12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Permintaan Permintaan dalam ilmu ekonomi merupakan keinginan konsumen terhadap barang atau jasa yang disertai dengan kemampuan untuk membelinya (daya beli). Hal ini senada dengan yang kemukakan oleh Ace Partadiredja (1999:166) “Permintaan dalam ekonomika berarti keinginan yang didukung daya beli (uang) atau kesediaan untuk membeli…” Pratama Rahardja (2002:18) mengemukakan ”Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu….”. Vincent Gaspersz (1999:13) mengemukakan “Pada dasarnya permintaan (demand) dalam ekonomi manajerial dapat didefinisikan sebagai kuantitas barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode waktu tertentu berdasrkan kondisi-kondisi tertentu”. Periode waktu disini dapat berupa satuan jam, satuan hari, satuan minggu satuan bulan satuan tahun atau periode lainnya. Sedangkan kondisi-kondisi tertentu adalah berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan terhadap barang atau jasa itu. Dalam permintaan ini, ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan, yaitu 1. Jumlah yang diminta merupakan kuantitas yang diinginkan. Ini menunjukan berapa banyak yang ingin dibeli oleh konsumen. 13 2. Apa yang dinginkan tidak merupakan harapan kosong, tetapi merupakan permintaan efektif. 3. Kuantitas yang diminta merupakan arus pembelian yang kontinyu. Jadi permintaan merupakan sejumlah barang atau jasa yang diminta oleh konsumen yang mempunyai daya beli pada waktu serta kondisi tertentu. 2.1.1 Teori Permintaan Ada dua pendekatan pokok mengenai teori permintaan kosumen yang dikemukakan oleh Richard Billas (1982:55) diantaranya: 1. Teori Permintaan Konsumen Analisis Guna Batas Kaum klasik, mempergunakan guna-batas terukur (measurable marginal utility), yakni kepuasan. Dimana kepuasan yang diperoleh konsumen dari barang dan jasa yang dikonsumsinya dapat dinyatakan dalam angka kardinal. Sehingga teori permintaan analisis guna batas disebut sebagai pendekatan kardinal/ sering juga dikenal dengan marginal utility. Marginal utility merupakan tambahan kepuasan yang diperoleh konsumen karena tambahan unit barang yang dikonsumsi oleh konsumen tersebut. Pada marginal uitility ini berlaku hukum law of diminishing marginal utility, yang dikemukakan oleh Herman Hendrik Gossen, sehingga dikenal dengan Hukum Gossen. Law of diminishing marginal utility yaitu keadaan dimana kepuasan seseorang akan menurun ketika menambah konsumsinya secara terus menerus. Sadono Sukirno (2000:152) mengemukakan; “tambahan nilai guna yang akan diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan suatu barang akan menjadi 14 semakin sedikit apabila orang tersebut terus-menerus menambah konsumsinya.…”. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar 2.1: Total utility a Maks q1 q2 q3 Kuantitas barang/ jasa b marginal utility q1 q2 q3 Kuantitas barang/ jasa Gambar 2.1 Kurva Utilitas Total dan Utilitas Pada gambar 2.1 (a) diatas ditunjukan pada mulanya kepuasan total konsumen (total utility) meningkat dari q1 ke q2 yang berati jika mengkonsumsi suatu barang atau jasa bertambah, maka kepuasannya meningkat. Kurva total utility ini mencapai maksimum, ketika mengkonsumsi sebanyak q3. Sedangkan pada gambar 2.1(b) ini menunjukkan kurva utilitas marjinal, dimana selama suatu periode waktu yang relatif pendek (semua faktor relevan lainnya diasumsikan 15 konstan), ketika konsumen menaikan tingkat konsumsi produk melewati beberapa titik, maka utilitas marjinal dari penambahan konsumsi tersebut akan menjadi kecil atau menurun. Dari gambar tersebut tampak bahwa apabila nilai utilitas total mencapai maksimum, maka nilai utilitas marjinal (Mu) sama dengan nol, selanjutanya, apabila nilai utilitas total menurun, maka nilai utilitas marjinal (Mu) akan menjadi negatif. Pernyataan tersebut membuktikan berlakunya Law of diminishing marginal utility. Asumsi dasar pada pendekatan kardinal ini adalah: 1. Kosumen dikatakan rasional jika mereka senantiasa berusaha menggunakan pendapatannya yang jumlahnya terbatas untuk memperoleh kombinasi barang dan jasa yang akan mendatangkan kepuasan maksimum. 2. Kepuasan satu barang dapat diukur/ dikuantifisir dalam satuan ukuran yang disebut satuan kepuasan. 3. Semakin banyak barang yang dikonsumsi oleh konsumen maka tambahan kepuasan konsumen semakin berkurang. 4. Kepuasan atas suatu barang dapat ditambahkan dengan kepuasan atas suatu barang lainnya. Secara matematis kepuasan konsumen dapat dituliskan sebagai berikut; TU = U 1 + U 2 + U 3 + ....U nx Dimana Tu = total utility, sedangkan U1+Un adalah utility atas suatu barang yang dikonsumsi. Kepuasan maksimum diperoleh ketika tambahan kepuasan atas konsumsi suatu barang sama dengan harga barang yang dibayarkan 16 (untuk konsumsi satu jenis barang). Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: MU = P Sedangkan jika mengkonsumsi dua jenis barang, seseorang akan memaksimumkan nilai guna dari barang-barang yang dikonsumsikannya apabila nilai guna marginal dari setiap rupiah yang dikeluarkan adalah sama untuk setiap barang yang dikonsumsikan (Sadono Sukirno,2000:157). Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: MU x MU y = Px Py 2. Teori Permintaan Konsumen Anlisis Kurva Indifferen Teori permintaan konsumen analisis kurva idifferen disebut juga dengan pendekatan ordinal, yang dipelopori oleh Jhon. Hicks dan R.J. Allen. Pendekatan ordinal muncul sebagai akibat adanya kelemahan pada pendekatan kardinal, yang menyatakan kepuasan total atau kepuasan tambahan bisa diukur dalam angka. Menurut pendekatan ordinal kepuasan itu tidak perlu diukur, tetapi dibuat peringkat atau ranking (ordinal magnitude). Konsumen harus mampu membuat keputusan untuk memilih suatu barang yang dikonsumsi diantara berbagai pilihan yang dihadapi. Dalam memaksimumkan kepuasan oleh seorang konsumen, Sir John Hicks mengembangkan analisis, yang dikenal dengan analisis kepuasan yang sama. Analisis ini meliputi penggambaran dua macam kurva yaitu kurva kepuasan yang sama dan garis anggaran. 