peran guru pendidikan agama islam dalam membentuk pribadi

advertisement
PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
MEMBENTUK PRIBADI MUSLIM SISWA SMP ALMAS’UDIYYAH BANDUNGAN, KAB. SEMARANG TAHUN
PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
Ulfa Almaliah
NIM: 111 10 154
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2015
ii
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Jl. Tentara pelajar 03 Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721
Website: www.stainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi
materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi
satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan
bahan rujukan.
Apabila dikemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi
yang peneliti cantumkan maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini
dihadapan sidang munaqasyah skripsi.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dimaklumi.
Salatiga,
Penulis
Ulfa Almaliah
NIM: 111 10 154
iii
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Jl. Tentara pelajar 03 Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721
Website: www.stainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]
Mufiq, S.Ag., M. Phil.
Dosen IAIN Salatiga
Persetujuan Pembimbing
Lamp
: 5 Eksemplar
Hal
: Naskah Skripsi
Saudara
: Ulfa Almaliah
Kepada:
Yth. Dekan IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya maka bersama ini,Kami kirimkan naskah
skripsi saudara:
Nama
: Ulfa Almaliah
NIM
: 111 10 154
Jurusan/Progdi
: Tarbiyah/PAI
Judul
: PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK
PRIBADI MUSLIM SISWA SMP AL-MAS’UDIYYAH BANDUNGAN,
KAB.
SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqasyahkan.
Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Salatiga,
Pembimbing
Mufiq, S.Ag., M. Phil.
NIP. 19690617 199603 1 004
iv
SKRIPSI
PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK PRIBADI
MUSLIM SISWA SMP AL-MAS’UDIYYAH BANDUNGAN, KAB SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
DISUSUN OLEH
ULFA ALMALIAH
111 10 154
Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama
Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga,
pada tanggal 1 April 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar
sarjana S1 Kependidikan Islam
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji
: Drs. Juz’an, M.Hum.___
Sekretaris Penguji
: Mufiq, S.Ag., M.Phil.
_________________
Penguji I
: Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd.
__________________
Penguji II
: Sukron Ma’mun, M.Si.
__________________
___
__________________
Salatiga, ............................
Dekan
FTIK IAIN Salatiga
Suwardi, M.Pd.
NIP. 19670121 199903 1 002
v
MOTTO
‫ال َذرٍة َخ ْي ًرا يَ َره‬
َ ‫فَ َم ْن يَ ْع َم ْل ِمثْ َق‬
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia
akan melihat (balasan)nya”.
(QS. AL-ZALZALAH:7)
PERSEMBAHAN
Kubingkiskan karya sederhana ini untuk:
&
Almamaterku tercinta STAIN Salatiga.
& Bapak & Ibu tercinta yang selalu menyayangiku, mendukung, dan menyemangatiku.
Terimakasih atas untaian do’a yang tiada henti terucap dari bibir dan hati Bapak & Ibu
untuk kebaikan Ananda.
& Kakak-kakakku,mbak Farikah,mas Sulaiman, mbk Arifah dan mas Ikhsan Azid yang
telah memotivasi dan selalu mendukung penulis.
& Adikku Laila, Zaenab dan Fiza semoga kamu meraih cita-cita yang kamu impikan. .
&
Aini, dik Ana, Zaty, Henni, Amie, Vita, Lilis, Audy, mayura dan Any terima kasih
karena kalian telah membuatku mengerti arti persahabatan.
& Teman-teman D-paSta‘10 yang seperjuangan. Makasih atas segala dukungan temanteman selama ini. One all them..best friends forever.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur yang telah melimpah Rahmat, Taufik, Hidayah serta
Inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “Peran
Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Pribadi Muslim Siswa SMP AlMas’udiyyah Bandungan, Kab. Semarang tahun pelajaran 2014/2015”. Skripsi ini disusun
untuk memenuhi sebagian persyaratanguna memperoleh gelar kesarjanaan S1Jurusan
Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, tidak akan
mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.
Bapak Dr. Rahmad Haryadi, M.Pd., selaku Ketua IAIN Salatiga yang telah memberikan
ijin untuk melakukan penelitian di SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan, Kab. Semarang.
2.
Bapak Sumardi dan Ibu Rondiah, selaku orang tua tercinta yang telah mencurahkan
pengorbanan dan do’a restu yang tiada henti bagi keberhasilan studi penulis.
3.
Bapak Mufiq, S.Ag., M.Phil., selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing,
memberikan nasehat, arahan, serta masukan-masukan yang sangat membangun dalam
penyelesaian tugas akhir ini.
4.
Bapak Rasimin, M.Pd selaku Kepala Prodi Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga.
5.
Seluruh dosen dan petugas admin Prodi Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga yang
telah banyak membantu selama kuliah dan penelitian berlangsung.
vii
6.
SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan, Kab. Semarang, bapak Khabib Mangsur selaku
kepala sekolah, ibu vita Kholifatul Ulfa dan ibu Lilis Ritnowati yang telah memberikan
informasi dan data yang diperlukan peneliti.
7.
Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh karena itu
penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi
kesempurnaan tugas-tugas penulis selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca
dan dunia pendidikan pada umumnya.
Amin ya robbal ’alamin
Salatiga,
Penulis
Ulfa Almaliah
NIM: 111 10 154
viii
ABSTRAK
Almaliah,Ulfa. 2015. Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Pribadi
Muslim Siswa SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan, Kab.Semarang Tahun Pelajaran
2014/2015. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam.
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Mufiq, S.Ag., M.Phil.
Kata Kunci : Peran Guru Pendidikan Agama Islam dan Pribadi Muslim Siswa
Pribadi muslim adala identitas yang dimiliki seseorang sebagai ciri khas dari
keseluruhan tingkah laku sebagai muslim, baik yang ditampilkan dalam tingkah laku secara
lahiriah maupun sikap batinnya dalam rangka pengabdian dan penyerahan diri kepada Allah.
Namun, pada dasarnya kepribadian bukan terjadi serta merta, akan tetapi terbentuknya
melalui proses kehidupan yang panjang. Oleh karena itu banyak faktor yang ikut ambil
bagian dalam upaya membentik kepribadian tersebut. Salah satunya di lingkungan sekolah
karena sebagian kegiatan anak dalam kesehariannya banyak dihabiskan di lingkungan
sekolah. di lingkungan sekolah guru sebagai pendidik bagi anak memiliki tugas yang amat
besar sekali terhadap perkembangan kepribadiannya.
Penelitian ini membahas Peran Guru Pendidikan Islam dalam Membentuk Pribadi
Muslim Siswa SMP Al-Mas’udiyyah Bandingan, Kab. Semarang Tahun Pelajaran
2014/1015. Fokus Penelitian yang akan dikaji adalah: 1.Bagaimana usaha guru pendidikan
agama Islam dalam membentuk pribadi muslim siswa SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan,
Kab. Semarang tahun pelajaran 2014/2015; 2. Metode apa saja yang digunakan guru
pendidikan agama Islam dalam membentuk pribadi muslim siswa smp Al-Mas’udiyah 3.
Bagaimana peran guru pendidikan agama Islam dalam emembentuk pribadi muslim siswa
SMP Al- Mas’udiyyah Bandungan, Kab. Semarang tahun pelajaran 2014/2015; 4. Faktor apa
saja yang mendukung dan menghambat peran guru pendidikan agama Islam dalam
membentuk pribadi muslim siswa SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan, Kab. Semarang tahun
pelajaran 2014/2015.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, maka kehadiran peneliti di
lapangan sangat penting. Peneliti bertindak langsung sebagai instrument dan sebagai
pengumpul data hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian. Data
yang berbentuk kata-kata diperoleh dari para informan, sedangkan data tambahan berupa
dokumen. Analisa data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada, lalu melakukan
reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan dan tahap akhir dari analisa data ini
mengadakan keabsahan data dengan menggunakan ketekunan pengamatan triangulasi.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pembentukan pribadi muslim
siswa di SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan, Kab. Semarang dilaksanakan secara intensif
setiap hari dan terus menerus. Usaha-usaha guru Pendidikan agama Islam dalam membentuk
pribadi muslim yaitu dengan mengadakan kegiatan-kegiatan seperti Sholat Dhuha
berjama’ah, Tadarus, Sholat Dhuhur berjama’ah, muatan pesantren dan pengajian wadhih.
Metode yang digunakan adalah metode Ceramah, Metode Teladan, Metode Tanya Jawab,
Metode Diskusi, Metode Latihan dan Pembiasaan, Metode Demontrasi, Metode Konseling
Metode Ganjaran dan Hukuman. Guru pendidikan agama Islam berperan sebagai pengawas,
peran sebagai Teladan, Peran Sebagai Pembimbing, Peran sebagai Penegak hukum, Peran
sebagai pemberi Ganjaran dan Hukuman. Faktor yang menghambat pembentukan pribadi
muslim: a). Waktu : terbatasnya waktu dalam membentuk pribadi muslim siswa. b).
Terbatasnya pengawasan dari sekolah. c). Latar belakang siswa yang berbeda-beda. d).
Sarana dan prasarana yang kurang mendukung. e). Minimnya pendidikan agama orang tua
ix
dan kurangnya perhatian orang tua. f). Perkembangan informasi yang tidak mengenal batas.
Faktor pendukung: a). Adanya kerja sama antara sekolah dengan orang tua dalam mengawasi,
mendidik dan membina siswa. b). Lingkungan sekolah yang masih kental dengan kegiatan
keagamaan. c). Adanya kegiatan-kegiatan sekolah. d). adanya tata tertib di sekolah.
x
DAFTAR ISI
LEMBAR BERLOGO................................................................................................
i
JUDUL....................................................................................................................... .
ii
PERTANYAAN KEASLIAN SKRIPSI....................................................................
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................................. .
iv
PENGESAHAN KELULUSAN................................................................................
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................................................
vi
KATA PENGANTAR..............................................................................................
vii
ABSTRAK................................................................................................................
ix
DAFTAR ISI.............................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL....................................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................................
1
B. Rumusan Masalah......................................................................................
5
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................
6
D. Manfaat Penelitian......................................................................................
6
E. Kajian Pustaka............................................................................................
7
F. Penegasan Istilah........................................................................................
8
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian.............................................................
13
2. Kehadiran Peneliti..................................................................................
14
3. Lokasi Penelitian...................................................................................
14
4. Sumber Data..........................................................................................
14
xi
5. Prosedur Pengumpulan Data.................................................................
15
6. Analisis Data.........................................................................................
18
7. Pengecekan Keabsahan Data.................................................................
19
8. Tahap-tahap Penelitian..........................................................................
20
H. Sistematika Penulisan.................................................................................
21
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Guru Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam............................................
24
2. Tugas dan Peran Guru Pendidikan Agama Islam..................................
27
3. Syarat Guru Pendidikan Agama Islam..................................................
34
B. Konsep Dasar Kepribadian Muslim
1. Pengertian Kepribadian Muslim............................................................
38
2. Aspek-aspek Kepribadian Muslim........................................................
42
3. Ciri-ciri Kepribadian Muslim................................................................
44
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Siswa........................
47
5.
Prose
s Pembentukan Pribadi Siswa.......................................................
6. Metode Pembentukan Pribadi Muslim..................................................
50
52
C. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Pribadi Muslim
Siswa..........................................................................................................
55
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan...............................
59
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Al-Mas’udiyya.................................
59
2. Profil Sekolah........................................................................................
59
3. Visi dan Misi SMP Al-Mas’udiyyah.....................................................
63
xii
4. Tata Tertib SMP Al-Mas’udiyyah.........................................................
63
5. Profil Guru Pendidikan Agama Islam SMP Al-Mas’udiyyah...............
68
6. Usaha-usaha yang dilakukan untuk Membentuk Pribadi Muslim di SMP AlMas’udiyyah.....................................................................................
70
B. Temuan Penelitian
1. Usaha-usaha yang dilakukan untuk Membentuk Pribadi Muslim di SMP AlMas’udiyyah.....................................................................................
71
2. Metode yang Digunakan dalam membentuk Pribadi Muslim Siswa di SMP
Al-Mas’udiyyah............................................................................
73
3. Faktor Penghambat dan pendukung guru pendidikan Agama Islam
.....................................................................................................
75
BAB IV PEMBAHASAN
A.
Usaha
-usaha Guru Pendidikan Agama Islam.............................................
77
B. Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Pribadi Muslim Siswa
SMP Al-Mas’udiyyah......................................................................
79
C. Metode dalam Pembentukan Pribadi Muslim Siswa SMP Al-Mas’udiyyah
..............................................................................................
81
D. Faktor Penghambat dan Pendukung Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Membentuk
Pribadi
Muslim
Siswa
SMP
Mas’udiyyah..............................................................................................
Al84
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................
87
B. Saran...........................................................................................................
89
C. Penutup.......................................................................................................
89
xiii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS
DAFTAR TABEL
Tabel.1
Tabel.2
Daftar Guru dan Karyawan
Data Bangunan
xiv
Daftar Lampiran
Lamp. 1 :
Lamp. 2 :
Lamp. 3:
Lamp. 4:
Lamp. 5:
Lamp. 6:
Lamp. 7 :
Lamp. 8:
Pedoman Wawancara
Kode Penelitian
Transkip Wawancara
Lembar Konsultasi Skripsi
Surat Penunjukkan Pembimbing
Surat Permohonan Izin Penelitian
Dokumentasi penelitian
Surat Keterangan Kegiatan
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi
orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa
yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Soekidjo Notoatmodjo. 2003 : 16).
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk membentuk
generasi yang siap mengganti tongkat estafet generasi tua dalam rangka membangun
masa depan. Karena itu pendidikan berperan mensosialisasikan kemampuan baru kepada
mereka agar mampu mengantisipasi tuntutan masyarakat yang dinamik.
Demikian stategisnya peranan pendidikan tersebut, sehingga umat manusia
senantiasa memperhatikan masalah tersebut. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi
diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Pendidikan merupakan usaha
sadar yang dilakukan oleh manusia melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan,
yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah. Pendidikan akan sempurna apabila
dibarengi dengan pendidikan agama.
Pendidikan agama dalam hal ini adalah pendidikan Islam, merupakan segala usaha
untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia menuju terbentuknya manusia
seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam (Achmadi, 2010 : 31).
Agama juga mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia
dengan manusia, hubungan dengan alam dan hubungan dengan dirinya, keseimbangan
dan keserasian dalam hidup manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota
masyarakat dalam mencapai kemajuan lahiriah dan kebahagiaan bathiniah. sebab itulah
pendidikan agama yang merupakan bagian terpenting untuk melestarikan aspek-aspek
sikap dan nilai keagamaan. pendidikan agama juga harus mempunyai tujuan yang
berintikan tiga aspek, yaitu aspek iman, ilmu dan amal yang merupakan sendi tak
terpisahkan. Di samping itu pula seorang pendidik hendaknya tidak hanya mengajarkan
ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya melainkan juga akhlak sehingga akan
membentuk pribadi muslim.
Dalam era globalisasi saat ini, kemajuan IPTEK dan masuknya budaya-budaya
asing
telah mempengaruhi bangunan dan kebudayaan serta gaya hidup manusia.
Kenyataan semacam itu, akan mempengaruhi nilai, moral, sikap, atau tingkah laku
kehidupan individu dan masyarakatnya. Karena itu pendidikan semakin dibutuhkan oleh
manusia, karena pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan
penuh dalam membentuk generasi muda agar memiliki kepribadian yang baik yaitu
kepribadian yang memiliki sopan santun, perilaku atau akhlak dan moral yang baik.
Pada dasarnya kepribadian bukan terjadi secara serta merta, akan tetapi
terbentuknya melalui proses kehidupan yang panjang. Oleh karena itu banyak faktor
yang ikut ambil bagian dalam upaya membentuk kepribadian tersebut, seperti faktor
lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan juga lingkungan sekolah. Di
lingkungan keluarga dan masyarakat saja tidak cukup untuk membentuk pribadi
siswa/anak, karena sebagian kegiatan anak dalam kesehariannya banyak dihabiskan di
lingkungan sekolah. Di lingkungan sekolah guru sebagai pendidik bagi anak memiliki
tugas yang amat besar sekali terhadap perkembangan kepribadiannya, guru sebagai
pendidik utama dan juga suri tauladan bagi siswanya.
Guru merupakan salah satu unsur yang berpengaruh terhadap proses pembinaan
moral siswa. Kedudukan guru terutama guru agama Islam memiliki peran yang sangat
2
penting dalam mencegah terjadinya kenakalan remaja. Karena pada dasarnya tugas guru
pendidikan agama Islam dalam membentuk akhlak remaja (siswa) yang berkepribadian
muslim (Jalaluddin 2001 : 19).
Guru Pendidikan Agama Islam merupakan pendidik yang bertanggung jawab
langsung terhadap pembinaan akhlak dan penanaman norma hukum tentang baik buruk
serta tanggung jawab seseorang atas segala tindakan yang dilakukan baik di dunia
maupun di akhirat. Pemahaman –pemahaman siswa tentang hal ini dapat sebagai kontrol
diri atas segala tingkah lakunya sehingga siswa sadar bahwa perbuatan yang
dilakukannya akan diminta pertangung jawabkan di kemudian hari. Jelas bahwasanya
setiap muslim dididik dalam agama agar menjadi manusia yang teguh dalam akidah dan
taat dalam syariah dan terpuji dalam akhlaknya.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka upaya untuk mendidik dan membina generasi
muda perlu terus ditingkatkan, bahkan harus dimulai sejak dini baik yang dilakukan di
lingkungan keluarga (orang tua), sekolah, ataupun masyarakat.
