EMPATI PERAWAT PASIEN GANGGUAN JIWA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat S-1 Diajukan Oleh : Imansyah Djati F. 100 110 111 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016 i EMPATI PERAWAT PASIEN GANGGUAN JIWA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Yang Diajukan Oleh : IMANSYAH DJATI F. 100 110 111 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016 ii rdd L disbjui ud dipddohi ls .-.\ u MtiFbkd brhN! d:hn s6Fi hi ,i&k Ei4n hiF yu3 rmd dbjuku !^hk n nPqdcb sdtr k6!rj!em d s didbery&@kry$Fpdbdi,ls ABSTRACT SOUL INTERFERE PATIENT NURSE EMPATHY Imansyah Djati Taufik, M.Si., Ph. D [email protected] Psychology Faculty of Muhammadiyah Surakarta University This research purpose to identify how the empathy contribution at soul interfere nursing duty and how empathy forms done by nurse to soul interfere patient. To reach the purpose it, researcher was using qualitative approach. Their approach was used at 3 nurses of soul interfere patient. Pursuant to research result found that empathy have contribution to soul interfere nursing among others: watering down nurse relate to the patient, finding address of patient family, obtaining aid from surounding citizen, adapting to patient, becoming more patient, improving nurse selfregard at patient, x'self.improving understanding. As for forms of nurse empathy to soul interfere patient by afective, cognate, and afactive and realized in the form of emphatic concern or attention through attitude (non verbal) and also communication (verbal). As for forms of nurse empathy cognately covering:- assuming workplace in the place of house, kept quiet and bear, considering duty and responsibility as nurse, considering darling others existence and nurse supporting. While empathy forms done a nurse through the communications covering:-Communications construct each other trust relation (BHSP), communications as effort persuade to take medicine, communications as attention form (emphatic concern), communications comprehend the patient character, communications as motivation to patient, communications persuade the patient meritoriously and reward, communications as therapy converse the patient, communications as effort viewpoint comprehend (Perspective Taking) mind and patient feeling. In its duty was nurse sometimes require to x'self conceive (Fantacy) become like patient, feeling natural disability and accident patient to be continued for impelled an intention to help and give the best service. Key word: empathy, empathy contribution, empathy forms, nurse of interfere soul patient. vi ABSTRAKSI EMPATI PERAWAT PASIEN GANGGUAN JIWA Imansyah Djati Taufik, M.Si., Ph. D [email protected] Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk-bentuk empati yang dilakukan perawat kepada pasien gangguan jiwa dan mengapa empati dibutuhkan dalam keperawatan pasien gangguan jiwa. Untuk mencapai tujuan tersebut peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan tersebut digunakan pada 3 perawat pasien gangguan jiwa. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa empati berkontribusi bagi tugas keperawatan gangguan jiwa diantaranya: mempermudah perawat berhubungan dengan pasien, menemukan alamat keluarga pasien, memperoleh bantuan dari warga sekitar, menyesuaikan diri dengan pasien, menjadi lebih sabar, meningkatkan harga diri perawat pada pasien, meningkatkan pemahaman diri. Adapun bentuk-bentuk empati perawat kepada pasien gangguan jiwa adalah secara afektif, kognitif, kognitif dan afektif dan diwujudkan dalam bentuk emphatic concern atau perhatian melalui sikap(non verbal) maupun komunikasi(verbal). Adapun bentuk-bentuk empati perawat secara kognitif meliputi: -menganggap tempat kerja sebagai pengganti rumah, diam dan bersabar, mengingat tugas dan tanggung jawab sebagai perawat, mengingat keberadaan orang lain yang sayang dan menyupport perawat. Sedangkan bentuk-bentuk empati yang dilakukan perawat melalui komunikasi meliputi: -Komunikasi bina hubungan saling percaya(BHSP), komunikasi sebagai upaya membujuk minum obat, komunikasi sebagai sebagai wujud perhatian(emphatic concern), komunikasi memahami karakter pasien, komunikasi sebagai motivasi kepada pasien, komunikasi membujuk pasien dengan pujian dan reward, komunikasi sebagai terapi berbicara pasien, komunikasi sebagai upaya memahami sudut pandang (Perspektive taking) pikiran dan perasaan pasien. Dan dalam tugasnya perawat terkadang perlu membayangkan diri(Fantacy) menjadi seperti pasien, merasakan kemalangan dan ketidakmampuan yang dialami pasien agar terus terdorong tekad untuk menolong dan memberikan pelayanan terbaik. Kata kunci: empati, kontribusi empati, bentuk-bentuk empati, perawat pasien gangguan jiwa. vii orang lain dan perlu memperhatikan PENDAHULUAN hubungan–hubungan Keperawatan merupakan yaitu pengabdian atau pekerjaan sosial yang dilakukan untuk kesejahteraan hubungan individu, dan dalam timbal hubungan perawatan balik dengan antar pasien, perawatan individu secara keseluruhan dan kesembuhan orang lain. Maka haruslah hubungan dengan keluarga pasien. Dilain tergerak motif-motif dimana perawat harus sisi Johnson, dkk mengatakan perawat tidak mementingkan diri sendiri, tidak juga harus bisa mengerti kondisi dan egois, tanggung jawab pada perawatan, emosi orang yang dirawatnya biasanya mementingkan kesejahteraan orang yang melukiskan diri sendiri menjadi orang dirawatnya dan harus dibimbing oleh yang lebih toleran, mampu mengendalikan keseluruhan tanggung jawab keperawatan. diri, ramah, mempunyai pengaruh serta terlebih lagi perawat yang bekerja merawat bersifat humanistik. pasien