BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak kembar adalah dua orang anak atau lebih yang lahir dari satu masa kehamilan yang sama. Jenis kelamin dari anak kembar ini bisa sama, tapi bisa juga berbeda. Secara umum, faktor hereditas memainkan peranan penting dalam proses kelahiran kembar. Keluarga yang memiliki anak kembar, umumnya, mempunyai peluang yang lebih besar untuk memiliki anak kembar pada generasi berikut, dibanding keluarga yang tidak memilki anak kembar (Suririnah, 2005). Kelahiran kembar dapat dibedakan menjadi dua, bila dilihat dari sifat kelahiran, yaitu kembar identik dan kembar fraternal. Kembar fraternal adalah kembar yang muncul karena adanya dua atau lebih sel telur (ovum) yang matang bersamaan dan masing-masing dibuahi oleh satu sperma. Masingmasing pasangan (ovum dan sperma) akan bersenyawa membentuk zigot yang berbeda satu sama lain dan berkembang sendiri-sendiri. Kembar identik adalah kembar yang muncul apabila satu sel telur matang (ovum) dibuahi dua atau lebih sperma. Sel telur akan membelah dua yang masing-masing akan berkembang menjadi zigot tersendiri dan seterusnya menjadi bakal janin dua anak kembar (Mendatu, 2009). Secara umum, anak kembar memiliki banyak kesamaan, baik secara fisik maupun sifat psikologis. Kesamaan–kesamaan yang dimiliki oleh anak Universitas Sumatera Utara kembar ini, yang membuat anak kembar terlihat unik dibandingkan dengan individu lain. Kembar identik mempunyai kemungkinan dua kali lebih besar untuk serupa secara genetika dibandingkan dengan kembar fraternal yang kurang lebih sama dengan saudara kandung. Kembar identik lebih menunjukkan kecenderungan yang lebih besar untuk menunjukkan sifat yang sama (concordant) dibandingkan dengan kembar fraternal (Papalia, Olds & Feldman 2009). Kesamaan yang dialami oleh anak kembar cenderung disebabkan oleh dua hal, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik menyebabkan anak kembar mempunyai kesamaan dalam segi fisik. Kesamaan secara fisik ini meliputi kesamaan dalam hal tinggi badan, bentuk muka, bentuk tubuh hingga sampai ke warna kulit (Saufi, 2008). Gen bertindak sebagai cetak biru bagi sel untuk memproduksi gen itu sendiri dan menghasilkan protein yang mempertahankan kehidupan (Santrock, 2009). Setiap sel dalam tubuh manusia normal memiliki 23 pasang kromosom. Melalui jenis pembelahan sel yang disebut meiosis, yang dialami oleh sel seks saat berkembang, setiap sel seks akhirnya terdiri dari 23 kromosom, satu dari setiap pasang. Maka, saat sperma dan ovum bersatu ketika konsepsi, akan menghasilkan zigot dengan 46 kromosom, 23 kromosom dari ayah dan 23 kromosom dari ibu (Papalia, Olds & Feldman, 2009) Dengan cara ini, setiap orang tua menyumbangkan 50 persen pada keturunanya (Santrock, 2009). Saat konsepsi, zigot yang bersel tunggal memiliki semua informasi biologis yang dibutuhkan untuk menunjukkan arah perkembangan menuju bayi manusia. Melalui mitosis, proses saat sel di luar sel seks akan membelah Universitas Sumatera Utara diri berulang kali, DNA memperbanyak dirinya, sehingga setiap sel baru yang terbentuk memiliki struktur DNA yang sama dengan semua sel yang lain. Setiap pembelahan sel akan menciptakan salinan genetika dari sel asli, dengan informasi bawaan yang sama. Saat perkembangan berjalan normal, setiap sel (kecuali sel seks) akan memilki 46 kromosom yang identik dengan zigot yang pertama. Saat sel membelah, mereka menjadi berbeda, memiliki spesialisasi dalam menjalankan fungsi tubuh yang kompleks untuk membantu anak tumbuh dan berkembang (Papalia, Olds & Feldman, 2009). Dari gen ini lah yang kemudian membuat anak kembar mempunyai kesamaan secara fisik dan membuat anak kembar menjadi