Guru memegang peran yang sangat penting dan strategis sebab ia bertanggung
jawab mengarahkan anak didiknya dalam hal penguasaan ilmu dan penerapannya dalam
kehidupan dan dalam menanamkan dan memberikan tauladan yang baik terhadap anak
didiknya kaitanya dengan PAI. Seorang guru tidak hanya bertugas untuk mentransfer
ilmu pengetahuan
semata, tetapi jauh lebih berat yaitu untuk mengarahkan dan
membentuk perilaku atau kepribadian anak didik sehingga mereka yakini terlebih guru
PAI.
Teladan kepribadian dan kewibawaan yang dimiliki oleh guru akan mempengaruhi
positif atau negatifnya pembentukan kepribadian dan watak anak. Hal ini sesuai dengan
firman Allah SWT.
3
ِ ‫ول الل ِه أسوةٌ حسنةٌ لِمن َكا َن ي رجو الله والْي وم‬
ِ ‫لََق ْد َكا َن لَكم فِي رس‬
‫اآلخ َر َوذَ َك َر اللهَ َكثِ ًيرا‬
َ َْ َ َ
ْ َ ََ َ َ ْ
َْ
َ ْ
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan Dia banyak menyebut Allah.(Q.S. AL-Ahzab :21).
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Rasulullah adalah suri tauladan, oleh karena itu
guru dituntut memiliki kepribadian yang baik seperti apa yang ada pada diri Rasulullah
SAW.
Mengingat betapa pentingnya peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam
membentuk akhlak dan pribadi muslim pada siswa , maka masalah tersebut mendorong
peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Peran Guru Pendidikan Agama
Islam (PAI) dalam Membentuk Pribadi Muslim Siswa di SMP Al-Mas’udiyyah
Bandungan Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, maka dapat dikemukakan
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana usaha Guru Pendidikan Agama Islam dalam membentuk pribadi muslim
siswa di SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan, Kab. Semarang Tahun Pelajaran
2014/2015 ?
2. Metode apa saja yang digunakan Guru Pendidikan Agama Islam dalam membentuk
pribadi muslim siswa di SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan, Kab. Semarang Tahun
Pelajaran 2014/2015?
4
3. Bagaimana peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam membentuk pribadi muslim
siswa di SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan, Kab. Semarang Tahun Pelajaran
2014/2015 ?
4. Apa faktor pendukung dan penghambat peran guru Pendidikan Agama Islam dalam
membentuk pribadi muslim siswa di SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan, Kab.
Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015 ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan :
1. Untuk mengetahui usaha Guru Pendidikan Agama Islam dalam membentuk pribadi
muslim siswa di SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan, Kab. Semarang Tahun Pelajaran
2014/2015.
2. Untuk mengetahui metode yang digunakan Guru Pendidikan Agama Islam dalam
membentuk pribadi muslim siswa di SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan, Kab.
Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015.
3. Untuk mengetahui peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam membentuk pribadi
muslim siswa di SMP Al- Mas’udiyyah Bandungan, Kab. Semarang Tahun Pelajaran
2014/2015.
4. Untuk mengetahui faktor yang pendukung dan penghambat Guru Pendidikan Agama
Islam dalam membentuk pribadi muslim siswa SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan,
Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015.
D. Manfaat Penelitian
5
Dengan adanya penelitian ini semoga dapat bermanfaat dan berguna bagi SMP AlMas’udiyyah Bandungan, Kab. Semarang dan pembaca. Hasil ini mempunyai beberapa
manfaat, antara lain :
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian dalam bidang
pendidikan, khususnya pendidikan agama Islam, serta sebagai bahan referensi bagi
semua pihak, khususnya bagi mahasiswa pendidikan agama Islam, Fakultas
Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.
2. Secara Praktis
a.
Bagi semua guru khususnya dalam bidang pendidikan agama Islam, dalam
menyikapi betapa pentingnya mendidik dan membentuk pribadi muslim siswa,
agar jangan sampai melakukan perbuatan-perbuatan yang menyimpang.
b.
Bagi guru lebih mengetahui faktor pendukung dan penghambat peran guru
dalam membentuk pribadi muslim siswa sehingga akan mempermudah dalam
membentuk pribadi muslim siswa.
c.
Bagi penulis untuk menambah pengetahuan, serta untuk melatih kemampuan
analisa masalah-masalah pendidikan.
d.
Bagi Almamater Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Salatiga, sebagai
bahan referensi untuk dapat menambah perbendaraharaan kepustakaan,
terutama bagi jurusan Pendidikan Agama Islam, serta sebagai kontribusi
pemikiran terkait dengan strategi guru pendidikan agama Islam dalam
membentuk pribadi muslim siswa.
E. Kajian Pustaka
6
Sebelum penelitian ini dilakukan memang sudah ada penelitian-penelitian sejenis,
akan tetapi dalam hal tertentu penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan. Berikut ini
beberapa penelitian-penelitian sebelumnya yang dapat didokumentasikan sebagai kajian
pustaka :
Skripsi mahasiswa Fakult as Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan
Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011 dengan judul “ Model Pembentukan
Kepribadian Islami Siswa Melalui Pembelajaran Agama Islam di SMA Negeri 1
Parung” oleh Ahmad Busyro. Ia mengupas berbagai model dan cara yang digunakan
oleh guru pendidikan agama Islam dalam membentuk kepribadian Islami siswa SMA
Negeri 1 Parung.
Skripsi di atas mempunyai keterkaitan dengan skripsi yang ditulis yaitu
pembentukan pribadi muslim, namun yang membedakan adalah lingkungan, objek dan
metode yang diteliti.
Skripsi mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011 dengan judul “ Peran Guru Agama
Islam dalam Membentuk Akhlakul Karimah Siswa MTS Darul Ma’arif” oleh Nurmalina.
Menyimpulkan bahwa peran guru agama Islam yang menanamkan nilai-nilai agama di
dalam diri siswa dengan menerapkan pembiasaan di sekolah, kenyataan ini terlihat dari
pelaksanaan pendidikan sehari-hari di sekolah, diantaranya pembiasaan mengucap salam,
berperilaku baik bertutur kata lembut, kerapian dalam berpakaian, disiplin belajar, dan
menghormati sesama. Semua ini adalah peran aktif sekolah atau guru agama Islam yang
menanamkan nilai-nilai agama di dalam diri siswa.
Skripsi ini mempunyai keterkaitan dengan skripsi yang ditulis yaitu peran guru
pendidikan agama Islam, namun yang membedakan dengan penelitian yang dibuat
7
adalah objek kajian dan karakteristik peserta didik SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan,
Kab. Semarang.
F. Penegasan Istilah
Untuk mengetahui secara jelas dan untuk menghindari kesalahpahaman pengertian,
maka terlebih dahulu perlu dijelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul skripsi
di atas.
1. Peran Guru
Pengertian peran menurut Friedman,M (1998:286), yaitu peran adalah
serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial
yang diberikan baik secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada
preskripsi (ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu –
individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapanharapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.
Menurut Soekanto (1990 :268), peran adalah aspek dinamis dari kedudukan
(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peran.
Sedangkan guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2001:288). Sedangkan menurut Noor Jamaluddin (1978 : 1), Guru
adalah pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan
atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar
mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya
sebagai makhluk Allah, khalifah di bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang
sanggup berdiri sendiri.
8
Sedangkan menurut Jalaludin (2001 :19) guru merupakan salah satu unsur yang
berpengaruh terhadap proses pembinaan moral siswa. Kedudukan guru terutama guru
agama Islam memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah terjadinya
kenakalan remaja. Karena pada dasarnya tugas guru pendidikan agama Islam adalah
membentuk akhlak remaja (siswa) yang berkepribadian muslim.
Jadi menurut Moh. Uzer Usman (2000:4) peranan guru adalah tercapainya
serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu
serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa
yang menjadi tujuan. Dengan kata lain peranan guru dapat dikatakan tugas yang harus
dilaksanakan oleh guru dalam mengajar siswa untuk kemajuan yaitu perubahan
tingkah laku dan perkembangan siswa.
Peranan guru banyak sekali, tetapi yang terpenting adalah pertama, guru sebagai
pemberi pengetahuan yang benar kepada muridnya. Kedua, guru sebagai pembina
akhlak yang mulia, karena akhlak yang mulia merupakan tiang utama untuk
menompang kelangsungan hidup suatu bangsa. Ketiga, guru memberi petunjuk
kepada muridnya tentang hidup yang baik, yaitu manusia yang tahu siapa pencipta
dirinya yang menyebabkan ia tidak menjadi orang yang sombong, menjadi orang yang
tahu berbuat baik kepada Rasul, kepada orang tua, dan kepada orang lain yang berjasa
kepada dirinya (Abidin Nata, 1997 :69-70).
jadi peran guru adalah membimbing dan mengarahkan siswa untuk mencapai
tujuan yang diinginkan yaitu menuju perkembangan siswa dan perubahan tingkah
laku siswa sesuai dengan norma agama.
2. Pendidikan Agama Islam
Achmadi (2005 : 29) berpendapat pendidikan agama Islam ialah usaha yang
lebih
khusus
ditekankan
untuk
9
mengembangkan
fitrah
keberagamaan
(religiousitasitas) subyek didik agar lebih mampu memahami, menghayati, dan
mengamalkan ajaran-ajaran Islam.
Sementara itu Tayar Yusuf (1986 : 35) mendefinisikan Pendidikan Agama Islam
adalah usaha sadar generasi tua untuk mengalahkan pengalaman pengetahuan,
kecakapan dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia
Muslim, bertaqwa kepada Allah swt. Berbudi luhur dan berkepribadian luhur yang
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupannya.
Bawani (1993 : 65) berpendapat pendidikan agama dapat didefinisikan sebagai
upaya untuk mengaktualkan sifat-sifat kesempurnaan yang telah dianugerahkan oleh
Allah swt. Kepada manusia, upaya tersebut dilaksanakan tanpa pamrih apapun kecuali
untuk semata-mata beribadah kepada Allah.
Jadi guru pendidikan agama Islam menurut peneliti adalah seseorang pengajar
atau pendidik yang membimbing dan mengasuh terhadap anak didik dengan ajaranajaran agama Islam.
3. Membentuk Pribadi Muslim
Yang dimaksud membentuk yaitu membimbing, mengarahkan
(Pendapat,
pendidikan, watak, pikiran).
Horton (1982 :12) berpendapat pengertian kepribadian adalah keseluruhan
sikap, perasaan, ekspresi dan temprament itu akan terwujud dalam tindakan seseorang
jika dihadapkan pada situasi tertentu. Setiap orang mempunyai kecenderungan
berperilaku yang baku, atau berpola dan konsisten. Sehingga menjadi ciri khas
pribadinya.
Schaefer dan Lamm (1998:97) kepribadian adalah sebagai keseluruhan pola
sikap, kebutuhan, ciri-ciri khas, dan berperilaku seseorang. Pola berarti sesuatu yang
sudah menjadi standar atau baku, berlaku terus menerus secara konsisten dalam
10
menghadapi situasi yang dihadapi. Pola perilaku dengan demikian juga merupakan
perilaku yang sudah baku, cenderung ditampilkan seseorang jika ia dihadapkan pada
situasi kehidupan tertentu. Orang yang pada dasarnya pemalu cenderung
menghindarkan diri dari kontak mata dengan lawan bicaranya.
Jadi yang dinamakan kepribadian muslim yaitu susunan dan kesatuan dari
unsur-unsur jiwa dan akal seorang muslim yang menentukan perbedaan tingkah laku
atau tindakan dari tiap-tiap orang muslim tersebut.
G. Metode Penelitian
Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010 :3). Untuk melakukan penelitian ini
diperlukan metode penelitian yang tersusun secara sistematis, dengan tujuan agar data
yang diperoleh valid, sehingga penelitian layak untuk diuji kebenarannya.
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Ditinjau dari objeknya jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan
pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif merupakan penelitian
yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan statistik atau
kuantitatif lainnya. Penelitian kualitatif adalah :”penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain” (Lexy J. Moleong, 2008:6).
Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan multi strategi.
Strategi-strategi yang bersifat interaktif, seperti observasi langsung, observasi
partisipan, wawancara mendalam, dokumen-dokumen, teknik-teknik perlengkapan
seperti foto, rekaman, dan lain-lain (Zuriah, 2009 :95).
2. Kehadiran Penelitian
11
Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrument sekaligus
pengumpul data. Peneliti datang dan secara langsung berinteraksi di tengah-tengah
objek penelitian dan melakukan pengamatan, wawancara mendalam dan aktivitasaktivitas lainnya demi memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini.
Peneliti turun langsung ke kancah penelitian, tanpa mewakilkan pada orang lain,
agar kegiatan yang berkaitan dalam menggali, mengidentifikasi data informasi dan
fenomena yang muncul di lapangan dapat diperoleh secara akurat.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Sesuai judul penelitian, lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMP AlMasyhudiyah Blater Jimbaran Kabupaten Semarang pada bulan September tahun
2014 sampai dengan selesai. Pemilihan lokasi dengan pertimbangan-pertimbangan
sebagai berikut ;
SMP Al-Mas’udiyyah terletak di lokasi pedesaan yang
masyarakatnya mayoritas beragama Islam serta seyayasan dan selokasi dengan
pondok pesantren Al-Mas’udiyyah.
4. Sumber Data
Sebelum penelitian dilaksanakan, maka perlu ditentukan sumber data yaitu
subjek dari mana data diperoleh, sehingga peneliti memperoleh sumber data yang
dipandang paling mengetahui dan berhubungan langsung dengan masalah yang
diteliti.
Sumber data terdiri dari dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang berasla dari sumber asli atau pertama. Data ini tidak tersedia dalam
bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file. Data ini harus dicari melalui
nara sumber atau dalam istilah teknisnya responden yaitu orang yang kita jadikan
objek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatkan informasi
ataupun data (Umi Narimawati, 2008 :98). Sedagkan menurut Sugiono (2008:402)
12
data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data.
Responden adalah orang yang merespon atau menjawab pertanyaanpertanyaan peneliti baik pertanyaan tertulis maupun lisan (Arikunto, 2010: 107).
Sedangkan informan adalah orang yang menjadi sumber data dalam penelitian
(Alwi, 2007 : 794).
Adapun yang menjadi responden atau informan dalam penelitian ini adalah :
a.
Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan, Kab.
Semarang
b.
Siswa-siswa Al-Mas’udiyyah Bandungan, Kab. Semarang
Sumber lain yang bisa dijadikan referensi seperti dokumen-dokumen maupun
surat-surat penting.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi, wawancara dan dokumentasi.
a.
Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian
untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2010 :30).
Dalam teknik ini peneliti melakukan pengamatan-pengamatan terhadap
gejala-gejala subjek yang diteliti antara lain kegiatan-kegiatan dan fasilitas yang
tersedia dalam rangka menunjang proses pembentukan pribadi muslim siswa.
1) Observasi partisipasi
13
Peneliti yang menjadi kepentingannya pengumpulan data/ informasi.
2) Observasi terus terang/ dan tersamar
Untuk observasi terus terang dapat berupa wawancara sedangkan yang
tersamar bisa berupa pengamatan-pengamatan situasi objek penelitian.
3) Observasi tidak berstruktur
Observasi yang tidak menggunakan panduan yang telah disiapkan
sebelumnya, sebab fokus observasi biasanya berkembang sewaktu kegiatan
penelitian berlangsung (Faisal, 1990:78-79).
Pada penelitian ini peneliti menggunakan observasi partisipasi dan
observasi terus terang.
b.
Interview (Wawancara)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua orang pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan
pertanyaan
dan
terwawancara
yang
memberikan
jawaban
itu
(Moleong,2007:186).
Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang peran guru
pendidikan agama Islam (PAI), kepribadian siswa, strategi guru PAI dalam
membentuk kepribadian muslim siswa di SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan,
Kab. Semarang.
Secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara : (Arikunto,2010
:270)
1) Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang
hanya membuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreatifitas
pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis
14
pedoman ini lebih banyak tergantung dari pewawancara. Pewawancara
sebagai pengemudi jawaban respoden.
2) Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun
secara terperinci sehingga menyerupai check-list. Pewawancara tinggal
membubuhkan tanda v (check) pada nomor yang sesuai.
c.
Dokumentasi
Dokumentasi
adalah
pengumpulan,
pemilihan,
pengolahan
dan
penyimpanan informasi dan ilmu pengetahuan, mendefinisikan dokumentasi
adalah mencari data mengenai hal-hal / variabel yang berupa catatan, transkip,
buku surat kabar, majalah , prasati, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya
(Arikunto, 2010 :274). Metode ini digunakan untuk mendapatkan data peran
guru PAI dalam membentuk pribadi muslim di SMP Al-Mas’udiyyah
Bandungan, Kab. Semarang
6. Analisis Data
Analisis data proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga
mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono,
2008 :244).
Penelitian ini akan di analisis secara kualitatif untuk mengolah data dari
lapangan :
a.
Pengumpulan data
15
Proses analisis data dimulai dari menelaah seluruh data yang diperoleh
dengan menggunakan beberapa teknik, seperti wawancara mendalam, observasi
dan dokumentasi yang diperoleh dari penelitian.
b.
Reduksi data
Dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha
membuat rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu
dijaga dalam penelitian ini.
c.
