BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan menjelaskan dan menerangkan dasar-dasar teori yang menunjang dalam pembuatan alat atau karya tulis ilmiah yang akan dibuat. 2.1 Gambaran Umum Alat Uji Golongan Darah Golongan darah dengan sistem ABO dikelompokan menjadi 4, yaitu : A, B, AB dan O. Pada tahun 1990 hanya golongan darah A, B, C (kemudian diganti menjadi O). Penelitian pertama ini dilakukan oleh Karl Landsteiner secara sangat sederhana dengan menggunakan sampel dari darah rekan-rekan kerjanya, dilanjutkan dengan melakukan reaksi antara sel darah merah dan serum dari para donor. Hasil yang diperoleh dari percobaan sederhana Landsteiner saat itu ditemukan dua macam reaksi (menjadi dasar antigen A dan B, yang dikenal dengan golongan darah A dan B) dan satu macam tanpa reaksi (tidak memiliki antigen, dikenal dengan golongan darah C). Sel-sel darah merah menggumpal ketika serum (plasma darah) dari sebuah grup atau disebut dengan “A”, dicampur dengan sel-sel darah merah dari grup kedua “B”. Demikian pula serum darigrup “B” menyebabkan sel-sel darah merah dari grup “A” menggumpal, namun sel darah merah dari grup ketiga “C” tidak pernah menggumpal ketika 4 5 dicampur dengan serum dari kedua grup lainnya. Dari hasil inilah maka dapat disimpulkan baha terdapat dua tipe antibody yang menyebabkan terjadinya penggumpalan, satu dalam grup A, lainnya dalam grup B, dan keduanya berdampingan dalam grup C. Pada tahun 1901, kolega Landsteiner, yaitu Alfred Von Decastello dan Adriano Sturli menemukan golongan darah baru yang hingga saat ini termasuk dalam golongan darah yang langka ditemukan. Golongan darah yang disebut memiliki antigen A dan antigen B namun tidak memiliki antibodi ini kemudian dikenal dengan golongan darah AB. Singkatnya pada tahun 1907 sejarah mencatat kesuksesan transfusi darah pertama yang dilakukan oleh Dr. Reuben Ottenberg di Mt. Sinai Hospital, New York. Berkat keahlian Landsteiner banyak nyawa yang dapat diselamatkan dari kematian saat terjadi Perang Dunia I, dimana transfusi darah mulai dilakukan dalam skala besar. Sistem penggolongan darah ada beberapa macam, yaitu Sistem ABO, Sistem Rhesus, Sistem MNS, Sistem P, Sistem Lewis, Sistem Keli, Sistem Luthern, Sistem Duffy dan Sistem Kidd. Sistem ABO merupakan sitem yang sering digunakan pada laboratorium-laboratorium klinik dewasa ini. Seperti diketahui bahwa struktur darah merah manusia sangat kompleks. Basis pengelompokan darah berdasarkan proses oembekuan sel darah merah oleh serum atau plasma. Zat pada sel darah merah yang digumpalkan sebagai faktor pasif disebut antigen (aglutinogen) sedangkan 6 serum (plasma) dinamakan antibodi (aglutinin). Gejala seperti itu berguna sebagai dasar dalam menentukan golongan darah dengan sistem ABO. Bila darah yang tidak cocok dicampur sehingga antibodi plasma anti-A atau anti-B dicampur dengan sel darah merah yang mengandung aglutinogen A atau B maka akan terjadi aglutinasi sel darah merah yaitu Aglutinin melekatkan diri pada sel darah merah. Karena agglutinin mempunyai dua tempat pengikatan (tipe IgG) atau sepuluh tempat pengikatan (tipe IgM) sehingga satu agglutinin dapat melekat pada dua atau lebih sel darah merah yang berbeda pada waktu yang sama menyebabkan sel saling melekat satu sama lain. Tabel 2.1 Penggolongan Darah dengan Aglutinin Anti-A Dan Anti-B Anti-A Anti-B + + + + Jenis Golongan Darah A B O AB Sebelum melakukan transfusi darah, perlu menentukan golongan darah resepien dan golongan darah donor sehingga dapat tepat dan sesuai. Hal itu disebut penggolongan darah yang dilakukan dengan cara sebagai berikut : pertama sel darah merah yang sudah diambil untuk sampel diteteskan dengan aglutinin anti-A dan anti-B. Sebelum melakukan transfusi darah, tentukan terlebih dahulu jenis golongan darah resepien dan jenis golongan darah donor sehingga dapat hasil yang tepat dan sesuai. 