17 a. Kurva kepuasan sama (Indifferen curve) Kurva kepuasan sama merupakan kurva yang menggambarkan gabungan barang-barang yang akan memberikan kepuasan yang sama besarnya. Jika digambarkan akan tampak seperti pada gambar 2.2: Barang X A D E B C F Barang Y Gambar 2.2 Kurva Indifferen Semua titik-titik pada kurva ABC dihubungkan akan memperoleh kurva kepuasan yang sama. Begitu juga pada titik-titik kurva DEF jika dihubungkan akan memperoleh kurva kepuasan yang sama. Namun tingkat kepuasan pada kurva DEF lebih besar dari pada tingkat kepuasan yang dihasilkan kurva ABC. Ini karena kurva DEF dipotong dari tingkat yang lebih tinggi dari kurva ABC. Hal ini Senada yang diungkapkan oleh Richard Billas (1982:88) “kurva yang lebih tinggi menunjukan tingkat kepuasan yang lebih tinggi”. b. Garis anggaran pengeluaran Kombinasi dua jenis barang (pada kurva indifferen) tidak selamanya bisa dilakukan karena dibatasi oleh pendapatan konsumen. Kombinasi yang berlainan dari dua jenis barang dengan batasan pendapatan konsumen inilah yang disebut dengan garis anggaran. Seperti yang dikemukakan oleh Sadono Sukirno 18 (2000:171) “garis anggaran pengeluaran menunjukan berbagi gabungan barangbarang yang dapat dibeli oleh sejumlah pendapatan tertentu”. Garis anggaran dapat digambarkan pada gambar 2.3 sebagai berikut: Barang X 10 9 A B 5 1 C 1 5 Barang Y 10 Gambar 2.3 Kurva Garis Anggaran Jika konsumen membelanjakan seluruh pendapatannya untuk barang Y, maka ia dapat membeli 10 unit (titik C), dan sebaliknya Jika konsumen mebelanjakan seluruh pendapatannya untuk barang X, maka ia dapat membeli 10 unit (titik A), dan jika konsumen membeli 9 unit barang X, dia dapat pula membeli 1 unit barang Y(titik B). dengan menghubungkan titik ABC maka diperoleh garis anggaran ABC. Pada pendekatan ordinal ini kepuasan maksimum konsumen diperoleh ketika kurva idiferen bersinggungan dengan garis anggarnnya atau dengan garis anggaran tertentu konsumen dapat mencapai kurva indifferen tertinggi yang mungkin diraihnya. Jika digambarkan akan tampak seperti pada gambar 2.4: 19 Barang Y IC1 (a) IC2 IC3 •E E1 • PCC E2 • BL1 X1 (b) X2 BL2 BL3 Barang X X3 Harga P1 P2 P3 D Barang X X1 X2 X3 Gambar 2-4 (a) Kurva harga konsumsi, (b) penurunan kurva permintaan Pada gambar (a) ditunjukan keseimbangan awal terjadi dititik E. bila harga barang X turun, maka kemampuan untuk membeli barang X meningkat dari jumlah anggaran yang tetap, ditunjukan oleh garis anggaran bergeser ke BL2 (Budget line) dan BL3. Keseimbangan (kepuasan maksimum) pun berubah dari titik E ke tititik E1 dan titik E2. Jika titik-titik keseimbangan tersebut dihubungkan maka terbentuk sebuah garis, yaitu kurva PCC. Kurva PCC tersebut dapat diturunkan menjadi kurva permintaan (lihat gambar b). Pada turunan kurva permintaan tersebut dapat disimpulkan bahwa pada saat harga barang X makin 20 murah (P3 <P2 < P1), permintaan X makin bertambah (OX3> OX2> OX). Hal ini sesuai dengan hukum permintaan. Kurva permintaan dapat diturunkan dalam batasan tiga asumsi; 1) Konsumen berada pada kondisi keseimbangan. 2) Pendapatan nominal tidak berubah. 3) Harga nominal barang lain tidak berubah. Asumsi pendekatan ordinal: 1. Konsumsi dianggap rasional jika konsumen menginginkan kepuasan maksimum dengan kendala pendapatan dan harga barang yang diketahui. 2. Kepuasan tidak perlu diukur karena konsumen dianggap mampu membuat peringkat atas keputusannya untuk mengkonsumsi sejumlah barang tertentu diantara berbagai barang yang dihadapi. 3. Peringkat kepuasan konsumen yang dinyatakan dalam bentuk indiferen curve dianggap mempunyai bentuk cembung dari titik O. Artinya dua barang yang dikonsumsi harus mempunyai derajat konsumsi yang menurun. Jadi seorang konsumen mau mengorbankan sejumlah barang teretentu untuk mendapatkan sejumlah barang lain dalam perbandingan yang semakin mengecil. 4. Konsumen dianggap konsisten atas keputusan pilihannya. 2.1.2 Hukum Permintaan Naik turunnya jumlah barang atau jasa yang diminta berhubungan dengan naik turunnya harga. Hal ini dinyatakan dalam suatu hukum, yaitu hukum permintaan. Secara sederhana hukum permintaan dapat dirumuskan berikut: 21 Jumlah yang akan dibeli perunit waktu, menjadi semakin besar, apabila harga semakin rendah, cateris varibus (Richard Billas,1982:13) Cateris varibus maksudnya, hukum permintaan berlaku apabila semua faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan selain harga bersifat konstan/tetap, misalnya pendapatan tetap, selera tidak berubah, harga barang-barang lain tetap, pengeluaran iklan tetap serta tidak ada expectation/pengharapan akan adanya perubahan harga yang segera. Apabila digambarkan dalam bentuk kurva maka akan tampak seperti pada gambar 2-5: Harga D 0 Kuantitas Gambar 2.5 Kurva permintaan Kurva permintaan umumnya menurun dari atas kekanan bawah. Menurut Buchari Alma (2000:44) hal ini disebut dengan “The law of down ward sloping”, dimana jika harga suatu barang dinaikan maka jumlah barang atau jasa yang diminta akan berkurang, atau bila sesuatu barang atau jasa ditawarkan dalam jumlah yang lebih banyak dipasar, maka harga tersebut hanya dapat dijual dengan harga yang lebih rendah. 22 Hukum permintaan ini ada kalanya tidak berlaku, yaitu kalau harga suatu barang naik justru permintaan terhadap terhadap barang tersebut meningkat. Ada tiga kelompok barang dimana hukum permintaan tidak berlaku, yaitu: 1) Barang yang memiliki unsur spekulasi, yaitu barang-barang yang dapat menyebabkan seseorang menambah pembeliannya pada saat harga naik. Mereka mengharapkan harga akan naik lagi pada saat harga barang itu naik, sehingga mereka akan memperoleh keuntungan Misalnya emas, saham 2) Barang prestise, yaitu barang yang dibeli seseorang karena adanya unsur gengsi, meskipun harganya naik, permintaan terhadap barang tersebut tetap meningkat. Misalnya mobil mewah, lukisan dari pelukis terkenal. 