gangguan jiwa harus menghadapi Faktanya ada beberapa kasus yang orang-orang dengan ganguan psikologis dan membantu psikiater dalam proses mengabarkan penyembuhan. disini gangguan jiwa sering diperlakukan tidak sangatlah besar, karena sembuh dan manusiawi seperti kasus yang terjadi di tidaknya kabupaten Jombang ketelatenan perawat dalam memberikan artikel(Ibad, 2013) perhatian terapi gangguan jiwa mengamuk dan melempar– harus lempar Peran pasien dalam perawat juga didukung setiap penyembuhannya. step Perawat oleh bahwa batu pada orang dengan dikutip seseorang siapa hingga dari dengan saja akhirnya yang memperhatikan dan mengontrol kesehatan mendekatinya, ia dari setiap pasien yang dirawatnya secara ditangkap dan diikat oleh warga sekitar. mendetail, baik dari sisi medis maupun Tidak hanya mengikat saja penduduk terapi mental, karena perkembangan yang sekitar juga memukuli. Setelah dipukuli terjadi pada setiap pasien harus dilaporkan penduduk sekitar mengembalikanya pada pada psikiater sehingga dapat dengan cepat keluarga dan meminta pihak keluarga diperoleh kesembuhan. untuk mengurungnya. Gunarsa (2008) juga menyebutkan, Kasus lain terjadi di Surakarta seorang perawat yang berdedikasi tinggi seorang anak yang menderita autisme yakni seorang perawat yang mempunyai berusia ± 14 tahun berjenis kelamin laki– tujuan pengabdian diri demi kesejahteraan laki, ia sering mendapatkan perlakuan 1 tidak layak dari keluarganya. Anak Dari fakta kasus-kasus tersebut selalu di marahi dan dipukul oleh menunjukkan kakeknya karena ia tidak mau mandi. memahami kondisi-kondisi pasien dirumah Kakeknya juga sering mengucapkan kata- sakit jiwa. Bagaimana perawat dapat kata memerlakukan “bodoh” melakukan ketika hal–hal anak yang tersebut dianggap betapa diatas menderita pentingnya orang-orang gangguan yang jiwa secara mengganggu seperti membawa benda– manusiawi. Perawat harus bisa mengatasi benda dari sampah kedalam rumahnya. pasien Dalam pergaulan dengan usia sebaya anak pendekatan humanistik, bukan memukuli, tersebut mengikat dan memasung. Perawat harus juga dikucilkan dan selalu yang mengamuk menjadi target bullying oleh teman– lebih temanya ia dianggap merugikan dan pasienya mengganggu. Dan berdasarkan data yang dengan penuh kesabaran. diperoleh dari jurnal penelitian Lestari dan Dalam (2014) terdapat 20.000 hingga 30.000 perawat penderita gangguan jiwa di Indonesia yang kondisi emosional memperlakukan memberikan hendaklah pasien pelayanan menggunakan keahlian–keahlian tersebut. Hal tersebut mendapatkan perlakuan tidak mausiawi dapat dengan cara dipasung. Data Riskesdas dicapai memperlihatkan 2013 dalam jurnal penelitian (Lestari, apabila sikap carring perawat kepada pasien dengan memperlihatkan kata–kata 2014) juga disebutkan terdapat 14,3 persen yang lemah lembut, sentuhan, memberikan anggota rumah tangga di indonesia yang harapan, selalu berada disamping pasien pernah dipasung dan terdapat 1665 rumah dan berkemampuan untuk memberikan tangga yang memiliki keluarga dengan gangguan jiwa berat. memahami dengan rasa aman yang disebut dengan empati. Pemasungan yang dilakukan tidak terbatas pada pemasungan Chaplin (2008), mengemukakan secara tradisional dengan kayu atau rantai, bahwa empati adalah pemahaman pikiran– tetapi juga tindakan pengekangan yang pikiran dan perasaan–perasaan orang lain membatasi gerak, pengisolasian, termasuk dengan cara menempatkan diri kedalam mengurung kerangka pedoman menyertai salah satu metode pemasungan tersebut tanpa (Kementrian Kesehatan RI, 2013). mengalami apa yang dirasakan oleh orang dan penelantaran, yang psikologis orang sungguh–sungguh yang bersangkutan. Empati juga diartikan merasakan apa yang dirasakan oleh orang 2 lain, mampu memahami perspektif Empati sangat erat kaitanya dengan mereka, menumbuhkan hubungan saling kehidupan sehari–hari. Bedasarkan istilah percaya dan menyelaraskan diri dengan “empati” diambil dari kata Einfuhlung bermacam–macam seperti yang digunakan psikolog Jerman, orang (Nurhidayah, yang artinya “merasa terlibat”(Pramuaji, 2006). 2013). Menurut kamus besar bahasa Empati dibutuhkan agar perawat Indonesia (KBBI dalam http.KBBI.com), dapat memahami apa keinginan melalui empati merupakan keadaan mental yang perspektif pasien dan menjalin hubungan membuat yang baik pada pasien sehingga dapat dalam pemberian obat proses orang pada juga membutuhkan peran atau kelompok lain. Empati merupakan kemampuan seseorang untuk pasien. Karena Pasien dengan gangguan jiwa atau perasaan atau pikiran yang sama dengan penyembuhan, maupun terapi merasa mengidentifikasi dirinya dalam keadaan terjalin kerjasama diantara perawat dan pasien seseorang ikut merasakan perasaan atau pengalaman serta orang lain (Wasana,2008). Sedangkan dukungan dari orang–orang disekitarnya menurut Hidayah(2006), empati adalah bukan dengan mengucilkan, mengasingkan kemampuan merasakan apa yang dirasakan dan memasung. Karena mengucilkan, orang lain, mampu memahami perspektif mengasingkan bahkan memasung tidak orang lain, menumbuhkan hubungan saling akan mengatasi masalah dari penderita percaya dan menyelaraskan diri dengan gangguan jiwa bahkan menambah parah bermacam–macam orang. penyakitnya(Primadila, 2011). seseorang dapat Salah satu berhasil dalam Oleh karena itu perawat harus berhubungan dengan orang lain adalah memahami kondisi emosi, pikiran dan empati. Wasana(2008) mengatakan bahwa berbagai perspektif orang yang dirawatnya tanpa kemampuan empati orang dapat dan merasakan apa yang diraskan oleh menjadi pasien yang dirawatnya. Dari keahlian- perasaan keahlian yang harus dimiliki tersebut, tumpulnya perasaan yang berakibat