sulit untuk dibedakan satu sama lain, bahkan para orang tua juga sering salah dalam mengenali anak kembar tersebut (Mendatu, 2009). Kesamaan lain yang dimiliki oleh anak kembar, selain kesamaan secara fisik, adalah mempunyai kecenderungan yang sama dalam sifat psikologis. Kesamaan sifat psikologis ini meliputi kesamaan dalam karakter, tempramen maupun kedekatan secara emosional atau disebut juga dengan kontak batin. Kesamaan karakter maupun kontak batin yang sering dirasakan oleh anak kembar disebabkan oleh faktor lingkungan. Orang tua memberikan pola asuh yang sama pada kedua anak kembar yang dimilki. Pada awalnya, hal ini dilakukan untuk memudahkan para orang tua dalam mengasuh anak kembar, tapi yang terjadi kemudian, anak kembar menjadi mempunyai kemiripan dalam karakter (Borualogo, 2009). Seperti yang diungkapkan oleh N (23 tahun) mengenai persamaan karakter yang ia miliki dengan kembarannya. Universitas Sumatera Utara “ Oh.. kami juga orangnya periang, suka senang-senang malah, hehe.. makanya kadang suka heboh berduaan.. N ( Komunikasi personal, 6 April 2010) Para kembar juga mempunyai kemampuan untuk merespon dan mengartikan bahasa tubuh kembarannya dengan tepat dibandingkan dengan orang lain. Kesamaan seperti ini juga akan lebih sering dijumpai pada kembar yang identik dibandingkan kembar fraternal (Mendatu, 2009). Kemampuan anak kembar dalam merespon tingkah laku ataupun bahasa non verbal dari kembarannya, selain disebabkan oleh faktor genetik, juga disebabkan karena anak kembar tumbuh dan kembang secara bersamaan. Perilaku pertama yang dilakukan oleh salah satu kembaran, akan diikuti oleh pasangan kembarnya. Ini yang menyebabkan anak kembar menjadi sangat sensitif dan lebih tepat dalam merespon tingkah laku kembarannya. Respon yang diberikan itu misalnya, bila salah satu anak kembar sakit, maka yang lain juga akan ikut sakit. Bila salah satu kembar merasakan sedih, maka yang lain juga akan merasakan kesedihan yang sama tanpa tahu penyebab dari kesedihan tersebut (Mendatu, 2009). Hal seperti ini juga tampak seperti yang diungkapkan oleh T (23 tahun), mengenai pengalaman kontak batin dengan kembarannya. “..Selain itu, pernah juga si..dia kan orangnya suka hilang timbul gak ada kabar gitu kadang-kadang.. jadi pas kakak lagi kangen kali ma si N, eh gak brapa lama dia nelpon.. trus kakak bilang lah, baru aja aku mau telpon, trus si N bilang, tu lah kau, lama kali pun, jadi aku luan la yang nelpon..” T (Komunikasi personal, 7 April 2010) Penuturan yang diberikan oleh T menunjukkan adanya kontak batin yang terjadi antara T dan N sebagai sepasanga anak kembar. Kontak batin yang Universitas Sumatera Utara terjadi antara T dan N disebabkan karena mereka terbiasa berada dalam lingkungan yang sama. Lingkungan membawa pengaruh yang besar bagi anak kembar. Kesamaan karakter maupun pengalaman kontak batin yang mereka alami, juga disebabkan karena faktor lingkungan. Pengaruh lingkungan akan mempengaruhi perkembangan pada anak selain pengaruh genetika (Baumrind, Maccoby & Jackson, dalam Santrock, 2009). Walaupun begitu pengaruh lingkungan juga bergantung pada karakteristik yang diturunkan secara genetik. Genetik atau keturunan dan lingkungan sangat penting bagi seseorang individu untuk hidup. Genetik dan lingkungan bekerja sama untuk menghasilkan inteligensi, perangai, tinggi badan, berat badan, bakat dan lain lain (Loehlin, dalam Santrock, 2009). Interaksi yang terjadi antara genetik dan lingkungan juga dapat juga bekerja sebaliknya. Anak yang secara genetik serupa, sering kali berkembang secara berbeda bergantung pada lingkungan tempat tinggalnya (Collin et all, 2001, dalam Papalia 2009). Gen dapat mempengaruhi