ANALISIS VERIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI

advertisement
http://www.karyailmiah.polnes.ac.id
ANALISIS VERIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI RETURN On
EQUITY (ROE) PERUSAHAAN TAMBANG YANG
GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA
H. Mat Juri
(Staf Pengajar Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda)
Abstrak
Salah satu indikator kemakmuran dari pemegang saham dapat dilihat dari Return On
Equity (ROE). Melalui ROE, dapat diketahui seberapa besar tingkat efisiensi dan efektivitas
dari kinerja investasi, operasi dan pendanaan dari perusahaan. Selanjutnya, kajian ilmiah dari
tulisan ini adalah ingin mengkaji apakah faktor internal, seperti Total Debt to Equity, Total
Assets Turnonver , Net Profit Margin dan faktor eksternal berupa: Inflasi, Produk domestik
bruto dan Kurs US$, secara simultan mempengaruhi Return On Equity (ROE) perusahaan
tambang yang go publik di Bursa Efek Indonesia. Kajian berikutnya adalah Faktor-faktor
manakah yang dominan mempengaruhi Return On Equity (ROE) perusahaan tambang yang
go publik di Bursa Efek Indonesia.
Hasil pembahasan menunjukkan bahwa secara keseluruhan, variabel bebas secara
simultan (bersama-sama) dengan menggunakan uji F, mempunyai pengaruh signifikan
terhadap Return On Equity, di Perusahaan tambang yang go publik di BEI seperti terlihat
pada tabel 5.9. di mana dengan nilai Fhitung sebesar 25,381 dan tingkat signifikansi 0,000 atau
0,000 % lebih kecil dari 5%. Sehingga hipotesis pertama diterima. Berdasarkan hasil regresi
dengan menggunakan uji t atau secara parsial, ternyata bahwa: total debt to equity, total
assets turnover, net profit margin dan PDB, sebagai variabel bebas yang berpengaruh
secara signifikan terhadap Retun On Equity, di Perusahaan tambang yang go publik di BEI,
Berdasarkan hasil regresi di atas, maka hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian yaitu
―bahwa hanya total debt to equity berpengaruh dominan terhadap Return on Equity‖ , maka
hipotesis kedua ditolak. Sedangkan Koefisien determinan (R2) = 0,701 berarti variabel variabel bebas (total debt to equtiy, total assets turnover, net profit margin, Inflasi, PDB dan
Kurs US$), menjelaskan variasi-variabel terikat (Return to Equity) sebesar 70,1% sedangkan
29,9% dijelaskan oleh variabel yang lain.
Kata kunci : ROE, Total Debt to Equity, Total Assets Turnonver , Net Profit Margin, Inflasi, Produk
domestik bruto dan Kurs US$,
PENDAHULUAN
Kinerja Keuangan perusahaan, adalah hal
yang sangat penting terutamanya bagi pemilik
perusahaan yaitu pemegang saham, karena modal
yang
ditanamkan
berupa
uang
yang
diinvestasikannya diharapkan dapat memberikan
imbal
hasil
yang
sepadan
secara
berkesinambungan. Kepada kinerja perusahaan
yang baik pemilik modal manaruh kepercayaannya.
Karenanya tugas utama manajemen atau para
manajer pada intinya adalah meningkatkan nilai
(value) bagi para pemegang saham. Semakin
meningkat nilai bagi pemegang saham menjadi
penting pula bagi para manajer sendiri karena ia
Riset / 1401
dapat memberikan nilai positif bagi kompensasi
maupun kariernya sehingga akan meningkatkan
motivasi baginya untuk senantiasa dapat membuat
keputusan yang berdampak kepada penciptaan
nilai. Selanjutnya akan menjadi sangat penting pula
untuk adanya suatu pengukuran kinerja yang
representatif atas penciptaan nilai tambah, yang
dapat
memberikan
gambaran
nyata
bagi
manajemen maupun pemegang saham akan ada
atau tidaknya penciptaan nilai tambah tersebut.
Untuk mengetahui kamampuan dalam
mengelola modal yang disetor oleh para investor
dalam rangka kemajuan perusahaan, perlu adanya
pengukuran
terhadap
kinerja
keuangan
perusahaan.
Berbagai
aspek
perlu
JURNAL EKSIS
Vol.6 No.1, Maret 2010: 1267 – 1266
dipertimbangkan dalam pengukuran kinerja ini,
terutama
harapan
dari
pihak-pihak
yang
menginvestasikan dananya.
Hal ini untuk
mengetahui sejauh mana perusahaan mampu
mengelola dana yang berasal dari investor atau
pemegang saham, dengan menilai dari seberapa
besar capital gain yang dapat dihasilkan oleh
perusahaan. Semakin tinggi tingkat capital gain
yang diberikan oleh perusahaan kepada investor
maka akan semakin tinggi nilai perusahaan yang
tercermin dalam nilai saham di bursa efek. Kondisi
ini biasanya terjadi pada perusahaan yang go
public atau Perusahaan Terbuka (Tbk), yang
menjual saham di pasar modal atau bursa efek.
Salah satu indikator kemakmuran dari
pemegang saham dapat dilihat dari Return On
Equity (ROE). Melalui ROE, baik pihak manajemen
maupun investor dapat melihat seberapa besar
tingkat efisiensi dan efektivitas dari kinerja
investasi, operasi dan pendanaan dari perusahaan.
Tingkat efisiensi dan efektivitas dari ketiga kinerja
tersebut dapat diketahui.
Sebagai informasi, bahwa selama kurun
waktu 8 tahun terakhir, perusahaan tambang yang
go publik di Bursa Efek Indonesia mempunyai
perkembangan ROE (Return On Equity) sebagai
berikut: Rata-rata ROE untuk (1) PT. Aneka
Tambang, sebesar 27,36%, (2) PT. Bukit Asam,
sebesar 20,02%, (3) PT. Timah, sebesar 14,22%,
(4) PT. Medco, 12,17%, (5) PT. Inco, sebesar
23,62%, (6) PT. Energi Mega Persada, sebesar
13,12%, (7) PT. Citatah, sebesar 55,98%, (8) PT.
Central Korporindo, sebesar 0,16%, (9) PT. Bumi
Recourses, sebesar 42,16% dan (10) PT.
Apexindo, sebesar 7,50%.
Dari rata-rata ROE di atas, diketahui
bahwa perusahaan tambang yang mempunyai
ROE tertinggi, adalah PT. Citatah, yakni 55,98%
namun karena perolehan ROE sangat ekstrim
selama 8 tahun ini (kadang plus, kadang minus),
sehingga jika dianalisis akan mengganggu
perhitungan dan hasil kesimpulan bias, sehingga
nantinya PT. Citatah tidak dianalisis, sehingga ratarata ROE tertinggi sesungguhnya dari table 1.1. ini
adalah PT. Bumi Recourses, sebesar 42,16% dan
ROE terendah adalah PT. Central Korporindo,
sebesar 0,16%.
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
secara simultan terhadap ROE (return on
equity) perusahaan tambang yang go publik di
Bursa Efek Indonesia.
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
secara dominan terhadap ROE (return on
equity) perusahaan tambang yang go publik di
Bursa Efek Indonesia.
Dimana penelitian ini dibatasi dengan
Kurun waktu yang digunakan yaitu sistem tahunan
yaitu dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2007
pada perusahaan tambang yang go public di Bursa
JURNAL EKSIS Vol.6 No.1, Maret 2010: 1100 – 1266
Efek di Indonesia. Penelitian ini hanya dilakukan
pada 9 (sembilan) sebagai sampel dari 10
(sepuluh) perusahaan tambang yang go publik di
Indoensia yaitu: (1) PT Aneka Tambang (ANTM),
(2) PT Bukit Asam (PTBA), (3) PT. Timah (TINS),
(4) PT. Medco Energi Internasional (MEDC), (5)
PT. International Nickel Indonesia (INCO), (6) PT.
Energi Mega Persada (ENRG), (7) PT. Central
Korporindo (CNKO),
(8) PT. Bumi Resourses
(BUMI) dan (9) PT. Apexindo Pratama Duta
(APEX).
