. 2. Efek Afektif Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaaan senang, marah, sedih dan sebagainya. Misalnya dengan melihat situs dpreview.com akan timbul perasaan senang melihat tampilan kamera DSLR. 3. Efek Behavioral Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Dewasa ini, media massa telah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi khalayak. Contohnya adalah berbagai jenis buku, majalah ataupun surat kabar yang telah membahas berbagai macam keterampilan. Dengan demikian, media massa tersebut dapat dijadikan atau digunakan sebagai media pendidikan (Ardianto, 2004 : 52-56). II.2 Teori Minat Beli Seorang komunikator akan dapat melakukan perubahan sikap dan tingkah laku komunikan apabila antara mereka merasa adanya persamaan. Oleh karena itu seorang komunikator harus dapat membangkitkan perhatian komunikan sehingga diantara mereka timbul persamaan makna akan suatu hal yang akan menjadi langkah awal suksesnya komunikasi. Apabila perhatian telah dibangkitkan, maka selanjutnya diikuti dengan upaya menumbuhkan minat. Minat sifatnya sangat pribadi (personal). Minat merupakan keinginan yang kuat, gairah, kecenderungan hati yang sangat kuat terhadap sesuatu. Menurut A.W.Wijaya (1993 : 45), secara teori minat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a. Minat tidak dibawa sejak lahir. b. Minat dapat berubah-ubah (sifatnya situasional dan temporal). c. Minat tidak berdiri sendiri, senantiasa mengandung reaksi dengan stimulus maupun objek. d. Objek minat dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tertentu tersebut. II.3 Teori AIDDA Teori AIDDA disebut A-A Procedure atau From Attention to Action Procedure, yang dikemukakan oleh Wilbur Schramm. Teori AIDDA dalam Effendy (2003 : 304) merupakan akronim dari : A : Attention (Perhatian) I : Interest (Minat/Ketertarikan) D : Desire (Hasrat/Keinginan) D : Decision (Keputusan) A : Action (Tindakan) Formula AIDDA dirumuskan untuk memudahkan mengarahkan suatu tujuan komunikasi yang dilakukan. Konsep AIDDA menjelaskan suatu proses psikologis yang terjadi pada diri khalayak (komunikan) dalam menerima pesan komunikasi. Tahapan di atas mengandung pengertian bahwa setiap proses komunikasi (baik komunikasi tatap muka maupun komunikasi massa) hendaknya dimulai dengan membangkitkan perhatian. Dalam hal ini, sebuah pesan komunikasi harus dapat menimbulkan daya tarik tersendiri sehingga dapat memancing perhatian komunikannya. Dalam membangkitkan perhatian yang berperan penting adalah komunikatornya. Dalam hal ini komunikator harus mampu menimbulkan suatu daya tarik pada dirinya (source attractiveness) yang selanjutnya dapat memancing perhatian komunikan terhadap pesan komunikasi yang disampaikannya. Namun yang harus diperhatikan juga bahwa dalam membangkitkan perhatian khalayak harus dihindari munculnya suatu himbauan yang negatif. Dimulainya proses komunikasi dengan membangkitkan perhatian (attention) komunikan merupakan awal suksesnya komunikasi tersebut. Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat (interest) yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat/keinginan (desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator. Hanya hasrat/keinginan saja pada diri komunikan tidaklah cukup bagi komunikator, sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan (decision), yakni keputusan untuk melakukan tindakan (action) seperti yang diharapkan komunikator. Dalam hal ini yang menjadi komunikator yaitu iklan konten situs dpreview.com dan yang menjadi komunikan adalah mahasiswa yang khusus mengkonsumsi situs ini. Sebuah iklan harus mampu membangkitkan perhatian pembacanya dalam hal ini situs dpreview.com harus mampu membangkitkan perhatian pembaca baik dari tipe kamera, sehingga akan muncul minat dalam diri khalayak untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang kamera DSLR. Selanjutnya minat akan melahirkan rasa ingin/hasrat untuk melakukan seperti yang disampaikan oleh iklan kamera DSLR dalam situs dpreview.com. II.4 Internet II.4.1 Pengertian Internet Dalam sejarah perkembangan teknologi media, internet adalah sebuah medium terpenting yang ditemukan manusia pada abad 20. internet merupakan jaringan dari ribuan jaringan komputer yang menjangkau jutaan orang di seluruh dunia. Misi awalnya adalah menyediakan sarana bagi para peneliti untuk mengakses data dari sejumlah sumber daya perangkat keras