Penyajian data
Dengan menggambarkan fenomena-fenomena atau keadaan sesuai dengan
data yang telah di reduksi terlebih dahulu.
d.
Kesimpulan
Yaitu permasalahan peneliti yang menjadi pokok pemikiran terhadap apa
yang akan diteliti.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
trianggulasi sumber data. Trianggulasi meruapakan sumber data untuk mengecek data
yang telah dikemukakan. Selain itu, trianggulasi data adalah upaya untuk mengecek
kebenarannya data tertentu dengan data adalah upaya untuk mengecek kebenarannya
data tertentu dengan data yang diperoleh dari sumber lain (Moleong, 2011:330).
Pendapat tersebut mengandung makna bahwa dengan menggunakan metode
trianggulasi dengan mempertinggi validitas memberi kedalaman hasil penelitian
sebagai pelengkap apabila data yang diperoleh dari sumber data pertama masih ada
kekurangan agar data yang diperoleh ini semakin dapat dipercaya, maka data yang
dibutuhkan tidak hanya dari satu sumber data saja tetapi berasal dari sumber-sumber
16
lain yang terkait dengan sumber penelitian. Di sisi lain trianggulasi data adalah cara
untuk memperoleh data dengan jalan membandingkan data hasil wawancara dan hasil
pengamatan maupun dokumentasi yang diperoleh dari penelitian.
Dalam pengecekan keabsahan data, peneliti melakukan cross check dengan
beberapa sumber lain yang terkait.
8. Tahap-tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut :
a.
Tahap pra lapangan
1) Mengajukan judul penelitian
2) Menyusun proposal penelitian
3) Konsultasi penelitian kepada pembimbing
b.
Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi :
1) Persiapan diri untuk memasuki lapangan penelitian
2) Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus penelitian
3) Pencatatan data yang telah dikumpulkan
c.
Tahap analisa data, meliputi kegiatan :
1) Penemuan hal-hal yang penting dari data penelitian
2) Pengecekan keabsahan data
d.
Tahap peneliti laporan penelitian
1) Penulisan hasil penelitian
17
2) Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing
3) Perbaikan hasil konsultasi
4) Pengurusan kelengkapan persyaratan ujian
5) Ujian munaqosah skripsi
H. Sistematika Penulisan
Agar suatu penelitian dapat dengan mudah dipahami oleh orang yang
membacanya, maka selayaknya dapat sistematika penulisan. Adapun sistematika
penulisan skripsi ini adalah :
Bab I merupakan kerangka dasar yang berisi latar belakang, penegasan istilah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian teori, penegasan istilah, metode
penelitian, sistematika penulisan skripsi.
Bab II berisi tentang kajian teori, merupakan bagian yang menjelaskan landasan
teori yang berhubungan dengan penelitian yang memuat pengertian pembentukan
kepribadian muslim, dasar dan tujuan pembentukan kepribadian muslim, metode yang
digunakan dalam pembentukan kepribadian muslim, pengertian pendidikan agama Islam,
tujuan dan fungsi pendidikan agama Islam, membentuk kepribadian muslim siswa, dan
tahap-tahap dalam membentuk kepribadian muslim siswa.
Bab III berisi paparan data dan temuan peneliti yang menjelaskan tentang
gambaran umum SMP Al-Mas’udiyyah (deskripsi lokasi SMP Al- Mas’udiyyah dan
tugas staf, sarana dan fasilitas di SMP Al-Mas’udiyyah, klasifikasi siswa, program
pembentukan pribadi muslim siswa), dan temuan penelitian.
Bab IV merupakan pembahasan hasil penelitian di lapangan yang dipaparkan
dalam bab III. Pembahasan dilakukan untuk menjawab masalah
18
penelitian yang
diintegrasikan ke dalam kumpulan pengetahuan yang sudah ada dengan jalan
menjelaskan temuan penelitian dalam konteks khasanah ilmu.
Bab V merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan pembahasan hasil
penelitian dan saran-saran dari penulis sebagai sumbangan pemikiran berdasarkan teori
dan hasil penelitian yang telah diperoleh dan daftar pustaka.
19
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Guru Pendidikan Agama Islam
1.
Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam.
Sebelum dibahas lebih lanjut tentang guru pendidikan agama Islam, maka
perlu kiranya dikemukakan pengertian guru itu sendiri, diantaranya :
a.
Guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2001:288).
b.
Guru menurut UU RI No. 14 Bab I Pasal I Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen adalah : pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan dasar dan pendidikan
menengah.
c.
Menurut Syaiful Bahri (2010:36), yang dimaksud Guru di sini adalah figur
seorang pemimpin atau sosok artitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak
anak didik yang bertujuan untuk membangun kepribadian. anak didik menjadi
orang berguna bagi agama, bangsa dan negara jadi guru di sini mempunyai
tanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam rangka
membina jiwa dan watak anak didik.
d.
Menurut Ramayulis (2005:49), Guru atau pendidik merupakan orang yang
melakukan bimbingan, pengertian ini memberikan kesan bahwa pendidik atau
guru adalah orang yang melakukan kegiatan dalam pendidikan.
e.
Menurut Madya Ekosusilo (2005:50), Guru adalah seorang yang bertanggung
jawab untuk memberikan bimbingan secara sadar terhadap perkembangan
20
kepribadian dan kemampuan peserta didik baik dari aspek jasmani ataupun
dari aspek rohani sebagai individu dan juga sebagai makhluk sosial.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa guru adalah orang yang
mendidik, membimbing dan ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak
dalam membentuk kepribadian. Guru bukanlah sekedar orang yang berdiri di depan
kelas untuk menyampaikan meteri pengetahuan tertentu, akan tetapi merupakan
anggota masyarakat yang harus aktif dan berjiwa bebas serta kreatif
dalam
mengarahkan perkembangan anak didiknya menjadi dewasa dan menjadi anggota
masyarakat yang bertanggung jawab.
Orang yang menerima amanat orang tua untuk mendidik anak itu di sebut
guru. Namun guru bukan hanya penerima amanat dari orang tua untuk mendidik
anaknya, melainkan dari setiap orang yang memerlukan bantuan untuk dididiknya.
Sebagai pemegang manat, guru bertanggung jawab atas amanat yang diserahkan
kepadanya. Allah swt menjelaskan dalam QS. An-nisa :58
ِ
ِ
ِ
ِ ‫ْي الن‬
‫َّاس أَ ْن ََْت ُك ُموا بِالْ ََع ْْ ِِ إِ َّن اللَّ َه نَِعِ َّما‬
َ ْ َ‫األمانَات إِ ََل أ َْهل َها َوإِ َذا َح َك ْمتُ ْم ب‬
َ ‫إ َّن اللَّهَ يَأْ ُم ُرُك ْم أَ ْن تُ َؤُّدوا‬
ِ ‫يَعِظُ ُكم بِِه إِ َّن اللَّه َكا َن ََِسيَعا ب‬
‫ص ًريا‬
َ
َ ً
ْ َ
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
mendengar lagi Maha melihat (QS. An-nisa:58)
58.
Jadi predikat guru yang melekat pada seseorang didasarkan atas amanat yang
diserahkan orang lain kepadanya. Tanpa amanat itu, seseorang tidak akan disebut
guru.
Pendidikan agama Islam adalah upaya yang dilakukan secara sadar dan sudah
terencana oleh seorang pendidik untuk menyiapkan peserta didik agar meyakini,
memahami, dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan bimbingan,
21
pengajaran dan pelatihan yang sudah ditentukan untuk menggapai tujuan. Untuk itu
pendidikan agama Islam bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan
keimanan peserta didik tentang ajaran agama Islam sehingga diharapkan menjadi
manusia yang terus berkembang keimanan dan ketakwaanya (Abdul Majid dan
Dian Andayani, 2005:132-135).
Jadi guru pendidikan agama Islam adalah seorang figur atau tokoh utama
dalam kegiatan pendidikan yang mempunyai tugas dan wewenang dan tanggung
jawab untuk membimbing, melatih, membina serta menanamkan ajaran Islam
kepada peserta didik dalam bidang pendidikan agama Islam yaitu keimanan.
Ibadah, syariah dan akhlak secara luas dan mendalam dengan tujuan agar mereka
memiliki pengetahuan tentang Islam dan membentuk akhlak pada siswa.
2.
Tugas dan Peran Guru Pendidikan Agama Islam
a.
Tugas Guru
Menurut S. Nasution tugas guru sebagai pendidik profesional adalah : 1)
guru sebagai orang yang mengkomunikasikan pengetahuan. 2) guru sebagai
model, guru sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari, bagaimanapun guru
bersikap dalam lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. 3) guru
menjadi model sebagai pribadi, apakah ia berdisiplin, cermat berfikir dan
mencintai pelajarannya (Abuddin Nata, 1997:115).
Tugas guru menurut Uzer Usman (1991:4) ada 3 kelompok, yakni :
1) Tugas Guru dalam bidang profesi
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan
melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai
hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan keterampilanketerampilan pada siswa.
22
2) Tugas Guru dalam bidang kemanusiaan
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan meliputi bahwa guru di
sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus
mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya.
Pelajaran apapun yang diberikannya, hendaknya dapat menjadikan
motivasi bagi siswanya dalam belajar.
Sebagai tugas kemanusiaan, seorang guru harus terpanggil untuk
membimbing, melayani, mengarahkan, menolong, memotivasi, dan
memberdayakan sesama, khususnya anak didiknya, sebagai sebuah
keterpanggilan kemanusiaan dan bukan semata-mata terkait dengan tugas
formal atau pekerjaannya sebagai guru (Marno dan Idris, 2010:20).
3) Tugas Guru dalam bidang kemasyarakatan
Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di
lingkungannya karena seorang guru diharpakan masyarakat dapat
memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa guru berkewajiban
mencerdaskan bangsa menuju kepada pembentukan manusia Indonesia
seutuhnya yang berdasrkan pancasila. Tugas dan peran guru tidaklah
terbatas di dalam masyarakat, bahkan guru pada hakikatnya merupakan
komponen
strategis yang memiliki peran penting dalam menentukan
gerak maju kehidupan bangsa.
Guru juga mengemban tugas kerasulan, yaitu menyampaikan pesanpesan Tuhan kepada umat manusia. Secara lebih khusus, tugas Nabi dalam
kaitannya dengan pendidikan. Sebagaimana tercantum dalam surat AlJumu’ah ayat 2 (Marno dan Idris,2010:19) :
23
ِ
ِْ ‫األميِّْي رسوال ِمْن هم ي ْت لُو علَي ِهم آياتِِه وي َزِّكي ِهم وي َعلِّمهم الْ ِكتَاب و‬
ََ ‫ْم‬
َ ‫ُه َو الَّذي بَ ََع‬
ُ َ َ ِّ ‫ث ِِف‬
َ ‫اْك‬
َ َ
ُ ُ ُ َُ َ ْ ُ َ َ ْ ْ َ َ ْ ُ
ِ
ِ
ٍ ‫ض‬
ٍ ِ‫الِ ُمب‬
‫ْي‬
َ ‫َوإِ ْن َكانُوا م ْن قَ ْب ُل لَفي‬
Artinya:
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul
di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,
mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As
Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam
kesesatan yang nyata,
Ayat di atas menggambarkan bahwa tugas rosul adalah untuk
mengajarkan dan menyuruh umat manusia untuk membaca ayat-ayat AlQur’an, itu juga yang diemban oleh guru yaitu mengajarkan dan membimbing
siswa dan siswinya.
b.
Peran Guru
Pengertian peran menurut Friedman, M. (1998 :286) yaitu serangkaian
perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang
diberikan baik secara formal maupun informal. Peran didasarkan pada
preskripsi (ketentuan) dan harapan peran yang
menerangkan apa yang
individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat
memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain
menyangkut peran-peran tersebut.
Menurut Soekanto (1990:268) peran adalah aspek dinamis dari
kedudukan (status) apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya
sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peran.
Jadi menurut Moh. Uzer Usman (2000:4) peranan guru adalah
tercapainya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan
dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah
24
laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuan. Dengan kata lain peranan
guru dapat dikatakan tugas yang harus dilaksanakan oleh guru dalam mengajar
siswa untuk kemajuan yaitu perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa.
Peranan guru banyak sekali, tetapi yang terpenting adalah pertama, guru
sebagai pemberi pengetahuan yang benar kepada muridnya. Kedua, guru
sebagai pembina akhlak yang mulia, karena akhlak yang mulia merupakan
tiang utama untuk menompang kelangsungan hidup suatu bangsa. Ketiga, guru
memberi petunjuk kepada muridnya tentang hidup yang baik, yaitu manusia
yang tahu siapa pencipta dirinya yang menyebabkan ia tidak menjadi orang
yang sombong, menjadi orang yang tahu berbuat baik kepada Rasul, kepada
orang tua, dan kepada orang lain yang berjasa kepada dirinya (Abuddin Nata,
1997 :69-70).
Untuk mewujudkan peran guru, maka seorang guru harus memiliki
empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Keempat kompetensi tersebut
dapat kita kelompokkan menjadi dua yaitu hard competence adalah
kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Sementara
soft
competence adalah kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial (Muqowim,
2012:vii-viii). Pembentukan karakter mengutamakan soft competence guru
untuk keberhasilan mendidik peserta didiknya. Karena soft competence lebih
kepada proses mentransfer nilai bukan proses mentransfer pengetahuan yang
cenderung berubah.
Menurut Mukhtar (2003:93-94), peran guru pendidikan Agama Islam
(PAI) dalam pembentukan akhlak atau karakter lebih difokuskan pada tiga
peran, yaitu :
25
1) Peran pendidik sebagai pembimbing
Peran pendidik sebagai pembimbing sangat berkaitan erat dengan
praktik keseharian. Untuk dapat menjadi seorang pembimbing, seorang
pendidik harus mampu memperlakukan para siswa dengan menghormati
dan menyayangi (mencintai). Ada beberapa hal yang tidak boleh
dilakukan oleh seorang pendidik yaitu, meremehkan/ merendahkan siswa,
memperlakukan sebagai siswa secara tidak adil, dan membenci sebagian
siswa.
Perlakuan pendidik sebenarnya sama dengan perlakuan orang tua
terhadap anak-anaknya yaitu penuh respek dan kasih sayang serta
memberikan perlindungan, sehingga dengan demikian, semua siswa
merasakan senang dan familiar untuk sama-sama menerima pelajaran dari
pendidiknya tanpa ada paksaan, tekanan dan sejenisnya. Pada intinya,
setiap siswa dapat merasa percaya diri bahwa di sekolah/ madrasah ini, ia
akan sukses belajar lantaran ia merasa dibimbing, didorong dan diarahkan
oleh pendidiknya dan tidak dibiarkan tersesat. Bahkan dalam hal-hal
tertentu pendidik harus bersedia membimbing dan mengarahkan satu
persatu dari seluruh siswa yang ada (Mukhtar , 2003:93-94).
2) Peran pendidik sebagai model (contoh)
Peranan pendidik sebagai model pembelajaran sangat penting dalam
rangka membentuk akhlak mulia bagi siswa yang diajar. Karena gerak
gerik guru sebenarnya selalu di perhatikan oleh setiap murid. Tindak
tanduk, perilaku, bahkan gaya guru selalu diteropong dan sekaligus
dijadikan cermin (contoh) oleh murid-muridnya. Apakah yang baik atau
yang buruk. kedisiplinan, kejujuran, keadilan, kebersihan, kesopanan,
26
ketulusan, ketekunan, kehati-hatian akan
selalu direkam oleh murid-
muridnya dan pada batas-batas tertentu akan diikuti oleh murid-muridnya.
Demikian pula sebaliknya, kejelekan-kejelekan gurunya akan direkam
oleh muridnya dan biasanya akan lebih mudah dan cepat diikuti oleh
murid-muridnya. Semuanya akan menjadi contoh bagi murid, karena guru
harus bisa menjadi contoh yang baik bagi murid-muridnya. Guru juga
menjadi figur secara tidak langsung dalam pembentukan akhlak siswa
dengan memberikan bimbingan tentang cara berpenampilan, bergaul dan
berperilaku yang sopan (A. Qodri Azizy, 2003:164-165).
3) Peran Pendidik Sebagai Penasehat
Seorang pendidik memiliki jalinan ikatan batin atau emosional
dengan para siswa yang diajarnya. Dalam hubungan ini pendidik berperan
aktif
sebagai
penasehat.
Peran
pendidik
bukan
hanya
sekedar
menyampaikan pelajaran di kelas lalu menyerahkan sepenuhnya kepada
siswa dalam memahami materi pelajaran yang disampaikannya tersebut.
Namun, lebih dari itu, guru juga harus mampu memberi nasehat bagi
siswa yang membutuhkannya, baik diminta ataupun tidak (Mukhtar,
2003:95-96).
Oleh karena itu hubungan batin dan emosional antara siswa dan
pendidik
dapat
menyampaikan
terjalin
efektif,
bila
nilai-nilai
moral,
maka
sasaran
peranan
utamanya
adalah
pendidik
dalam
menyampaikan nasehat menjadi sesuatu yang pokok, sehingga siswa akan
merasa diayomi, dilindungi, dibina, dibimbing, didampingi penasehat dan
diemong oleh gurunya.
27
Setiap guru utamanya Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) hendaknya
menyadari bahwa pendidikan agama Islam bukanlah sekedar mentransfer
pengetahuan agama dan melatih ketrampilan anak-anak dalam melaksanakan
ibadah atau hanya membangun intelektual dan menyuburkan perasaan
keagamaan saja, akan tetapi pendidikan agama lebih luas daripada itu.