bagaimana anak-anak membuat orang tua untuk bereaksi secara berbeda dan memunculkan perlakuan yang berbeda, dan gen dapat mempengaruhi bagaimana anak-anak mengartikan, melakukan respon terhadap perlakuan tersebut dan hasil yang didapatkan. Anak juga membentuk lingkungannya sendiri dengan pilihan yang di ambil, dan struktur genetik mempengaruhi pilihan-pilihan ini (Papalia, Olds, Feldman, 2009). Lingkungan juga merupakan tempat dimana anak akan tumbuh dan berkembang. Anak kembar juga tidak akan selamanya menjadi anak-anak. Universitas Sumatera Utara Fisik dan emosi yang dimiliki oleh anak kembar juga akan semakin tumbuh dan terbentuk seiring pertambahan usia. Pada saat anak kembar tumbuh menjadi dewasa, secara fisik, anak kembar akan tetap memiliki kesamaan, tapi secara psikologis perbedaan-perbedaan yang dimiliki juga akan semakin tampak. Pada saat anak kembar tumbuh memasuki masa dewasa, akan terlihat kekurangan dan kelebihan yang dimiliki masing–masing pribadi (Borualogo, 2009). Memasuki masa dewasa awal, para anak kembar akan mendapatkan tugas perkembangan sesuai dengan tahapan perkembangan masa dewasa awal. Salah satu tugas perkembangan yang akan dihadapi di masa dewasa awal, adalah membentuk keluarga. Pada masa dewasa awal, setiap individu dituntut untuk membentuk suatu keluarga. Tuntutan–tuntutan ini berasal dari lingkungan sosial, budaya dan lingkungan historis yang kemudian akan mempengaruhi pemilihan pasangan, strategi pemilihan pasangan, pilihan dan keadaan hubungan (Santrock, 2009). Sebelum membentuk suatu keluarga hal yang harus dilakukan sebelumnya oleh setiap individu adalah memilih pasangan. Proses pemilihan pasangan, merupakan suatu langkah awal yang harus dilewati oleh setiap individu, sebelum akhirnya memasuki lembaga pernikahan yang sesungguhnya. Memilih pasangan merupakan salah satu keputusan terpenting yang akan dibuat oleh setiap individu sepanjang hidup (Degenova, 2008). Melalui proses pemilihan pasangan, diharapkan perjalanan selanjutnya menjadi lebih mudah untuk dilalui. Proses pemilihan pasangan ini ditandai dengan adanya usaha seseorang untuk memaksimalkan keuntungan Universitas Sumatera Utara dan membuat interaksi sosial dengan pasangan sebagai sesuatu yang menguntungkan. Duval menyatakan bahwa interaksi sosial dilakukan dengan cara menukar hal–hal yang dimiliki oleh setiap individu, seperti, kecantikan, tingkah laku ataupun inteligensi, dengan atribut-atribut yang diharapkan dari pasangan indvidu masing-masing (dalam pemilihan pasangan, 2007). Hal ini juga tampak seperti yang diungkapkan oleh N (23 tahun), mengenai pentingnya proses memilih pasangan. “ Penting lah, memilih-milih pasangan sebelum kita mau nikah, Apalagi kakak juga termasuk orang yang pemilih, sebenarnya bukan karena apa, tapi kan kita juga pengen lah dapat yang terbaik. Kakak ini termasuk orang yang terlalu pegang komitmen, jadi kalo emang dianya serius, ya kakak juga serius...” N (Komunikasi personal, 6 April 2010) Pada kembar, proses pemilihan pasangan yang dilakukannya mempunyai keunikan tersendiri. Hal ini dapat dilihat dari berbagai penelitian yang menyatakan bahwa proses pemilihan pasangan pada kembar identik cenderung mempunyai kesamaan dalam proses pemilihan pasangan bila dibandingkan dengan kembar fraternal atau saudara kandung biasa. Kesamaan yang dimiliki pada proses pemilihan pasangan ini, dapat dilihat dari faktor-faktor seperti kepribadian, usia, ketertarikan secara fisik, dan sikap (Lykken & Tellegen, 1998). Individu menemui banyak permasalahan, saat akan menentukan pasangan hidup. Secara umum, permasalahan yang terjadi dalam pemilihan pasangan, juga berkaitan dengan proses pemilihan pasangan secara