PT. Citatah dikeluar untuk tidak dianalisis
dalam penelitian ini karena Laporan Keuangan
selama waktu penelitian, antara tahun 2000 sampai
tahun 2007 datanya sangat ekstrim dalam arti
terjadi plus dan minus, sehingga akan mengganggu
perhitungan, analisis dan kesimpulan. Penelitian ini
menyangkut
bidang
keuangan
perusahaan
khususnya analisis laporan keuangan yang berupa:
Laporan Neraca dan Laporan rugi laba perusahaan
tambang yang go publik
di
Bursa
Efek
Indonesia dari
tahun
2000 sampai dengan
2007.
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Manajemen Keuangan
Definisi Manajemen Keuangan Menurut
Suad Husnan (1995 : 4) adalah
manajemen
terhadap fungsi-fungsi keuangan, sedangkan
fungsi merupakan kegiatan utama yang harus
dilakukan oleh mereka yang bertanggung jawab
dalam bidang tertentu, dimana kegiatan utama
(fungsi) keuangan adalah menggunakan dan
mendapatkan dana. Menurut Agus Sartono (1997 :
8) Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai
manajemen dana baik yang berkaitan dengan
pengalokasian dana dalam berbagai bentuk
investasi
secara
efektif
maupun
usaha
pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi
atas pembelanjaan secara efisien. Sedangkan
Definisi manajemen keuangan menurut Bambang
Riyanto (2001 : 4) adalah keseluruhan aktivitas
yang
bersangkutan
dengan
usaha
untuk
mendapatkan dana dan menggunakan atau
mengalokasikan dana tersebut.
Dari definisi di atas dapat diambil simpulan
bahwa fungsi-fungsi manajemen bukan hanya
untuk mendapatkan dana yang cukup untuk
aktivitas perusahaan,
tetapi
juga
meliputi
bagaimana perusahaan dalam mengalokasian
dana tersebut dalam berbagai bentuk investasi
secara efektif.
2.
Kinerja Keuangan Perusahaan
Pengukuran kinerja merupakan faktor yang
sangat penting bagi perusahaan. Untuk melihat
tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuannya,
diperlukan suatu ukuran dari hasil kerja. Hasibuan
(1998:3) menyatakan bahwa ukuran hasil kerja ini
Riset / 1402
http://www.karyailmiah.polnes.ac.id
juga sering disebut kinerja. Secara umum kinerja
perusahaan dapat diukur dari 3 aspek utama yaitu:
keuangan operasional, dan administrative. Khusus
untuk pengukuran kinerja dari aspek keuangan,
biasanya digunakan indicator yang berkaitan
dengan aspek keuangan itu sendiri seperti aspek
likuiditas, leverage, profitabilitas, dan aktivitas.
Menurut
Umar
(2002:18),
kinerja
perusahaan adalah hasil dari semua keputusan
manajemen yang dilakukan secara terus-menerus,
oleh karena itu untuk menilai kienrja perusahaan
perlu mengaitkannya dengan kinerja keuangan
kumulatif dan ekonomi dari keputusan-keputusan
itu.
Analisis kienrja keuangan ini didasarkan
pada data keuangan yang dipublikasikan, seperti
tercermin dalam laporan keuangan yang dibuat
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim
digunakan. Jadi, kinerja adalah suatu alat untuk
mengetahui kesehatan suatu perusahaan dan alat
utama
untuk mengetahui
sehatnya suatu
perusahaan adalah Laporan Keuangan.
Laporan Keuangan
Pengertian laporan keuangan menurut
Munawir (2001 : 5) adalah dua daftar yang disusun
oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu
perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca
atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan
atau daftar rugi-laba. Pada waktu akhir-akhir ini
sudah menjadi kebiasaan bagi perseroanperseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu
daftar surplus atau daftar laba yang tidak dibagikan
atau laba yang ditahan. Pengertian laporan
keuangan menurut Baridwan (2004 : 17)
merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan
yang
terjadi
selama
tahun
buku
yang
bersangkutan. Selanjutnya menurut Djarwanto
(2004 : 5) pengertian laporan keuangan adalah
adalah hasil tindakan pembuatan ringkasan data
keuangan perusahaan. Laporan ini disusun dan
ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan
pihak-pihak lain yang menaruh perhatian atau
mempunyai kepentingan dengan data keuangan
perusahaan.
Analisis Laporan Keuangan
Pengertian analisa laporan keuangan
menurut, Syafri Harahap (2007b : 190) Analisa
laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos
laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih
kecil dan melihat hubungannya yang bersifat
signifikan atau yang mempunyai makna antara satu
dengan yang lain baik antara data kuantitatif
maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk
mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang
sangat penting dalam proses menghasilkan
keputusan yang tepat. Sedangkan menurut Robert
F.Hasely (2005 : 3) adalah aplikasi dari alat dan
teknik analitis untuk laporan keuangan bertujuan
Riset / 1403
umum dan data-data yang berkaitan untuk
menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang
bermanfaat dalam analisis bisnis. Menurut
Soemarso (2000 : 24) Analisa laporan keuangan
adalah
menghubungkan
angka-angka yang
terdapat dalam laporan keuangan dengan angka
lain atau menjelaskan arah perubahan (trend) nya.
Untuk mengadakan analisis laporan
keuangan, dua metode analisis yang digunakan
adalah:
1. Analisis Horizontal (metode analisis dinamis)
adalah
analisa
dengan
mengadakan
perbandingan laporan keuangan untuk
beberapa periode atau beberapa saat,
sehingga akan diketahui perkembangannya.
2. Analisis Vertikal (metode analisis statis) yaitu
apabila laporan keuangan yang dianalisa
hanya meliputi satu periode atau satu saat
saja, yaitu dengan memperbandingkan antara
pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam
laporan keuangan tersebut, sehingga akan
diketahui keadaan keuangan atau hasil
operasi pada saat itu saja.
Return On Equity (ROE)
Salah satu indikator kemakmuran dari
pemegang saham dapat dilihat dari Return On
Equity (ROE). Melalui ROE, baik pihak manajemen
maupun investor dapat melihat seberapa besar
tingkat efisiensi dan efektivitas dari kinerja
investasi, operasi dan pendanaan dari perusahaan,
Tingkat efisiensi dan efektivitas
Menurut Suad Husnan (2004 : 73) Return
On Equity (ROE) adalah rasio untuk mengukur
seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak
pemilik modal sendiri. Sedangkan Menurut Syafri
Haraha (2007b : 305) Return On Equity (ROE)
adalah rasio yang menunjukkan berapa persen
diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik.
Return on Equity (ROE) dipengaruhi oleh
tiga faktor seperti dikemukakan oleh Lukman
Syamsudin adalah sebagai berikut:
1. Total Assets Turnover adalah rasio yang
menunjukkan tingkat efisien penggunaan
keseluruhan aktiva perusahaan didalam
menghasilkan volume penjualan tertentu,
Syamsuddin (2007 : 62). sedangkan menurut
Bambang (1995 : 334) adalah perbandingan
antara Penjualan netto dengan Jumlah aktiva,
adalah kemampuan modal yang diinvestasikan
untuk menghasilkan revenue, dengan rumus
Penjualan netto/Jumlah aktiva.
2. Net Profit Margin adalah rasio antara laba
bersih (net profit) yaitu penjualan sesudah
dikurangi dengan seluruh expenses termasuk
pajak dibandingkan penjualan, Syamsuddin
(2007 : 62). sedangkan pendapat Bambang
(1995 : 336) adalah keuntungan netto per
rupiah penjualan, dengan rumus: Keuntungan
netto setelah pajak/Penjualan netto.
JURNAL EKSIS
Vol.6 No.1, Maret 2010: 1267 – 1266
3. Leverage adalah sebuah indikasi sejauh mana
suatu perusahaan menggunakan dana pihak
luar untuk membeli aktiva. Skousen (2005 :
786)
Total Debt to Equity Ratio (TODER)
Menurut Agnes Sawir (2005 : 13) Total
Debt to Equity merupakan salah satu alat dari
Leverage, adalah ratio yang menggambarkan
perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan
perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal
sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi
seluruh
kewajibannya,
sedangkan
menurut
Bambang Riyanto (1995 : 333) adalah bagian dari
setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan
untuk seluruh hutang.