Pendidikan agama Islam berusaha melahirkan siswa yang beriman, berilmu,
dan beramal saleh. Sehingga dalam suatu pendidikan moral, PAI tidak hanya
menghendaki pencapaian ilmu itu semata tetapi harus didasari oleh adanya
semangat moral yang tinggi dan akhlak yang baik (Mukhtar, 2003:95-96).
Untuk itu seorang guru sebagai pengemban amanah pembelajaran PAI
haruslah orang yang mempunyai pribadi saleh.
3.
Syarat Guru Pendidikan Agama Islam
Menurut (Abdurrahman An-nahlawi, 1995:170) ada beberapa syarat seorang
guru yang perlu diperhatikan guru yaitu :
a.
Seorang guru hendaknya mengajarkan ilmunya dengan sabar.
b.
Seorang guru ketika menyampaikan ilmunya kepada anak didik, seorang guru
harus memiliki kejujuran dengan menerapkan apa yang dia ajarkan dalam
kehidupan pribadinya.
c.
Seorang guru senantiasa meningkatkan wawasan, pengetahuan dan kajiannya.
d.
Seorang guru dituntut cerdik dan terampil dalam menciptakan metode yang
variatif serta sesuai dengan situasi.
e.
Seorang guru dituntut mampu bersikap tegas dan meletakkan sesuatu sesuai
proporsinya sehingga dia akan mampu mengontrol dan menguasai jiwa.
f.
Seorang
guru
dituntut
untuk
memahami
psikologi
anak,
psikologi
perkembangan dan psikologi pendidik sehingga ketika dia mengajar, dia akan
28
memahami dan memperlakukan anak didiknya sesuai kadar intelektual dan
kesiapan psikologisnya.
g.
Seorang guru dituntut untuk peka terhadap fenomena kehidupan sehingga dia
mampu memahami berbagai kecenderungan dunia beserta dampak dan akibat
bagi peserta didik, terutama dampak dalam pola pikir mereka.
Soejono menambahkan syarat yang dikutib oleh (Ahmad Tafsir, 2001:83)
adalah : 1) umur harus sudah dewasa, 2) tentang kemampuan mengajar, 3) ia harus
ahli, dan 4) harus berdedikasi tinggi.
Sebagaimana pula dijelaskan pada peraturan pemerintah Republik Indonesia
No. 14 Tahun 2005 tentang kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi
profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Kompetensi pedagogik merupakan guru dalam pengelolaan pembelajaran
peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi :
1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan.
2) Pemahaman terhadap peserta didik.
3) Pengembangan kurikulum atau silabus.
4) Perancangan pembelajaran.
5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran.
7) Evaluasi hasil belajar, dan
8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi yang
dimilikinya.
Kompetensi kepribadian, kemampuan pribadi ini meliputi hal-hal sebagai
berikut :
29
1) Beriman dan bertakwa
2) Berakhlak mulia
3) Arif dan bijaksana
4) Demokratis
5) Mantap
6) Berwibawa
7) Stabil
8) Dewasa
9) Jujur
10) Sportif
11) Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, dan
12) Secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengembangkan diri secara
mandiri dan berkelanjutan.
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk:
1) Berkomunikasi lisan, tulis dan /atau isyarat secara santun
2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional
3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik
4) Bergaul secara santun, dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan
norma serta sistem nilai yang berlaku, dan
5) Menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.
Kompetensi professional merupakan kemampuan guru dalam menguasai
pengetahuan dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya
yag sekurung-kurangnya meliputi penguasaan :
30
1) Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program
satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang
akan diampu, dan
2) Konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang
secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan,
mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.
Menurut Al-Ghazali yang dikutip oleh (Asrorun Niam Sholeh, 2006:7),
pendidik harus mempunyai sifat kasih sayang terhadap siswa, melakukan aktifitas
karena Allah swt, mampu memberikan nasehat yang baik kepada siswa, mampu
mengarahkan siswa kepada hal yang positif, mengetahui intelektualitas siswa, dan
mampu menumbuhkan kegairahan siswa terhadap ilmu yang dipelajarinya.
Dari pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa seorang guru
diharapkan memiliki syarat-syarat, ada beberapa syarat yang harus dimiliki seorang
guru, diantaranya kemampuan dalam mengajar siswa, karena jika guru tidak
memiliki kemampuan dalam mengajar siswa dikhawatirkan akan menjerumuskan
siswa kepada hal-hal negatif. Guru diharapkan mempunyai sifat kasih sayang
terhadap siswa, karena sifat kasih sayang ini pada akhirnya akan melahirkan
keakraban dan ketentraman belajar selain itu harus memiliki kompetensi guru
menurut Undang-undang No 14 tahun 2005 yaitu kompetensi pedagogik,
kepribadian, professional dan sosial.
B. Konsep Dasar Kepribadian Muslim
1. Pengertian Kepribadian Muslim
Menurut Akyas Azhari ( 2004: 161) Kata kepribadian (Personality)
sesungguhnya berasal dari bahasa Latin : persona. Pada mulanya, kata persona ini
menunjukkan pada topeng yang biasa digunakan oleh pemain sandiwara di zaman
31
Romawi dalam memainkan peran-perannya. Pada saat itu, setiap pemain sandiwara
memainkan perannya masing-masing sesuai dengan topeng yang dikenakannya.
Lambat laun, kata persona atau personality berubah menjadi istilah yang mengacu
pada gambaran sosial tertentu yang diterima oleh individu dari kelompok atau
masyarakatnya, kemudian individu tersebut diharapkan bertingkah laku berdasarkan
atau sesuai dengan gambaran sosial (peran) yang diterimanya (Baharuddin,
2007:206-207). Sedangkan menurut Muhammad Alim (2006:38), kata siswa yang
disamakan dengan anak didik merupakan sekelompok individu yang melakukan
kegiatan untuk mencari suatu hal yang belum dimengerti. Dalam pelaksanaan proses
ini disebut juga sebagai proses belajar mengajar.
Sedangkan menurut Usman Nataji (1997:240), kepribadian adalah organisasi
dinamik dari peralatan fisik dan psikis dalam diri individu yang membentuk
karakternya yang unik dalam penyesuaiannya dengan lingkungannya.
Sedangkan definisi kepribadian yang dikembangkan para ahli kepribadian ,
yaitu :
1.
Menurut Hilgard dan Marquis, Kepribadian adalah nilai sebagai stimulus sosial,
kemampuan menampilkan diri secara mengesankan.
2.
Menurut Setern, kepribadian adalah kehidupan seseorang secara keseluruhan,
individual, unik, usaha mencapai tujuan, kemampuannya bertahan dan
membuka diri, kemampuan memperoleh pengalaman.
3.
Menurut Allport, kepribadian adalah organisasi dinamik dalam sistem
psikofisiogik seseorang
yang menentukan model penyesuaian yang unik
dengan lingkungannya.
4.
Menurut Guilford, kepribadian adalah pola trait-trait yang unik dari seseorang.
32
5.
Menurut Pervin, Kepribadian adalah seluruh karakteristik seseorang yang
mengakibatkan pola yang menetap dalam merespon suatu situasi.
6.
Menurut Marry, kepribadian adalah suatu lembaga yang mengatur organ tubuh,
yang sejak lahir sampai mati tidak pernah berhenti terlibat dalam pengubahan
secara fungsional.
7.
Menurut Phares, kepribadian adalah pola khas dari pikiran, perasaan dan
tingkah laku yang membedakan orang satu dengan yang laindan tidak berubah
lintas waktu dan situasi.
Dari perbedaan teori diatas, menurut Alex Sobur ada beberapa persamaan ciri
dalam teori tersebut, yaitu :
a) Kepribadian sebagai suatu yang unik atau khas pada diri setiap orang;
b) Kepribadian dipandang sebagai organisasi yang menjadi penetu atau pengarah
tingkah laku; dan
c) Corak dan keunikan kepribadian individu ditentukan atau dipengaruhi oleh
faktor bawaan dan lingkungan (Alex Sobur, 2003:301).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian siswa adalah
tingkah laku siswa yang mengekspresiasikan kepribadian yang muncul dalam diri
dan dimanifestasikan dalam perbuatan. Dapat dikatakan juga kepribadian siswa
sebagai bentuk prilaku siswa dalam menerapkan hasil pengajaran dalam kehidupan
sehari-hari.
Sedangkan kata “muslim” dalam Ensiklopedi Muslim adalah sebutan bagi
orang yang beragama Islam. Dalam pengertian dasar dan idealnya adalah orang yang
menyerahkan diri, tunduk dan patuh pada ajaran Islam (Departemen Agama,
1993:811). Sedangkan menurut Toto Tasmaran (1995:157), muslim adalah orang
yang konsekuen bersikap hidup sesuai dengan ajaran Qur’an dan sunnah.
33
Jadi, muslim adalah yang menempuh jalan lurus, yaitu jalan yang dikehendaki
Allah dan diridlai-Nya. Mereka yang menempuh jalan lurus dan mengambil
penerangan dari cahaya kebenaran Tuhan, itulah orang-orang yang mencerminkan
kemanusiaan yang benar dan lurus, yang telah mewujudkan maksud dan tujuan
hidupnya dan telah melaksanakan tugasnya dalam hal ini (Umar Sulaiman Alasyqar, 2000:5). Muslim wajib meneguhkan hatinya dalam menanggung segala ujian
dan penderitaan dengan tenang. Demikian juga menunggu hasil pekerjaan,
bagaimana jauhnya memikul beban hidup harus dengan hati yang yakin tidak ragu
sedikitpun (Muhammad Al-Ghazali, 43). Hal ini sesuai dengan QS. Al-Baqarah ayat
112 :
ِ
ِِ
‫ف َعلَْي ِه ْم َوال ه ْم يَ ْح َزنو َن‬
ٌ ‫َجره ِع ْن َد َربِِّه َوال َخ ْو‬
ْ ‫َسلَ َم َو ْج َهه لله َوه َو م ْحس ٌن فَ لَه أ‬
ْ ‫بَلَى َم ْن أ‬
112. (tidak demikian) bahkan Barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah,
sedang ia berbuat kebajikan, Maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Dalam konteks ini, pengertian kepribadian muslim merupakan satu komponen.
Menurut Ahmad D. Marimba (1989:69), kepribadian muslim adalah kepribadian
yang aspek-aspeknya yakni baik tingkah laku luarnya, kegiatan jiwanya maupun
filsafat hidup dan kepercayaannya kepribadian kepada Tuhan dan menyerahkan diri
kepada-Nya. Hal ini senada dengan definisi Fadhil al-Jamaly yang dikutip oleh
Ramayulis (1994:92), bahwa kepribadian muslim menggambarkan muslim yang
berbudaya, yang hidup bersama Allah dalam tingkah laku hidupnya dan tanpa akhir
ketinggiannya. Kepribadian muslim ini mempunyai hubungan erat dengan Allah,
alam dan manusia.
Jadi, kepribadian muslim adalah identitas yang dimiliki seseorang sebagai ciri
khas dari keseluruhan tingkah laku sebagai muslim, baik yang ditampilkan dalam
34
tingkah laku secara lahiriah maupun sikap batinnya dalam rangka pengabdian dan
penyerahan diri kepada Allah.
2. Aspek-aspek kepribadian muslim
Dalam diri manusia terdiri dari beberapa sistem atau aspek. Adapun menurut
Ahmad D. Marimba (1989:67) membagi aspek kepribadian menjadi tiga hal, yaitu
aspek-aspek kejasmaniahan, aspek-aspek jiwa, aspek-aspek kerohanian yang luhur.
a.
Aspek kejasmaniah
Aspek ini meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak dan ketahuan
dari luar, misalnya cara-cara berbuat dan cara-cara berbicara (Ahmad D.
Marimba, 1989:67).
Menurut Abdul Aziz
Ahyadi (1995:69) aspek ini
merpakan sistem original di dalam kepribadian, berisikan hal-hal yang di bawa
sejak lahir (unsur-unsur biologis ) karena apa yang ada dalam kedua aspek
lainnya tercermin dalam aspek ini.
b.
Aspek Kejiwaan
Aspek ini meliputi aspek-aspek yang abstrak (tidak terlihat dan ketahuan
dari luar), misalnya cara berpikir, sikap dan minat. Aspek ini memberi suasana
jiwa yang melatarbelakangi seseorang merasa gembira,
maupun sedih,
mempunyai semangat tinggi atau tidak dalam bekerja, kemauan keras dalam
mencapai cita-cita atau tidak, mempunyai rasa sosial yang tinggi atau tidak, dan
lain-lain. Aspek ini dipengaruhi oleh tenaga-tenaga kejiwaan yaitu : cipta, rasa
dan karsa.(Ahmad D. Marimba, 1989:67).
c.
Aspek kerohaniahan yang luhur
35
Aspek “roh” mempunyai unsur yang tinggi di dalamnya terkandung
kesiapan manusia untuk merealisasikan hal-hal yang paling luhur dan sifat-sifat
yang paling suci (Muhammad Usman Najati, 1997 :243). Aspek ini merupakan
aspek kejiwaan yang lebih abstrak yaitu filsafat hidup dan kepercayaan. Ini
merupakan sistem nilai yang telah meresap dalam kepribadian, memberikan
corak pada seluruh kehidupan individu. Bagi yang beragama aspek inilah yang
memberikan arah kebahagiaan dunia maupun akhirat. Aspek inilah yang
memberikan kualitas pada kedua aspek lainnya.
3. Ciri-ciri Kepribadian Muslim
Kepribadian muslim merupakan identitas yang dimiliki seseorang sebagai ciri
khas dari keseluruhan tingkah laku sebagai muslim, baik ditampilkan secara lahiriah
maupun sikap batinnya. Hal itulah yang memunculkan keunikan pada seseorang
yang biasa disebut ciri. Ciri dapat berupa sikap, sifat maupun bentuk fisik yang
melekat pada diri seseorang.
Citra orang yang berkepribadian muslim terdapat pada muslim sejati. Muslim
yang meleburkan secara keseluruhan kepribadian dan eksistensinya ke dalam
Islam.(Abul A’la Maududi, 2000: 140). Muslim ini benar-benar beriman kepada
Allah. Adapun menurut Usman Najati, ciri-ciri kepribadian muslim diklasifisikan
dalam 9 bidang perilaku yang pokok, yaitu :
a.
Sifat-sifat yang berkenaan dengan akidah
Yaitu beriman kepada Allah, para Rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, malaikat,
hari akhir, kebangkitan dan perhitungan, surga dan neraka, hal ghaib dan qadar.
(Muhammad Usman Najati, 1997: 258).
b.
Sifat-sifat yang berkenaan dengan ibadah
36
Ibadah dalam hal umum adalah segala yang yang di sukai dan diridlai
Allah. Hal ini meliputi menyembah Allah, melaksanakan kewajiban-kewajiban
seperti shalat, berpuasa, zakat, haji, berjihad di jalan Allah dengan harta dan
jiwa, bertakwa kepada Allah, mengingat-Nya melalui dzikir,
do’a dan
membaca Al-Qur’an.
c.
Sifat-sifat yang berkenaan dengan hubungan sosial
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas dari orang lain, saling
membutuhkan dalam hidupnya. Sifat-sifat sosial ini meliputi bergaul dengan
baik, dermawan, bekerjasama, tidak memisahkan diri dari kelompok, suka
memaafkan,
mengajak
pada
kebaikan
dan
mencegah
kemungkaran.
(Muhammad Usman Najati, 1997:258).
d.
Sifat-sifat yang berkenaan dengan hubungan kekeluargaan
Hal ini meliputi berbuat baik kepada orang tua dan kerabat, pergaulan
yang baik antara suami dan istri, menjaga dan membiayai keluarga.
e.
Sifat-sifat moral
Keadaan yang menimpa hati manusia selalu berubah-ubah. Pada jiwa
manusia ada dorongan nafsu dan syahwat yang kadang-kadang terpengaruh
Sang Khalik. Untuk itu seorang muslim harus memiliki sifat-sifat : sabar, lapang
dada, adil, menepati janji, baik terhadap Allah maupun manusia, rendah diri,
istiqomah dan mampu mengendalikan hawa nafsu.
f.
Sifat-sifat Emosional dan sensual
Meliputi : cinta kepada Allah, takut akan azab Allah, tidak putus asa akan
rahmat Allah, senang berbuat baik kepada orang lain, menahan dan
mengendalikan kemarahan, tidak dengki kepada orang lain, dan lain-lain.
37
g.
Sifat-sifat kognitif dan intelektual
Intelektual dan kognitif berhubungan dengan akal. Akal dalam pengertian
Islam bukan otak. Akal ada tiga unsur yaitu; pikiran, perasaan dan kemauan.
Akal merupakan alat yang menjadikan manusia dapat melakukan pemilihan
antara yang betul dan yang salah. Allah selalu memerintahkan kepada manusia
untuk menggunakan akalnya agar dapat memahami fenomena alam semesta ini.
Sifat-sifat yang berhubungan dengan ini adalah memikirkan alam semesta,
menuntut ilmu, tidak bertaqlid buta, memperhatikan dan meneliti realitas,
menggunakan alasan dan logika dalam berakidah.
h.
Sifat-sifat yang berkenaan dengan kehidupan praktis dan professional
Islam sangat menekankan setiap manusia untuk memakmurkan bumi
dengan cara memanfaatkan karunia yang telah diberikan kepadanya. Di samping
itu manusia dituntut untuk beramal shaleh dan bekerja sebagai kewajiban yang
harus dilakukan setiap manusia sesuai dengan kapasitas dan kemampuan
dirinya. Dalam bekerja, manusia harus bertanggung jawab atas pekerjaannya.