pada menjadi hal yang menarik bagaimana rusaknya hubungan. perawat mengimplementasikan keahlian tersebut pada pasien yang terasing, sehingga salah mati menafsirkan rasa atau Sedangkan menurut Eisenberg dan notabene Strayer(Pramuaji, 2013) empati adalah mengalami gangguan kejiwaan. usaha seseorang menyadari diri untuk 3 memahami pengalaman positif dan negatif merupakan media berkreasi dan orang lain. Empati menyatakan identitas diri. merupakan respon emosional yang berasal dari kondisi emosi d. Meningkatkan orang lain. Oleh sebab itu cara merespon pemahaman diri, seseorang akan mudah memahami dari empati yang dirasakan seseorang dirinya apabila ia memiliki empati berbeda–beda antara satu orang dengan yang orang yang lain. baik. empati Seseorang yang baik dengan akan Alfred Adler juga mengatakan mendengarkan bagaimana orang “empathy is to feel in”, yang maksudnya lain menilai dirinya. Lalu akan adalah terwujud kesadaran tentang dirinya. penerimaan terhadap perasaan orang lain dan meletakkan diri pada tempat Metode penelitian orang itu (Nurhidayah, 2006). Eisenberg (2002) empati penting bagi Dalam mengatakan perawat setiap individu. dengan diri, pasien ini, gangguan jiwa empati akan diungkap menggunakan metode kualitatif Karena dengan empati seseorang dapat: a. Menyesuaikan penelitian empati wawancara atau memberikan pertanyaan langsung dan menggunakan mempermudah seseorang dalam metode beradaptasi langsung kepada subjek penelitian yaitu kesadaran karena bahwa adanya setiap orang perawat berbeda–beda. b. Mempercepat observasi laki-laki atau maupun pengamatan perempuan dengan kisaran usia 20-50 tahun yang akan hubungan menjadi dengan subjek utama dengan orang lain, jika setiap individu menggunakan aspek-aspek kognitif, afektif mempunyai sikap empati maka dan akan mudah untuk merasa diterima penelitian ini dipilih secara purposive dan dipahami oleh orang lain. sampling yaitu pemilihan informan dengan komunikatif. Informan dalam menggunakan kriteria ataupun ciri-ciri c. Meningkatkan harga diri, empati yang telah ditentukan sebelumnya yaitu: meningkatkan harga diri seseorang, dimulai dari empati 1. Bekerja sebagai perawat pasien dalam gangguan jiwa. hubungan sosial. Hubungan sosial 4 2. Memiliki pengalaman kerja lainya. minimal 2 tahun kerja. wawancara dari bentuk rekaman menjadi masa dewasa muda, karena pada dewasa muda telah di dapatkan. menjelaskan seseorang mengalami kognitif Pada hingga masa 2. Pengelompokan akan perubahan berdasarkan Kategori, Tema dan pola jawaban fisik, Pada tahap ini dibutuhkan psikososial. pengertiaan yang mendalam terhadap dewasa muda, data, perhatiaan yang penuh dan individu sudah mulai bergerak keterbukaan terhadap hal-hal yang dari sekolah ke bekerja, artinya muncul di luar apa yang ingin digali. mereka Berdasarkan sudah mulai bertanggung jawab. penelitian kualitatif. Dalam menganalisa penelitian kualitatif beberapa dan dan pedoman dalam mekukan coding. Kemudian kembali membaca transkip wawancara dan melakukan coding, melakukan pemilihan data tahapan-tahapan yang yang perlu dilakukan (Marshall dan relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan Rossman dalam Kabalmay, 2002), diberi kode dan penjelasan singkat, diantaranya: kemudian 1. Mengorganisasikan Data dikelompokan atau dikategorikan berdasarkan kerangka Data didapatkan subjek melalui wawancara (indepth inteviwer), mendalam teori kerangka awal analisis sebagai acuan digunakan adalah berdasarkan analisis terdapat kerangka pedoman wawancara disusun sebuah Metode analisis data yang dari secara mengerti benar data atau hasil yang bahwa ketika memasuki dewasa muda, tertulis dibaca berulang-ulang agar penulis setelah melewati masa remaja. (2009) bentuk verbatim. Data yang telah didapat adalah tahapan yang dilalui seseorang Papalia dibuatkan transkipnya dengan mengubah hasil 3. Berusia kisaran 20-40 tahun atau masa Kemudian langsung analisis yang telah dibuat. Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus dimana data tersebut direkam dengan yang tape recorder dibantu alat tulis diteliti 5 diteliti. Hasil berdasarkan wawancara pemahaman terhadap hal-hal diungkapkan oleh terwujud, peneliti masuk ke dalam responden. sudah tahap penejelasan. Dan berdasarkan dikelompokkan kemudian dipahami kesimpulan yang telah didapat dari secara utuh dan ditemukan tema- kaitanya tersebut, tema penting serta kata kuncinya. alternatif penjelasan Sehingga kesimpulan Data dapat penagalaman, menangkap permasalahan, dan asumsi memang hal-hal selalu yang asumsi Setelah kategori pola data telah didapat. ada alternatif menyimpang atau tidak dari terfikir sebelumnya. Pada tahap ini akan tergambar dengan jelas, data tersebut asumsi tentag analisis, ada kemungkinan terdapat Data terhadap lain penjelasan yang lain. Dari hasil atau permasalahan yang ada terhadap diuji suatu Sebab dalam penelitian kualitatif dinamika yang terjadi pada subjek. 