METODOLOGI PEMBIAYAAN UNTUK BAHAN BAKU, PRODUK

advertisement
METODOLOGI PEMBIAYAAN
UNTUK BAHAN BAKU,
PRODUK DAN JASA
Pendahuluan
Bagian ini menjelaskan proses
akuntansi biaya dalam proses ABC.
Untuk memahami tekniknya adalah
penting untuk mengerti konsep relevan
yang telah dibahas sebelumnya.
Metodologi
yang
sama
dapat
diterapkan ke semua objek-objek.
METODOLOGI
Langkah dasar yang diterapkan dalam
metodologi ini adalah :
1. Tentukan sifat elemen biaya dan analisa
diantaranya:
– biaya langsung yang dapat diukur
– biaya aktivitas yang dapat diukur
– biaya yang tidak dapat diukur (biaya
yang tidak teralokasi)
2. Hitung semua biaya terukur per
aktivitas, bedakan antara kegiatan
primer dan sekunder. Pertimbangan
harus diberikan terhadap perlakuan
biaya tidak terukur. Hal ini dapat
berupa terukur terhadap kegiatan lain
atau diperlakukan sebagai bagian dari
profit margin yang diperlukan.
3. Tentukan pemicu biaya untuk setiap
kegiatan dan gunakan pengukuran
besar output untuk menghitung
besarnya pemulihan aktivitas. Hal ini
dapat dilakukan untuk kegiatan
primer maupun sekunder.
4. Telusuri semua biaya aktivitas
sekunder terhadap kegiatan primer
sehingga kombinasi besar aktivitas
mencantumkan semua biaya-biaya
pendukung.
Biaya
sekunder
ditelusuri terhadap kegiatan primer
menggunakan ukuran output.
5. Identifikasi objek-objek biaya mana
yang menjadi biaya. Kompilasikan
daftar kegiatan untuk setiap biaya
untuk menjadi objek-objek biaya.
6. Kalikan biaya pemulihan aktivitas
dengan jumlah output yang dikonsumsi
seperti yang tertera dalam daftar
kegiatan.
Jumlah
biaya
terhitung
memberikan biaya terukur aktivitas dari
objek biaya.
7. Biaya langsung dan biaya tidak
terukur
(bila
berlaku)
akan
ditambahkan biaya terhitung di atas
untuk menghasilkan total biaya dari
objek biaya. Biaya langsung seperti
biaya material dan packaging
biasanya dikaitkan dengan biaya
objek tertentu. Biaya tidak terukur
dapat ditambahkan ke profit margin.
SIFAT-SIFAT BIAYA
Untuk pengembangan sistem biaya yang
baik adalah penting untuk memahami elemenelemen biaya dan hubungannya terhadap objek
biaya. Biaya tertentu dapat diukur terhadap
objek biaya secara langsung yaitu terjadinya
biaya merupakan konsekuensi langsung yang
paling memungkinkan dari suatu produk atau
penyampaian dari suatu jasa. Biaya ini adalah
biasanya bahan baku atau biaya lain yang
memilki hubungan langsung dengan objek
biaya yang disebut biaya langsung (direct cost).
Mekanismenya
biaya
langsung
mungkin dapat dibuat terhadap objek biaya
(seperti dalam sistem Bill of Material) dan
biasanya tidak memunculkan masalah dari
pandangan sistem biaya. Biaya terukur dan
tidak terukur biasanya perhatian utama
dalam sistem pembiayaan karena sistem
pembiayaan gagal atau berhasil disebabkan
oleh cara pemilahan biaya-biayanya.
Sebaliknya dengan sistem pembiayaan
tradisional tenaga kerja biasanya tidak
dipertimbangkan sebagai biaya langsung
dari objek biaya seperti produk tetapi
dianggap sebagai biaya yang berkaitan
dengan kegiatan. Disebabkan pernyataan
”aktivitas mengkonsumsi sumber dan produk
mengkonsumsi
aktivitas”
kemampuan
pengukuran elemen biaya atas aktivitas
merupakan perhatian utama sistem ABC.
DIRECT COST
Direct cost awalnya dipandang sebagai
bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya
langsung tambah biaya tidak langsung produksi
yang terjadi yang membuat persediaan ke kondisi
saat ini dan lokasinya digunakan sebagai dasar
penilaian persediaan.
Pandangan ini memberikan 2 keganjilan
penting yaitu:
1.
Biaya aktual akan membuat suatu produk ke kondisi
saat ini dan posisinya mungkin berbeda dari biaya
yang ditetapkan SSAP9 (Statement of Standard
Accounting No. 9) (dipahami merupakan biaya
manufaktur
utama).
Biaya
aktual
logisnya
mencantumkan
beberapa
biaya
administrasi,
keuangan dan transport. Keganjilan ini timbul sebab
anggapan bahwa biaya menciptakan produk harus
bersesuaian dengan metode penilaian persediaan.
Untuk alasan ini beberapa sistem pembiayaan tidak
memiliki maksud lain selain penilaian persediaan.
Lagipula
sistem
pembiayaan
harus
menginformasikan pimpinan tentang pembiayaan
yang terjadi dalam menciptakan suatu produk atau
jasa untuk ke kondisi saat ini dan posisinya.
