ABSTRAK Kota Bandung merupakan dua pusat pemerintahan yaitu Kota Bandung sendiri dan Propinsi Jawa Barat yang mengalami pertumbuhan sangat pesat di berbagai sektor. Arus migrasi yang besar dan tingkat kelahiran yang tinggi membuat pertumbuhan penduduk Kota Bandung semakin meningkat, selama lima tahun terakhir sebesar 18,5%. Penduduk Kota Bandung sangat membutuhkan air bersih untuk kegiatan sehari-hari seperti minum, memasak, dan mencuci. Pelayanan PDAM yang hanya 60% masih sangat kurang dalam memenuhi kebutuhan air bersih penduduk, walaupun sebagian penduduk Kota Bandung masih menggunakan sumur air tanah meski sudah terlayani PDAM. Pengambilan air tanah melebihi imbuhannya menyebabkan terjadi kekritisan air tanah khususnya musim kemarau dengan penurunan muka air tanah setiap tahunnya mencapai 1,77 m/tahun untuk air tanah dalam dan 0,45 m/tahun untuk air tanah dangkal. Sementara itu penggunaan lahan terbangun di Kota Bandung telah mencapai batas optimal sebesar 71,83% menyebabkan semakin berkurangnya daerah tangkapan air di Kota Bandung. Kurangnya daerah tangkapan air menyebabkan kurangnya pasokan air tanah yang dirasakan pada musim kemarau dengan keringnya sumur-sumur warga Kota Bandung. Sementara air limpasan semakin tidak terkendali karena luasnya lahan-lahan yang ter-groundcover menyebabkan banjir di musim hujan. Perlu penanganan serius untuk memperbaiki kondisi demikian melalui pelestarian konservasi air. Berdasarkan kondisi Kota Bandung akhir-akhir ini dengan turunnya muka air tanah setiap tahunnya perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan konservasi air di Kota Bandung. Turunnya muka air tanah di Kota Bandung tersebut terjadi karena tidak seimbangnya neraca air yang disebabkan berkurangnya ruang terbuka hijau sebagai daerah resapan akibat perkembangan kota yang tidak terkendali terutama di Wilayah Kota Bandung bagian barat. Maka dari itu dilakukan upaya-upaya peningkatan konservasi untuk lebih meningkatkan daur fungsi sumberdaya air yang sekaligus dapat menyeimbangkan pembangunan antara Kota Bandung bagian barat dengan Kota Bandung bagian timur. Upaya peningkatan konservasi tersebut yaitu pembangunan danau buatan di Kawasan Pengembangan Gedebage (DAS Cisaranten) sebagai pengendali banjir dan cadangan air di musim kemarau. Disamping itu danau buatan di Kawasan Pengembangan Gedebage berfungsi sebagai sarana olahraga dan rekreasi yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas bisnis dan sosial, diharapkan dapat mengurangi beban kegiatan di Wilayah Kota Bandung bagian barat. Daerah Gedebage merupakan dataran dengan kemiringan 2 – 5% dan elevasi antara 685 – 700 m dpl. Kondisi ini menimbulkan kendala dalam perencanaan sistem drainase. Ditambah lagi dengan pendangkalan dan penyempitan pada daerah hilir Sungai Cisaranten sehingga air meluap saat hujan besar di hulu. Pendangkalan sungai tersebut terjadi akibat pencemaran limbah padat dan erosi di daerah hulu. Hal ini menyebabkan pengendapan di daerah hilir, terutama di Wilayah Gedebage sehingga terjadi pendangkalan dan penyempitan. Kemiringan lereng di Wilayah Gedebage yang landai juga menyebabkan perlambatan aliran sungai secara mendadak. Perlambatan tersebut mengakibatkan kenaikan muka air dan menimbulkan proses sedimentasi yang cukup tinggi sehingga berpotensi banjir. Untuk mengatasi hal tersebut direncanakan pembangunan danau buatan berupa kolam retensi. Limpasan air yang berlebih akan tertampung di kolam retensi dan air tersebut dapat dimanfaatkan untuk sumber baku air dan irigasi. Dengan demikian danau buatan ini berfungsi sebagai pengendali air limpasan di musim hujan dan cadangan air di musim kemarau. Danau buatan direncanakan di Kawasan Pengembangan Gedebage berkapasitas 4.882.600 m3 dengan luas 95,88 Ha. Lebih dari itu, danau buatan tidak hanya sebagai pengendali air limpasan dan cadangan air di musim kemarau saja tetapi berfungsi sebagai taman bermain, olahraga, dan rekreasi. Maka dari itu dilakuan analisis tapak dalam penataan ruang di sekitar lokasi danau buatan. Di sekitar danau buatan tersebut dijadikan