BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di seluruh dunia deregulasi sektor bisnis listrik berubah dari suatu yang terpusat dan terintegrasi menjadi suatu industri tersegmentasi berdasarkan kompetensi para pelaku bisnis tersebut. Bentuk perdagangan baru dengan akses bebas pada saluran transmisi maupun distribusi telah mendorong suatu perdagangan kompetitif antar konsumen dan pemilik pembangkit. Pada lingkungan tersebut, jaringan transmisi dianggap sebagai faktor pokok dalam pasar listrik. Lokasi serta keterbatasan lahan menyebabkan infrastruktur ketenagalistrikan yang dimiliki suatu perusahaan tidak terdapat dalam satu lokasi. Sebagai contoh, suatu perusahaan yang berlokasi di kawasan padat akan menghadapi kesulitan untuk membangun PLTU yang membutuhkan lahan cukup luas. Pada kondisi ini, perusahaan tersebut dapat tetap membangun PLTU dengan konsekuensi berada di lokasi yang jauh. Disamping itu perusahaan tersebut juga harus membangun saluran transmisi. Kondisi tersebut merupakan peluang bagi PT PLN (Persero). PLN dapat menyewakan jaringan yang dimilikinya kepada perusahaan tersebut. Bagi pemilik perusahaan, hal ini juga sangat menguntungkan karena membuat jaringan transmisi merupakan hal yang tidak mudah. Sewa jaringan ini tidak hanya untuk pemilik perusahaan, tetapi dapat pula untuk pemilik izin usaha penyediaan tenaga listrik. Pemanfaatan transmisi perusahaan lain untuk menyalurkan tenaga listrik ini umumnya dikenal sebagai PBJT. Istilah PBJT di Indonesia dikenal dengan 1 2 Penggunaan Bersama Jaringan Transmisi . Payung hukum mekanisme PBJT ini telah terdapat pula pada UU Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan. Pulau Dewata Bali merupakan wilayah Indonesia yang sudah terkenal hingga mancanegara dalam sektor pariwisata. Ini terlihat dari tingkat pertumbuhan pembangunan yang tinggi, yakni hotel dan prasarana yang mendukung pariwisata. Pembangunan yang terus menerus terjadi tentu saja memicu permintaan akan kebutuhan listrik yang semakin meningkat. Maka dari itu Bali harus mampu menyeimbangkan antara pertumbuhan kebutuhan listrik dengan perkembangan pariwisatanya. Kawasan pariwisata yang luas dan penyumbang beban puncak cukup besar adalah di wilayah Nusa Dua tepatnya pada kawasan Bali Tourist Development Corporation (BTDC). Kebutuhan listrik untuk daerah BTDC disuplai GI Nusa Dua melalui Transformator I dan Transformator III. Kemudian untuk saluran distribusinya melalui Penyulang Four Season dan Penyulang Tragia (PLN Bali, 2014). Hotel yang ada pada kawasan BTDC sebanyak 13 Hotel yakni, Melia Bali Indonesia, Kayumanis Nusa Dua Private Villa & Spa, Ayodya Resort Bali, Amarterra Villas Bali Nusa Dua, Nusa Dua Beach Hotel & Spa Bali, Grand Whiz Hotel Nusa Dua Bali, Novotel Bali Nusa Dua, Courtyard by Marriott Bali Nusa Dua, The Laguna, A Luxury Collection Resort & Spa Nusa Dua Bali, The Westin Resort Nusa Dua Bali, Sofitel Bali Nusa Dua Beach Resort, Grand Hyatt Bali, Bali Wood Property at Nusa Dua. Banyaknya hotel-hotel tersebut tentu saja membutuhkan energi listrik yang besar, disamping itu juga pada kawasan perhotelan listrik sama sekali tidak boleh padam. 3 Penyaluran daya pada sistem kelistrikan Bali disuplai oleh tiga pembangkit listrik yakni Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Gilimanuk dengan daya mampu sebesar 130 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Pemaron dengan daya mampu sebesar 80 MW, serta Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Pesanggaran dengan daya mampu sebesar 337,5 MW serta tambahan suplai dari kabel laut dengan daya mampu 340 MW melalui sistem interkoneksi Jawa-Bali, sehingga sistem kelistrikan Bali memiliki total suplai daya sebesar 887,5 MW (PLN Bali, 2014). Provinsi Bali memiliki potensi energi yang dapat dikembangkan untuk pembangkit tenaga listrik terdiri dari Potensi panas bumi yang dapat dikembangkan