2. Biaya material dipandang sebagai “landed cost”.
Biasanya merupakan biaya barang yang dibeli,
asuransi dan pengiriman namun “landed cost”
umapanya tidak mencantumkan biaya aktivitas yang
berkaitan dengan penerimaan, handling, penyimpanan
atau pemindahan barang-barang untuk dibuat tersedia
bagi produksi. Hal yang sama untuk proses
pengadaan, biaya yang relevan terhadap semua
aktivitas yang terjadi haruslah dicantumkan. Biaya
input
langsung
ke
produksi
secara
logis
mencantumkan semua biaya-biaya yang terjadi. Biaya
hingga input kedalam produksi dapat dijelaskan pada
gambar 3.1
Gambar 3.1 Biaya Proses Pengadaan
MRP
activity
Buying
activity
Receiving
activity
Quality
activity
Payment
activity
Storage
activity
Ringkasan biaya produk tertentu digambarkan
pada contoh 3.1. Untuk beberapa hal keadaan ini
dapat dibandingkan dengan konsep landed cost yang
tradisionalnya digunakan dalam akutansi tetapi ada
juga beberapa perbedaan penting. Landed cost tidak
mencantumkan
aktivitas
administrasi
seperti
perencanaan produksi, penerimaan atau biaya
penyimpanan (yang memasukkan beban biaya). ABC
cost dari material ditempatkan dalam produksi dapat
diperbaiki menurut Generally Accepted Accounting
Practice (GGAP) penilaian persediaan dengan
mengeliminasi
kegiatan-kegiatan
yang
bukan
persediaan (yang ditujukkan dalam sistem ABC)
Contoh 3.1: ABC cost of material
Purchase cost ex supplier
Material requirements planning
Buying activity
Receiving activity
Quality inspection
Payment activity
Storage activity
Cost of material (transferred)
£
5000
400
300
480
300
320
1200
8000
Biaya material biasanya teridentifikasi
dengan
produk
dan
dapat
diukur
menggunaka Bill of Material yang
menspesifikasikan bahan baku, komponen
atau sub-assembly yang diperlukan untuk
menyelesaikan produk. Biaya tenaga kerja
masih dapat diukur terhadap produk
sebagai biaya langsung.
Namun karena persentasenya relatif
kecil dari total cost pada kebanyakan
perusahaan
maka
kurang
berguna
memisahkan besaran biayanya. Tenaga
kerja lebih jelas diukur seperti kebanyakan
biaya lain yang dikaitkan dengan biaya
aktivitas dan kemudian menutupi biaya
tenaga kerja melalui besarnya biaya
aktivitas.
Traceable Cost
Traceable Cost dihitung per aktivitas.
Kaitan dengan objek biaya diperoleh melalui
pengukuran output yang berkaitan yang
digunakan untuk menelusuri biaya-biaya
tersebut terhadap objek biaya. Hubungan ini
berguna karena dapat divalidasi secara
scientific dan biasanya cukup dipahami oleh
orang yang terlibat dalam kegiatan
operasionalnya. Sumber pemicu digunakan
untuk menelusuri Traceable Cost kegiatan.
Kegiatan dapat diklasifikasi sebagai
kegiatan primer atau sekunder. Biaya
ditelusuri terhadap kegiatan primer
digunakan untuk menghitung besaran
primer
yaitu
besaran
yang
tidak
mencantumkan biaya sekunder. Biaya
kegiatan
primer
secara
langsung
berhubungan dengan objek biaya yang
biasanya merupakan produk, jasa, atau
pelanggan.
Kegiatan sekunder seperti pelatihan
atau jasa personalia dilakukan untuk
mendukung kegiatan primer sehingga
biayanya ditutupi dari aktivitas primer.
Besaran disebut besaran terpadu
dihitung dengan mencantumkan besaran
primer yang berisikan unsur biaya
sekunder.
Non-Traceable Cost
Biasanya unsur biaya kecil dan sulit untuk
ditelusuri terhadap kegiatan atau objek biaya
tertentu. Contohnya mungkin merupakan
pengeluaran
manajemen
umum
atau
pengeluaran ATK yang kecil seperti biaya pos
yang tidak berkaitan dengan kegiatan tertentu
pada
derajat
ketelitian
tertentu
pula.
Pengeluaran sedemikian biasanya kecil
hubungannya dengan total pengeluaran (lebih
kecil 5% dari total biaya) dan dapat
dialokasikan
ke
objek
biaya
secara
proporsional terhadap biaya lain atau mungkin
ditutupi dengan sedikit pertambahan pada
target margin.
Keadaan di atas diringkaskan dalam gambar 3.2.
COST ELEMENTS
DIRECT COST
SPECIFIC
PRIMARY ACTIVITIES
SECONDARY ACTIVITIES
ACTIVITY -TRACED COST
COST OBJECTS
Gambar 3.2.
UNTRACEABLE COST
UNTRACED COST
PROSES ALOKASI DUA TAHAP
Teknik pembiayaan dalam sistem ABC
mirip sistem pembiayaan tradisional.
