BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan zaman yang semakin modern dan semakin ketatnya persaingan merupakan beberapa masalah yang dihadapi oleh perusahaanperusahaan di dunia bisnis. Pentingnya strategi pemasaran yang efektif dalam menjangkau pasar sasarannya adalah salah satu kunci sukses suatu perusahaan dalam memasarkan produknya. Setiap strategi pasti akan dilengkapi dengan alatalat pemasaran yang dianggap paling tepat bagi perusahaan. Alat-alat tersebut biasa disebut sebagai bauran pemasaran. Mc Charty (Kotler 2002:18) mengklasifikasikan alat-alat tersebut menjadi lebih luas yang lebih dikenal dengan empat P dalam pemasaran yaitu produk (product), harga (price), tempat (place) dan promosi (promotion). Promosi merupakan salah satu komponen penting dalam bauran pemasaran. Dari promosi pula suatu produk dapat dikenal oleh masyarakat. Istilah promosi secara umum digunakan dalam mendeskripsikan komunikasi dengan pelanggan maupun calon pelanggan, namun terminologi “komunikasi pemasaran terintegrasi (Integrated Marketing Communication/IMC)” sekarang ini lebih disukai oleh para praktisi dan akademisi pemasaran. Komunikasi pemasaran terintegrasi adalah aspek penting dalam keseluruhan misi pemasaran serta penentu suksesnya pemasaran. Komunikasi pemasaran terintegrasi merepresentasikan gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran merek, yang memfasilitasi terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada pelanggan atau kliennya. Komunikator pemasaran dalam kapasitasnya mengembangkan dan menyampaikan pesan dari obyek yang berbeda seperti: produk, jasa, toko, kegiatan bahkan orang. Namun, istilah yang dapat dipakai sebagai ringkasan dari seluruh bentuk objek pemasaran itu disebut merek (brand). Menurut Aaker (1991:9), merek (brand) adalah nama dan/atau simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap dan kemasan) dengan maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau sebuah kelompok tertentu, dengan demikian membedakannya dari barang-barang dan jasa 1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Universitas Sumatera Utara 2 yang dihasilkan para kompetitor. Merek yang sukses dapat menjadi penghambat bagi pesaing yang ingin memperkenalkan merek dengan jenis produknya sama. Selain itu merek adalah sebuah janji kepada konsumen terhadap harapan akan kualitas yang terbaik dan jaminan terhadap konsistensi kinerja suatu produk. Sekarang ini, kompetisi merek di dunia bisnis terus meningkat. Hal ini terjadi karena adanya pertumbuhan bisnis yang semakin cepat (Latham, 2007). Di Indonesia, pertumbuhan dunia bisnis dan industri terbukti dengan terus meningkatnya jumlah perusahaan dari berbagai sektor. Namun kinerja Industri rokok saat ini mengalami penurunan pertumbuhan, hal ini terjadi karena industri rokok menghadapi tidak hanya persaingan antar industri sejenis dalam negeri tetapi juga terhadap kampaye anti rokok yang semakin marak, baik di dalam negeri maupun manca negara. Situasi tersebut menuntut perusahaan untuk menerapkan strategi pasar dan strategi bauran pemasaran yang tepat, karena strategi pemasaran memiliki peran yang semakin penting didalam kegiatan bisnis global terutama pada industri rokok yang menghadapi tidak hanya persaingan antar industri sejenis baik dalam negeri maupun luar negeri tetapi juga terhadap kampaye anti rokok. Karena produk rokok merupakan produk konsumsi, upaya untuk meningkatkan pemasaran produk rokok oleh para pengusaha haruslah berorientasi pada pasar/ konsumen. Era persaingan ekonomi global saat ini serta berbagai macam tantangan persaingan mengharuskan perusahaan untuk dapat terus berinovasi dan kreatif dalam menyusun strategi dan memiliki program-program promosi agar dapat memenangkan persaingan. Akumulasi strategi dan program promosi yang tepat akan menghasilkan identitas merek yang lebih baik. Memiliki identitas merek yang lebih baik harus berorientasi pada pelanggan, bukan berorientasi kepada produk. Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukan arah saja, melainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik operasionalnya. Demikian pula dengan strategi pemasaran. Strategi dalam komunikasi merupakan perpaduan antara perencanaan komunikasi dan komunikasi manajemen. Demikian pula pada UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Universitas Sumatera Utara 3 Strategi marketing/pemasaran. Istilah marketing berasal dari kata market yang artinya pasar. Pasar dapat diartikan sebagai suatu tempat dimana terjadi kontrak antara penawaran dan permintaan yang dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, dan tidak dibatasi oleh waktu. (Effendy,1999:32) Philip Kotler dalam bukunya Manajemen Pemasaran (Edisi Indonesia) menjelaskan bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. (Kotler,1997:8) Komunikasi pemasaran merupakan usaha untuk menyampaikan pesan kepada publik terutama konsumen sasaran mengenai keberadaan produk di pasar. Komunikasi memegang peranan yang penting dalam proses pertukaran. Pada tingkat dasar, komunikasi dapat menginformasikan dan membuat konsumen potensial menyadari atas keberadaan produk yang ditawarkan. Komunikasi dapat berusaha membujuk konsumen saat ini dan konsumen potensial agar mempunyai keinginan untuk masuk ke dalam hubungan pertukaran ini”. (Sutisna,2003:266). Konsep yang secara umum sering digunakan untuk menyampaikan pesan adalah apa yang disebut bauran promosi. Disebut bauran promosi karena biasanya pemasar sering menggunakan berbagai jenis promosi dalam suatu rencana promosi produk. Terdapat lima jenis promosi yang biasa disebut sebagai bauran promosi yaitu iklan (advertising), penjualan tatap muka (personal selling), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat dan publisitas (publicity and public relations), serta pemasaran langsung (direct marketing). (Kotler:2000). Agar para calon konsumen mengetahui dengan tepat mengenai informasi yang diberikan oleh perusahaan, maka perusahaan membutuhkan strategi promosi yang baik dan tepat. Strategi promosi berkaitan dengan masalah-masalah perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian komunikasi persuasif dengan pelanggan. Strategi promosi ini biasanya digunakan untuk menentukan proporsi personal selling, iklan, dan promosi penjualan. Pada hakekatnya promosi merupakan arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Universitas Sumatera Utara 4 pemasaran. Promosi juga dapat dikatakan sebagai semua jenis kegiatan pemasaran yang ditujukan untuk mendorong permintaan. (Swastha,2000:349). Suatu kegiatan promosi jika dilaksanakan dengan baik dapat mempengaruhi konsumen mengenai dimana dan bagaimana konsumen dapat membelanjakan pendapatannya. Promosi dapat membawa keuntungan baik bagi produsen maupun konsumen. Keuntungan bagi konsumen ialah konsumen dapat mengatur pengeluarannya menjadi lebih baik, misalnya konsumen yang membaca iklan, ia dapat membeli barang yang lebih murah atau lebih baik kualitasnya. Dengan dipasangnya iklan di surat kabar, majalah dan sebagainya, maka harga surat kabar tersebut bisa terjangkau oleh masyarakat umum. Jika surat kabar tidak ada penghasilan dari pemasang iklan, maka harga surat kabar tersebut akan mahal. Keuntungan bagi produsen adalah promosi dapat menghindarkan persaingan berdasarkan harga, karena konsumen membeli barang karena konsumen tertarik akan mereknya. Promosi menimbulkan goodwill terhadap merek. Promosi bukan saja meningkatkan penjualan tetapi juga dapat menstabilkan produksi. Beberapa tahun terakhir promosi produk rokok di Indonesia tidak sebebas sebelum diterapkannya Peraturan Pemerintah tentang Pengendalian Iklan Produk Tembakau. Namun pasal-pasal dalam Peraturan Pemerintah tersebut yang semakin mempersempit ruang gerak produsen rokok untuk mempromosikan produknya pun ternyata malah menjadi bumerang – mereka berinovasi. Inovasi iklan produk tembakau yang digencarkan sejak diterapkannya PP No. 109/2012 terkait iklan dan promosi produk tembakau sejak awal tahun 2013 ini menyerang target pasarnya yang sebagian besar remaja dengan menjual lifestyle dan pembentukan jati diri yang