1 asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini

advertisement
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH
DINI DI RSU DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO
RIA YULIA PUTRI
1211010123
SUBJECT:
Ibu Bersalin, Ketuban Pecah Dini
DESCRIPTION:
Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan
penyulit kelahiran premature dan terjadinya infeksi khorioamnionitis sampai sepsis, yang
meningkatkan morbiditas dan morbilitas perinatal (7 hari setelah lahir) dan menyebabkan
infeksi. Tujuan studi kasus adalah pemberian asuhan kebidanan pada Ny. Y dengan
ketuban pecah dini.
Studi kasus dilakukan di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto.
Subyek studi kasus ibu bersalin Ny. Y dengan ketuban pecah dini pada tanggal 12-13 April
2015. Proses manajemen kebidanan diselesaikan melalui lima langkah varney.
Asuhan kebidanan pada Ny Y umur 24 tahun UK: 34/35 minggu dengan ketuban
pecah dini. KU ibu: baik, kesadaran: composmentis, TTV : TD : 120/80 mmHg, RR: 20
x/menit, N: 84 x/menit, S: 36,5oC, pemeriksaan dalam pembukaan 1cm, efisismen 25%,
presentasi kepala, denominator ubun-ubun kecil kanan belakang, hoodge I, Ketuban
(-), tidak ada bagian kecil yang menumbung. Pelaksanaan asuhan kebidanan yaitu
melakukan pendekatan kepada ibu dan keluarga, memantau tanda-tanda vital, auskultasi
denyut jantung janin tiap 30 menit, menjaga pasien tetap bersih dan kering, memantau his
tiap 30 menit, pemberian drip oksitosin tiap 2,5 unit oksitosin dalam infus RL 1 flash (500
ml) 10 tetes/menit.
Pada pemberian asuhan kebidanan pada Ny. Y dengan ketuban pecah dini penulis
menemukan beberapa ketidak sesuaian antara teori dan kasus yang ada yaitu pada tahap
perencanaan hindari pemeriksaan pervaginal dan berikan perawatan perinatal dengan
larutan antiseptik setelah setiap eliminasi tiap 2-4 jam. Diharapkan bidan dapat
melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan.
ABSTRACT:
Premature rupture of membranes is an important issue in obstetric complications
related to premature birth and infection chorioamnionitis to sepsis, which increase
morbidity and mortality of (7 days after parturition). The purpose of the case study was the
provision of midwifery care in Mrs. Y with premature rupture of membranes.
The case study conducted in RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto, the
subject of case study was Mrs. Y inpartu mothers with premature rupture of membranes
on 12-13 April 2015, midwifery management process completed through the five steps by
varney.
Midwifery care on Mrs. Y at the age of 24 years gestational age: 34/35 weeks with
premature rupture of membranes. General state of mother: good, consciousness:
composmentis, vital sign: BP: 120/80 mmHg, RR: 20 x/minute, P: 84x/minute, T: 36,5oC,
cervical dilatation was 1cm, effacement 25%, cephalic presentation, denominator occiput
right the rear, Hodge I, Membranes (-), no small part the obstruct. Implementation of
1
midwifery care was to approach the mother and family, monitoring vital signs with vital
sign examination, auscultation of the fetal heart rate every 30 minutes, keeping the patient
clean and dry, monitoring the his every 30 minutes, giving oxytocin drip that was 2.5 units
of oxytocin uses in 1 bag RL intravenous fluid (500 ml) 10 drops/min.
In the provision of midwifery care in Mrs. Y with premature rupture of membranes
researches found some discrepancy between theory and existing cases it were at the
planning stage avoid pervaginal examination and provide perinatal care with an antiseptic
solution after each elimination every 2-4 hours. It is expected that midwives can improve
professionalism in conducting midwifery management in inpartu mothers with premature
rupture of membranes so that services to clients in accordance with establised procedures.
Keywords: Parturition, Premature Rupture of Membranes.
Contributor
: 1. Ika Yuni Susanti, S.SiT., S.KM., M.P.H
2. Agustin Dwi Syalfina, S.ST.,SKM
Date
: 17 Juni 2015
Type Material : Laporan Penelitian
Identifier
:-
Right
: Open Document
Summary
:
LATAR BELAKANG
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum proses persalinan
berlangsung. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan
dengan penyulit kelahiran premature dan terjadinya infeksi khorioamnionitis sampai sepsis,
yang meningkatkan morbiditas dan morbilitas perinatal (7 hari setelah lahir) dan
menyebabkan infeksi ibu (Saifuddin, 2009). Komplikasi yang dapat terjadi akibat kejadian
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah infeksi, partus preterm, prolaps tali pusat dan distosia
(partus kering) (Mansjoer, 2008).