7 Setelah itu sampel tersebut diperiksa di bawah mikroskop. Bila hasilnya merah menggumpal berarti sampel darah merah teraglutinasi. Tabel 2.1 menggambarkan terjadi atau tidak terjadinya aglutinasi pada masing-masing dari keempat golongan darah. Sel darah merah dengan jenis golongan darah O tidak mempunyai aglutinogen, oleh karena itu tidak bereaksi dengan serum anti-A dan anti-B. Jenis golongan darah B mempunyai aglutinogen B akan teraglutinasi dengan serum anti-B. jenis golongan darah A mempunyai aglutinogen A akan teraglutinasi dengan serum anti-A dan jenis golongan darah AB mempunyai aglutinogen A dan aglutinogen B akan teraglutinasi dengan kedua jenis serum anti-A dan anti-B. Jadi pada tabel 2.1 dapat disimpulkan bahwa : 1. Jenis golongan darah A hanya akan teraglutinasi dengan antisera A diidentikan dengan kode biner 10. 2. Jenis golongan darah B hanya akan teraglutinasi dengan antisera B diidentikan dengan kode biner 01. 3. Jenis golongan darah O tidak akan teraglutinasi dengan antisera A dan antisera B diidentikan dengan kode biner 00. 4. Jenis golongan darah AB akan bereaksi dengan antisera A maupun antisera B diidentikan dengan kode biner 11. 8 Tabel 2.2 Pengidentikan Golongan Darah Ke Kode Biner Anti-A Anti-B Kode Biner + + + + 10 01 00 11 Jenis Golongan Darah A B O AB Jenis golongan darah yang sudah dikertahui jenisnya dapat berguna untuk : 1. Keperluan transfusi darah Yaitu dengan cara memasukkan darah kedalam tubuh secara parental dan tidak melalui saluran makanan tetapi secara langsung melalui pembuluh darah vena. 2. Penyelidikan Antropologis Yaitu pemeriksaan jenis golongan darah yang dapat membantu dalam penyelidikan antropologis yang berhuibungan dengan bangsa-bangsa didunia atas dasar jenis golongan darah manusia. 3. Pemeriksaan Forensik Yaitu merupakan pemeriksaan jenis golongan darah yang dapat membantu untuk penyelidikan perkara guna membantu pihak kepolisian atau pihak kejaksaan. 9 2.2 Teori Dasar Darah Manusia Hematologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang darah manusia. Hematologi berasal dari kata Haema yang berarti darah dan Logos yang berarti ilmu. Darah merupakan bagian terpenting dari sistem transportasi pada tubuh manusia. Darah terdiri atas jaringan berbentuk cairan yang terdiri dari dua bagian besar, yaitu : 1. Plasma darah merupakan bagian yang berbentuk cair 2. Bagian Korpuskuli merupakan bagian darah yang terdiri dari Leukosit, Eritrosit dan Trombosit. Darah akan mengalir ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Pembuluh darah memiliki ukuran semakin besar bila semakin dekat ke jantung sedangkan akan memiliki ukuran semakin kecil bila semakin jauh dari jantung. Pembuluh darah yang berukuran kecil disebut pembuluh darah kapiler. Kapiler meliputi sel-sel yang terdapat di seluruh bagian tubuh yang hidup. Bentuk pembuluh darah di dalam tubuh bercabang-cabang, cabangcabang ini semakin jauh dari jantung akan semakin kecil ukurannya. Jumlah pembuluh darah sangat banyak dan merupakan jalan raya dalam tubuh. Pembuluh darah kapiler inilah yang akan menyampaikan zat-zat yang dibutuhkan sel tubuh serta berfungsi untuk membawa zat yang tidak berguna kembali ke jantung kemudian dibawa ke alat pembuangan tubuh. Peredaran darah dalam tubuh manusia ada dua jenis, yaitu : 10 1. Peredaran darah besar Merupakan peredaran dari jantung keseluruh tubuh dan kemudian kembali lagi ke jantung. Peredaran darah besar berguna untuk membawa zat makanan dan oksigen keseluruh tubuh. Pembuluh darah arteri dari jantung membawa darah bersih yang telah menggandung oksigen. Pembuluh darah vena membawa darah kotor atau darah yang mengandung CO2 dan zat hasil metabolisme. 