3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bryophyte Lumut merupakan

advertisement
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bryophyte
Lumut merupakan tumbuhan tingkat rendah yang termasuk ke dalam divisi Bryophyte.
Pada umumnya tumbuhan lumut menyukai tempat-tempat yang basah dan lembab di
dataran rendah sampai dataran tinggi. Tumbuhan ini sering disebut sebagi tumbuhan
piooner atau tumbuhan perintis, karena lumut dapat tumbuh dengan berbagai kondisi
pertumbuhan dimana tumbuhan pertama yang tumbuh ketika awal suksesi pada lahan
yang rusak, atau daerah dengan hara yang miskin. Setelah area ditumbuhi lumut, area
tersebut akan menjadi media yang cocok untuk perkecambahan pertumbuhan
tumbuhan lainnya (Damayanati, 2006).
Bryophyte dibagi kedalam tiga kelompok besar, yaitu lumut tanduk
(Anthocerotae), lumut hati (Hepaticeae), lumut daun (Musci) (Gradstein, Churchill &
Salazar, 2009). Anthocerotae merupakan kelompok terkecil pada Bryophyte
(Damayanti, 2006). Diperkirakan kurang dari 100 jenis dengan delapan sampai
sembilan marga yang tersebar di seluruh dunia (Gradstein, Churchill & Salazar 2009).
Gametofit lumut tanduk pipih dengan thalus symmetris billateral (Goffinet &
Vanderpoorten, 2009). Sporofit umumnya tumbuh tegak terdiri dari kaki dan kapsul,
tanpa tangkai (Hasan & Ariyanti, 2004). Hepaticeae dikenal sebagai lumut hati
memiliki anggota sekitar 5000 jenis. Gametofit lumut hati sangat bervariasi.
Berdasarkan hal tersebut lumut hati dibedakan menjadi dua kelompok yaitu lumut hati
bertalus dan lumut hati berdaun. Sporofit lumut hati tidak seperti lumut daun,
perkembangan sporofit secara penuh terselubung tanpa kaliptra sampai spora masak
(Gradstein, Churchill & Salazar 2009). Lumut daun memiliki gametofit yang telah
terdifferensiasi sehingga dapat dibedakan bentuk-bentuk seperti b atang, cabang dan
daun. Sporofit Musci berumur panjang , berwarna kecoklatan terdiri atas kaki, kapsul
yang disangga oleh suatu tangkai disebut seta ( Hasan & Ariyanti, 2004).
4
2.2 Karakteristik Lumut daun
Identifikasi lumut daun menggunakan karakteristik dari kedua generasi yaitu
gametofit dan sporofit (Hallingbäck & Nick, 2000). Ada beberapa ciri-ciri yang
digunakan untuk proses identifikasi lumut daun, seperti habit, daun, dan sel-sel daun.
a. Habit
Berdasarkan letak tumbuhnya sporofit, lumut daun dibagi menjadi dua grup
yaitu acrocarpus dan pleurocarpus. Lumut dari kelompok acrocarpus memproduksi
arkegonia dan sporofit terminal pada ujung batang, biasanya tumbuh tegak seperti
rumput dan sedikit bercabang. Lumut dari kelompok pleurocarpus memproduksi
arkegonia dan sporofit lateral, umumnya menjalar dan koloninya membentuk seperti
keset (mats), benang anyaman (wefts). Keduanya dapat menjadi menggantung
(pendants), seperti pohon (dendroid), seperti kipas (frondose) atau dense tufts
(Gradstein, Churchill, & Salazar, 2009).
b. Daun
Karakter daun dari Musci adalah daun selalu sessile pada batang, dan tidak pernah ada
petiole (Shaw et al, 2009). Daun biasanya tersusun spiral di sekitar batang atau cabang
(Tan, 2008) dan tidak pernah berbagi (Goffinet & Vanderpoorten, 2009). Orientasi
daun
sangat bervariasi, banyak spesies pleurocarpus memiliki orientasi daun
complanate. Bentuk daun ada yang ovate, lanset, dan ujung daun bervariasi dari
tumpul atau truncate dan acuminate atau aristate. Pada basal daun, kadang-kadang
decurrent atau ensheathing batang. Margin daun dapat bervariasi, rata, bergigi atau
bergerigi . Umumnya, lamina daun terdiri dari satu lapisan sel kecuali pada sel-sel
costa. Costa tunggal atau ganda, pendek atau panjang, percurrent atau excurrent atau
tidak ada (Gradstein, Churchill, & Salazar, 2009). Bentuk-bentuk daun Musci dapat
dilihat pada Gambar 1.
5
e.
d.
c.
b.
h.
j.
a.
g.
k.
f.
i.
Gambar 1. Bentuk daun Musci. (a) Oblong-lanceolate dengan costa yang sangat
lebar. (b). Oblong-ligulate, terdapat aurikel di basal daun. (c) Circinate
dengan double costa. (d) Oblong-obovate dengan ujung yang membulat. (e)
Ovate-lanceolate, costa berakhir sampai ujung daun. (f) Daun dengan
vaginant lamina (basal kanan). (g) oblong-lingulate dengan double costa.