secara diam-diam direpresentasikan dalam produk yang ditawarkan para produsen rokok. Cara untuk menyebarkan inovasi ini salah satunya adalah melalui program Customer Engagement. Customer Engagement dimengerti sebagai segala usaha untuk melibatkan pelanggan di dalam interaksi emosional antara perusahaan dan pelanggannya. Karena biasanya di dalam bisnis, interaksi dengan pelanggan hanya dipandang sebagai sebuah proses belaka, tidak sebagai hubungan jangka panjang. Nampaknya menempatkan customer engagement sebagai sebuah program untuk UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Universitas Sumatera Utara 5 menangani semua komplain pelanggan dan membuat mereka mudah untuk meresponnya kembali adalah langkah yang harus dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk mempertahankan eksistensi dan mempertahankan hubungan jangka panjang dengan pelanggan dengan mengelola dua arah komunikasi secara baik. Strategi ini adalah bentuk upaya untuk menciptakan hubungan yang kuat antara pelanggan dan merek dengan mengikat mereka ke dalam dialog dan komunikasi 2 arah serta interaksi yang kooperatif (Cook,2011:14). Di dalam buku Transforming Performance Measurement karangan Dean R. Spitzer menyatakan bahwa usaha menciptakan kepercayaan merek, respek, kepercayaan diri, perlakuan yang adil terhadap customer secara tidak langsung akan membangun customer engagement atau justru menguranginya (2007:216). Customer engagement menggambarkan sebuah hubungan yang sehat antara customer dengan sebuah merek (Cook,2011:14). Strategi ini adalah bentuk upaya untuk menciptakan hubungan yang kuat antara pelanggan dan merek dengan mengikat mereka ke dalam dialog dan komunikasi dua arah serta interaksi yang kooperatif, yang juga menjadi ranah kegiatan humas. Hubungan inilah yang akan membawa kesuksesan perusahaan bila terus dikelola dengan baik. PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (PT HMS) merupakan salah satu pemimpin produsen rokok di Indonesia. PT HMS yang merupakan afiliasi PT Philip Morris Indonesia dan bagian dari Philip Morris Internasional Inc. (PMI), perusahaan tembakau terkemuka di dunia, telah lebih dulu mengambil langkah dan berinovasi jauh sebelum PP No. 109 tahun 2012 mengenai Pengendalian Iklan dan Promosi Produk Tembakau diterapkan. Di Brunei Darussalam larangan iklan rokok di TV dan radio sudah dilakukan sejak 1976. Sedangkan larangan iklan rokok secara menyeluruh di negara Sultan Hassanah Bolkiah itu sudah diterapkan sejak 2005 dengan diterbitkannya Undang-undang yang mengatur larangan rokok. Di Singapura, larangan iklan rokok di TV dan Radio sudah sejak 1971. Sedangkan UU yang mengatur larangan iklan rokok secara keseluruhan telah diterbitkan pada 1993. Lain lagi di Thailand. Di negeri sejuta pagoda itu, larangan iklan rokok secara total sudah sejak 1989. Lalu, pada 1993, UU nya disempurnakan lagi. Di Malaysia larangan iklan rokok di media elektronik telah dilakukan pada 1982 melalui peraturan setingkat instruksi menteri. Pada 1992, UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Universitas Sumatera Utara 6 diterbitkan UU yang secara total larangan iklan rokok, kemudian di UU itu disempurnakan pada 2004 (sumber: http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol21776/regulasi-larangan-rokok-di-aseanindonesia-jauh-tertinggal). Sudah diprediksi bahwa cepat atau lambat Indonesia akan memberlakukan peraturan yang sama, namun PMI menginginkan inovasi kampanye brand ini sudah akan matang berjalan di Indonesia ketika tiba saatnya UU tentang larangan iklan rokok diberlakukan. Program customer engagement sudah dilaksanakan PT HMS dan PMI di Indonesia sejak tahun 2010 dengan meluncurkan program yang bernama Special Brand Ambassador (SBA) yang pada awalnya dijalankan untuk merek Marlboro. Lalu pada 2012 merek Amild milik PT HMS pun menjalankan program yang sama. Brand Ambassador adalah istilah pemasaran untuk seseorang yang dipekerjakan oleh sebuah organisasi atau perusahaan untuk mempromosikan produk atau jasa dalam kegiatan yang dikenal sebagai