3) Barang Giffen; untuk barang giffen ini apabila harganya turun menyebabkan jumlah barang yang diminta berkurang. Hal ini disebabkan efek pendapatan yang negatif dari barang giffen lebih besar dari pada naiknya jumlah barng yang diminta karena berlakunya efek substutusi yang selalu poisitif. 2.1.3 Macam-macam permintaan Menurut Abdullah. N.S (1987:23) ditinjau dari segi kemampuan dan daya belinya, maka permintaan dibagi atas: a. Permintaan potensial, yaitu permintaan yang hanya menunjukan intensitas kebutuhan seseorang akan guna suatu barang tanpa disertai dengan daya beli. b. Permintaan efektif, yaitu permintaan yang tidak hanya menunjukan adanya intensitas kebutuhan juga disertai dengan daya beli. 23 Sedangkan jika ditinjau dari jumlah orang yang meminta maka permintaan ini dibedakan atas: a. Permintaan individual, yaitu permintaan yang datang dari seorang individu. Permintaan individual ini dikaitkan oleh dua faktor yaitu: 1) Nilai dari cara mendapatkan dan menggunakan jasa 2) Kemampuan untuk mendapatkan jasa. b. Permintaan kolektif/permintaan pasar, yaitu permintaan yang dilakukan oleh semua orang didalam pasar Ditinjau dari manajemen pemasaran permintaan dibedakan atas: a. Permintaan negatif (negative demand) Pasar dalam keadaan negatif artinya sebagian besar pelaku pasar ini yang dinyatakan oleh pembeli, tidak menyukai produk yang ditawarkan bahkan para penjual bersedia untuk menghapus produk tersebut. b. Tidak ada permintaan Para pembeli/konsumen tidak mengacuhkan produk yang ditawarkan pasar bahkan cenderung tidak tertarik. c. Permintaan yang terpendam (laten demand) Para konsumen memiliki kebutuhan yang kuat yang tidak dapat dipuaskan oleh produk yang ada. d. Permintaan yang menurun (falling demand) Permintaan yang mengalami masa naik turun sesuai dengan keadaan dan kondisi pasar. 24 e. Permintaan yang tidak beraturan (irregular demand) Permintaan terhadap barang dan jasa yang kadang-kadang berubah sesuai dengan musim, sehingga hal ini dapat menyulitkan perusahaan dalam mengatur produksinya. f. Permintaan penuh (full demand) Hal ini terjadi jika perusahaan sangat puas dengan hasil penjualan yang telah dicapai. g. Permintaan yang tidak sehat Yaitu permintaan terhadap barang-barang yang memiliki sifat dapat merusak seperti alkohol, obat bius dan lain-lain h. Permintaan yang berlebih Yaitu permintaan yang terlalu banyak dan tidak sesuai dengan jumlah yang tersedia dan bisa diproduksi oleh perusahaan. Lincolin Arsyad (1993:126) mengemukakan bahwa dalam permintaan terdiri dari: a. Permintaan langsung, yaitu permintaan akan jasa yang dapat memuaskan keinginan konsumen secara langsung. b. Permintaan turunan, yaitu permintaan terhadap jasa yang digunakan sebagai input penting dalam pengolahan dan pendistribusian produk-produk lainnya, misalnya permintaan akan pekerja, tenaga penjual, mesin-mesin kantor, peralatn industri dan lain-lain. 25 2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan Pratama Rahardja dan Mandala Manurung (2002:18) mengemukakan terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi permintaan suatu barang dan jasa yaitu: 1) Harga itu sendiri Jika harga suatu jasa semakin murah, maka permintaan terhadap jasa itu bertambah. Begitu juga sebaliknya, jika harga suatu jasa meningkat maka permintaan terhadap jasa itu turun. 2) Harga jasa lain yang terkait Harga jasa lain juga dapat mempengaruhi permintaan akan suatu jasa, tetapi kedua macam jasa tersebut mempunyai keterkaiatan. Keterkaiatan dua macam barang dapat bersifat substitusi (pengganti) dan bersifat komplemen (pelengkap). 3) Tingkat pendapatan perkapita Tingkat pendapatan perkapita dapat mencerminkan daya beli. Makin tinggi tingkat pendapatan, daya beli makin kuat, sehingga permintaan terhadap suatu jasa meningkat. 4) Selera atau Kebiasaan 5) Jumlah Penduduk Makin banyak jumlah penduduk, permintaan akan jasa makin banyak. 6) Perkiraan harga dimasa mendatang 26 Bila kita memperkirakan bahwa harga suatu jasa akan naik, adalah lebih baik membeli jasa itu sekarang, sehingga mendorong orang untuk membeli lebih banyak saat ini guna menghemat belanja dimasa mendatang. 7) Distribusi pendapatan Jika distribusi pendapatan buruk, berarti daya beli secara umum melemah, sehingga permintaan terhadap suatu jasa menurun. 8) Usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan Dalam perekonomian modern, bujukan para penjual untuk membeli jasa besar sekali peranannya dalam mempengaruhi masyarakat. Usaha promosi penjualan ini berupa pengiklanan, pemberian hadiah, pemberian potongan harga dan lain – lain. Jika dalam bentuk model matematik, konsep permintaan untuk suatu barang atau jasa, dinotasikan sebagai berikut: Dx = f ( Px, Py, Y/cap, sel, pen, Pp, Ydist, prom) Keterangan: Dx = permintaan akan barang x Px = harga x Py = harga y ( barang substitusi atau komplemen ) Y/cap = pendapatan perkapita Sel = selera atau kebiasaan Pen = jumlah penduduk Pp = perkiraan harga x periode mendatang Prom = upaya produsen dalam meningkatkan penjualan (promosi) 27 Richard. A. Billas (1993:12) mengemukakan bahwa ”permintaan suatu barang dipengaruhi oleh harga barang yang bersangkutan, harga barang-barang lain, pendapatan, selera dan kemakmuran”. Secara matematis sederhana dapat dinotasikan sebagai berikut: Q dA = f(PA , PB ,........PZ , I, T, Ŵ) Dimana: QdA = kuantitas barang A`1 PA = harga A PB….PZ = harga barang lain I = pendapatan T = selera(taste) Ŵ = kemakmuran dan “bar” (tanda garis diatas huruf, misalnya P ), berarti bahwa variabel ini konstan, jadi Q dA = f (PA ) cateris varibus Vincent Gaspersz ( 1999:13 ) mengemukakan bahwa: Permintaan suatu barang atau jasa (Qdx) pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: harga dari barang atau jasa itu, pendapatan konsumen, harga