keseluruhan. Selain itu, faktor-faktor dalam pemilihan pasangan juga turut memicu terjadi Universitas Sumatera Utara permasalahan dalam proses pemilihan pasangan. Faktor-faktor yang ada dalam pemilihan pasangan, merupakan faktor yang umum dipertimbangkan oleh setiap individu dalam memilih pasangan, tapi pada kenyataannya faktor-faktor tersebut juga sering menjadi permasalahan dari setiap individu dalam melakukan proses pemilihan pasangan. Hal ini menjadi suatu permasalahan, karena proses pemilihan pasangan adalah hal yang harus dilakukan sebelum individu tersebut akhirnya memutuskan untuk menikah (Degenova, 2008). Permasalahan seperti ini juga yang membuat banyak individu yang berhati-hati dalam memilih pasangan. Alasan ini menyebabkan banyak individu yang terlebih dulu menetapkan kriteria pasangan hidup, sebelum akhirnya memilih pasangan hidupnya kelak. Tujuan dibuatnya kriteria ini adalah untuk mencari pasangan hidup yang sesuai dengan dirinya. Saat individu tersebut telah menemukan pasangan yang sesuai dengan kriterianya, maka akan mempermudah individu tersebut untuk melihat kecocokan di dalam hubungannya (Degenova. 2008). Seperti apa yang dituturkan oleh T (23 tahun) mengenai kriteria pasangan hidup. “..kalo kakak Din, yang paling kakak liat itu umunya dulu.. minimal itu harus 6 tahun lebih tua daripada kakak. Karena emang kakak nyarinya yang lebih tua kan, biar bisa ngemong kakak juga.. karena kan biasanya kalo yang lebih dewasa umurnya daripada kita, pemikirannya juga udah lebih matang lah.. nanti dari situ baru kakak liat lagi gimana orangnya, keluarga kakak setuju atau gak.. kalo semua udah sesuai ya lanjut..” T (Komunikasi Personal, 7 April 2010) Seperti halnya yang dituturkan oleh T (23 tahun), salah satu pasangan kembar, bahwa T (23 tahun) lebih melihat individu dari kepribadian yang dimilikinya, dibanding dari fisik yang dimiliki. Degenova (2008) Universitas Sumatera Utara mengatakkan bahwa kebanyakan wanita memang lebih melihat kualitas dari pasangannya. Bagi para wanita, kekurangan yang terjadi dalam pernikahan bukan dikarenakan pernikahannya, akan tetapi lebih karena kualitas dari pasangan hidupnya. Oleh sebab itu tidak heran, apabila banyak individu yang akhirnya menentukan kriteria pasangan yang sesuai dengan kebutuhan dirinya agar kualitas pernikahannya juga berjalan dengan lebih baik. Ada banyak hal yang dapat membuat seorang individu tertarik dengan individu lainnya. Salah satu hal yang dapat membuat tertarik adalah saat berada di suatu tempat yang sama. Degenova (2008) menyatakan bahwa wilayah geografi dapat mempengaruhi dua orang individu untuk saling tertarik dan menjalin hubungan. Kedekatan di antara keduanya juga akan menentukan hubungan yang telah terjalin, berlanjut ke tahap yang lebih serius atau tidak. Sepakat dengan hal ini, N (23 tahun), mengaku bahwa awal ketertarikannya dengan pasangannya sekarang ini disebabkan karena berada dalam lingkungan kerja yang sama. “..kakak pertama kali jumpa sama pacar kakak ini di tempat kerja Din.. kakak kan orang baru, abang itu udah lama lah.. trus ya gitu, lama-lama biasa aja kan, trus deket. Ya..orangnya juga lumayan si kali menurut kakak..trus ngobrol-ngobrol, kok cocok gitu sama kakak kan.. ya udah habis itu deket, ya trus lanjut sampe sekarang..” N (Komunikasi Personal, 6 April 2010) Sejalan dengan yang telah dituturkan oleh N, bahwa awal ketertarikan N dengan pasanganya disebabkan karena penampilan fisik yang dimiliki pasangannya. Setelah N dan pasangannya sudah saling mengenal, kepribadian yang dimiliki pasangan mulai membuat N tertarik. Hal ini seperti apa yang Universitas Sumatera Utara diungkapkan oleh Degenova (2008) bahwa ketertarikan