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka
Kematian Ibu di Indonesia sebesar 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Target yang
ingin dicapai sesuai tujuan MDG ke-5, pada tahun 2015 AKI turun menjadi 102 kematian
per 100.000 kelahiran hidup. Dengan demikian terjadi kenaikan AKI dibandingkan data
tahun 2007 dan target MDG kelima tidak tercapai. Penyebab tersering kematian neonatus
(0-28 hari) adalah gangguan pernapasan, bayi lahir prematur dan sepsis; penyebab
tersering kematian bayi (0-1 bulan) adalah sepsis/infeksi, kelainan kongenital (bawaan)
dan pneumonia; penyebab tersering kematian bayi (1-11 bulan) adalah diare, pneumonia
dan meningitis (Wijaya, 2012).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Jawa Timur tahun 2012 mencapai 97,43 per
100.000 kelahiran hidup. AKI di Kabupaten Mojokerto mencapai 116,89 per 100.000
kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi ( AKB ) di Provinsi Jawa Timur mencapai 28,3 per
1.000 kelahiran hidup. AKB di Kabupaten Mojokerto mencapai 25,54 per 100.000
kelahiran hidup (Profil Kesehatan Jawa Timur, 2013). AKI dan AKB di Kabupaten
Mojokerto masih tergolong rendah dibandingkan daerah lainnya di Jawa Timur. Menurut
data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2012, dari ketujuh daerah dengan tingkat
AKI dan AKB yang menengah, Kabupaten Mojokerto mendapatkan peringkat ke-9 (Profil
Kesehatan Jawa Timur, 2012 ).
2
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo
Mojokerto pada tanggal 7 Maret 2015. Didapatkan jumlah persalinan pada tahunh 2014
sebanyak 801 persalinan, normal 410 persalinan dan SC 391 persalinan. Jumlah kasus
ketuban pecah dini pada tahun 2014 sebanyak 13 kasus.
Ketuban Pecah Dini adalah ketuban pecah sebelum proses persalinan berlangsung
(Kurniawati, 2009). KPD tergantung pada umur kehamilan dan tanda infeksi intrauterin.
Pada umumnya lebih baik untuk membawa semua pasien dengan ketuban pecah dini ke
rumah sakit dan melahirkan bayi yang usia gestasinya >37 minggu dalam 24 jam dari
pecahnya ketuban untuk memperkecil resiko infeksi intrauterin ( Sujiyatini, 2009 dalam
Lestari , 2012)
KPD disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang. Perubahan
struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan
menyebabkan selaput ketuban pecah (Saifuddin, 2010).
Bidan dalam penanganan infeksi pada ketuban pecah dini adalah dengan cara
penanganan konservatif dan aktif : penanganan secara konservatif jika usia kehamilan 3237 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif beri deksametason, observasi
tanda – tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
Penanganan secara Aktif nya, kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal
dilakukan seksio sesarea (Saifuddin, 2010). Berdasarkan latar belakang di atas peneliti
tertarik untuk mengetahui cara penanganan yang dilakukan pada kasus ketuban pecah dini
secara baik dan koperatif mengenai ketuban pecah dini.
METODOLOGI
Studi kasus dilakukan di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto, subyek
studi kasus ibu bersalin Ny. Y dengan ketuban pecah dini, waktu studi kasus pada tanggal
12-13 April 2015, proses manajemen kebidanan diselesaikan melalui lima langkah, yaitu
pengkajian data asuhan kebidanan, penentuan diagnosa kebidanan, rencana asuhan
kebidanan, pelaksanaan dan evaluasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada pengkajian data subyektif yang sudah dilakukan pada Ny.Y usia 24 tahun
dengan ketuban pecah dini. Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan pertama di RSU dr.