dari barang-barang atau jasa yang berkaitan, ekspektasi konsumen (yang berkaitan dengan harga barang atau jasa, tingkat pendapatan, dan ketersediaan dari barang atau jasa itu di masa mendatang), selera konsumen, banyaknya konsumen potensial, pengeluaran iklan, atribut atau features dari produk itu, serta faktor-faktor spesifik lain yang berkaitan dengan permintaan tehadap barang atau jasa itu. Dalam bentuk model matematik, konsep permintaan untuk suatu barang dan jasa, dinotasikan sebagai berikut: QDx = f ( Px, I,Pr , Pe, Ie,PAe,T ,N ,A ,F ,O) 28 Keterangan: QDx = kuantitas permintaan jasa X f = notasi fungsi yang berarti “fungsi dari” atau tergantung pada Px = harga dari jasa X I = pendapatan konsumen Pr = harga dari jasa lain yang berkaitan Pe = ekspektasi konsumen terhadap harga dari jasa X dimasa mendatang. Ie = ekspektasi konsumen terhadap tingkat pendapatannya dimasa mendatang PAe = ekspektasi konsumen terhadap ketersediaan jasa X itu dimasa mendatang. T = selera konsumen N = banyaknya konsumen potensial A = pengeluaran iklan F = features atau atribut dari jasa itu O = faktor-faktor spesifik lain yang berkaitan dengan permintaan terhadap jasa itu. Sadono Sukirno (2000:80) faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jasa adalah “harga jasa itu sendiri, harga barang-barang lain, pendapatan para pembeli, distribusi pendapatan, jumlah penduduk serta ramalan mengenai masa datang”. Sedangkan menurut Samuelson (1996:62) faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan suatu jasa adalah “harga, pendapatan rata-rata, 29 penduduk, harga barang lain yang berhubungan, selera dan faktor khusus lainnya yang mempengaruhi permintaan jasa tersebut”. Ace Partadireja (1999:168) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jasa disamping harga adalah ”harga barang-barang lain, pendapatan konsumen, selera, serta faktor-faktor non-ekonomis lain seperti pertambahan penduduk, bencana alam, faktor-faktor sosial politik dan keamanan”. Bentuk matematiknya adalah: Q i = f(Pi , Y, Pn , S, K) Dimana: Pi = harga jasa yang bersangkutan Y = pendapatan konsumen Pn = harga barang-barang lain, terutama barang-barang yang bersaingan S = selera (taste), kesukaan seseorang atas sesuatu barang. K = faktor-faktor non ekonomis lain Abdulah N.S (1987:24) mengemukakan ”Banyak sedikitnya jumlah jasa yang diminta (Dx) akan tergantung oleh faktor-faktor sebagai berikut: 1) Harga jasa yang diminta (Px) 2) Harga barang-barang substitusi dan barang komplementernya (Ps) 3) Pendapatan konsumen (y) 4) Selera daripada konsumen (t) Kalau hubungan tersebut dinyatakan didalam bentuk fungsi matematik adalah sebagai berikut: Dx = (Px, Ps, y, t) 30 2.1.4.1 Harga Harga adalah sejumlah uang yang harus diberikan kepada seseorang untuk memperoleh jasa (Abdulah. N.S, 1987:23). Pada umumnya harga suatu jasa dan jumlah jasa yang diperjual belikan ditentukan oleh permintaan dan penawaran dari jasa tersebut dipasar jasa. Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh Sadono Sukirno (2000:91) “Harga suatu barang atau jasa dan jumlah jasa yang diperjual belikan adalah ditentukan dengan melihat keadaan keseimbangan dalam suatu pasar”. Keseimbangan pasar tersebut terjadi bila jumlah yang ditawarkan sama dengan jumlah yang diminta oleh para pembeli. Mengenai harga keseimbangan ini tokoh ekonomi Alfred Marshall mengemukakan bahwa “keseimbangan output dari suatu jenis komoditi adalah pada keseimbangan antara harga permintaan dan harga penawaran”(Imam Chourmain,1994:217). Berikut disajikan gambar 2.6 Harga (rupiah) keseimbangan di pasar barang: S D P E1 D S q Jumlah barang Gambar 2.6 Harga Keseimbangan Pasar Gambar 2.6 menunjukan bahwa pada harga sebesar P kurva permintaan dan kurva penawaran saling berpotongan yaitu dititik E dengan jumlah barang 31 yang diminta sebanyak q. Perpotongan ini memperlihatkan tercapainya keseimbangan pasar, dimana permintaan sama dengan penawaran. Jika kurva permintaan bergeser dan penawaran diasumsikan konstan, maka hal ini akan berpengaruh pada harga keseimbangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.7: D1 Harga (rupiah) D S P2 P1 E2 E1 D S 0 q1 D1 q2 Ju m lah barang Gambar 2.7 Pergeseran Permintaan Terhadap Keseimbangan Dari gambar diatas menunjukan bahwa kurva perminta bergeser dari DD menjadi D1D1, ini berarti terjadi pertambahan permintaan. Bergesernya kurva tersebut menyebabkan keadaan keseimbangan berpindah dari E menjadi E1. Perpindahan ini menunjukan bahwa kenaikan permintaan menyebabkan harga naik dari P1ke P2 dan barang yang diperjual belikan bertambah dari q1 ke q2. Harga yang murah serta fasilitas dan pelayanan memuaskan maka permintaan terhadap barang atau jasa tersebut akan meningkat, hal ini sesuai dengan hukum permintaan, “Jika harga barang atau jasa X naik/turun, maka kuantitas permintaan barang atau jasa X akan turun/naik”(Vincent Gasversz,1999:14). Hukum permintaan tersebut berlaku jika variabel seperti selera, pendapatan, harga barang lain, serta variabel lainnya dalam fungsi permintaan bersifat konstan/ tidak berubah. 32 Berdasarkan hukum permintaan diatas, ketika harga suatu barang atau jasa naik maka kuantitas permintaan terhadap barang atau jasa akan turun. Menurunnya kuantitas barang atau jasa tersebut disebabkan oleh dua alasan yaitu: 1. Efek substitusi Ketika harga suatu barang atau jasa naik, banyak rumah tangga akan beralih, secara keseluruhan atau sebagian, pada barang atau jasa lain yang serupa. Sehingga jumlah yang dibeli dari barang atau jasa yang harganya telah naik itu akan lebih sedikit. 2. Efek pendapatan Ketika harga suatu barang atau jasa naik (bila pendapatan yang diterima oleh konsumen tetap/ tidak berubah), seorang konsumen akan merasa lebih miskin dari sebelumnya. Hal ini disebabkan karena mereka beranggapan bahwa pendapatannya semakin berkurang/sedikit, sehingga mereka akan membatasi konsumsi terhadap barang atau jasa. Untuk menunjukan hubungan antara jumlah barang atau jasa yang diminta dengan harga (tarif harga), adalah dengan menggambarkannya dalam bentuk grafik pada gambar 2.8: Harga (rupiah) P3 • A • P2 B • P1 q1 q2 C q3 kuantitas barang atau jasa Gambar 2.8 kurva permintaan. 