3. Menguji yang dicari dijelaskan dengan alternatif lain yang melalui referensi atau teori-teori lain. dikembangkan dalam penelitian ini. Pada tahap ini kategori yang telah 5. Menulis Hasil Penelitian didapat melalui analisis ditinjau Penulisan data subjek yang kembali berdasarkan landasan teori telah yang telah dijabarkan dalam bab II, merupakan suatu hal yang membantu sehingga dapat dicocokan apakah untuk memeriksa kembali apakah ada landasan kesimpulan yang dibuat telah selesai. teoritis dengan hasil yang dicapai. Dalam penelitian ini, penulisan yang Walaupun tidak dipakai adalah presentase data yang memiliki hipotesis tertentu, namun didapat yaitu, penulisan data-data dari landasan teori dapat dibuat hasil asumsi-asumsi mengenai hubungan wawancara mendalam dan observasi antara konsep-konsep dan faktor- dengan subjek dan significant other. faktor yang ada. Proses dimulai dari data-data yang kesamaan 4. Mencari antara penelitian Alternatif ini other, data dengan penelitian dibaca sehinggga Setelah kaitan antara kategori pola dikumpulkan berdasarkan diperoleh dari subjek dan significant Penjelasan bagi Data dan berhasil benar-benar permasalahanya, asumsi 6 berulang kali diketahui kemudian dianalisis, sehingga gambaran mengenai didapat maka akan mudah untuk merasa penghayatan diterima dan dipahami oleh orang pengalaman dari subjek. Selanjutnya dilakukan interprestasi lain. secara Dalam penelitian ini informan keseluruhan, dimana di dalamnya mengungkapkan mencakup keseluruhan kesimpulan empati dari hasil penelitian. saling untuk karena informan pasien sebagai orang yang dipercaya lebih seperti pernyataan mengenai kontribusi empati keluarga sendiri ataupun orang dalam tugas keperawatan serta bentuk- terdekat. bentuk empati perawat kepada pasien Berikut percaya, menganggap dilakukan terhadap 3 informan ditemukan Sehingga semua hal termasuk perintah ataupun larangan adalah yang penjelasanya: dikatakan oleh informan kepada pasien akan didengar dan 1. Kontribusi tugas mudah pasien dan menjalin hubungan Berdasarkan analisis yang telah jiwa. dengan merasa diterima, dipahami oleh Hasil dan pembahasan gangguan mereka bahwa empati terhadap keperawatan gangguan dilaksanakan. b. Menemukan jiwa alamat keluarga pasien a. Mempermudah perawat Informan juga mengungkapkan berhubungan dengan pasien dengan empati mereka merasa Mengapa empati dibutuhkan berhasil menggali riwayat pasien dalam tugas keperawatan yang yang notabene tidak diketahui asal- pertama usul memudahkan informan keluarganya. Informan berhubungan dengan orang lain melakukan pendekatan hubungan termasuk pasien gangguan jiwa. dengan pasien secara terus menerus Eisenberg melalui komunikasi. Taufik(2012) (2002) mengatakan bahwa empati bermanfaat bagi mengatakan seseorang mempercepat hubungan merupakan bentuk ekspresi dari dengan orang lain, jika setiap empati, individu mempunyai sikap empati menunjukkan empatinya melalui 7 bahwa dimana komunikasi seseorang kata-kata dan komunikasi c. ucapan. akhirnya Dengan bekerja informan merawat orang-orang dengan gangguan jiwa sebagai berhasil membuat pasien tersebut bentuk mengungkapkan kasihan kalimat-kalimat perhatian, dan kepedulian, simpati yang menceritakan tentang diri dan kemalangan keluarganya. menegakkan hak asasi orang-orang dengan Memperoleh bantuan dari warga dan atas berupaya gangguan jiwa yang terlantar dijalanan. sekitar d. Mudah menyesuaikan diri. Hal lain diungkapkan informan bahwa dengan empati mudah bagi Eisenberg(2002) mengatakan informan dalam berhubungan dan bahwa memperoleh bantuan dari warga mempermudah seseorang dalam sekitar seperti bantuan informasi beradaptasi pasien gangguan jiwa yang masih kesadaran berkeliaran berbeda–beda. Adanya kesadaran dijalanan sampai dengan empati karena bahwa perawat yang tidak diketahui asal-usulnya, berbeda-beda merupakan salah satu karena pekerjaan yang dilakukan faktor yang membuatnya berempati informan pada sebagai pasien setiap orang pencarian informasi alamat pasien dianggap bahwa setiap adanya dalam pasien bentuk pekerjaan yang bersifat membantu penyesuaian diri dengan beragam ataupun menolong. Hal tersebut karakter pasien yang dirawatnya. merupakan manfaat dari komponen Dalam penelitian ini perawat empati yaitu emphatic concern. mengungkapkan bahwa menangani Menurut Spiro dan Weitz emphatic pasien harus dengan kasih sayang concern adalah orientasi seseorang dan individu terhadap orang lain berupa kesabaran. merupakan perasaan kasihan, peduli, simpati Hal tersebut ungkapan dimana empati bermanfaat bagi informan atas kemalangan yang menimpa mengetahui orang lain. Dalam hal ini emphatic bagaimana dirinya harus bersikap dan menyesuaikan concern tercermin pada pekerjaan diri yang dilakukan informan di Griya dengan pasien yang dirawatnya. Informan tahu akan PMI Mojosongo, dimana mereka 8 perlakukan yang harus dilakukan bekerja sebagai perawat informan pada pasien adalah dengan kasih terbiasa merespon perasaan pasien sayang dan kesabaran. Hal tersebut dan menempatkan diri pada kondisi terlihat pasien tersebut yang secara tidak pula tentang dari ungkapanya kesadarannya dalam langsung terlihat kesadaran penuh bekerja ketika dirinya mengalami dari informan bisa menempatkan permasalahan keluarga, informan dirinya menyesuaikan diri dengan cara orang lain yang artinya segala berdiam sejenak didalam kantor sesuatu tidak harus berjalan sesuai dan tidak mendekat pada pasien. dengan kondisi dirinya. Seperti Diungkapkan pula in”, paham diri pasien kasar. diperlakukan Sehingga ia dengan harus mengungkapkan itu bahwa dengan empati akan meningkatkan harga diri seseorang. Empati menjadi salah satu cara perawat dalam diungkapkan membangun harga diri pada pasien bahwa selama 3 tahun bekerja gangguan jiwa yang dirawatnya. sebagai perawat pasien gangguan menerapkan Seperti diungkapkan oleh informan empati, bahwa dengan menerapkan empati informan merasa menjadi pribadi melalui komunikasi yang baik, yang lebih sabar dan tidak suka marah-marah orang Eisenberg(2002) e. Menjadi lebih sabar dan tempat pada pasien gangguan jiwa. dan penuh kesabaran. jiwa pada f. Meningkatkan harga diri perawat dengan pasien harus dengan ramah lain menerima lain). menyesuaikan diri bahwa berbicara Manfaat mampu adalah (menyesuaikan diri dengan orang menangani pasien yang tidak bisa dibentak ataupun maksudnya perasaan orang lain dan