PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK PRIBADI MUSLIM SISWA SMP ALMAS’UDIYYAH BANDUNGAN, KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh: Ulfa Almaliah NIM: 111 10 154 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015 ii KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Tentara pelajar 03 Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721 Website: www.stainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected] DEKLARASI Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan. Apabila dikemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini dihadapan sidang munaqasyah skripsi. Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dimaklumi. Salatiga, Penulis Ulfa Almaliah NIM: 111 10 154 iii KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. Tentara pelajar 03 Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721 Website: www.stainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected] Mufiq, S.Ag., M. Phil. Dosen IAIN Salatiga Persetujuan Pembimbing Lamp : 5 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi Saudara : Ulfa Almaliah Kepada: Yth. Dekan IAIN Salatiga Di Salatiga Assalamu’alaikum Wr. Wb Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka bersama ini,Kami kirimkan naskah skripsi saudara: Nama : Ulfa Almaliah NIM : 111 10 154 Jurusan/Progdi : Tarbiyah/PAI Judul : PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK PRIBADI MUSLIM SISWA SMP AL-MAS’UDIYYAH BANDUNGAN, KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqasyahkan. Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Salatiga, Pembimbing Mufiq, S.Ag., M. Phil. NIP. 19690617 199603 1 004 iv SKRIPSI PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK PRIBADI MUSLIM SISWA SMP AL-MAS’UDIYYAH BANDUNGAN, KAB SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DISUSUN OLEH ULFA ALMALIAH 111 10 154 Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 1 April 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji : Drs. Juz’an, M.Hum.___ Sekretaris Penguji : Mufiq, S.Ag., M.Phil. _________________ Penguji I : Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd. __________________ Penguji II : Sukron Ma’mun, M.Si. __________________ ___ __________________ Salatiga, ............................ Dekan FTIK IAIN Salatiga Suwardi, M.Pd. NIP. 19670121 199903 1 002 v MOTTO ال َذرٍة َخ ْي ًرا يَ َره َ فَ َم ْن يَ ْع َم ْل ِمثْ َق “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya”. (QS. AL-ZALZALAH:7) PERSEMBAHAN Kubingkiskan karya sederhana ini untuk: & Almamaterku tercinta STAIN Salatiga. & Bapak & Ibu tercinta yang selalu menyayangiku, mendukung, dan menyemangatiku. Terimakasih atas untaian do’a yang tiada henti terucap dari bibir dan hati Bapak & Ibu untuk kebaikan Ananda. & Kakak-kakakku,mbak Farikah,mas Sulaiman, mbk Arifah dan mas Ikhsan Azid yang telah memotivasi dan selalu mendukung penulis. & Adikku Laila, Zaenab dan Fiza semoga kamu meraih cita-cita yang kamu impikan. . & Aini, dik Ana, Zaty, Henni, Amie, Vita, Lilis, Audy, mayura dan Any terima kasih karena kalian telah membuatku mengerti arti persahabatan. & Teman-teman D-paSta‘10 yang seperjuangan. Makasih atas segala dukungan temanteman selama ini. One all them..best friends forever. vi KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur yang telah melimpah Rahmat, Taufik, Hidayah serta Inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Pribadi Muslim Siswa SMP AlMas’udiyyah Bandungan, Kab. Semarang tahun pelajaran 2014/2015”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratanguna memperoleh gelar kesarjanaan S1Jurusan Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Dr. Rahmad Haryadi, M.Pd., selaku Ketua IAIN Salatiga yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan, Kab. Semarang. 2. Bapak Sumardi dan Ibu Rondiah, selaku orang tua tercinta yang telah mencurahkan pengorbanan dan do’a restu yang tiada henti bagi keberhasilan studi penulis. 3. Bapak Mufiq, S.Ag., M.Phil., selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing, memberikan nasehat, arahan, serta masukan-masukan yang sangat membangun dalam penyelesaian tugas akhir ini. 4. Bapak Rasimin, M.Pd selaku Kepala Prodi Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga. 5. Seluruh dosen dan petugas admin Prodi Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan penelitian berlangsung. vii 6. SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan, Kab. Semarang, bapak Khabib Mangsur selaku kepala sekolah, ibu vita Kholifatul Ulfa dan ibu Lilis Ritnowati yang telah memberikan informasi dan data yang diperlukan peneliti. 7. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan tugas-tugas penulis selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan pada umumnya. Amin ya robbal ’alamin Salatiga, Penulis Ulfa Almaliah NIM: 111 10 154 viii ABSTRAK Almaliah,Ulfa. 2015. Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Pribadi Muslim Siswa SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan, Kab.Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Mufiq, S.Ag., M.Phil. Kata Kunci : Peran Guru Pendidikan Agama Islam dan Pribadi Muslim Siswa Pribadi muslim adala identitas yang dimiliki seseorang sebagai ciri khas dari keseluruhan tingkah laku sebagai muslim, baik yang ditampilkan dalam tingkah laku secara lahiriah maupun sikap batinnya dalam rangka pengabdian dan penyerahan diri kepada Allah. Namun, pada dasarnya kepribadian bukan terjadi serta merta, akan tetapi terbentuknya melalui proses kehidupan yang panjang. Oleh karena itu banyak faktor yang ikut ambil bagian dalam upaya membentik kepribadian tersebut. Salah satunya di lingkungan sekolah karena sebagian kegiatan anak dalam kesehariannya banyak dihabiskan di lingkungan sekolah. di lingkungan sekolah guru sebagai pendidik bagi anak memiliki tugas yang amat besar sekali terhadap perkembangan kepribadiannya. Penelitian ini membahas Peran Guru Pendidikan Islam dalam Membentuk Pribadi Muslim Siswa SMP Al-Mas’udiyyah Bandingan, Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2014/1015. Fokus Penelitian yang akan dikaji adalah: 1.Bagaimana usaha guru pendidikan agama Islam dalam membentuk pribadi muslim siswa SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan, Kab. Semarang tahun pelajaran 2014/2015; 2. Metode apa saja yang digunakan guru pendidikan agama Islam dalam membentuk pribadi muslim siswa smp Al-Mas’udiyah 3. Bagaimana peran guru pendidikan agama Islam dalam emembentuk pribadi muslim siswa SMP Al- Mas’udiyyah Bandungan, Kab. Semarang tahun pelajaran 2014/2015; 4. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat peran guru pendidikan agama Islam dalam membentuk pribadi muslim siswa SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan, Kab. Semarang tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, maka kehadiran peneliti di lapangan sangat penting. Peneliti bertindak langsung sebagai instrument dan sebagai pengumpul data hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian. Data yang berbentuk kata-kata diperoleh dari para informan, sedangkan data tambahan berupa dokumen. Analisa data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada, lalu melakukan reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan dan tahap akhir dari analisa data ini mengadakan keabsahan data dengan menggunakan ketekunan pengamatan triangulasi. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pembentukan pribadi muslim siswa di SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan, Kab. Semarang dilaksanakan secara intensif setiap hari dan terus menerus. Usaha-usaha guru Pendidikan agama Islam dalam membentuk pribadi muslim yaitu dengan mengadakan kegiatan-kegiatan seperti Sholat Dhuha berjama’ah, Tadarus, Sholat Dhuhur berjama’ah, muatan pesantren dan pengajian wadhih. Metode yang digunakan adalah metode Ceramah, Metode Teladan, Metode Tanya Jawab, Metode Diskusi, Metode Latihan dan Pembiasaan, Metode Demontrasi, Metode Konseling Metode Ganjaran dan Hukuman. Guru pendidikan agama Islam berperan sebagai pengawas, peran sebagai Teladan, Peran Sebagai Pembimbing, Peran sebagai Penegak hukum, Peran sebagai pemberi Ganjaran dan Hukuman. Faktor yang menghambat pembentukan pribadi muslim: a). Waktu : terbatasnya waktu dalam membentuk pribadi muslim siswa. b). Terbatasnya pengawasan dari sekolah. c). Latar belakang siswa yang berbeda-beda. d). Sarana dan prasarana yang kurang mendukung. e). Minimnya pendidikan agama orang tua ix dan kurangnya perhatian orang tua. f). Perkembangan informasi yang tidak mengenal batas. Faktor pendukung: a). Adanya kerja sama antara sekolah dengan orang tua dalam mengawasi, mendidik dan membina siswa. b). Lingkungan sekolah yang masih kental dengan kegiatan keagamaan. c). Adanya kegiatan-kegiatan sekolah. d). adanya tata tertib di sekolah. x DAFTAR ISI LEMBAR BERLOGO................................................................................................ i JUDUL....................................................................................................................... . ii PERTANYAAN KEASLIAN SKRIPSI.................................................................... iii PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................................. . iv PENGESAHAN KELULUSAN................................................................................ v MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................................................ vi KATA PENGANTAR.............................................................................................. vii ABSTRAK................................................................................................................ ix DAFTAR ISI............................................................................................................. xi DAFTAR TABEL.................................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1 B. Rumusan Masalah...................................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian....................................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian...................................................................................... 6 E. Kajian Pustaka............................................................................................ 7 F. Penegasan Istilah........................................................................................ 8 G. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian............................................................. 13 2. Kehadiran Peneliti.................................................................................. 14 3. Lokasi Penelitian................................................................................... 14 4. Sumber Data.......................................................................................... 14 xi 5. Prosedur Pengumpulan Data................................................................. 15 6. Analisis Data......................................................................................... 18 7. Pengecekan Keabsahan Data................................................................. 19 8. Tahap-tahap Penelitian.......................................................................... 20 H. Sistematika Penulisan................................................................................. 21 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Guru Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam............................................ 24 2. Tugas dan Peran Guru Pendidikan Agama Islam.................................. 27 3. Syarat Guru Pendidikan Agama Islam.................................................. 34 B. Konsep Dasar Kepribadian Muslim 1. Pengertian Kepribadian Muslim............................................................ 38 2. Aspek-aspek Kepribadian Muslim........................................................ 42 3. Ciri-ciri Kepribadian Muslim................................................................ 44 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Siswa........................ 47 5. Prose s Pembentukan Pribadi Siswa....................................................... 6. Metode Pembentukan Pribadi Muslim.................................................. 50 52 C. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Pribadi Muslim Siswa.......................................................................................................... 55 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan............................... 59 1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Al-Mas’udiyya................................. 59 2. Profil Sekolah........................................................................................ 59 3. Visi dan Misi SMP Al-Mas’udiyyah..................................................... 63 xii 4. Tata Tertib SMP Al-Mas’udiyyah......................................................... 63 5. Profil Guru Pendidikan Agama Islam SMP Al-Mas’udiyyah............... 68 6. Usaha-usaha yang dilakukan untuk Membentuk Pribadi Muslim di SMP AlMas’udiyyah..................................................................................... 70 B. Temuan Penelitian 1. Usaha-usaha yang dilakukan untuk Membentuk Pribadi Muslim di SMP AlMas’udiyyah..................................................................................... 71 2. Metode yang Digunakan dalam membentuk Pribadi Muslim Siswa di SMP Al-Mas’udiyyah............................................................................ 73 3. Faktor Penghambat dan pendukung guru pendidikan Agama Islam ..................................................................................................... 75 BAB IV PEMBAHASAN A. Usaha -usaha Guru Pendidikan Agama Islam............................................. 77 B. Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Pribadi Muslim Siswa SMP Al-Mas’udiyyah...................................................................... 79 C. Metode dalam Pembentukan Pribadi Muslim Siswa SMP Al-Mas’udiyyah .............................................................................................. 81 D. Faktor Penghambat dan Pendukung Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Pribadi Muslim Siswa SMP Mas’udiyyah.............................................................................................. Al84 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan................................................................................................. 87 B. Saran........................................................................................................... 89 C. Penutup....................................................................................................... 89 xiii DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS DAFTAR TABEL Tabel.1 Tabel.2 Daftar Guru dan Karyawan Data Bangunan xiv Daftar Lampiran Lamp. 1 : Lamp. 2 : Lamp. 3: Lamp. 4: Lamp. 5: Lamp. 6: Lamp. 7 : Lamp. 8: Pedoman Wawancara Kode Penelitian Transkip Wawancara Lembar Konsultasi Skripsi Surat Penunjukkan Pembimbing Surat Permohonan Izin Penelitian Dokumentasi penelitian Surat Keterangan Kegiatan xv BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Soekidjo Notoatmodjo. 2003 : 16). Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk membentuk generasi yang siap mengganti tongkat estafet generasi tua dalam rangka membangun masa depan. Karena itu pendidikan berperan mensosialisasikan kemampuan baru kepada mereka agar mampu mengantisipasi tuntutan masyarakat yang dinamik. Demikian stategisnya peranan pendidikan tersebut, sehingga umat manusia senantiasa memperhatikan masalah tersebut. