SENGATAN LEBAH DAN WASP Lebah, wasp dan semut merupakan bagian dari ordo hymenoptera. Racun yang dihasilkan menyebabkan hemolisis, penghancuran leukosit dan trombosit dan juga dapat menghancurkan endotel vaskuler dan menyebabkan nekrosis otot skeletal. Manifestasi Klinis Tanda dan gejala yang ditimbulkan bervariasi. Efek umum yang timbul dari sengatan golongan hymenoptera adalah pruritus yang kecil dan urtikaria yang dapat menyebabkan nyeri. Sepuluh persen dari penderita mengalami reaksi lokal yang besar melebihi 5cm. kurang dari 1% penderita mengalami reaksi sistemik berupa mual, muntah, diare dan urtikari yang timbul jauh dari tempat gigitan. Jarang penderita akan mengalami syok anafilaktik. Reaksi toksik yang berat baik cepat maupun lambat biasanya akan muncul apabila digigit oleh lebih dari 50 serangga. Reaksi toksik yang timbul meliputi hemolisis dan rhabdomyolisis dengan komplikasi GGA, DIC dan disfungsi hepar. Pengobatan Keluarkan sting dan fragmennya menggunakan sraping. Gunakan ice pack topikal. Analgesik oral, diphenhydramine, dan tetanus profilaksis digunakan pada reaksi lokal yang kecil maupun besar. Reaksi sistemik yng ringan memerlukan diphenhydramine IV, kortikosteroid IV dan memonitoring progresifitas terjadinya anafilaksis. Anafilaksis memerlukan intubasi, resusitasi cairan, β agonis aerosol untuk mengatasi bronkospasme, epinefrin subkutan/IV dan agen vasopressor yang lain. SENGATAN BLACK WIDOW Laba-laba black widow berwarna hitam, mengkilat, dengan corakan merah pada daerah perutnya. Hanya yang wanita yang berbahaya. Jenis laba-laba ini banyak ditemukan di kalifornia dan beberapa tempat di US. Racun yang dihasilkan bersifat neurotoksik yang mempengaruhi pengeluaran transmitter presinaps. Manifestasi klinis Gejala biasanya muncul 10-60 menit sesudah gigitan. Gejala yang timbul berupa nyeri hebat pada daerah gigitan dan spasme otot perut dan dada. Parastesi difusa, fasikulasi otot, piloereksi, dan diaphoresis, mual, muntah, nyeri kepala, reflex tendon yang hiperaktif dan ptosis sering ditemukan. Penanganan bedah dilakukan apabila ditemukan gejala spasme otot abdomen. Hipertensi yang berat dan takikardia dapat ditemukan. Kematian yang ditimbulkan jarang. Gejala ini mengalami puncaknya 2-3 jm setelah gigitan dan dapat bertahan sampai 3-7 hari. Tatalaksana Kebanyakan pasien bereaksi baik terhadap analgesik narkotik. Kalsium glukonas tidak efektif digunakan untuk mengatasi nyeri. Pemberian es dan imobilisasi disarankan. Pemberian antivenom diindikasikan pada pasien bayi dan orang tua dan sebelumnya harus dilakukan uji sensitivitas dengan serum kuda. Satu vial antivenom (2,5ml) diberikan dalam 10-50 cc saline diberikan secara IV perlahan. Brown recluse spider bites Manifestasi klinis Laba-laba jenis ini berwarna gelap, dan memilki bentuk seperti violin pada punggungnya. Jenis ini biasa di temuka pada bongkahan kayu, kamar mandi, dan gantungan pakaian dan pada tempat-tempat yang gelap dan lembab. Laba-laba jenis ini memiliki racun tipe sphingomyelinase D yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan lokal dengan merusak sel endotel, selain itu memiliki komponen hemolitik yang dapat menyebabkan hemolysis massif, dan dapat juga merusak impuls saraf yang dapat berakibat sensasi anestesi pada bagian yang tergigit. Nyeri dirasakan 1-4 jam setelah gigitan, kemerahan dengan pustule/perdarahan yang terdapat pada lokasi gigitan. Biasanya terdapat tanda khas bewarna kemerahan yang melingkupin area pucat ditengahnya dengan tepi yang tidak rata disebut “bull’s eye lesion” dan lesi ini dapat bertahan hingga 3-4 hari disertai limfadenopati dan demam. Jika terjadi lesi yang sangat luas kadang dapat membutuhkan skin-graft. Reaksi sistemik yang disebabkan oleh loxoscelism dapat terjadi pada 24-48 jam setelah gigitan, disertai dengan demam, malaise, atralgia, rash, dan hemolysis. Pada anak-anak dapat terjadi hemolysis intravascular, hemoglobinuria, jaundice, hipotensi, gagal ginjal, edem pulmo, dan DIC. Tatalaksana Nekrosis yang terjadi begitu cepat menyebabkan tindakan eksisi tidak direkomendasikan pada awal pengobatan, namun apabila keadaan sudah stabil tindakan eksisi pada jaringan nekrotik dapat dipertimbangkan. Penggunaan kortikosteroid juga tidak memberikan efek yang signifikan, namun beberapa studi menunjukkan penggunaan dapsone dapat mengurangi gejala lokal. Penggunaan terapi hiperbarik dengan nitrogliserin dalam perawatan luka juga tidak menimbulkan efek yang signifikan. Akhir-akhir ini ELISA dapat menentukan jenis laba-laba golongan ini, sehingga