Inflasi
Inflasi menurut Siegel (1999 : 253), inflasi
merupakan kenaikan harga secara terus-menerus.
Menurut Subri (2003 : 21) inflasi adalah suatu
keadaan nilai uang menurun secara terbuka, akibat
kenaikan harga-harga barang.
Penyebab Inflasi
Fahmi (2006 : 80) menyebutkan bahwa
penyebab inflasi, ada 3 faktor yaitu (1) inflasi
struktural (structural inflation) yaitu usatu keadaan
yang ditimbulkan oleh bertambahnya volume uang,
karena pergeseran struktur ekonomi, yaitu
pergerakan faktor-faktor produksi dari sektor non
industri ke sektor industri., (2) cost push inflation
yaitu inflasi yang disebabkan karena didorong oleh
biaya, hal ini disebabkan kebijakan perusahaan
yang menaikkan harga barang dagangannya
karena implikasi dari kenaikan biaya internal seperti
kenaikan upah, suku bunga dan mengharapakan
laba lebih tinggi dan (3) demand full inflation inflasi
yang didorong karena permintaan, yaitu inflasi yang
disebabkan
faktor
kenaikan
pendapatan
masyarakat atau karena ketakutan akan terjadi
kenaikan
harga
terus-menerus
sehingga
masyarakat memborongnya.
Inflasi dapat digolongkan menjadi 4
(empat) golongan, yaitu inflasi ringan, sedang,
berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila
kenaikan harga berada di bawah angka 10%
setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun;
berat antara 30%—100% setahun; dan hiperinflasi
atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan
harga berada di atas 100% setahun.
Berdasarkan
asalnya,
inflasi
dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal
dari dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar
negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri misalnya
terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja
yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru
dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan
makanan menjadi mahal. Sementara itu, inflasi dari
luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai
akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa
JURNAL EKSIS Vol.6 No.1, Maret 2010: 1100 – 1266
terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri
tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang.
Berdasarkan keparahannya inflasi juga
dapat dibedakan :
 Inflasi ringan (kurang dari 10% / tahun)
 Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% /
tahun)
 Inflasi berat (antara 30% sampai 100% /
tahun)
 Hiperinflasi (lebih dari 100% / tahun)
Inflasi
diukur
dengan
menghitung
perubahan tingkat persentase perubahan sebuah
indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya:
Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price
index (CPI), adalah indeks yang mengukur harga
rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh
konsumen. Indeks biaya hidup atau cost-of-living
index (COLI).
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan
berkurangnya
investasi
di
suatu
negara,
mendorong kenaikan suku bunga, mendorong
penanaman modal yang bersifat spekulatif,
kegagalan
pelaksanaan
pembangunan,
ketidakstabilan
ekonomi,
defisit
neraca
pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan
dan kesejahteraan masyarakat.
Pendapatan Nasional
Menurut Suparmoko (1994 : 11), PDB
adalah jumlah nilai tambah bruto dari semua sektor
dan diperoleh sebagai selisih antara nilai produk
bruto yang dinilai atas dasar harga yang diterima
oleh produsen, dikurangi pemakaian bahan baku
dan penolong yang dinilai atas dasar harga
pembelian. PDB merupakan salah satu metode
untuk menghitung pendapatan nasional.
PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan
semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam
wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu
(biasanya per tahun). PDB berbeda dari produk
nasional bruto karena memasukkan pendapatan
faktor produksi dari luar negeri yang bekerja di
negara tersebut. Sehingga PDB hanya menghitung
total
produksi
dari
suatu
negara tanpa
memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan
dengan memakai faktor produksi dalam negeri atau
tidak. Sebaliknya, PNB memperhatikan asal usul
faktor produksi yang digunakan (Wikipedia, 2007)
PDB Nominal (atau disebut PDB Atas
Dasar Harga Berlaku) merujuk kepada nilai PDB
tanpa memperhatikan pengaruh harga. Sedangkan
PDB riil (atau disebut PDB Atas Dasar Harga
Konstan) mengoreksi angka PDB nominal dengan
memasukkan pengaruh dari harga.
PDB dapat dihitung dengan memakai dua
pendekatan, yaitu pendekatan pengeluaran dan
pendekatan pendapatan. Rumus umum untuk PDB
dengan pendekatan pengeluaran adalah:
PDB =
konsumsi + investasi + pengeluaran
pemerintah + ekspor -impor
Riset / 1404
http://www.karyailmiah.polnes.ac.id
Di mana konsumsi adalah pengeluaran
yang dilakukan oleh rumah tangga, investasi oleh
sektor usaha, pengeluaran pemerintah oleh
pemerintah, dan ekspor dan impor melibatkan
sektor luar negeri.
Sementara
pendekatan
pendapatan
menghitung pendapatan yang diterima faktor
produksi:
PDB = sewa + upah + bunga + laba
Di mana sewa adalah pendapatan pemilik
faktor produksi tetap seperti tanah, upah untuk
tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba
untuk pengusaha.
Secara teori, PDB dengan pendekatan
pengeluaran dan pendapatan harus menghasilkan
angka yang sama. Namun karena dalam praktek
menghitung PDB dengan pendekatan pendapatan
sulit
dilakukan
(karena
orang/perusahaan
menganggap pendapatan sesuatu yang perlu
dirahasiakan, karena berhubungan dengan pajak
dan sebagainya), maka yang sering digunakan
adalah dengan pendekatan pengeluaran.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Return on
Equity (Kinerja Perusahaan)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
keuangan (ROE) adalah inflasi, di mana inflasi ini
akan berdampak dan mempengaruhi
hal-hal
sebagai berikut: J. Fred Weston (1986 : 12)
1. tingkat bunga
2. sulitnya menyusun perencanaan
3. permintaan akan modal
4. menurunnya harga
5. perencanaan investasi
6. problem akuntansi
Ukuran kinerja perusahaan (performance
measures), menurut Weston (1995 : 239)
a. Rasio probabilitas
 laba operasi bersih (NOI)/penjualan
 NOI/total aktiva
 NOI/total modal
 laba bersih (NI)/penjualan
 NI/Ekuitas atau (ROE = Return on Equity =
hasil pengembalian atas ekuitas)
 perubahan NOI/perubahan total modal
 perubahan NI/perubahan ekuitas
b. Rasio pertumbuhan
 penjualan
 NOI
 laba bersih
 laba persaham
 deviden persaham
c. ukuran penilaian
 harga/laba
 nilai pasar ekuitas/nilai buku ekuitas
 hasil deviden+keuntungan modal (hasil
pengembalian pemegang saham
Riset / 1405
Return on Equity (ROE) = Laba bersih
setelah pajak/ekuitas pemegang saham, Weston
(1995 : 599)
Lingkungan
eksternal
mempengaruhi
perusahaan (organisasi) dengan dua cara.
Pertama, kekuatan dapat mendikte formasi suatu
kelompok yang akhirnya menjadi pihak yang
berkepentingan.
Kedua, elemen eksternal
menciptakan iklim kerja perusahaan. Faktor-faktor
eksternal yang mempengaruhi Kinerja perusahaan
itu adalah, stoner (1996 : 75)
1) Variabel sosial (demografi, gaya hidup dan
nilai-nilai sosial),
2) Variabel ekonomi meliputi:
 Pendapatan dan produk Nasional (produk
domestik bruto (PDB),
pendapatan
perorangan,
pengeluaran
konsumsi
perorangan)
 Harga, upah dan produktivitas (tingkat
inflasi, upah rata-rata/jam dan tingkat
pengangguran)
 Transaksi Internasinal (kurs mata uang,
Neraca perdagangan dan investasi luar
negari)
3) Variabel politik (iklim politik, undang-undang
perusahaan)
4) Variabel Teknologi (kemajuan teknologi,
inovasi).
Hipotesis
1) Diduga faktor internal yaitu: Total Debt to
Equity (X1), Total Assets Turnonver (X2), Net
Profit Margin (X3) dan faktor eksternal yaitu:
Inflasi (X4), Produk domestik bruto (X5), Kurs
US$ (X6) berpengaruh secara simultan
terhadap Return on Equity Perusahaan
Tambang yang go publik di Bursa efek
Indonesia.