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh manusia melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah. Pendidikan akan sempurna apabila dibarengi dengan pendidikan agama. Pendidikan agama dalam hal ini adalah pendidikan Islam, merupakan segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam (Achmadi, 2010 : 31). Agama juga mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, hubungan dengan alam dan hubungan dengan dirinya, keseimbangan dan keserasian dalam hidup manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat dalam mencapai kemajuan lahiriah dan kebahagiaan bathiniah. sebab itulah pendidikan agama yang merupakan bagian terpenting untuk melestarikan aspek-aspek sikap dan nilai keagamaan. pendidikan agama juga harus mempunyai tujuan yang berintikan tiga aspek, yaitu aspek iman, ilmu dan amal yang merupakan sendi tak terpisahkan. Di samping itu pula seorang pendidik hendaknya tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya melainkan juga akhlak sehingga akan membentuk pribadi muslim. Dalam era globalisasi saat ini, kemajuan IPTEK dan masuknya budaya-budaya asing telah mempengaruhi bangunan dan kebudayaan serta gaya hidup manusia. Kenyataan semacam itu, akan mempengaruhi nilai, moral, sikap, atau tingkah laku kehidupan individu dan masyarakatnya. Karena itu pendidikan semakin dibutuhkan oleh manusia, karena pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan penuh dalam membentuk generasi muda agar memiliki kepribadian yang baik yaitu kepribadian yang memiliki sopan santun, perilaku atau akhlak dan moral yang baik. Pada dasarnya kepribadian bukan terjadi secara serta merta, akan tetapi terbentuknya melalui proses kehidupan yang panjang. Oleh karena itu banyak faktor yang ikut ambil bagian dalam upaya membentuk kepribadian tersebut, seperti faktor lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan juga lingkungan sekolah. Di lingkungan keluarga dan masyarakat saja tidak cukup untuk membentuk pribadi siswa/anak, karena sebagian kegiatan anak dalam kesehariannya banyak dihabiskan di lingkungan sekolah. Di lingkungan sekolah guru sebagai pendidik bagi anak memiliki tugas yang amat besar sekali terhadap perkembangan kepribadiannya, guru sebagai pendidik utama dan juga suri tauladan bagi siswanya. Guru merupakan salah satu unsur yang berpengaruh terhadap proses pembinaan moral siswa. Kedudukan guru terutama guru agama Islam memiliki peran yang sangat 2 penting dalam mencegah terjadinya kenakalan remaja. Karena pada dasarnya tugas guru pendidikan agama Islam dalam membentuk akhlak remaja (siswa) yang berkepribadian muslim (Jalaluddin 2001 : 19). Guru Pendidikan Agama Islam merupakan pendidik yang bertanggung jawab langsung terhadap pembinaan akhlak dan penanaman norma hukum tentang baik buruk serta tanggung jawab seseorang atas segala tindakan yang dilakukan baik di dunia maupun di akhirat. Pemahaman –pemahaman siswa tentang hal ini dapat sebagai kontrol diri atas segala tingkah lakunya sehingga siswa sadar bahwa perbuatan yang dilakukannya akan diminta pertangung jawabkan di kemudian hari. Jelas bahwasanya setiap muslim dididik dalam agama agar menjadi manusia yang teguh dalam akidah dan taat dalam syariah dan terpuji dalam akhlaknya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka upaya untuk mendidik dan membina generasi muda perlu terus ditingkatkan, bahkan harus dimulai sejak dini baik yang dilakukan di lingkungan keluarga (orang tua), sekolah, ataupun masyarakat. Guru memegang peran yang sangat penting dan strategis sebab ia bertanggung jawab mengarahkan anak didiknya dalam hal penguasaan ilmu dan penerapannya dalam kehidupan dan dalam menanamkan dan memberikan tauladan yang baik terhadap anak didiknya kaitanya dengan PAI. Seorang guru tidak hanya bertugas untuk mentransfer ilmu pengetahuan semata, tetapi jauh lebih berat yaitu untuk mengarahkan dan membentuk perilaku atau kepribadian anak didik sehingga mereka yakini terlebih guru PAI. Teladan kepribadian dan kewibawaan yang dimiliki oleh guru akan mempengaruhi positif atau negatifnya pembentukan kepribadian dan watak anak. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT. 3 ِ ول الل ِه أسوةٌ حسنةٌ لِمن َكا َن ي رجو الله والْي وم ِ لََق ْد َكا َن لَكم فِي رس اآلخ َر َوذَ َك َر اللهَ َكثِ ًيرا َ َْ َ َ ْ َ ََ َ َ ْ َْ َ ْ Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.(Q.S. AL-Ahzab :21). Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Rasulullah adalah suri tauladan, oleh karena itu guru dituntut memiliki kepribadian yang baik seperti apa yang ada pada diri Rasulullah SAW. Mengingat betapa pentingnya peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam membentuk akhlak dan pribadi muslim pada siswa , maka masalah tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Membentuk Pribadi Muslim Siswa di SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, maka dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana usaha Guru Pendidikan Agama Islam dalam membentuk pribadi muslim siswa di SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan, Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015 ? 2. Metode apa saja yang digunakan Guru Pendidikan Agama Islam dalam membentuk pribadi muslim siswa di SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan, Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015? 4 3. Bagaimana peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam membentuk pribadi muslim siswa di SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan, Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015 ? 4. Apa faktor pendukung dan penghambat peran guru Pendidikan Agama Islam dalam membentuk pribadi muslim siswa di SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan, Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015 ? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan : 1. Untuk mengetahui usaha Guru Pendidikan Agama Islam dalam membentuk pribadi muslim siswa di SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan, Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015. 2. Untuk mengetahui metode yang digunakan Guru Pendidikan Agama Islam dalam membentuk pribadi muslim siswa di SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan, Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015. 3. Untuk mengetahui peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam membentuk pribadi muslim siswa di SMP Al- Mas’udiyyah Bandungan, Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015. 4. Untuk mengetahui faktor yang pendukung dan penghambat Guru Pendidikan Agama Islam dalam membentuk pribadi muslim siswa SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan, Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015. D. Manfaat Penelitian 5 Dengan adanya penelitian ini semoga dapat bermanfaat dan berguna bagi SMP AlMas’udiyyah Bandungan, Kab. Semarang dan pembaca. Hasil ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain : 1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian dalam bidang pendidikan, khususnya pendidikan agama Islam, serta sebagai bahan referensi bagi semua pihak, khususnya bagi mahasiswa pendidikan agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. 2. Secara Praktis a. Bagi semua guru khususnya dalam bidang pendidikan agama Islam, dalam menyikapi betapa pentingnya mendidik dan membentuk pribadi muslim siswa, agar jangan sampai melakukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang. b. Bagi guru lebih mengetahui faktor pendukung dan penghambat peran guru dalam membentuk pribadi muslim siswa sehingga akan mempermudah dalam membentuk pribadi muslim siswa. c. Bagi penulis untuk menambah pengetahuan, serta untuk melatih kemampuan analisa masalah-masalah pendidikan. d. Bagi Almamater Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Salatiga, sebagai bahan referensi untuk dapat menambah perbendaraharaan kepustakaan, terutama bagi jurusan Pendidikan Agama Islam, serta sebagai kontribusi pemikiran terkait dengan strategi guru pendidikan agama Islam dalam membentuk pribadi muslim siswa. E. Kajian Pustaka 6 Sebelum penelitian ini dilakukan memang sudah ada penelitian-penelitian sejenis, akan tetapi dalam hal tertentu penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan. Berikut ini beberapa penelitian-penelitian sebelumnya yang dapat didokumentasikan sebagai kajian pustaka : Skripsi mahasiswa Fakult as Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011 dengan judul “ Model Pembentukan Kepribadian Islami Siswa Melalui Pembelajaran Agama Islam di SMA Negeri 1 Parung” oleh Ahmad Busyro. Ia mengupas berbagai model dan cara yang digunakan oleh guru pendidikan agama Islam dalam membentuk kepribadian Islami siswa SMA Negeri 1 Parung. Skripsi di atas mempunyai keterkaitan dengan skripsi yang ditulis yaitu pembentukan pribadi muslim, namun yang membedakan adalah lingkungan, objek dan metode yang diteliti. Skripsi mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011 dengan judul “ Peran Guru Agama Islam dalam Membentuk Akhlakul Karimah Siswa MTS Darul Ma’arif” oleh Nurmalina. Menyimpulkan bahwa peran guru agama Islam yang menanamkan nilai-nilai agama di dalam diri siswa dengan menerapkan pembiasaan di sekolah, kenyataan ini terlihat dari pelaksanaan pendidikan sehari-hari di sekolah, diantaranya pembiasaan mengucap salam, berperilaku baik bertutur kata lembut, kerapian dalam berpakaian, disiplin belajar, dan menghormati sesama. Semua ini adalah peran aktif sekolah atau guru agama Islam yang menanamkan nilai-nilai agama di dalam diri siswa. Skripsi ini mempunyai keterkaitan dengan skripsi yang ditulis yaitu peran guru pendidikan agama Islam, namun yang membedakan dengan penelitian yang dibuat 7 adalah objek kajian dan karakteristik peserta didik SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan, Kab. Semarang. F. Penegasan Istilah Untuk mengetahui secara jelas dan untuk menghindari kesalahpahaman pengertian, maka terlebih dahulu perlu dijelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul skripsi di atas. 1. Peran Guru Pengertian peran menurut Friedman,M (1998:286), yaitu peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi (ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu – individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapanharapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut. Menurut Soekanto (1990 :268), peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peran. Sedangkan guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001:288). Sedangkan menurut Noor Jamaluddin (1978 : 1), Guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifah di bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri. 8 Sedangkan menurut Jalaludin (2001 :19) guru merupakan salah satu unsur yang berpengaruh terhadap proses pembinaan moral siswa. Kedudukan guru terutama guru agama Islam memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah terjadinya kenakalan remaja. Karena pada dasarnya tugas guru pendidikan agama Islam adalah membentuk akhlak remaja (siswa) yang berkepribadian muslim. Jadi menurut Moh. Uzer Usman (2000:4) peranan guru adalah tercapainya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuan. Dengan kata lain peranan guru dapat dikatakan tugas yang harus dilaksanakan oleh guru dalam mengajar siswa untuk kemajuan yaitu perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa. Peranan guru banyak sekali, tetapi yang terpenting adalah pertama, guru sebagai pemberi pengetahuan yang benar kepada muridnya. Kedua, guru sebagai pembina akhlak yang mulia, karena akhlak yang mulia merupakan tiang utama untuk menompang kelangsungan hidup suatu bangsa. Ketiga, guru memberi petunjuk kepada muridnya tentang hidup yang baik, yaitu manusia yang tahu siapa pencipta dirinya yang menyebabkan ia tidak menjadi orang yang sombong, menjadi orang yang tahu berbuat baik kepada Rasul, kepada orang tua, dan kepada orang lain yang berjasa kepada dirinya (Abidin Nata, 1997 :69-70). jadi peran guru adalah membimbing dan mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang diinginkan yaitu menuju perkembangan siswa dan perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan norma agama. 2. Pendidikan Agama Islam Achmadi (2005 : 29) berpendapat pendidikan agama Islam ialah usaha yang lebih khusus ditekankan untuk 9 mengembangkan fitrah keberagamaan (religiousitasitas) subyek didik agar lebih mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Sementara itu Tayar Yusuf (1986 : 35) mendefinisikan Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar generasi tua untuk mengalahkan pengalaman pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia Muslim, bertaqwa kepada Allah swt. Berbudi luhur dan berkepribadian luhur yang memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupannya. Bawani (1993 : 65) berpendapat pendidikan agama dapat didefinisikan sebagai upaya untuk mengaktualkan sifat-sifat kesempurnaan yang telah dianugerahkan oleh Allah swt. Kepada manusia, upaya tersebut dilaksanakan tanpa pamrih apapun kecuali untuk semata-mata beribadah kepada Allah. Jadi guru pendidikan agama Islam menurut peneliti adalah seseorang pengajar atau pendidik yang membimbing dan mengasuh terhadap anak didik dengan ajaranajaran agama Islam. 3. Membentuk Pribadi Muslim Yang dimaksud membentuk yaitu membimbing, mengarahkan (Pendapat, pendidikan, watak, pikiran). Horton (1982 :12) berpendapat pengertian kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi dan temprament itu akan terwujud dalam tindakan seseorang jika dihadapkan pada situasi tertentu. Setiap orang mempunyai kecenderungan berperilaku yang baku, atau berpola dan konsisten. Sehingga menjadi ciri khas pribadinya. Schaefer dan Lamm (1998:97) kepribadian adalah sebagai keseluruhan pola sikap, kebutuhan, ciri-ciri khas, dan berperilaku seseorang. Pola berarti sesuatu yang sudah menjadi standar atau baku, berlaku terus menerus secara konsisten dalam 10 menghadapi situasi yang dihadapi. Pola perilaku dengan demikian juga merupakan perilaku yang sudah baku, cenderung ditampilkan seseorang jika ia dihadapkan pada situasi kehidupan tertentu. Orang yang pada dasarnya pemalu cenderung menghindarkan diri dari kontak mata dengan lawan bicaranya. Jadi yang dinamakan kepribadian muslim yaitu susunan dan kesatuan dari unsur-unsur jiwa dan akal seorang muslim yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap orang muslim tersebut. G. Metode Penelitian Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010 :3). Untuk melakukan penelitian ini diperlukan metode penelitian yang tersusun secara sistematis, dengan tujuan agar data yang diperoleh valid, sehingga penelitian layak untuk diuji kebenarannya. 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Ditinjau dari objeknya jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif merupakan penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan statistik atau kuantitatif lainnya. Penelitian kualitatif adalah :”penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain” (Lexy J. Moleong, 2008:6). Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan multi strategi. Strategi-strategi yang bersifat interaktif, seperti observasi langsung, observasi partisipan, wawancara mendalam, dokumen-dokumen, teknik-teknik perlengkapan seperti foto, rekaman, dan lain-lain (Zuriah, 2009 :95). 