(h) Elliptic, dengan pinggir daun tebal. (i) Oval-elliptic, terdapat
percabangan pada costa. (j) Ovate, tidak ada costa. (k) lanceolate (Goffinet
& Vanderpoorten, 2009).
c. Sel-sel Daun
Bentuk sel, ukuran sel, dan susunan sel di dalam daun dapat berbeda jauh antar genera
tetapi juga dalam daun tunggal. Bentuk sel dapat quadratus, panjang dan sempit. Sel
pada tepi daun dapat berbeda, membentuk perbatasan daun, dan bagian bawah dari
daun di sudut sekelompok sel, sel-sel alar, dapat dibedakan. Ini dapat meningkat dan
berdinding tebal atau quadrat, membentuk segitiga khas daerah dari costa ke
perbatasan daun. Meskipun dinding sel secara merata menebal, mereka dapat sempit,
tebal (incrassate), berliku-liku, porose atau dihiasi oleh papilla (Gradstein, Churchill,
& Salazar, 2009). Beberapa bentuk sel-sel daun dapat dilihat pada Gambar 2.
6
a
b
c
Gambar 2. Beberapa bentuk sel-sel daun. (a) Rhomboidal. (b) Quadrat-isodiametrik;
sel tepi linear. (c) Elongate-linear; sel quadrat pada bagian sudut basal
(Goffinet & Vanderpoorten, 2009).
d. Generasi sporofit
Sporofit lumut daun terdiri dari kapsul, seta dan kaki. Kapsul merupakan kotak spora
yang terdiri atas beberapa bagian yaitu leher dan operculum (lid). kapsul dilindungi
oleh jaringan yang disebut kaliptra. Ada beberapa tipe kaliptra; culcullate, mitrate dan
campanulate. Orientasi kapsul dapat tegak, miring, horisontal, atau ovoid. Letak spora
ada yang terbenam di antara daun perichaetial atau exserted di atas batang (Gradstein,
Churchill, & Salazar, 2009).
2.3 Ekologi Lumut
Sejak kondisi lingkungan mengalami perubahan dengan ketinggian, Bryophyte di
hutan hujan tropis berubah secara signifikan karena adanya perbedaan ketinggian. Ada
beberapa perbedaan percobaan dalam mendeterminasi zonasi ketinggian di hutan
hujan. Frahm (2003) dalam Pollawatan (2008) mendeskripsikan daerah ketinggian di
hutan hujan tropis sebagai berikut:
-
0-400 m
1100-1300 m
1800 m
2800 m
forest line
: Hutan Tropis Dataran Rendah
: Hutan Pegunungan
: Hutan Pegunungan Bawah
: Hutan Pegunungan Atas
: subalpine forest
Oleh karena itu Bryophyte merupakan suatu komponen umum dan menarik pada
banyak habitat, seperti lahan gambut, tundra, hutan pegunungan, dimana mereka
7
tumbuh di daerah yang ternaungi, tebing, dan daerah yang marginal (Goffinet &
Vanderpooten, 2009). Menurut Gradstein & Poc’s (1989) dalam Pollawatan (2010)
daerah dataran rendah sampai hutan pegunungan bawah dan selanjutnya hutan
pegunungan atas merupakan habitat dari banyak Bryophyte.
Kehadiran dan kelangsungan hidup Bryophyte sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan khususnya lingkungan mikro meliputi suhu, kelembaban dan pencahayaan
(Hallingbäck & Nick, 2000). Lumut umumnya berkembang pada daerah pegunungan
yang memiliki kelembaban tinggi, suhu rendah dan cukup sinar matahari. Kehadiran
lumut di daerah dataran rendah umumnya terbatas pada tempat-tempat lembab seperti
pinggir sungai dan daaerah sekitar sumber air. Oleh karena itu, perubahan terhadap
lingkungan mikro dari suatu tempat akan berdampak cukup besar terhadap keberadaan
lumut di lingkungan sekitarnya (Windadri, 2010).
2.4 Manfaat Lumut
Bryophyte dari segi ekologi memiliki peran yang sangat penting, merupakan
tumbuhan perintis dalam menciptakan habitat primer dan sekunder setelah adanya
perusakan lingkungan. Bryophyte juga memiliki peran yang penting dalam menjaga
porositas tanah dan mengatur tingkat kelembaban ekosistem (Damayanti, 2006).
Menurut Hallingbäck & Nick, (2000) karena kemampuannya dalam menahan dan
menyerap air. Bryophyte juga dapat digunakan sebagai indikator pencemaran udara
(Glime & Saxena, 1991). Taoda (1972) dalam Hallingbäck & Nick (2000)
menggunakan bryophyte dalam memperkirakan dampak terhadap polusi udara di
Japan, Eropa dan Amerika Utara.
Lumut merupakan rumah bagi invertebrata, dan sebagai material pembuatan
sarang burung (Hallingbäck & Nick, 2000). Lumut juga digunakan untuk pertamanan,
merupakan media tanam untuk propagasi, khususnya untuk bunga anggrek dan
Nepenthes. Lumut juga digunakan oleh masyarakat China sebagai bahan obat-obatan
terutama untuk mengobati gatal-gatal dan penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan
jamur (Tan & Gradstein, 2009).
