BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak kembar adalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anak kembar adalah dua orang anak atau lebih yang lahir dari satu masa
kehamilan yang sama. Jenis kelamin dari anak kembar ini bisa sama, tapi bisa
juga berbeda. Secara umum, faktor hereditas memainkan peranan penting
dalam proses kelahiran kembar. Keluarga yang memiliki anak kembar,
umumnya, mempunyai peluang yang lebih besar untuk memiliki anak kembar
pada generasi berikut, dibanding keluarga yang tidak memilki anak kembar
(Suririnah, 2005).
Kelahiran kembar dapat dibedakan menjadi dua, bila dilihat dari sifat
kelahiran, yaitu kembar identik dan kembar fraternal. Kembar fraternal adalah
kembar yang muncul karena adanya dua atau lebih sel telur (ovum) yang
matang bersamaan dan masing-masing dibuahi oleh satu sperma. Masingmasing pasangan (ovum dan sperma) akan bersenyawa membentuk zigot yang
berbeda satu sama lain dan berkembang sendiri-sendiri. Kembar identik
adalah kembar yang muncul apabila satu sel telur matang (ovum) dibuahi dua
atau lebih sperma. Sel telur akan membelah dua yang masing-masing akan
berkembang menjadi zigot tersendiri dan seterusnya menjadi bakal janin dua
anak kembar (Mendatu, 2009).
Secara umum, anak kembar memiliki banyak kesamaan, baik secara fisik
maupun sifat psikologis. Kesamaan–kesamaan yang dimiliki oleh anak
Universitas Sumatera Utara
kembar ini, yang membuat anak kembar terlihat unik dibandingkan dengan
individu lain. Kembar identik mempunyai kemungkinan dua kali lebih besar
untuk serupa secara genetika dibandingkan dengan kembar fraternal yang
kurang lebih sama dengan saudara kandung. Kembar identik lebih
menunjukkan kecenderungan yang lebih besar untuk menunjukkan sifat yang
sama (concordant) dibandingkan dengan kembar fraternal (Papalia, Olds &
Feldman 2009). Kesamaan yang dialami oleh anak kembar cenderung
disebabkan oleh dua hal, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan.
Faktor genetik menyebabkan anak kembar mempunyai kesamaan dalam
segi fisik. Kesamaan secara fisik ini meliputi kesamaan dalam hal tinggi
badan, bentuk muka, bentuk tubuh hingga sampai ke warna kulit (Saufi,
2008). Gen bertindak sebagai cetak biru bagi sel untuk memproduksi gen itu
sendiri dan menghasilkan protein yang mempertahankan kehidupan (Santrock,
2009). Setiap sel dalam tubuh manusia normal memiliki 23 pasang kromosom.
Melalui jenis pembelahan sel yang disebut meiosis, yang dialami oleh sel seks
saat berkembang, setiap sel seks akhirnya terdiri dari 23 kromosom, satu dari
setiap pasang. Maka, saat sperma dan ovum bersatu ketika konsepsi, akan
menghasilkan zigot dengan 46 kromosom, 23 kromosom dari ayah dan 23
kromosom dari ibu (Papalia, Olds & Feldman, 2009) Dengan cara ini, setiap
orang tua menyumbangkan 50 persen pada keturunanya (Santrock, 2009).
Saat konsepsi, zigot yang bersel tunggal memiliki semua informasi
biologis yang dibutuhkan untuk menunjukkan arah perkembangan menuju
bayi manusia. Melalui mitosis, proses saat sel di luar sel seks akan membelah
Universitas Sumatera Utara
diri berulang kali, DNA memperbanyak dirinya, sehingga setiap sel baru yang
terbentuk memiliki struktur DNA yang sama dengan semua sel yang lain.
Setiap pembelahan sel akan menciptakan salinan genetika dari sel asli, dengan
informasi bawaan yang sama. Saat perkembangan berjalan normal, setiap sel
(kecuali sel seks) akan memilki 46 kromosom yang identik dengan zigot yang
pertama. Saat sel membelah, mereka menjadi berbeda, memiliki spesialisasi
dalam menjalankan fungsi tubuh yang kompleks untuk membantu anak
tumbuh dan berkembang (Papalia, Olds & Feldman, 2009). Dari gen ini lah
yang kemudian membuat anak kembar mempunyai kesamaan secara fisik dan
membuat anak kembar menjadi sulit untuk dibedakan satu sama lain, bahkan
para orang tua juga sering salah dalam mengenali anak kembar tersebut
(Mendatu, 2009).
Kesamaan lain yang dimiliki oleh anak kembar, selain kesamaan secara
fisik, adalah mempunyai kecenderungan yang sama dalam sifat psikologis.
Kesamaan sifat psikologis ini meliputi kesamaan dalam karakter, tempramen
maupun kedekatan secara emosional atau disebut juga dengan kontak batin.