branding. Brand ambassador dimaksudkan untuk mewujudkan identitas perusahaan dalam penampilan, sikap, nilai-nilai dan etika (Inaz Savitri, www.academia.edu). Menurut wawancara peneliti dengan Supervisor Area Marketing PT. HM Sampoerna afiliasi Phillip Morris International, Christina Indah Emita, tugas SBA dalam ranah ini berfungsi sebagai pionir yang memberikan pengaruh dari setiap pesan yang dikampanyekan oleh brand kepada khalayak khususnya orang-orang yang berada di dalam lingkar pergaulan seorang SBA secara pribadi. Maka dari itu brand sangat selektif untuk memilih SBA yang akan merepresentasikan produk mereka dengan melakukan pemeriksaan latar belakang, proses wawancara via telepon dan tatap muka, hingga menyelenggarakan focus group discussion. Setiap tahunnya SBA akan diregenerasi melalui kegiatan penerimaan yang diselenggarakan agen yang ditunjuk oleh PT HMS dan PMI yaitu Brightcomm yang beralamat kantor di Jakarta. Tujuan regenerasi ini adalah untuk memperbaharui kumpulan data pelanggan yang diakuisisi oleh SBA setiap tahunnya. Merek Marlboro sendiri menciptakan jaringan SBA yang terintegrasi di 7 kota besar di Indonesia yaitu di Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Bali, Makassar, dan Medan. Setiap kota memiliki jumlah SBA yang beragam, sesuai wilayah cakupan kota yang bersangkutan seperti misalnya di Jakarta berjumlah 20 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Universitas Sumatera Utara 7 SBA, di Medan berjumlah 10 SBA, dan di Makassar 6 SBA. Jenis kegiatan customer engagement yang dilakukan oleh SBA pada dasarnya ada dua hal yang disebut ‘Akuisisi’ dan ‘Engagement’. Akuisisi adalah kegiatan pendataan langsung terhadap customer maupun consumer dari perokok berusia 18 tahun ke atas, dimana setelah seseorang diakuisisi ia dinamakan ‘entourage’. Data yang diminta berupa nama, nomor Kartu Tanda Penduduk, alamat rumah, alamat email, nomor handphone, akun media sosial, dan nama merek rokok yang dikonsumsi walaupun bukan merek dari PT HMS atau PMI. Justru dapat dikatakan SBA cenderung mengakuisisi non perokok putih dan non perokok Marlboro atau Amild, hal ini berkaitan dengan kegiatan engagement yang dilakukan oleh SBA tujuannya adalah menciptakan penetrasi pasar bagi calon pelanggan, dan menciptakan citra merek yang baik bagi pelanggan dimana seluruh kegiatan ini dilakukan guna mencapai adanya kepercayaan merek. Semua data ini dikumpulkan dan disinkronsisasi ke dalam sebuah aplikasi khusus untuk SBA yang sudah terpasang dalam sebuah tablet device yang dibekali kepada seluruh SBA yang terpilih bernama aplikasi ‘Beat’. Beat adalah sebuah aplikasi yang diciptakan PMI sebagai sebuah basis data dan media sosial khusus untuk para SBA. Aplikasi ini sudah dikembangkan sejak tahun 2012 dan sampai saat ini masih dalam tahap penyempurnaan. Para SBA dapat saling berinteraksi melalui kiriman foto ataupun tautan yang diunggah ke dalam aplikasi Beat. SBA juga dapat melihat kembali data para entourage yang sudah pernah diunggah, sehingga dapat dihindari pengunggahan data dari orang yang sama. Di dalam aplikasi ini juga dapat diketahui berapa kali seorang entourage telah mengikuti kegiatan engagement untuk dapat ikut serta dalam kegiatan customer engagement berupa kompetisi yang diadakan. Engagement adalah kegiatan yang ditujukan kepada entourage dimana mereka akan diundang secara eksklusif dalam program-program dan acara yang diselenggarakan SBA ataupun brand PT HMS dan PMI. SBA juga memiliki tugas untuk menyelenggarakan acara yang bertujuan untuk menyokong program yang dijalankan PT HMS dan PMI agar mencapai target partisipan. Target utama yang diharapkan untuk mengikuti program-program ini adalah entourage dan komunitas yang sudah ada di dalam basis data, dimana setiap entourage harus UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Universitas Sumatera Utara 8 berhasil mengikuti engagement sebanyak lima kali dalam acara-acara yang mereka selenggarakan. Tantangan bagi SBA adalah bagaimana agar acara-acara yang mereka selenggarakan tanpa membawa nama brand