meletakkan Karena komunikasi yang dilakukan membuatnya yang seseorang karakter pasien yang dirawatnya. dengan kondisi Adler bahwa “empathy is to feel komunikasi informan menjadi tahu hari dengan yang diungkapkan oleh Alfred bahwa dengan penerapan empati melalui setiap sesuai karena pasien menjadi sungkan. Yang selama dimaksud sungkan dalam hal ini 9 pasien menjadi tidak ada yang bagaimana berani jahil pada perawat seperti dirinya, mencolek kesadaran tentang dirinya. Dalam ataupun mengejek orang lalu lain akan terwujud perawat. Mereka menjadi bersikap penelitian manis bahkan patuh. Obatpun bisa pernyataan bahwa informan bisa dengan teratur diberikan. Rutinitas menilai dirinya karena ada orang seperti mandipun juga dilakukan lain yang menilai tentang dirinya. dengan baik oleh pasien. Bahkan Informan ada melakukan watak yang dimilikinya seperti kewajiban mandinya tanpa disuruh contohnya, ada yang penyabar, dan melaporkannya pada informan. tegas, pemarah dan sebagainya pasien yang sungkan dan penuh pelayanan kesabaran. akan berbagai orang disekitarnya. menghargai pasien pada perawat atas upayanya memberikan sadar ditemukan karena mendengar penilainan dari Hal tersebut terjadi karena rasa ini menilai Yang paling penting adalah dengan dengan menerapkan empati pada Seperti tugas keperawatan, informan diungkapkan oleh informan bahwa menjadi tahu menghadapi pasien pasien gangguan jiwa akan merasa yang berbeda-beda karakternya dan sungkan dengan sendirinya jika menemukan mereka diperlakukan dengan penuh dirinya kesabaran. tersebut. Seperti contoh bagaimana g. Meningkatkan pemahaman cara-cara menghadapi dalam pasien informan menghadapi pasien yang diri suka perawat pasien gangguan jiwa. marah-marah, menangis ataupun jahil. Informanpun juga Eisenberg(2002) tau akan kapasitas dirinya mengatakan bahwa dengan empati memanajemen emosi mereka saat akan meningkatkan pemahaman bertugas menjadi perawat. Seperti diri, contoh, menjauh dari pasien saat seseorang memahami akan ia sedang berada kondisi emosi tidak baik. stabil agar tidak salah memberikan Seseorang dengan empati yang perlakukan dan ketika ada pasien baik yang memiliki dirinya mudah empati akan apabila yang mendengarkan 10 berbicara menyakitkan hatinya, ia telah yakin dan mengerti sedih(afektif) dari perasaan sedih bahwa dirinya adalah perawat yang tersebut muncul keinginan(afektif) harus dari hatinya untuk memberikan bertugas melayani dan mengayomi pasien. perlakuan atau tindakan sebaik mungkin dalam tugas keperawatan 2. Bentuk-bentuk empati perawat yang kepada pasien gangguan jiwa keinginan(afektif) a. Afektif alamat Dalam berempati melibatkan perasaan Karena aspek dari pada akan afektif dirinya. dasarnya empati Selain prosesnya, menimpa aspek sekelompok Seseorang seseorang orang tragis seseorang dalam berempati kognitif dalam empati difokuskan pada kemampuan intelektual, yaitu kemampuan pandang orang lain secara tepat dan membuatnya menerima pandangan mereka. Sehingga dengan adanya proses sudah bisa dikatakan orang tersebut kognitif(pikiran) sudah berempati secara afektif. penelitian afektif memahami perspektif dan sudut ataupun merasa kasihan, sedih maupun iba Dalam pasien pikiran. Menurut Eisenberg(2002), perasaan atau pengalaman orang kejadian dari melibatkan aspek kognitif atau untuk ikut merasakan (afektif) melihat keluarga tahu b. Kognitif merupakan kemampuan seseorang yang mencari atau dalam (Wasana,2008). dan tersebut. penerapanya seseorang lain dijalananinya mengetahui, ini mengenali perawat membedakan kondisi dapat dan emosional dipaparkan bahwa perawat pasien pasien yang berbeda-beda. Kognitif gangguan jiwa berempati secara berperan membaca yang sedang afektif saat mendengar pasien yang dialami dan dirasakan pasien saat mengatakan dengan kecewa, sedih, marah dari cara keluarganya namun ketika ditanya pandang, raut wajah dan cara alamat keluarganya pasien tersebut berbicara. “rindu” mengatakan tidak tahu. Dalam hati perawat tersebut timbul perasaan 11 Dalam penelitian ditemukan ungkapan beragam yang ini secara tepat pikiran-pikiran dan bentuk atau perasaan orang itu. menunjukkan 2) Diam dan bersabar empati melibatkan proses kognitif Empati perawat pasien gangguan jiwa. 1) Menganggap tempat sebagai ungkapan yang disampaikan perawat bahwa ia pernah kesal tempat kerja pengganti dengan salah satu pasien yang rumah kondisinya hampir normal, bekerja adalah cara perawat dalam menuduhnya tidak berempati. dengan karena Dan proses kognitif juga ditemukan pada kerja sebagai pengganti rumah Menganggap melibatkan dari hal baik sering tersebut perawat menemukan meninggalkan kantor padahal karakter saat pasien yang itu perawat sedang tugas yang dirawatnya. Perawat dalam hal melakukan ini mengharuskannya memiliki mengubah kemampuan sudut pandang berfikirnya(kognitif) kantor. Namun keluar ia tidak bahwa meluapkan kekesalanya atau Griya PMI adalah pengganti marah dan memilih untuk diam rumah dan dari hal tersebut dan bersabar karena menyadari perawat memahami (berfikir) bahwa pasien yang pikiran-pikiran dan perasaan dihadapi tidak sadar dengan apa pasien yang dirawatnya hingga yang hafal Taufik(2012), dapat karakter pasiennya. diperbuat. Menurut hal ini Menurut Taufik(2012), proses merupakan komponen kognitif ini komponen pada tahap Differentiation of kognitif empati pada tahap the self from others Yaitu terakhir yaitu Cognitif role kemampuan taking ability dimana sesorang membedakan diri dan orang mampu lain (pasien). Disini perawat merupakan menempatkan diri sendiri dalam situasi orang lain memiliki dalam membedakan rangka mengetahui dalam kemampuan posisi dirinya sebagai