2. Peredaran darah kecil Merupakan peredaran darah dari jantung ke paru-paru kemudian balik lagi ke jantung. Peredaran darah kecil berguna untuk membersihkan darah. Darah yang dating dari vena ke paru-paru masih kotor, setelah bersih dibawa kembali ke jantung kemudian oleh jantung dipompakan keseluruh tubuh melalui pembuluh darah nadi. Fungsi darah pada tubuh manusia Darah mempunyai banyak fungsi penting dalam tubuh manusia, beberapa fungsi tersebut diantaranya yaitu : 1. Fungsi darah berhubungan dengan pernafasan Yaitu darah membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan dan membawa CO2 dari jaringan ke paru-paru untuk dikeluarkan 2. Fungsi darah berhubungan dengan nutrisi Yaitu darah membawa zat makanan yang sudah diabsorbsi dari usus halus ke sel-sel yang menggunakannya atau menyimpannya. 3. Fungsi darah berhubungan dengan sistem ekskresi 11 Yaitu darah membawa ampas hasil metabolisme kealat ekskresi untuk mengeluarkan zat tersebut. 4. Fungsi darah berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh Yaitu darah yang membawa sel darah putih, antibody dan substansi protektif lainnya. 5. Fungsi darah berhubungan dengan korelasi hormonal Yaitu darah membawa hasil ekskresi hormonal dari satu organ ke organ lainnya. 6. Fungsi darah berhubungan dengan pengaturan suhu Yaitu darah mempunyai beberapa peranan penting diantaranya : a. Darah mengandung sejumlah panas. b. Darah mengalir dan mendistribudikan panas keseluruh tubuh. c. Darah mengatur panas ke permukaan tubuh dimana panas itu di iliminir dengan penguapan atau iradiasi. d. Darah sebagai penyedia air untuk penguapan pada kulit dan paruparu. 7. Fungsi darah berhubungan dengan keseimbangan tubuh Yaitu darah dapat mengatur keseimbangan asam, keseimbangan ionion dan tekanan darah. Susunan darah pada tubuh manusia 1. Plasma darah Merupakan bagian cair dari darah berwarna sedikit kekuning-kuningan dan berwarna jernih, memiliki volume 5% dari berat badan. Plasma darah memiliki komposisi sebagai berikut : 12 a. Air sebesar 91% b. Protein 8% yang terdiri dari Albumin, Globulin, Protombin dan Fibrinodgen. c. Mineral 0.9% terdiri dari Natrium Klorida, Natrium Bikarbonat, Garam dari Kalsium, Fosfor, Magnesium dan Besi. d. Sisanya terdiri dari Glukose, Lemak, Urea, Asam urat, Keratin, Kolesterol dan Asam Amino. e. Gas Oksigen dan Karbondioksida f. Hormon-hormon, Enzim dan Antigen 2. Bagian Korpuskuli Korpuskuli merupakan sel darah atau bagian padat dari darah yang terdiri dari : a. Eritrosit (Sel darah merah) Gambar 2.1 Sel Darah Merah Merupakan bagian utama dari sel darah. Jumlah eritrosit pada pria dewasa sekitar 5 juta sel/cc darah dan pada wanita dewasa sekitar 4 juta sel/cc darah. Eritrosit berbentuk bikonkaf, warna merah yang disebabkan Hemoglobin (Hb) yang berfungsi untuk mengikat 13 oksigen. Kadar Hb dapat dijadikan patokan dalam menentukan penyakit anemia. Eritrosit berusia sekitar 120 hari. Sel yang telah tua dihancurkan di limpa. Hemoglobin dirombak kemudian dijadikan pigmen bilirubin (pigmen empedu). b. Leukosit (Sel darah putih) Gambar 2.2 Sel Darah Putih Leukosit atau yang siebut juga sel darah putih berfungsi untuk fagosit (pemakan) bibit penyakit / benda asing yang masuk ke dalam tubuh manusia. Jumlah sel leukosit pada orang dewasa berkisar antara 6000 – 9000 sel/cc darah. Jumlah sel tersebut bergantung dari bibit penyakit/benda asing yang masuk kedalam tubuh. Peningkatan jumlah leukosit merupakan petunjuk adanya infeksi. - Lekopeni merupakan berkurangnya jumlah leukosit d\sampai di bawah 6000 sel/cc darah. - Lekositosis merupakan bertambahnya jumlah leukosit melebihi batas normal ( diatas 9000 sel/cc darah ) 14 Jenis-jenis Leukosit yaitu diantaranya : Jenis Neutrofil Eosinofil Basofil Limfosit Monosit Makrofag % dalam tubuh manusia Keterangan 65% Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri serta proses peradangan kecil lainnya, serta biasanya juga yang memberikan tanggapan pertama terhadap infeksi bakteri; aktivitas dan matinya neutrofil dalam jumlah yang banyak menyebabkan adanya nanah. 4% Eosinofil terutama berhubungan dengan infeksi parasit, dengan demikian meningkatnya eosinofil menandakan banyaknya parasit. < 1% Basofil terutama bertanggung jawab untuk memberi reaksi alergi dan antigen dengan jalan mengeluarkan histamin kimia yang menyebabkan peradangan. 25% Limfosit lebih umum dalam sistem limfa. Darah mempunyai tiga jenis limfosit: Sel B: Sel B membuat antibodi yang mengikat patogen lalu menghancurkannya. (Sel B tidak hanya membuat antibodi yang dapat mengikat patogen, tapi setelah adanya serangan, beberapa sel B akan mempertahankan kemampuannya dalam menghasilkan antibodi sebagai layanan sistem 'memori'). Sel T: CD4+ (pembantu) Sel T mengkoordinir tanggapan ketahanan (yang bertahan dalam infeksi HIV) serta penting untuk menahan bakteri intraseluler. CD8+ (sitotoksik) dapat membunuh sel yang terinfeksi virus. Sel natural killer: Sel pembunuh alami (natural killer, NK) dapat membunuh sel tubuh yang tidak menunjukkan sinyal bahwa dia tidak boleh dibunuh karena telah terinfeksi virus atau telah menjadi kanker. 6% Monosit membagi fungsi "pembersih vakum" (fagositosis) dari neutrofil, tetapi lebih jauh dia hidup dengan tugas tambahan: memberikan potongan patogen kepada sel T sehingga patogen tersebut dapat dihafal dan dibunuh, atau dapat membuat tanggapan antibodi untuk menjaga. Monosit dikenal juga sebagai makrofag setelah dia meninggalkan aliran darah serta masuk ke dalam jaringan. 15 c. Trombosit (Sel darah pembeku) Gambar 2.3 Sel Darah Pembeku Trombosit terdiri dari banyak faktor pembeku. Proses pembukuan darah yaitu trombosit menyentuh permukaan yang kasar akan pecah dan mengeluarkan enzim Trombokinase (tromboplastin). Jumlah sel trombosit pada orang dewasa berkisar 200.000–500.000 sel/cc darah. 2.3 IC Mikrokontroller AT89S52 Mikrokontroler sebagai suatu terobosan teknologi mikroprosessor dan mikrokomputer dengan teknologi semi konduktor yang mengandung transistor yang lebih banyak namun hanya membutuhkan ruang yang kecil serta dapat diproduksi secara massal sehingga harganya menjadi lebih murah. Mikrokontroler merupakan suatu komponen elektronika yang di dalamnya terdapat rangkaian mikroprosesor, memori (RAM/ROM) dan I/O. Rangkaian tersebut terdapat dalam level chip atau biasa disebut single 16 chip microcomputer. Pada mikrokontroler sudah terdapat komponenkomponen mikroprosesor dengan bus-bus internal yang saling berhubungan. Komponen-komponen tersebut adalah RAM, ROM, timer, komponen I/O paralel dan serial, dan interrupt kontroler. Adapun keunggulan dari mikrokontroler adalah adanya sistem interrupt. Sebagai perangkat kontrol penyesuaian, mikrokontroler sering disebut juga untuk menaikkan respon semangat eksternal (interrupt) di waktu yang nyata. Perangkat tersebut harus melakukan hubungan switching cepat, menunda satu proses ketika adanya respon eksekusi yang