PENDAHULUAN Latar Belakang Sayuran merupakan sumber pangan yang mengandung banyak vitamin dan mineral yang secara langsung berperan meningkatkan kesehatan. Oleh karena itu, higienitas dan keamanan sayuran yang dikonsumsi menjadi sangat penting agar tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Namun banyak jenis sayuran yang beredar di masyarakat tidak terjamin keamanannya karena diduga telah terkontaminasi logam-logam berat seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), atau merkuri (Hg) (Astawan, 2005). Logam berat adalah unsur logam yang mempunyai massa jenis lebih besar dari 5 g/cm3 dan logam dengan berat molekul tinggi, antara lain Cd, Hg, Pb, Zn, dan Ni (Subowo dkk., 1999). Sudarmaji dkk. (2008) mengatakan bahwa secara alami Pb juga ditemukan di udara yang kadarnya berkisar antara 0,0001-0,001 μg/m3. Sumber pencemaran Pb terbesar berasal dari pembakaran bensin, dimana dihasilkan berbagai komponen Pb, terutama PbBrCl dan PbBrCl2. Penambahan Pb pada bahan bakar kendaraan bermotor menyebabkan terjadi pembakaran bahan tambahan (aditif) Pb pada bahan bakar kendaraan bermotor yang menghasilkan emisi Pb inorganik (Marbun, 2010). Logam berat telah banyak terdeteksi pada sayuran, terutama yang ditanam dekat dengan jalan raya dan rentan polusi udara, antara lain yang berasal dari asap pabrik maupun asap kendaraan bermotor. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Sanra dkk. (2015) didapatkan konsentrasi timbal pada sampel buah bervariasi tergantung jarak dari jalan raya yaitu 1,0725 mg/kg pada jarak tanam 3,5 m dari pinggir jalan raya; 0,9977 mg/kg pada jarak tanam 20 m dari pinggir Universitas Sumatera Utara jalan raya dan 0,5848 mg/kg pada jarak tanam 500 m dari pinggir jalan raya. Penelitian Eka dkk. (2015) pada kol yang dijual dengan jarak lokasi 0 meter dari jalan raya dan dilakukan tindakan pencucian, kadar timbal berkurang dari 0,57 mg/kg menjadi 0,39 mg/kg; jarak 5 meter dari jalan raya kadar timbal berkurang dari 0,46 mg/kg menjadi 0,35 mg/kg, sedangkan jarak 20 meter dan 25 meter dari jalan raya, persentase penurunan tidak dapat dihitung karena kadar timbal pada kol sebelum dan sesudah pencucian hasilnya di bawah batas nilai uji yaitu <0,02 mg/kg. Kabupaten Karo memiliki luas wilayah 2.127,25 km2 yang terdiri dari pemukiman penduduk 174,22 km2 dan lahan pertanian 1.953,03 km2. Kabupaten ini berlokasi di dataran tinggi Karo, Bukit Barisan Sumatera Utara. Wilayah Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi dengan ketinggian antara 600 sampai 1.400 meter di atas permukaan laut dan mempunyai iklim yang sejuk dengan suhu berkisar antara 16 sampai 17°C (BPS, 2015). Daerah dengan potensi untuk tanaman hortikultura ada di Kecamatan Simpang Empat, Berastagi, Kabanjahe, Tigapanah, Merek, Barusjahe, Naman Teran, Dolat Rayat, dan Merdeka. Daerah tersebut yang sebagian besar berada di tepi jalan raya dan dilalui lalu lintas yang padat. Subsektor hortikultura Kabupaten Karo yang diusahakan oleh masyarakat karo berupa tanaman sayuran dan buahbuahan seperti: tomat, kol, kentang, petsai, cabe, buncis, wortel, daun bawang, arcis, jeruk, markisa, alpokat dan pisang (BPS, 2015). Berdasarkan kondisi tersebut maka perlu diteliti kandungan logam berat Pb melalui daun tanaman kol dan buah tanaman tomat di beberapa Kecamatan Universitas Sumatera Utara Kabupaten Karo tersebut agar dapat diketahui kandungan logam berat Pb di daun tanaman kol dan buah tanaman tomat. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan logam berat Pb di daun tanaman kol dan buah pada tanaman tomat di beberapa Kecamatan Kabupaten Karo. Hipotesis Penelitian 1. Bagian tanaman yang berbeda maka berbeda kadar logam berat Pb nya. 2. Semakin jauh jarak dari jalan raya maka semakin rendah kadar Pb yang terdapat pada tanaman. 3. Pencucian bagian tanaman akan menurunkan kandungan Pb pada bagian tanaman tersebut. Kegunaan Penelitian Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan. Universitas Sumatera Utara