seorang individu dengan individu lainnya biasanya disebabkan karena penampilan fisik dan kepribadian yang dimiliki oleh pasangannya. Setelah keduanya merasa saling tertarik satu sama lain, dua individu ini akan mulai mencari kecocokan di antara pribadinya masing-masing. Kecocokan yang dialami oleh setiap pasangan akan memicu terciptanya keluarga yang harmonis saat keduanya sudah menikah. Saat sudah merasa cocok setiap pasangan akan mulai mengevaluasi karakter, tempramen, nilai, kebiasaan dan sikap yang dimiliki oleh pasangannya untuk lebih mencari kecocokan didalam hubungannya. Dalam hal ini, N (23 tahun) dan T (23 tahun) menuturkan pengalamannya dalam mencari kecocokan didalam hubungan dengan pasangannya masing-masing. “..cocok itu bagi kakak, kalo dia itu bisa buat kakak nyaman sama dia, sama perlakuan dia.. trus keluarga kakak juga sreg ma dia kan, ya udah.. itu yang buat kakak berani ngelanjut sama dia..” T (Komunikasi Personal, 7 April 2010) “..gimana ya Din, kalo kakak sih.. lebih liat cocok itu kalo kakak itu ngerasa nyaman sama dia, bisa jadi diri kakak sendiri lah, gak dibuat-buat.. kan ada kan yang kadang jaim-jaim gitu di depan pasangannya, nah kalo kayak gitu malah kakak rasa gak cocok ya..” N (Komunikasi Personal, 6 April 2010) Degenova (2008) juga menyatakan bahwa memilih pasangan adalah keputusan yang paling penting sebelum seorang individu memutuskan untuk menikah. Dalam memilih pasangan ada berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan pasangan pada setiap individu. Diantaranya adalah latar belakang keluarga dan karakteristik personal dari setiap individu. Latar Universitas Sumatera Utara belakang dari keluarga akan sangat mempengaruhi kehidupan individu. Dengan melihat aspek positif dan aspek negatif dari latar belakang keluarga, individu dapat bertanggung jawab terhadap pilihan masing–masing. Mengetahui sesuatu tentang keluarga dari calon pasangan hidup, akan membantu individu tersebut untuk mengetahui sifat dari calon pasangan hidup yang dipilih (Degenova, 2008). Seperti yang dikemukakan oleh N (23 tahun) dan T (23 tahun), mengenai faktor latar belakang keluarga. “ Keluarga itu faktor yang paling penting, karena kita kan gak cuma berhubungan dengan dianya aja, tapi juga sama keluarganya. Apalagi kalo dia juga care sama keluarga kita, itu udah jadi nilai tambah sendiri bagi kakak. Dan Alhamdulillah, calon kakak ini kayak gitu sama keluarga kakak dan keluarganya pun care sama kakak. Kakak juga suka tanya – tanya dulu sama adek, mama ato keluarga lainnya, kalo emang kata mereka, ‘boleh la kak’, lanjut.. tapi kalo misalnya ‘ihh kak, gak usah lah gak cocok pun..’ ya kakak juga pertimbangan lagi kata – kata mereka..” T (Komunikasi personal, 7 April 2010) “ Keluarga iya hal yang penting juga, karena kakak juga gak enak lah kalo misalnya keluarga pacar kakak cuek sama kakak, ato keluarga kakak cuek ma pacar kakak. Kalo kayak gitu kan brarti ada apa-apa, jadi ya kalo pacaran, kakak juga suka liat dulu ni keluarganya gimana.. Yah, secara gak langsung, status ekonomi dari pasangan kakak juga kakak perhatikan.. N (Komunikasi personal, 6 April 2010) Degenova (2008) menyatakan bahwa selain dari latar belakang keluarga seorang individu, ada hal lain yang juga harus diperhatikan, yaitu masalah status sosioekonomi. Dengan mempertimbangkan faktor latar belakang sosiekonomi yang ada pada calon pasangan, hal ini memungkinkan terjadinya kepuasan pernikahan yang lebih baik ke depannya. Degenova (2008) juga menyatakan adanya faktor lain yang dapat mempengaruhi pemilihan pasangan Universitas Sumatera Utara yaitu faktor agama. Seperti yang dikemukakan oleh T (23 tahun) mengenai faktor agama. “Kalo