lain. Mikrokontroler pada pesawat ini merupakan pengendali utama dari semua sistem, karena setiap bagian-bagian sistem akan menerima dan memberikan sinyal pada mikrokontroler ini. Mikrokontroler yang digunakan pada modul ini adalah mikrokontroler buatan Atmel yaitu AT89S52. Mikrokontroler ini merupakan salah satu jenis mikrokontroler yang memiliki performa yang tinggi dengan disipasi daya yang rendah, Flash PEROM (Programmable and Erasable Read Only Memory) sebesar 4Kbyte, merupakan memori dengan teknologi non-volatile memori yaitu isi memori tersebut dapat diisi ulang maupun dihapus berkali-kali, RAM internal 128 Byte yang biasa digunakan untuk menyimpan variable atau data-data yang bersifat sementara dan 4 buah port I/O yaitu port 0, port 1, port 2 dan port 3. 17 Berikut ini akan penulis uraikan tentang single chip mikrokontroler AT89S52 yang mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1 Sebuah CPU 8 bit 2 Compatible dan berstandart MCS-51 3 4 Kbyte EEPROM Internal 4 Frekuensi clock 0 Hz – 33 MHz 5 32 Programmable I/O line yang terbagi menjadi 4 buah port dengan 8 I/O. 6 3 timer / counter 16 bit 7 RAM internal 256 - 8 Bit 8 ROM sebesar 4 Kbyte 9 Prosesor Boolean (Variable 1 bit) 10 Osilator internal dan rangkaian pewaktu 11 Dapat mengakses memori eksternal maksimum sebesar 64 Kbyte program dan 64 Kbyte data 12 Supply 4 s/d +5,5 Volt Diagram blok dari MCS-51diperlihatkan pada gambar 2.9 berikut ini : 18 Gambar 2.4 Diagram Blok MCS-51 19 2.4 Transistor Transistor merupakan komponen elektronik yang terbuat dari bahan semi konduktor yang terdiri dari tiga bagian, yaitu basis, kolektor dan emiter. Menurut jenisnya transistor dibedakan menjadi dua yaitu PNP dan NPN. Pada gambar 2.11 di bawah ini transistor dapat disamakan dengan dua buah dioda yang dipasang secara bertolak belakang, karena transistor mempunyai dua buah junction, yang pertama adalah antara emiter dengan basis dan yang kedua adalah antara basis dengan kolektor. C B C B PNP E NPN E Gambar 2.5 Simbol Transistor 2.4.1 Karakteristik Transistor Untuk dapat mengetahui karakteristik dari transistor, haruslah diketahui terlebih dahulu mengenai jalannya arus dari transistor, seperti yang terlihat pada gambar 2.6. 20 Gambar 2.6 Jalan Arus Transistor NPN Berdasarkan hukum Kirchoff, maka dapat diketahui nilai arus adalah : IE = IC + IB………………………………………....……….(2.1) Salah satu keunggulan dari transistor adalah, nilai arus yang terjadi pada kolektor lebih besar dari arus yang terdapat pada basis, penguatan arus (ßdc), merupakan penentu perbedaan dari kedua arus ini, yaitu : dc IC ..................................................................................( 2.2) IB Sifat-sifat dari transistor dapat diketahui setelah melihat gambar 2.7 berikut ini: Gambar 2.7 Rangkaian Common Emiter 21 Pada gambar dapat diketahui nilai arus basis berdasarkan Hukum Ohm, IB VBB VBE ......................................................................................( 2.3) RB Dan dengan Hukum Tegangan Kirchoff dapat diketahui, VCE = VCC – (IC.RC)…………………...........…………………........(2.4) Untuk dapat mengetahui dimana daerah kerja transistor, maka dibuat garis beban pada grafik daerah kerja transistor. Garis beban ini memotong sumbu vertikal IC dan sumbu horizontal VCE. Garis beban yang mengenai kurva IB = IB (sat) dan VCE = 0 Volt merupakan daerah saturasi transistor, sedangkan garis beban yang mengenai kurva IB = 0 dan VCE = VCC adalah daerah cutoff transistor. Gambar 2.8 Garis Beban Daerah Kerja Transistor 22 2.4.2 Transistor Dalam Keadaan Saturasi Gambar 2.9 Rangkaian Transistor Dalam Keadaan Saturasi Pada transistor jenis NPN, apabila dioda basis-emiter dan dioda basis-kolektor mendapat bias maju, maka arus dapat mengalir dari kolektor ke emiter. Pada keadaan ini transistor berada dalam daerah saturasi dan tegangan antara kolektor dengan emiter (VCE) dapat dianggap nol. Dalam kondisi ini, transistor dianggap seperti sebuah saklar tertutup. Besarnya arus yang mengalir menuju kolektor saat saturasi adalah : IC VCC VCE ........................................................................