MODEL SUPPLY CHAIN MANAGEMENT DALAM PERSPEKTIF

advertisement
MODEL SUPPLY CHAIN MANAGEMENT
DALAM PERSPEKTIF TEKNOLOGI
Dini Hamidin1, Kridanto Surendro2
1
Magister Informatika ITB, Bandung
2
Institut Teknogi Bandung
[email protected], [email protected]
Abstrak
Kondisi lingkungan global yang dinamis menjadikan suatu perusahaan sulit untuk dapat bersaing tanpa
berkolaborasi dengan pihak lain.Bentuk kolaborasi tersebut misalnya hubungan interorganisasional,
yaitu kerjasama antar organisasi atau jaringan organisasi yang merupakan variasi bentuk kerja sama,
mencakup: aliansi strategi, kolaborasi dan konsorsium. Dalam kaitannya dengan teknologi informsi dan
komunikasi (TIK), keduanya memainkan peran penting dalam mendukung strategi rantai pasok,
sehingga perusahaan dapatberjalan dengan lebih baik jika melibatkan teknologi pada proses bisnisnya,
karena TI merupakan asset dan turut menciptakan pondasi bagi tercapainya keselarasan bisnis dan TI.
Penelitian ini telah menghasilkan model interorganisasional supply chain management dalam perspektif
teknologi yang melihat hubungan interorganisasional berdasarkan analisis dari definisi supply chain
management. SCM dalam kaitannya dengan keselarasan strategi TI dan bisnis harus melingkupi
sinkronisasi, konvergensi antara manusia, proses dan teknologi yang memiliki kemampuan integrasi dan
interoperabilitas untuk menghasilkan kompetensi pada setiap proses dari berbagai tingkatan supplier
sampai dengan pelanggan.Sehingga model tersebut dapat menjadi dasar dan gambaran untuk menyusun
framework keselarasan antara strategi TI dan bisnis.
Kata Kunci: Rantai Pasok, Interorganisasional, Supply Chain Management, SCM, Model
__________________________________________________________________________________________
1
Pendahuluan
Global Logistics Management (GLM) telah
menjadi isu penting dalam menanggapi perubahan
pasar global [11]. Efisiensi distribusi global
memainkan peran penting dan menjadikan salah
satu penekan dalam terjadinya perubahan.
Sedangkan perubahan sendiri menurut O’Rourke [7]
merupakan sesuatu yang tak dapat dihindarkan.
Kondisi lingkungan global yang dinamis
menjadikan suatu perusahaan sulit untuk dapat
bersaing tanpa berkolaborasi dengan pihak lain.
Sehingga
setiap
perusahaan
perlu
untuk
berkolaborasi lintas core business, misalnya
hubungan interorganisasional menjadi pilihannya.
Lingkungan yang berubah juga dinyatakan secara
tidak langsung oleh Gattorna [4] bahwa bisnis
36
tidaklah statis, dan tidak seharusnya suatu rantai
pasok berada pada kondisi statis.
Interorganisasional atau kerjasama antar
organisasi atau jaringan organisasi merupakan
variasi bentuk kerja sama mencakup aliansi strategi,
kolaborasi dan konsorsium [8]. Keberagaman
kerjasama ini juga mempengaruhi tingginya tingkat
kompetisi di antara perusahaan, besarnya harapan
dari stakeholder dan kedinamisan perubahan pada
lingkungan bisnis dan teknologi.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka hal yang
menjadi pertanyaan adalah bagaimaan konsep SCM
dalam perspektif TI?
Pada
paper
ini
diharapkan
dapat
mendeskripsikan, memberikan gambaran umum
konsep SCM dan hubungan interorganisasional
dilihat dari sudut pandang (perspektif) teknologi dan
hubungan interorganisasional.
dkk. [6], yaitu SCM sebagai filosofi manajemen,
filosofi implementasi dan serangkaian proses
manajemen.
Metodologi yang digunakan dalam paper ini
adalah bersifat deskriptif yang menghasilkan konsep
interorganisasional SCM hasil dari penjabaran studi
literatur dari tiga pemahaman supply chain
management (manajemen rantai pasok).