Sifat-sifat yang berkenaan dengan kehidupan praktis dan professional ini
meliputi tulus dalam bekerja, bertanggung jawab, berusaha dan giat dalam
upaya memperoleh rizki dari Allah swt.
i.
Sifat-sifat fisik
Keseimbangan kebutuhan tubuh dan jiwa merupakan kepribadian yang
serasi dalam Islam. Jadi, kebutuhan tubuh dan jasmani perlu diperhatikan karena
berpengaruh pada jiwa seseorang. Pepatah mengatakan bahwa dalam tubuh
yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Hal-hal yang berkaitan dengan sifat-sifat
fisik adalah kuat, sehat, bersih dan suci dari najis.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Siswa
38
Pada dasarnya kepribadian manusia itu selalu mengalami perubahan, bahwa
manusia itu mudah atau dapat dipengaruhi atau sesuatu yang ada di sekitar atau yang
mempengaruhinya. Maka, pribadi siswa sangat perlu dengan tujuan membentuk
watak atau perilaku yang baik, sehingga dapat dibimbing menjadi siswa yang lebih
baik sesuai dengan ajaran Islam. Misalnya, siswa yang semula bermalas-malasan,
dapat dibimbing menjadi siswa yang rajin. Tentunya dengan ketelatenan dan
perhatian dari pembimbing atau orang di sekitarnya (keluarga).
Namun, yang perlu kita sadari bahwa terdapat banyak faktor yang dapat
mempengaruhi pembentukan pribadi siswa, ada dua faktor yang berperan terhadap
pembentukan pribadi siswa. Faktor-faktor yang dimaksud adalah :
a.
Faktor internal atau faktor dalam diri siswa
Abu Hamadi (1998:198) berpendapat faktor internal adalah faktor yang
dibawa individu
sejak dalam kandungan hingga kelahiran. Jadi, faktor ini
merupakan faktor keturunan atau faktor pembawaan. Yang dimaksud
pembawaan adalah segala sesuatu yang dibawa oleh anak sejak lahir, yang
bersifat kejiwaan maupun yanf bersifat kebutuhan. Kejiwaan yang berwujud
fikiran, perasaan, kemauan, fantasi, ingatan dan sebagainya.
Jadi jelas bahwa faktor dari dalam yang dibawa anak sejak lahir akan turut
mempengaruhi terhadap kepribadiannya. Namun bagi siswa yang menyimpang
dari naluri pembawaan dalam artian mental pribadinya banyak ditimbulkan oleh
akibat pengaruh dari lingkungan mereka.
b.
Faktor eksternal atau faktor dari lingkungan
39
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri individu,
merupakan pengalaman-pengalaman, alam sekitar, pendidikan dan sebagainya
yang dikemukakan dengan pengertian “milleu” (Abu Ahmadi,1998:200).
1) Keluarga
Dadang Hawari (1998:159) berpendapat keluarga adalah lingkungan
pendidikan pertama yang dikenali anak. Orang tua merupakan pembina
pertama. Sebagai pendidikan yang pertama, lingkungan adalah pusat
dimana diletakkan dasar-dasar pandangan hidup dan pembentukan pribadi
siswa. Di dalam keluargalah siswa menerima pengalaman pertama dalam
menghadapi sesamanya atau bergaul sesama manusia dan dalam
menghadapi
manusia
pada
umunya
serta
lingkungan
terhadap
perkembangan mental pribadi siswa.
2) Sekolah
Sekolah
merupakan
masyarkat
mini,
dimana
seorang
anak
diperkenalkan dengan kehidupan dunia luar. Dalam sekolah anak mulai
mengenal teman-teman yang berbeda karakter. Perbedaan dan banyaknya
teman-teman sebaya membuat anak belajar untuk menyesuaikan diri
dengan kelompok-kelompoknya.
Jalaluddin (2000:204-206) berpendapat lembaga pendidikan yang
berbasis agama bagaimanapun akan memberi pengaruh bagi pembentukan
kepribadian anak. Namun demikian besar kecilnya pengaruh itu tergantung
pada penanaman nila-nilai agama, sebab pendidikan agama pada
hakekatnya merupakan pendidikan nilai. Oleh karena itu banyak sekali
orang tua yang sangat hati-hati dalam memilih dan memasukkan anaknya
ke dalam sekolah tertentu. Bagi orang tua yang religius, akan memasukkan
40
anaknya ke sekolah agama, hal itu akan memberikan bekal agama pada diri
anak dalam menjalani kehidupannya.
3) Lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat dimana siswa bertempat tinggal turut pula
mewarnai atau mempengaruhi pembentukan pribadi siswa, karena
perkembangan jiwa sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya,
pengaruh tersebut datang dari teman-temannya dalam masyarakat
sekitarnya. Melihat realita yang ada nampaknya pengaruh tidak hanya
positif, melainkan banyak pula yang bersifat negatif. Pengaruh yang positif,
melainkan banyak pula yang bersifat negatif.
5.
Proses pembentukan pribadi siswa
Pembentukan
kepribadian muslim dilakukan secara berangsur-angsur,
membutuhkan sebuah proses. Hal ini dikarenakan merupakan pembentukan
kepribadian yang menyeluruh, terarah dan berimbang. Pembentukan ini ditujukan
pada pembentukan nilai-nilai keislaman sebagai upaya untuk menjadikan
kemampuan diri sebagai pengabdi Allah yang setia. Apabila prosesnya berlangsung
dengan baik akan menghasilkan suatu kepribadian yang harmonis dan serasi.
Dikatakan harmonis apabila segala aspek-aspeknya seimbang.
Adapun proses pembentukan kepribadian menurut Ahmad D. Marimba
(1989:48) terdiri dari atas tiga taraf yaitu pembiasaan, pembentukan pengertian,
sikap dan minat, serta pembentukan kerohanian yang luhur.
a.
Pembiasaan
Pembiasaan ini bertujuan membentuk aspek kejasmanian dari kepribadian
atau memberi kecakapan berbuat dan mengucapkan sesuatu (pengetahuan
hafalan) caranya dengan mengontrol dan menggunakan tenaga-tenaga
41
kejasmanian dan dengan bantuan tenaga kejiwaan, terdidik dibiasakan dalam
amalan-amalan yang dikerjakan dan diucapkan. Misalnya puasa dan sholat
(Ahmad D. Marimba, 1989:76).
b. Pembentukan pengertian, sikap dan minat
Pada taraf kedua ini diberikan pengertian atau pengetahuan tentang
amalan-amalan yang dikerjakan dan diucapkan. Taraf ini perlu ditanamkan
dasar-dasar kesusilaan yang erat hubungannya dengan kepercayaan, yang
mana perlu menggunakan tenaga-tenaga
kejiwaan:
karsa,
rasa
dan
cipta(Ahmad D. Marimba, 1989:77). Dengan menggunakan pikiran (cipta)
dapatlah ditanamkan tentang amalan-amalan yang baik.
Dengan adanya pengertian-pengertian terbentuklah pendirian (sikap) dan
perundang mengenai hal-hal keagamaan, misalnya menjauhi dengki, menepati
janji, ikhlas, jujur, sabar, bersyukur dan lain-lain. Begitu juga dengan adanya
rasa (Ketuhanan) disertai dengan pengertian, maka minat dapat diperbesar dan
ikut serta dalam pembentukan kepribadian muslim.
c.
Pembentukan kerohanian yang luhur
Pembentukan ini menanamkan kepercayaan terhadap rukun iman, yaitu
iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada Rasul-Nya, iman
kepada kitab-Nya, iman kepada hari akhir dan iman kepada qada dan qadar.
Pada taraf ini muncul kesadaran dan pengertian yang mendalam. Segala yang
dipikirkan, dipilih, diputuskan serta dilakukan adalah berdasarkan keinsyafan
dari dalam diri sendiri dengan disertai rasa tanggung jawab. Oleh karena itu
disebut juga pembentukan sendiri (Ahmad D. Marimba, 1989 :87-88).
42
Ketiga taraf ini saling mempengaruhi. Taraf yang lebih rendah akan menjadi
landasan taraf berikutnya dan menimbulkan kesadaran dan keinsyafan sehingga
memunculkan pelaksanaan amalan-amalan yang lebih sadar dan khusuk.
Jalaluddin dan Usman Said (1999:93) berpendapat bahwa pembentukan
kepribadian muslim berawal dari individu kemudian ke masyarakat (ummah). Dalam
pembentukan kepribadian muslim sebagai individu, pembentukan diarahkan kepada
peningkatan dan pengembangan faktor dasar (bawaan) dan faktor lingkungan yang
berpedoman pada nilai-nilai
keislaman. Faktor dasar dikembangkan dan
ditingkatkan kemampuannya melalui bimbingan dan pembiasaan berfikir, bersikap
dan bertingkah laku sesuai dengan norma-norma Islam. Sedangkan faktor
lingkungan dilakukan dengan cara mempengaruhi individu dengan menggunakan
usaha membentuk kondisi yang mencerminkan pola kehidupan yang sejalan dengan
norma Islam, seperti teladan yang baik dan lingkungan yang serasi.
6. Metode pembentukan pribadi muslim
Beberapa metode yang digunakan dalam pembentukan pribadi muslim antara
lain :
a.
Metode keteladanan
Keteladanan merupakan perbuatan yang patut ditiru dan dicontoh dalam
praktek pendidikan, anak didik cenderung meneladani pendidiknya. Karena
secara psikologis anak senang meniru tanpa memikirkan dampaknya. Amr bin
Utbah berkata kepada guru anaknya, “Langkah pertama membimbing anakku
hendaknya membimbing dirimu terlebih dahulu. Sebab pandangan anak tertuju
pada dirimu maka yang baik kepada mereka adalah kamu kerjakan dan yang
buruk adalah yang kamu tinggalkan”.(Imam A.Mukmin, 2006:89).
b.
Metode pembiasaan dan latihan
43
Mendidik dengan melatih dan pembiasaan adalah mendidik dengan cara
memberikan
latihan-latihan
terhadap
suatu
norma
tertentu
kemudian
membiasakan untuk mengulangi kegiatan tertentu tersebut berkali-kali agar
menjadi bagian hidupnya, seperti sholat, puasa, kesopanan dalam bergaul dan
sebagainya.
c.
Metode Cerita
Cerita memiliki daya tarik yang besar untuk menarik perhatian setiap
orang,
sehingga
orang
akan
mengaktifkan
segenap
indranya
untuk
memperhatikan orang yang bercerita. Hal ini terjadi karena cerita memiliki daya
tarik untuk disukai jiwa manusia. Sebab didalam cerita terdapat kisah-kisah
zaman dahulu, sekarang, hal-hal yang jarang terjadi dan sebagainya. Selain itu
cerita juga lebih lama melekat pada otak seseorang bahkan hampir tidak
terlupakan (Fuad Asysyalhub, 2006:115). Sehingga akan mempermudah
pemahaman siswauntuk mengambil pelajaran dari kisah-kisah yang telah
diceritakan dalam pelaksanaan metode ini, guru juga bisa menyertai
penyampaian nasehat-nasehat untuk anak didiknya (siswa) dalam ayat al-Qur’an
ayat yang mengandung metode cerita diantaranya :




   
   



   



  
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orangorang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat,
akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan
segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.
111.
d.
Metode nasehat
44
Metode nasehat adalah suatu metode pendidikan dan pengajaran dengan
cara memberikan peringatan atau pemberitahuan atas kebaikan dan kebenaran
dengan jalan apa saja yang dapat menyentuh hati dan memotivasinya untuk
berbuat sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Nasehat yang diberikan ini selalu
disertai dengan panutan atau teladan dari si pemberi nasehat itu. Ini
menunjukkan bahwa antara satu metode yakni metode lain yang dalam hal ini
keteladanan bersifat saling melengkapi (Abudin Nata, 1997:98).
C. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Pribadi Muslim Siswa
Masa remaja adalah masa pembinaan dan persiapan terakhir sebelum memasuki
masa dewasa yang penuh tanggung jawab. Mereka selalu ingin dianggap berguan dalam
lingkungannya. Oleh karena itu, harus senantiasa dibina dan diarahkan dalam
mengembangkan bakat dan minatnya dalam berbagai bidang. Selain itu, hal yang tidak
kalah pentingnya adalah pembinaan sikap dan mental siswa agar mampu menjadi pribadi
yang seimbang antara jasmani dan rohani sesuai dengan tujuan pendidikan Islam (Bahri,
2004:74). Tujuan pendidikan islam ialah kepribadian muslim, yaitu suatu kepribadian
yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam (Zakiyah Daradjat, 1995:72).
Untuk mencapai tujuan diatas, guru pendidikan agama Islam memiliki peranan
khusus yang signifikan, peran yang dilakukakan guru yaitu :
1. pembimbing
guru sebagai pembimbing siswa dalam hal membentuk pribadi muslim siswa
dengan cara menjadi penyadar jiwa siswa, jika siswa melakukan kesalahan maka
guru membimbing agar tidak melakukan kesalahan lagi dan memberi tahu dampak
yang terjadi jika melakukan kesalahan sehingga siswa tidak mengulangi kesalahan
lagi.
2. Pendidik
45
Guru mendidik siswa dengan cara meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai
hidup, seperti nilai-nilai akhlak dalam kehidupan, bersikap baik kepada orang lain,
menghormati yang lebih tua dan menghargai yang lebih muda.
3. Teladan
Guru sebagai teladan atau contoh bagi siswa,perilaku yang guru lakukan
merupakan teladan, maka guru harus berperilaku yang baik sehingga siswa juga
akan meneladani perilaku yang baik. Guru tidak boleh membiasakan siswa
melakukan atau berperrilaku buruk. Ini perlu disadari oleh guru sebab perilaku guru
akan mempengaruhi anak didik.
4. Pembiasaan
Metode pembiasaan berjalan bersama-sama dengan metode keteladanan, sebab
pembiasaan itu dicontohkan oleh guru. Guru sebagai tokoh teladan dalam
mencontohkan sikap teladannya, seperti membiasakan tertib mengucapkan salam,
inti pembiasaan adalah pengulangan, jika guru setiap masuk kelas mengucapkan
salam, itu dapat diartikan usaha pembiasaan.
5. Pengawas
Guru juga berperan sebagai pengawas, mengawasi siswa baik saat berada di
dalam kelas maupun saat berada di luar kelas. Jika siswa melakukan kesalahan maka
guru harus menegur dan memberi nasehat, agar siswa mengetahui yang dilakukan
salah dan tidak mengulanginya kembali.
6. Pengajar
Selain menjadi pebimbing, teladan dan pengawas peran guru paling penting
yaitu menjadi pengajar, guru melakukan transformasi ilmu baik ilmu umum maupun
ilmu agama, guru dapat melakukan penanaman nilai akhlak dalam diri siswa dalam
46
proses pembelajaran, dengan cara bertutur kata lembut, tidak memaki siswa, dan
mengucap salam ketika masuk dan keluar kelas.
Dari uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa peran guru Pendidikan
Agama Islam mempunyai peranan besar dalam membentuk pribadi muslim siswa di
sekolah.
47
BAB III
PAPARAN DATA DAN PENYAJIAN DATA
A. Gambaran Umum SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan
1. Sejarah singkat berdirinya SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan
SMP Al-Mas’udiyyah merupakan sekolah menengah pertama yang berdiri di
bawah naungan Yayasan Al-Mas’udiyyah. SMP Al-Mas’udiyyah yang berlokasi di
dusun Blater Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Provinsi
Jawa Tengah berdiri pada tahun 2014 oleh pengurus Yayasan Al-Mas’udiyyah
Blater antara lain :
a. Bapak K.H. Fatkhur Rohim
j. Bapak Tri Mulyato, S.Pd.I
b. Bapak K.H. Ahmad Fauzan
k. Ibu Tri Lestari, S.Pd
c. Bapak K.H. An’im Abdillah M.
l. Bapak M. Basyari, ST.Msi
d. Bapak Achmad Faiyun
m. Bapak Mustaghfirin
e. Bapak Ahmad Mudlofir
n. Bapak H. Ahmad Afifudin
f. Bapak Dede Ahmad Hudlory
o. Ibu Hj. Laely Maftuhah
g. Ibu Vita Kholifatul U.S.
p. Bapak Tafrikhan
h. Ibu Lilis Ritnowati
q. Bapak Shobirin
i. Bapak M. Hafidhin
Di Jimbaran banyak anak usia sekolah yang hanya memiliki ijazah Sekolah Dasar
karena tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi (SMP/Sederajat) dengan
alasan biaya dan lokasi yang jauh. Dengan melihat realita tersebut maka, segenap
tokoh masyarakat khususnya Yayasan Al-Mas’udiyyah berupaya mendirikan
sekolah yang tidak hanya memberikan pendidikan formal, tetapi juga ada
pendidikan non-formal yang menunjang pendidikan anak supaya berakhlak mulia.
48
Pada tahun 2014 berdirilah SMP Al-Mas’udiyyah dengan luas tanah 1.442 m2
meskipun dengan hanya membuka 3 kelas akan tetapi SMP Al-Masu’diyyah masih
proses membangun gedung sekolah untuk memenuhi sarana dan prasarana
pendukung kegiatan belajar mengajar.
2. Profil Sekolah
a.
Nama Sekolah
: SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan
b.