( 2.5) RC Karena VCE = 0, maka besarnya arus koletor dapat dinyatakan : IC VCC ....................................................................................( 2.6) RC 23 2.4.3 Transistor Dalam Keadaan Cutoff Gambar 2.10 Rangkaian Transistor Dalam Keadaan Cutoff Pada transistor jenis NPN, apabila basis lebih negatif dari emiter maka arus tidak akan mengalir dari kolektor menuju ke emiter. Pada keadaan ini transistor berada dalam daerah cutoff dan dapat dianggap sebagai saklar terbuka. Tegangan antara kolektor dan emiter saat cutoff adalah : VCE = VCC – (IC . RC) ………………………..............………….….(2.7) Pada saat transistor cutoff, tidak ada arus bocor yang mengalir melalui beban RC kecuali arus bocor yang sangat kecil (IC ≈ 0), sehingga besarnya IC dapat diabaikan dan besarnya tegangan antara kolektor-emiter (VCE) adalah: VCE = VCC…………………………............………………...……….(2.8) 24 2.5 LDR Sebagai sensor LDR (light Dependent Resistor) atau foto resistor adalah komponen elektronika dimana nilai resistansinya (tahanan) dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang mengenai LDR tersebut. LDR terbuat dari bahan semikonduktor, apabila dalam keadaan gelap mempunyai tahanan yang besar sekali, sedangkan bila diberi cahaya maka tahanannya akan berkurang sebanding dengan intensitas cahaya yang mengenai LDR tersebut. LDR pada alat elektronik banyak dipakai sebagai alat pengindra (sensor) cahaya, saklar cahaya, pengukur intensitas cahaya dan lain-lain. Gambar 2.11 LDR dan Simbol Skematik LDR Bila LDR dibawa dari ruangan dengan intensitas cahaya yang kuat ke ruangan yang intensitas cahayanya lemah, maka nilai resistansinya tidak akan berubah dengan segera, melainkan berubah secara bertahap dalam selang waktu tertentu. 25 R (Ohm) Gambar 2.12 Kurva Karakteristik LDR Laju recovery merupakan ukuran yang tepat untuk menunjukan besarnya perubahan resistansi dalam selang waktu tertentu. Besarnya laju recovery yang diberikan dalam satuan KΩ/detik, dan ukuran selama 20 menit pertama mulai dari level cahaya 100 lux. Kecepatan perubahan resistansi ini akan lebih besar harganya pada arah sebaliknya, yaitu dari tempat yang gelap ketempat yang lebih terang sekitar 100 lux diperlukan waktu 10 milidetik untuk mencapai nilai resistansi yang sesuai. Sesitivitas LDR tidak sama untuk setiap panjang gelombang yang jatuh pada LDR tersebut. Kurva yang menunjukan hubungan antara sensitivitas dengan panjang gelombang disebut kurva karakteristik LDR. 26 Tabel 2.3 Data Karakteristik LDR 2.6 No Spesifikasi Nilai 1. Resistansi gelap (RD) >10 MΩ 2. Resistansi terang (RL) 75-300Ω 3. Laju recovery >200KΩ/detik 4. Disipasi daya maksimum 0,1 watt 5. Jangka temperatur 300°C-60°C LED Sebagai Sumber Cahaya Led adalah dioda semikonduktor sambungan P-N yang memancarkan cahaya jika diberi tegangan. Cahaya yang dipancarkan dapat berupa spektrum invisible (infra merah) dan visible (cahaya tampak). Led yang biasa digunakan dalam rangkaian elektronik adalah Infra red emiting diode (I-RED). 