Dulunya, teknik pembiayaan dianggap
sebagai proses akuntansi dua tahap.
Setiap pengeluaran diklasifikasikan ke
dalam unsur biaya pada pusat biaya atau
departemen biaya. Ini yang disebut
sebagai tahap pertama dalam proses
alokasi biaya.
Tahap kedua dalam proses alokasi meliputi biaya yang telah diagregasi
dalam pusat biaya melalui penggunaan recovery base. Keadaan ini
dapat digambarkan pada gambar 3.3.
COST ELEMENT 1
(PERSONNEL COSTS)
COST ELEMENT 2
(POWER AND WATER )
COST CENTRE 1
COST ELEMENT 3
(FACILITIES COST)
COST CENTRE 2
RECOVERY BASE
RECOVERY BASE
PRODUCTS
Gambar 3.3.
S
T
A
G
E
1
S
T
A
G
E
2
Kerangka kerja ini pada prinsipnya
merupakan tanggung jawab dalam struktur
organisasi. Pusat biaya atau departemen
biaya merupakan tanggung jawab fungsional
dimana sejumlah tugas atau tindakan
dikerjakan. Contoh pusat biaya sedemikian
dalam lingkungan manufaktur adalah bengkel.
Bengkel dapat menyimpan beberapa bentuk
peralatan seperti bubut, mesin bor, gilingan.
Mungkin juga diawasi oleh seorang manajer
dan beberapa mandor.
Biasanya berbagai macam biaya terjadi
untuk pusat biaya sedemikian, seperti biaya
personalia, power, depresiasi, dan barangbarang konsumsi. Biaya-biaya ini diagregasi
untuk pusat biaya sebagai satu kesatuan.
Tradisinya, recovery base biaya dari pusat
biaya bisa dari tenaga kerja atau jam mesin
yang pada awalnya kelihatan logis.
Besar
pusat
biaya
dinyatakan
sebagai Rp/tenaga kerja atau jam mesin
(untuk pusat biaya keseluruhan).
Berdasarkan jumlah jam (tenaga kerja
atau mesin) yang diserap produk, biaya
ini kemudian dialokasikan ke produk
menggunakan average recovery rate.
Sehubungan dengan berbagai tindakan
(kegiatan) dan biaya ditemukan di dalam
pusat biaya, besaran pusat biaya
digunakan dalam sistem pembiayaan
tradisional akan berhubungan dengan
beberapa bentuk output dan besarnya
mungkin tidak mencerminkan sifat-sifat
dari tindakan yang dilakukan.
Beberapa argumen diajukan mengapa
bentuk pendekatan ini tidak memberikan
pembiayaan produk yang akurat. Pertama, tidak
adanya homogenitas antara kegiatan yang
dikerjakan dalam pusat biaya. Pada contoh di
atas
sekurang-kurangnya
biaya
bubut,
pengeboran, dan penggilingan serta supervisi
perlu dipisahkan. Bubut, penggilingan, dan
pengeboran dipertimbangkan sebagai kegiatan
primer, yaitu langsung berhubungan dengan
produk atau objek biaya. Kegiatan supervisi
melayani kegiatan primer dan biayanya harus
ditutupi melalui kegiatan primer.
Kedua, struktur biaya kegiatan perlu dianalisa
untuk menentukan komponen/unsur biaya utama dan
untuk memperoleh pemahaman pola perilaku biaya
kegiatan. Penentuan homogenitas biaya merupakan
langkah penting di dalam analisa biaya tertentu. Pola
perilaku dapat menunjukkan faktor-faktor yang
menyebabkan biaya kegiatan dapat berubah yang
juga mungkin merupakan petunjuk apa yang memicu
biaya menjadi naik atau turun.
Beberapa faktor pada tahap ini
memberikan alasan terjadinya variasi
biaya seperti set-up mesin, kompleksitas
tugas, dan volume produk yang harus
dibuat. Biaya aktivitas cenderung
menjadi
sekumpulan
biaya
yang
homogen yang diakibatkan oleh output
tunggal seperti set-up kegiatan atau
kegiatan produksi tertentu.
Pertimbangan
umum
di
dalam
penelusuran biaya terhadap produk
adalah penggunaan pengetahuan tentang
perilaku biaya yang ditunjukkan oleh
pengukuran output. Adalah logis apabila
terdapat penyebab khusus keberadaan
biaya, faktor penyebab digunakan untuk
menelusuri biaya aktivitas produk.
Aktivitas tidaklah selalu sesuai dengan
struktur tanggung jawab, kadang-kadang
masuk dalam batasan rentang fungsional.
Contohnya adalah bagian Quality Control
yang bisa saja ada pada seluruh
organisasi. Maka aktivitas tidak dapat
dipersamakan terhadap pusat biaya.
Aksioma tentang ABC dapat dideduksi
dari alasan-alasan di atas sebagai berikut.
1. Aktivitas mengkonsumsi sumber seperti
tenaga kerja, listrik, biaya fasilitas, dll.
2. Produk mengkonsumsi aktivitas seperti
pahat dan pengeboran.
Yang dapat digambarkan pada gambar 3.4.