perawat yang bertugas 12 melayani dan mengayomi Perawat pasien. memiliki kesadaran akan keberadaan orang lain (keluarga) yang sayang dan 3) Mengingat tugas dan tanggung menyupport dirinya saat ia jawab sebagai perawat jatuh. Ia ingat bahwa ada orang Suatu kala informan sedang dibelakangnya yang selalu ada cuti kerja karena hamil, namun dikala waktu membutuhkan cutinya membuatnya melupakan tidak benar-benar pekerjaanya sering menyempatkan untuk menengok pasienya di tersebut merupakan diri kognitif empati pada tingkatan Social PMI meaning yang pengalaman akan Perawat kondisi aspek and emotional tanggung hal referencing akan jawabnya. bantuan. dan artinya dan dan Taufik(2012), Mojososongo karena teringat tugas jatuh Menurut pasien- Griya ia pengalamansosial yang teringat diterima seseorang dari kecil yang hingga saat ini dan ekspresi- dan ekspresi emosional orang tua pasien dirawatnya mengingatkanya akan reward yang atau berfikirnya dalam beberempati hadiah yang belum menjadi penuntun diberikan kepada pasien karena pada sudah berhasil melakukan suatu Perawat juga mengungkapkan hal. merupakan bahwa ia selalu ingat akan kemampuan kognitif mengingat pesan orang tua bahwa hidup hal-hal yang menjadi tugas dan itu harus mau menolong dan tanggung jawab perawat untuk menghargai sesamannya (social tidak referencing Hal lupa ini memberikan perhatian pada pasienya. yang sayang lain(pasien). and meaning). Pengalaman-pengalaman sosial tersebut akan menjadi penuntun 4) Mengingat keberadaan orang lain orang berfikir dan perawat bertindak pada pasien. menyupport perawat. c. Kognitif dan afektif 13 dalam Proses kognitif dan afektif adalah dua komponen kondisi dalam diungkapkan di RSJ yang dilihatnya. empati yang saling berhubungan. Seperti pasien d. Emphatic concern oleh Salah satu perwujudan empati Taufik(2012), bahwa kognitif dan afektif adalah dua komponen yang adalah saling berhubungan sebagai konsep perhatian. multidimensional yang tidak dapat Weitz emphatic concern adalah dipisahkan. Dari penelitian ini hal orientasi tersebut juga diungkap. Yaitu saat terhadap perawat melihat informasi atau perasaan kasihan, peduli, simpati realita kondisi pasien gangguan atas kemalangan yang menimpa jiwa di suatu RSJ, tidak berdaya orang lain. Aspek ini merupakan secara mental dan tidak dapat cerminan kehangatan simpati dan melakukan kepekaan aktivitas sehari-hari emphatic concern Menurut Spiro seseorang orang atau individu lain terhadap dan berupa orang lain. dengan normal. Dari hal yang Dalam hal ini empati tidak hanya dilihat terproses dalam kognitifnya sebatas perasaan kasihan ataupun menyimpulkan dirinya pemahaman pikiran tentang suatu masih beruntung tidak mengalami kemalanngan yang terjadi pada keadaan orang lain melainkan terwujud bahwa seperti itu. Dari dalam sikap perhatian. kesimpulan yang dibuat tersebut menimbulkan perasaan Berdasarkan kasihan(afektif) atau iba kemudian perhatian sebagai perawat karena bertekad menolong perawat tidak hanya sebatas tahu kondisi perasaan pasienya, namun perawat untuk menolong tersebut ia juga ikut merasakan kasihan atas tidak akan muncul tanpa adanya menyimpulkan(kognitif) menyikapi “rindu” dengan keluarganya. Disini kasihan(afektif) yang mendorong dan perawat pasien yang nyeletuk mengatakan melalui pekerjaanya. Perasaan iba atau informasi ini emphatic concern ditunjukkan dari mendorongnya untuk terus bekerja ingin penelitian kemalangannya proses dan berupaya menemukan alamat keluarga pasien tentang tersebut sampai pada akhirnya 14 perawat tersebut berhasil menunjukkan empatinya melalui menemukan alamatnya. Perhatian lain kata-kata dan ucapan. bentuk-bentuk komunikasi yang ditunjukkan dilakukan perawat kepada pasien dari respon perawat menyikapi gangguan pasien yang berteriak-teriak dan menunjukkan perhatianya dengan mendatangi pasien mengutamakan afektif kognitif dilakukan dan dengan untuk membina biasa disebut (BHSP) dalam karena lapar, melihat penampungan keperawatan air membludak sampai pasien yang jiwa dilakukan perawat pertama kali adalah nyeletuk kangen dengan keluarga. berkenalan e. Komunikasi dan memperkenalkan diri dengan, Komunikasi kedua selalu perhatian menyapa merupakan dan mengingatkan nama pada bentuk perwujudan empati dari afektif(perasaan) kognitif(pikiran). Seperti oleh komponen pasien dan tidak hari dan terjalin dengan dilakukan dengan ngobrol sederhana pasien seperti cara dengan perhatian menanyakan sudah makan atau komunikasi sudah mandi, minimal selama merupakan bentuk ekspresi dari dimana harus pendekatan komunikasi. Dan dari pendapat ahli, lupa pendekatan juga, ketiga setiap Taufik(2012), afektif yang namanya sendiri sebagai bentuk yang kognitif akan tetap terpisah bila empati, aspek yang hubungan saling percaya atau termasuk pasien yang menangis beberapa empati meliputi ditujukan hal yang terjadi pada pasiennya keduanya hubungan komunikasi. Komunikasi yang kepekaan dan perhatian pada setiap bahwa bina Perwujudan tugasnya, perawat di Griya PMI dikatakan sebagai saling percaya (BHSP) di inginkan pasien tersebut. Dalam aspek adalah 1) Komunikasi tersebut dan menanyakan apa yang Mojosongo jiwa berikut: menangis karena hal kecil. Perawat langsung Adapun 10 seseorang menit. komunikasi 15 Komunikasiperawat pada pasien tersebut dengan nada diucapkan rendah Dalam tugas keperawatan dan di Griya PMI Mojosongo berkesan ramah, agar pasien perawat harus dapat membujuk merasa dan pasien-pasien yang tidak mau menimbulkan kesan bersahabat minum obat tadi. Kadang ada yang ditujukan untuk BHSP keluarga atau anggota nyaman bina hubungan saling percaya pasien kepada perawat. 