2) Diduga bahwa faktor: Total Debt to Equity (X1)
berpengaruh dominan dibandingkan faktor:
Total Assets Turnonver (X2), Net Profit Margin
(X3), Inflasi (X4), Produk domestik bruto (X5),
Kurs US$ (X6) terhadap Return on Equity
Perusahaan Tambang yang go publik di Bursa
efek Indonesia.
METODE PENELITIAN
Identifikasi Variabel
Penelitian ini bersifat analitis, yang
menganalisis pengaruh kinerja keuangan yang
diukur melalui ROE (Return on Equity) pada
perusahaan tambang yang telah go publik di Bursa
Efek Indonesia, dari populasi 10 (sepuluh)
perusahaan, hanya diambil sampel sebanyak
perusahaan 9 (sembilan) perusahaan yang
mempunyai Laporan keuangan yang konsisten,
tidak ekstrim dan sesuai dengan rancangan
penelitian dengan cara purposive sampling, yaitu
(1) PT Aneka Tambang, (2) PT Bukit Asam, (3),
JURNAL EKSIS
Vol.6 No.1, Maret 2010: 1267 – 1266
PT. Timah, (4) PT. Medco Energi Internasional, (5)
PT. International Nickel Indonesia, (6) PT. Energi
Mega Persada, (7) PT. Central Korporindo, (8) PT.
Bumi Resourses dan (9) PT. Apexindo Pratama
Duta, dari tahun 2000 sampai dengan 2007. untuk
bisa menganalisis kinerja keuangan, maka
ditentukan variabel bebas (variabel independen)
yaitu: Total Debt to Equity (X1), Total Assets
Turnonver (X2), Net Profit Margin (X3), Inflasi (X4),
Produk domistik bruto (X5) dan Kurs US$ (X6),
sedangkan yang menjadi Variabel terikat (variabel
dependen) adalah Return on Equity (ROE).
Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan pooling data
atau data panel, yaitu gabungan antara time series
data (data deret berkala) dan cross section data
(data silang tempat); data cross section yang
dimaksud adalah data perusahaan tambang yang
go public di bursa efek Indonesia. Data yang
digunakan terdiri dari data ROE (return on equity)
tahun 2000 - 2007, total debt to equity tahun 2000 2007, Total Assets Turnover tahun 2000 - 2007,
Net Profit Margin tahun 2000 - 2007, Inflasi tahun
2000 - 2007, Produk Domestik Bruto tahun 2000 2007, dan kurs US$ tahun 2000 - 2007, yang
diperoleh dari:
a. Bursa Efek Indonesia (BEI)
b. Badan Pusat Statistik Pusat
c. Instansi lain yang terkait dengan penelitian.
Prosedur Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dipakai
dalam penelitian ini adalah dokumentasi dari
berbagai publikasi, laporan, buku literatur, jurnal
dan makalah yang mendukung penelitian.
Teknik Analisis Data
Untuk mencapai tujuan penelitian, maka secara
ringkas teknik analisis dapat dilihat pada kerangka
analisis sebagai berikut:
a. Statistik Deskriptif
Untuk mengidentifikasi pengaruh kinerja
keuangan perusahaan tambang yang go public
di BEI, digunakan metode statistik deskriptif
analisis.
b. Uji Statistik
1) Uji t
Uji t berguna untuk melihat pengaruh variabel
bebas secara individu terhadap variabel tidak
bebas, dengan menganggap variabel bebasnya
konstan. Hipotesis yang dapat dipakai sebagai
berikut:
Ho
:
 0
H1
;
 0
JURNAL EKSIS Vol.6 No.1, Maret 2010: 1100 – 1266
Dimana bi merupaka koefisien variabel bebas
dan merupakan nilai parameter hipotesis dan
dianggap = 0, artinya tidak ada pengaruh
variabel xi terhadap y. Bila nilai thitung > ttabel
pada tingkat kepercayaan tertentu H0 ditolak,
hal ini berarti variabel bebas yang diuji
berpengaruh secara nyata terhadap variabel
tidak bebas. Nilai thitung diperoleh dengan rumus
sebagai berikut:
thitung =
dimana
i   / SB
 i = koefisien variabel bebas ke-i
 = nilai hipotesis nol
SB = simpangan
bebas ke-i.
baku
dari
variabel
2) Uji F
Uji F berguna untuk melihat pengaruh variabel
bebas terhadap variabel tidak bebas secara
keseluruhan untuk pengujian F ini digunakan
hipotesis:
Ho
:
i   2  0
(tidak ada pengaruh)
H1
;
i   2  0
(ada pengaruh)
Jika nilai Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak, berarti
variabel
bebas
secara
bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel tidak bebas.
Nilai Fhitung dicari dengan rumus:
Fhitung =
R 2 /( k  1)
(1  R 2 ) /( n  k )
Dimana: R2 = koefisien determinan
k = jumlah variabel
n = jumlah sampel
c. Analisis Regresi
Untuk
menganalisis
pengaruh
variabel
independen terhadap variabel dependen
digunakan analisis regresi linier berganda
dengan metode LSDV (Least Square Dummy
Variable) dengan bantuan paket program
SPSS 12. Adapun model dasar yang di
estimasi adalah sebagai berikut:
dimana:
Y
= ROE (Return on Equity)
Toder
= Total debt to equity rasio
Totur
= Total assets turnover
Riset / 1406
http://www.karyailmiah.polnes.ac.id
NPM
= Net Profit Margin
Inflasi
= Inflasi
PDB
= Produk domestik bruto
Kurs
= nilai tukar rupiah (Rp) terhadap
mata uang dollar Amerika (US$)
0
Karena S2i umumnya tidak diketahui, maka
dapat ditaksir dengan menggunakan residual Ut
sebagai proksi sehingga persamaan menjadi :
LnU 2i    LnXi  vi
Adapun cara melakukan uji Park yaitu;
melakukan regres utama, mendapatkan variable
residual (Ui), selanjutnya mengkuadratkan nilai
residual (U2i), setelah itu menghitung logaritma dari
kuadrat residual kemudian melakukan regresi
dengan Ln U2i sebagai variable depenen terhadap
variable independent.
= Konstanta
1, 2,3, 4,5,6,7,8,9,10,11
= Koefisien
i
= perusahaan tertentu
t
= waktu tertentu
3)
Ui = Standard error (disturbance term)
Bertujuan untuk menguji apakah dalam
suatu model terdapat korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode tertentu pada periode
sebelumnya.
Untuk
mendeteksi
terjadinya
autokorelasi dilakukan melalui Uji Durbin Watson.
Uji ini hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat
satu dengan menyaratkan adanya intersep
(konstanta) dalam model regresi dan tidak ada
variable lag diantara variable independent.
Hipotesis yang akan di uji adalah:
d. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
1) Uji Multikolinearitas
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah di dalam model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas. Pengujian terhadap
ada tidaknya multikolinearitas dalam penelitian ini,
maka dilakukan dengan menggunakan cara melihat
nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation
Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap
variabel independen manakah yang dijelaskan oleh
variabel independen yang lain. Dalam pengertian
sederhana setiap variabel independen menjadi
variabel dependen dan diregres terhadap variabel
independen
lainnya.
Tolerance
mengukur
variabilitas variabel independen yang terpilih yang
tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai
VIF yang tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai
cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan
adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance <
0,1 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Ghozali,
2005). Adapun rumus VIF adalah sebagai beikut:
VIF 
Ho : Tidak ada autokorelasi (r = 0)
H1 : Ada autokorelasi (r  0)
1
(1  R 2 )
e. Prosedur Analisis dan Justifikasi Statistik
2) Uji Heteroskedastisitas
Bertujuan untuk menguji apakah dalam
suatu model terdapat ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain.
Untuk menguji heteroskedastisitas akan dilakukan
melalui uji Park (Gujarati, 2003). Menurut Ghozali
(2005) uji ini mengemukakan metode bahwa
variance (S2) merupakan fungsi dari variablevariabel independent yang dinyatakan dalam
persamaan sebagai berikut:
 2i  Xi
Persamaan ini dijadikan linear dalam
bentuk persamaan logaritma sehingga menjadi:
Ln
Uji Autokorelasi
Pengujian statistik dari model regresi
meliputi uji signifikansi parameter individual(uji t),
uji signifikansi simultan (uji F) dan koefisien
determinasi.