COST ELEMENT 1
COST ELEMENT 2
COST ELEMENT 3
ACTIVITY
CENTRE 1
ACTIVITY
CENTRE 2
ACTIVITY
CENTRE 3
ACTIVITY
CENTRE 4
ACTIVITY
CENTRE 5
ACTIVITY
CENTRE 6
OUTPUT
MEASURE 1
OUTPUT
MEASURE 2
OUTPUT
MEASURE 1
OUTPUT
MEASURE 3
OUTPUT
MEASURE 2
OUTPUT
MEASURE 4
PRODUCTS / SERVICES
Gambar 3.4.
Dari gambar 3.4. jelas bahwa ABC
memerlukan lebih banyak analisa bisnis yang
rinci dibandingkan sistem tradisional. Juga
penyebab perubahan biaya yang ada
digunakan untuk menelusuri biaya produk
(merupakan
pandangan
yang
sangat
sederhana dari Sistem ABC dan mengasumsi
bahwa semua kegiatan adalah kegiatan
primer).
Prakteknya,
kegiatan
sering
didefinisikan menurut struktur tanggung
jawab fungsional dan mekanisme keterkaitan
lainnya digunakan apabila kegiatan rentang
organisasi terbatas.
Sebagaimana bisnis bergerak menurut
struktur tanggung jawab berorientasi
proses, maka definisi struktur kegiatan juga
mengembangkan
karakteristik
yang
berbeda. Metode alokasi dua tahap seperti
yang
digunakan
dalam
pembiayaan
tradisional, masih juga digunakan di dalam
ABC. Dalam tahap pertama biaya ditelusuri
atas kegiatan dan dalam tahap kedua
ditelusuri melalui pengukuran output objek
biaya.
WASTAGE
Salah satu tujuan utama Sistem ABC
adalah membantu manajemen menentukan
biaya terendah yang memungkinkan dimana
produk atau jasa dibuat. Sifat ini menyatakan
tidak adanya wastage dalam bentuk apapun
yang diizinkan untuk ada di dalam perusahaan.
Wastage dapat diartikan sebagai sesuatu yang
tidak berlebih dan di atas jumlah minimum
sumber dan waktu dasar absolut untuk
menambahkan nilai terhadap objek biaya (dari
pandangan pelanggan).
Wastage merupakan salah satu faktor
biaya yang paling penting di dalam
organisasi dan tidak diperdapat pada
kebanyakan sistem akuntansi tradisional.
Sistem ABC dan M tidak hanya mencoba
mengukur
wastage
tetapi
juga
mengintegrasikan konsep ini ke dalam
sistem akuntansi dengan membuatnya
sebagai sesuatu yang khusus dan biaya
yang dapat diatur.
Identifikasi dan pengukuran Cost of Wastage
adalah masalah tertentu dari kebanyakan
perusahaan. Bentuk wastage tertentu jelas seperti
material and capacity waste. Yang lain agak sulit
untuk mendeteksinya seperti time wastage atau
ketidak-efektifan penggunaan sumber. Wastage
dapat dideteksi pada berbagai macam level,
misalnya level unsur biaya, level aktivitas, atau
level fasilitas. Ini merupakan masalah bisnis
khusus dan jauh dari implikasi akuntansi.
Pentingnya
wastage
management
jelas
tergantung pada pengaruh langsung terjadinya
profitabilitas.
PENENTUAN BIAYA BAHAN BAKU
Contoh 3.2. Extract from general ledger of a Company
£
Raw material purchases
Salaries and wages
Power
Stationery
Rent
Depreciation
600 000
200 000
50 000
5 000
10 000
80 000
Step 1 – Analisa kedalam pusat biaya
Langkah
pertama
dalam
proses
pembiayaan bersesuaian dengan tahap
pertama dalam proses 2 tahap yang diuraikan
sebelumnya. Pada langkah ini biaya-biaya
harus ditelusuri terhadap pusat biaya kegiatan
masing-masing.
Keadaan
ini
biasanya
dilakukan pada saat pencatatan transaksi
dasar (seperti akutansi pusat biaya). Informasi
berikut dibuat dalam kaitannya dengan buku
besar diatas.
Raw materials
Tiga bahan baku yang digunakan dalam
proses manufaktur X yaitu A,B dan C. masingmasing pembelian adalah sebagai berikut :
A
B
C
£
100 000
60 000
40 000
Salaries and Wages
Sistem penggajian dan pengupahan mempunyai
fasilitas untuk menganalisa dan mengalokasi biaya-biaya ini
terhadap berbagai pusat biaya dan berikut contoh
:
£
MRP
Buying
Receiving
Quality inspection
Stores
Personnel department
Accounting
20 000 (2)
10 000 (1)
6 000 (3)
15 000 (3)
12 000 (4)
30 000 (3)
25 000 (2)
Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan dalam setiap aktivitas
dinyatakan dalam kurung diatas
Power
Dimanapun listrik menggambarkan unsur biaya signifikan
namun penting bagi perusahaan untuk menginvestasi sistem
meteran untuk mengukur konsumsi power untuk pusat kegiatan
yang lebih penting. Dengan jalan lain bagian teknisi dapat
diminta untuk mempersiapakan alokasi biaya yang layak
berdasarkan kapasitas peralatan terpasang, pemakaian
peralatan begitu juga beban kerjanya.