masalah agama, emang udah pasti harus seiman. Kalo pun dia cakep, baik, tapi kalo gak seiman, ya sama aja. Orang tua kakak juga udah pasti gak setuju.. “ T (Komunikasi personal, 7 April 2010) Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi pemilihan pasangan yang dilakukan oleh seorang individu adalah faktor ras atau suku (Degenova, 2008). Permasalahan mengenai pemilihan pasangan berdasarkan faktor suku atau ras masih tetap ada dalam masyarakat. Banyak penghalang yang terjadi ketika seorang individu memiliki hubungan dengan individu yang mempunyai perbedaan suku atau ras (Degenova, 2008). Hal ini seperti yang dituturkan oleh N (23 tahun), mengenai faktor suku atau ras. ” Gak tau juga si, sebenarnya kakak juga gak terlalu peduli kali sama suku dari pacar kakak, Emang si kakak orang aceh, dan kebetulan pacar kakak juga orang aceh. Trus, si T pacarnya orang aceh juga.. Orang tua kami juga sebenarnya gak ada maksain harus punya pacar orang aceh si.. eh, tapi pernah juga si, kakak punya pacar yang bukan aceh, mama kakak agak gimana gitu.. jadi ya kakak juga terakhir agak gak nyaman ma dia..” N (Komunikasi personal, 6 April 2010) Degenova (2008) menyatakan bahwa selain dari faktor-faktor seperti status sosioekonomi, ras dan agama, ada hal lain yang harus diperhatikan, dan itu adalah masalah pendidikan. Ada kecenderungan dari seorang individu untuk memilih pasangan yang memiliki latar belakang pendidikan yang sama (Shehan, Berardo, Bera & Carley dalam Degenova, 2008). Dalam hal ini, N sepakat bila masalah pendidikan menjadi hal yang penting dalam pemilihan Universitas Sumatera Utara pasangan, tapi T tidak sepakat dengan N. Menurut T, pendidikan tidak merupakan hal yang paling utama dalam memilih pasangan, seperti yang dikemukakan oleh T dan N. “Pendidikan itu penting bagi kakak. Soalna, emm, gimana ya, kayakna kalo misalnya kita dapat pasangan yang dibawah kita, agak kurang aja bagi kakak. Ya, kalo bisa minimal setara lah sama kakak.. Tapi kakak juga kurang suka si, kalo yang pendidikannya kayak militer-militer gitu, kakak lebih suka yang biasa-biasa aja..” N (Komunikasi personal, 6 April 2010) “ Pendidikan emang penting juga si, tapi itu gak jadi fokus utama kakak dalam memilih pasangan. Bagi kakak, yang kakak perhatikan pertama itu usia dari calon pasangan kakak. Kebetulan kakak nyari calon yang usianya itu minimal beda 6 tahun sama kakak. Jadi biar lebih bisa ngemong kakak nantinya.. “ T (Komunikasi Personal, 7 April 2010) Karakteristik lain yang juga mempengaruhi proses pemilihan pasangan, selain faktor latar belakang keluarga adalah karakteristik personal (Degenova, 2008). Karakteristik personal juga mempunyai kontribusi dalam faktor kecocokan pemilihan pasangan. Salah satunya seperti yang dikemukakan oeh T (23 tahun), yaitu faktor usia. Selain usia, ada faktor lain yang akan mempengaruhi seseorang dalam memilih pasangan, yaitu kesamaan sikap dan nilai. Kesamaan sikap dan nilai dikatakan dalam Degenova (2008), merupakan hal yang penting. Memiliki kesamaan sikap dan nilai, dapat membuat seorang individu untuk saling berbagi kesamaan, sehingga mereka merasa nyaman satu sama lain. Dalam hal ini, N sependapat dengan apa yang dinyatakan dalam Degenova (2008), tapi tidak dengan apa yang dirasakan oleh T, kembarannya. “ Kakak lebih suka cari pasangan yang punya banyak kesamaan sama kakak, lebih enak aja, jadi kan bisa bareng – bareng trus. Kebetulan sama Universitas Sumatera Utara pacar kakak sekarang juga punya banyak kesamaan. Sama – sama suka traveling, hobi makan, ya klop la.. “ N (Komunikasi Personal, 6 April 2010) “ Emang enak si, kalo bisa punya banyak kesamaan dengan calon pasangan kita. Tapi kakak sama