Wahidin Sudiro Husodo pada tanggal 12-04-2015. Ibu datang ke RS mengatakan pada
tanggal 11 April 2015 WIB jam 21.00 WIB dari rumah pasien mengeluarkan cairan
ketuban berwarna jernih berbau dan diperiksakan di bidan pukul 21.30 WIB di Vagina
Toucher (VT) : Ø pembukaan 1cm, efisismen 25%, denominator ubun-ubun kecil
menghadap belakang (posterior), hoodge I, ketuban (-), tidak ada bagian kecil yang
menumbung dan keluar merembes. HPHT pada tanggal 30-07-2014 dan hari tafsiran
persalinan 07-05-2015. Data objektif hasil pemeriksaan umum pada ibu keadaannya baik,
kesadaran composmentis dan Tekanan darah 130/70 mmHg, nadi: 84 x/menit, pernafasan :
20 x/menit, suhu : 36,5°C. Pemeriksaan Inspeksi ada, darah, lendir dan air ketuban
pervaginam, Pemeriksaan pervaginam VT : Ø pembukaan 1cm, effaccement 25%,
presentasi kepala, denominator ubun-ubun kecil kanan belakang, hoodge I, Ketuban
(-), tidak ada bagian kecil yang menumbung.
Data subjektif adalah informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang
diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada pasien/klien (anamnesis) atau dari
keluarga dan tenaga kesehatan (alio anamnesis) (Sari, 2012). Tinjauan teori data subjektif
ketuban pecah dini adalah pasien mempunyai keluhan utama ditanyakan untuk rnengetahui
alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan, seperti keluarnya cairan amnion /
ketuban melewati vagina. Data objektif ketuban pecah dini antara lain pemeriksaan
3
menggunakan kertas lakmus dengan hasil berwana biru Ph air ketuban 7-7,5 (Norma,
2013). Faktor penyebab ketuban pecah dini antara lain infeksi genitalia, serviks
inkompeten, gemeli, hidramnion, kehamilan preterm, disproporsi sefalopelvik. Pecahnya
selaput amnion dapat terjadi pada kehamilan preterm. Hampir semua ketuban pecah dini
pada kehamilan preterm (kurang bulan) atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu
setelah selaput ketuban pecah. Ketuban pecah dini ditandai dengan keluarnya cairan berupa
air dari vagina setelah usia kehamilan 22 minggu (Mansjoer, 2008).
Hasil dari data pengkajian sebagian besar sesuai dengan teori asuhan kebidanan
pada ketuban pecah dini. Data hasil pengkajian menunjukkan bahwa karakteristik ibu
bersalin dengan ketuban pecah dini adalah kehamilan kurang bulan yakni baru
memasuki 34 minggu. Tetapi, berdasarkan data pengkajian tidak adanya resiko tinggi
karena ibu berusia 24 tahun dan primipara, usia 20-35 tahun merupakan usia yang sesuai
dalam kehamilan dan persalinan, pada kasus KPD bisa terjadi pada umur > 35 tahun dan
bisa terjadi pada ibu bersalin multipara maka ada ketidaksesuaian antara teori
pengkajian dengan penelitian yang dilakukan. Hasil pengkajian data objektif telah
sesuai dengan teori yang ada bahwa manifestasi klinis dari KPD adalah keluarnya cairan
warna putih dari vagina dan hoodge I (sejajar PAP dan sympisis).
Diagnosa yang terjadi pada Ny. Y G1P00000 34/35 minggu tunggal hidup letak
kepala intrauteri jalan lahir normal keadaan umum baik dengan ketuban pecah dini tidak
adanya infeksi. Masalah ibu merasa cemas kurang pengetahuan dan informasi tentang
ketuban pecah dini dan kebutuhan yaitu memberikan informasi kepada ibu mengenai
keadaan persalinannya dengan ketuban pecah dini dan memotivasi ibu.
Tinjauan teori dari diagnosa asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan ketuban
pecah dini dengan masalah yang timbul akibat dari ketuban pecah dini adalah cemas
karena kurangnya pengetahuan dan informasi tentang ketuban pecah dini (Norma, 2013).
Kecemasan menggambarkan rasa khawatir, gelisah dan tidak tentram yang disertai dengan
gejala fisik. Ansietas merupakan bagian dari respon emosional terhadap penilaian individu
yang subyektif yang keadaannya dipengaruhi alam bawah sadar (Bethsaida, 2013).
Hasil dari data diagnosa kebidanan diketahui bahwa Ny Y dengan ketuban
pecah dini. Masalah yang telah ditegakkan juga sesuai dengan teori yang ada yaitu ibu
mengalami rasa cemas pada kategori sedang. Pada tahap ini ada kesamaan antara teori
asuhan kebidanan dengan penegakan diagnosa kebidanan pada penelitian.