2. Kehadiran Penelitian 11 Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrument sekaligus pengumpul data. Peneliti datang dan secara langsung berinteraksi di tengah-tengah objek penelitian dan melakukan pengamatan, wawancara mendalam dan aktivitasaktivitas lainnya demi memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini. Peneliti turun langsung ke kancah penelitian, tanpa mewakilkan pada orang lain, agar kegiatan yang berkaitan dalam menggali, mengidentifikasi data informasi dan fenomena yang muncul di lapangan dapat diperoleh secara akurat. 3. Lokasi dan Waktu Penelitian Sesuai judul penelitian, lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMP AlMasyhudiyah Blater Jimbaran Kabupaten Semarang pada bulan September tahun 2014 sampai dengan selesai. Pemilihan lokasi dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut ; SMP Al-Mas’udiyyah terletak di lokasi pedesaan yang masyarakatnya mayoritas beragama Islam serta seyayasan dan selokasi dengan pondok pesantren Al-Mas’udiyyah. 4. Sumber Data Sebelum penelitian dilaksanakan, maka perlu ditentukan sumber data yaitu subjek dari mana data diperoleh, sehingga peneliti memperoleh sumber data yang dipandang paling mengetahui dan berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti. Sumber data terdiri dari dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang berasla dari sumber asli atau pertama. Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file. Data ini harus dicari melalui nara sumber atau dalam istilah teknisnya responden yaitu orang yang kita jadikan objek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatkan informasi ataupun data (Umi Narimawati, 2008 :98). Sedagkan menurut Sugiono (2008:402) 12 data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Responden adalah orang yang merespon atau menjawab pertanyaanpertanyaan peneliti baik pertanyaan tertulis maupun lisan (Arikunto, 2010: 107). Sedangkan informan adalah orang yang menjadi sumber data dalam penelitian (Alwi, 2007 : 794). Adapun yang menjadi responden atau informan dalam penelitian ini adalah : a. Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan, Kab. Semarang b. Siswa-siswa Al-Mas’udiyyah Bandungan, Kab. Semarang Sumber lain yang bisa dijadikan referensi seperti dokumen-dokumen maupun surat-surat penting. 5. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. a. Observasi Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2010 :30). Dalam teknik ini peneliti melakukan pengamatan-pengamatan terhadap gejala-gejala subjek yang diteliti antara lain kegiatan-kegiatan dan fasilitas yang tersedia dalam rangka menunjang proses pembentukan pribadi muslim siswa. 1) Observasi partisipasi 13 Peneliti yang menjadi kepentingannya pengumpulan data/ informasi. 2) Observasi terus terang/ dan tersamar Untuk observasi terus terang dapat berupa wawancara sedangkan yang tersamar bisa berupa pengamatan-pengamatan situasi objek penelitian. 3) Observasi tidak berstruktur Observasi yang tidak menggunakan panduan yang telah disiapkan sebelumnya, sebab fokus observasi biasanya berkembang sewaktu kegiatan penelitian berlangsung (Faisal, 1990:78-79). Pada penelitian ini peneliti menggunakan observasi partisipasi dan observasi terus terang. b. Interview (Wawancara) Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua orang pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban itu (Moleong,2007:186). Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang peran guru pendidikan agama Islam (PAI), kepribadian siswa, strategi guru PAI dalam membentuk kepribadian muslim siswa di SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan, Kab. Semarang. Secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara : (Arikunto,2010 :270) 1) Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya membuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreatifitas pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis 14 pedoman ini lebih banyak tergantung dari pewawancara. Pewawancara sebagai pengemudi jawaban respoden. 2) Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list. Pewawancara tinggal membubuhkan tanda v (check) pada nomor yang sesuai. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan dan penyimpanan informasi dan ilmu pengetahuan, mendefinisikan dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal / variabel yang berupa catatan, transkip, buku surat kabar, majalah , prasati, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2010 :274). Metode ini digunakan untuk mendapatkan data peran guru PAI dalam membentuk pribadi muslim di SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan, Kab. Semarang 6. Analisis Data Analisis data proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2008 :244). Penelitian ini akan di analisis secara kualitatif untuk mengolah data dari lapangan : a. Pengumpulan data 15 Proses analisis data dimulai dari menelaah seluruh data yang diperoleh dengan menggunakan beberapa teknik, seperti wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi yang diperoleh dari penelitian. b. Reduksi data Dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga dalam penelitian ini. c. Penyajian data Dengan menggambarkan fenomena-fenomena atau keadaan sesuai dengan data yang telah di reduksi terlebih dahulu. d. Kesimpulan Yaitu permasalahan peneliti yang menjadi pokok pemikiran terhadap apa yang akan diteliti. 7. Pengecekan Keabsahan Data Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi sumber data. Trianggulasi meruapakan sumber data untuk mengecek data yang telah dikemukakan. Selain itu, trianggulasi data adalah upaya untuk mengecek kebenarannya data tertentu dengan data adalah upaya untuk mengecek kebenarannya data tertentu dengan data yang diperoleh dari sumber lain (Moleong, 2011:330). Pendapat tersebut mengandung makna bahwa dengan menggunakan metode trianggulasi dengan mempertinggi validitas memberi kedalaman hasil penelitian sebagai pelengkap apabila data yang diperoleh dari sumber data pertama masih ada kekurangan agar data yang diperoleh ini semakin dapat dipercaya, maka data yang dibutuhkan tidak hanya dari satu sumber data saja tetapi berasal dari sumber-sumber 16 lain yang terkait dengan sumber penelitian. Di sisi lain trianggulasi data adalah cara untuk memperoleh data dengan jalan membandingkan data hasil wawancara dan hasil pengamatan maupun dokumentasi yang diperoleh dari penelitian. Dalam pengecekan keabsahan data, peneliti melakukan cross check dengan beberapa sumber lain yang terkait. 8. Tahap-tahap Penelitian Tahap-tahap penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut : a. Tahap pra lapangan 1) Mengajukan judul penelitian 2) Menyusun proposal penelitian 3) Konsultasi penelitian kepada pembimbing b. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi : 1) Persiapan diri untuk memasuki lapangan penelitian 2) Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus penelitian 3) Pencatatan data yang telah dikumpulkan c. Tahap analisa data, meliputi kegiatan : 1) Penemuan hal-hal yang penting dari data penelitian 2) Pengecekan keabsahan data d. Tahap peneliti laporan penelitian 1) Penulisan hasil penelitian 17 2) Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing 3) Perbaikan hasil konsultasi 4) Pengurusan kelengkapan persyaratan ujian 5) Ujian munaqosah skripsi H. Sistematika Penulisan Agar suatu penelitian dapat dengan mudah dipahami oleh orang yang membacanya, maka selayaknya dapat sistematika penulisan. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah : Bab I merupakan kerangka dasar yang berisi latar belakang, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian teori, penegasan istilah, metode penelitian, sistematika penulisan skripsi. Bab II berisi tentang kajian teori, merupakan bagian yang menjelaskan landasan teori yang berhubungan dengan penelitian yang memuat pengertian pembentukan kepribadian muslim, dasar dan tujuan pembentukan kepribadian muslim, metode yang digunakan dalam pembentukan kepribadian muslim, pengertian pendidikan agama Islam, tujuan dan fungsi pendidikan agama Islam, membentuk kepribadian muslim siswa, dan tahap-tahap dalam membentuk kepribadian muslim siswa. Bab III berisi paparan data dan temuan peneliti yang menjelaskan tentang gambaran umum SMP Al-Mas’udiyyah (deskripsi lokasi SMP Al- Mas’udiyyah dan tugas staf, sarana dan fasilitas di SMP Al-Mas’udiyyah, klasifikasi siswa, program pembentukan pribadi muslim siswa), dan temuan penelitian. Bab IV merupakan pembahasan hasil penelitian di lapangan yang dipaparkan dalam bab III. Pembahasan dilakukan untuk menjawab masalah 18 penelitian yang diintegrasikan ke dalam kumpulan pengetahuan yang sudah ada dengan jalan menjelaskan temuan penelitian dalam konteks khasanah ilmu. Bab V merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan pembahasan hasil penelitian dan saran-saran dari penulis sebagai sumbangan pemikiran berdasarkan teori dan hasil penelitian yang telah diperoleh dan daftar pustaka. 19 BAB II KAJIAN TEORI A. Guru Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam. Sebelum dibahas lebih lanjut tentang guru pendidikan agama Islam, maka perlu kiranya dikemukakan pengertian guru itu sendiri, diantaranya : a. Guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001:288). b. Guru menurut UU RI No. 14 Bab I Pasal I Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah : pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan dasar dan pendidikan menengah. c. Menurut Syaiful Bahri (2010:36), yang dimaksud Guru di sini adalah figur seorang pemimpin atau sosok artitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik yang bertujuan untuk membangun kepribadian. anak didik menjadi orang berguna bagi agama, bangsa dan negara jadi guru di sini mempunyai tanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam rangka membina jiwa dan watak anak didik. d. Menurut Ramayulis (2005:49), Guru atau pendidik merupakan orang yang melakukan bimbingan, pengertian ini memberikan kesan bahwa pendidik atau guru adalah orang yang melakukan kegiatan dalam pendidikan. e. Menurut Madya Ekosusilo (2005:50), Guru adalah seorang yang bertanggung jawab untuk memberikan bimbingan secara sadar terhadap perkembangan 20 kepribadian dan kemampuan peserta didik baik dari aspek jasmani ataupun dari aspek rohani sebagai individu dan juga sebagai makhluk sosial. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa guru adalah orang yang mendidik, membimbing dan ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak dalam membentuk kepribadian. Guru bukanlah sekedar orang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan meteri pengetahuan tertentu, akan tetapi merupakan anggota masyarakat yang harus aktif dan berjiwa bebas serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak didiknya menjadi dewasa dan menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab. Orang yang menerima amanat orang tua untuk mendidik anak itu di sebut guru. Namun guru bukan hanya penerima amanat dari orang tua untuk mendidik anaknya, melainkan dari setiap orang yang memerlukan bantuan untuk dididiknya. Sebagai pemegang manat, guru bertanggung jawab atas amanat yang diserahkan kepadanya. Allah swt menjelaskan dalam QS. An-nisa :58 ِ ِ ِ ِ ْي الن َّاس أَ ْن ََْت ُك ُموا بِالْ ََع ْْ ِِ إِ َّن اللَّ َه نَِعِ َّما َ ْ َاألمانَات إِ ََل أ َْهل َها َوإِ َذا َح َك ْمتُ ْم ب َ إ َّن اللَّهَ يَأْ ُم ُرُك ْم أَ ْن تُ َؤُّدوا ِ يَعِظُ ُكم بِِه إِ َّن اللَّه َكا َن ََِسيَعا ب ص ًريا َ َ ً ْ َ Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat (QS. An-nisa:58) 58. Jadi predikat guru yang melekat pada seseorang didasarkan atas amanat yang diserahkan orang lain kepadanya. Tanpa amanat itu, seseorang tidak akan disebut guru. Pendidikan agama Islam adalah upaya yang dilakukan secara sadar dan sudah terencana oleh seorang pendidik untuk menyiapkan peserta didik agar meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan bimbingan, 21 pengajaran dan pelatihan yang sudah ditentukan untuk menggapai tujuan. Untuk itu pendidikan agama Islam bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik tentang ajaran agama Islam sehingga diharapkan menjadi manusia yang terus berkembang keimanan dan ketakwaanya (Abdul Majid dan Dian Andayani, 2005:132-135). Jadi guru pendidikan agama Islam adalah seorang figur atau tokoh utama dalam kegiatan pendidikan yang mempunyai tugas dan wewenang dan tanggung jawab untuk membimbing, melatih, membina serta menanamkan ajaran Islam kepada peserta didik dalam bidang pendidikan agama Islam yaitu keimanan. Ibadah, syariah dan akhlak secara luas dan mendalam dengan tujuan agar mereka memiliki pengetahuan tentang Islam dan membentuk akhlak pada siswa. 2. Tugas dan Peran Guru Pendidikan Agama Islam a. Tugas Guru Menurut S. Nasution tugas guru sebagai pendidik profesional adalah : 1) guru sebagai orang yang mengkomunikasikan pengetahuan. 2) guru sebagai model, guru sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari, bagaimanapun guru bersikap dalam lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. 3) guru menjadi model sebagai pribadi, apakah ia berdisiplin, cermat berfikir dan mencintai pelajarannya (Abuddin Nata, 1997:115). Tugas guru menurut Uzer Usman (1991:4) ada 3 kelompok, yakni : 1) Tugas Guru dalam bidang profesi Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan keterampilanketerampilan pada siswa. 22 2) Tugas Guru dalam bidang kemanusiaan Tugas guru dalam bidang kemanusiaan meliputi bahwa guru di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun yang diberikannya, hendaknya dapat menjadikan motivasi bagi siswanya dalam belajar. Sebagai tugas kemanusiaan, seorang guru harus terpanggil untuk membimbing, melayani, mengarahkan, menolong, memotivasi, dan memberdayakan sesama, khususnya anak didiknya, sebagai sebuah keterpanggilan kemanusiaan dan bukan semata-mata terkait dengan tugas formal atau pekerjaannya sebagai guru (Marno dan Idris, 2010:20). 3) Tugas Guru dalam bidang kemasyarakatan Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya karena seorang guru diharpakan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju kepada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berdasrkan pancasila. Tugas dan peran guru tidaklah terbatas di dalam masyarakat, bahkan guru pada hakikatnya merupakan komponen strategis yang memiliki peran penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Guru juga mengemban tugas kerasulan, yaitu menyampaikan pesanpesan Tuhan kepada umat manusia. Secara lebih khusus, tugas Nabi dalam kaitannya dengan pendidikan. Sebagaimana tercantum dalam surat AlJumu’ah ayat 2 (Marno dan Idris,2010:19) : 23 ِ ِْ األميِّْي رسوال ِمْن هم ي ْت لُو علَي ِهم آياتِِه وي َزِّكي ِهم وي َعلِّمهم الْ ِكتَاب و ََ ْم َ ُه َو الَّذي بَ ََع ُ َ َ ِّ ث ِِف َ اْك َ َ ُ ُ ُ َُ َ ْ ُ َ َ ْ ْ َ َ ْ ُ ِ ِ ٍ ض ٍ ِالِ ُمب ْي َ َوإِ ْن َكانُوا م ْن قَ ْب ُل لَفي Artinya: Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata, Ayat di atas menggambarkan bahwa tugas rosul adalah untuk mengajarkan dan menyuruh umat manusia untuk membaca ayat-ayat AlQur’an, itu juga yang diemban oleh guru yaitu mengajarkan dan membimbing siswa dan siswinya. b. Peran Guru Pengertian peran menurut Friedman, M. (1998 :286) yaitu serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun informal. Peran didasarkan pada preskripsi (ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut. Menurut Soekanto (1990:268) peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (status) apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peran. Jadi menurut Moh. Uzer Usman (2000:4) peranan guru adalah tercapainya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah 24 laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuan. Dengan kata lain peranan guru dapat dikatakan tugas yang harus dilaksanakan oleh guru dalam mengajar siswa untuk kemajuan yaitu perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa. Peranan guru banyak sekali, tetapi yang terpenting adalah pertama, guru sebagai pemberi pengetahuan yang benar kepada muridnya. Kedua, guru sebagai pembina akhlak yang mulia, karena akhlak yang mulia merupakan tiang utama untuk menompang kelangsungan hidup suatu bangsa. Ketiga, guru memberi petunjuk kepada muridnya tentang hidup yang baik, yaitu manusia yang tahu siapa pencipta dirinya yang menyebabkan ia tidak menjadi orang yang sombong, menjadi orang yang tahu berbuat baik kepada Rasul, kepada orang tua, dan kepada orang lain yang berjasa kepada dirinya (Abuddin Nata, 1997 :69-70). Untuk mewujudkan peran guru, maka seorang guru harus memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Keempat kompetensi tersebut dapat kita kelompokkan menjadi dua yaitu hard competence adalah kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Sementara soft competence adalah kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial (Muqowim, 2012:vii-viii). Pembentukan karakter mengutamakan soft competence guru untuk keberhasilan mendidik peserta didiknya. Karena soft competence lebih kepada proses mentransfer nilai bukan proses mentransfer pengetahuan yang cenderung berubah. Menurut Mukhtar (2003:93-94), peran guru pendidikan Agama Islam (PAI) dalam pembentukan akhlak atau karakter lebih difokuskan pada tiga peran, yaitu : 25 1) Peran pendidik sebagai pembimbing Peran pendidik sebagai pembimbing sangat berkaitan erat dengan praktik keseharian. Untuk dapat menjadi seorang pembimbing, seorang pendidik harus mampu memperlakukan para siswa dengan menghormati dan menyayangi (mencintai). Ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan oleh seorang pendidik yaitu, meremehkan/ merendahkan siswa, memperlakukan sebagai siswa secara tidak adil, dan membenci sebagian siswa. Perlakuan pendidik sebenarnya sama dengan perlakuan orang tua terhadap anak-anaknya yaitu penuh respek dan kasih sayang serta memberikan perlindungan, sehingga dengan demikian, semua siswa merasakan senang dan familiar untuk sama-sama menerima pelajaran dari pendidiknya tanpa ada paksaan, tekanan dan sejenisnya. Pada intinya, setiap siswa dapat merasa percaya diri bahwa di sekolah/ madrasah ini, ia akan sukses belajar lantaran ia merasa dibimbing, didorong dan diarahkan oleh pendidiknya dan tidak dibiarkan tersesat. Bahkan dalam hal-hal tertentu pendidik harus bersedia membimbing dan mengarahkan satu persatu dari seluruh siswa yang ada (Mukhtar , 2003:93-94). 2) Peran pendidik sebagai model (contoh) Peranan pendidik sebagai model pembelajaran sangat penting dalam rangka membentuk akhlak mulia bagi siswa yang diajar. Karena gerak gerik guru sebenarnya selalu di perhatikan oleh setiap murid. Tindak tanduk, perilaku, bahkan gaya guru selalu diteropong dan sekaligus dijadikan cermin (contoh) oleh murid-muridnya. Apakah yang baik atau yang buruk. kedisiplinan, kejujuran, keadilan, kebersihan, kesopanan, 26 ketulusan, ketekunan, kehati-hatian akan selalu direkam oleh murid- muridnya dan pada batas-batas tertentu akan diikuti oleh murid-muridnya. Demikian pula sebaliknya, kejelekan-kejelekan gurunya akan direkam oleh muridnya dan biasanya akan lebih mudah dan cepat diikuti oleh murid-muridnya. Semuanya akan menjadi contoh bagi murid, karena guru harus bisa menjadi contoh yang baik bagi murid-muridnya. Guru juga menjadi figur secara tidak langsung dalam pembentukan akhlak siswa dengan memberikan bimbingan tentang cara berpenampilan, bergaul dan berperilaku yang sopan (A. Qodri Azizy, 2003:164-165). 3) Peran Pendidik Sebagai Penasehat Seorang pendidik memiliki jalinan ikatan batin atau emosional dengan para siswa yang diajarnya. Dalam hubungan ini pendidik berperan aktif sebagai penasehat. Peran pendidik bukan hanya sekedar menyampaikan pelajaran di kelas lalu menyerahkan sepenuhnya kepada siswa dalam memahami materi pelajaran yang disampaikannya tersebut. Namun, lebih dari itu, guru juga harus mampu memberi nasehat bagi siswa yang membutuhkannya, baik diminta ataupun tidak (Mukhtar, 2003:95-96). Oleh karena itu hubungan batin dan emosional antara siswa dan pendidik dapat menyampaikan terjalin efektif, bila nilai-nilai moral, maka sasaran peranan utamanya adalah pendidik dalam menyampaikan nasehat menjadi sesuatu yang pokok, sehingga siswa akan merasa diayomi, dilindungi, dibina, dibimbing, didampingi penasehat dan diemong oleh gurunya. 27 Setiap guru utamanya Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) hendaknya menyadari bahwa pendidikan agama Islam bukanlah sekedar mentransfer pengetahuan agama dan melatih ketrampilan anak-anak dalam melaksanakan ibadah atau hanya membangun intelektual dan menyuburkan perasaan keagamaan saja, akan tetapi pendidikan agama lebih luas daripada itu. Pendidikan agama Islam berusaha melahirkan siswa yang beriman, berilmu, dan beramal saleh. Sehingga dalam suatu pendidikan moral, PAI tidak hanya menghendaki pencapaian ilmu itu semata tetapi harus didasari oleh adanya semangat moral yang tinggi dan akhlak yang baik (Mukhtar, 2003:95-96). Untuk itu seorang guru sebagai pengemban amanah pembelajaran PAI haruslah orang yang mempunyai pribadi saleh. 3. Syarat Guru Pendidikan Agama Islam Menurut (Abdurrahman An-nahlawi, 1995:170) ada beberapa syarat seorang guru yang perlu diperhatikan guru yaitu : a. Seorang guru hendaknya mengajarkan ilmunya dengan sabar. b. Seorang guru ketika menyampaikan ilmunya kepada anak didik, seorang guru harus memiliki kejujuran dengan menerapkan apa yang dia ajarkan dalam kehidupan pribadinya. c. Seorang guru senantiasa meningkatkan wawasan, pengetahuan dan kajiannya. d. Seorang guru dituntut cerdik dan terampil dalam menciptakan metode yang variatif serta sesuai dengan situasi. e. Seorang guru dituntut mampu bersikap tegas dan meletakkan sesuatu sesuai proporsinya sehingga dia akan mampu mengontrol dan menguasai jiwa. f. Seorang guru dituntut untuk memahami psikologi anak, psikologi perkembangan dan psikologi pendidik sehingga ketika dia mengajar, dia akan 28 memahami dan memperlakukan anak didiknya sesuai kadar intelektual dan kesiapan psikologisnya. g. Seorang guru dituntut untuk peka terhadap fenomena kehidupan sehingga dia mampu memahami berbagai kecenderungan dunia beserta dampak dan akibat bagi peserta didik, terutama dampak dalam pola pikir mereka. Soejono menambahkan syarat yang dikutib oleh (Ahmad Tafsir, 2001:83) adalah : 1) umur harus sudah dewasa, 2) tentang kemampuan mengajar, 3) ia harus ahli, dan 4) harus berdedikasi tinggi. Sebagaimana pula dijelaskan pada peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi pedagogik merupakan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi : 1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan. 2) Pemahaman terhadap peserta didik. 3) Pengembangan kurikulum atau silabus. 4) Perancangan pembelajaran. 5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. 6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran. 7) Evaluasi hasil belajar, dan 8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. Kompetensi kepribadian, kemampuan pribadi ini meliputi hal-hal sebagai berikut : 29 1) Beriman dan bertakwa 2) Berakhlak mulia 3) Arif dan bijaksana 4) Demokratis 5) Mantap 6) Berwibawa 7) Stabil 8) Dewasa 9) Jujur 10) Sportif 11) Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, dan 12) Secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk: 1) Berkomunikasi lisan, tulis dan /atau isyarat secara santun 2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional 3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik 4) Bergaul secara santun, dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku, dan 5) Menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan. Kompetensi professional merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yag sekurung-kurangnya meliputi penguasaan : 30 1) Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu, dan 2) Konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu. Menurut Al-Ghazali yang dikutip oleh (Asrorun Niam Sholeh, 2006:7), pendidik harus mempunyai sifat kasih sayang terhadap siswa, melakukan aktifitas karena Allah swt, mampu memberikan nasehat yang baik kepada siswa, mampu mengarahkan siswa kepada hal yang positif, mengetahui intelektualitas siswa, dan mampu menumbuhkan kegairahan siswa terhadap ilmu yang dipelajarinya. Dari pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa seorang guru diharapkan memiliki syarat-syarat, ada beberapa syarat yang harus dimiliki seorang guru, diantaranya kemampuan dalam mengajar siswa, karena jika guru tidak memiliki kemampuan dalam mengajar siswa dikhawatirkan akan menjerumuskan siswa kepada hal-hal negatif. Guru diharapkan mempunyai sifat kasih sayang terhadap siswa, karena sifat kasih sayang ini pada akhirnya akan melahirkan keakraban dan ketentraman belajar selain itu harus memiliki kompetensi guru menurut Undang-undang No 14 tahun 2005 yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, professional dan sosial. B. Konsep Dasar Kepribadian Muslim 1. Pengertian Kepribadian Muslim Menurut Akyas Azhari ( 2004: 161) Kata kepribadian (Personality) sesungguhnya berasal dari bahasa Latin : persona. Pada mulanya, kata persona ini menunjukkan pada topeng yang biasa digunakan oleh pemain sandiwara di zaman 31 Romawi dalam memainkan peran-perannya. Pada saat itu, setiap pemain sandiwara memainkan perannya masing-masing sesuai dengan topeng yang dikenakannya. Lambat laun, kata persona atau personality berubah menjadi istilah yang mengacu pada gambaran sosial tertentu yang diterima oleh individu dari kelompok atau masyarakatnya, kemudian individu tersebut diharapkan bertingkah laku berdasarkan atau sesuai dengan gambaran sosial (peran) yang diterimanya (Baharuddin, 2007:206-207). Sedangkan menurut Muhammad Alim (2006:38), kata siswa yang disamakan dengan anak didik merupakan sekelompok individu yang melakukan kegiatan untuk mencari suatu hal yang belum dimengerti. Dalam pelaksanaan proses ini disebut juga sebagai proses belajar mengajar. Sedangkan menurut Usman Nataji (1997:240), kepribadian adalah organisasi dinamik dari peralatan fisik dan psikis dalam diri individu yang membentuk karakternya yang unik dalam penyesuaiannya dengan lingkungannya. Sedangkan definisi kepribadian yang dikembangkan para ahli kepribadian , yaitu : 1. Menurut Hilgard dan Marquis, Kepribadian adalah nilai sebagai stimulus sosial, kemampuan menampilkan diri secara mengesankan. 2. Menurut Setern, kepribadian adalah kehidupan seseorang secara keseluruhan, individual, unik, usaha mencapai tujuan, kemampuannya bertahan dan membuka diri, kemampuan memperoleh pengalaman. 3. Menurut Allport, kepribadian adalah organisasi dinamik dalam sistem psikofisiogik seseorang yang menentukan model penyesuaian yang unik dengan lingkungannya. 4. Menurut Guilford, kepribadian adalah pola trait-trait yang unik dari seseorang. 32 5. Menurut Pervin, Kepribadian adalah seluruh karakteristik seseorang yang mengakibatkan pola yang menetap dalam merespon suatu situasi. 6. Menurut Marry, kepribadian adalah suatu lembaga yang mengatur organ tubuh, yang sejak lahir sampai mati tidak pernah berhenti terlibat dalam pengubahan secara fungsional. 7. Menurut Phares, kepribadian adalah pola khas dari pikiran, perasaan dan tingkah laku yang membedakan orang satu dengan yang laindan tidak berubah lintas waktu dan situasi. Dari perbedaan teori diatas, menurut Alex Sobur ada beberapa persamaan ciri dalam teori tersebut, yaitu : a) Kepribadian sebagai suatu yang unik atau khas pada diri setiap orang; b) Kepribadian dipandang sebagai organisasi yang menjadi penetu atau pengarah tingkah laku; dan c) Corak dan keunikan kepribadian individu ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan (Alex Sobur, 2003:301). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian siswa adalah tingkah laku siswa yang mengekspresiasikan kepribadian yang muncul dalam diri dan dimanifestasikan dalam perbuatan. Dapat dikatakan juga kepribadian siswa sebagai bentuk prilaku siswa dalam menerapkan hasil pengajaran dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan kata “muslim” dalam Ensiklopedi Muslim adalah sebutan bagi orang yang beragama Islam. Dalam pengertian dasar dan idealnya adalah orang yang menyerahkan diri, tunduk dan patuh pada ajaran Islam (Departemen Agama, 1993:811). Sedangkan menurut Toto Tasmaran (1995:157), muslim adalah orang yang konsekuen bersikap hidup sesuai dengan ajaran Qur’an dan sunnah. 33 Jadi, muslim adalah yang menempuh jalan lurus, yaitu jalan yang dikehendaki Allah dan diridlai-Nya. Mereka yang menempuh jalan lurus dan mengambil penerangan dari cahaya kebenaran Tuhan, itulah orang-orang yang mencerminkan kemanusiaan yang benar dan lurus, yang telah mewujudkan maksud dan tujuan hidupnya dan telah melaksanakan tugasnya dalam hal ini (Umar Sulaiman Alasyqar, 2000:5). Muslim wajib meneguhkan hatinya dalam menanggung segala ujian dan penderitaan dengan tenang. Demikian juga menunggu hasil pekerjaan, bagaimana jauhnya memikul beban hidup harus dengan hati yang yakin tidak ragu sedikitpun (Muhammad Al-Ghazali, 43). Hal ini sesuai dengan QS. Al-Baqarah ayat 112 : ِ ِِ ف َعلَْي ِه ْم َوال ه ْم يَ ْح َزنو َن ٌ َجره ِع ْن َد َربِِّه َوال َخ ْو ْ َسلَ َم َو ْج َهه لله َوه َو م ْحس ٌن فَ لَه أ ْ بَلَى َم ْن أ 112. (tidak demikian) bahkan Barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, Maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Dalam konteks ini, pengertian kepribadian muslim merupakan satu komponen. Menurut Ahmad D. Marimba (1989:69), kepribadian muslim adalah kepribadian yang aspek-aspeknya yakni baik tingkah laku luarnya, kegiatan jiwanya maupun filsafat hidup dan kepercayaannya kepribadian kepada Tuhan dan menyerahkan diri kepada-Nya. Hal ini senada dengan definisi Fadhil al-Jamaly yang dikutip oleh Ramayulis (1994:92), bahwa kepribadian muslim menggambarkan muslim yang berbudaya, yang hidup bersama Allah dalam tingkah laku hidupnya dan tanpa akhir ketinggiannya. Kepribadian muslim ini mempunyai hubungan erat dengan Allah, alam dan manusia. Jadi, kepribadian muslim adalah identitas yang dimiliki seseorang sebagai ciri khas dari keseluruhan tingkah laku sebagai muslim, baik yang ditampilkan dalam 34 tingkah laku secara lahiriah maupun sikap batinnya dalam rangka pengabdian dan penyerahan diri kepada Allah. 2. Aspek-aspek kepribadian muslim Dalam diri manusia terdiri dari beberapa sistem atau aspek. Adapun menurut Ahmad D. Marimba (1989:67) membagi aspek kepribadian menjadi tiga hal, yaitu aspek-aspek kejasmaniahan, aspek-aspek jiwa, aspek-aspek kerohanian yang luhur. a. Aspek kejasmaniah Aspek ini meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak dan ketahuan dari luar, misalnya cara-cara berbuat dan cara-cara berbicara (Ahmad D. Marimba, 1989:67). Menurut Abdul Aziz Ahyadi (1995:69) aspek ini merpakan sistem original di dalam kepribadian, berisikan hal-hal yang di bawa sejak lahir (unsur-unsur biologis ) karena apa yang ada dalam kedua aspek lainnya tercermin dalam aspek ini. b. Aspek Kejiwaan Aspek ini meliputi aspek-aspek yang abstrak (tidak terlihat dan ketahuan dari luar), misalnya cara berpikir, sikap dan minat. Aspek ini memberi suasana jiwa yang melatarbelakangi seseorang merasa gembira, maupun sedih, mempunyai semangat tinggi atau tidak dalam bekerja, kemauan keras dalam mencapai cita-cita atau tidak, mempunyai rasa sosial yang tinggi atau tidak, dan lain-lain. Aspek ini dipengaruhi oleh tenaga-tenaga kejiwaan yaitu : cipta, rasa dan karsa.