3.1 SCM sebagai Filosofi Manajemen
suatu pendekatan sistem untuk melihat rantai
pasok secara keseluruhan, dan untuk mengelola
keseluruhan aliran persediaan barang dari supplier
sampai ke pelanggan akhir, sebagai suatu orientasi
strategis terhadap upaya kerjasama untuk
melakukan sinkronisasi dan konvergensi antar
perusahaan dan antar operasional perusahaan serta
kapabilitas strategis ke dalam suatu kesatuan yang
utuh dan fokus pada penciptaan keunikan nilai
pelanggan. Konvergensi merupakan kolaborasi dan
keselarasan dalam dan seluruh industri yang di
dalamnya terdiri dari orang-orang, ide-ide/proses
yang saling bersinergi dengan cara yang baru [10,
2].
Sehingga SCM sebagai filosofi manajemen
memandang bahwa keseluruhan pengelolaan aliran
fisik dari supplier sampai ke pelanggan akhir
melibatkan sinkronisasi dan konvergensi antar
perusahaan dan antar operasional perusahaan.
a. Sinkronisasi
Dalam lingkungan dinamis, sinkronisasi diperlukan
untuk dapat menghasilkan nilai maksimal rantai
pasok. Sinkronisasi berhubungan dengan koordinasi
kegiatan dalam mengoperasikan sistem secara
serempak. Sinkronisasi komponen strategis rantai
pasok dapat mengidentifikasi perubahan permintaan
pelanggan dan perubahan sistem persediaan serta
visibilitas sistem yang dimiliki partisipan.
b. Konvergensi
Konvergensi merupakan kolaborasi dan keselarasan
orang, ide dan proses yang saling bersinergi dengan
cara yang baru. Lima kunci utama penggerak
perubahan konvergensi Shaheen [10], yaitu:
kapabilitas
digital,
permintaan
bandwith,
peningkatan kebutuhan layanan wireless, regulasi
layanan yang up-to-date dengan perkembangan
teknologi dan internet, dan berhubungan dengan
perkembangan
teknologi
digital
yang
memungkinkan perusahaan rantai pasok untuk
dapat memberikan layanan yang cepat dan
keamanan dan kehandalan dalam komunikasi.
Berdasarkan lima kunci penggerak utama
tersebut, maka konvergensi berhubungan dengan:
1. Konvergensi teknologi jaringan, yaitu
infrastruktur fisik dan ketersediaan layanan
baru untuk melayani kebutuhan dan
kepuasan pelanggan dan supplier.
2. Konvergensi layanan, yaitu penyediaan
content yang digunakan sebagai alat untuk
memberikan layanan untuk mendukung
dan membangun rantai nilai pasok dari dan
ke pelanggan dan supplier.
3. Sifat konvergensi, yaitu sebagai alat
komunikasi dan penyediaan layanan baik
2
Pengembangan Model
Artifak desain penelitian SI pada paper ini
mengadopsi sebagian artifak dari pendekatan
Hevner dkk. [5] dalam framework Penelitian Sistem
Informasi (SI) yang terdiri atas 1) Konstruksi
(construct),
menunjukkan
bahasa
dimana
permasalahan dan solusi yang ditetapkan dan
dikomunikasikan; dan2) Model, menggunakan
construct untuk merepresentasikan situasi dunia
nyata. Berdasarkan artifak desain tersebut, maka
kedua tahap tersebut adalah:
1. Konstruksi, yang membahas tiga konsep
kategori
SCM
dan
konsep
interorganisasional.
2. Model, tahap pembentukan framework yang
terdiri atas: Konsep SCM berdasarkan
perspektif teknologi, atribut lingkungan
SCM dan hubungan interorganisasional
Lingkungan Manajemen rantai pasok (SCM)
memiliki
keterhubungan
antar
organisasi
(interorganisasional). Dalam suatu organisasi, nilainilai yang diciptakan melalui interorganisasional
SCM memiliki lingkungan yang dinamis.
Keunggulan kompetitif dapat dicapai melalui
keselarasan
antara
organisasi
dengan
lingkungannya.