Pada tahap perencanaan asuhan diberikan pada Ny. Y dengan ketuban pecah dini
yang bertujuan jangka pendek setelah dilakukan tindakan asuhan kebidanan selama 1×24
jam diharapkan bayi segera lahir. Kriteria hasil yaitu tidak terjadi infeksi dan TandaTanda Vital (TTV) normal. Intervensinya adalah melakukan pendekatan kepada ibu dan
keluarga, pantau tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan), auskultasi
denyut jantung janin tiap 1 sampai 4 jam, pemberian Drip Oksitosin, jaga pasien tetap
bersih dan kering, palpasi fundus uteri untuk mengetahui his tiap 30 menit.
Menurut Norma (2013) rencana asuhan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah
dini, antara lain: Asuhan kebidanan ibu hamil dengan ketuban pecah dini dengan tujuan
jangka pendek: setelah dilakukan tindakan asuhan kebidanan selama 1×24 jam diharapkan
ketuban pecah dini dapat segera ditangani dengan kriteria hasil TTV normal, cairan
ketuban yang keluar dari pervaginam berkurang dari awal klien datang dan ada kontraksi
yang kuat, memungkinkan untuk persalinan pervaginam. Tujuan jangka panjang: Infeksi
maternal tidak terjadi selama 2×24 jam dengan kriteria hasil TTV normal dan tanda-tanda
infeksi tidak ada (tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38oC serta cairan
ketuban keruh dan berbau, janin yang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi
intra uteri)
4
Hasil penelitian pada perencanaan asuhan yang diberikan pada Ny. Y dengan
ketuban pecah dini hanya dilakukan selama 1×24 jam dengan kriteria hasil TTV normal,
cairan ketuban yang keluar dari pervaginam berkurang dari awal klien datang dan ada
kontraksi yang kuat, memungkinkan untuk persalinan pervaginam. Pada tahap perencanaan
asuhan ditemukan ketidaksesuaian antara teori asuhan kebidanan dengan penelitian.
Hasil penelitian pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada kasus Ny. Y umur 24
tahun G1P00000 dengan ketuban pecah dini pelaksanaannya telah disesuaikan dengan
rencana tindakan yaitu melakukan pendekatan kepada ibu dan keluarga dengan menjalin
hubungan baik dengan klien, pemeriksaan TTV dengan hasil: Keadaan umum: cukup,
tekanan darah : 130/70 mmHg, nadi: 84 x/menit, pernafasan : 20 x/menit, suhu : 36,5°C,
auskultasi denyut jantung janin dengan hasil DJJ : (+) 130 x/menit, pemberian Drip
Oksitosin sesuai dengan advis dokter yaitu 2,5 unit oksitosin 10 tetes/ menit dalam infus
RL 1 flash (500 ml), menjaga pasien tetap bersih dan kering dengan mengganti selimut dan
popok dibawah bokong tiap 2-4 jam dengan kain yang kering dan bersih, palpasi fundus
uteri untuk mengetahui his tiap 30 menit dengan hasil TFU pertengahan pusat dan
procesus xyphoideus DJJ (+) 140x/menit, his 1x 10’x20”.
Tinjauan teori dari pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan ketuban
pecah dini adalah: melakukan pendekatan kepada ibu dan keluarga, memantau tanda-tanda
vital, memeriksa denyut jantung janin tiap 1 sampai 4 jam, menghindari pemeriksaan
pervaginal, mengobservasi drainase amniotik terhadap warna, jumlah dan bau tiap 2-4 jam
(Norma, 2013).
Pada langkah ini pada dasarnya prosedur pelaksanaan pada praktik telah sesuai
dengan teori, hanya ada perbedaan dalam tindakan yang disesuaikan dengan keadaan ibu
namun dalam tindakan ini sudah dilakukan eksplorasi pada kasus Ny. Y dan penyesuaian
dengan protap yang ada di rumah sakit seperti menghindari pemeriksaan pervaginal,
sedangkan di pada kasus ini perlu dilakukan pemeriksaan VT untuk menilai pembukaan.
Memberikan perawatan perinatal dengan larutan antiseptik setelah setiap eliminasi tiap 2-4
jam sedangkan pada perencanaan kasus ini tidak diberikan larutan antiseptik setelah setiap
eliminasi dikarenakan dalam pemeriksaan tenaga medis selalu memakai sarung tangan
(handscone) yang bersih dan steril. Pada penatalaksanaan asuhan kebidanan antara teori
asuhan kebidanan dengan penatalaksanaan penelitian ditemukan ketidaksesuaian.