(Ahmad D. Marimba, 1989:67). c. Aspek kerohaniahan yang luhur 35 Aspek “roh” mempunyai unsur yang tinggi di dalamnya terkandung kesiapan manusia untuk merealisasikan hal-hal yang paling luhur dan sifat-sifat yang paling suci (Muhammad Usman Najati, 1997 :243). Aspek ini merupakan aspek kejiwaan yang lebih abstrak yaitu filsafat hidup dan kepercayaan. Ini merupakan sistem nilai yang telah meresap dalam kepribadian, memberikan corak pada seluruh kehidupan individu. Bagi yang beragama aspek inilah yang memberikan arah kebahagiaan dunia maupun akhirat. Aspek inilah yang memberikan kualitas pada kedua aspek lainnya. 3. Ciri-ciri Kepribadian Muslim Kepribadian muslim merupakan identitas yang dimiliki seseorang sebagai ciri khas dari keseluruhan tingkah laku sebagai muslim, baik ditampilkan secara lahiriah maupun sikap batinnya. Hal itulah yang memunculkan keunikan pada seseorang yang biasa disebut ciri. Ciri dapat berupa sikap, sifat maupun bentuk fisik yang melekat pada diri seseorang. Citra orang yang berkepribadian muslim terdapat pada muslim sejati. Muslim yang meleburkan secara keseluruhan kepribadian dan eksistensinya ke dalam Islam.(Abul A’la Maududi, 2000: 140). Muslim ini benar-benar beriman kepada Allah. Adapun menurut Usman Najati, ciri-ciri kepribadian muslim diklasifisikan dalam 9 bidang perilaku yang pokok, yaitu : a. Sifat-sifat yang berkenaan dengan akidah Yaitu beriman kepada Allah, para Rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, malaikat, hari akhir, kebangkitan dan perhitungan, surga dan neraka, hal ghaib dan qadar. (Muhammad Usman Najati, 1997: 258). b. Sifat-sifat yang berkenaan dengan ibadah 36 Ibadah dalam hal umum adalah segala yang yang di sukai dan diridlai Allah. Hal ini meliputi menyembah Allah, melaksanakan kewajiban-kewajiban seperti shalat, berpuasa, zakat, haji, berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa, bertakwa kepada Allah, mengingat-Nya melalui dzikir, do’a dan membaca Al-Qur’an. c. Sifat-sifat yang berkenaan dengan hubungan sosial Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas dari orang lain, saling membutuhkan dalam hidupnya. Sifat-sifat sosial ini meliputi bergaul dengan baik, dermawan, bekerjasama, tidak memisahkan diri dari kelompok, suka memaafkan, mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran. (Muhammad Usman Najati, 1997:258). d. Sifat-sifat yang berkenaan dengan hubungan kekeluargaan Hal ini meliputi berbuat baik kepada orang tua dan kerabat, pergaulan yang baik antara suami dan istri, menjaga dan membiayai keluarga. e. Sifat-sifat moral Keadaan yang menimpa hati manusia selalu berubah-ubah. Pada jiwa manusia ada dorongan nafsu dan syahwat yang kadang-kadang terpengaruh Sang Khalik. Untuk itu seorang muslim harus memiliki sifat-sifat : sabar, lapang dada, adil, menepati janji, baik terhadap Allah maupun manusia, rendah diri, istiqomah dan mampu mengendalikan hawa nafsu. f. Sifat-sifat Emosional dan sensual Meliputi : cinta kepada Allah, takut akan azab Allah, tidak putus asa akan rahmat Allah, senang berbuat baik kepada orang lain, menahan dan mengendalikan kemarahan, tidak dengki kepada orang lain, dan lain-lain. 37 g. Sifat-sifat kognitif dan intelektual Intelektual dan kognitif berhubungan dengan akal. Akal dalam pengertian Islam bukan otak. Akal ada tiga unsur yaitu; pikiran, perasaan dan kemauan. Akal merupakan alat yang menjadikan manusia dapat melakukan pemilihan antara yang betul dan yang salah. Allah selalu memerintahkan kepada manusia untuk menggunakan akalnya agar dapat memahami fenomena alam semesta ini. Sifat-sifat yang berhubungan dengan ini adalah memikirkan alam semesta, menuntut ilmu, tidak bertaqlid buta, memperhatikan dan meneliti realitas, menggunakan alasan dan logika dalam berakidah. h. Sifat-sifat yang berkenaan dengan kehidupan praktis dan professional Islam sangat menekankan setiap manusia untuk memakmurkan bumi dengan cara memanfaatkan karunia yang telah diberikan kepadanya. Di samping itu manusia dituntut untuk beramal shaleh dan bekerja sebagai kewajiban yang harus dilakukan setiap manusia sesuai dengan kapasitas dan kemampuan dirinya. Dalam bekerja, manusia harus bertanggung jawab atas pekerjaannya. Sifat-sifat yang berkenaan dengan kehidupan praktis dan professional ini meliputi tulus dalam bekerja, bertanggung jawab, berusaha dan giat dalam upaya memperoleh rizki dari Allah swt. i. Sifat-sifat fisik Keseimbangan kebutuhan tubuh dan jiwa merupakan kepribadian yang serasi dalam Islam. Jadi, kebutuhan tubuh dan jasmani perlu diperhatikan karena berpengaruh pada jiwa seseorang. Pepatah mengatakan bahwa dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Hal-hal yang berkaitan dengan sifat-sifat fisik adalah kuat, sehat, bersih dan suci dari najis. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Siswa 38 Pada dasarnya kepribadian manusia itu selalu mengalami perubahan, bahwa manusia itu mudah atau dapat dipengaruhi atau sesuatu yang ada di sekitar atau yang mempengaruhinya. Maka, pribadi siswa sangat perlu dengan tujuan membentuk watak atau perilaku yang baik, sehingga dapat dibimbing menjadi siswa yang lebih baik sesuai dengan ajaran Islam. Misalnya, siswa yang semula bermalas-malasan, dapat dibimbing menjadi siswa yang rajin. Tentunya dengan ketelatenan dan perhatian dari pembimbing atau orang di sekitarnya (keluarga). Namun, yang perlu kita sadari bahwa terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan pribadi siswa, ada dua faktor yang berperan terhadap pembentukan pribadi siswa. Faktor-faktor yang dimaksud adalah : a. Faktor internal atau faktor dalam diri siswa Abu Hamadi (1998:198) berpendapat faktor internal adalah faktor yang dibawa individu sejak dalam kandungan hingga kelahiran. Jadi, faktor ini merupakan faktor keturunan atau faktor pembawaan. Yang dimaksud pembawaan adalah segala sesuatu yang dibawa oleh anak sejak lahir, yang bersifat kejiwaan maupun yanf bersifat kebutuhan. Kejiwaan yang berwujud fikiran, perasaan, kemauan, fantasi, ingatan dan sebagainya. Jadi jelas bahwa faktor dari dalam yang dibawa anak sejak lahir akan turut mempengaruhi terhadap kepribadiannya. Namun bagi siswa yang menyimpang dari naluri pembawaan dalam artian mental pribadinya banyak ditimbulkan oleh akibat pengaruh dari lingkungan mereka. b. Faktor eksternal atau faktor dari lingkungan 39 Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri individu, merupakan pengalaman-pengalaman, alam sekitar, pendidikan dan sebagainya yang dikemukakan dengan pengertian “milleu” (Abu Ahmadi,1998:200). 1) Keluarga Dadang Hawari (1998:159) berpendapat keluarga adalah lingkungan pendidikan pertama yang dikenali anak. Orang tua merupakan pembina pertama. Sebagai pendidikan yang pertama, lingkungan adalah pusat dimana diletakkan dasar-dasar pandangan hidup dan pembentukan pribadi siswa. Di dalam keluargalah siswa menerima pengalaman pertama dalam menghadapi sesamanya atau bergaul sesama manusia dan dalam menghadapi manusia pada umunya serta lingkungan terhadap perkembangan mental pribadi siswa. 2) Sekolah Sekolah merupakan masyarkat mini, dimana seorang anak diperkenalkan dengan kehidupan dunia luar. Dalam sekolah anak mulai mengenal teman-teman yang berbeda karakter. Perbedaan dan banyaknya teman-teman sebaya membuat anak belajar untuk menyesuaikan diri dengan kelompok-kelompoknya. Jalaluddin (2000:204-206) berpendapat lembaga pendidikan yang berbasis agama bagaimanapun akan memberi pengaruh bagi pembentukan kepribadian anak. Namun demikian besar kecilnya pengaruh itu tergantung pada penanaman nila-nilai agama, sebab pendidikan agama pada hakekatnya merupakan pendidikan nilai. Oleh karena itu banyak sekali orang tua yang sangat hati-hati dalam memilih dan memasukkan anaknya ke dalam sekolah tertentu. Bagi orang tua yang religius, akan memasukkan 40 anaknya ke sekolah agama, hal itu akan memberikan bekal agama pada diri anak dalam menjalani kehidupannya. 3) Lingkungan masyarakat Lingkungan masyarakat dimana siswa bertempat tinggal turut pula mewarnai atau mempengaruhi pembentukan pribadi siswa, karena perkembangan jiwa sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya, pengaruh tersebut datang dari teman-temannya dalam masyarakat sekitarnya. Melihat realita yang ada nampaknya pengaruh tidak hanya positif, melainkan banyak pula yang bersifat negatif. Pengaruh yang positif, melainkan banyak pula yang bersifat negatif. 5. Proses pembentukan pribadi siswa Pembentukan kepribadian muslim dilakukan secara berangsur-angsur, membutuhkan sebuah proses. Hal ini dikarenakan merupakan pembentukan kepribadian yang menyeluruh, terarah dan berimbang. Pembentukan ini ditujukan pada pembentukan nilai-nilai keislaman sebagai upaya untuk menjadikan kemampuan diri sebagai pengabdi Allah yang setia. Apabila prosesnya berlangsung dengan baik akan menghasilkan suatu kepribadian yang harmonis dan serasi. Dikatakan harmonis apabila segala aspek-aspeknya seimbang. Adapun proses pembentukan kepribadian menurut Ahmad D. Marimba (1989:48) terdiri dari atas tiga taraf yaitu pembiasaan, pembentukan pengertian, sikap dan minat, serta pembentukan kerohanian yang luhur. a. Pembiasaan Pembiasaan ini bertujuan membentuk aspek kejasmanian dari kepribadian atau memberi kecakapan berbuat dan mengucapkan sesuatu (pengetahuan hafalan) caranya dengan mengontrol dan menggunakan tenaga-tenaga 41 kejasmanian dan dengan bantuan tenaga kejiwaan, terdidik dibiasakan dalam amalan-amalan yang dikerjakan dan diucapkan. Misalnya puasa dan sholat (Ahmad D. Marimba, 1989:76). b. Pembentukan pengertian, sikap dan minat Pada taraf kedua ini diberikan pengertian atau pengetahuan tentang amalan-amalan yang dikerjakan dan diucapkan. Taraf ini perlu ditanamkan dasar-dasar kesusilaan yang erat hubungannya dengan kepercayaan, yang mana perlu menggunakan tenaga-tenaga kejiwaan: karsa, rasa dan cipta(Ahmad D. Marimba, 1989:77). Dengan menggunakan pikiran (cipta) dapatlah ditanamkan tentang amalan-amalan yang baik. Dengan adanya pengertian-pengertian terbentuklah pendirian (sikap) dan perundang mengenai hal-hal keagamaan, misalnya menjauhi dengki, menepati janji, ikhlas, jujur, sabar, bersyukur dan lain-lain. Begitu juga dengan adanya rasa (Ketuhanan) disertai dengan pengertian, maka minat dapat diperbesar dan ikut serta dalam pembentukan kepribadian muslim. c. Pembentukan kerohanian yang luhur Pembentukan ini menanamkan kepercayaan terhadap rukun iman, yaitu iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada Rasul-Nya, iman kepada kitab-Nya, iman kepada hari akhir dan iman kepada qada dan qadar. Pada taraf ini muncul kesadaran dan pengertian yang mendalam. Segala yang dipikirkan, dipilih, diputuskan serta dilakukan adalah berdasarkan keinsyafan dari dalam diri sendiri dengan disertai rasa tanggung jawab. Oleh karena itu disebut juga pembentukan sendiri (Ahmad D. Marimba, 1989 :87-88). 42 Ketiga taraf ini saling mempengaruhi. Taraf yang lebih rendah akan menjadi landasan taraf berikutnya dan menimbulkan kesadaran dan keinsyafan sehingga memunculkan pelaksanaan amalan-amalan yang lebih sadar dan khusuk. Jalaluddin dan Usman Said (1999:93) berpendapat bahwa pembentukan kepribadian muslim berawal dari individu kemudian ke masyarakat (ummah). Dalam pembentukan kepribadian muslim sebagai individu, pembentukan diarahkan kepada peningkatan dan pengembangan faktor dasar (bawaan) dan faktor lingkungan yang berpedoman pada nilai-nilai keislaman. Faktor dasar dikembangkan dan ditingkatkan kemampuannya melalui bimbingan dan pembiasaan berfikir, bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan norma-norma Islam. Sedangkan faktor lingkungan dilakukan dengan cara mempengaruhi individu dengan menggunakan usaha membentuk kondisi yang mencerminkan pola kehidupan yang sejalan dengan norma Islam, seperti teladan yang baik dan lingkungan yang serasi. 6. Metode pembentukan pribadi muslim Beberapa metode yang digunakan dalam pembentukan pribadi muslim antara lain : a. Metode keteladanan Keteladanan merupakan perbuatan yang patut ditiru dan dicontoh dalam praktek pendidikan, anak didik cenderung meneladani pendidiknya. Karena secara psikologis anak senang meniru tanpa memikirkan dampaknya. Amr bin Utbah berkata kepada guru anaknya, “Langkah pertama membimbing anakku hendaknya membimbing dirimu terlebih dahulu. Sebab pandangan anak tertuju pada dirimu maka yang baik kepada mereka adalah kamu kerjakan dan yang buruk adalah yang kamu tinggalkan”.(Imam A.Mukmin, 2006:89). b. Metode pembiasaan dan latihan 43 Mendidik dengan melatih dan pembiasaan adalah mendidik dengan cara memberikan latihan-latihan terhadap suatu norma tertentu kemudian membiasakan untuk mengulangi kegiatan tertentu tersebut berkali-kali agar menjadi bagian hidupnya, seperti sholat, puasa, kesopanan dalam bergaul dan sebagainya. c. Metode Cerita Cerita memiliki daya tarik yang besar untuk menarik perhatian setiap orang, sehingga orang akan mengaktifkan segenap indranya untuk memperhatikan orang yang bercerita. Hal ini terjadi karena cerita memiliki daya tarik untuk disukai jiwa manusia. Sebab didalam cerita terdapat kisah-kisah zaman dahulu, sekarang, hal-hal yang jarang terjadi dan sebagainya. Selain itu cerita juga lebih lama melekat pada otak seseorang bahkan hampir tidak terlupakan (Fuad Asysyalhub, 2006:115). Sehingga akan mempermudah pemahaman siswauntuk mengambil pelajaran dari kisah-kisah yang telah diceritakan dalam pelaksanaan metode ini, guru juga bisa menyertai penyampaian nasehat-nasehat untuk anak didiknya (siswa) dalam ayat al-Qur’an ayat yang mengandung metode cerita diantaranya : Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orangorang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. 111. d. Metode nasehat 44 Metode nasehat adalah suatu metode pendidikan dan pengajaran dengan cara memberikan peringatan atau pemberitahuan atas kebaikan dan kebenaran dengan jalan apa saja yang dapat menyentuh hati dan memotivasinya untuk berbuat sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Nasehat yang diberikan ini selalu disertai dengan panutan atau teladan dari si pemberi nasehat itu. Ini menunjukkan bahwa antara satu metode yakni metode lain yang dalam hal ini keteladanan bersifat saling melengkapi (Abudin Nata, 1997:98). C. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Pribadi Muslim Siswa Masa remaja adalah masa pembinaan dan persiapan terakhir sebelum memasuki masa dewasa yang penuh tanggung jawab. Mereka selalu ingin dianggap berguan dalam lingkungannya. Oleh karena itu, harus senantiasa dibina dan diarahkan dalam mengembangkan bakat dan minatnya dalam berbagai bidang. Selain itu, hal yang tidak kalah pentingnya adalah pembinaan sikap dan mental siswa agar mampu menjadi pribadi yang seimbang antara jasmani dan rohani sesuai dengan tujuan pendidikan Islam (Bahri, 2004:74). Tujuan pendidikan islam ialah kepribadian muslim, yaitu suatu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam (Zakiyah Daradjat, 1995:72). Untuk mencapai tujuan diatas, guru pendidikan agama Islam memiliki peranan khusus yang signifikan, peran yang dilakukakan guru yaitu : 1. pembimbing guru sebagai pembimbing siswa dalam hal membentuk pribadi muslim siswa dengan cara menjadi penyadar jiwa siswa, jika siswa melakukan kesalahan maka guru membimbing agar tidak melakukan kesalahan lagi dan memberi tahu dampak yang terjadi jika melakukan kesalahan sehingga siswa tidak mengulangi kesalahan lagi. 2. Pendidik 45 Guru mendidik siswa dengan cara meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, seperti nilai-nilai akhlak dalam kehidupan, bersikap baik kepada orang lain, menghormati yang lebih tua dan menghargai yang lebih muda. 3. Teladan Guru sebagai teladan atau contoh bagi siswa,perilaku yang guru lakukan merupakan teladan, maka guru harus berperilaku yang baik sehingga siswa juga akan meneladani perilaku yang baik. Guru tidak boleh membiasakan siswa melakukan atau berperrilaku buruk. Ini perlu disadari oleh guru sebab perilaku guru akan mempengaruhi anak didik. 