1) Uji Signifikansi Parameter Individual
Analisis regresi metode OLS dilakukan
dengan menguji signifikansi dari variabel-variabel
yang diamati dengan membandingkan nilai t-hitung
dengan nilai t-tabel –nya. Melalui print out program
aplikasi SPSS 12, taraf signifikansinya dapat dilihat
dari nilai probabilitas (p-value). Hipotesis statistik
(Ho) ditolak apabila p-value lebih kecil atau sama
dengan 10% (p-value  10%).
 2i    LnXi  vi
Riset / 1407
JURNAL EKSIS
Vol.6 No.1, Maret 2010: 1267 – 1266
2) Uji Signifikansi Simultan
Uji F statistik merupakan uji ketepatan
model atau yang biasa kita kenal dengan goodness
of fit di bawah hipotesis Ho : semua parameter
yang kita duga adalah nol (namun tidak melibatkan
konstanta). Nilai F statistik yang besar lebih baik
dibandingkan dengan nilai F statistik yang rendah.
Sedangkan nilai probabilitas F merupakan tingkat
signifikan marjinal dari F statistik. Dengan nilai
probabilitas F maka kita dapat melakukan
penolakan hipotesis Ho jika nilai probabilitas F
kurang dari nilai alpha (  ). Nilai alpha (  ) yang
digunakan disini adalah 5%.
f. Koefisien Determinasi
2
Nilai R
statistik mengukur tingkat
keberhasilan model yang digunakan dalam
memprediksi nilai variabel terikat atau dengan kata
lain untuk melihat seberapa besar pengaruh
variabel-variabel bebas tersebut secara bersamasama dapat dilihat dari besarnya R2.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Analisis
Berikut akan dibahas mengenai hasil
perhitungan model regresi berganda, termasuk uji
asumsi klasik dan uji statistik. Penggunaan model
regresi berganda disini dimaksudkan untuk
mengetahui variabel independen (total debt to
equity, total assets turnover, net profit margin,
Inflasi, PDB dan Kurs US$) yang mempengaruhi
variabel dependen Return on Equity (ROE)
perusahaan tambang yang telah go publik di Bursa
Efek
Indonesia
(BEI)).
Untuk
membantu
pengolahan data, penelitian ini menggunakan
program SPSS versi 12 (Statistical Product and
Service Solution).
Analisis Deskriptif
Berdasarkan hasil dari analisis dengan
menggunakan program SPSS versi 12 dapat dilihat
analisis deskriptif sebagai berikut:
Tabel 1. Statistik Deskriptif
Pada tabel 1. di atas secara deskriptif
menunjukkan bahwa Return on Equity (ROE)
perusahaan tambang yang go publik di BEI pada
tahun 2000 sampai dengan 2007 rata-rata sebesar
17.1653% dengan standar deviasi sebesar
19.65259 %, artinya, nilai terkecil dari Return on
Equity (ROE) rata-rata sebesar
-2.24729%
(17.1653% -19.65259%) sedangkan nilai terbesar
dari Return on Equity (ROE) rata-rata sebesar
36.81789% (17.1653% + 19.65259%).
Tingkat Total debt to Equity pada tahun
2000 sampai dengan 2007 rata-rata sebesar
143.9007% dengan standar deviasi sebesar
237.41610%. hal ini menunjukkan, bahwa nilai
terkecil rata-rata sebesar -93.5154% dan nilai
terbesar rata-rata sebesar 318.3168%.
Tingkat Total Assets Turnover pada tahun
2000 sampai dengan 2007 rata-rata sebesar
56.1058% dengan standar deviasi sebesar
38.28952% hal ini menunjukkan, bahwa nilai
terkecil rata-rata sebesar 17.81628% dan nilai
terbesar rata-rata sebesar 94.401%.
Tingkat Net Profit Margin pada tahun 2000
sampai dengan 2007 rata-rata sebesar 13.3057%
dengan standar deviasi sebesar 12.38157% hal ini
menunjukkan, bahwa nilai terkecil rata-rata sebesar
0,92413% dan nilai terbesar rata-rata sebesar
25.68727%.
Tingkat Inflasi pada tahun 2000 sampai
dengan 2007 rata-rata sebesar 9.4094% dengan
standar deviasi sebesar 2.63523% hal ini
menunjukkan, bahwa nilai terkecil rata-rata sebesar
6.77417% dan nilai terbesar rata-rata sebesar
12.04463%.
Produk Domestik Bruto (PDB) dari tahun
2000 sampai dengan tahun 2007 menunjukkan
pertumbuhan rata-rata sebesar 5.0462% dengan
standar deviasi sebesar .76530%. Dengan tingkat
pertumbuhan terkecil rata-rata sebesar 4,2809%
dan nilai rata-rata tingkat pertumbuhan terbesar
adalah 5.81115%.
Nilai kurs rupiah terhadap dollar Amerika
(US$) pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2007
rata-rata sebesar Rp 9.368,1888,- dengan standar
deviasi sebesar Rp 514,73285,- dengan nilai kurs
terkecil rata-rata sebesar Rp 8.853,45595,- dan
nilai kurs terbesar rata-rata sebesar Rp
9.882,92165,-.
a. Hasil Pengujian Regresi
Pengujian model regresi yang digunakan
dalam penelitian ini akan sangat menentukan hasil
analisis berkaitan dengan Return on Equity (ROE)
perusahaan tambang yang go public di BEI. Namun
demikian sebelum melakukan pengujian model
regresi, maka perlu dilakukan uji asumsi klasik
terlebih dahulu sehingga hasil model regresi yang
diharapkan akan benar-benar sebagai suatu model
JURNAL EKSIS Vol.6 No.1, Maret 2010: 1100 – 1266
Riset / 1408
http://www.karyailmiah.polnes.ac.id
regresi yang baik dan efisien dalam arti adanya
ketepatan model yang digunakan.
1) Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian
ini
dimaksudkan
untuk
mendeteksi ada atau tidaknya penyakit-penyakit
yang terdapat dalam model regresi seperti
multikolinearitas,
heteroskedastisitas,
dan
autokorelasi. Apabila ada penyimpangan terhadap
asumsi klasik tersebut, maka hasil uji t dan uji F
yang dilakukan menjadi tidak valid dan secara
statistik dapat membuat rancu kesimpulan yang
diperoleh.
variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas.
Park, mengemukakan metode bahwa
variance (s2) merupakan fungsi dari variabelvariabel independen yang dinyatakan dalam tabel
berikut:
Tabel 3. Uji Park Heteroskedastisitas
2) Pengujian Multikolinearitas
Pengujian
terhadap
ada
tidaknya
multikolinearitas dalam penelitian ini, maka
dilakukan dengan menggunakan cara melihat nilai
tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor
(VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap
variabel independen manakah yang dijelaskan oleh
variabel independen yang lain. Dalam pengertian
sederhana setiap variabel independen menjadi
variabel dependen dan diregres terhadap variabel
independen
lainnya.
Tolerance
mengukur
variabilitas variabel independen yang terpilih yang
tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai
VIF yang tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai
cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan
adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance <
0,1 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Ghozali,
2005). Adapun rumus VIF adalah sebagai beikut:
VIF 
1
(1  R 2 )
Adapun pengujian secara manual adanya
multikolinearitas terhadap model adalah sebagai
berikut:
Hasil pengujian berdasarkan tabel 2.
menunjukkan dari 6 (enam) variabel independen di
atas keseluruhan nilai VIF dari variabel independen
lebih kecil dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa
dalam model penelitian ini tidak terdapat
multikolinearitas, sehingga tidak menyimpang dari
asumsi klasik.
Seperti terlihat pada tabel 3 di atas dengan
melakukan regresi terhadap nilai log Ui2 yang
diperoleh melalui hasil unstandardized yang
dikuadratkan dan di log-kan dari hasil signifikan
menunjukkan tidak ada variabel independen yang
signifikan atau lebih kecil dari 5%. Hal ini
menunjukkan
bahwa
tidak
terdapat
heteroskedastisitas di dalam model.