MRP
Buying
Receiving
Quality inspection
Storages
Personnel
Accounting
£
1 000
500
3 000
1 200
4 000
800
600
Stationery
Biaya ini dapat diberikan untuk setiap objek
biaya yang menggunakan ATK sebagai suatu
tambahan persentase yang kecil dari biaya atau
dapat ditutupi oleh produk margin. Namun apabila
ATK khusus seperti biaya pencetakan dapat diukur
terhadap aktivitas tertentu, keadaan ini harus
dilakukan. Biaya pencetakan order pembelian atau
tanda terima barang dapat diukur langsung
terhadap kegiatan bersesuaian seperti pembelian
atau penerimaan.
Rent
Sewa dapat diukur terhadap berbagai
pusat kegiatan yang sebanding dengan luas
lantai yang disewa. Berikut diasumsi adanya
pembagian biaya rental
MRP
Buying
Receiving
Quality inspection
Stores
Personnel
Accounting
£
500
300
600
500
2 000
800
900
Depreciation
Depresiasi akan diukur berdasarkan investasi
dari aset yang terdepresiasi untuk setiap pusat
kegiatan. Biasanya informasi ini tersedia dari
pencatat harta tetap (Fixed Asset Register).
Diasumsi biaya-biaya berikut :
MRP
Buying
Receiving
Quality inspection
Storages
Personnel
Accounting
£
4 000
1 000
6 000
2 000
10 000
500
3 000
Activity cost matrix
Dari informasi diatas matriks biaya aktivitas berikut disajikan :
Cost
element
Salaries
Power
Rent
Depreciation
Total
MRP
Buying
Receiving
Quality
Storage
Personnel
Accounting
20 000
10 000
6 000
15 000
12 000
30 000
25 000
1 000
500
3 000
1 200
4 000
800
600
500
300
600
500
2 000
800
900
4 000
1 000
6 000
2 000
10 000
500
3 000
25 500
11 800
15 600
18 700
28 000
32 100
29 500
Matriks ini tentunya masih bisa dikembangkan untuk keseluruhan
perusahaan dan contoh ini hanya merupakan kegiatan yang
berhubungan dengan bahan baku.
STEP 2 – DETERMINATION OF OUTPUT MEASURES
MRP
Buying
Receiving
Quality inspection
Storage
Personnel
Number of material plans done
Number of purchase orders
Number of goods received notes
Number of quality inspections
Number of square metres of space
Number of people employed
Actual output
Metode ini menggunakan actual output dari
pengukuran output tertentu selama periode
tertentu menurut pertimbangan untuk mengukur
atau menentukan besarnya output. Hasilnya
kesemua biaya ditutupi oleh objek biaya.
Dengan memvariasikan besarnya utilisasi
kapasitas dari periode ke periode akan
menghasilkan besarnya recovery rate yang
berfluktuasi (kadang-kadang dramatis). Tetapi
tidak menggambarkan biaya kapasitas yang
menganggur yang ada dalam aktivitas tertentu
yang besarnya objek biaya juga berfluktuasi
secara dramatis.
Capacity
Setiap kegiatan mempunyai batas
kapasitas tertentu dan ini digunakan untuk
menentukan
besarnya
recovery
rate.
Pengaruhnya recovery rate akan konsisten
dari periode ke periode dan biaya
ketidakpenggunaan atau kapasitas yang
menganggur yang secara khusus dilaporkan
akan dihitung. Kapasitas yang menganggur
akan menghasilkan wastage. Objek biaya
juga tidak akan bervariasi secara dramatis.
Metode yang belakangan ini tidak diinginkan
dan akan diikuti dalam teks ini
Pada contoh diatas kapasitas berikut untuk kegiatan yang
relevan diasumsi:
MRP
50 plans (for 3 raw material items)
Buying
1 000 purchase orders
Receiving
2 000 GRNs
Quality inspection 1 500 inspections
Storage
1 000 square metres
Personnel
100 personnel members
Step 3 – Determination Of Activity Rates
Besarnya aktivitas ditentukan menggunakan
matriks biaya aktivitas diatas dan informasi
pengukuran output. Besarnya rate dihitung
sebagai berikut:
Activitycos t
Activity cost per unit =
Output measure capacity
Diaplikasikan kecontoh diatas besarnya rate kegiatan adalah sebagai
berikut:
MRP
= 25500/50
= £510 per plan
MRP per material = 510/3
= £170 per material
Buying
= 11800/1000 = £ 11,80 per purchase order
Receiving
= 15600/2000 = £ 7,80 per GRN
Quality inspection = 18700/1500 = £ 12,47 per inspection
Storage
= 28000/1000 = £ 28 per square metre
Personnel
= 32100/100
= £ 321 per personnel member
Besarnya rate diatas menggambarkan
rate primer dari berbagai kegiatan tapi
tidak menunjukkan biaya sekunder. Pada
contoh diatas dapat dipertimbangkan
sebagai kegiatan primer dan seknder
relatif terhadap objek biaya bahan baku:
Primary activities
• MRP
• Buying
• Receiving
• Quality inspection
• Storage
Secondary activities
• Personnel
• Accounting
Besarnya
biaya
aktivitas
haruslah
memberikan gambaran biaya aktivitas
sekunder
seperti
(menurut
definisi)
dikerjakan untuk mendukung aktivitas
primer. Pada contoh ini biaya aktivitas
personalia dan akuntansi harus ditelusuri
terhadap masing-masing kegiatan primer
yang dilakukan.