8
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2011 di kawasan TNGL Desa
Telagah kabupaten Langkat. Peta penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.2 Deskripsi Area
3.2.1 Letak Dan Luas Lokasi Penelitian
Kawasan hutan TNGL memiliki luas area 5.000 Ha. Secara administratif Desa
Telagah termasuk Kecamatan Sei Bingei, Kabupaten Langkat. Secara Geografis
terletak pada koordinat 03014”–04013” BT dan 97052”–98045” LU.
Kawasan hutan TNGL berbatasan dengan:
a. Sebelah Utara
: Desa Rumah Galoh
b. Sebelah Selatan
: Kawasan Ekosistem Leuser
c. Sebelah Barat
: Kawasan Ekosistem Leuser
d. Sebelah Timur
: Desa Tanjung Gunung
9
Topografi
Topografi di kawasan hutan TNGL Desa Telagah, Kabupaten Langkat pada umumnya
berbukit-bukit hingga curam dengan ketinggian 700-1220 meter dari permukaan laut.
Curah Hujan
Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) terdekat di
Kecamatan sei Bingei, diperoleh data curah hujan kawasan hutan Telagah Taman
Nasional gunung Leuser adalah rata-rata 2776.7 mm pertahunnya.
Tipe Iklim
Berdasarakan Schmidt-Ferguson dalam Kartasapoetra (2004) tipe iklim di kawasan
hutan telagah TNGL adalah tipe A dengan rata-rata curah hujan bulanan di desa
Telagah sekitar 116-398 mm dan jumlah hari hujan setiap tahunnya berkisar 170-210
hari serta penyebaran hujan bulanan hampir merata setiap tahun.
Vegetasi
Berdasarkan pengamatan di sekitar areal penelitian, vegetasi yang umum ditemukan
yaitu famili Aspleniaceae, Polypodiaceae, Sellaginaceae (Pteridophyta), Araceae,
Arecaceae, (Monocotyledonae), Annonaceae, Dipterocarpaceae, Moraceae, adn
Urticaceae (Dicotyledonae).
10
3.3 Metode Penelitian
Penelitian lumut dilakukan dengan menggunakan metode eksplorasi dan koleksi flora
yaitu dengan cara jelajah, yaitu melakukan penjelajahan di sepanjang jalur
pengamatan atau disesuaikan dengan keadaan lapangan (Rugayah et al, 2004). Luas
penjelajahan ± 7 ha.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Dilapangan
Jenis- jenis lumut daun yang ditemukan dicatat karakter penting meliputi substrat atau
tempat tumbuh, sifat hidup, warna kemudian diphoto, dikoleksi dari tempat
tumbuhnya dengan menggunakan pisau atau alat pencongkel. Pengambilan spesimen
lumut diusahakan selengkap mungkin, meliputi fase generasi gametofit (tumbuhan
lumutnya sendiri) dan generasi sporofit (bagian yang menghasilkan spora). Kemudian
dimasukkan ke dalam amplop spesimen. Dilakukan pengukuran faktor fisik, meliputi,
pengukuran titik ordinat dengan menggunakan GPS (Global Positioning System),
altimeter untuk ketinggian tempat, suhu udara dengan termometer, kelembaban udara
dengan higrometer, intensitas cahaya dengan luxmeter.
3.4.2 Di Laboratorium
Spesimen lumut yang dikoleksi diawetkan dengan cara dikering anginkan agar tidak
rusak (lembab dan berjamur). Dilakukan pengamatan anatomi daun dengan cara
diambil potongan spesimen lumut secukupnya, selanjutnya potongan tersebut
direndam dalam air, lumut pada bagian pangkalnya dijepit dengan pinset runcing
daunnya dirontokkan dari atas ke bawah. Daun diratakan di atas gelas preparat,
ditutup dengan gelas penutup, dan diamati di bawah mikroskop. Dicatat karakter
seperti bentuk daun, tepi, ujung, pangkal, pertulangan daun (costa), bentuk sel daun
yang meliputi sel alar pada bagian pangkal dan sel-sel pada helaian daun.
11
Selanjutnya dideterminasi di Herbarium MEDANENSE (MEDA) USU (Lampiran 2)
dengan menggunakan buku-buku acuan antara lain:
1. A Handbook of Malesian Mosses volume 1 (Eddy, 1988)
2. A Handbook of Malesian Mosses volume 2 (Eddy, 1990)
3. A Handbook of Malesian Mosses volume 3 (Eddy, 1996)
4. A Guide to the Mosses of Singapore (Tan & Chuan, 2008)
5. Mengenal Bryophyta (Lumut) Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Volume
1
(Hasan & Nunik, 2004).
6. Mosses of The Philippines. The Philippine journal of Science (Bartram, E.B, 1939)
2.3 Analisis Data
Data Jenis-jenis lumut daun disajikan dalam bentuk deskripsi morfologi yang
dilengkapi dengan ketinggian tempat, dan gambaran habitat secara umum dari
masing-masing jenis lumut daun.
Download