33 Kurva yang terbentuk yaitu A, B, dan C dinamai kurva permintaan, yang berarti sebuah kurva yang memperlihatkan hubungan antara berbagai harga dengan berbagai jumlah yang akan dibeli konsumen (pergerakan disepanjang kurva permintaan). Kemiringan yang menurun menunjukan bahwa jumlah barang yang diminta meningkat jika harganya turun dan sebaliknya permintaan akan menurun ketika harga barang tersebut naik. Menurunnya permintaan tersebut, baik karena adanya efek substitusi atau karena adanya efek pendapatan. 2.1.4.2 Lokasi Ace Partadireja (1999:168) mengemukakan bahwa “faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jasa disamping harga adalah harga barang-barang lain, pendapatan konsumen, selera, serta faktor-faktor non-ekonomis”. Lokasi merupakan salah satu faktor non ekonomis yang ikut berpengaruh terhadap permintaan jasa. Lokasi adalah suatu tempat fisik dimana pembeli dan penjual berkumpul untuk mempertukarkan barang dan jasa. Buchari Alma (1985:48) mengemukakan bahwa “lokasi adalah tempat perusahaan beroperasi atau tempat perusahaan melakukan kegiatan untuk menghasilkan barang dan jasa yang mementingkan segi ekonominya”. Menurut Justin G Coker (2000:244) mengemukakan bahwa dalam memilih lokasi ini harus mempertimbangkan: 1. Kedekatan dengan bahan mentah Kedekatan dengan bahan mentah merupakan kekuatan besar yang mendorong keputusan memilih lokasi. 2. Kesesuaian persediaan tenaga kerja 34 Tersedianya persediaan tenaga kerja, tingkat upah, produktivitas tenaga kerja, dan sejarah hubungan industri yang nyaman merupakan pertimbangan penting bagi perusahaan padat karya. 3. Tersedianya sarana transportasi yang berkualitas Sarana transportasi tersebut membuat konsumen dapat berkunjung ke toko, penyalur, dan membuat para pengusaha mengirimkan produk jadinya. Pemilihan lokasi untuk perusahaan jasa jelas berbeda dengan pemilihan untuk pabrik. Penetapan lokasi perusahaan jasa harus memperhatikan: 1. Letak para pesaing Dimana para pesaing harus diawasi setiap gerak dan kegiatan yang dilakukannya, sehingga dapat mengantisipasi setiap kemungkinan yang terjadi. 2. Dekat dengan fasilitas umum Fasilitas umum ini sangat menunjang lancarnya proses operasional dan menjadikan salah satu daya tarik konsumen. 3. Dekat fasilitas perantara Contohnya adalah sekolah dan lembaga perbankan dengan adanya fasilitas perantara konsumen bimbingan belajar bisa lebih mudah untuk memenuhi kebutuhannya. 4. Kultur masyarakat Kultur sikap masyrakat dimana perusahaan jasa itu berada menentukan juga berhasil tidaknya usaha jasa tersebut, jika keberadaan perusahaan jasa tidak 35 diterima dimasyarakat maka prospek perusahaan jasa tersebut tidak akan bagus. 5. Fleksibilitas pengaturan lokasi Lokasi bimbingan belajar merupakan persoalan jangka panjang karena itu rencana lokasi harus memperhitungkan rencana perluasan dimasa yang akan datang. Pada perusahaan jasa penetapan lokasi merupakan hal yang sangat penting karena jika perusahaan jasa didirikan ditempat yang tidak tepat misalnya jauh dari fasilitas umum serta jaraknya sulit dijangkau oleh anggkutan umum, maka jasa yang ditawarkan oleh suatu perusahaan jasa akan kurang termanfaatkan oleh para konsumen. Sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap permintaan dari jasa perusahaan tersebut. Lokasi yang strategis, serta memiliki nilai-nilai ekonomis yang tinggi sangat dibutuhkan oleh setiap perusahaan jasa. 2.1.4.3 Biaya Promosi Biaya menurut The Commite on Cost Concept American Accounting Association (Said Kelana,1994:143) adalah “suatu peristiwa /kejadian yang diukur berdasarkan nilai uang yang timbul atau mungkin akan timbul untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Biaya dapat digolongkan menjadi tiga golongan biaya, antara lain sebagai berikut: 1. Biaya produksi, adalah biaya untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual contohnya biaya bahanbaku, biaya equipment, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan dan baiaya depresiasi 36 2. Biaya pemasaran, merupakan baiaya yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk contohnya biaya iklan biaya promosi, biaya angkutan darigudang pemasaran kegudang pembeli. 3. Biaya administrasi dan umum, merupakan biaya yang terjadi untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk contoh biaya ini adalah gaji karyawan, dan akuntansi biaya. Pratama Rahardja (2004:135) mengemukakan biaya dapat digolongkan kedalam biaya produksi jangka pendek dan biaya produksi jangka panjang. 1. Biaya produksi jangka pendek, yang terdiri dari biaya total (total cost), biaya tetap (fixed cost) dan biaya vriabel (variable cost). Biaya total jangka pendek sama dengan biaya tetap ditambah biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang tidak tergantung pada jumlah produksi contohnya biaya barang modal, gaji pegawai, bunga pinjaman, sewa gedung kantor. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada tingkat produksi contohnya upah buruh, biaya bahan baku. Mengenai biaya produksi jangka pendek ini dapat dilihat pada gambar 2.9: Biaya TC VC FC kuantitas Gambar 2.9 kurva biaya total (TC), biaya tetap (FC), dan biaya variabel (VC). 