Menggunakan pengukuran output
yang sesuai dari kegiatan personalia
(sejumlah anggota personalia) biaya ini
harus ditelusuri terhadap aktivitas primer
yang berkesesuaian berdasarkan jumlah
anggota personil yang dipekerjakan pada
masing-masing kegiatan (seperti yang
ditunjuk dari contoh sistem penggajian
dan pengupahan).
Biaya kegiatan akuntansi dipertimbangkan
sebagai biaya tidak tertelusuri sehingga sebagai
dasar perhitungan dilakukan estimasi.
Biaya kegiatan personalia dapat ditelusuri
terhadap kegiatan primer sebagai berikut:
MRP
2 x £321
= £ 642
Buying
1 x £321
= £ 321
Receiving
3 x £321
= £ 963
Quality Inspection 3 x £321
= £ 963
Storage
4 x £321
= £1284
Besarnya rate aktivitas primer dihitung ulang untuk menutupi
biaya-biaya ini, hal ini dapat dilakukan dengan mengambil
sruktur biaya dari matriks kegiatan diatas
Activity
Primary
Cost
Secondary
Cost
Total Cost
Output
Measure units
Combined
rate
MRP
25500
642
26142
50
£522,84
Buying
11800
321
12121
1000
£12,12
Receiving
15600
963
16563
2000
£8,28
Quality
18700
963
19663
1500
£13,11
Storage
28000
1284
29284
1000
£29,28
Perhatikan untuk contoh biaya perencanaan kebutuhan
material saat ini adalah £522,84 yang beralwanan dengan
besarnya rate primer sebesar £510
Step 4 Kompilasi Daftar Kegiatan
Sesekali besarnya activity rate
ditetapkan maka rate dapat digunakan
untuk menghitung biaya objek biaya
tertentu. Namun, konsumsi aktivitas oleh
berbagai objek biaya perlu diketahui.
Pola konsumsi diuraikan dalam daftar
kegiatan.
Umpamanya daftar kegiatan untuk 3 bahan baku
yang dipertimbangkan sebagai berikut:
Activity
A
B
C
MRP
2
2
2
Buying
24
16
60
Receiving
80
60
240
Quality
80
24
40
Storage
50
150
500
Struktur ini menunjukkan, umpamanya
material A menyatakan bahwa 2 rencana
produksi diperlukan per periode, 24 order
pembelian diperlukan, 80 tanda terima
barang dikeluarkan, 80 pengujian kualitas
yang dilakukan dan 50 m2 penyimpanan
diperlukan untuk persediaan.
Step 5 – Perhitungan Objek Biaya
Biaya dari 3 bahan baku dihitung sebagai berikut:
Activity
A
B
MRP
(2 x £522,84/3)
348.56
348.56
348.56
Buying
(24 x £12,12)
290.88
193.92
727.20
662.40
496.80
1987.20
(80 x £13,11)
1048.80
314.64
524.40
Storage (50 x £29,28)
1464
4392
14640.00
Total "add-on" cost
3814.64
5745.92
18227.36
Direct material cost
100000
60000
40000.00
103814.64
65745.92
58227.36
Units purchase
20000
30000
40000
Cost per unit
£5.19
£2.19
£1.46
Receiving (80 x £8,28)
Quality
Raw material cost
C
RINGKASAN
Langkah diatas dapat diringkaskan pada jadwal berikut:
SECONDA
RY
PRIMARY
Qualit
y
Storag
e
Cost element
MRP
Salary
20000
10000
6000
15000
12000
30000
Power
1000
500
3000
1200
4000
800
500
300
600
500
2000
800
4000
1000
6000
2000
10000
500
25500
11800
15600
18700
28000
32500
642
321
963
963
1284
-32100
Total Cost
26142
12121
16563
19663
29284
Output measure
50 x 3
1000
2000
1500
1000
Recovery rate
174.28
12.12
8.28
13.11
29.28
BOA - Mat A
2
24
80
80
50
£662.4
£1048.
8
£1464
Rent
Depreciation
Total
Secondary cost
Buying
Receivin
g
reallocation
add-on cost
£348.5
6
£290.88
Personnel
Keadaan ini dapat dibandingkan
dengan perhitungan yang dilakukan pada
langkah-langkah diatas untuk material A.
proses yang sama dapat diikuti untuk
objek biaya lainnya seperti produk,
proses, pemasaran atau jalur saluran
distribusi, pelanggan, dan lain-lain.