Sehingga
Tahap-tahap
pengembangan model pada paper ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Tahap-tahap Pengembangan Model
3
Analisis Konsep SCM
SCM pada paper ini akan dijabarkan
berdasarkan tiga kategori konsep SCM Mentzer
37
dalam lingkup interorganisasional lokal
maupun global, yang tentunya memberikan
dampak pada kebijakan dan regulasi di
tingkat
internal,
nasional
maupun
internasional.
3.2 SCM sebagai Filosofi Implementasi
Dalam filosofi implementasi, terdapat tujuh
aktivitas SCM terkait dengan integrasi dan
interoperabilitas.
a. Integrasi
Integrasi merupakan penggabungan bagianbagian/aktivitas-aktivitas
hingga
membentuk
keseluruhan.
Sehingga,
integrasi
dapat
meningkatkan hubungan di setiap rantai nilai,
memfasilitasi
pengambilan
keputusan,
memungkinkan terjadinya penciptaan nilai dan
proses transfer dari supplier sampai ke pelanggan
akhir untuk mengoperasikan aliran informasi,
pengetahuan, peralatan dan aset fisik.
Standarisasi yang terjadi pada integrasi menjadikan
integrasi harus dapat dikarakteristikan sebagai
kerjasama,
kolaborasi,
berbagi
informasi
(information sharing), kepercayaan (trust),
kemitraan (partnership), berbagi teknologi (shared
technology), kompatibilitas, berbagi resiko dan
manfaat, komitmen dan visi yang sama,
kebergantungan dan berbagi proses utama.
Sehingga integrasi dapat dilihat dari empat jenis
integrasi rantai pasok yang diperkenalkan oleh
Noord (1992) dalam Becker dkk. [1], yaitu:
1. Integrasi fisik, mengacu pada perubahan
dalam proses dan aktivitas untuk
meningkatkan dan efisiensi proses inti.
2. Integrasi informasi, mengacu pada
pertukaran informasi yang berhubungan
dengan tingkat inventori, perencanaan
transportasi/manufaktur, peramalan, status
aktual proses dan sebagainya.
3. Integrasi koordinasi, mengacu pada
keselarasan proses pengambilan keputusan
di sepanjang rantai pasok
4. Integrasi desain rantai pasok, mengacu
pada kerjasama di dalam perubahan
struktur rantai pasok.
b. Interoperabilitas
Interoperabilitasadalah kemampuan berbagai
sistem, komponen dan organisasi untuk saling
bekerja bersama, bertukar informasi dan
pengetahuan yang digunakan untuk berinteraksi
dengan partner, supplier, pelanggan dan provider.
Karakteristik interoperabilitasadalah standarisasi,
kompatibilitas, kesesuaian dinamis dan statik [2]
38
dan kapasitas untuk dapat menggunakan cara
interaksi
terbaru.Sehinggainteroperabilitasdalam
rantai pasok mampu melakukan:
1. Pertukaran informasi dan pengetahuan
terkait dengan response time, variety
product, product availability, customer
experience, time to market, order visibility,
dan returnability.
2. Komunikasi dengan adanya kesesuaian
bahasa, teknologi dan budaya dan perilaku
kolaborasi dalam lingkungan berbeda
3.3 SCM
sebagai
Serangkaian
Proses
Manajemen
Proses sebagai satu kumpulan aktivitas yang
terstruktur dan terukur mengelola hubungan,
informasi dan aliran material seluruh lingkup rantai
pasok untuk mengirimkan layanan dan nilai
ekonomis melalui sinkronisasi manajemen aliran
fisik dan informasi (Davenport (1993) & La londe
dalam Mentzer dkk. [6].
Berdasarkan
organisasional,
hubungan
interorganisasional rantai pasok harus dapat
memberikan nilai profitabilitas bagi keseluruhan
perusahaan dari tingkatan supplier sampai ke
tingkatan pelanggan. Layanan pelanggan dan biaya
untuk kebutuhan pelanggan dapat berdampak pada
kinerja jaringan distribusi. Dalam lingkup
interorganisasional, integrasi mencakup lingkup
koordinasi dan hubungan eksternal dari hulu
(upstream), yaitu supplier ke hilir (downstream),
yaitu pelanggan.