Alamat
:Blater
Desa
Jimbaran
Kecamatan
Bandungan
Kabupaten Semarang.
c.
Tahun Beroperasi
: 2014/2015
d.
Kepemilikan tanah
: Yayasan
Luas Tanah
: 1.442 m2
e.
Tenaga Pengajaran
Jumlah keseluruhan tenaga pengajar dan staffnya lainnya adalah 23 orang.
Dengan rincian sebagai berikut :
1) Guru
a) Guru tetap yayasan
: 6 orang.
b) Guru tidak tetap yayasan
: 13 orang
2) Karyawan
Jumlah karyawan di SMP Al-Mas’udiyyah 4 orang dan berstatus
pegawai tetap yayasan.
Tabel.1
Daftar Guru dan Karyawan
no
Nama
Jabatan
Status
1.
Hj. Laily Maftukhah
Guru
GTT
49
2.
H. An’im Aba A.M
Guru
GTT
3.
Khabib Mangsur
Kepala Sekolah
GTY
4.
Istikharoh, S.Pd.
Guru
GTT
5.
Ahmad Soderi
Guru
GTT
6.
Zaenal Arifin, S.Pd.I
Guru
GTY
7.
Latif Anwari
Guru
GTT
8.
Nur Wachid, S.Pd.I
Guru
GTT
9.
Nugroho Dian, S.Pd
Guru
GTT
10. Siti Nur Fadhilatur Rohmah
Guru
GTT
11. Vita Kholifatul Ulfa S
Guru
GTY
12. M. Khoirul lutfi
Guru
GTY
13. Abdul Qodri
Guru
GTT
14. Lilis Ritnowati
Guru
GTY
15. Dede Ahmad K.
Guru
GTT
16. Dra. Dwi Marhaeni
Guru
GTT
17. Achmad Faiyun
Guru
GTT
18. Hanifati Noor Atika
Guru
GTT
19. Umatul Mahmudah
Guru
GTY
50
20. Slamet Riyadi
Karyawan
PTY
21. Ani Nurchayati
Karyawan
PTY
22. Abdul Rozaq
Karyawan
PTY
23. Dede Ahmad Khudori
Karyawan
PTY
Sumber : dikutip dari dokumen SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan, tanggal 21
januari 2015.
Keterangan :
 GTY
 GTT
 PTY
f.
: Guru Tetap Yayasa
: Guru Tidak Tetap
: Pegawai Tetap Yayasan
Data Siswa
Jumlah siswa pada tahun pelajaran 2014/2015 adalah 115 siswa. Dengan
rincian sebagai berikut :
g.
1) Perempuan
: 50
2) Laki-laki
: 65
Data Bangunan
Tabel.2
Data Bangunan
No.
Jenis Ruangan
Jumlah
Luas(m2)
Keterangan
1.
Ruang Kelas
4
8 x 10
-
2.
Ruang Guru
1
8 x 10
-
3.
Ruang Perpustakaan
1
8 x 10
-
4.
Ruang Komputer
1
3x8
-
5.
Ruang UKS
1
2x8
-
51
6.
Ruang Koperasi
1
3x8
-
7.
Ruang Kepala Sekolah
1
-
-
8.
Ruang Tata Usaha
2
8 x 10
-
9.
Ruang Mushola
1
7 x 10
-
10.
Ruang Pertemuan
-
8 x 15
-
11.
Kamar Mandi
4
2x2
-
Sumber : dikutip dari dokumen SMP Al-Mas’udiyyah Bandungan, tanggal 21
januari 2015.
3. Visi dan Misi SMP Al Mas’udiyyah
a.
Visi
Visi sekolah yaitu bernuansa Islami, unggul dalam prestasi, menjunjung
tinggi tradisi, santun dalam bersikap, diminati masyarakat dan meraih
kemuliaan hidup dan kebahagiaan dunia akhirat.
b.
Misi
1) Membina insan yang terampil, mandiri sesuai dengan peradaban dan
perkembangan zaman.
2) Membina insan yang Islami yang berwawasan ahlussunah wal jamaah di
dalam tatanan kehidupan masyarakat.
4. Tata Tertib SMP Al Mas’udiyyah
Keadaan kepribadian siswa SMP Al-Mas’udiyyah pada umumnya sudah
cukup baik. Beberapa siswa masih sering melanggar peraturan sekolah, diantaranya :
bolos sekolah, meninggalkan jam pelajaran, berbicara kurang sopan terhadap teman
maupun guru, tidak mengikuti upacara bendera maupun kegiatan ekstra kulikuler
sekolah. Untuk meminimalisir, sekolah dengan tim khususnya memberikan arahan,
pendekatan dan bimbingan kepada siswanya agar tidak melanggar hukum.
52
Upaya untuk membentuk pribadi siswa yang mempunyai akhlak yang baik,
dalam penampilan, perbuatan, pergaulan dan menjaga ketertiban siswa, maka SMP
Al Mas’udiyyah membuat peraturan tata tertib sekolah, yaitu :
a.
Tata Tertib
1) Ketentuan Kegiatan Belajar Mengajar
a) Waktu KBM dimulai pukul 07.00 WIB dan berakhir pukul 13.00 WIB.
b) Peserta didik wajib mengikuti upacara bendera setiap hari senin sesuai
jadwal yang ditentukan.
c) Peserta didik tidak diperkenankan berada di luar kelas saat KBM
berlangsung kecuali ada ijin dari guru kelas.
d) Peserta didik tidak diperkenankan berada di luar kelas apabila guru
berhalangan hadir.
e) Peserta didik tidak diperkenankan melakukan aktivitas yang tidak
berkaitan dengan pelajaran.
2) Kerajinan/Kedisiplinan
a) Peserta didik hadir sebelum pukul 07.00 WIB di kampus SMP AlMas’udiyyah.
b) Peserta didik dianggap terlambat jika melewati waktu toleransi (10
menit ) dari bunyi bel masuk.
c) Peserta didik yang terlambat wajib mengikuti pembinaan dan meminta
surat ijin masuk kelas dari BK.
d) Peserta didik tidak diperkenankan meninggalkan pelajaran tertentu
tanpa ijin.
e) Apabila peserta didik meninggalkan sekolah sebelum waktunya tanpa
ijin dari sekolah, maka dianggap membolos.
53
f)
Peserta yang tidak hadir harus memberikan keterangan dengan surat
ijin atau telpon dari orang tua/ wali.
g) 1-2 hari peserta didik tidak hadir tanpa keterangan maka siswa akan
dipanggil dan dibina BK.
h) 3 hari atau lebih peserta didik tidak hadir tanpa keterangan maka orang
tua siswa akan dipanggil.
i)
Siswa harus melaksanakan tugas yang diberikan guru atau sekolah.
3) Kerapian
a) Pakaian seragam ditentukan oleh sekolah yaitu Osis dan Pramuka.
b) Peserta didik diwajibkan berpakaian rapi, bersih dan sopan.
c) Baju peserta didik wajib dimasukkan.
d) Memakai bedge lokasi SMP Al-Mas’udiyyah.
e) Bedge lokasi diwajibkan dijahit.
f)
Peserta didik diwajibkan memakai ikat pinggang hitam.
g) Peserta didik diwajibkan memakai sepatu berwarna hitam dan berkaos
kaki putih untuk OSIS dan kaos kaki warna hitam untuk pramuka.
h) Model rambut
(1) Putra
(a) Rambut harus rapi dan bersih, panjang maksimal sebatas kerah
kemeja
(b) Rambut tidak boleh diwarnai/semir
(2) Putri
(a) Rambut bersih, rapi tidak berwarna/semir
(b) Rambut tidak boleh bersambung
(c) Rambut tertutup kerudung
54
i)
Perhiasan
(1) Bagi peserta didik putra tidak diperkenankan memakai perhiasan
(gelang, kalung atau anting).
(2) Bagi peserta didik putri tidak diperkenankan memakai perhiasan
yang berlebihan.
(3) Bagi peserta didik tidak diperkenankan memakai make up yang
berlabihan.
(4) Bagi peserta didik putra tidak diperkenankan bertato, bertindik dan
berkuku panjang.
(5) Bagi peserta didik putri tidak diperkenankan bertato dan berkuku
panjang.
4) Kebersihan
a) Peserta didik diwajibkan menjaga kebersihan lingkungan sekolah.
b) Peserta didik tidak diperkenankan mencoret-coret tembok dan sarana
serta prasarana sekolah dan lain-lain.
c) Peserta didik tidak diperkenankan mengadakan ulang tahun siswa di
sekolah yang menyebabkan mengotori/ merusak/membahayakan.
b.
Pelanggaran dan Skors
1) Peserta didik yang melanggar tata tertib akan diberikan skor berdasarkan
jenis pelanggarannya.
2) Semakin besar bobot pelanggaran peserta didik semakin besar skor yang
diberikan.
3) Peserta didik yang menerima skor tinggi di kelasnya akan diumumkan oleh
wali kelas untuk menjadi peringatan.
55
4) Pelanggaran
yang dilakukan lebih dari satu
kali
skornya akan
diakumulasikan dengan pelanggaran sebelumnya.
5) Skor pelanggaran diakumulasikan selama 3 tahun atau selama peserta didik
tersebut masih bersekolah di SMP Al-Mas’udiyyah.
6) Setiap pelanggaran dicatat dalam buku sanksi pelanggaran.
c.
Tindak Lanjut dan Sanksi Pelanggaran Tata Tertib
Peserta didik yang melakukan pelanggaran tata tertib di sekolah dikenakan
sanksi melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
1) Tahap I
: apabila mencapai skor 30, peserta didik akan dibina oleh wali
kelas dan BP serta orang tua diberi tahu dan tanda tangan.
2) Tahap II
: apabila mencapai skor 50, peserta didik mendapatkan
peringatan pertama dan orang tua dipanggil dan tanda tangan.
3) Tahap III
: apabila mencapai skor 70, peserta didik mendapatkan
peringatan kedua dan orang tua dipangil dan tanda tangan.
4) Tahap IV
: apabila mencapai 90, peserta didik mendapatkan peringatan
ketiga dan orang tua dipanggil dan tanda tangan.
5) Tahap V
: apabila skor mencapai 100, peserta didik dikembalikan
pembinaannya ke orang tua/wali.
6) Tahap VI
100
: apabila siswa secara akumulasi skor langsung mendapat skor
tanpa surat
peringatan 1,2,3 maka siswa yang bersangkutan
dikembalikan kepada orang tua/ wali.
5. Profil Guru Pendidikan Agama Islam SMP Al Mas’udiyyah
Secara individu, guru pendidikan agama Islam yang ada telah memenuhi
syarat untuk menjadi seorang guru karena mengetahui lebih banyak tentang ilmu
pengetahuan agama atau materi pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik.
56
Sikap guru pendidikan agama Islam SMP Al Mas’udiyyah senantiasa menjaga diri
dari perangai-perangai yang kurang baik di mata masyarakat. Kompetensi yang
dimiliki oleh guru pendidikan agama Islam SMP Al Mas’udiyyah meliputi
pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial. Kemampuan pedagogik adalah
kemampuan guru pendidikan agama Islam mengelola pembelajaran peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, terutama yang berkaitan
dengan pembentukan pribadi muslim. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan
kepribadian yang mantap, dewasa, aktif, berwibawa, menjadi tauladan bagi peserta
didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi professional adalah kemampuan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam. Sedangkan kompetensi
sosial yaitu kemampuan guru untuk berinteraksi dan berkomunikasi secara efektif
dan efisien dengan peserta didik, guru lain, orang tua dan masyarakat seperti terlibat
aktif dalam kegiatan keagamaan di masyarakat.
Guru pendidikan agama Islam di SMP Al Mas’udiyyah terdiri dari 2 orang
guru yaitu :
1) Vita Chotifatul Ulfa. S Lahir di Semarang tanggal 14 juli 1991, sedang
menyelesaikan studinya di Fakultas Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam
STAIN Salatiga. Beliau mengabdi di SMP Al-Mas’udiyyah sejak tahun 2014.
2) Lilis Ritnowati lahir di Kendal tanggal 18 agustus 1991, sedang menyelesaikan
studinya di Fakultas Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam STAIN
Salatiga. Beliau mengabdi di SMP Al-Mas’udiyyah sejak tahun 2014.
6. Usaha-usaha yang dilakukan untuk membentuk pribadi muslim di SMP AlMas’udiyyah
57
Di SMP Al-Mas’udiyyah ada beberapa kegiatan yang mendukung dalam
pembentukan pribadi muslim siswa, antara lain :
a.
Muatan Pesantren
Selain mata pelajaran formal dan muatan lokal, SMP Al-Mas’udiyyah
menambahkan muatan pesatren sebagai mata pelajaran tambahan. Muatan
pesatren yaitu pelajaran yang biasanya hanya dipelajari di pondok pesantren,
seperti Riyadhol Badiah, BTQ dan lain-lain.
b.
Sholat dhuha berjama’ah
Setelah bel masuk berbunyi siswa tidak langsung masuk kelas melainkan
melakukan kegiatan sholat dhuha berjama’ah yang dilaksanakan seluruh warga
SMP Al-Mas’udiyyah baik siswa, guru maupun karyawan. Kegiatan sholat
dhuha berjama’ah dilakukan setiap hari selasa, rabu, kamis, sabtu dan ahad.
c.
Tadarus
Kegiatan tadarus dilakukan setiap hari selasa, rabu, kamis dan sabtu
dilakukan selama 10 menit pada jam pelajaran pertama dengan dipantau oleh
guru yang mengajar pada jam pertama. Kegiatan tadarus dilaksanakan di dalam
kelas masing-masing.
d.
Sholat dhuhur berjama’ah
Kegiatan sholat dhuhur dilakukan setiap hari yang diikuti oleh seluruh
warga SMP Al-Mas’udiyyah bukan hanya siswa melainkan guru dan karyawan
juga mengikuti kegiatan sholat berjama’ah di sekolah. Sedangkan bagi siswa
putri yang berhalangan (udzur) harus berada di dalam kelas sejenak sampai
58
kegiatan sholat berjama’ah selesai dilaksanakan agar tidak mengganggu
kekhusyukan yang melakukan kegiatan sholat dhuhur berjama’ah.
e.
Pramuka
Kegiatan pramuka merupakan kegiatan yang wajib di ikuti oleh seluruh
siswa pada hari sabtu pukul 14.00-16.00 wib.
f.
Silat
Kegiatan silat merupakan kegiatan ekstrakurikuler di SMP AlMas’udiyyah, kegiatan ini dilaksanakan setiap hari sabtu jam 14.00 sampai
selesai.
g.
Pengajian Fiqh Wadhih
Kegiatan pengajian fiqh wadhih yaitu kegiatan mendengarkan kajian yang
membahas tentang ibadah. Kegiatan pengajian wadhih dilaksanakan setiap hari
ahad pagi setelah sholat dhuha berjama’ah.
B. Penyajian Data berdasarkan Hasil Penelitian
1. Usaha-usaha guru pendidikan agama Islam dalam membentuk pribadi siswa SMP AlMas’udiyyah
Temuan peneliti yang ada di lapangan menunjukkan bahwa usaha-usaha guru
Pendidikan Agama Islam dalam membentuk pribadi di SMP Al-Mas’udiyyah,
berbagai macam kegiatan untuk membentuk pribadi muslim yang dilakukan.
Seperti yang dituturkan ibu VK dan ibu LR kegiatan-kegiatan yang dilakukan
dalam rangka membentuk pribadi muslim siswa terdiri dari dua yaitu:
59
a.
Kegiatan ekstra kurikuler
Kegiatan ekstra kurikuler terdiri dari :
1) Pramuka
2) Silat
Kegiatan ekstra kurikuler ini bertujuan untuk melatih kedisiplinan dan
kemandirian siswa.
b.
Kegiatan yang terkandung dalam proses pembelajaran
1) Sholat Dhuha berjama’ah
2) Tadarus
3) Sholat dhuhur berjama’ah
4) Muatan pesantren
5) Pengajian fiqh wadhih
2. Metode yang Digunakan dalam Membentuk Pribadi Muslim Siswa di SMP AlMas’udiyyah
Materi yang disampaikan oleh guru pendidikan agama Islam pastilah berbedabeda dalam penyampaiannya,
Temuan peneliti di lapangan yang membahas tentang metode yang digunakan oleh
guru pendidikan agama Islam SMP Al-Mas’udiyyah dalam membentuk pribadi
muslim siswa antara lain sebagai berikut :
a.
Metode Ceramah
Metode ceramah yaitu metode yang digunakan dalam memaparkan atau
menyampaikan materi secara penuturan atau lisan. Metode ini sering digunakan
dalam menyampaikan materi karena dengan metode ceramah siswa-siswi akan
lebih mudah memahami materi yang disampaikan seperti contoh materi yang
60
mengisahkan tentang kisah-kisah nabi, maka penyampaiannya dengan
menggunakan metode ceramah.
b.
Metode Teladan
Metode teladan yaitu metode yang digunakan untuk merealisasikan tujuan
pendidikan dengan memberi contoh yang baik kepada siswa, baik contoh secara
langsung maupun secara tidak langsung. Yang dimaksud memberi contoh tidak
secara langsung yaitu dengan cara mengisahkan atau menceritakan orang-orang
yang bisa dijadikan suri tauladan bagi siswa.
c.
Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman
siswa dalam menerima materi yang telah disampaikan guru. Jika siswa dianggap
sudah memahami maka pembelajaran akan dilanjutkan ke materi selanjutnya,
namun jika siswa dinilai kurang paham, maka akan kembali dijelaskan.
d.