pemberian anti-loxoceles sebagai anti bisa dapat mengurangi gejala sistemik disertai dengan penggunaan anti-tetanus. Sengatan Kalajengking Manifestasi klinis Gejala khas ialah nyeri yang sangat hebat baik itu disertai eritema atau pembembengkakan ada lokasi sengatan. Namun nyeri dan rasa kebas dapat bertahan selama 4 jam, sedangkan gejala lokal seperti eritema dan edema dapat bertahan hingga beberapa hari. Gejala klinis yang muncul disebabkan oleh toxidrome yang mirip dengan reaksi akibat kolinergik yang biasa disebut SLUDGE sindrom. Setelah digigit, norepinephrine dilepaskan secara berlebihan menyebabkan reaksi sistemik yang bermanifestasi sebagai hipertensi, takikardi, hiperpireksia, dan edema pulmo dengan kemungkinan dapat menyebabkan infark miokard akut. Hal ini juga dapat berpengaruh pada sistim saraf pusat dengan meanifestasi sebagai confusion, restlessness, dan reaksi distonik. Tatalaksana Es dapat mengurangi nyeri yang muncul pada lokasi sengatan, namun hindari penggunaan es yang lama pada lokasi sengatan, lakukan imobilisasi, namun hindari penggunaan tourniquet. Pasien anak-anak lebih baik dirawat secara intensive pada ICU. Penggunaan anti-depressant dan tranquilizer tidak disarankan karena dapat menyebabkan distress pernafasan. Namun, penggunaan analgesik golongan opiate dapat meningkatkan toksisitas racun. Diazepam/fenobarbital dapat digunakan untuk mengontrol kejang, penggunaan antihipertensi golongan simpatolitik dapat mengontrol hipertensi. Anti bisa yang berasal dari serum kambing hanya efektif pada jenis C. exilcauda dan tidak efektif pada sengatan kalajengking yang berasal dari amerika selatan, asia, dan timur tengah. Namun penggunaan ini tidak memberikan hasil yang efektif setelah 1 jam pasca gigitan. HAZARDOUS MARINE LIFE Ikan Pari Ikan pari merupakan hewan laut yang banyak menyabakan keracunan pada manusia, setidaknya 2.000 kasus telah terjadi di Amerika Serikat. Ikan pari memiliki ekor yang terdiri dari jaringan muscular dan membawa 1-4 sengatan. Sengatan yang dihasilkan menyebabkan trauma dan keracunan. Lokasi yang paling banyak terkena ialah ekstremitas bawah, diikuti ektremitas atas, perut, dan dada. Manifestasi Klinis Nyeri lokal serin didapat pada lokasi sengatan disertai dengan edema ringan dan perdarahan. Nyeri bermanifestasi secara terpusat dan kadang menyebabkan disorientasi. Gejala sistemik muncul 30 menit pasca sengatan disertai mual, muntah, lemas, diaphoresis, vertigo, takikardi, dan kaku otot. Jika gejala berat, dapat menyebabkan sinkop, paralisis, hipotensi, cardiac aritmia, dan kematian. Tatalaksana Segera lakukan irigasi luka dengan air bersih atau larutan saline yang steril, lakukan anestesi pada luka kemudian siram luka dengan air panas (45-50 C) selama 30-60 menit, sebab diketahui bisa dari ikan pari dapat terdenaturasi pada air panas. Jika panas gagal dalam mengurangi nyeri, dapat diberikan lidocain 1-2% tanpa epinephrine secara infiltrasi atau dengan nerve block. Kemudian lakukan eksplorasi luka dan lakukan debridement, tutup luka namun tidak boleh rapat, atau biarkan terbuka. Terakhir dapat diberikan profilaksis tetanus, dan antibiotic golongan trimethoprim/sulfametoxazole (160 dan 800 mg 2 kali/hari), ciprofloxacin (500 mg 2 kali/hari), atau tetrasiklin (500 mg 4 kali/hari) selama 7 hari. Jika terjadi nekrosis, dapat dilakukan debridement di kamar operasi terutama dengan menggnakan oksigen hiperbarik bila terjadi myonekrosis. Pada pasienpasien dengan gejala berat harus di observasi ketat selama 4-6 jam, serta perlu follow up yang ketat jika pasien dapat dipulangkan. Ular laut Ular laut didapatkan di semua laut kecuali samudra atlantik. Walaupun 90% gigitan ular laut bersifat kering, namun bisanya sangat mematikan terutama bagi sistim saraf, dan dapat menyebabkan myolisis. Manifestasi Klinis Gigitan ular dapat menyebabkan nyeri yang sangat hebat, dan dapat menyebabkan paralisis pada ekstremitas, dan otot pernafasan, ptosis, ophthalmoplegia, dan myolisis. Gagal ginjal, hemolysis, dan gangguan koagulopati lainnya dapat terjadi pada keadaan yang sangat berat. Tatalaksana Pertolongan pertama dalam gigitan ular dapat diterapkan, lakukan monitoring terhadap status respirasi, dan persiapkan intubasi. Monitoring myolisis dengan serum CK, urin myoglobin, dan renal fungsi panel yang dilakukan selama 6 jam. Jika hal tersebut terjadi maka berikan anti bisa ular laut sebanyak 1-3 ampul. Jika tidak ada dapat diberikan tiger snake antivenom, namun apabila tidak tersedia dapat diberikan anti bisa ular sebagai pilihan ke-tiga. Ubur-Ubur