Pemberian drip oksitosin dibutuhkan untuk merangsang kontraksi uterus untuk
mempercepat proses persalinan infus RL terdiri dari elektrolit dan konsentrasinya yang
sangat serupa dengan yang dikandung cairan ekstraseluler yang dibutuhkan untuk
menggantikan kehilangan cairan pada dehidrasi dan syok hipovolemik termasuk syok
perdarahan.
Pada langkah evaluasi pada Ny. Y dilakukan pada ibu bersalin dan mengobservasi
2 jam post partum selanjutnya perawatan dipantau di ruang nifas. Partus spontan, ♂,
APGAR skor 6-7, BB = 2150, PB = 47 cm, Lk=30 cm, menaggis kuat, gerak aktif, anus
(ada), cacat (tidak ada ), dilakukan resusitasi oleh petugas, TD = 120/80 mmHg.
Evaluasi kegiatan yang perlu dilaksanakan adalah mencatat proses manajemen
kebidanan. Evaluasi diperoleh dari tindakan pengukuran antara keberhasilan dan rencana.
Evaluasi juga dilakukan dengan membandingkan keberhasilan dengan langkah-langkah
manajemen lainnya. Hasil evaluasi dapat dijadikan identifikasi/analisis masalah
selanjutnya bila diperlukan (Sari, 2012). Evaluasi/hasil yang diharapkan dari asuhan pada
ibu bersalin dengan ketuban pecah dini, antara lain: pasien mendapatkan terapi untuk
infeksi atau tidak ada gejala infeksi, denyut jantung janin baik/tidak terjadi gawat janin
janin/bayi baru lahir tidak mengalami hal yang tidak diinginkan (Norma, 2013).
Pada tahap evaluasi diketahui keadaa ibu baik dan bayi dengan nilai APGAR skor
6-7 yang merupakan karakteristik asfiksia sedang, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
5
yaitu sebesar 2150 gram dan dilakukan resusitasi oleh petugas kesehatan. BBLR
dengan asfiksia sedang harus diperlukan resusitasi untuk memulihkan fungsi pernapasan
bayi baru lahir dan merangsangan serta pertahankan sirkulasi darah. Pada tahap evaluasi
ini telah sesuai antara teori asuhan kebidanan dengan penelitian.
Simpulan
1. Pada pengkajian Ny. Y diperoleh data subyektif dan data objektif penulis tidak
mengalami kesulitan karena selama penulis melakukan pengkajian klien sangat
kooperatif. Sehingga penulis mendapatkan data sesuai dengan yang dibutuhkan.
2. Pada tahap diagnosa masalah penulis menemukan kesamaan antara teori asuhan
kebidanan dengan penegakan diagnosa kebidanan pada penelitian.
3. Pada tahap perencanaan asuhan ditemukan ketidaksesuaian antara teori asuhan
kebidanan dengan penelitian
4. Pelaksanaan pada kasus ini terjadi kesenjangan antara teori dengan praktik yang
ada dilapangan.
5. Pada tahap evaluasi telah sesuai antara teori asuhan kebidanan dengan penelitian
Rekomendasi
1. Bagi Ibu Hamil dan Bersalin
Hendaknya ibu hamil dan bersalin lebih waspada terhadap komplikasi yang
mungkin terjadi seperti halnya ketuban pecah dini, dan melakukan pencegahan
dengan menghindri faktor risiko ketuban pecah dini.
2. Bagi Profesi Kebidanan
Diharapkan bidan dapat meningkatkan profesionalisme dalam melakukan
manajemen kebidanan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini sehingga
pelayanan pada klien sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan pendidikan lebih banyak meningkatkan prosedur belajar
mengajar mengenai manajemen kebidanan karena penulis masih sangat kurang
dalam hal pemahaman tersebut dan institusi pendidikan dapat menambah literatur
atau sumber kepustakaan khususnya tentang manajemen kebidanan pada ibu
bersalin dengan ketuban pecah dini.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan
melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
ketuban pecah dini.
Alamat Correspondensi :
- Email
: [email protected]
- No. HP
: 082231864252
- Alamat
: Dusun Krajan RT.03/RW.06 Kelurahan Puger Kulon Kecamatan
Puger Kabupaten Jember
6
Download