4) Pengujian Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah
dalam suatu model regresi linear ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan problem autokorelasi. Autokorelasi
muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.
Masalah ini timbul karena residual (kesalahan
pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke
observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada
data runtut waktu (time series) Ghozali (2005 :
95).
Tampilan pada tabel 4, menunjukkan
Durbin watson (d) sebesar 1,875 dengan jumlah k
(variabel independen) sebanyak 10 dan jumlah
sampel sebesar 80. dalam tabel Durbin watson
menunjukkan nilai dl = 1,232 dan du = 1,777
sedangkan nilai 4 – dl = 2,768 dan nilai 4 – du =
2,222.
3) Pengujian Heteroskedastisitas
apakah
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji
model regresi terjadi ketidaksamaan
Riset / 1409
JURNAL EKSIS
Vol.6 No.1, Maret 2010: 1267 – 1266
Berdasarkan
tabel
4
pengambilan
keputusan Durbin Watson menunjukkan tidak ada
Autokorelasi positif dan negatif dengan keputusan
tidak ditolak (diterima). Artinya tidak terdapat
autokorelasi di dalam model penelitian.
5) Pengujian Statistik
Pengujian statistik dari model regresi
meliputi uji signifikansi parameter individual (uji t),
uji signifikansi simultan (uji F) dan koefisien
determinasi.
Dari data tabel 5
di atas diperoleh
persamaan regresi sebagai berikut:
^
Y = -69,567 + 0,036 Toder + 0,206 Tatur +
0,747NPM – 0,484 Inflasi +
4,701 PDB +
0,004 Kurs + e
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
setiap perubahan variabel bebas (total debt to
equtiy, total assets turnover, net profit margin,
Inflasi, PDB dan Kurs US$) akan mempengaruhi
Return On Equity (ROE) perusahaan tambang
yang go publik di BEI, yang dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Jika tidak ada, total debt to equtiy, total assets
turnover, net profit margin, Inflasi, PDB dan
Kurs US$, maka ROE rata-rata 17,266 % per
tahun.
2. Bila Total Debt To Equity (X1) bertambah
sebesar 1%,- maka Return On Equity akan
bertambah sebesar 0,036% dengan asumsi
total assets turnover, net profit margin, Inflasi,
PDB dan Kurs US$, tetap.
3. Bila Total Assets turnover (X2) bertambah
sebesar 1%,- maka Return On Equity akan
bertambah sebesar 0,206% dengan asumsi
total Debt to equity, net profit margin, Inflasi,
PDB dan Kurs US$, tetap.
4. Bila Net Profit Margin (X3) bertambah sebesar
1%,- maka Return On Equity akan bertambah
JURNAL EKSIS Vol.6 No.1, Maret 2010: 1100 – 1266
sebesar 0,747% dengan asumsi total Debt to
equity, total assets turnover, Inflasi, PDB dan
Kurs US$, tetap.
5. Bila Inflasi (X4) bertambah sebesar 1%,- maka
Return On Equity
akan menurun sebesar
0,484% dengan asumsi total Debt to equity,
total assets turnover, Net Profit Margin, PDB
dan Kurs US$, tetap.
6. Bila PDB (X5) bertambah sebesar 1%,- maka
Return On Equity akan bertambah sebesar
4,701% dengan asumsi total Debt to equity,
total assets turnover, Net Profit Margin, Inflasi
dan Kurs US$, tetap.
7. Bila Kurs US$ (X6) bertambah sebesar 1%,maka Return On Equity
akan bertambah
sebesar 0,004% dengan asumsi total Debt to
equity, total assets turnover, Net Profit Margin,
Inflasi dan PDB, tetap.
Untuk menguji kebermaknaan masingmasing variabel bebas terhadap variabel terikat
dengan menggunakan uji t, pada tabel 5.6.
diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Variabel
Total Debt To Equity (X1) thitung,
sebesar 6.293 dengan probabilitas .000 atau
0,00% lebih kecil dari 5% berarti terdapat
pengaruh yang signifikan antara Total Debt To
Equity
terhadap Return On Equity
di
Perusahaan tambang yang go publik di BEI.
b. Variabel
Total Assets Turnover (X2) thitung,
sebesar 5.707 dengan probabilitas .000 atau
0,00% lebih kecil dari 5% berarti terdapat
pengaruh yang signifikan antara Total Assets
Turnover terhadap Return On Equity
di
Perusahaan tambang yang go publik di BEI.
c. Variabel Net Profit Margin (X3) thitung, sebesar
6.432 dengan probabilitas .000 atau 0,00% lebih
kecil dari 5% berarti terdapat pengaruh yang
signifikan antara Net Profit Margin terhadap
Return On Equity di Perusahaan tambang yang
go publik di BEI.
d. Variabel
Inflasi (X4) thitung, sebesar -0,717
dengan probabilitas 0,476 atau 47,6% lebih
besar dari 5% berarti tidak terdapat pengaruh
yang signifikan antara Inflasi terhadap Return
On Equity di Perusahaan tambang yang go
publik di BEI.
e. Variabel PDB (X5) thitung, sebesar 2.257 dengan
probabilitas 0,027 atau 2,7 % lebih kecil dari 5%
berarti ada terdapat pengaruh yang signifikan
antara PDB terhadap Return On Equity di
Perusahaan tambang yang go publik di BEI.
f. Variabel Kurs US$ (X6) thitung, sebesar 1.174
dengan probabilitas 0,245 atau 24,5 % lebih
besar dari 5% berarti tidak terdapat pengaruh
yang signifikan antara Kurs US$ terhadap
Return On Equity di Perusahaan tambang yang
go publik di BEI
Dari hasil penelitian di atas, ternyata total
debt to equity, total assets turnover dan net
Riset / 1410
http://www.karyailmiah.polnes.ac.id
profit margin dan PDB, sebagai variabel bebas
yang berpengaruh secara signifikan terhadap
Retun On Equity.
6) Pengujian Hipotesis
Koefisien determinan (R2) = 0,701 berarti
variasi -variabel bebas (total debt to equtiy, total
assets turnover, net profit margin, Inflasi, PDB dan
Kurs US$), menjelaskan variasi-variabel terikat
(Return to Equity) sebesar 70,1% sedangkan
29,9% dijelaskan oleh variabel yang lain.
Hubungan dari masing-masing variabel
bebas terhadap variabel terikat ditunjukkan oleh
koefisien korelasi parsial (Pearson) sebagai berikut
(lampiran 1 Correlations):
1. Hubungan antara total debt to equity terhadap
Return On Equity di Perusahaan tambang
yang go publik di BEI dapat dijelaskan sebesar
0,361 atau 36,1% dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,001 atau 0,1% lebih kecil dari 5%
yang berarti hubungannya positif dan sangat
kuat.
2. Hubungan antara total assets turnover
terhadap Return On Equity di Perusahaan
tambang yang go publik di BEI
dapat
dijelaskan sebesar 0,507 atau 50,7%% dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,000 atau 0,000%
lebih kecil dari 5% yang berarti hubungannya
positif dan kuat.
3. Hubungan antara net profit margin terhadap
Return On Equity di Perusahaan tambang
yang go publik di BEI
dapat dijelaskan
sebesar 0,578 atau 57,8%% dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,000 atau 0,000% lebih
kecil dari 5% yang berarti hubungannya positif
dan kuat.
4. Hubungan antara Inflasi terhadap Return On
Equity di Perusahaan tambang yang go publik
di BEI dapat dijelaskan sebesar -0,164 atau
-16,4% dengan tingkat signifikansi sebesar
0,084 atau 8,4% lebih besar dari 5% yang
berarti hubungannya negatif dan lemah.
5. Hubungan antara PDB terhadap Return On
Equity di Perusahaan tambang yang go publik
di BEI dapat dijelaskan sebesar 0,398 atau
39,8% dengan tingkat signifikansi sebesar
0,000 atau 0,000% lebih kecil dari 5% yang
berarti hubungannya positif dan kuat.