Kesamaan karakter maupun kontak batin yang sering dirasakan oleh anak
kembar disebabkan oleh faktor lingkungan. Orang tua memberikan pola asuh
yang sama pada kedua anak kembar yang dimilki. Pada awalnya, hal ini
dilakukan untuk memudahkan para orang tua dalam mengasuh anak kembar,
tapi yang terjadi kemudian, anak kembar menjadi mempunyai kemiripan
dalam karakter (Borualogo, 2009). Seperti yang diungkapkan oleh N (23
tahun) mengenai persamaan karakter yang ia miliki dengan kembarannya.
Universitas Sumatera Utara
“ Oh.. kami juga orangnya periang, suka senang-senang malah, hehe..
makanya kadang suka heboh berduaan..
N ( Komunikasi personal, 6 April 2010)
Para kembar juga mempunyai kemampuan untuk merespon dan
mengartikan bahasa tubuh kembarannya dengan tepat dibandingkan dengan
orang lain. Kesamaan seperti ini juga akan lebih sering dijumpai pada kembar
yang identik dibandingkan kembar fraternal (Mendatu, 2009). Kemampuan
anak kembar dalam merespon tingkah laku ataupun bahasa non verbal dari
kembarannya, selain disebabkan oleh faktor genetik, juga disebabkan karena
anak kembar tumbuh dan kembang secara bersamaan. Perilaku pertama yang
dilakukan oleh salah satu kembaran, akan diikuti oleh pasangan kembarnya.
Ini yang menyebabkan anak kembar menjadi sangat sensitif dan lebih tepat
dalam merespon tingkah laku kembarannya. Respon yang diberikan itu
misalnya, bila salah satu anak kembar sakit, maka yang lain juga akan ikut
sakit. Bila salah satu kembar merasakan sedih, maka yang lain juga akan
merasakan kesedihan yang sama tanpa tahu penyebab dari kesedihan tersebut
(Mendatu, 2009). Hal seperti ini juga tampak seperti yang diungkapkan oleh T
(23 tahun), mengenai pengalaman kontak batin dengan kembarannya.
“..Selain itu, pernah juga si..dia kan orangnya suka hilang timbul gak ada
kabar gitu kadang-kadang.. jadi pas kakak lagi kangen kali ma si N, eh gak
brapa lama dia nelpon.. trus kakak bilang lah, baru aja aku mau telpon, trus
si N bilang, tu lah kau, lama kali pun, jadi aku luan la yang nelpon..”
T (Komunikasi personal, 7 April 2010)
Penuturan yang diberikan oleh T menunjukkan adanya kontak batin yang
terjadi antara T dan N sebagai sepasanga anak kembar. Kontak batin yang
Universitas Sumatera Utara
terjadi antara T dan N disebabkan karena mereka terbiasa berada dalam
lingkungan yang sama. Lingkungan membawa pengaruh yang besar bagi anak
kembar. Kesamaan karakter maupun pengalaman kontak batin yang mereka
alami, juga disebabkan karena faktor lingkungan. Pengaruh lingkungan akan
mempengaruhi perkembangan pada anak selain pengaruh genetika (Baumrind,
Maccoby & Jackson, dalam Santrock, 2009). Walaupun begitu pengaruh
lingkungan juga bergantung pada karakteristik yang diturunkan secara genetik.
Genetik atau keturunan dan lingkungan sangat penting bagi seseorang
individu untuk hidup. Genetik dan lingkungan bekerja sama untuk
menghasilkan inteligensi, perangai, tinggi badan, berat badan, bakat dan lain
lain (Loehlin, dalam Santrock, 2009).
Interaksi yang terjadi antara genetik dan lingkungan juga dapat juga
bekerja sebaliknya. Anak yang secara genetik serupa, sering kali berkembang
secara berbeda bergantung pada lingkungan tempat tinggalnya (Collin et all,
2001, dalam Papalia 2009). Gen dapat mempengaruhi bagaimana anak-anak
membuat orang tua untuk bereaksi secara berbeda dan memunculkan
perlakuan yang berbeda, dan gen dapat mempengaruhi bagaimana anak-anak
mengartikan, melakukan respon terhadap perlakuan tersebut dan hasil yang
didapatkan. Anak juga membentuk lingkungannya sendiri dengan pilihan yang
di ambil, dan struktur genetik mempengaruhi pilihan-pilihan ini (Papalia,
Olds, Feldman, 2009).
Lingkungan juga merupakan tempat dimana anak akan tumbuh dan
berkembang. Anak kembar juga tidak akan selamanya menjadi anak-anak.
Universitas Sumatera Utara
Fisik dan emosi yang dimiliki oleh anak kembar juga akan semakin tumbuh
dan terbentuk seiring pertambahan usia. Pada saat anak kembar tumbuh
menjadi dewasa, secara fisik, anak kembar akan tetap memiliki kesamaan, tapi
secara psikologis perbedaan-perbedaan yang dimiliki juga akan semakin
tampak. Pada saat anak kembar tumbuh memasuki masa dewasa, akan terlihat
kekurangan dan kelebihan yang dimiliki masing–masing pribadi (Borualogo,
2009).