DETERMINING THE COST OF MANUFATURED
PRODUCTS
Prinsip ABC lebih lanjut dapat ditunjukkan
dengan menghitung biaya manufaktur produk X.
dengan meneruskan contoh, produk X mengandung
material A (2 unit). Produk dibuat pada bengkel
dengan 3 tahap dimulai dengan pemotongan pada
gergaji
kemudian
pembubutan
dan terakhir
pembuatan lobang.
Baik penggergajian dan
pembubutan memerlukan beberapa set up mesin.
Produk dipotong dalam 50 batch pada gergaji dan
setiap batch memerlukan setengah jam untuk
dikerjakan.
Gergaji disetup oleh robot dan waktu setup
diabaikan (sama seperti mesin pengeboran).
Waktu setup pembubutan biasabya 0,2 jam per
setup dan 10 % total jam operasi. Produk X
menyerap 2 menit untuk dibubut dan setup
mesin diperiksa sesudah setiap 1000 produk.
Setiap produk memerlukan 3 lobang untuk di
bor dan kapasitas bor adalah 60 lobang
perjam. Kapasitas praktis mesin adalah 160
jam per periode per mesin (semua mesin).
Diasumsi produk X hanya produk yang dibuat
pada bengkel.
Biaya berikut yang terjadi pada bengkel adalah:
Salaries and wages
Power
Depreciation
Machine tools
Cleaning material
Rent
Maintenance
£50100
9000
14000
17000
3400
5400
25000
----------£123900
Informasi tambahan berikut diberikan:
Salary and wages
Seorang supervisor berpenghasilan £5100 per bulan
dipekerjakan untuk melihat keseluruhan departemen. Staf
menyarankan dan masing-masing gaji rata-rata per operator
adalah sebagai berikut:
Penggergajian
(3)
2000
Bubut
(6)
3000
Pengeboran
(8)
2625
Setiap operator ditempatkan pada satu mesin. Biaya
yang berhubungan dengan orang kedua akan tetap sama
seperti contoh 3.1 (yaitu £320 per orang)
Power
Biaya kelistrikan terdiri dari biaya kapasitas listrik
(KVh) sebesar £6000 dan biaya konsumsi (KWH) sebesar
£3000. Penggergajian mempunyai kapasitas maksimum
sebesar 3000 KVh, kemudian bubut mempunyai kapasitas
6000 KVh dan pengeboran 1000 KVh. Keadaan ini
dipertimbangkan sebagai dasar yang adil untuk
penulusuran biaya KVh atas mesin. Konsumsi didasarkan
pada jam pengoperasian yang ditaksir sebagai berikut:
Gergaji (820 batches)
400 jam
(7,5 Kw/hr)
Bubut
900 jam
(10 Kw/hr)
Mesin bor
1200 jam
(15 Kw/hr)
Depreciation
Menurut pencatat harta tetap adalah sebagai
berikut:
Gergaji
4000
Bubut
8000
Mesin bor
2000
Machine tools expensed
Data peralatan mesin dibuat selama bulan:
Gergaji
3500
Bubut
8500
Mesin bor
5000
Cleaning material and rent
Menurut pengawas bengkel luas lantai yang
ditempati oleh berbagai mesin adalah sama dan
jumlah bahan pembersih yang dihabiskan per
mesin adalah hampir sama.
Maintenance
Sistem perawatan terencana merupakan
biaya operasi dan perawatan yang dibebankan ke
bengkel berdasarkan jam pengoperasian.
Tujuan sistem ABC adalah:
1. Menentukan biaya manufaktur produk
pada departemen ini (25000 produk
yang benar-benar dibuat.
2. Hitung semua bentuk buangan
(wastage) yang terjadi.
Prosedur untuk mencapai tujuan ini adalah:
1. PERHITUNGAN BIAYA PRODUK
Step 1 – Determination of activity cost matrix (ACM)
Sebelum ACM dibuat kegiatan yang relevan perlu
didefinisikan. Pada contoh diatas adalah beralasan
bahwa kegiatan berikut harus didefinisikan:
Primary activities
• Cutting
• Turning
– set-up (10%)
– operating (90%)
• Drilling
Secondary activities
• Supervision
• Personnel
– set-up (10%)
– operating (90%)
• Drilling
ACTIVITY COST MATRIX (Primary activities only)
Turning Set-up
Turning Op.
hrs
10%
90%
6000
1800
16200
21000
-KVh
1800
360
3240
600
-KWH
300
90
810
1800
Depreciation
4000
800
7200
2000
Machine tools
3500
0
8500
5000
Cleaning material
600
0
1200
1600
Rent
900
180
1620
2700
Maintenance
4000
0
9000
12000
Primary Cost
21100
3230
47770
46700
Cost element
Salaries
Cutting
Drilling
Power
Catatan: masih diperdebatkan bahwa peralatan mesin dan bahan pembersih
hanya akan diperlukan bilamana mesin dioperasikan dan tidak diperlukan
selama set up.
Step 2 – Determination of output measures
Cutting
Dapat diperdebatkan bahwa jumlah batch mungkin
merupakan pengukuran output. Haruslah jumlah
batch yang sama besarnya yang harus dibuat, jumlah
batch mungkin berkolerasi dengan jumlah mesin.