27 Gambar 2.13 Simbol Skematik Led Led dapat dibuat dari bahan arsen, Galium Arseneid (GaAs), Galium Arsenat Phospida (GaAsp) atau Galium Phospida (GaP). Galium Phospida digunakan untuk led cahaya tampak, mekanisme untuk radiasi cahaya tampak sama dengan diode infra red. Dengan bahan dan campuran yang berbeda maka dapat diperoleh tenaga celah dari bidang yang berbeda-beda pula, sehingga diperoleh led dengan panjang gelombang beragam. 2.7 Op Amp Penguat operasional (op-amp) adalah piranti solid state yang mampu mengindera dan memperkuat sinyal masukan DC maupun AC. Op-Amp IC yang khas terdiri atas tiga rangkaian dasar yakni penguat differensial impedansi masukan tinggi, penguat tegangan penguatan tinggi, dan penguat keluaran impedansi rendah (biasanya pengikut emiter push pull). Op-Amp lazimnya memerlukan catu daya positif dan catu daya negatif, karena demikian tegangan keluarannya akan dapat berayun positif 28 atau negatif terhadap ground. Parameter dan karakteristik op-amp adalah sebagai berikut : 1. Mempunyai penguat tak terhingga, yaitu jika terjadi sedikit saja perubahan pada terminal masukannya akan menyebabkan perubahan yang besar pada keluarannya. 2. Impedansi masukan tak terhingga, yaitu dengan tegangan inputan yang sekecil apapun sudah dapat membuat perubahan pada output Op-Amp tersebut. 3. Impedansi keluaran sama dengan nol, artinya bahwa apabila keluaran diberi beban, maka tegangan keluarannya tetap. 4. Tanggapan frekuensi tidak terhingga, maka dapat menerima frekuensi berapa pun harganya. 5. Tidak ada tegangan offset, yaitu apabila masukannya berharga nol, maka keluarannya jadi nol juga. 6. Tidak terpengaruhi oleh perubahan suhu. 29 Gambar 2.20 Skema Op amp Suatu penguat operasional yang ideal mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : 1. Penguatnya terkopel langsung (direct coupled) 2. Impedansi masukan (Zi) = ~ (tak terhingga) 3. Impedansi keluaran (Zo) = 0 (nol) 4. Penguatan (A) = ~ (tak terhingga) 30 5. Tegangan keluaran bernilai 0 (nol), jika tegangan pada kedua terminal masukan bernilai 0 (nol) 6. Tegangan keluaran dapat mngayun kearah positif maupun negatif 2.7.1 Op Amp Sebagai Penguat Tak Membalik Rangkaian ini merupakan salah satu dari rangkaian op amp yang paling luas digunakan. Sebuah rangkaian penguat yang baik bila menerima arus atau tegangan yang kecil pada inputnya akan menimbulkan arus atau tegangan yang lebih besar pada outputnya. Op amp mempunyai kekuatan (gain) yang relatif linier (bagus). Keluaran (output) dikendalikan sebagai fungsi dari masukan (input). Penguatan op amp dapat dikendalikan oleh rangkaian pembagi tahanan (resistif) pada rangkaian luar dari op amp sebagai modus loop tertutup, yang dimaksud loop tertutup yaitu umpan balik negatif dengan menggunakan komponen yang mempunyai nilai tahanan. Rf 7 +Vcc Ri Va 2 6 3 output 4 input -Vcc Gambar 2.15 Penguat Non Inverting 31 Pada rangkaian penguat non inverting ini didapat rumus seperti pada persamaan (2.9): Va Ri …………………..……………………..………….. (2.9) Vout Rf Ri Dengan membalik persamaanya maka didapat maka didapat rumus penguatan seperti persamaan (II.9) Vout Rf Ri Va Ri Vout Rf Ri Va Ri Ri Vout Rf 1 Va Ri Av Rf 1 ……………………………………………………….. (2.10) Ri karena : Va Vin Av Vout Va Maka didapat rumus tegangan outputnya seperti persamaan (2.11) Rf Vout 1 Vin ……………………………..………………. (2.11) Ri 32 Dilihat dari rumus diatas jadi yang menentukan besarnya penguatan tegangan pada outputnya adalah : Av Rf 1 (rumus besarnya nilai Ri penguatan). 