sebagai hutan kota dilengkapi dengan area parkir, jalur pejalan kaki, lapangan olahraga, dan tempat bermain. Upaya penghijauan juga dilakukan di seluruh Wilayah Kota Bandung pada lahan-lahan yang berpotensi sebagai RTH seperti sempadan sungai, sempadan jalan, sempadan rel kereta api, jalur tegangan tinggi, dan pemakaman. Disamping lahan-lahan tersebut, penghijauan juga dilakukan di setiap halaman rumah diwajibkan ditanami minimal satu tanaman keras. Disamping danau buatan sebagai resapan makro, peresapan buatan berupa sumur resapan harus dibangun di setiap rumah di seluruh Kota Bandung minimal satu atau tergantung pada luas kapling rumah tersebut. Untuk meresapkan air limpasan di Kota Bandung yang mencapai 1.650.519,7 m3/hari pada periode banjir tahunan, maka diperlukan 825.260 unit sumur resapan. ABSTRACT Bandung City is the central of two governments, they are Bandung Metropolitan Area and Province West Java wich are grow fast in many sectors. The fast migration and the fast born, that Bandung’s people grow 18,5% over the fast five years. Bandung’s people need clean water for doing some daily activities, such as dringking, washing, and cooking. PDAM serve only 60%, its really not enough, althouh half part of them use ground-water source altough they have been served by PDAM. Taking over of ground-water can make water crisis especialy on dry season the discharge of level of ground-water, to reach for 1,77 m/year and 0,45 m/year for superficial of ground-water. Beside that, utilization land for building in Bandung it’s over than 71,83% it cause the decrease for some cathment area. It cause the decrease for the water import that felt when dry season. While the water is not controled because of the grouncovered zone is very width. It cause waterflood on rainy season. It have to handle with water conservation. We have to increase water conservation in Bandung because decreases of greenland as a cathment area consequences of Bandung’s under control development. So we have to increase conservation for maxsimalization reduce water function and balancing development between west and east of Bandung. Make a lake in Gedebage (Cisaranten River-bed Area) its for increasing the conservation as water flood control and water stock in dry season. Beside that, the lake function in Gedebage District is for sport and recreation centre, that completed with business and social fasilities. It hoped, can minimalizing activity burden in West Bandung. Gedebage is plain that has 2-5% gradient, and elevation between 685-700m asl. It cause any problem in drain system plan. Shallowing and making tight of Cisaranten River’s downstream, cause water flood when rainy on upstream. It cause sedimentation on upstream of Cisaranten River, especialy in Gedebage, so that the river become shallow and make tight. The gradient of Gedebage cause river-bed delay immediltely. It cause water rises and high level sedimentation on that cause water flood. To control it, we plan to make a lake like retention pond. The water flood can be catch in and useful as water flood controler in rainy season and water stock in dry season. The lake will make at Gedebage District of development, it has 4,882,600 m3 capacities and 95.88 Ha wide. The lake not only as water flood and water stock controler in dry season, but also as playing garden, sport, and recreation. Because of that, we have to do analys in space management. Arround the lake, we make a city garden, completed with parking area, pedestrian area, sport facilities, and playing garden. We can Bandung green with make green-land on potencial place, such as on river border, street border, railway border, and funeral area. Beside of that, we can make Bandung green with plane some trees, minimum one hard plant. Beside that, the lakes function can be as macro dissapear, syntetic dissapear must be build up at each house in Bandung, minimum one or hanging on the houses wide. To dissapear the water flood, that reach 1,650,519.7 m3/days on water flood period. So, we need 825,260 units of dissapear hole.