Marlboro dapat memancing rasa penasaran dari entourage mereka agar dapat dihadiri dan pesanpesan kampanye dari merek yang disebarkan dapat diterima. Sebagai merek internasional, Marlboro menciptakan citra merek yang dideskripsikan sebagai produk untuk penyuka petualangan, kehidupan malam, pencinta otomotif, serta bagi mereka yang terbuka untuk pengalaman baru. Hal tersebut diprojeksikan ke dalam program-program mereka beberapa tahun belakangan seperti di tahun 2010 diselenggarakan program ‘Malrboro Red Rush’ dimana sebanyak 5 pemenang program diberangkatkan untuk menonton pertandingan Formula 1 di Italia dan dapat merasakan pengalaman duduk di atas mobil balap Ferarri Formula 1 sebagai co-driver. Di tahun 2012 diselenggarakan program yang bertajuk ‘Marlboro Lights Connections’ yang memberangkatkan 10 pemenang dari berbagai kota besar di Indonesia ke Berlin, Istanbul, dan New York untuk merasakan pengalaman di berbagai tempat hiburan malam di tiga kota tersebut selama 13 hari. Pada 2014 lalu diselenggarakan program ‘In Or Out’ yang memberangkatkan 10 pemenang dari berbagai kota di Indonesia dan dua diantaranya dari kota Medan menuju Tokyo, London, dan New York dengan akomodasi serba kelas satu. Program ini mengkampanyekan sebuah brand message yang bertajuk ‘Never Say Maybe’ dimana pesan positif ini memberi dorongan bagi muda-mudi produktif untuk be bold (tegas), dare to take a risk (berani mengambil resiko), dan decisive (berani mengambil keputusan). Cara untuk berpartisipasi dalam program ini adalah mendaftarkan diri di website neversaymaybe.co.id dengan syarat harus berumur 18 tahun ke atas. SBA sangat berperan aktif mengajak entourage-nya untuk mendaftar menjadi partisipan. Secara persuasif mereka mengajak dan mengundang secara eksklusif entourage dan komunitas untuk hadir dalam acara-acara pendukung program In Or Out dalam upaya menambah partisipan program dengan menunjukkan juga buktibukti dan data dokumentasi dari para pemenang di program-program yang diselenggarakan merek Marlboro sebelumnya, dengan harapan menambah UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Universitas Sumatera Utara 9 kepercayaan calon partisipan bahwa program ini bukan penipuan dan tidak dipungut biaya. Di dalam website neversaymaybe.co.id terdapat panduan untuk menjadi pemenang program, yaitu dengan cara mengumpulkan 12 varian badges yang juga terdapat poin untuk bisa ditukarkan dengan beragam hadiah gadget dan cinderamata eksklusif. Badges berbentuk gantungan kunci yang unik seperti payphone khas kota London, turn table, dan lainnya. Di setiap badges ini tercantum kombinasi kode alfabetik dan numerik yang dapat dirubah menjadi poin dalam akun partisipan di website neversaymaybe.co.id. Badges dan kodenya ini hanya bisa didapatkan di majalah-majalah seperti Trax Magazine, di situs online seperti KapanLagi.com, forum online seperti Kaskus, dan di acara-acara yang diselenggarakan oleh SBA dan PMI sebagai penghargaan atas kehadiran partisipan atau sebagai penghargaan bagi partisipan yang mengikuti kegiatan khusus di dalam konten acara sehingga program In Or Out memiliki nilai tersendiri dimana partisipan tidak hanya mengumpulkan poin secara online atau lewat dunia maya namun juga secara offline yaitu dengan mengikuti berbagai acara yang diselenggarakan. Setelah sekitar 150.000 peserta berpartisipasi dalam program In Our Out yang kurang lebih berjalan selama 4 bulan, 148 partisipan dengan varian badges terlengkap diseleksi untuk menjadi finalis melalui wawancara melalui telepon oleh pihak Marlboro untuk ditanyai seputar program In Our Out dengan tujuan memverifikasi apakah benar partisipan yang bersangkutan mengikuti program dari awal hingga akhir dan tidak melakukan kecurangan kemudian diminta kesediaannya untuk mengikuti wawancara langsung dan karantina di Bali selama 3 hari 2 malam dengan biaya ditanggung oleh pihak Marlboro. Setelah proses seleksi, 30 finalis terpilih dari 7 kota di Indonesia diberangkatkan ke Pulau Dewata untuk menjalani karantina berupa kegiatan tur di Bali dan