pasangan kakak, malah lebih banyak bedanya dari pada samanya. Haha.. Kalo pasangan kakak lebih agak keras, kalo kakak ya santai aja. Masih banyak juga si bedanya sama pasangan kakak, tapi kakak nyaman–nyaman aja si sampe skarang, gak terlalu mengganggu.. “ T (Komunikasi Personal, 7 April 2010) Berdasarkan penuturan yang disampaikan di atas, mengungkapkan bahwa secara umum, kembar mempunyai beberapa persamaan dan perbedaan dalam melakukan pemilihan pasangan. Proses pemilihan pasangan yang dilakukan setiap pasangan kembar cenderung mempunyai keunikan dibanding dengan individu biasa. Keunikannya dapat terlihat dari kesamaan dalam setiap proses pemilihan pasangan yang dilakukan dengan kembarannya. Ini disebabkan oleh faktor lingkungan dimana anak-anak kembar tumbuh bersama dan adanya lingkungan kembar yang unik. Hal inilah yang kemudian membuat peneliti ingin mengetahui lebih dalam mengenai bagaimana gambaran proses pemilihan pasangan pada dewasa awal yang kembar, yang secara umum memiliki kedekatan secara emosional atau disebut juga dengan kontak batin. B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diajukan perumusan masalah sebagai berikut ”Bagaimana proses pemilihan pasangan pada dewasa awal yang kembar?” Universitas Sumatera Utara C. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui faktor-faktor pemilihan pasangan yang mempengaruhi proses pemilihan pasangan pada dewasa awal yang kembar 2. Mengetahui gambaran proses pemilihan pasangan yang dilakukan oleh dewasa awal yang kembar D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah konsep atau teori yang bisa menopang perkembangan ilmu pengetahuan di bidang psikologi, khususnya yang berkaitan dengan pemilihan pasangan pada dewasa awal yang kembar. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan informasi pada masyarakat dan orang tua yang mempunyai anak kembar, bahwa anak kembar tetap dua individu yang berbeda, sehingga dapat mengurangi stereotype tentang anak kembar. b. Memberikan informasi pada pasangan kembar yang belum menikah, tentang gambaran proses pemilihan pasangan yang terjadi pada anak kembar, yang tanpa disadari mempunyai perbedaan dan persamaan dalam setiap prosesnya. c. Memberikan informasi pada masyarakat yang belum menikah, mengenai gambaran proses pemilihan pasangan, dan faktor–faktor yang dapat Universitas Sumatera Utara mempengaruhi pemilihan pasangan, sehingga dapat menjadi pertimbangan untuk proses pemilihan pasangan yang akan dilakukan. E. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan proposal penelitian ini adalah: Bab I : Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II : Landasan teori Bab ini menguraikan tentang tinjauan teoritis dan teori-teori yang menjelaskan dan mendukung data penelitian. Diantaranya adalah teori mengenai pemilihan pasangan, dewasa awal dan teori mengenai kembar (twins). Bab III : Metode penelitian Bab ini berisi penjelasan mengenai alasan dipergunakannya pendekatan kualitatif, responden penelitian, metode pengambilan data, alat bantu pengumpulan data, kredibilitas penelitian, serta prosedur penelitian. BAB IV : Analisa Data dan Interpretasi Bab ini menguraikan mengenai data dan pembahasan hasil analisa data penelitian dengan teori yang relevan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah ditentukan Universitas Sumatera Utara sebelumnya. BAB V : Kesimpulan, diskusi dan saran Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan dari apa yang diperoleh di lapangan, diskusi yang merupakan pembahasan, dan pembanding hasil penelitian dengan teori-teori atau hasil penelitian sebelumnya serta saran-saran untuk penyempurnaan penelitian berikutnya Universitas Sumatera Utara