komputer yang mahal. Namun sekarang internet telah berkembang menjadi ajang komunikasi yang sangat cepat dan efektif dan sumber daya informasi dari mulai yang statis higga yang dinamis dan interaktif. Internet lahir pada masa perang dingin sekitar tahun 1969 dan digunakan pertama kali untuk keperluan militer. Pada saat itu Departemen Pertahanan Amerika Serikat membangun sebuah sistem jaringan dengan menghubungkan semua komputer di daerah-daerah vital untuk mengatasi masalah bila terjadi serangan nuklir. Karena itu dibentuklah proyek bernama Arpanet yang dibuat oleh DARPA (Defense, Advanced Research Project Agency), suatu bagian dari Departemen Pertahanan Amerika Serikat berkerja-sama dengan beberapa universitas dan research facilities. Arpanet pada awalnya sangat kecil dan hanya menghubungkan 3 unit komputer di California dan sebuah komputer di Utah. Tidak lama kemudian proyek ini berkembang di seluruh daerah dan semua universitas di negara tersebut ingin bergabung sehingga membuat Arpanet kesulita untuk mengaturnya. Oleh sebab itu Arpanet dibagi menjadi 2, yaitu Milnet untuk keperluan Militer dan Apanet baru yang lebih kecil untuk keperluan non-militer seperti universitas. Gabungan kedua jaringan ini akhirnya diberi nama DARPA Internet yang kemudian disederhabakan menjadi internet saja. Internet mulai komersial dan berkembang pesat sejak tahun 1990. di Indonesia sendiri internet mulai dikenal luas sejak tahun 1995. sebelumnya internet sudah dikenal di kalangan akademik dan pusat-puast riset. Layanan internet terbuka sejak Indointernetberdiri sebagai penyedia layanan internet pertama di Indonesia. Kesuksesan Indointernet ini kemudian diikuti dengan munculnya Internet Service Provider lainnya yang kini semakin menjamur. Ada 3 karakteristik atau potensi internet yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu : a). Sebagai alat komunikasi yang berkerja sangat cepat b). Sebagai alat pengkases informasi. c). Sebagai alat pendidikan/pembelajaran. II.5 Fotografi Istilah Fotografi mulanya diperkenalkan oleh seorang astronom Inggris Sir John Herschel yang berasal dari bahasa Yunani yaitu Photos yang berarti sinar, dan Graphos yang berarti menulis atau melukis, sehingga secara singkat dapat dikatakan bahwa fotografi adalah melukis dengan sinar. (Pratikno,1987:149) Fotografi adalah suatu ketrampilan dimana dalam proses perekaman gambarnya tidak mudah. Ini disebabkan perlunya suatu pemahaman dalam mengaplikasikannya mulai cara memasukkan film pada kamera, memasang blitz (lampu kilat) pada dudukan kamera dan tentunya cara-cara menggunakan tombol-tombol serta bagian-bagian yangterdapat pada tubuh kamera untuk melakukan prosem pemotretan serta kemampuan dalam melakukan kejelian menangkap subjek pada saat dan waktu yang tepat. Dalam mengabadikan suatu moment. Dalam realitasnya tidak semua orang dapat memberikan karya yang membuat orang kagum, karena untuk menciptakan foto yang mempunyai nilai seni tinggi tidaklah mudah karena dalam fotogafi terdapat banyak unsur seni yang meliputi perpaduan warna (color), pengaturan cahaya (lighting), susunan bentuk gambar (komposisi), ketajaman subyek (focus of interest) dan sudut pengambilan foto (angle) yang membutuhkan keahlian serta kreatifitas dalam memadukannya seperti yang diuraikan oleh R.M. Soelarko dalam bukunya penuntun fotografi, sbb : 1. Komposisi adalah suatu susunan gambar yang disusun sedemikian rupa agar gambar didalam foto terlihat lebih menarik, seimbang dan terdapat keselarasan yang dinamis dalam gambar. 2. Teknik Penyinaran (Lighting) adalah suatu proses penataan cahaya kedalam kamera dengan mengatur jarak, bukaan diafragma dan kecepatan rana agar cahaya yang dipantulkan memiliki ketajaman yang membuat subjek menjadi lebih jelas dan tidak gelap. 3. Warna (Color) merupakan perpaduan berbagai macam corak rupa yang menyatu dalam bentuk gambar terhadap benda-benda yang dikenainya untuk menimbulkan kekontrasan terhadap kesan yang ditangkap oleh mata. 4. Ketajaman subyek (Focus of Interest) adalah ketepatan dalam merekam subyek agar terhindar dari kekaburan (blur) yang dapat menghilangkan maksud dan arti subyek tersebut. 5. Sudut pengambilan gambar (angle) merupakan teknik pengambilan gambar dengan mencermati bagian subyek yang tepat (atas, bawah, kiri, kanan, depan, belakang) sehingga subyek dapat terkesan lebih menarikdari wujud aslinya. (Soelarko, 1985:4849)