Batch yang tidak benar-benar digunakan akan
menghasilkan buangan dan harus diukur secara
terpisah, apabila keadaan ini sering terjadi batch
terencana untuk 1 bulan adalah 3 mesin x 160 x 2
(batch per jam) = 990 batch.
Turning setup
Pengukuran output dalam hal ini adalah jumlah setup yang
paling memungkinkan. Jumlah setup sebesar 10% dari (6 x
160 jam) = 96 jam atau 480 set up.
Turning operating hours
Pengukuran output adalah jumlah jam mesin yang
memungkinkan sebesar 90% dari 960 yaitu 864 jam operasi.
Drilling
Pengukuran output adalah jumlah lobang yang mungkin dibuat.
Kapasitas pelobangan adalah 8 mesin x 160 jam/mesin x 60
lobang/jam = 76800 lobang. Angka ini juga dapat dinyatakan
dalam bentuk jam mesin.
Personnel Cost
Sama dengan contoh sebelumnya merupakan
jumlah orang yang dipekerjakan dalam setiap
aktivitas.
Supervisory Cost
Paling mungkin berkaitan dengan jumlah
orang
yang
diawasi
(kadang-kadang
kompleksitas tugas yang dikerjakan).
Step 3 – Calculation of activities rates
Primary cost rates
Sama dengan contoh sebelumnya activities
rates dapat ditentukan sebagai berikut:
Cutting
Turning set up
Turning operating hours
Drilling
21100/960 = £21,98 / batch
3230/480
= £ 6,73 / batch
47770/864 = £55,29 / batch
46700/76800 = £ 0,608 / batch
Combined cost rates
Activity
Primary
cost
Personnel
cost
Supervision
cost
Total cost
Output
measure
Combined
rate
Cutting
£21100
£963
£900
£22963
960
£23,92
Turning s/u
3230
193
180
3603
480
7,51
Turning op
47770
1733
1620
51123
864
59,17
Drilling
46700
2568
2400
51668
76800
0,67
£118800
£5457
£5100
£129357
Step 4 – Compilation of bill of
activities
•
Daftar kegiatan untuk 1 produk akan ditentukan oleh pengamatan konsumsi
kegiatan oleh produk. Keadaan ini dapat berupa sebagai berikut:
Per batch (50)
25000 units
Cutting
1 batch
500 batches
Turning s/u
1 set-up
500 set-ups
Turning op
1,67 hours (50x2/60)
833 hours (25000x2/60)
Drilling
3 hoes x 50
75000 holes (25000x3holes)
Step 5 – Calculation of Product Cost
• Cost of product X
25000
units
per batch (50)
Material cost
Cutting
Turning s/u
25000 x 2 units @£5,19
519
500 batches @ £23,92
23,92
7,51
259500
11960
500 x £7,51
3755
Turning op hr
98,62
1,67x£59,17)
833 x £59,17
49289
Drilling
100,5
(50x3x67p)
75000 x p67
50250
Cost of 25000units
units
Cost per units £
749,55
374754
50
25000
14,99
14,99
2. CALCULATION OF WASTAGE
Perhitungan buangan merupakan unsur yang sangat penting didalam
sistem ABC & M. buangan dapat berupa material, tenaga kerja,
kapasitas atau lain-lain. Dalam hal ini buangan di ukur dalam bentuk
kapasitas. Biaya dihitung sebagai berikut:
(960-50) x £23,92
1103
- set-up
(480-500) x £7,51
-150
-operating
(864-833)x £59,17
1834
(76800-75000)x67p
1206
Bandsaws
Lathes
Driling Machine
Total capacity wastage
Per unit
13983
(÷25000)
0.56p
• Hal ini menyatakan bahwa 56p per produk
hilang akibat kapasitas yang terbuang
maka
biaya
produk
sebenarnya
£14,99+56p=£15,55.
• Direkomendasikan
bahwa
sistem
pembiayaan menghitung dengan dan
tanpa buangan. Keadaan ini menarik
perhatian
manajemen
terhadap
penghematan biaya apabila buangan di
eliminasi.
Perbaikan
•
•
•
•
•
Material cost
Total cost (per contoh)
Biaya personil (17xR321)
Biaya 25000 unit
Biaya per unit
£129500
123900
5457
388857
£ 15,55
Kesimpulan
Bab ini menjelaskan perhitungan biaya dari 2 objek biaya
penting yaitu bahan baku dan produk manufaktur juga
menjelaskan sifat biaya (langsung, teruku dan tidak
terukur) dan menggambarkan bagaimana perbedaan
bentuk biaya yang diperlakukan dalam sistem ABC. Bagian
ini menjelaskan dasar-dasar prinsip ABC yaitu aktivitas
mengkonsumsi sumber dan produk mengkonsumsi
aktivitas. Prinsip ini kemudian digunakan dalam langkahlangkah yang jelas untu melakukan perhitungan biaya bagi
kedua objek biaya. Sistem ABC juga menunjukkan bahwa
biaya yang pada sistem tradisional dipertimbangkan
sebagai general overhead yang pada kenyataannya dapat
diukur ke objek biaya seperti material dan produk
Download