2) Komunikasi sebagai perawatan obat pasien mau upaya dalam gangguan pasien empati dalam untuk yang membujuk Dilakukan dengan cara mendekati pasien yang dan menanyakan dengan ramah apakah pasien tersebut sudah minum obat. Kalau misalnya ia Ada yang karena dari keluarga tapi tidak mau “ya sudah nanti pasien tidak memperlakukan ya, 5 menit lagi ya”. Jika 5 pasien dengan baik sehingga menit sudah berlalu namun pasien langsung menolak untuk pasien masih tidak mau minum minum obat ada juga karena obat perawat mengatakan pada pasien tersebut merasa obat itu tidak ekspresinya media berulang-ulang. karana sebab-sebab tertentu. sehingga sebagai hanya sekali, namun harus obat. memang tidak mau minum obat pahit komunikasi minum obat tidak dilakukan Dalam proses pemberian obat beberapa Perawat menggunakan dilakukan ada anjuran dari psikiater atau ada obat. Komunikasi secara fisik ataupun memang minum minum pasienya. yang memang sakit untuk yang membujuk dan memberi obat wajib dilakukan bagi pasien- dokter keluarganya menerapkan jiwa adalah suatu hal yang pasien membawa menderita gangguan jiwa untuk membujuk minum obat Minum juga pasien “kan tadi perjanjiannya mau 5 menit?” dan dijawab oleh minum. pasien tersebut “nggak ah, besuk aja” kemudian perawat 16 memperpanjang menunggunya besuk 4 waktu “oh, jam Perjanjian 4 sebelumnya yasudah lagi jam setelah itu pelan-pelan pasien itu dapat digunakan hanya sebagai cara perawat membuat harus menerima pandangan pasien, ya.” lagi perawat menerima pandangan perawat (mau minum obat). pasien 3) Komunikasi sebagai sebagai akhirnya mau minum. Setelah wujud waktu menunjukkan kira-kira perhatian (emphatic concern). 30 menit perawat mengatakan “eh sudah 4 jam lho, mari Komunikasi juga sebagai minum obat” yang padahal baru wujud 30 (emphatic concern), kepekaan menit. Namun pasien kondisi Hal ini juga menunjukkan pasiennya perawat diwujudkan dengan komunikasi individu terhadap yang lain. menimpa Aspek ini cerminan kehangatan simpati dan kepekaan terhadap orang lain. memahami perspektif dan sudut Terlihat dari perhatian pandang orang lain secara tepat perawat menyikapi pasien yang pandangan sehingga seseorang merupakan empati adalah ketika seseorang mereka, orientasi orang Eisenberg tentang aspek kognitif pada menerima adalah kemalangan minum obat dan menunggunya. dan Concern kasihan, peduli, simpati atas pada posisi pasien tidak mau dikatakan pada orang lain berupa perasaan Dimana ia memposisikan diri Seperti terjadi oleh Spiro dan Weitz Emphatic berfikir yang yang pasiennya. Seperti dikatakan adanya proses kognitif melihat pandang perhatian dan kepedulian perawat pada akhirnya mau minum obat. sudut ekspresi menangis. dapat Perawat merasakan apa yang dirasakan langsung orang berkomunikasi dengan menanyai tersebut perawat lain. Jadi meminta sebelum suatu datang biasanya pasien dan dengan ramah, diawali dengan hal(minum obat) pada pasien 17 bertanya nama, kabar, apa yang itu dilakukan setiap hari oleh diinginkan dan diakhiri dengan perawat memberikan motivasi bahwa memahami Griya PMI adalah tempat yang Dan nyaman. bahwa tanpa komunikasi kita 4) Komunikasi kognitif dan beranggapan kepada pasien aspek afektif perawat pasien. 5) Komunikasi sebagai motivasi dikatakan bahwa karakter pasien kita. karakter pasien sebelumnya upayanya tidak akan tau bagaimana watak memahami Seperti sebagai saling Beradasarkan wawancara berhubungan dan tidak bisa dengan dipisahkan. Namun hal tersebut bahwa komunikasi juga sebagai tidak akan berlangsung tanpa motivasi kepada pasien yang adanya terlihat murung, sedih dan tidak komunikasi. Komunikasi upaya adalah perawat sebagai perawat ditemukan ada semangat dalam melakukan berbicara aktivitas sehari-hari. dengan pasien memahami sudut Komunikasi yang baik menurut pandang berfikir dan perasaan perawat adalah mau memulai pasien. sapa terlebih dahulu, dengan dapat Dengan komunikasi ditemukan ataupun sehingga kebiasaan karakter pasien perawat memberikan dapat perlakuan memanggil namanya dan menanyakan kabarnya dan ketika tahu kita wajahnya terlihat murung atau sedih tetap tindakan yang tepat kepada ditanyakan pasien tersebut. senang atau sedih karena kata Dalam penelitian apakah sedang senang merupakan kata positif. ini ditemukan bahwa memahami Kata-kata positif seperti karakter pasien bisa dilakukan senang pinter, bahagia dan hanya dengan menyapa setiap pujian-pujian baik diucapkan hari, menanyakan kabar dan setiap mengingatkan nama. Rutinitas gangguan jiwa sebagai upaya 18 hari pada pasien pembangunan motivasi semangat, reward yang diberikan kepada dan pasien yang pada akhirnya hidup kesembuhan. membuat tersebut memenuhi keinginan perawat 6) Komunikasi membujuk pasien tanpa perawat menyuruhnya. dengan pujian dan reward. Perawat pasien Hal ini dilakukan pada pasien juga yang kiranya masih bisa menggunakan reward permen berkomunikasi dan mengerti dan memuji pasien sebagai cara apa yang diucapkan perawat. dalam berkomunikasi dengan 7) Komunikasi pasien agar mau mandi. Karena sebagai terapi berbicara pasien. menurutnya perlakukan kasar dan membentak tidak akan Komunikasi yang membuat pasien mau menurut dilakukan secara terus menerus dengannya. Perawat melakukan juga dapat menjadi terapi bagi komunikasi dengan pasien gangguan jiwa yang mengatakan “tadi saya dengar tidak mau bicara. Dilakukan dari teman kamu sudah mandi dengan ya” yang padahal tidak ada secara terus menerus setiap hari yang dalam rutinitas apapun saat mengatakan pasien mengajak tersebut sudah mandi, setelah memandikan, mengatakan berpakaian, buang air kecil dan hal tersebut saat ngobrol perawat memuji dengan kata sebagainya. positif