37 2. Biaya produksi jangka panjang Dalam jangka panjang semua biaya adalah variabel karena itu biaya yang relevan dalam jangka panjang adalah biaya total, biaya variabel, biaya rata-rata dan biaya marjinal. Biaya total jangka panjang adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi seluruh output dan semuanya bersifat variabel. Biaya marjinal adalah tambahan biaya karena menambah produksi sebanyak satu unit. Sedangkan biaya rata-rata adalah biaya total dibagi jumlah output. Jenis biaya yang diteliti dalam penelitian ini adalah biaya promosi. Biya promosi ini merupakan bagian dari biaya pemasaran. Menurut Philip Kotler (dalam Jaka Wasana 1987:283) mengemukakan bahwa: Biaya promosi merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan untuk mempresentasikan dan mempromosikan ide, barang atau jasa secara non personal oleh sponsor yang jelas untuk mengetahui apakah sebuah perusahaan telah mengeluarkan sejumlah dana yang tepat . Peranan promosi ini adalah untuk menaikan kurva akan produk tertentu. Sehingga dalam mencapai tujuan penjualan perusahaan harus bersedia mengeluarkan biaya yang diperlukan untuk promosi. Oleh karena itu kegiatan promosi sangat diperlukan dalam kegiatan usaha, baik barang maupun jasa, termasuk pada jasa bimbingan belajar karena tidak semua usaha jasa dikenal oleh konsumen. Banyak bimbingan belajar memiliki kualitas pelayanan yang baik tetapi tidak diminati oleh konsumen, hal ini disebabkan kurangnya promosi. Agar proses dalam promosi berjalan dengan lancar, maka pihak perusahhaan/pengelola harus menganggarkan biaya yang cukup untuk kegiatan promosi. Anggaran yang dikeluarkan oleh perusahaan sangat berpengaruh 38 terhadap kuantitas jasa yang diminta oleh konsumen. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Vincent Gaspersz (2001:18) ”Jika anggaran untuk iklan dari suatu produk yang ditawarkan meningkat/ menurun, maka kuantitas permintaan jasa X akan meningkat/menurun…” 2.1.4.4 Kualitas Menurut Kotler (2005:45) menyatakan bahwa lembaga pendidikan menawarkan banyak layanan jasa yang berkualitas bukan hanya pendidikan pendidikan saja tetapi juga lainnya, misalnya asrama, makanan, konseling, dan perencanaan karier, bimbingan, perpustakaan, komputer, dan lain sebagainya. Umumnya yang menentukan tinggi rendahnya kualitas adalah konsumen. Penilaian mereka tentang kualitas ini umumnya terbagi menjadi empat pandangan, yaitu; 1. Corformance to standards or specifications (kesesuaian dengan standar atau spesifikasi) Dalam pandangan ini yang paling penting dari kualitas adalah kesesuaian pelaksanaanya dengan standar atau prosedur atau aturan. Contohnya konfirmasi tentang pendaftaran akan dikirim melalui pos dalam lima hari apakah surat tersebut sampai tepat pada waktunya atau tidak. 2. Consistency Contohnya ialah mengenai kinerja pelayanan jasa pendidikan yang dilakukan sama tiap waktunya. Memang konsistensi itu adalah penting, tetapi apakah layanan tersebut harus konsisten terus-menerus atau tidak, semua itu tergantung pada kebutuhan konsumen yang bermacam-macam. Institusi 39 pendidikan harus menghasilkan service rutin dalam cara-cara yang konsistensi yang bagus. 3. Process quality (kualitas proses) Kualitas proses menggambarkan bagaimana proses service yang diberikan telah sesuai dengan apa yang diinginkan. Misalnya membimbing penjurusan program pilihan pendidikan, dinilai dari pada saat pembimbing mendengarkan pertanyaan–pertanyaan siswa, memberikan penjelasan dengan jelas, meminta feedback, dan kemudian memastikan bisa menolong siswa tersebut. 4. Outcome quality (kualitas hasil) Kualitas hasil ialah kualitas yang dinilai dari hasil service yang telah diberikan oleh lembaga pendidikan sesuai dengan hasil yang diinginkan oleh konsumen/siswa. Contohnya dilihat dari lulusan lembaga pendidikan tersebut, apakah siswa dapat masuk ke sekolah atau perguruan tinggi yang diinginkan/favorit sesuai dengan harapan mereka. Jika harapan mereka terpenuhi hal ini dapat diartikan bahwa lembaga pendidikan tersebut mempunyai kualitas yang baik. Jadi pelayanan itu harus dirancang untuk memberikan hasil yang dihargai oleh konsumen yaitu siswanya. Dan jenis penilaian kualitas yang diteliti dalam penelitian ini adalah Outcome quality (kualitas hasil). 2.2 Konsep Jasa Jasa merupakan kegiatan yang sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari. Setiap konsumen yang membeli suatu produk tidak terlepas 40 dari aspek jasa/ pelayanan yang melekat pada produk tersebut, mulai dari tahap prapembelian hingga tahap purna beli. Philip Kotler (Fandy Tjiptono, 1996:6) mengemukakan, bahwa jasa dapat didefinisikan sebagai berikut: Jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Produksi jasa bisa berhubungan dengan produk fisik maupun tidak. Selain itu Fandy Tjiptono (1996:6) mengemukakan bahwa “jasa merupakan aktivitas manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual contohnya bimbingan belajar, bengkel reparasi, salon kecantikan, kursus keterampilan, hotel, rumah sakit, dan sebagainya”. Perkembangan sektor jasa ini erat kaitannya dengan sektor perekonomian hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Fitzsimmon dan sullivan (Fandy Tjiptono, 1996:2) “Perkembangan sektor jasa erat kaitannya dengan tahap-tahap perkembangan aktivitas ekonomi”. Adapun tahap-tahap dalam perkembangan ekonomi meliputi: 1. Primer (ekstraktif), meliputi pertanian, pertambangan, perikanan, dan kehutanan. 2. Sekunder (Produksi Barang), meliputi pemanufakturan dan pemrosesan 3. Tersier (Jasa Domestik), terdiri atas restoran dan hotel, salon kecantikan, laundry dan dry cleaning serta pemeliharaan dan reparasi. 4. Kuarter (perdagangan) meliputi transportasi, perdagangan eceran, komunikasi, keuangan dan asuransi, real estate, dan pemerintahan. 41 5. Kuiner (perbaikan dan peningkatan kapasitas manusia ), terdiri atas kesehatan, pendidikan (bimbingan belajar), riset, rekreasi, dan kesenian. 2.2.1. Karakteristik Jasa Ada empat karakteristik pokok pada jasa, diantaranya: 1. Intangibility Jasa bersifat intangibility artinya tidak dapat dilihat, dirasa diraba, dicium, atau didengar sebelum dibeli. Konsep intangible sendiri memiliki dua pengertian, yaitu: a. Sesuatu yang tidak dapat disentuh dan tidak dapat dirasa. b. Sesuatu yang tidak mudah didefinisikan, diformulasikan, atau dipahami secara rohaniah. 