Metode Diskusi
Guru pendidikan agama Islam SMP Al-Mas’udiyyah juga menerapkan
metode diskusi untuk melatih siswa menyelesaikan masalah secara bersamasama atau kelompok dan melatih siswa untuk menyampaikan pendapat atau
mendengarkan pendapat orang lain.
e.
Metode Latihan dan Pembiasaan
Metode latihan dan pembiasaan memerlukan waktu yang cukup panjang.
Mulai dari melatih sampai menjadikan kebiasaan pada siswa. selain itu, dalam
menerapkan metode latihan dan pembiasaan ini guru dituntut untuk bekerja
ekstra karena metode ini membutuhkan kesabaran dan ketelatenan dari guru.
f.
Metode Demonstrasi
61
Dalam materi pembelajaran pendidikan agama Islam ada yang
membutuhkan metode demonstrasi supaya siswa lebih memahaminya. Seperti
materi sholat, wudhu, haji adalah materi yang tidak cukup menggunakan metode
ceramah tetapi memerlukan peragaan agar siswa lebih memahaminya.
g.
Metode Konseling
Guru pendidikan agama Islam di SMP Al-Mas’udiyyah dalam membantu
menyelesaikan masalah siswa atau saat membimbing siswa dengan cara
memposisikan sebagai teman sehingga siswa akan merasa nyaman saat
mengutarakan permasalahan yang bisa menghambat perkembangan pribadinya
dan juga guru pun akan lebih mudah membantu dan mengarahkan siswa dalam
menyelesaikan masalah.
h.
Metode Ganjaran dan Hukuman
Metode ganjaran diterapkan dengan tujuan memotivasi siswa, sedangkan
metode hukuman diterapkan dengan tujuan untuk melatih siswa agar dapat
bertanggung jawab dan disiplin terhadap yang diperbuat. Selain itu juga
bertujuan untuk mencegah siswa melakukan pelanggaran.
3. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat guru pendidikan agama Islam
Dalam membentuk pribadi muslim siswa pasti ada faktor penghambat dan
faktor pendukung yang dihadapi oleh guru pendidikan agama Islam. Untuk lebih
mudah usaha guru pendidikan dalam membentuk pribadi muslim, guru harus
mengetahui faktor pendukung untuk dikembangkan dan faktor penghambat untuk
segera ditanggulangi sehingga pelaksanaan membentuk pribadi muslim berjalan
sesuai yang diharapkan.
Dari penuturan guru pendidikan agama Islam dapat disimpulkan hal-hal yang
menjadi faktor penghambat, antara lain :
62
a.
Waktu : terbatasnya waktu dalam membentuk pribadi muslim siswa.
b.
Terbatasnya pengawasan dari sekolah.
c.
Lingkungan siswa
d.
Latar belakang siswa yang berbeda-beda.
e.
Sarana dan prasarana yang kurang mendukung.
f.
Minimnya pendidikan agama orang tua dan perhatian orang tua.
g.
Perkembangan informasi yang tidak mengenal batas.
Selain faktor penghambat guru pendidikan agama Islam di SMP Al
Mas’udiyyah juga menuturkan tentang faktor pendukung dalam membentuk pribadi
muslim siswa.
Dari hasil penelitian guru pendidikan agama Islam di atas maka dapat
disimpulkan bahwa hal-hal yang sebagai faktor pendukung antara lain :
a.
Adanya kerja sama antara sekolah dan orang tua dalam mengawasi, mendidik
dan membina siswa.
b.
Lingkungan sekolah yang masih kental dengan kegiatan keagamaan.
c.
Kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah.
d.
Adanya tata tertib di sekolah.
63
BAB IV
ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK
PRIBADI MUSLIM SISWA SMP AL-MAS’UDIYYAH
A. Usaha-usaha Guru Pendidikan Agama Islam
Dari hasil penelitian di SMP Al Mas’udiyyah, peneliti menemukan usaha-usaha
yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam membentuk pribadi muslim siswa,
yaitu sebagai berikut :
1. Muatan Pesantren
Muatan pesantren yaitu tambahan mata pelajaran yang mengajarkan ilmu
agama yang lebih mendetail atau khusus seperti mabadi fiqh, Baca Tulis Al-Qur’an
(BTQ) dan Bahasa Arab. Tambahan muatan pesantren ini adalah untuk membekali
siswa dengan ilmu-ilmu agama yang mendalam sehinggan siswa lebih mengetahui
ilmu agama dan bisa menerapkan dikehidupannya sehari-hari selain itu juga untuk
menyeimbangkan anta ilmu agama dan ilmu agama.
2. Sholat Dhuha berjama’ah
Sesudah bel masuk berbunyi peserta didik tidak langsung masuk ke dalam
kelas melainkan melaksanakan sholat dhuha berjamaah terlebih dahulu. Sholat
dhuha berjamaah dilaksanakan setiap hari selasa, rabu, kamis, sabtu dan ahad. Sholat
dhuha berjama’ah tidak hanya dikuti oleh siswa saja, melainkan seluruh warga smp
Al-Mas’udiyyah termasuk guru, karyawan dan kepala sekolah.
3. Tadarus
64
Kegiatan tadarus dilakukan setiap hari selasa, rabu, kamis dan sabtu pada 10
menit sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Sedangkan tempatnya di kelas
masing-masing serta di pantau oleh guru yang mengajar pada jam pertama. Kegiatan
tadarus ini dilaksanakan dengan maksud membiasakan siswa agar lebih terbiasa
membaca ayat-ayat Al-Qur’an.
4. Sholat dhuhur berjama’ah
Seperti sholat dhuha berjama’ah, Sholat dhuhur berjama’ah dilakukan oleh seluruh
warga SMP Al-Mas’udiyyah yaitu siswa, guru dan karyawan.sedangkan siswa putri
yang berhalangan (udzur) harus berada di dalam kelas sejenak sampai sholat dhuhur
selesai dilaksanakan agar tidak mengganggu kekhusyukan sholat dhuhur berjama’ah.
5. Pengajian Fiqh Wadhih
Pengajian fiqh wadhih dilakukan setiap hari Ahad setelah sholat dhuha
berjama’ah. Kegiatan pengajian fiqh wadhih yaitu siswa mendengarkan kajian
tentang ibadah yang disampaikan oleh guru yang bertugas menyampaikan materi.
Materi yang disampaikan dalam pengajian fiqh wadhih ini yaitu materi yang berisi
tentang ibadah, seperti tata cara wudhu, hikmah wudhu dan rukun-rukun wudhu.
Membaca temuan di atas yang kaitannya dengan pembentukan pribadi muslim
pada siswa di SMP Al-Mas’udiyyah. Pada dasarnya dilakukan secara intensif setiap
hari. Hal ini dibuktikan adanya kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
keagamaan seperti tadarus, sholat dhuha berjama’ah, sholat dhuhur berjama’ah
sampai pengajian fiqh wadhih yang merupakan bagian dari kegiatan pembentukan
pribadi muslim siswa.
B. Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Pribadi Muslim Siswa
SMP Al- Mas’udiyyah
65
Dalam membentuk pribadi muslim siswa di sekolah guru pendidikan agama Islam
mempunyai peranan yang penting, meskipun dalam pelaksanaannya guru pendidikan
agama Islam melibatkan seluruh pihak sekolah. Selain kerja sama dengan pihak sekolah
guru pendidikan agama Islam juga bekerja sama dengan orang tua / wali dari siswa untuk
sama-sama mengawasi, mengarahkan, membina dan membimbing anaknya jika berada
di rumah atau berada di luar sekolah.
Peran yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam membentuk pribadi
muslim siswa yaitu :
1. Guru Sebagai Pengawas
Guru yang berperan sebagai pengawas yaitu mengawasi seluruh tingkah laku
siswa baik saat berada di dalam kelas maupun saat di luar kelas. Jika siswa
melakukan salah maka guru bisa segera menegur dan menasehatinya, sehingga
mencegah siswa untuk berbuat kesalahan atau sesuatu yang menyimpang aturan.
2. Guru sebagai Pembimbing
Sebagai orang tua kedua bagi siswa guru pendidikan agama Islam berperan
sebagai pembimbing yang selalu membimbing dan mengarahkan siswa ke arah
positif. Dalam membentuk pribadi muslim siswa guru pendidikan agama Islam
mempunyai tanggung jawab yang besar untuk menciptakan kepribadian siswa yang
baik, yang sesuai dengan ajaran-ajaran agama. Bentuk bimbingan secara langsung
guru pendidikan agama Islam SMP Al-Mas’udiyyah yaitu : membimbing berdoa
bersama saat mulai dan selesai pelajaran, membimbing dengan memberikan nasihatnasihat kepada siswa, membimbing siswa dalam memngikuti kegiatan-kegiatan
sekolah.
66
3. Guru sebagai Teladan
Guru pedidikan agama Islam di SMP Al-Mas’udiyyah sudah memberikan
teladan yang baik untuk dicontoh oleh siswa baik dari segi berpakaian, segi
penampilan, tutur kata yang baik dan sopan.
4. Guru sebagai Pemberi Hukuman dan Ganjaran
Untuk memberikan rasa jera pada siswa yang telah melakukan pelanggaran
serta untuk mencegah siswa melakukan pelanggaran maka guru pendidikan agama
Islam memperlakukan hukuman-hukuman yang telah disepakati bersama. Selain itu,
guru juga memberikan ganjaran untuk memotivasi siswa. bentuk ganjaran yang
diberikan oleh guru pendidikan agama Islam bukan berupa materi melainkan berupa
pujian atau nilai tambahan. Bentuk hukuman juga bukan hukuman fisik melainkan
hukuman yang mendidik seperti di suruh mengerjakan soal tambahan atau meghafal
surat pendek Al-Qur’an.
C. Metode dalam Pembentukan Pribadi Muslim Siswa SMP Al-Mas’udiyyah
Bandungan, Kab. Semarang
Pada dasarnya usaha-usaha guru pendidikan agama Islam dengan program
keagamaannya sangat bermanfaat bagi siswa dalam membantu membentuk pribadi
muslim siswa, namun dalam pelaksanaan usaha-usaha tersebut juga membutuhkan kerja
keras, kesabaran, ketelatenan, dan kegigihan guru dalam mengawasi, mengatur dan
membina siswa, agar usaha-usaha yang dilakukan berjalan dengan lancar dan semua
siswa mengikutinya.
Adapun metode- metode yang digunakan dalam membentuk pribadi muslim siswa
yaitu :
1. Metode Ceramah
67
Metode ceramah adalah metode yang sering digunakan guru pendidikan agama
Islam dengan mengisahkan kisah-kisah para nabi atau kisah peristiwa sejarah hidup
manusia masa lampau yang baik yang taat kepada Allah maupun yang mungkar
terhadap Allah. Tujuan dari menceritakan kisah-kisah tersebut yaitu agar siswa dapat
membedakan antara perbuatan yang baik dan yang buruk.
2. Metode Teladan
Metode teladan yaitu metode yang digunakan untuk merealisasikan tujuan
pendidikan dengan memberi contoh yang baik kepada siswa, agar mereka dapat
berkembang secara fisik maupun mental dan memiliki kepribadian muslim yang
baik.
3. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab digunakan untuk menambah pengetahuan siswa dalam
menggali ilmu agama maupun ilmu pengetahuan umum yang berpengaruh dalam
pembentukan pribadi muslim siswa. siswa dapat bertanya tentang mana yang baik
dan yang buruk jika di terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Metode Diskusi
Guru pendidikan agama Islam SMP Al-Mas’udiyyah juga menerapkan metode
diskusi untuk melatih siswa menyelesaikan masalah secara bersama-sama atau
kelompok dan melatih siswa untuk menyampaikan pendapat atau mendengarkan
pendapat orang lain.
5. Metode Latihan dan Pembiasaan
Metode latihan dan pembiasaan memerlukan waktu yang cukup panjang.
Mulai dari melatih sampai menjadikan kebiasaan pada siswa. Selain itu, dalam
menerapkan metode latihan dan pembiasaan ini guru dituntut untuk bekerja ekstra
karena metode ini membutuhkan kesabaran dan ketelatenan dari guru. Bentuk dari
68
metode latihan dan pembiasaan dimulai dari yang ringan-ringan seperti pembiasaan
betutur kata yang baik, mengucap salam ketika bertemu dengan guru, karyawan
maupun dengan teman, berdoa sebelum dan sesudah mengikuti pelajaran, tadarus
dan pembiasaan untuk sholat berjama’ah.
6. Metode Demontrasi
Dalam materi pembelajaran pendidikan agama Islam ada yang membutuhkan
metode demontrasi supaya siswa lebih memahaminya. Seperti materi sholat, wudhu,
haji adalah materi yang tidak cukup menggunakan metode ceramah tetapi
memerlukan peragaan agar siswa lebih memahaminya.
7. Metode Konseling
Guru pendidikan agama Islam di SMP Al-Mas’udiyyah dalam membantu
menyelesaikan masalah siswa atau saat membimbing siswa dengan cara
memposisikan sebagai teman sehingga siswa akan merasa nyaman saat
mengutarakan permasalahan yang bisa menghambat perkembangan pribadinya
dan gurupun akan lebih mudah membantu dan mengarahkan siswa dalam
menyelesaikan masalah.
8. Metode Ganjaran dan Hukuman
Metode ganjaran diterapkan dengan tujuan memotivasi siswa, sedangkan
metode hukuman diterapkan dengan tujuan untuk melatih siswa agar dapat
bertanggung jawab dan disiplin terhadap yang diperbuat. Selain itu juga bertujuan
untuk mencegah siswa melakukan pelanggaran.
69
D. Faktor Penghambat dan pendukung Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Membentuk Pribadi Muslim Siswa di SMP Al-Mas’udiyyah
1. Faktor Penghambat
h. Waktu
terbatasnya waktu dalam membentuk pribadi muslim siswa. karena
siswa tidak setiap saat berada di sekolah maka terbatasnya waktu menjadi
salah satu penghambat dalam membentuk pribadi muslim siswa.
i. Terbatasnya pengawasan dari sekolah.
Pihak sekolah tidak bisa terus menerus mengawasi siswa karena siswa
tidak 24 jam berada di sekolah. jadi pengawasan dari pihak sekolah pun
terbatas.
j. Lingkungan siswa
Tidak semua siswa berada dilingkungan atau pergaulan yang kental
dengan agama. Banyak siswa yang bergaul dengan teman yang tidak semua
memiliki latar belakang keluarga yang religius. Jadi siswa bisa terpengaruh
dengan pergaulan lingkungan siswa.
k. Latar belakang siswa yang berbeda-beda.
Tidak semua siswa berasal dari keluarga yang pengetahuan agamanya
kuat, banyak siswa yang berasal dari keluarga biasa dalam pengetahuan ilmu
agama.
l. Sarana dan prasarana yang kurang mendukung.
Sarana dan prasarana sekolah yang belum memenuhi seperti belum
adanya masjid untuk melakukan sholat berjama’ah, masih kurangnya tempat
70
untuk berwudhu sehingga ketika akan sholat berjama’ah siswa harus antre
cukup banyak untuk mengambil air wudhu.
m. Minimnya pendidikan agama orang tua dan perhatian orang tua.
Kurangnya perhatian orang tua dikarenakan orang tua yang sibuk
bekerja di luar rumah sehingga kurangnya perhatian untuk anak dan
pengawasan tentang ketertiban anak dalam melakukan ibadah. Pengawasan
anak dalam bergaul juga kurang, dan kurangnya teguran atau peringatan
kepada anak jika anak tidak melakukan kewajiban karena orang tua sinuk
bekerja di luar rumah.
n. Perkembangan informasi yang tidak mengenal batas.
Di era globalisasi ini, media informasi marak mulai dari radio sampai
internet yang dengan mudah untuk kita mengaksesnya. Banyak informasi
yang baik maupun yang buruk dengan mudah kita mendapatkannya.
Ironisnya siswa SMP sudah mengenalnya, tapi mereka belum bisa
membedakan mana yang baik dan yang tidak baik, ini semua yang nantinya
akan berdampak buruk bagi mereka, baik pada perkembangan, sikap,
perilaku, serta pola pikir siswa.
2. Faktor pendukung
e. Adanya kerja sama antara sekolah dan orang tua dalam mengawasi, mendidik
dan membina siswa.
f. Lingkungan sekolah yang masih kental dengan kegiatan keagamaan.
g. Kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah.
h. Adanya tata tertib di sekolah.
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai peran guru pendidikan agama Islam dalam
membentuk pribadi muslim siswa SMP Al-Mas’udiyyah, maka kesimpulan dapat ditarik
sebagai berikut :
1. Usaha-usaha guru pendidikan agama Islam dalam membentuk pribadi muslim siswa
SMP Al-Mas’udiyyah antara lain :
a.
Muatan pesantren
b.
Sholat dhuha berjama’ah
c.
Tadarus
d.
Sholat dhuhur berjama’ah
e.
Pengajian wadhih
2. peran guru pendidikan agama Islam dalam membentuk pribadi muslim siswa SMP
Al-Mas’udiyyah antara lain :
a.
Peran sebagai pengawas.
b.
Peran sebagai teladan.
c.
Peran sebagai pembimbing.
d.
Peran sebagai pemberi hukuman.
e.
Peran sebagai pemberi ganjaran.
3. Metode yang digunakan guru pendidikan agama Islam dalam membentuk pribadi
muslim siswa SMP Al-Mas’udiyyah antara lain :
a.
Metode ceramah
72
b.
Metode teladan
c.