4. Pembiasaan Metode pembiasaan berjalan bersama-sama dengan metode keteladanan, sebab pembiasaan itu dicontohkan oleh guru. Guru sebagai tokoh teladan dalam mencontohkan sikap teladannya, seperti membiasakan tertib mengucapkan salam, inti pembiasaan adalah pengulangan, jika guru setiap masuk kelas mengucapkan salam, itu dapat diartikan usaha pembiasaan. 5. Pengawas Guru juga berperan sebagai pengawas, mengawasi siswa baik saat berada di dalam kelas maupun saat berada di luar kelas. Jika siswa melakukan kesalahan maka guru harus menegur dan memberi nasehat, agar siswa mengetahui yang dilakukan salah dan tidak mengulanginya kembali. 6. Pengajar Selain menjadi pebimbing, teladan dan pengawas peran guru paling penting yaitu menjadi pengajar, guru melakukan transformasi ilmu baik ilmu umum maupun ilmu agama, guru dapat melakukan penanaman nilai akhlak dalam diri siswa dalam 46 proses pembelajaran, dengan cara bertutur kata lembut, tidak memaki siswa, dan mengucap salam ketika masuk dan keluar kelas. Dari uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa peran guru Pendidikan Agama Islam mempunyai peranan besar dalam membentuk pribadi muslim siswa di sekolah. 47 BAB III PAPARAN DATA DAN PENYAJIAN DATA A. Gambaran Umum SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan 1. Sejarah singkat berdirinya SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan SMP Al-Mas’udiyyah merupakan sekolah menengah pertama yang berdiri di bawah naungan Yayasan Al-Mas’udiyyah. SMP Al-Mas’udiyyah yang berlokasi di dusun Blater Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah berdiri pada tahun 2014 oleh pengurus Yayasan Al-Mas’udiyyah Blater antara lain : a. Bapak K.H. Fatkhur Rohim j. Bapak Tri Mulyato, S.Pd.I b. Bapak K.H. Ahmad Fauzan k. Ibu Tri Lestari, S.Pd c. Bapak K.H. An’im Abdillah M. l. Bapak M. Basyari, ST.Msi d. Bapak Achmad Faiyun m. Bapak Mustaghfirin e. Bapak Ahmad Mudlofir n. Bapak H. Ahmad Afifudin f. Bapak Dede Ahmad Hudlory o. Ibu Hj. Laely Maftuhah g. Ibu Vita Kholifatul U.S. p. Bapak Tafrikhan h. Ibu Lilis Ritnowati q. Bapak Shobirin i. Bapak M. Hafidhin Di Jimbaran banyak anak usia sekolah yang hanya memiliki ijazah Sekolah Dasar karena tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi (SMP/Sederajat) dengan alasan biaya dan lokasi yang jauh. Dengan melihat realita tersebut maka, segenap tokoh masyarakat khususnya Yayasan Al-Mas’udiyyah berupaya mendirikan sekolah yang tidak hanya memberikan pendidikan formal, tetapi juga ada pendidikan non-formal yang menunjang pendidikan anak supaya berakhlak mulia. 48 Pada tahun 2014 berdirilah SMP Al-Mas’udiyyah dengan luas tanah 1.442 m2 meskipun dengan hanya membuka 3 kelas akan tetapi SMP Al-Masu’diyyah masih proses membangun gedung sekolah untuk memenuhi sarana dan prasarana pendukung kegiatan belajar mengajar. 2. Profil Sekolah a. Nama Sekolah : SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan b. Alamat :Blater Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. c. Tahun Beroperasi : 2014/2015 d. Kepemilikan tanah : Yayasan Luas Tanah : 1.442 m2 e. Tenaga Pengajaran Jumlah keseluruhan tenaga pengajar dan staffnya lainnya adalah 23 orang. Dengan rincian sebagai berikut : 1) Guru a) Guru tetap yayasan : 6 orang. b) Guru tidak tetap yayasan : 13 orang 2) Karyawan Jumlah karyawan di SMP Al-Mas’udiyyah 4 orang dan berstatus pegawai tetap yayasan. Tabel.1 Daftar Guru dan Karyawan no Nama Jabatan Status 1. Hj. Laily Maftukhah Guru GTT 49 2. H. An’im Aba A.M Guru GTT 3. Khabib Mangsur Kepala Sekolah GTY 4. Istikharoh, S.Pd. Guru GTT 5. Ahmad Soderi Guru GTT 6. Zaenal Arifin, S.Pd.I Guru GTY 7. Latif Anwari Guru GTT 8. Nur Wachid, S.Pd.I Guru GTT 9. Nugroho Dian, S.Pd Guru GTT 10. Siti Nur Fadhilatur Rohmah Guru GTT 11. Vita Kholifatul Ulfa S Guru GTY 12. M. Khoirul lutfi Guru GTY 13. Abdul Qodri Guru GTT 14. Lilis Ritnowati Guru GTY 15. Dede Ahmad K. Guru GTT 16. Dra. Dwi Marhaeni Guru GTT 17. Achmad Faiyun Guru GTT 18. Hanifati Noor Atika Guru GTT 19. Umatul Mahmudah Guru GTY 50 20. Slamet Riyadi Karyawan PTY 21. Ani Nurchayati Karyawan PTY 22. Abdul Rozaq Karyawan PTY 23. Dede Ahmad Khudori Karyawan PTY Sumber : dikutip dari dokumen SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan, tanggal 21 januari 2015. Keterangan : GTY GTT PTY f. : Guru Tetap Yayasa : Guru Tidak Tetap : Pegawai Tetap Yayasan Data Siswa Jumlah siswa pada tahun pelajaran 2014/2015 adalah 115 siswa. Dengan rincian sebagai berikut : g. 1) Perempuan : 50 2) Laki-laki : 65 Data Bangunan Tabel.2 Data Bangunan No. Jenis Ruangan Jumlah Luas(m2) Keterangan 1. Ruang Kelas 4 8 x 10 - 2. Ruang Guru 1 8 x 10 - 3. Ruang Perpustakaan 1 8 x 10 - 4. Ruang Komputer 1 3x8 - 5. Ruang UKS 1 2x8 - 51 6. Ruang Koperasi 1 3x8 - 7. Ruang Kepala Sekolah 1 - - 8. Ruang Tata Usaha 2 8 x 10 - 9. Ruang Mushola 1 7 x 10 - 10. Ruang Pertemuan - 8 x 15 - 11. Kamar Mandi 4 2x2 - Sumber : dikutip dari dokumen SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan, tanggal 21 januari 2015. 3. Visi dan Misi SMP Al Mas’udiyyah a. Visi Visi sekolah yaitu bernuansa Islami, unggul dalam prestasi, menjunjung tinggi tradisi, santun dalam bersikap, diminati masyarakat dan meraih kemuliaan hidup dan kebahagiaan dunia akhirat. b. Misi 1) Membina insan yang terampil, mandiri sesuai dengan peradaban dan perkembangan zaman. 2) Membina insan yang Islami yang berwawasan ahlussunah wal jamaah di dalam tatanan kehidupan masyarakat. 4. Tata Tertib SMP Al Mas’udiyyah Keadaan kepribadian siswa SMP Al-Mas’udiyyah pada umumnya sudah cukup baik. Beberapa siswa masih sering melanggar peraturan sekolah, diantaranya : bolos sekolah, meninggalkan jam pelajaran, berbicara kurang sopan terhadap teman maupun guru, tidak mengikuti upacara bendera maupun kegiatan ekstra kulikuler sekolah. Untuk meminimalisir, sekolah dengan tim khususnya memberikan arahan, pendekatan dan bimbingan kepada siswanya agar tidak melanggar hukum. 52 Upaya untuk membentuk pribadi siswa yang mempunyai akhlak yang baik, dalam penampilan, perbuatan, pergaulan dan menjaga ketertiban siswa, maka SMP Al Mas’udiyyah membuat peraturan tata tertib sekolah, yaitu : a. Tata Tertib 1) Ketentuan Kegiatan Belajar Mengajar a) Waktu KBM dimulai pukul 07.00 WIB dan berakhir pukul 13.00 WIB. b) Peserta didik wajib mengikuti upacara bendera setiap hari senin sesuai jadwal yang ditentukan. c) Peserta didik tidak diperkenankan berada di luar kelas saat KBM berlangsung kecuali ada ijin dari guru kelas. d) Peserta didik tidak diperkenankan berada di luar kelas apabila guru berhalangan hadir. e) Peserta didik tidak diperkenankan melakukan aktivitas yang tidak berkaitan dengan pelajaran. 2) Kerajinan/Kedisiplinan a) Peserta didik hadir sebelum pukul 07.00 WIB di kampus SMP AlMas’udiyyah. b) Peserta didik dianggap terlambat jika melewati waktu toleransi (10 menit ) dari bunyi bel masuk. c) Peserta didik yang terlambat wajib mengikuti pembinaan dan meminta surat ijin masuk kelas dari BK. d) Peserta didik tidak diperkenankan meninggalkan pelajaran tertentu tanpa ijin. e) Apabila peserta didik meninggalkan sekolah sebelum waktunya tanpa ijin dari sekolah, maka dianggap membolos. 53 f) Peserta yang tidak hadir harus memberikan keterangan dengan surat ijin atau telpon dari orang tua/ wali. g) 1-2 hari peserta didik tidak hadir tanpa keterangan maka siswa akan dipanggil dan dibina BK. h) 3 hari atau lebih peserta didik tidak hadir tanpa keterangan maka orang tua siswa akan dipanggil. i) Siswa harus melaksanakan tugas yang diberikan guru atau sekolah. 3) Kerapian a) Pakaian seragam ditentukan oleh sekolah yaitu Osis dan Pramuka. b) Peserta didik diwajibkan berpakaian rapi, bersih dan sopan. c) Baju peserta didik wajib dimasukkan. d) Memakai bedge lokasi SMP Al-Mas’udiyyah. e) Bedge lokasi diwajibkan dijahit. f) Peserta didik diwajibkan memakai ikat pinggang hitam. g) Peserta didik diwajibkan memakai sepatu berwarna hitam dan berkaos kaki putih untuk OSIS dan kaos kaki warna hitam untuk pramuka. h) Model rambut (1) Putra (a) Rambut harus rapi dan bersih, panjang maksimal sebatas kerah kemeja (b) Rambut tidak boleh diwarnai/semir (2) Putri (a) Rambut bersih, rapi tidak berwarna/semir (b) Rambut tidak boleh bersambung (c) Rambut tertutup kerudung 54 i) Perhiasan (1) Bagi peserta didik putra tidak diperkenankan memakai perhiasan (gelang, kalung atau anting). (2) Bagi peserta didik putri tidak diperkenankan memakai perhiasan yang berlebihan. (3) Bagi peserta didik tidak diperkenankan memakai make up yang berlabihan. (4) Bagi peserta didik putra tidak diperkenankan bertato, bertindik dan berkuku panjang. (5) Bagi peserta didik putri tidak diperkenankan bertato dan berkuku panjang. 4) Kebersihan a) Peserta didik diwajibkan menjaga kebersihan lingkungan sekolah. b) Peserta didik tidak diperkenankan mencoret-coret tembok dan sarana serta prasarana sekolah dan lain-lain. c) Peserta didik tidak diperkenankan mengadakan ulang tahun siswa di sekolah yang menyebabkan mengotori/ merusak/membahayakan. b. Pelanggaran dan Skors 1) Peserta didik yang melanggar tata tertib akan diberikan skor berdasarkan jenis pelanggarannya. 2) Semakin besar bobot pelanggaran peserta didik semakin besar skor yang diberikan. 3) Peserta didik yang menerima skor tinggi di kelasnya akan diumumkan oleh wali kelas untuk menjadi peringatan. 55 4) Pelanggaran yang dilakukan lebih dari satu kali skornya akan diakumulasikan dengan pelanggaran sebelumnya. 5) Skor pelanggaran diakumulasikan selama 3 tahun atau selama peserta didik tersebut masih bersekolah di SMP Al-Mas’udiyyah. 6) Setiap pelanggaran dicatat dalam buku sanksi pelanggaran. c. Tindak Lanjut dan Sanksi Pelanggaran Tata Tertib Peserta didik yang melakukan pelanggaran tata tertib di sekolah dikenakan sanksi melalui tahapan-tahapan sebagai berikut : 1) Tahap I : apabila mencapai skor 30, peserta didik akan dibina oleh wali kelas dan BP serta orang tua diberi tahu dan tanda tangan. 2) Tahap II : apabila mencapai skor 50, peserta didik mendapatkan peringatan pertama dan orang tua dipanggil dan tanda tangan. 3) Tahap III : apabila mencapai skor 70, peserta didik mendapatkan peringatan kedua dan orang tua dipangil dan tanda tangan. 4) Tahap IV : apabila mencapai 90, peserta didik mendapatkan peringatan ketiga dan orang tua dipanggil dan tanda tangan. 5) Tahap V : apabila skor mencapai 100, peserta didik dikembalikan pembinaannya ke orang tua/wali. 6) Tahap VI 100 : apabila siswa secara akumulasi skor langsung mendapat skor tanpa surat peringatan 1,2,3 maka siswa yang bersangkutan dikembalikan kepada orang tua/ wali. 5. Profil Guru Pendidikan Agama Islam SMP Al Mas’udiyyah Secara individu, guru pendidikan agama Islam yang ada telah memenuhi syarat untuk menjadi seorang guru karena mengetahui lebih banyak tentang ilmu pengetahuan agama atau materi pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik. 56 Sikap guru pendidikan agama Islam SMP Al Mas’udiyyah senantiasa menjaga diri dari perangai-perangai yang kurang baik di mata masyarakat. Kompetensi yang dimiliki oleh guru pendidikan agama Islam SMP Al Mas’udiyyah meliputi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial. Kemampuan pedagogik adalah kemampuan guru pendidikan agama Islam mengelola pembelajaran peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, terutama yang berkaitan dengan pembentukan pribadi muslim. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, dewasa, aktif, berwibawa, menjadi tauladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam. Sedangkan kompetensi sosial yaitu kemampuan guru untuk berinteraksi dan berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, guru lain, orang tua dan masyarakat seperti terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan di masyarakat. Guru pendidikan agama Islam di SMP Al Mas’udiyyah terdiri dari 2 orang guru yaitu : 1) Vita Chotifatul Ulfa. S Lahir di Semarang tanggal 14 juli 1991, sedang menyelesaikan studinya di Fakultas Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga. Beliau mengabdi di SMP Al-Mas’udiyyah sejak tahun 2014. 2) Lilis Ritnowati lahir di Kendal tanggal 18 agustus 1991, sedang menyelesaikan studinya di Fakultas Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga. Beliau mengabdi di SMP Al-Mas’udiyyah sejak tahun 2014. 6. Usaha-usaha yang dilakukan untuk membentuk pribadi muslim di SMP AlMas’udiyyah 57 Di SMP Al-Mas’udiyyah ada beberapa kegiatan yang mendukung dalam pembentukan pribadi muslim siswa, antara lain : a. Muatan Pesantren Selain mata pelajaran formal dan muatan lokal, SMP Al-Mas’udiyyah menambahkan muatan pesatren sebagai mata pelajaran tambahan. Muatan pesatren yaitu pelajaran yang biasanya hanya dipelajari di pondok pesantren, seperti Riyadhol Badiah, BTQ dan lain-lain. b. Sholat dhuha berjama’ah Setelah bel masuk berbunyi siswa tidak langsung masuk kelas melainkan melakukan kegiatan sholat dhuha berjama’ah yang dilaksanakan seluruh warga SMP Al-Mas’udiyyah baik siswa, guru maupun karyawan. Kegiatan sholat dhuha berjama’ah dilakukan setiap hari selasa, rabu, kamis, sabtu dan ahad. c. Tadarus Kegiatan tadarus dilakukan setiap hari selasa, rabu, kamis dan sabtu dilakukan selama 10 menit pada jam pelajaran pertama dengan dipantau oleh guru yang mengajar pada jam pertama. Kegiatan tadarus dilaksanakan di dalam kelas masing-masing. d. Sholat dhuhur berjama’ah Kegiatan sholat dhuhur dilakukan setiap hari yang diikuti oleh seluruh warga SMP Al-Mas’udiyyah bukan hanya siswa melainkan guru dan karyawan juga mengikuti kegiatan sholat berjama’ah di sekolah. Sedangkan bagi siswa putri yang berhalangan (udzur) harus berada di dalam kelas sejenak sampai 58 kegiatan sholat berjama’ah selesai dilaksanakan agar tidak mengganggu kekhusyukan yang melakukan kegiatan sholat dhuhur berjama’ah. e. Pramuka Kegiatan pramuka merupakan kegiatan yang wajib di ikuti oleh seluruh siswa pada hari sabtu pukul 14.00-16.00 wib. f. Silat Kegiatan silat merupakan kegiatan ekstrakurikuler di SMP AlMas’udiyyah, kegiatan ini dilaksanakan setiap hari sabtu jam 14.00 sampai selesai. g. Pengajian Fiqh Wadhih Kegiatan pengajian fiqh wadhih yaitu kegiatan mendengarkan kajian yang membahas tentang ibadah. Kegiatan pengajian wadhih dilaksanakan setiap hari ahad pagi setelah sholat dhuha berjama’ah. B. Penyajian Data berdasarkan Hasil Penelitian 1. Usaha-usaha guru pendidikan agama Islam dalam membentuk pribadi siswa SMP AlMas’udiyyah Temuan peneliti yang ada di lapangan menunjukkan bahwa usaha-usaha guru Pendidikan Agama Islam dalam membentuk pribadi di SMP Al-Mas’udiyyah, berbagai macam kegiatan untuk membentuk pribadi muslim yang dilakukan. Seperti yang dituturkan ibu VK dan ibu LR kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka membentuk pribadi muslim siswa terdiri dari dua yaitu: 59 a. Kegiatan ekstra kurikuler Kegiatan ekstra kurikuler terdiri dari : 1) Pramuka 2) Silat Kegiatan ekstra kurikuler ini bertujuan untuk melatih kedisiplinan dan kemandirian siswa. b. Kegiatan yang terkandung dalam proses pembelajaran 1) Sholat Dhuha berjama’ah 2) Tadarus 3) Sholat dhuhur berjama’ah 4) Muatan pesantren 5) Pengajian fiqh wadhih 2. Metode yang Digunakan dalam Membentuk Pribadi Muslim Siswa di SMP AlMas’udiyyah Materi yang disampaikan oleh guru pendidikan agama Islam pastilah berbedabeda dalam penyampaiannya, Temuan peneliti di lapangan yang membahas tentang metode yang digunakan oleh guru pendidikan agama Islam SMP Al-Mas’udiyyah dalam membentuk pribadi muslim siswa antara lain sebagai berikut : a. Metode Ceramah Metode ceramah yaitu metode yang digunakan dalam memaparkan atau menyampaikan materi secara penuturan atau lisan. Metode ini sering digunakan dalam menyampaikan materi karena dengan metode ceramah siswa-siswi akan lebih mudah memahami materi yang disampaikan seperti contoh materi yang 60 mengisahkan tentang kisah-kisah nabi, maka penyampaiannya dengan menggunakan metode ceramah. b. Metode Teladan Metode teladan yaitu metode yang digunakan untuk merealisasikan tujuan pendidikan dengan memberi contoh yang baik kepada siswa, baik contoh secara langsung maupun secara tidak langsung. Yang dimaksud memberi contoh tidak secara langsung yaitu dengan cara mengisahkan atau menceritakan orang-orang yang bisa dijadikan suri tauladan bagi siswa. c. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam menerima materi yang telah disampaikan guru. Jika siswa dianggap sudah memahami maka pembelajaran akan dilanjutkan ke materi selanjutnya, namun jika siswa dinilai kurang paham, maka akan kembali dijelaskan. d. Metode Diskusi Guru pendidikan agama Islam SMP Al-Mas’udiyyah juga menerapkan metode diskusi untuk melatih siswa menyelesaikan masalah secara bersamasama atau kelompok dan melatih siswa untuk menyampaikan pendapat atau mendengarkan pendapat orang lain. e. Metode Latihan dan Pembiasaan Metode latihan dan pembiasaan memerlukan waktu yang cukup panjang. Mulai dari melatih sampai menjadikan kebiasaan pada siswa. selain itu, dalam menerapkan metode latihan dan pembiasaan ini guru dituntut untuk bekerja ekstra karena metode ini membutuhkan kesabaran dan ketelatenan dari guru. f. Metode Demonstrasi 61 Dalam materi pembelajaran pendidikan agama Islam ada yang membutuhkan metode demonstrasi supaya siswa lebih memahaminya. Seperti materi sholat, wudhu, haji adalah materi yang tidak cukup menggunakan metode ceramah tetapi memerlukan peragaan agar siswa lebih memahaminya. g. Metode Konseling Guru pendidikan agama Islam di SMP Al-Mas’udiyyah dalam membantu menyelesaikan masalah siswa atau saat membimbing siswa dengan cara memposisikan sebagai teman sehingga siswa akan merasa nyaman saat mengutarakan permasalahan yang bisa menghambat perkembangan pribadinya dan juga guru pun akan lebih mudah membantu dan mengarahkan siswa dalam menyelesaikan masalah. h. Metode Ganjaran dan Hukuman Metode ganjaran diterapkan dengan tujuan memotivasi siswa, sedangkan metode hukuman diterapkan dengan tujuan untuk melatih siswa agar dapat bertanggung jawab dan disiplin terhadap yang diperbuat. Selain itu juga bertujuan untuk mencegah siswa melakukan pelanggaran. 3. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat guru pendidikan agama Islam Dalam membentuk pribadi muslim siswa pasti ada faktor penghambat dan faktor pendukung yang dihadapi oleh guru pendidikan agama Islam. Untuk lebih mudah usaha guru pendidikan dalam membentuk pribadi muslim, guru harus mengetahui faktor pendukung untuk dikembangkan dan faktor penghambat untuk segera ditanggulangi sehingga pelaksanaan membentuk pribadi muslim berjalan sesuai yang diharapkan. Dari penuturan guru pendidikan agama Islam dapat disimpulkan hal-hal yang menjadi faktor penghambat, antara lain : 62 a. Waktu : terbatasnya waktu dalam membentuk pribadi muslim siswa. b. Terbatasnya pengawasan dari sekolah. c. Lingkungan siswa d. Latar belakang siswa yang berbeda-beda. e. Sarana dan prasarana yang kurang mendukung. f. Minimnya pendidikan agama orang tua dan perhatian orang tua. g. Perkembangan informasi yang tidak mengenal batas. Selain faktor penghambat guru pendidikan agama Islam di SMP Al Mas’udiyyah juga menuturkan tentang faktor pendukung dalam membentuk pribadi muslim siswa. Dari hasil penelitian guru pendidikan agama Islam di atas maka dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang sebagai faktor pendukung antara lain : a. Adanya kerja sama antara sekolah dan orang tua dalam mengawasi, mendidik dan membina siswa. b. Lingkungan sekolah yang masih kental dengan kegiatan keagamaan. c. Kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah. d. Adanya tata tertib di sekolah. 63 BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK PRIBADI MUSLIM SISWA SMP AL-MAS’UDIYYAH A. Usaha-usaha Guru Pendidikan Agama Islam Dari hasil penelitian di SMP Al Mas’udiyyah, peneliti menemukan usaha-usaha yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam membentuk pribadi muslim siswa, yaitu sebagai berikut : 1. Muatan Pesantren Muatan pesantren yaitu tambahan mata pelajaran yang mengajarkan ilmu agama yang lebih mendetail atau khusus seperti mabadi fiqh, Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) dan Bahasa Arab. Tambahan muatan pesantren ini adalah untuk membekali siswa dengan ilmu-ilmu agama yang mendalam sehinggan siswa lebih mengetahui ilmu agama dan bisa menerapkan dikehidupannya sehari-hari selain itu juga untuk menyeimbangkan anta ilmu agama dan ilmu agama. 2. Sholat Dhuha berjama’ah Sesudah bel masuk berbunyi peserta didik tidak langsung masuk ke dalam kelas melainkan melaksanakan sholat dhuha berjamaah terlebih dahulu. Sholat dhuha berjamaah dilaksanakan setiap hari selasa, rabu, kamis, sabtu dan ahad. Sholat dhuha berjama’ah tidak hanya dikuti oleh siswa saja, melainkan seluruh warga smp Al-Mas’udiyyah termasuk guru, karyawan dan kepala sekolah. 3. Tadarus 64 Kegiatan tadarus dilakukan setiap hari selasa, rabu, kamis dan sabtu pada 10 menit sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Sedangkan tempatnya di kelas masing-masing serta di pantau oleh guru yang mengajar pada jam pertama. Kegiatan tadarus ini dilaksanakan dengan maksud membiasakan siswa agar lebih terbiasa membaca ayat-ayat Al-Qur’an. 4. Sholat dhuhur berjama’ah Seperti sholat dhuha berjama’ah, Sholat dhuhur berjama’ah dilakukan oleh seluruh warga SMP Al-Mas’udiyyah yaitu siswa, guru dan karyawan.sedangkan siswa putri yang berhalangan (udzur) harus berada di dalam kelas sejenak sampai sholat dhuhur selesai dilaksanakan agar tidak mengganggu kekhusyukan sholat dhuhur berjama’ah. 5. Pengajian Fiqh Wadhih Pengajian fiqh wadhih dilakukan setiap hari Ahad setelah sholat dhuha berjama’ah. Kegiatan pengajian fiqh wadhih yaitu siswa mendengarkan kajian tentang ibadah yang disampaikan oleh guru yang bertugas menyampaikan materi. Materi yang disampaikan dalam pengajian fiqh wadhih ini yaitu materi yang berisi tentang ibadah, seperti tata cara wudhu, hikmah wudhu dan rukun-rukun wudhu. Membaca temuan di atas yang kaitannya dengan pembentukan pribadi muslim pada siswa di SMP Al-Mas’udiyyah. Pada dasarnya dilakukan secara intensif setiap hari. Hal ini dibuktikan adanya kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan seperti tadarus, sholat dhuha berjama’ah, sholat dhuhur berjama’ah sampai pengajian fiqh wadhih yang merupakan bagian dari kegiatan pembentukan pribadi muslim siswa. B. Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Pribadi Muslim Siswa SMP Al- Mas’udiyyah 65 Dalam membentuk pribadi muslim siswa di sekolah guru pendidikan agama Islam mempunyai peranan yang penting, meskipun dalam pelaksanaannya guru pendidikan agama Islam melibatkan seluruh pihak sekolah. Selain kerja sama dengan pihak sekolah guru pendidikan agama Islam juga bekerja sama dengan orang tua / wali dari siswa untuk sama-sama mengawasi, mengarahkan, membina dan membimbing anaknya jika berada di rumah atau berada di luar sekolah. Peran yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam membentuk pribadi muslim siswa yaitu : 1. Guru Sebagai Pengawas Guru yang berperan sebagai pengawas yaitu mengawasi seluruh tingkah laku siswa baik saat berada di dalam kelas maupun saat di luar kelas. Jika siswa melakukan salah maka guru bisa segera menegur dan menasehatinya, sehingga mencegah siswa untuk berbuat kesalahan atau sesuatu yang menyimpang aturan. 2. Guru sebagai Pembimbing Sebagai orang tua kedua bagi siswa guru pendidikan agama Islam berperan sebagai pembimbing yang selalu membimbing dan mengarahkan siswa ke arah positif. Dalam membentuk pribadi muslim siswa guru pendidikan agama Islam mempunyai tanggung jawab yang besar untuk menciptakan kepribadian siswa yang baik, yang sesuai dengan ajaran-ajaran agama. Bentuk bimbingan secara langsung guru pendidikan agama Islam SMP Al-Mas’udiyyah yaitu : membimbing berdoa bersama saat mulai dan selesai pelajaran, membimbing dengan memberikan nasihatnasihat kepada siswa, membimbing siswa dalam memngikuti kegiatan-kegiatan sekolah. 66 3. Guru sebagai Teladan Guru pedidikan agama Islam di SMP Al-Mas’udiyyah sudah memberikan teladan yang baik untuk dicontoh oleh siswa baik dari segi berpakaian, segi penampilan, tutur kata yang baik dan sopan. 4. Guru sebagai Pemberi Hukuman dan Ganjaran Untuk memberikan rasa jera pada siswa yang telah melakukan pelanggaran serta untuk mencegah siswa melakukan pelanggaran maka guru pendidikan agama Islam memperlakukan hukuman-hukuman yang telah disepakati bersama. Selain itu, guru juga memberikan ganjaran untuk memotivasi siswa. bentuk ganjaran yang diberikan oleh guru pendidikan agama Islam bukan berupa materi melainkan berupa pujian atau nilai tambahan. Bentuk hukuman juga bukan hukuman fisik melainkan hukuman yang mendidik seperti di suruh mengerjakan soal tambahan atau meghafal surat pendek Al-Qur’an. C. Metode dalam Pembentukan Pribadi Muslim Siswa SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan, Kab. Semarang Pada dasarnya usaha-usaha guru pendidikan agama Islam dengan program keagamaannya sangat bermanfaat bagi siswa dalam membantu membentuk pribadi muslim siswa, namun dalam pelaksanaan usaha-usaha tersebut juga membutuhkan kerja keras, kesabaran, ketelatenan, dan kegigihan guru dalam mengawasi, mengatur dan membina siswa, agar usaha-usaha yang dilakukan berjalan dengan lancar dan semua siswa mengikutinya. Adapun metode- metode yang digunakan dalam membentuk pribadi muslim siswa yaitu : 1. Metode Ceramah 67 Metode ceramah adalah metode yang sering digunakan guru pendidikan agama Islam dengan mengisahkan kisah-kisah para nabi atau kisah peristiwa sejarah hidup manusia masa lampau yang baik yang taat kepada Allah maupun yang mungkar terhadap Allah. Tujuan dari menceritakan kisah-kisah tersebut yaitu agar siswa dapat membedakan antara perbuatan yang baik dan yang buruk. 2. Metode Teladan Metode teladan yaitu metode yang digunakan untuk merealisasikan tujuan pendidikan dengan memberi contoh yang baik kepada siswa, agar mereka dapat berkembang secara fisik maupun mental dan memiliki kepribadian muslim yang baik. 3. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab digunakan untuk menambah pengetahuan siswa dalam menggali ilmu agama maupun ilmu pengetahuan umum yang berpengaruh dalam pembentukan pribadi muslim siswa. siswa dapat bertanya tentang mana yang baik dan yang buruk jika di terapkan dalam kehidupan sehari-hari. 4. Metode Diskusi Guru pendidikan agama Islam SMP Al-Mas’udiyyah juga menerapkan metode diskusi untuk melatih siswa menyelesaikan masalah secara bersama-sama atau kelompok dan melatih siswa untuk menyampaikan pendapat atau mendengarkan pendapat orang lain. 5. Metode Latihan dan Pembiasaan Metode latihan dan pembiasaan memerlukan waktu yang cukup panjang. Mulai dari melatih sampai menjadikan kebiasaan pada siswa. Selain itu, dalam menerapkan metode latihan dan pembiasaan ini guru dituntut untuk bekerja ekstra karena metode ini membutuhkan kesabaran dan ketelatenan dari guru. Bentuk dari 68 metode latihan dan pembiasaan dimulai dari yang ringan-ringan seperti pembiasaan betutur kata yang baik, mengucap salam ketika bertemu dengan guru, karyawan maupun dengan teman, berdoa sebelum dan sesudah mengikuti pelajaran, tadarus dan pembiasaan untuk sholat berjama’ah. 6. Metode Demontrasi Dalam materi pembelajaran pendidikan agama Islam ada yang membutuhkan metode demontrasi supaya siswa lebih memahaminya. Seperti materi sholat, wudhu, haji adalah materi yang tidak cukup menggunakan metode ceramah tetapi memerlukan peragaan agar siswa lebih memahaminya. 7. Metode Konseling Guru pendidikan agama Islam di SMP Al-Mas’udiyyah dalam membantu menyelesaikan masalah siswa atau saat membimbing siswa dengan cara memposisikan sebagai teman sehingga siswa akan merasa nyaman saat mengutarakan permasalahan yang bisa menghambat perkembangan pribadinya dan gurupun akan lebih mudah membantu dan mengarahkan siswa dalam menyelesaikan masalah. 8. Metode Ganjaran dan Hukuman Metode ganjaran diterapkan dengan tujuan memotivasi siswa, sedangkan metode hukuman diterapkan dengan tujuan untuk melatih siswa agar dapat bertanggung jawab dan disiplin terhadap yang diperbuat. Selain itu juga bertujuan untuk mencegah siswa melakukan pelanggaran. 69 D. Faktor Penghambat dan pendukung Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Pribadi Muslim Siswa di SMP Al-Mas’udiyyah 1. Faktor Penghambat h. Waktu terbatasnya waktu dalam membentuk pribadi muslim siswa. karena siswa tidak setiap saat berada di sekolah maka terbatasnya waktu menjadi salah satu penghambat dalam membentuk pribadi muslim siswa. i. Terbatasnya pengawasan dari sekolah. Pihak sekolah tidak bisa terus menerus mengawasi siswa karena siswa tidak 24 jam berada di sekolah. jadi pengawasan dari pihak sekolah pun terbatas. j. Lingkungan siswa Tidak semua siswa berada dilingkungan atau pergaulan yang kental dengan agama. Banyak siswa yang bergaul dengan teman yang tidak semua memiliki latar belakang keluarga yang religius. Jadi siswa bisa terpengaruh dengan pergaulan lingkungan siswa. k. Latar belakang siswa yang berbeda-beda. Tidak semua siswa berasal dari keluarga yang pengetahuan agamanya kuat, banyak siswa yang berasal dari keluarga biasa dalam pengetahuan ilmu agama. l. Sarana dan prasarana yang kurang mendukung. Sarana dan prasarana sekolah yang belum memenuhi seperti belum adanya masjid untuk melakukan sholat berjama’ah, masih kurangnya tempat 70 untuk berwudhu sehingga ketika akan sholat berjama’ah siswa harus antre cukup banyak untuk mengambil air wudhu. m. Minimnya pendidikan agama orang tua dan perhatian orang tua. Kurangnya perhatian orang tua dikarenakan orang tua yang sibuk bekerja di luar rumah sehingga kurangnya perhatian untuk anak dan pengawasan tentang ketertiban anak dalam melakukan ibadah. Pengawasan anak dalam bergaul juga kurang, dan kurangnya teguran atau peringatan kepada anak jika anak tidak melakukan kewajiban karena orang tua sinuk bekerja di luar rumah. n. Perkembangan informasi yang tidak mengenal batas. Di era globalisasi ini, media informasi marak mulai dari radio sampai internet yang dengan mudah untuk kita mengaksesnya. Banyak informasi yang baik maupun yang buruk dengan mudah kita mendapatkannya. Ironisnya siswa SMP sudah mengenalnya, tapi mereka belum bisa membedakan mana yang baik dan yang tidak baik, ini semua yang nantinya akan berdampak buruk bagi mereka, baik pada perkembangan, sikap, perilaku, serta pola pikir siswa. 2. Faktor pendukung e. Adanya kerja sama antara sekolah dan orang tua dalam mengawasi, mendidik dan membina siswa. f. Lingkungan sekolah yang masih kental dengan kegiatan keagamaan. g. Kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah. h. Adanya tata tertib di sekolah. 