2. Inseparability Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi sedangkan jasa biasanya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan. Interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan merupakan ciri khusus dalam pemasaran jasa. Keduanya mempengaruhi hasil dari jasa tersebut.dalam hubungan penyedia jasa dan pelanggan ini, efektivitas individu yang menyampaikan jasa merupakan unsur penting. Dengan demikian, kunci keberhasilan bisnis jasa ada pada proses rekrutment, konpensasi, pelatihan, dan pengembangan karyawannya. 3. Variability 42 Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan nonstandardized output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut dihasilkan. Bovee, Houston, dan Thill (dalam Fandy Tjiptono,1996:17) mengemukakan: “Ada tiga faktor yang menyebabkan variabilitas kualitas jasa yaitu; kerjasama atau moral/motivasi partisipasi pelanggan karyawan dalam melayani selama penyampaian pelanggan dan beban jasa, kerja perusahaan”. Para pembeli jasa sangat peduli terhadap variabilitas yang tinggi, bahkan sering kali mereka meminta pendapat orang lain sebelum memutuskan untuk memilih penyedia jasa. 4. Perishability Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Kursi pesawat yang kosong, kamar hotel yang tidak dihuni, atau jam tertentu tanpa pasien ditempat praktik dokter gigi akan berlalu/hilang begitu saja karena tidak dapat disimpan. Dengan demikian bila suatu jasa tidak digunakan, maka jasa tersebut akan berlalu begitu saja. Oleh karena itu perusahaan jasa harus mengevaluasi kapasitasnya (substitusi dari persediaan jasa) guna menyeimbangkan penawaran dan permintaan. Menurut Stanton, Etzel, dan Walker (Fandy Tjiptono, 1996:18) mengemukakan bahwa “ada pengecualian dalam karakteristik perishability dan penyimpanan jasa. Dalam kasus tertentu jasa bisa disimpan, yaitu dalam bentuk pemesanan, misalnya revarasi tiket kamar hotel dan pesawat”. 43 2.2.2 Klasifikasi Jasa Klasifikasi jasa dapat dilakukan berdasarkan tujuh kriteria (Fandy Tjiptono, 1996:8) yaitu: 1. Segmen pasar, jasa dapat dibedakan menjadi: a. Jasa kepada konsumen akhir, misalnya taksi, asuransi jiwa, dan pendidikan. b. Jasa kepada konsumen organisasional, misalnya jasa akuntansi dan perpajakan, jasa konsultasi manajemen, dan jasa konsultasi hukum. 2. Tingkat keberwujudan ( tangibility ), jasa dapat dibedakan menjadi: a. Rented goods service; dalam jenis ini konsumen menyewa dan menggunakan produk-produk tertentu berdasarkan tarif tertentu selama jangka waktu tertentu pula. b. Owned goods service; produk-produk yang dimiliki konsumen direparasi, dikembangkan atau ditingkatkan unjuk kerjanya, atau dipelihara oleh perusahaanjasa. Contohnya reparasi arloji, mobil, dan lain-lain. c. Non-goods service; karakteristik khusus pada jenis ini adalah jasa personal bersifat intangible (tidak berbentuk produk fisik) ditawarkan kepada para pelanggan contohnya supir, dosen, tutor, dan lain-lain. 3. Keterampilan penyedia jasa, jasa terdiri dari: a. Professional service, misalnya konsultan manajemen, konsultan hukum, konsultan pajak, konsultan sistem informasi, dokter, perawat, dan arsitek. b. Nonprofessional service, misalnya supir taksi dan penjaga malam. 4. Tujuan organisasi jasa, jasa terdiri dari: 44 a. Commercial service/profit service misalnya penerbangan, bank, jasa parsel, perumahan atau penginapan, operasi rumah tangga, rekreasi dan hiburan, perawatan kesehatan, transportasi, komunikasi dan lain-lain. b. Nonprofit service, misalnya sekolah, yayasan, dana bantuan, panti asuhan, panti wreda, perpustakaan, dan museum. 5. Regulasi, dari aspek regulasi jasa dapat dibagi menjadi a. Regulated service, misalnya pialang, angkuntan umum, dan perbankkan. b. Nonregulated service, seperti makelar, katering, dan pengecatan rumah. 6. Tingkat intensitas karyawan, jasa dapat dikelompokan menjadi: a. Equipment based service, seperti cuci mobil otomatis, jasa sambungan telepon jarak jauh, ATM, vending machines dan binatu. b. People-based service, seperti pelatih sepak bola, satpam, jasa akuntansi, konsultasi manajemen, dan konsultasi hukum. 7. Tingkat kontak penyedia jasa dan pelanggan, jasa dapat dibagi: a. High-contact service, seperti universitas, bank, dokterdan pegadaian. b. Low-contact service misalnya bioskop. Berdasarkan klasifikasi jasa diatas, yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah klasifikasi profit service/comercial (klasifikasi dilihat dari tujuan organisasi jasa), khususnya pada jasa pendidikan (bimbingan belajar). Jasa bimbingan belajar ini, merupakan salah satu wujud dari jasa pendidikan untuk lebih jelasnya akan diuraikan pada penjelasan selanjutnya. 45 2.2.3 Jasa Pendidikan Sudirman dan Tabrani Rusman dalam Winarti (1997:17) memberikan definisi jasa pendidikan sebagai berikut: “Usaha yang dijalankan seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang lainnya agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan kehidupan yang lebih tinggi dalam arti mental”. Menurut Yusuf Hanafiah (1997:13), pemakai jasa pendidikan dapat digolongkan kepada tiga kelompok, yaitu: 1. Pelanggan primer, yaitu peserta didik atau pihak yang menerima pendidikan secara langsung. 2. Pelanggan sekunder, yaitu pihak yang berkepentingan terhadap kualitas pendidik, antara lain: orang tua, sponsor peserta didik, tenaga kependidikan dan pemerintah. 3. Pelanggan tersier, yaitu masyarakat luar, khususnya dunia usaha dan pemerintah. 2.3 Hubungan Harga, Lokasi, Biaya Promosi, dan Kualitas terhadap Permintaan 2.3.1 Hubungan Harga dengan Permintaan Dari definisi permintaan kita dapat mengetahui bahwa permintaan menunjukan adanya hubungan dengan berbagai macam harga dengan jasa yang dibeli oleh konsumen dengan asumsi keadaan lain konstan. