MENGENAL TANAMAN TRANSGENIK (bag. 6) Memanfaatkan Perbedaan Urutan DNA pada Sekelompok Individu Dalam ilmu bioteknologi, urutan DNA menjadi salah satu landasan utama untuk dimanfaatkan dalam perbaikan individu seperti tanaman. Perbedaan pada urutan DNA umumnya menandakan adanya perbedaan sifat/karakter individu. Teknik yang digunakan untuk melihat variasi genetik atau perbedaan individu pada tingkat DNA ini disebut genotyping. Seberapa panjang DNA itu berbeda untuk mengetahui bahwa individunya memiliki karakter yang berbeda? Kadang satu perbedaan basa dalam urutan DNA dapat membedakan karakter individu. Misalkan adanya perbedaan satu basa pada urutan DNA dalam genom tanaman padi yang berhubungan dengan berat gabah (Mammadov et al., 2012). Bila pada urutan kesekian basa adalah G maka berat gabah akan diatas x gram. Namun bila basa pada individu lain pada urutan yang sama adalah T, maka berat gabah berada dibawah x gram. Inilah yang dinamakan dengan SNP atau (single nucleotide polymorphism atau polimorfisme pada satu nukleotida). Satu nukleotida ini mampu membedakan karakter suatu individu. Hal ini akan sangat bermanfaat sekali. Dalam bidang pemuliaan, perbedaan nukleotida ini digunakan untuk melakukan seleksi pada tanaman dengan karakter tertentu. Proses seleksi pada pemuliaan tradisional dapat dipercepat dengan bantuan teknologi SNP ini. Sebanyak kurang lebih 700 sampel dapat dianalisa dalam waktu setengah hari. Caranya pun tidak termasuk hal yang sulit dilakukan. Salah satu metode yang digunakan adalah dengan High-Resolution Melting (HRM). Analisa HRM merupakan teknik baru yang menganalisa kurva melting (denaturasi DNA) setelah polymerase chain reaction (PCR). Keunggulan dari HRM adalah kemudahan eksperimen dan kecepatan waktunya karena fragmen yang diamplifikasi pada PCR berukuran kecil (sekitar 50-250 basa), dengan tambahan waktu melting yang berkisar 2 menit. HRM dapat membedakan urutan DNA termasuk komposisinya, panjangnya, GC content, dan perbedaan sekecil satu basa (Reed dan Wittwer, 2004; Liew et al., 2004). Kelebihan HRM yang high-throughput ialah dapat digunakan pada kegiatan-kegiatan seperti skrining heterozigositas, SNP genotyping, identifikasi mutasi, DNA fingerprinting, studi metilasi DNA (Graham et al., 2005; Margraf et al., 2006). Kegunaannya dalam melihat variasi genetik tersebut membuat HRM bermanfaat dalam studi kasus seperti kerentanan terhadap suatu penyakit, mengidentifikasi spesies, diversitas mikroba (virus atau bakteri) dan studi kasus lainnya (Vaughn dan Elenitoba-Johnson, 2004; Slinger et al., 20007; Zhang et al., 2014). Daftar Pustaka Graham, R., M. Liew, C. Meadows, E. Lyon, dan C. T. Wittwer. 2005. Distinguishing different DNA heterozygotes by high-resolution melting. Clin. Chem. 51 (7): 1295-1298. Liew, M., R. Pryor, R. Palais, C. Meadows, M. Erali, E. Lyon dan C. Wittwer. 2004. Genotyping of single-nucleotide polymorphisms by high-resolution melting of small amplicons. Clin. Chem. 50 (8): 1156-1164. Mammadov, J., R. Aggarwal, R. Buyyarapu, dan S. Kumpatla. 2012. SNP markers and their impacts on plant breeding. Int. J. Plant Genomics. 2012: 1-11. Margraf, R. L., R. Mao, dan C. T. Wittwer. 2006. Masking selected sequence variation by incorporating mismatches into melting analysis probes. Hum. Mutat. 27 (3): 269-278. Reed, G. H dan C. T. Wittwer. 2004. Sensitivity and specificity of single-nucleotide polymorphism scanning by high-resolution melting analysis. Clin. Chem 50 (10): 1748-1754. Slinger, R., D. Bellfoy, M. Desjardins, dan F. Chan. 2007. High-resolution melting assay for the detection of gyrA mutations causing quinolone resistance in Salmonella enterica serovars Typhi and Paratyphi. Diagn. Microbiol. Infect. Dis. 57: 455-458. Vaughn, C. P dan K. S. Elenitoba-Johnson, 2004. High resolution melting analysis for detection of internal tandem duplications. J. Mol. Diagn., 6 (3): 1847-1854. Zhang, T., L. X. Yu, P. McCord, D. Miller, S. Bhamidimarri, D. Johnson, M. J. Monteros, J Ho, P. Reisen, dan D. A. Samac. 2014. Identification of molecular markers associated with Verticillium wilt resistance in alfalfa (Medicago sativa L.) using high-resolution melting. PLoS One 9 (12) e115953.