sosialisasi antarfinalis yang juga bertujuan untuk menciptakan komunitas baru dengan kesamaannya menjadi partisipan dalam program In Or Out. Malam pengumuman pemenang dilangsungkan di Tanjung Benoa, Bali, tepatnya di Pantai Chedi Sakala dengan hiburan dari Disc Jockey ternama DJ Winky Wiryawan dan akhirnya terpilih 10 pemenang atas nama Steffiani Reisa (Jakarta), UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Universitas Sumatera Utara 10 Mey Ranti Ramadhani (Bogor), Tiara Anindita (Bandung), Aria Indrayani (Jakarta), Jamil Ihsan (Jakarta), Teddy Manangka (Bali), Rain Syarief (Bandung), Asmara Yudha (Surabaya), Dicky Oscar (Medan), dan Febrianto (Medan) yang mendapatkan hadiah berupa perjalanan dengan fasilitas kelas satu di Tokyo, London, dan New York selama 10 hari. (sumber: http://m.detik.com/travel/read/2014/08/24/155820/2671007/1382/ini-pemenangin-or-out-yang-liburan-ke-tokyo-london—new-york#). Ikatan pengalaman emosional customer terhadap sebuah organisasi dari proses customer engagement dapat menciptakan kesetiaan pelanggan karena setiap pengalaman customer berinteraksi dengan perusahaan akan membangkitkan respon emosional (Cook,2011:16). Hal ini akan menjadi keuntungan bagi perusahaan ketika mendapatkan kesan yang baik dari customer, namun merupakan bumerang ketika perusahaan memiliki pengalaman yang buruk dengan pelanggan di masa lalu. Kepercayaan juga menjadi sebuah penggerak yang penting dalam sebuah hubungan dan peningkatan hubungan yang dapat mengurangi resiko kurangnya tanggapan atau persepsi pelanggan lebih efektif daripada yang lain (Wilson,2000:337). Kepercayaan juga muncul dari adanya keyakinan yang spesifik terhadap kompetensi sebuah merek (Ferrinadewi,2008:147) dimana kompetensi sebuah merek sangat erat kaitannya dengan kualitas, kinerja, dan kemampuan dalam memberikan manfaat dan kegunaan sesuai dengan harapan dan kebutuhan responden (Lau dan Lee,1999). 1.2 Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti merumuskan fokus penelitian Engagement “In Or Out” adalah “Menganalisa Program Customer Merek Marlboro dan Kepercayaan Merek Pada Konsumen.” 1.3 Pembatasan Masalah Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas, maka peneliti merasa perlu membuat pembatasan masalah agar menjadi lebih jelas, yaitu: UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Universitas Sumatera Utara 11 1. Penelitian difokuskan kepada partisipan dan finalis In Or Out yang berasal dari kota Medan. 2. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tentang program customer engagement In Or Out yang diselenggarakan Marlboro dari PT Phillip Morris Indonesia pada 2014. 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Untuk menggambarkan proses program customer engagement “In Or Out” terhadap pelanggan merek Marlboro. 2. Untuk mengetahui peran public relations dalam program customer engagement “In Or Out” yang diselenggarakan merek Marlboro dan Kepercayaan Merek pada konsumen. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan kontribusi bagi perkembangan ilmu komunikasi, khususnya dalam bidang humas dan periklanan. Dan untuk memperkaya referensi mengenai konsep customer engagement yang merupakan inovasi terbaru untuk melibatkan customer secara aktif dalam usaha perusahaan untuk memperoleh kepercayaan merek. Dan membuktikan peran dan fungsi humas secara signifikan dalam kegiatan marketing yang mengalami inovasi. 2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi di bidang Ilmu Komunikasi khusunya pada subjek Komunikasi Pemasaran. 3. Secara praktis, penelitian ini menjelaskan mengenai customer engagement melalui program “In Or Out” dari brand Marlboro dan kepercayaan merek Marlboro. Sehingga diharapkan bisa memberikan gambaran mengenai alternatif strategi humas yang efektif dengan tetap fokus kepada kebutuhan customer untuk UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Universitas Sumatera Utara 12 menciptakan hubungan jangka panjang atas dasar fondasi kepercayaan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Universitas Sumatera Utara