dan terbukti dapat membuat pasien berupa akhirnya bicara setelah ±1,5 “pintar” memberikan reward permen. Ternyata hal tersebut 8) Komunikasi sendirinya mandi tanpa diminta atau dibujuk. Hal ini merupakan wujud sebagai memahami sudut (Perspektive taking) upaya pandang pikiran dan perasaan pasien. perhatian (emphatic concern) pujian-pujian tersebut tahun dirawat. dapat membuat pasien dengan melalui Hal makan, Memahami dan orang lain dari apa yang dirasakan(afektif) 19 dan apa dipikirkan(kognitif) yang penyebabnya untuk komunikasi, dengan pelan-pelan mengetahui apa yang membujuk diinginkan dibutuhkan cara dengan ramah akhirnya pasien tersendiri. Terkhusus pada tersebut curhat. Pasien tersebut orang-orang dengan gangguan tidak mau pulang kerumahnya jiwa. Komunikasi merupakan lantaran pasien tersebut merasa cara dalam pekewuh atau sungkan akan memahami orang-orang dengan merepotkan ibunya bila dirinya gangguan kambuh. yang tepat jiwa. Seperti dikatakan dalam Taufik(2012), f. Membayangkan komponen afektif dan kognitif akan tetap keduanya terpisah tidak seperti memberikan pandang pada bisa pada komunikasi arah. yang tidak baru dilakukan mau PMI. membayangkan bisa menjadi merasakan Kemudian membayangkan sudah mendekati normal dan dirinya mampu melakukan aktivitas Perawat untuk (proses saat sebelum ia ditampung di Griya pulang dengan mengungkapkan afektif) apa yang dirasakan pasien kerumah padahal kondisinya sehari-hari jiwa. (proses kognitif) dan kemudian Seperti pada pasien bernana Wardhani yang gangguan riwayat pasien sebelum dirawat normal dan bisa diajak bicara dua terbaik pasien harus dengan mengetahui pasien yang sudah mendekati secara terkadang perlakuan pasien Perawat gangguan jiwa bisa dilakukan komunikasi pasien untuk terus bertekad menolong dan bahwa pikiran dan perasaan pasien dengan menjadi diperlukan, sebagai motivasi diri Dalam hal ini perawat sudut diri Membayangkan diri menjadi komunikasi. memahami menanyai pasien (Fantacy) bila terjalin mengungkapkan dan menjadi rasanya seperti baru ketika yang dialami pasien. Dari hal tersebut baik. perawat mengaku merasa kasihan menggali dan termotivasi untuk meneruskan 20 pekerjaan dan memberikan bersabar, mengingat tugas dan perlakukan atau tindakan terbaik tanggung jawab sebagai perawat, dalam tugas keperawatannya. mengingat keberadaan orang lain yang Simpulan Berdasarkan sayang dan menyupport perawat. Sedangkan bentuk-bentuk dan empati yang dilakukan perawat pembahasan tentang empati pada perawat melalui komunikasi meliputi: - pasien gangguan jiwa dapat disimpulkan Komunikasi bina hubungan saling sebagai berikut: percaya 1. Empati analisis data bermanfaat bagi obat, komunikasi sebagai sebagai wujud perawat berhubungan dengan menemukan alamat karakter keluarga dengan komunikasi berbicara meningkatkan membujuk pujian komunikasi meningkatkan harga diri perawat pasien dan reward, sebagai terapi pasien, komunikasi sebagai upaya memahami sudut pemahaman diri. pandang kepada pasien, komunikasi dengan pasien, menjadi lebih sabar, 2. Bentuk-bentuk (emphatic sebagai motivasi kepada pasien, warga sekitar, menyesuaikan diri pasien, perhatian concern), komunikasi memahami pasien, pasien, memperoleh bantuan dari pada komunikasi sebagai upaya membujuk minum tugas keperawatan gangguan jiwa untuk: Mempermudah (BHSP), empati pasien perawat gangguan (Perspektive taking) pikiran dan perasaan pasien. Dan jiwa dalam tugasnya perawat terkadang adalah secara afektif, kognitif, perlu kognitif (Fantacy) menjadi seperti pasien, dan afektif dan membayangkan diwujudkan dalam bentuk emphatic merasakan concern atau perhatian melalui ketidakmampuan sikap (non komunikasi bentuk-bentuk secara kemalangan yang dan dialami verbal) maupun pasien agar terus terdorong tekad (verbal). Adapun untuk menolong dan memberikan empati perawat pelayanan terbaik dalam tugas kognitif meliputi: - keperawatan gangguan jiwa. menganggap tempat kerja sebagai pengganti diri rumah, diam Saran dan 21 Berdasarkan hasil penelitian Juliani, E. (2014). Intervensi Psien Gangguan Jiwa Oleh Pekerja Sosial Di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta. 9-25. dan kesimpulan, maka peneliti memberi saran sebagai berikut: 1. Perawat Diharapkan penelitian ini Lestari, W. (2014). Stigma dan Penanganan Gangguan Jiwa Berat Yang Dipasung. 159. bisa menjadi referensi perawat tentang Moleong, L. 2000. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT . Remaja pentingnya empati diaplikasikan dalam tugas keperawatan jiwa. Dan Nurhidayah, R. E. (2006). Pentingnya Kecerdasan Emosi Bagi Perawat. Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara , 41. akan lebih baik lagi jika menjadi budaya dalam diri bersikap pada siapa saja tak terkecuali orangorang dengan gangguan jiwa. Pramuaji, K. A. (2013). Penggunaan Metode Bermain Peran(Role Play) Dalam Meningkatkan Empati Teman Sebaya Siswa Kelas XII.D Jurusan Administrasi Perkantoran Di SMK PGRI 02 Salatiga. 10 - 21. 2. Peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai acuan penelitian sejenis. Mungkin psikologis dengan yang variabel berbeda Primadila. (2011, 04 12). Pasien Gangguan Jiwa, Jangan Jauhi Mereka. dari empati. Taufik, D. (2012). Empati Pendekatan Psikologi Sosial. Jakarta: Rajagrafindo. DAFTAR PUSTAKA Wasana, M. O. (2008). Perilaku Prososial Perawat Ditinjau Dari Empati Pada Pasien. 1-7. Hidayah, R. E. (2006). Pentingnya Kecerdasan Emosi Bagi Perawat. Jurnal Keperawatan , 39 - 42. Ibad. (2013, 12 6). Filsafat Ilmu Keperawatan Pada Kasus Pasung oleh Keluarga Pasien Gangguan Jiwa Perilaku Kekerasan Dibandingkan Dengan Pendekatan Keperawatan Secara Profesional. 22