71 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai peran guru pendidikan agama Islam dalam membentuk pribadi muslim siswa SMP Al-Mas’udiyyah, maka kesimpulan dapat ditarik sebagai berikut : 1. Usaha-usaha guru pendidikan agama Islam dalam membentuk pribadi muslim siswa SMP Al-Mas’udiyyah antara lain : a. Muatan pesantren b. Sholat dhuha berjama’ah c. Tadarus d. Sholat dhuhur berjama’ah e. Pengajian wadhih 2. peran guru pendidikan agama Islam dalam membentuk pribadi muslim siswa SMP Al-Mas’udiyyah antara lain : a. Peran sebagai pengawas. b. Peran sebagai teladan. c. Peran sebagai pembimbing. d. Peran sebagai pemberi hukuman. e. Peran sebagai pemberi ganjaran. 3. Metode yang digunakan guru pendidikan agama Islam dalam membentuk pribadi muslim siswa SMP Al-Mas’udiyyah antara lain : a. Metode ceramah 72 b. Metode teladan c. Metode tanya jawab d. Metode demonstrasi e. Metode diskusi f. Metode konseling g. Metode latihan dan pembiasaan h. Metode hukuman dan ganjaran. 4. Faktor penghambat dan faktor pendukung dalam membentuk pribadi muslim siswa a. Faktor penghambat 1) Waktu : terbatasnya waktu dalam membentuk pribadi muslim siswa. 2) Terbatasnya pengawasan dari sekolah. 3) Lingkungan siswa 4) Latar belakang siswa yang berbeda-beda. 5) Sarana dan prasarana yang kurang mendukung. 6) Minimnya pendidikan agama orang tua dan perhatian orang tua. 7) Perkembangan informasi yang tidak mengenal batas. b. Faktor pendukung 1) Adanya kerja sama antara sekolah dan orang tua dalam mengawasi, mendidik dan membina siswa. 2) Lingkungan sekolah yang masih kental dengan kegiatan keagamaan. 3) Kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah. 4) Adanya tata tertib di sekolah. B. Saran-saran 1. Pihak sekolah lebih meningkatkan lagi pengawasan terhadap siswanya. 73 2. Lebih melengkapi sarana dan prasarana. 3. Senantiasa menjalin kerja sama dengan orang tua siswa dalam mengawasi pergaulan siswa. 4. Siswa senantiasa rajin mengikuti kegiatan sekolah dengan kesadaran sendiri. Alhamdulillahirobil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, karunia serta pertolongan-Nya yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di hari akhir kelak. Penulisan karya ilmiah atau skripsi ini tidak luput dari keterbatasan pengetahuan dan kekhilafan penulis, oleh karena itu tidak menutup kemungkinan terdapat kekurangan dan kesalahan. Maka penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya serta kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi masukan bagi pembacanya. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu sampai terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas atas kebaikan dan bantuannya. 74 DAFTAR PUSTAKA Ahyadi, Abdul Aziz. 1995. Psikologi Agama (Kepribadian Muslim Pancasila). Bandung : Sinar Baru Algesindo. Al-Asyqar, Umar Sulaiman. 2000. Ciri-ciri Kepribadian Muslim. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Alim, Muhammad. 2006. Pendidikan Agama Islam. Bandung : Remaja Rosdakarya An-Nahlawi, Abdurrahman. 1995. Pendidikan Islam di rumah, sekolah dan masyarakat. Jakarta : Gema Insani. Asy Syalhub, Fuad. 2006. Guruku Muhammad SAW. Jakarta : Gema Insani Perss. Baharuddin. 2007. Psikologi Pendidikan Refleksi Teoritis terhadap fenomena. Yogyakarta : Ar-Ruz Media. Hawari, Dadang. 1998. Al-Qur’an dan Ilmu kedokteran jiwa dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta : Dana Bakti Primayasa. Jalaluddin dan Usman Said. 1994. Filsafat Pendidikan Agama Islam. (Konsep dan Pemikirannya). Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 75 Jalaluddin. 2001. Teologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Marimba, Ahmad D.1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung : Al-Ma’arif. Mukhtar. 2003. Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta : CV. Misika Anak Galiza. Muqowim. 2012. Pengembangan soft skill Guru. Yogyakarta : Pedagogia. Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Logos Wacana Ilmu. Sholeh Niam, Asrorun. 2006. ReorientasiPendidikan Islam Mengurai Relevansi Konsep AlGhazali dalam konteks kekinian, Jakarta: Elsas. Tafsir, Ahmad. 2001. Ilmu Pendidikan dalam persefektif Islam. Bandung : Remaja Rosdakarya. Usman, Uzer.1991. Menjadi Guru Professional. Bandung : Rosdakarya. 76 LAMPIRAN- LAMPIRAN Lampiran 1 Petunjuk Pelaksanaan Wawancara 1. Wawancara dilakukan secara fleksibel, akurat dan dilakukan dengan penuh kekeluargaan tanpa ada paksaan maupun unsur rekayasa yang akan berakibat kurang bermaknanya hasil penelitian. 2. Selama melakukan wawancara peneliti mencatat, merekam dan mendiskripsikan hasil wawancara dengan responden yang dianggap sebagai informan utama yang mendukung pelaksanaan hasil penelitian. 77 3. Waktu penelitian digunakan semaksimal mungkin dalam rangka memperoleh datadata yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian. 4. Pewawancara adalah peneliti sendiri. 5. Pedoman dalam wawancara ini masih dapat berkembang dan berubah sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan. Pedoman Wawancara (1) Hari/tanggal : Waktu : Informan : Guru Pendidikan Agama Islam Peneliti : Tempat : A. Peran sebagai Guru Pendidikan Agama Islam 78 1. Bagaimana peran ibu dalam membentuk pribadi muslim siswa ? 2. Apa tujuan ibu dalam membentuk pribadi muslim siswa ? 3. Strategi apa yang digunakan dalam membentuk pribadi muslim siswa ? 4. Bagaimana pelaksanaan pengajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa ? 5. Apa saja usaha-usaha ibu dalam membentuk kepribadian siswa SMP Al Mas’udiyyah ? 6. Metode apa saja yang dipakai dalam memberikan pelajaran Pendidikan Agama Islam? 7. Kegiatan-kegiatan apa saja yang digunakan dalam membentuk kepribadian muslim siswa? 8. Kapan ibu melaksanakan membentuk pribadi muslim siswa ? 9. Bagaimana ibu mengawasi kepribadian siswa ? 10. Bagaimana komunikasi dengan orang tua siswa ? 11. Apakah pengawasan terhadap siswa berjalan dengan baik ? 12. Bagaimana kondisi siswa saat di sekolah ? 13. Materi apa saja yang ibu sampaikan pada siswa ? B. Faktor-faktor 1. Faktor apa yang mendukung usaha ibu dalam membentuk pribadi muslim siswa? 2. Faktor apa yang menghambat usaha ibu dalam membentuk pribadi muslim siswa ? 3. Bagaimana tindakan ibu guru jika ada siswa yang melanggar norma agama di dalam kelas maupun di luar kelas ? 79 Lampiran 2 Kode Penelitian Peran guru pendidikan agama Islam dalam membentuk pribadi siswa SMP Al-Mas’udiyyah tahun pelajaran 2014/2015 A. Responden Kode LR VK Nama Lilis Ritnowati Vita Kholifatul B. Metode 80 Kode W O P Metode Penelitian Wawancara Observasi Dokumentasi C. Kategori Sumber Responden Kode G Keterangan Guru Lampiran 3 Transkip Wawancara Identitas Informan Kode Responden Kode Data Hari/tanggal Waktu : LR : W/G/LR : Rabu, 21-01-2015 : 09.00-selesai P : Apa tujuan ibu membentuk pribadi muslim siswa ? I : Tujuan pembentukan pribadi muslim siswa yaitu supaya anak mempunyai akhlak yang baik, sopan dalam bertindak, bertutur kata,tidak terjerumus dalam pergaulan 81 bebas, mempunyai pendirian yang kuat dalam memilih kebenaran,tidak pernah meninggalkan kewajiban-kewajibannya, bisa bertanggung jawab dengan apa yang dilakukannya, kalau yang sebelum sekolah nakal diharapkan setelah sekolah di sini tidak nakal lagi. P : Kapan ibu melakukan pembentukan pribadi muslim siswa ? I : Waktu yang digunakan selama pembinaan siswa menjadi tanggung jawab kami atau selama siswa masih menjadi anak didik kami yang dimulai dari saat diterimanya siswa sampai dikembalikannya pembinaan siswa kepada orang tua siswa. Namun kita juga bekerja sama dengan orang tua ketika di sekolah kita yang mengawasi dan ketika di rumah orang tualah yang mengawasi. P : Bagaimana berkomunikasi dengan orang tua siswa ? I : Komunikasi dengan orang tua dilakukan di awal tahun pelajaran dan setiap penggambilan raport. P : Bagaimana kondisi siswa di sekolah ? I : Metode apa yang digunakan ? P : Saat mengajar saya menerapkan berbagai metode selain supaya siswa tidak jenuh, juga saya sesuaikan dengan kondisi, situasi siswa dan juga sesuai dengan materi yang akan saya ajarkan. Misalnya jika materi yang akan saya sampaikan tentang kisah-kisah nabi maka saya menggunakan metode ceramah, supaya siswa lebih paham dan bisa mengambil inti sari dari materi tersebut dan bisa menauladani para nabi yang diterapkan pada kehidupannya sehari-hari.kalo untuk materi yang memerlukan pergaan maka saya menggunakan metode demontrasi supaya anak secara langsung bisa melihat gerakan yang saya ajarkan dan bisa langsung mempraktekkan secara benar. Selain itu saya juga menerapkan metode konseling jika siswa sedang mengalami masalah atau melakukan pelanggaran, maka saya membimbing dan mengarahkannya dengan menerapkan metode konseling. P : Materi apa yang digunakan ? I : materi saya ambil dari pembelajaran di kelas yang terkadang saya selingi dengan nasehat-nasehat untuk siswa. terkadang juga mengambil dari cerita yang ada di sekitar kehidupan untuk diambil contoh yang baik dan contoh yang tidak baik dari kisah nyata yang terjadi di sekitar. P : Apakah pengawasan berjalan dengan baik ? I : Sejauh ini baik, meskipun banyak kendala. P : Faktor apa saja yang menghambat ? 82 I : keadaan lingkungan siswa menjadi salah satu faktor penghambat karena siswa berasal dari bermacam-macam daerah dengan berbagai budaya yang mempengaruhi perkembangan pribadi siswa. kurangnya kesadaran siswa dalam melakukan kegiatan keagamaan untuk membentuk pribadi siswa sehingga harus membutuhkan kerja ekstra, kesabaran, dan ketelatenan dari guru untuk membiasakan siswa mengikuti kegiatan keagamaan. Minimnya pendidikan agama dalam keluarga dan kurangnya perhatian dari orang tua, terkadang orang tua lebih dering berada di luar rumah untuk mencari nafkah sehingga anak kurang pengawasan dari orang tua dan kurang bimbingan dari orang tua. P : Faktor apa saja yang mendukung ? I : adanya kerja sama antara guru atau pihak sekolah dengan orang tua siswa untuk berbagi tugas mengawasi, membimbing, mendidik,dan membina di sekolah maupun di rumah. Adanya kebijakan-kebijakan dari sekolah seperti tata tertib, kegiatankegiatan dari sekolah yang mempengaruhi kebiasaan dan tingkah laku siswa sehingga membentuk pribadi siswa yang diharapkan. P : Hukuman apa saja yang digunakan ? I : Hukuman yang saya gunakan sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan siswa. mulai dari teguran sampai dikembalikan pembinaannya pada orang tua. P : Usaha apa saja yang dilakukan dalam membentuk pribadi muslim ? I : usaha yang dilakukan yaitu mulai dari pengawasan, membiasakan siswa melakukan hal yang baik dengan diadakannya kegiatan-kegiatan yang positif. P : Kegiatan apa saja yang dilakukan ? I : Selain dalam pembelajaran ada kegiatan-kegiatan yang mendukung dalam membentuk pribadi muslim siswa seperti kegiatan pengajian fiqh wadhih yang dilaksanakan setiap hari ahad setelah sholat dhuha berjama’ah, sholat dhuha berjama’ah, didukung dengan ekstrakurikuler seperti pramuka dan silat, dan juga ada muatan pesantren yang berisi tentang pelajaran yang biasa dipelajari di pondok pesantren. P : Bagaimana pelaksanaan pengajaran ? I : Pelaksanaannya di kelas dan pengajarannya sesuai dengan kurikulum dan kebijakan sekolah. 83 Transkip Wawancara Identitas Informan Kode Responden Kode Data Hari/tanggal Waktu : TN : W/G/VK : Rabu, 21-01-2015 : 11.00 WIB-selesai P : Bagaimana peran ibu dalam membentuk pribadi muslim siswa ? I : Keikutsertaan dalam membentuk pribadi muslim siswa yaitu guru pendidikan agama Islam dalam membimbing, mengarahkan, membina anak sesuai dengan atura-aturan agama, ikut melatih dan membiasakan siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat wajib maupun sunnah dalam agama. P : Metode apa saja yang digunakan ? 84 I : Metode yang digunakan saya sesuaikan dengan materi yang akan saya sampaikan pada siswa, seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demontrasi, latihan dan lain-lain. Metodenya saya berikan secara bergantian biar siswa tidak jenuh jadi siswa mudah menerima dan memahami materi yang saya sampaikan. Selain itu, untuk membentuk pribadi muslim siswa saya menerapkan metode-metode lainnya yaitu metode latihan dan pembiasaan, seperti kita latih siswa untuk selalu datang tepat waktu agar siswa menjadi terbiasa melakukan disiplin, terus saya latih untuk selalu berbicara sopan baik pada guru, karyawan maupun dengan teman-temannya supaya siswa terbiasa melakukannya meskipun saat tidak berada di sekolah. Selain itu, untuk memotivasi siswa saya juga menerapkan metode ganjaran, ganjaran yang saya gunakan tidak berupa uang atau barang melainkan berupa pujian atau nilai tambahan dan untuk mencegah siswa melakukan pelanggaran saya menerapkan metode hukuman yang hukumannya itu sudah disepakati bersama dari awal mulai petemuan pertama. P : Apa tujuan ibu dalam membentuk pribadi muslim siswa ? I : Tujuan pembentukan pribadi muslim yaitu agar siswa setelah selesai dalam pembinaan di sekolah ini diharapkan mempunyai kepribadian yang sesuai dengan norma agama, maksudnya pribadi yang taat kepada Allah, taat kepada agama, mempunyai akhlak yang baik. P : Kegiatan apa saja yang dilakukan untuk mendukung pembentukan pribadi muslim siswa ? I : kegiatan yang dilakukan untuk membentuk pribadi siswa seperti sholat dhuha berjama’ah yang dilakukan setiap hari selasa, rabu, kamis, sabtu dan ahad, tadarus sebelum dimulai pelajaran, sholat dhuhur berjama’ah yang dilaksanakan setiap hari, pramuka untuk melatih kedisiplinan, selain itu juga ada mata pelajaran tambahan yang biasanya hanya dipelajari di pondok pesantren di tambahkan sebagai mata pelajaran tambahan yang kami sebut muatan pesantren. P : Waktu untuk membentuk pribadi muslim siswa ? I : Waktu yang digunakan dalam pembentukan pribadi muslim siswa yaitu dimulai dari masuk lingkungan sekolah sampai meninggalkan lingkungan sekolah, ketika sudah berada di rumah sudah menjadi wewenang orang tua akan tetapi antara pihak sekolah dan orang tua bekerja sama dalam hal membentuk pribadi muslim pada siswa. Guru melaksanakan ketika berada di lingkungan sekolah dan orang tua melaksanakan pengawasan ketika siswa berada di rumah. 85 P : Materi apa yang digunakan ? I : Materinya selain dari pembelajaran yang sudah ada dalam buku panduan pendidikan agama Islam, saya juga menyampaikan materi yang saya sesuaikan dengan situasi dan kondisi saat ini. P : Faktor apa saja yang menghambat ? I : Untuk faktor penghambat dalam membentuk pribadi muslim siswa, cukup banyak antara lain masalah waktu, karena kita tidak bisa setiap saat bersama siswa jadi pengawasan kita terhadap siswapun terbatas. Terkadang di sekolah sudah kita bimbing semaksimal mungkin tetapi sepulang sekolah terpengaruh oleh temantemannya.yang kedua, kurang mendukungnya sarana prasarana untuk melakukan pembentukan pribadi siswa, seperti ketika akan melakukan kegiatan sholat berjama’ah masih menggunakan tempat seadanya. kemudian maraknya dunia informasi di jaman sekarang ini dengan adanya internet, komputer, hand phone dan alat media canggih yang lainnya yang dapat memberikan informasi-informasi yang tiada batasnya baik informasi baik maupun informasi buruk semua mudah untuk didapat melalui dunia informasi dan juga tayangan televisi yang terkadang tidak mendidik anak juga secara tidak langsung akan mempengaruhi perkembangan pribadi siswa. P : Faktor apa saja yang mendukung ? I : Lokasi sekolah yang berada dekat dengan pondok pesantren As-salafiyyah almas’udiyyah yang dipimpin oleh K.H Ahmad Fauzan jadi siswa selain bisa menuntut ilmu di sekolah juga bisa sekalian menuntut ilmu keagamaan di pondok pesantren yang masih di bawah naungan satu yayasan dengan SMP. Kebanyakan dari siswa sini ikut mondok di pondok pesantren tersebut jadi lebih mudah guru dalam membentuk pribadi muslim karena selain kegiatan-kegiatan di sekolah juga sangat terdukung dari pondok. 86 LEMBAR KONSULTASI 87 88 89 DOK 90 DOKUMENTASI 91 92 93 94 95