Metode tanya jawab
d.
Metode demonstrasi
e.
Metode diskusi
f.
Metode konseling
g.
Metode latihan dan pembiasaan
h.
Metode hukuman dan ganjaran.
4. Faktor penghambat dan faktor pendukung dalam membentuk pribadi muslim siswa
a.
Faktor penghambat
1) Waktu : terbatasnya waktu dalam membentuk pribadi muslim siswa.
2) Terbatasnya pengawasan dari sekolah.
3) Lingkungan siswa
4) Latar belakang siswa yang berbeda-beda.
5) Sarana dan prasarana yang kurang mendukung.
6) Minimnya pendidikan agama orang tua dan perhatian orang tua.
7) Perkembangan informasi yang tidak mengenal batas.
b.
Faktor pendukung
1) Adanya kerja sama antara sekolah dan orang tua dalam mengawasi,
mendidik dan membina siswa.
2) Lingkungan sekolah yang masih kental dengan kegiatan keagamaan.
3) Kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah.
4) Adanya tata tertib di sekolah.
B. Saran-saran
1. Pihak sekolah lebih meningkatkan lagi pengawasan terhadap siswanya.
73
2. Lebih melengkapi sarana dan prasarana.
3. Senantiasa menjalin kerja sama dengan orang tua siswa dalam mengawasi pergaulan
siswa.
4. Siswa senantiasa rajin mengikuti kegiatan sekolah dengan kesadaran sendiri.
Alhamdulillahirobil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,
nikmat, karunia serta pertolongan-Nya yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis
bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di hari
akhir kelak.
Penulisan karya ilmiah atau skripsi ini tidak luput dari keterbatasan pengetahuan
dan kekhilafan penulis, oleh karena itu tidak menutup kemungkinan terdapat
kekurangan dan kesalahan. Maka penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya serta
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi masukan bagi
pembacanya. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah membantu sampai terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah SWT
membalas atas kebaikan dan bantuannya.
74
DAFTAR PUSTAKA
Ahyadi, Abdul Aziz. 1995. Psikologi Agama (Kepribadian Muslim Pancasila). Bandung :
Sinar Baru Algesindo.
Al-Asyqar, Umar Sulaiman. 2000. Ciri-ciri Kepribadian Muslim. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Alim, Muhammad. 2006. Pendidikan Agama Islam. Bandung : Remaja Rosdakarya
An-Nahlawi, Abdurrahman. 1995. Pendidikan Islam di rumah, sekolah dan masyarakat.
Jakarta : Gema Insani.
Asy Syalhub, Fuad. 2006. Guruku Muhammad SAW. Jakarta : Gema Insani Perss.
Baharuddin. 2007. Psikologi Pendidikan Refleksi Teoritis terhadap fenomena. Yogyakarta :
Ar-Ruz Media.
Hawari, Dadang. 1998. Al-Qur’an dan Ilmu kedokteran jiwa dan Kesehatan Jiwa.
Yogyakarta : Dana Bakti Primayasa.
Jalaluddin dan Usman Said. 1994. Filsafat Pendidikan Agama Islam. (Konsep dan
Pemikirannya). Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
75
Jalaluddin. 2001. Teologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Marimba, Ahmad D.1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung : Al-Ma’arif.
Mukhtar. 2003. Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta : CV. Misika Anak
Galiza.
Muqowim. 2012. Pengembangan soft skill Guru. Yogyakarta : Pedagogia.
Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Logos Wacana Ilmu.
Sholeh Niam, Asrorun. 2006. ReorientasiPendidikan Islam Mengurai Relevansi Konsep AlGhazali dalam konteks kekinian, Jakarta: Elsas.
Tafsir, Ahmad. 2001. Ilmu Pendidikan dalam persefektif Islam. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Usman, Uzer.1991. Menjadi Guru Professional. Bandung : Rosdakarya.
76
LAMPIRAN- LAMPIRAN
Lampiran 1
Petunjuk Pelaksanaan Wawancara
1. Wawancara dilakukan secara fleksibel, akurat dan dilakukan dengan penuh
kekeluargaan tanpa ada paksaan maupun unsur rekayasa yang akan berakibat kurang
bermaknanya hasil penelitian.
2. Selama melakukan wawancara peneliti mencatat, merekam dan mendiskripsikan hasil
wawancara dengan responden yang dianggap sebagai informan utama yang
mendukung pelaksanaan hasil penelitian.
77
3. Waktu penelitian digunakan semaksimal mungkin dalam rangka memperoleh datadata yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian.
4. Pewawancara adalah peneliti sendiri.
5. Pedoman dalam wawancara ini masih dapat berkembang dan berubah sesuai dengan
situasi dan kondisi lapangan.
Pedoman Wawancara (1)
Hari/tanggal
:
Waktu
:
Informan
: Guru Pendidikan Agama Islam
Peneliti
:
Tempat
:
A. Peran sebagai Guru Pendidikan Agama Islam
78
1. Bagaimana peran ibu dalam membentuk pribadi muslim siswa ?
2. Apa tujuan ibu dalam membentuk pribadi muslim siswa ?
3. Strategi apa yang digunakan dalam membentuk pribadi muslim siswa ?
4. Bagaimana pelaksanaan pengajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa ?
5. Apa saja usaha-usaha ibu dalam membentuk kepribadian siswa SMP Al
Mas’udiyyah ?
6. Metode apa saja yang dipakai dalam memberikan pelajaran Pendidikan Agama
Islam?
7. Kegiatan-kegiatan apa saja yang digunakan dalam membentuk kepribadian
muslim siswa?
8. Kapan ibu melaksanakan membentuk pribadi muslim siswa ?
9. Bagaimana ibu mengawasi kepribadian siswa ?
10. Bagaimana komunikasi dengan orang tua siswa ?
11. Apakah pengawasan terhadap siswa berjalan dengan baik ?
12. Bagaimana kondisi siswa saat di sekolah ?
13. Materi apa saja yang ibu sampaikan pada siswa ?
B. Faktor-faktor
1. Faktor apa yang mendukung usaha ibu dalam membentuk pribadi muslim siswa?
2. Faktor apa yang menghambat usaha ibu dalam membentuk pribadi muslim siswa ?
3. Bagaimana tindakan ibu guru jika ada siswa yang melanggar norma agama di
dalam kelas maupun di luar kelas ?
79
Lampiran 2
Kode Penelitian
Peran guru pendidikan agama Islam dalam membentuk pribadi siswa SMP Al-Mas’udiyyah
tahun pelajaran 2014/2015
A. Responden
Kode
LR
VK
Nama
Lilis Ritnowati
Vita Kholifatul
B. Metode
80
Kode
W
O
P
Metode Penelitian
Wawancara
Observasi
Dokumentasi
C. Kategori Sumber Responden
Kode
G
Keterangan
Guru
Lampiran 3
Transkip Wawancara
Identitas Informan
Kode Responden
Kode Data
Hari/tanggal
Waktu
: LR
: W/G/LR
: Rabu, 21-01-2015
: 09.00-selesai
P : Apa tujuan ibu membentuk pribadi muslim siswa ?
I : Tujuan pembentukan pribadi muslim siswa yaitu supaya anak mempunyai akhlak
yang baik, sopan dalam bertindak, bertutur kata,tidak terjerumus dalam pergaulan
81
bebas, mempunyai pendirian yang kuat dalam memilih kebenaran,tidak pernah
meninggalkan kewajiban-kewajibannya, bisa bertanggung jawab dengan apa yang
dilakukannya, kalau yang sebelum sekolah nakal diharapkan setelah sekolah di sini
tidak nakal lagi.
P : Kapan ibu melakukan pembentukan pribadi muslim siswa ?
I : Waktu yang digunakan selama pembinaan siswa menjadi tanggung jawab kami atau
selama siswa masih menjadi anak didik kami yang dimulai dari saat diterimanya
siswa sampai dikembalikannya pembinaan siswa kepada orang tua siswa. Namun
kita juga bekerja sama dengan orang tua ketika di sekolah kita yang mengawasi dan
ketika di rumah orang tualah yang mengawasi.
P : Bagaimana berkomunikasi dengan orang tua siswa ?
I : Komunikasi dengan orang tua dilakukan di awal tahun pelajaran dan setiap
penggambilan raport.
P : Bagaimana kondisi siswa di sekolah ?
I : Metode apa yang digunakan ?
P : Saat mengajar saya menerapkan berbagai metode selain supaya siswa tidak jenuh,
juga saya sesuaikan dengan kondisi, situasi siswa dan juga sesuai dengan materi
yang akan saya ajarkan. Misalnya jika materi yang akan saya sampaikan tentang
kisah-kisah nabi maka saya menggunakan metode ceramah, supaya siswa lebih
paham dan bisa mengambil inti sari dari materi tersebut dan bisa menauladani para
nabi yang diterapkan pada kehidupannya sehari-hari.kalo untuk materi yang
memerlukan pergaan maka saya menggunakan metode demontrasi supaya anak
secara langsung bisa melihat gerakan yang saya ajarkan dan bisa langsung
mempraktekkan secara benar. Selain itu saya juga menerapkan metode konseling
jika siswa sedang mengalami masalah atau melakukan pelanggaran, maka saya
membimbing dan mengarahkannya dengan menerapkan metode konseling.
P : Materi apa yang digunakan ?
I : materi saya ambil dari pembelajaran di kelas yang terkadang saya selingi dengan
nasehat-nasehat untuk siswa. terkadang juga mengambil dari cerita yang ada di
sekitar kehidupan untuk diambil contoh yang baik dan contoh yang tidak baik dari
kisah nyata yang terjadi di sekitar.
P : Apakah pengawasan berjalan dengan baik ?
I : Sejauh ini baik, meskipun banyak kendala.
P : Faktor apa saja yang menghambat ?
82
I : keadaan lingkungan siswa menjadi salah satu faktor penghambat karena siswa
berasal dari bermacam-macam daerah dengan berbagai budaya yang mempengaruhi
perkembangan pribadi siswa. kurangnya kesadaran siswa dalam melakukan kegiatan
keagamaan untuk membentuk pribadi siswa sehingga harus membutuhkan kerja
ekstra, kesabaran, dan ketelatenan dari guru untuk membiasakan siswa mengikuti
kegiatan keagamaan. Minimnya pendidikan agama dalam keluarga dan kurangnya
perhatian dari orang tua, terkadang orang tua lebih dering berada di luar rumah
untuk mencari nafkah sehingga anak kurang pengawasan dari orang tua dan kurang
bimbingan dari orang tua.
P : Faktor apa saja yang mendukung ?
I : adanya kerja sama antara guru atau pihak sekolah dengan orang tua siswa untuk
berbagi tugas mengawasi, membimbing, mendidik,dan membina di sekolah maupun
di rumah. Adanya kebijakan-kebijakan dari sekolah seperti tata tertib, kegiatankegiatan dari sekolah yang mempengaruhi kebiasaan dan tingkah laku siswa
sehingga membentuk pribadi siswa yang diharapkan.
P : Hukuman apa saja yang digunakan ?
I : Hukuman yang saya gunakan sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan siswa.
mulai dari teguran sampai dikembalikan pembinaannya pada orang tua.
P : Usaha apa saja yang dilakukan dalam membentuk pribadi muslim ?
I : usaha yang dilakukan yaitu mulai dari pengawasan, membiasakan siswa melakukan
hal yang baik dengan diadakannya kegiatan-kegiatan yang positif.
P : Kegiatan apa saja yang dilakukan ?
I : Selain dalam pembelajaran ada kegiatan-kegiatan yang mendukung dalam
membentuk pribadi muslim siswa seperti kegiatan pengajian fiqh wadhih yang
dilaksanakan setiap hari ahad setelah sholat dhuha berjama’ah, sholat dhuha
berjama’ah, didukung dengan ekstrakurikuler seperti pramuka dan silat, dan juga ada
muatan pesantren yang berisi tentang pelajaran yang biasa dipelajari di pondok
pesantren.
P : Bagaimana pelaksanaan pengajaran ?
I : Pelaksanaannya di kelas dan pengajarannya sesuai dengan kurikulum dan kebijakan
sekolah.
83
Transkip Wawancara
Identitas Informan
Kode Responden
Kode Data
Hari/tanggal
Waktu
: TN
: W/G/VK
: Rabu, 21-01-2015
: 11.00 WIB-selesai
P : Bagaimana peran ibu dalam membentuk pribadi muslim siswa ?
I : Keikutsertaan dalam membentuk pribadi muslim siswa yaitu guru pendidikan agama
Islam dalam membimbing, mengarahkan, membina anak sesuai dengan atura-aturan
agama, ikut melatih dan membiasakan siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan
yang bersifat wajib maupun sunnah dalam agama.
P : Metode apa saja yang digunakan ?
84
I : Metode yang digunakan saya sesuaikan dengan materi yang akan saya sampaikan
pada siswa, seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demontrasi, latihan dan
lain-lain. Metodenya saya berikan secara bergantian biar siswa tidak jenuh jadi siswa
mudah menerima dan memahami materi yang saya sampaikan. Selain itu, untuk
membentuk pribadi muslim siswa saya menerapkan metode-metode lainnya yaitu
metode latihan dan pembiasaan, seperti kita latih siswa untuk selalu datang tepat
waktu agar siswa menjadi terbiasa melakukan disiplin, terus saya latih untuk selalu
berbicara sopan baik pada guru, karyawan maupun dengan teman-temannya supaya
siswa terbiasa melakukannya meskipun saat tidak berada di sekolah. Selain itu,
untuk memotivasi siswa saya juga menerapkan metode ganjaran, ganjaran yang saya
gunakan tidak berupa uang atau barang melainkan berupa pujian atau nilai tambahan
dan untuk mencegah siswa melakukan pelanggaran saya menerapkan metode
hukuman yang hukumannya itu sudah disepakati bersama dari awal mulai petemuan
pertama.
P : Apa tujuan ibu dalam membentuk pribadi muslim siswa ?
I : Tujuan pembentukan pribadi muslim yaitu agar siswa setelah selesai dalam
pembinaan di sekolah ini diharapkan mempunyai kepribadian yang sesuai dengan
norma agama, maksudnya pribadi yang taat kepada Allah, taat kepada agama,
mempunyai akhlak yang baik.
P : Kegiatan apa saja yang dilakukan untuk mendukung pembentukan pribadi muslim
siswa ?
I : kegiatan yang dilakukan untuk membentuk pribadi siswa seperti sholat dhuha
berjama’ah yang dilakukan setiap hari selasa, rabu, kamis, sabtu dan ahad, tadarus
sebelum dimulai pelajaran, sholat dhuhur berjama’ah yang dilaksanakan setiap hari,
pramuka untuk melatih kedisiplinan, selain itu juga ada mata pelajaran tambahan
yang biasanya hanya dipelajari di pondok pesantren di tambahkan sebagai mata
pelajaran tambahan yang kami sebut muatan pesantren.
P : Waktu untuk membentuk pribadi muslim siswa ?
I : Waktu yang digunakan dalam pembentukan pribadi muslim siswa yaitu dimulai dari
masuk lingkungan sekolah sampai meninggalkan lingkungan sekolah, ketika sudah
berada di rumah sudah menjadi wewenang orang tua akan tetapi antara pihak
sekolah dan orang tua bekerja sama dalam hal membentuk pribadi muslim pada
siswa. Guru melaksanakan ketika berada di lingkungan sekolah dan orang tua
melaksanakan pengawasan ketika siswa berada di rumah.
85
P : Materi apa yang digunakan ?
I : Materinya
selain dari pembelajaran yang sudah ada dalam buku panduan
pendidikan agama Islam, saya juga menyampaikan materi yang saya sesuaikan
dengan situasi dan kondisi saat ini.
P : Faktor apa saja yang menghambat ?
I : Untuk faktor penghambat dalam membentuk pribadi muslim siswa, cukup banyak
antara lain masalah waktu, karena kita tidak bisa setiap saat bersama siswa jadi
pengawasan kita terhadap siswapun terbatas. Terkadang di sekolah sudah kita
bimbing semaksimal mungkin tetapi sepulang sekolah terpengaruh oleh temantemannya.yang kedua, kurang mendukungnya sarana prasarana untuk melakukan
pembentukan pribadi siswa, seperti ketika akan melakukan kegiatan sholat
berjama’ah masih menggunakan tempat seadanya. kemudian maraknya dunia
informasi di jaman sekarang ini dengan adanya internet, komputer, hand phone dan
alat media canggih yang lainnya yang dapat memberikan informasi-informasi yang
tiada batasnya baik informasi baik maupun informasi buruk semua mudah untuk
didapat melalui dunia informasi dan juga tayangan televisi yang terkadang tidak
mendidik anak juga secara tidak langsung akan mempengaruhi perkembangan
pribadi siswa.
P : Faktor apa saja yang mendukung ?
I : Lokasi sekolah yang berada dekat dengan pondok pesantren As-salafiyyah almas’udiyyah yang dipimpin oleh K.H Ahmad Fauzan jadi siswa selain bisa
menuntut ilmu di sekolah juga bisa sekalian menuntut ilmu keagamaan di pondok
pesantren yang masih di bawah naungan satu yayasan dengan SMP. Kebanyakan
dari siswa sini ikut mondok di pondok pesantren tersebut jadi lebih mudah guru
dalam membentuk pribadi muslim karena selain kegiatan-kegiatan di sekolah juga
sangat terdukung dari pondok.
86
LEMBAR KONSULTASI
87
88
89
DOK
90
DOKUMENTASI
91
92
93
94
95
Download