Berdasarkan ketiga kategori definisi tersebut,
maka definisi SCM pada paper ini mengambil dari
perspektif teknologi, yaitu sebagai harmonisasi
sinkronisasi dan konvergensi antara manusia,
proses dan teknologi yang memiliki kemampuan
integrasi dan interoperabilitas untuk menghasilkan
kompetensi pada setiap proses dari berbagai
tingkatan supplier sampai dengan pelanggan pada
proses SRM, ISCM, dan CRM untuk mencapai
nilai rantai pasok.
Sinkronisasi dan konvergensi dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan bisnis. Sedangkan
pencapaian
keselarasan
dan
kolaborasi
interorganisasional mempertimbangkan integrasi
dan interoperabilitas. Kedua proses tersebut
menciptakan nilai-nilai pada proses bisnis SCM.
4
Jaringan Organisasi
Keterlibatan eksternal organisasi untuk masuk
ke dalam organisasi dan menjadi bagian dari
organisasi
lainnya
pada
proses
SCM
(interorganisasional) menjadikan proses tersebut
harus dapat terintegrasi dan berkolaborasi dengan
organisasi-organisasi jaringan partisipannya
4.1 Kolaborasi Interorganisasional
Dasar kolaborasi adalah adanya rantaianggota
yang mampu memenuhi permintaan pelanggan
secara efektif. Jumlah tingkatan jaringan rantai
pasok bisa beragam dan memiliki peran (role) yang
berbeda pada setiap tingkatannya. Empat jenis
proses hubungan memiliki peran yang berbeda-beda
dan saling mempengaruhi serta menentukan dimana
integrasi diletakkan, informasi dan teknologi apa
yang digunakan dan diintegrasikan, kapan
hubungan dilakukan dan mengapa harus terintegrasi
serta siapa yang terlibat dalam integrasi tersebut.
4.2 Penggerak
Nilai
Perilaku
Interorganisasional Rantai Pasok
Kesuksesan kolaborasi antar partisipan rantai
pasok bergantung pada kepercayaan (trust).
Kepercayaan merupakan bangunan fundamental
dari suatu kolaborasi, karena kepercayaan
menjadikan setiap organisasi dapat berbagi
pengetahuan, memfasilitasi investasi aset dan
menurunkan biaya transaksi. Dimensi kepercayaan
juga mengidentifikasi pemenuhan janji, konsistensi
dan kepentingan.
Komitmen sebagai salah satu modal sosial
dapat meningkatkan kepercayaan dalam melakukan
kolaborasi dan menjadikan mitra kerjanya memiliki
tujuan untuk melakukan hubungan secara
berkelanjutan. Selain itu, keterbukaan komunikasi
baik formal maupun informal dapat mempermudah
terjadinya berbagi informasi dan pengetahuan di
antara jaringan rantai pasok. Keterbukaan ini akan
mempermudah
terjadinya
pembelajaran
interorganisasional.
Keterbukaan komunikasi,
kepercayaan dan komitmen juga dapat terjadi
karena adanya kebergantungan strategis di antara
jaringan rantai pasok dengan tujuan yang berbedabeda, seperti kebergantungan dalam memperoleh
pasar, teknologi dan layanan baru untuk menjamin
tercapainya keunggulan kompetitif. Manfaat dan
keuntungan dari suatu jaringan interorganisasional
akan
didapatkan
jika
seluruh
jaringan
interorganisasional berpartisipasi dan memiliki
koordinasi
kerja
di
antara
jaringan
interorganisasional. Koordinasi disini adalah
tingkatan integrasi baik sumber daya manusia,
proses dan teknologi.
4.3 Kemampuan Sistem Interorganisasional
Rantai Pasok
Setiap partisipan dalam jaringan rantai pasok
merupakan aktor yang saling bergantung
berdasarkan kumpulan informasi dari tingkat
upstream
sampai
tingkat
downstream.
Kompleksitas jumlah partisipan dalam jaringan
rantai pasok membuat perusahaan harus
menerapkan prioritas partisipan mana yang ikut
dalam kolaborasi informasi untuk memperkuat
hubungan strategis dari hulu ke hilir.
a.
b.
c.
d.
e.