sebesar 296 MW terdapat di 5 lokasi yaitu Banyuwedang Buleleng, Seririt Buleleng, Batukao Tabanan, Penebel Tabanan dan Buyan-Bratan Buleleng (PLN, 2013). Pada saat ini PLN sedang membangun 3 unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) baru di daerah Celukan Bawang Singaraja, dengan kapasitas masing-masing 130 MW. Dimana dalam RUPTL PLN 2013-2022 (PLN, 2013) PLTU ini rencananya akan beroperasi pada tahun 2015. Disamping itu pula, jaringan transmisi merupakan mekanisme yang paling vital dalam pasar listrik yang kompetitif. Dalam sistem tenaga yang direstrukturisasi, jaringan transmisi adalah dimana pembangkit bersaing untuk memasok energi listrik kepada pengguna dalam skala besar dan perusahaan. Dengan demikian, harga transmisi harus menjadi indikator ekonomi yang wajar digunakan oleh PLN untuk membuat keputusan pada alokasi sumber daya, ekspansi sistem, dan penguatan. Maka dalam hal ini perhitungan yang 4 digunakan untuk menghitung biaya sewa/penggunaan bersama jaringan transmisi ialah Wheeling Transaction. Perhitungan Wheeling Transaction atau disebut juga Power Wheeling dimana tercantum di peraturan pemerintah no 14 tahun 2012 pasal 4,5,6 pada prinsipnya merupakan pemanfaatan bersama jaringan transmisi oleh pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik lainnya untuk menyalurkan daya dari pembangkit pihak tersebut di suatu tempat ke beban khusus pihak tersebut di tempat lain, dengan membayar sewa/biaya transmisi (PLN, 2013). Ada beberapa metode yang digunakan untuk menghitung biaya sewa transmisi yang telah banyak digunakan dan dipublikasikan hingga saat ini, akan tetapi dalam Tesis ini digunakan dua perhitungan alokasi biaya yang memungkinkan untuk diaplikasikan pada sistem kelistrikan Bali. Adapun kedua perhitungan itu yakni, metode Postage Stamp Rate, metode MW-mile. Metode Postage Stamp Rate secara tradisional digunakan oleh perusahaan listrik untuk mengalokasikan biaya transmisi tetap (Fixed Cost) di antara para pengguna layanan transmisi perusahaan listrik. Metode ini merupakan metode biaya tertanam (embedded cost). Metode MW-mile adalah adalah metode biaya tertanam (embedded cost) yang juga dikenal sebagai metode line-by-line karena menganggap dalam perhitungannya, ada perubahan aliran transmisi MW dan panjang saluran transmisi dalam mile/km. Penelitian-penelitian terhadap analisa biaya sewa transmisi jaringan listrik juga sudah ada dilakukan diantaranya, Perhitungan Pembayaran Sewa Transmisi Berdasarkan Metode MW-mile Untuk Transaksi Wheeling Pada Sistem Jaringan Tenaga Listrik Jawa Bali oleh (Andrianto, 2011), pada penelitian ini digunakan 5 metode MW-mile untuk menghitung biaya sewa transmisinya. Kemudian penelitian yang lain yakni, Wheeling Charges Methodology For Deregulated Electricity Markets Using Tracing-Based Postage Stamp Methods oleh (Hassan, 2011) pada penelitian ini digunakan pengembangan metode yaitu Tracing-Based Postage Stamp dan hasilnya dibandingkan dengan metode Postage Stamp dan MW-mile. Penelitian lainnya yakni, A Comparison of Fixed Cost Based Transmission Pricing Methods oleh (Murali, 2011) pada penelitian ini memberikan gambaran biaya yang berbeda yang terjadi dalam transaksi transmisi, jenis transaksi transmisi dan metodologi harga transmisi. Biaya tambahan (incremental cost) dan tertanam (embbeded cost) dijelaskan dalam penelitian ini. Studi kasus menggunakan beberapa metode yakni, metode Postage Stamp Rate, metode MW-mile, metode MVA-mile, metode faktor distribusi dan Bialek. Didapatkan hasil bahwa kombinasi dari metode berbasis biaya tambahan (incremental cost) dan tertanam (embbeded cost) dapat mengakibatkan pemulihan biaya sistem transmisi yang benar. Penelitian lainnya yakni, Integrated Cost Allocation of Transmission Usage under Electricity Markets oleh (Zein, 2012) pada penelitian ini diusulkan sebuah metode untuk menentukan