6. Hubungan antara Kurs terhadap Return On
Equity di Perusahaan tambang yang go publik
di BEI dapat dijelaskan sebesar 0,138 atau
13,8% dengan tingkat signifikansi sebesar
0,124 atau 12,4% lebih kecil dari 5% yang
berarti hubungannya positif dan lemah.
Dalam penelitian ini, variabel bebas secara
simultan (bersama-sama) dengan menggunakan uji
F, mempunyai pengaruh sangat signifikan terhadap
Return On Equity di Perusahaan tambang yang go
publik di BEI seperti terlihat pada tabel 5.9. dengan
nilai Fhitung sebesar 25,381 dan tingkat signifikansi
0,000 atau 0,000 % lebih kecil dari 5%. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama
diterima
Riset / 1411
a. Hipotesis Pertama
b. Hipotesis Kedua
Berdasarkan hasil regresi pada tabel 6
dengan menggunakan uji t atau secara parsial,
ternyata total debt to equity, total assets
turnover, net profit margin dan PDB, sebagai
variabel bebas yang berpengaruh secara signifikan
terhadap Retun On Equity, di Perusahaan tambang
yang go publik di BEI. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa hipotesis kedua ditolak.
7. Pembahasan
Hasil
analisis
secara
deskriptif,
menunjukkan bahwa Return on Equity (ROE)
perusahaan tambang yang go publik di BEI pada
tahun 2000 sampai dengan 2007 rata-rata sebesar
17.1653% dengan standar deviasi sebesar
19.65259 %, artinya, nilai terkecil dari Return on
Equity (ROE) rata-rata sebesar
-2.24729%
(17.1653% -19.65259%) sedangkan nilai terbesar
dari Return on Equity (ROE) rata-rata sebesar
36.81789% (17.1653% + 19.65259%).
Tingkat Total debt to Equity pada tahun
2000 sampai dengan 2007 rata-rata sebesar
143.9007% dengan standar deviasi sebesar
237.41610%. hal ini menunjukkan, bahwa nilai
terkecil rata-rata sebesar -93.5154% dan nilai
terbesar rata-rata sebesar 318.3168%.
Tingkat Total Assets Turnover pada tahun
2000 sampai dengan 2007 rata-rata sebesar
56.1058% dengan standar deviasi sebesar
38.28952% hal ini menunjukkan, bahwa nilai
terkecil rata-rata sebesar 17.81628% dan nilai
terbesar rata-rata sebesar 94.401%.
Tingkat Net Profit Margin pada tahun 2000
sampai dengan 2007 rata-rata sebesar 13.3057%
dengan standar deviasi sebesar 12.38157% hal ini
JURNAL EKSIS
Vol.6 No.1, Maret 2010: 1267 – 1266
menunjukkan, bahwa nilai terkecil rata-rata sebesar
0,92413% dan nilai terbesar rata-rata sebesar
25.68727%.
Tingkat Inflasi pada tahun 2000 sampai
dengan 2007 rata-rata sebesar 9.4094% dengan
standar deviasi sebesar 2.63523% hal ini
menunjukkan, bahwa nilai terkecil rata-rata sebesar
6.77417% dan nilai terbesar rata-rata sebesar
12.04463%.
Produk Domestik Bruto (PDB) dari tahun
2000 sampai dengan tahun 2007 menunjukkan
pertumbuhan rata-rata sebesar 5.0462% dengan
standar deviasi sebesar .76530%. Dengan tingkat
pertumbuhan terkecil rata-rata sebesar 4,2809%
dan nilai rata-rata tingkat pertumbuhan terbesar
adalah 5.81115%.
Nilai kurs rupiah terhadap dollar Amerika
(US$) pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2007
rata-rata sebesar Rp 9.368,1888,- dengan standar
deviasi sebesar Rp 514,73285,- dengan nilai kurs
terkecil rata-rata sebesar Rp 8.853,45595,- dan
nilai kurs terbesar rata-rata sebesar Rp
9.882,92165,-.
Variabel bebas secara simultan (bersamasama) dengan menggunakan uji F, mempunyai
pengaruh sangat signifikan terhadap Return On
Equity di Perusahaan tambang yang go publik di
BEI seperti terlihat pada tabel 5.9. dengan nilai
Fhitung sebesar 25,381 dan tingkat signifikansi 0,000
atau 0,000 % lebih kecil dari 5%. Berdasarkan
kenyataan di atas, hipotesis pertama yang diajukan
dalam penelitian yaitu ―bahwa secara bersamasama variabel independen mempunyai pengaruh
terhadap variabel dependen, dapat diterima.
Berdasarkan hasil regresi pada tabel 5
dengan menggunakan uji t atau secara parsial,
ternyata total debt to equity, total assets
turnover, net profit margin dan PDB, sebagai
variabel bebas yang berpengaruh secara signifikan
terhadap Retun On Equity, di Perusahaan tambang
yang go publik di BEI, Berdasarkan hasil regresi
di atas, maka hipotesis kedua yang diajukan dalam
penelitian yaitu ―bahwa hanya total debt to equity
berpengaruh dominan terhadap Return on Equity‖ ,
maka hipotesis kedua ditolak
Koefisien determinan (R2) = 0,701 berarti
variasi -variabel bebas (total debt to equtiy, total
assets turnover, net profit margin, Inflasi, PDB dan
Kurs US$), menjelaskan variasi-variabel terikat
(Return to Equity) sebesar 70,1% sedangkan
29,9% dijelaskan oleh variabel yang lain.
Dari
persamaan
regresi
berganda,
diketahui bahwa setiap perubahan variabel bebas
(total debt to equtiy, total assets turnover, net profit
margin, Inflasi, PDB dan
Kurs US$) akan
mempengaruhi
Return
On
Equity
(ROE)
JURNAL EKSIS Vol.6 No.1, Maret 2010: 1100 – 1266
perusahaan tambang yang go publik di BEI, yang
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Jika tidak ada, total debt to equtiy, total assets
turnover, net profit margin, Inflasi, PDB dan
Kurs US$, maka ROE rata-rata 17,266 % per
tahun.
2. Bila Total Debt To Equity (X1) bertambah
sebesar 1%,- maka Return On Equity akan
bertambah sebesar 0,036% dengan asumsi
total assets turnover, net profit margin, Inflasi,
PDB dan
Kurs US$, tetap. Hal demikian
terjadi jika hutang-hutang perusahaan tersebut
dipergunakan secara efektif untuk usaha-usaha
yang produktif, sehingga tingkat bunga
pinjaman < keuntungan yang diperoleh
perusahaan, yang mana dananya diperoleh
dari dengan cara pinjaman.
3. Bila Total Assets turnover (X2) bertambah
sebesar 1%,- maka Return On Equity akan
bertambah sebesar 0,206% dengan asumsi
total Debt to equity, net profit margin, Inflasi,
PDB dan
Kurs US$, tetap. Hal tersebut
sesuai dengan teoritis yang mengatakan
bahwa makin tinggi Assets turnover, maka
tentunya makin berpengaruh secara positif
terhadap ROE, dalam artian laba perusahaan
makin tinggi pula dan sebaliknya.
4. Bila Net Profit Margin (X3) bertambah sebesar
1%,- maka Return On Equity akan bertambah
sebesar 0,747% dengan asumsi total Debt to
equity, total assets turnover, Inflasi, PDB dan
Kurs US$, tetap.
5. Bila Inflasi (X4) bertambah sebesar 1%,- maka
Return On Equity akan menurun sebesar
0,484% dengan asumsi total Debt to equity,
total assets turnover, Net Profit Margin, PDB
dan Kurs US$, tetap. Berdasarkan telaah
teoritis, tingginya inflasi (inflasi > 2 digit) akan
mengurangi nilai keuntungan dan juga
mengurangi daya beli modal investasinya.
Dengan demikian jika angka inflasi naik, maka
IHSG akan menurun dan demikian sebaliknya.
Sugeng Wahyudi
(Suara merdeka, 14
November 2005)
6. Bila PDB (X5) bertambah sebesar 1%,- maka
Return On Equity akan bertambah sebesar
4,701% dengan asumsi total Debt to equity,
total assets turnover, Net Profit Margin, Inflasi
dan
Kurs US$, tetap. Hal ini didukung
dengan telaan teoritis, di mana makin besar
PDB suatu negara, dapat dikatakan bahwa
negara yang bersangkutan makin kaya, yang
bermakna
bahwa
tingkat
pemenuhan
kebutuhan hidup masyarakat negara tersebut
makin banyak dan berarti akan menambah
keuntungan perusahaan secara umum.