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan, yaitu jika harga naik, maka kuantitas permintaan jasa akan 46 turun. Begitu pun sebaliknya jika harga turun, maka kuantitas permintaan jasa akan naik. Hal tersebut berlaku jika variabel seperti selera, pendapatan, harga barang lain, serta variabel lainnya dalam fungsi permintaan bersifat konstan/ tidak berubah. Mengenai Hubungan antara harga yang diminta terhadap permintaan dapat dilihat pada gambar 2.10 berikut: P1 P D Q1 Q Gambar 2.10: Hubungan harga dengan permintaan Pada saat harga naik dari P ke P1 kuantitas permintaan terhadap suatu jasa akan menjadi lebih sedikit dari Q ke Q1 ini berarti kenaikan harga telah mengurangi hasil penjualan barang atau jasa tersebut. Dalam teori permintaan kita juga mengenal adanya elastisitas atau kepekaan. Dimana Samoelson (1996:79) mendefinisikan elastisitas sebagai suatu pengertian yang menggambarkan kepekaan jumlah barang yang diminta terhadap perubahan harga tersebut, dengan asumsi bahwa hal-hal lainnya tidak berubah. dengan asumsi bahwa hal-hal lainnya tidak berubah. 2.3.2 Hubungan Lokasi dengan Permintaan Lokasi termasuk faktor non-ekonomis yang mempunyai hubungan yang positif terhadap permintaan. Lokasi adalah suatu tempat fisik dimana pembeli dan penjual berkumpul untuk mempertukarkan barang dan jasa. Buchari Alma 47 (1985:48) mengemukakan bahwa “Lokasi adalah tempat perusahaan beroperasi atau tempat perusahaan melakukan kegiatan untuk menghasilkan barang dan jasa yang mementingkan segi ekonominya”. Menurut Ace Partadireja (1999:168) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jasa disamping harga adalah “harga barang-barang lain, pendapatan konsumen, selera, serta faktor-faktor non-ekonomis (dalam penelitian ini yaitu lokasi)”. Bentuk matematiknya adalah: Q i = f(Pi , Y, Pn , S, K) Dimana: Pi = harga barang yang bersangkutan Y = pendapatan konsumen Pn = harga barang-barang lain, terutama barang-barang yang bersaingan S K = selera (taste), kesukaan seseorang atas sesuatu barang. = faktor-faktor non ekonomis lain (lokasi) 2.3.3 Hubungan biaya pomosi dengan Permintaan Biaya pemasaran merupakan biaya yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk contohnya biaya iklan biaya promosi, biaya angkutan dari gudang pemasaran kegudang pembeli. Biaya promosi merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan untuk mempresentasikan dan mempromosikan ide, barang atau jasa secara non personal oleh sponsor yang jelas untuk mengetahui apakah sebuah perusahaan telah mengeluarkan sejumlah dana yang tepat . 48 Peranan promosi ini adalah untuk menaikan kurva akan produk tertentu. Sehingga dalam mencapai tujuan penjualan perusahaan harus bersedia mengeluarkan biaya yang diperlukan untuk promosi. Oleh karena itu kegiatan promosi sangat diperlukan dalam kegiatan usaha, baik barang maupun jasa. Banyak perusahaan jasa yang memiliki kualitas pelayanan yang baik tetapi tidak diminati oleh konsumen, hal ini disebabkan kurangnya promosi. Agar proses dalam promosi berjalan dengan lancar, maka pihak perusahhaan/pengelola harus menganggarkan biaya yang cukup untuk kegiatan promosi. Anggaran yang dikeluarkan oleh perusahhaan sangat berpengaruh terhadap kuantitas barang dan jasa yang diminta oleh konsumen. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Vincent Gaspersz (2001:18) ”Jika anggaran untuk iklan dari suatu produk yang ditawarkan meningkat/ menurun, maka kuantitas permintaan barang atau jasa X akan meningkat/menurun…”. Sesuai dengan penjelasan tersebut sudah jelas bahwa biaya promosi memiliki hubungan yang positif terhadap permintaan jasa. Alat promosi penting dipakai untuk membangun suatu program penjualan yang efektif adalah: a) Iklan b) Kewiraniagaan (personal selling) c) Promosi konsumen d) Metode bertujuan merangsang iklan dan promosi dealer e) Pameran dan eksebisi f) Resiprositas g) Jaminan dan servis 49 h) Penawaran kompetitif Semakin besar anggaran untuk biaya promosi maka akan semakin banyak promosi yang dapat dilakukan. Promosi pada umumnya dapat menggeser kurva permintaan atas suatu produk, karena promosi dapat mempengaruhi selera konsumen. Seperti iklan yang memberikan informasi kepada konsumen atas kualitas atau manfaat suatu produk dapat mendorong konsumen untuk membeli produk tersebut. 2.3.4 Hubungan Kualitas dengan Permintaan Menurut Wyckof (Fandy Tjiptono, 2002:59), kualitas jasa adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Terdapat lima determinan kualitas jasa yang dapat dirincikan menurut Kotler (1995:561), yaitu: a) Realibility (keandalan), yaitu kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya. b) Responsiveness (Daya tanggap), yaitu kemampuan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat. c) Assurance (keyakinan), yaitu pengetahuan dan kesopanan karyawan dan kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan. d) Emphaty (empati), yaitu syarat untuk peduli, member perhatian pribadi gadi para pelanggan. 50 e) Tangible (berwujud), yaitu penampilan fasilitas fisik, peralatan, dan berbagai media komunikasi. Umumnya yang menentukan tinggi rendahnya kualitas adalah konsumen. Penilaian mereka tentang kualitas ini umumnya terbagi menjadi empat pandangan, yaitu; a) Corformance to standards or specifications (kesesuaian dengan standar atau spesifikasi) b) Consistency c) Outcome quality (kualitas hasil) d) Process quality (kualitas proses) Penilaian pelanggan terhadap kualitas pelayanan merupakan hasil perbandingan antara harapan (sebelum menerima jasa) dan pengalaman mereka (setelah menerima jasa). Jika harapan terpenuhi, maka mereka akan puas dan persepsinya positif, dan sebaliknya juka tidak terpenuhi maka tidak puas dan persepsinya negatif. Sedangkan bila kinerja jasa melebihi harapannya, mereka bahagia (lebih dari sekedar puas). Penilaian pelanggan terhadap kualitas pelayanan dipengaruhi oleh proses penyampaian jasa dan output dari jasa. Maka jika kualitas baik maka akan berhubungan secara positif terhadap permintaan jasa. 51 .