Kompetensi TI
Sinergi Pengetahuan
Berbagi informasi
Visibilitas Informasi
Standarisasi Platform
5
Pencapaian Keselarasan
Komponen SCM dipetakan untuk mencapai
keselarasan, yang dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 3. Komponen keselarasan
Untuk mencapai keselarasan perlu untuk
melihat dari sisi kegunaan strategi bisnis dan
penggunaan teknologi serta kepemimpinan yang
kompeten
dan
keterampilan
memfasilitasi
kelompok. Komunikasi antara personil bisnis dan
TI, struktur pelaporan, arsitektur TI dan tatakelola
TI juga menjadi faktor penting lainnya untuk
mencapai keselarasan. Sehingga variabel-variabel
dalam SBITA menjadi sangat penting untuk
mencapai keselarasan.
6
Memodelkan
Komponen
Keselarasan
Interorganisasional SCM
Analisis yang telah dijabarkan di atas dapat
dijadikan panduan untuk memodelkan setiap
komponen
yang
berhubungan
dengan
interorganisasional manajemen rantai pasok. Pada
tesis ini akan dijabarkan setiap komponen
39
interorganisasional SCM yang terdiri dari: integrasi,
sinkronisasi, konvergensi dan interoperabilitas.
6.1 Komponen Sinkronisasi
Berdasarkan analisis tentang sinkronisasi,
maka sinkronisasi tidak hanya berlaku pada
sinkronisasi teknologi saja tetapi juga sinkronisasi
pada manajemen bisnis. Sinkronisasi dapat terjadi
pada:
Arus nilai jaringan rantai pasok dari
supplier ke pelanggan
Hak keputusan dari setiap anggota dalam
tingkatan jaringan rantai pasok.
Arus fisik rantai pasok dan arus informasi
dan pengetahuan
Aktivitas fungsi dan proses bisnis rantai
pasok interorganisasional
Infrastruktur bisnis sebagai pendukung
layanan interorganisasional rantai pasok
Layanan TI
(data, komunikasi dan
aplikasi) yang diberikan kepada pengguna
untuk aktivitas manajemen rantai pasok
Keterampilan personil manajemen bisnis
dan TI dengan kinerja yang terhubung
dalam jaringan rantai pasok
Budaya interorganisasional rantai pasok
Teknologi informasi dan komunikasi
rantai pasok interorganisasional
Penjelasan di atas secara tidak langsung
menyatakan bahwa keselarasan dicapai pada saat
terjadi sinkronisasi di antara ketujuh poin tersebut.
Gambar 4. Komponen-komponen Sinkronisasi
6.2 Komponen Konvergensi
Berdasarkan analisis tentang konvergensi,
maka konvergensi digunakan sebagai perangkat
komunikasi dan penyediaan informasi dan
pengetahuan yang dibutuhkan oleh partisipan rantai
pasok antar organisasi baik dalam lingkup lokal
maupun global.
40
6.3 Komponen Integrasi
Berdasarkan analisis tentang integrasi, maka
integrasi dalam domain rantai pasok seperti yang
telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya, bahwa
integrasi dapat dibagi menjadi integrasi fisik,
integrasi informasi, integrasi koordinasi, dan
integrasi desain rantai pasok. Keempat komponen
integrasi tersebut dapat dijabarkan dalam tabel 1
sebagai berikut:
Tabel 1. Empat komponen Integrasi
Komponen
Keterangan
Integrasi
Integrasi proses dan
Integrasi fisik
aktivitas rantai pasok
Integrasi
Pertukaran informasi
informasi
Integrasi
Keselarasan
proses
koordinasi
pengambilan keputusan
Integrasi
Kerjasama
dalam
desain rantai perubahan struktur rantai
pasok
pasok
6.4 Komponen Interoperabilitas
Berdasarkan analisis tentang interoperabilitas,
maka interoperabilitasdalam domain rantai pasok
membutuhkan empat dimensi kebijakan Sarantis
dkk., [9]; Dobrev dkk., [3] sebagai tindakan
implementasi, yaitu: kebijakan rantai pasok,
organisasi
rantai
pasok,
semantik
dan
teknis/fungsionalK.