7. Bila Kurs US$ (X6) bertambah sebesar 1%,maka Return On Equity
akan bertambah
sebesar 0,004% dengan asumsi total Debt to
Riset / 1412
http://www.karyailmiah.polnes.ac.id
equity, total assets turnover, Net Profit Margin,
Inflasi dan PDB, tetap. Hal ini sesuai dengan
tinjauan teoritis, terutama perusahaan yang
orientasi penjualan produknya dengan Kurs
US$, makin tinggi harga US$ maka tentu akan
menambah profit margin dari perusahaan
tersebut yang berarti akan menambah
keuntungan perusahaan.
Untuk menguji kebermaknaan masingmasing variabel bebas terhadap variabel terikat
dengan menggunakan uji t, pada tabel 5.6.
diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Variabel Total Debt To Equity (X1) thitung,
sebesar 6.293 dengan probabilitas 0,000 atau
0,00% lebih kecil dari 5% berarti terdapat
pengaruh yang signifikan antara Total Debt To
Equity
terhadap Return On Equity
di
Perusahaan tambang yang go publik di BEI.
2. Variabel Total Assets Turnover (X2) thitung,
sebesar 5.707 dengan probabilitas .000 atau
0,00% lebih kecil dari 5% berarti terdapat
pengaruh yang signifikan antara Total Assets
Turnover terhadap Return On Equity
di
Perusahaan tambang yang go publik di BEI.
3. Variabel Net Profit Margin (X3) thitung, sebesar
6.432 dengan probabilitas .000 atau 0,00%
lebih kecil dari 5% berarti terdapat pengaruh
yang signifikan antara Net Profit Margin
terhadap Return On Equity di Perusahaan
tambang yang go publik di BEI.
4. Variabel Inflasi (X4) thitung, sebesar -0,717
dengan probabilitas 0,476 atau 47,6% lebih
besar dari 5% berarti tidak terdapat pengaruh
yang signifikan antara Inflasi terhadap Return
On Equity di Perusahaan tambang yang go
publik di BEI.
5.
Variabel PDB (X5) thitung, sebesar 2.257
dengan probabilitas 0,027 atau 2,7 % lebih
kecil dari 5% berarti ada terdapat pengaruh
yang signifikan antara PDB terhadap Return
On Equity di Perusahaan tambang yang go
publik di BEI.
6. Variabel Kurs US$ (X6) thitung, sebesar 1.174
dengan probabilitas 0,245 atau 24,5 % lebih
besar dari 5% berarti tidak terdapat pengaruh
yang signifikan antara Kurs US$ terhadap
Return On Equity di Perusahaan tambang
yang go publik di BEI
Dari hasil penelitian di atas, ternyata total
debt to equity, total assets turnover dan net profit
margin dan PDB, sebagai variabel bebas yang
berpengaruh secara signifikan terhadap Retun On
Equity. hal ini sesuai dengan pendapat Lukman
Syamsuddin pada Tinjauan Teoritis, yang
menyatakan bahwa hal tersebut berpengaruh
secara positif terhadap ROE..
SIMPULAN
1. Secara keseluruhan, variabel bebas secara
simultan
(bersama-sama)
dengan
menggunakan uji F, mempunyai pengaruh
signifikan terhadap Return On Equity,
di
Perusahaan tambang yang go publik di BEI
seperti terlihat pada tabel 5.9. di mana dengan
nilai Fhitung sebesar 25,381 dan tingkat
signifikansi 0,000 atau 0,000 % lebih kecil dari
5%. Sehingga hipotesis pertama diterima
2. Berdasarkan hasil regresi pada tabel 5.6.
dengan menggunakan uji t atau secara parsial,
ternyata bahwa: total debt to equity, total
assets turnover, net profit margin dan PDB,
sebagai variabel bebas yang berpengaruh
secara signifikan terhadap Retun On Equity, di
Perusahaan tambang yang go publik di BEI,
Berdasarkan hasil regresi di atas, maka
hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian
yaitu ―bahwa hanya total debt to equity
berpengaruh dominan terhadap Return on
Equity‖ , maka hipotesis kedua ditolak.
3. Koefisien determinan (R2) = 0,701 berarti
variabel -variabel bebas (total debt to equtiy,
total assets turnover, net profit margin, Inflasi,
PDB dan Kurs US$), menjelaskan variasivariabel terikat (Return to Equity) sebesar
70,1% sedangkan 29,9% dijelaskan oleh
variabel yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2005), Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta.
Ashari dkk. (2005), Pedoman Praktis Memahami
Laporan Keuangan. Andi, Yogyakarta.
Baridwan
Zaki.(2004),
Intermediate
Accounting.BPFE,Yogyakarta.
Djarwanto, Ps. (2004), Pokok-Pokok Analisis
Laporan Keuangan. BPFE, Yogyakarta.
Fahmi, Irham (2006), Analisis Investasi, PT Refika
Aditama, Bandung
Ghazali, Imam (2005 : 96), Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program SPSS, BP.
Undip., Semarang.
Halsey, Robert dkk.(2005), Financial Statement
Analiysis. Salemba Empat, Jakarta.
Harahap, Sofyan Syafri. A(2007), Analisis Kritis
atas Laporan Keuangan. PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Harahap, Sofyan Syafri. B(2007), Teori Akuntansi.
Cetakan Ketujuh PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Riset / 1413
JURNAL EKSIS
Vol.6 No.1, Maret 2010: 1267 – 1266
Houston, Joel. F dkk (2001) Manajemen Keuangan.
Erlangga, Jakarta.
Husnan, Suad.(1996), Manajemen Keuangan.
Buku I. Edisi keempat, BPFE, Yogyakarta.
Kuncoro, Mudrajad, (2001), Metode Kuantitatif,
UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Mankiw, Gregory, (2003), Teori Makro Ekonomi,
Edisi kelima, Erlangga, Jakarta.
Mardiasmo.(2000), Akuntansi Keuangan Dasar 1.
Edisi
Ketiga,
Cetakan
Pertama,
BPFE,Yogyakarta.
Mulyadi Subri (2003), Keuangan Negara dan
Analisis Kebijakan utang Luar Negeri, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Munawir,S.(2001), Analisa
Liberty,Yogyakarta.
Laporan
Keuangan.
Riyanto, Bambang.(2001), Dasar –
Pembelanjaan
Perusahaan.
Yogyakarta.
Dasar
BPFE,
Siegel, Joel G (1999), Kamus istilah akuntansi, PT
Elex Media Komputindo, Jakarta
Suparmoko, (1994), Pengantar Ekonomi Makro,
Edisi 4, BPFE, Yogyakarta.
Stonehill, (2003),
Manajemen
Multinasional, Indeks, Jakarta.
Keuangan
Sartono, Agus R.(1997), Manajemen Keuangan.
BPFE, Yogyakarta.
Skouse dkk (2005),
Intermediate Accoutin,
Salemba Empat. Edisi 15, Jakarta.
Soemarso,
S.R.(2000),
Akuntansi
Pengantar, Rineka Cipta, Jakarta.
Suatu
Sutrisno.(2006), Akuntansi Proses Penyusunan
Laporan Keuangan. Edisi
Pertama,
Ekonikasia, Yogyakarta.
Syamsuddin,
Lukman.(2004),
Manajemen
Keuangan Perusahaan, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Tunggal,
Amin
Widjadja.(1997),
Manajemen, Rineka Cipta, Jakarta.
Umar,
Hussen, (2003),
Gramedia, Jakarta.
Riset
Kamus
Akuntansi,
Weston, (1995), Manajemen Keuangan,
Revisi, Binarupa aksara, Jakarta
PT
edisi
Weston, (1986), Manajemen Keuangan, edisi 2,
Erlangga, Jakarta
JURNAL EKSIS Vol.6 No.1, Maret 2010: 1100 – 1266
Riset / 1414
Download