2.7.2 Op Amp Sebagai Pembanding (Komparator) Op amp sebagai comparator adalah membandingkan kedua masukan dimana salah satu masukannya menjadi tegangan referensi (Vref) dan tegangan yang lain disebut dengan tegangan input (Vin). Tegangan Vin dapat berada pada kaki inverting ataupun noninveritng, begitu pula dengan tegangan referensi. Tegangan output dari Op Amp ini merupakan selisih dari tegangan input dengan tegangan referensi. Dimana nilai output dari rangkaian comparator ini akan bernilai saturasi positip / saturasi negatip. dapat diberikan contoh 1. Op amp sebagai komparator dengan masukan pada kutub inverting 2. Bila tegangan msukan berada diatas tegangan referensi, maka tegangan keluaran akan menyamai tegangan saturasinya (negative). Bila tegangan masukan berada di bawah tegangan referensinya,maka tegangan keluaran akan menyamai tegangan saturasinya (positip). 3. Op amp sebagai komparator dengan masukan pada kutub noninverting. 4. Bila tegangan masukan berada diatas tegangan referensinya, maka tegangan keluarannya akan menyamai tegangan saturasinya (positip). Bila tegangan masukan berada dibawah tegangan referensinya, maka tegangan keluarannya akan menyamai tegangan saturasinya (negative). 33 2.8 LCD Telah tersedia beragam ukuran LCD, mulai dari 1 baris kali 16 karakter sampai 4 baris kali 24 karakter. Setiap karakter terdiri dari 5x8 atau 5x10 titik, sehingga yang dapat ditampilkan bukan hanya angka desimal, tetapi juga huruf latin dan lambang lainnya termasuk beberapa huruf kanji. Untuk berkomunikasi dengan modul LCD ini, mikrokontroller hanya membutuhkan 7 atau 11 pin input/output, berapapun ukuran LCDnya. Tabel 2.5 memperlihatkan fungsi pin pada konektor antara LCD dengan sistem prosesor. Kolom pertama adalah nomor pin pada konektor tsb, kolom kedua adalah simbol atau nama pin tsb, kolom ketika adalah level digital untuk mengaktifkannya, yaitu 0 atau LOW, 1 atau HIGH dan 1 0 atau peralihan dari HIGH ke LOW. Kolom keempat adalah arah komunikasi, yaitu sebagai Input, Output atau Bidirectional (dua arah). Sedangkan kolom kelima adalah keterangan fungsi pin tsb. Dari 14 pin tsb, 8-pin di antaranya digunakan untuk menerima dan mengirimkan data dari dan ke LCD, yaitu pin DB0 – DB7. Sedangkan 3pin lainnya digunakan untuk kendali operasi. Pin RS digunakan oleh sistem prosesor untuk memberi tahu LCD, apakah informasi biner yang diletakkan di DB0 – DB7 merupakan instruksi atau data. Jika RS = LOW, berarti informasi biner tsb adalah instruksi, tetapi jika RS = HIGH berarti informasi biner tsb adalah data. Pin R/W digunakan oleh sistem prosesor 34 untuk memberitahu LCD, apakah prosesor ingin mengirim (R/W = LOW) atau membaca (R/W = HIGH) data dari LCD. Pin E digunakan oleh sistem prosesor untuk memberitahu LCD agar mulai memproses sinyal yang diberikan oleh prosesor, ditandai dengan peralihan kondisi pin E dari HIGH menjadi LOW. Khusus untuk pin DB7, selain untuk transfer informasi biner, pin ini juga dapat berfungsi untuk memberitahu sistem prosesor bahwa LCD masih sibuk, belum siap menerima instruksi berikutnya. Jika prosesor mengirimkan perintah ‘Get LCD status’, maka setelah itu prosesor harus menunggu kabar dari pin DB7, jika DB7 = LOW berarti LCD tidak dalam keadaan sibuk, siap menerima perintah atau data berikutnya. 35 Tabel 2.7 Fungsi pin konektor LCD 1 2 3 4 5 Pin Symbol Level I/O Function 1 Vss - - Power supply (GND) 2 Vcc - - Power supply (+5V) 3 Vee - - Contrast adjust 4 RS 0/1 I 0 = Instruction input number 1 = Data input 5 R/W 0/1 I 0 = Write to LCD module 1 = Read from LCD module 6 E 1, 1->0 I Enable signal 7 DB0 0/1 I/O Data bus line 0 (LSB) 8 DB1 0/1 I/O Data bus line 1 9 DB2 0/1 I/O Data bus line 2 10 DB3 0/1 I/O Data bus line 3 11 DB4 0/1 I/O Data bus line 4 12 DB5 0/1 I/O Data bus line 5 13 DB6 0/1 I/O Data bus line 6 14 DB7 0/1 I/O Data bus line 7 (MSB) 36