eterhubungan
antara
komponen-komponen
interoperabilitas
dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 5. Komponen-komponen Konvergensi
Kompone
n SCM
Gambar 6. Komponen-komponen interoperability
Untuk dapat melihat interorganisasional rantai
pasok secara utuh, maka komponen-komponen
integrasi,
konvergensi,
sinkronisasi
dan
interoperabilitas digabungkan dalam tabel berikut:
Tabel 2. Daftar Rincian Komponen SCM
Kompone
Keterangan
n SCM
Integrasi: penggabungan bagianbagian/aktivitas-aktivitas hingga
membentuk keseluruhan
Integrasi
Integrasi proses dan aktivitas
fisik
rantai pasok
Integrasi
Pertukaran informasi
informasi
Integrasi
Keselarasan
proses
koordinasi pengambilan keputusan
Integrasi
Kerjasama dalam perubahan
desain
struktur rantai pasok
rantai
pasok
Konvergensi: kolaborasi dan keselarasan
orang, ide dan proses yang saling
bersinergi dengan cara yang baru
Keunggula Memetakan
lingkungan
n
bisnis dan teknologi
kompetitif
Content
Layanan content yang harus
terpenuhi
oleh
adanya
konvergensi
Aplikasi
Konvergensi
dalam
dan
mengurangi biaya lisensi
layanan
dalam penggunaan aplikasi
open
source
Teknologi
Konvergensi
perangkat
jaringan
komunikasi dalam lingkup
lokal maupun global
Teknologi
Jaminan keamanan dalam
keamanan
melakukan konvergensi baik
komunikasi dan penggunaan
aplikasi
Konvergen Memetakan teknologi dalam
si
melakukan konvergensi
Arsitektur
Teknologi
Konvergensi
dalam
hardware
pendukung
teknologi
Keterangan
aplikasi,
jaringan
dan
keamanan
Kebijakan
Legalitas konvergensi yang
dan
dapat
mendukung
regulasi
komunikasi
interorganisasional
Sinkronisasi: koordinasi kegiatan dalam
mengoperasikan sistem secara serempak
Arus fisik Proses aliran kerja fisik
rantai
(material) rantai pasok
pasok
Hak
Hak keputusan dari setiap
keputusan
anggota dalam tingkatan
jaringan rantai pasok
Arus nilai Arus nilai jaringan rantai
jaringan
pasok dari supplier ke
pelanggan
Aktivitas
Aktivitas fungsi dan proses
fungsi dan bisnis rantai pasok interorganisasional
proses
bisnis
Infrastrukt Mendukung
layanan
ur bisnis
interorganisasional
rantai
pasok
Keterampil Keterampilan
personil
an personil manajemen bisnis dan TI
dengan
kinerja
yang
terhubung dalam jaringan
rantai pasok
Layanan
Layanan
TI
(data,
TI
komunikasi dan aplikasi)
yang
diberikan
kepada
pengguna untuk aktivitas
manajemen rantai pasok
TIK
Teknologi informasi dan
interorgani komunikasi (TIK) rantai
-sasional
pasok interorganisasional
Arus
Arus
informasi
dan
informasi
pengetahuan baik internal
dan
organisasi dan maupun interpengetahua organisasional
n
Budaya
Budaya interorganisasional
rantai pasok
Interoperabilitas:
Kemampuan
berbagai sistem, komponen dan organisasi
saling bekerja bersama
Kebijakan
Visi, misi dan tujuan
interorganisasional
jaringan rantai pasok
Pemahaman
eksekutif
bisnis dan TI akan visi,
misi dan rencana bisnis
dan TI
Kepercayaan, komitmen,
keterbukaan komunikasi,
kebergantungan strategis,
41
Kompone
n SCM
Organisasional
Semantik
Teknis/
fungsional
42
Keterangan
partisipasi dan koordinasi
kerja
Legalitas kerjasama
Klaster bisnis
Struktur jaringan distribusi
Tipe proses hubungan
rantai pasok
Nilai
hubungan
interorganisasional
Manajemen
kontrak
jaringan
interorganisasional rantai
pasok
Prioritas investasi TI
Struktur organisasi, peran,
tanggung
jawab
dan
struktur pelaporan interorganisasional
rantai
pasok
Layanan
dan
hirarki
vertikal dan horisontal
Manajemen pengetahuan
Prosedur standar dan
aturan
main
interorganisasional rantai
pasok