alokasi biaya penggunaan transmisi berdasarkan dekomposisi melalui teknik superposisi untuk menentukan kontribusi-kontribusi aliran daya dari suatu integrated base case hasil perhitungan aliran daya dari semua transaksi, kontrak-kontrak bilateral dan nonbilateral. Penelitian selanjutnya yakni, Network Charging Principle for Pricing Existing Network SVCs Considering MW and MVAr Perturbations oleh (Matlotse, 2014) pada penelitian ini menggunakan pendekatan Long Run 6 Incremental Cost (LRIC) dengan mengintegrasikan MW dan Mvar pada penentuan harga sewa transmisi. Berdasarkan uraian diatas, sampai saat ini memang kebutuhan energi listrik pada kawasan BTDC masih disuplai dari PLN dan saat ini juga PLN rencananya dalam RUPTL 2013-2022 (PLN, 2013) mulai untuk menerapkan sistem Wheeling Transaction di Indonesia khususnya Bali. Skenario yang digunakan pada Tesis ini ialah, asumsi bahwa PLTU Celukan Bawang pada tahun ini sudah beroperasi. Kemudian manajemen pada kawasan BTDC membuat perjanjian saham (sebagai pemilik) pada PLTU Celukan Bawang, yang dimana lokasinya sangat jauh berada di Singaraja, sehingga harus menyewa jaringan transmisi listrik PLN. Dengan demikian maka pada Tesis ini, akan mengaplikasikan metode Postage Stamp Rate dan MW-mile dari Wheeling Transaction dengan tujuan untuk mendapatkan perhitungan biaya sewa transmisi yang dapat diterima oleh kedua belah pihak. Sehingga nantinya perhitungan ini bisa diharapkan untuk diaplikasikan sebagai salah satu alternatif dalam penentuan harga dari sewa jaringan transmisi oleh PLN. 1.2 Rumusan Masalah Mengacu pada uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang dapat diangkat pada Tesis ini yaitu, berapa besar biaya penggunaan bersama jaringan transmisi Bali dari PLTU Celukan Bawang Singaraja menuju kawasan BTDC menggunakan metode Wheeling Transaction?. 7 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari penulisan Tesis ini antara lain adalah, untuk mengetahui berapa besar biaya penggunaan bersama jaringan transmisi Bali dari PLTU Celukan Bawang Singaraja menuju kawasan BTDC menggunakan metode Wheeling Transaction. 1.4 Manfaat Hasil yang diperoleh dari kedua perhitungan dalam metode wheeling transaction bisa diharapkan untuk diaplikasikan sebagai salah satu alternatif dalam penentuan harga dari sewa transmisi oleh PLN. Serta tulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam penelitian selanjutnya. 1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah Mengingat begitu luasnya permasalahan yang ada, maka dalam Tesis ini akan dibuat pembatasan masalah sebagai berikut: 1. Analisa yang dilakukan pada jaringan transmisi listrik Bali. 2. Analisa yang dilakukan menggunakan bantuan program komputer Load Flow Simulator untuk simulasi metode aliran daya. 3. 1.6 Sistem kelistrikan Bali bekerja secara normal tanpa ada gangguan/kerusakan. Sistematika Penulisan Secara rinci sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan Tesis ini adalah sebagai berikut : 8 Bab I Pendahuluan Bab ini berisikan tentang gambaran awal tugas akhir ini yang mana mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, batasan masalah serta sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka Bab ini berisikan tentang teori- teori dasar yang mendasari pembahasan permasalahan dari topik yang dibahas. Bab III Metodelogi penulisan Bab ini berisikan tentang tempat dan waktu penelitian, sumber data, jenis data, teknik pengumpulan data, analisis data serta alur analisis. Bab IV Analisis dan Pembahasan Bab ini berisikan pembahasan dan analisa data-data yang didapat dari penelitian di lapangan untuk mendapatkan solusi dari permasalahan yang akan dikaji. Bab V Penutup Bab ini berisi tentang rangkuman dari apa yang telah dibahas. Memuat simpulan serta saran-saran yang ditujukan baik kepada penentu kebijakan juga untuk penelitian-penelitian yang lebih lanjut.