Aliran kerja fungsi dan
proses
bisnis
interorganisasional rantai
pasok
Rekayasa
kolaborasi
proses bisnis
Tipologi
SI
Interorganisasional
Keselarasan
dengan
keseluruhan proses bisnis
perusahaan
(pretransaction, transaction,
post transaction)
Kapabilitas personil bisnis
maupun TI dalam jaringan
interorganisasional
Kategori layanan
Bahasa
Kesadaran
keberadaan
data dan dokumen
Standarisasi platform
Konektivitas hardware dan
software
Layanan
dan
sistem
procurement,
order
fulfillmentdemand
dan
service management
Layanan keamanan data,
aplikasi dan komunikasi
Kompone
n SCM
Keterangan
Antarmuka
pengguna
dalam
jaringan
interorganisasional rantai
pasok
Penyajian data, informasi
dan pengetahuan
Manajemen database
.Berdasarkan komponen-komponen tabel 2. di atas,
maka dapat digambarkan representasi dari
interorganisasional SCM sebagai berikut:
Gambar 7. Model Interorganisasional SCM
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengembangan dan model
interorganisasionalSCM, maka dapat disimpulkan
bahwa SCM dalam kaitannya dengan keselarasan
strategi TI dan bisnis harus mencakup sinkronisasi,
konvergensi antara manusia, proses dan teknologi
yang memiliki kemampuan integrasi dan
interoperabilitas dalam menghasilkan kompetensi
pada setiap proses (SRM, ISCM, dan CRM) dari
berbagai tingkatan supplier sampai dengan
pelanggan. Sehingga model tersebut dapat menjadi
dasar dan gambaran untuk menyusun framework
keselarasan antara strategi TI dan bisnis.
DAFTAR PUSTAKA
.
[1] Becker, J., Verduijn, T., & Kumar, K. (2004).
Supply Chain Collaboration Across Strategic,
Tactical and Operational Planning. Retrieved
Juli
16,
2010,
from
http://www.atoapps.nl/klictware/docs/HR175/.
[2] Brodie, M. L. (2000). The B2B E-commerce
Revolution: Convergence, Chaos and Holistic
Computing. Bureau for e-Business Research UBC Commerce Network.
[3] Dobrev, A., Stroetmann, K. A., Stroetmann,
V. N., Artmann, J., Jones, T., &
Hammerschmidt, R. (2008). The Conceptual
Framework of Interoperable Electronic
Health Record and ePrescribing Systems.
Bonn:
Empirica
Communication
and
Technology Research.
[4] Gattorna, J. (2006). Supply Chains are the
Business. Supply Chain Management Review
, 43–49.
[5] Hevner, A. R., March, S. T., & Park, J. (2004,
March). Design Science in Information
System Research. MIS Quaterly vol. 25 No. 1 ,
75-105.
[6] Mentzer, J. T., Witt, W. D., Keebler, J. S.,
Min, S., Nix, N. W., Smith, C. D., et al.
(2001). Defining Supply Chain Management.
Business Logistics Vol. 22 No. 2.
[7] O'Rourke, C., Selkow, W., & Fishman, N.
(2003). Enterprise Architecture Using the
Zachman
Framework.
Thomson/Course
Technology.
[8] Provan, K. G., & Kenis, P. (2007). Modes of
network governance: structure, management
and efectiveness. Journal of Public
Administration Research and Theory , 229252.
[9] Sarantis, D., Charalabidis, Y., & Psarras, J.
(2008). Toward Standardising Interoperability
Levels for Information Systems of Public
Administrations. The Electronic Journal for
Emerging Tools and Applications.
[10] Shaheen, G. (1999, January 1). Convergence
is upon us. Retrieved May 18, 2010, from
allbusiness.com:
http://www.allbusiness.com/businessplanning/business-development-strategicalliances/166424-1.html
[11] Yuan, C.-Y. (2007). Enterprise Collaborative
Transportation Management and Logistics
Performance: An Empirical Study of
Information Technology Industry in Taiwan.
International Conference on Business and
Information July 11-13, 2007. Tokyo.
43
Download