Memasuki masa dewasa awal, para anak kembar akan mendapatkan tugas
perkembangan sesuai dengan tahapan perkembangan masa dewasa awal. Salah
satu tugas perkembangan yang akan dihadapi di masa dewasa awal, adalah
membentuk keluarga. Pada masa dewasa awal, setiap individu dituntut untuk
membentuk suatu keluarga. Tuntutan–tuntutan ini berasal dari lingkungan
sosial, budaya dan lingkungan historis yang kemudian akan mempengaruhi
pemilihan pasangan, strategi pemilihan pasangan, pilihan dan keadaan
hubungan (Santrock, 2009). Sebelum membentuk suatu keluarga hal yang
harus dilakukan sebelumnya oleh setiap individu adalah memilih pasangan.
Proses pemilihan pasangan, merupakan suatu langkah awal yang harus
dilewati oleh setiap individu, sebelum akhirnya memasuki lembaga
pernikahan yang sesungguhnya. Memilih pasangan merupakan salah satu
keputusan terpenting yang akan dibuat oleh setiap individu sepanjang hidup
(Degenova, 2008). Melalui proses pemilihan pasangan, diharapkan perjalanan
selanjutnya menjadi lebih mudah untuk dilalui. Proses pemilihan pasangan ini
ditandai dengan adanya usaha seseorang untuk memaksimalkan keuntungan
Universitas Sumatera Utara
dan membuat interaksi sosial dengan pasangan sebagai sesuatu yang
menguntungkan. Duval menyatakan bahwa interaksi sosial dilakukan dengan
cara menukar hal–hal yang dimiliki oleh setiap individu, seperti, kecantikan,
tingkah laku ataupun inteligensi, dengan atribut-atribut yang diharapkan dari
pasangan indvidu masing-masing (dalam pemilihan pasangan, 2007). Hal ini
juga tampak seperti yang diungkapkan oleh N (23 tahun), mengenai
pentingnya proses memilih pasangan.
“ Penting lah, memilih-milih pasangan sebelum kita mau nikah, Apalagi
kakak juga termasuk orang yang pemilih, sebenarnya bukan karena apa,
tapi kan kita juga pengen lah dapat yang terbaik. Kakak ini termasuk orang
yang terlalu pegang komitmen, jadi kalo emang dianya serius, ya kakak
juga serius...”
N (Komunikasi personal, 6 April 2010)
Pada kembar, proses pemilihan pasangan yang dilakukannya mempunyai
keunikan tersendiri. Hal ini dapat dilihat dari berbagai penelitian yang
menyatakan bahwa proses pemilihan pasangan pada kembar identik cenderung
mempunyai kesamaan dalam proses pemilihan pasangan bila dibandingkan
dengan kembar fraternal atau saudara kandung biasa. Kesamaan yang dimiliki
pada proses pemilihan pasangan ini, dapat dilihat dari faktor-faktor seperti
kepribadian, usia, ketertarikan secara fisik, dan sikap (Lykken & Tellegen,
1998).
Individu menemui banyak permasalahan, saat akan menentukan pasangan
hidup. Secara umum, permasalahan yang terjadi dalam pemilihan pasangan,
juga berkaitan dengan proses pemilihan pasangan secara keseluruhan. Selain
itu, faktor-faktor dalam pemilihan pasangan juga turut memicu terjadi
Universitas Sumatera Utara
permasalahan dalam proses pemilihan pasangan. Faktor-faktor yang ada dalam
pemilihan pasangan, merupakan faktor yang umum dipertimbangkan oleh
setiap individu dalam memilih pasangan, tapi pada kenyataannya faktor-faktor
tersebut juga sering menjadi permasalahan dari setiap individu dalam
melakukan proses pemilihan pasangan. Hal ini menjadi suatu permasalahan,
karena proses pemilihan pasangan adalah hal yang harus dilakukan sebelum
individu tersebut akhirnya memutuskan untuk menikah (Degenova, 2008).
Permasalahan seperti ini juga yang membuat banyak individu yang
berhati-hati dalam memilih pasangan. Alasan ini menyebabkan banyak
individu yang terlebih dulu menetapkan kriteria pasangan hidup, sebelum
akhirnya memilih pasangan hidupnya kelak. Tujuan dibuatnya kriteria ini
adalah untuk mencari pasangan hidup yang sesuai dengan dirinya. Saat
individu tersebut telah menemukan pasangan yang sesuai dengan kriterianya,
maka akan mempermudah individu tersebut untuk melihat kecocokan di dalam
hubungannya (Degenova. 2008). Seperti apa yang dituturkan oleh T (23
tahun) mengenai kriteria pasangan hidup.
“..kalo kakak Din, yang paling kakak liat itu umunya dulu.. minimal itu
harus 6 tahun lebih tua daripada kakak. Karena emang kakak nyarinya
yang lebih tua kan, biar bisa ngemong kakak juga.. karena kan biasanya
kalo yang lebih dewasa umurnya daripada kita, pemikirannya juga udah
lebih matang lah.. nanti dari situ baru kakak liat lagi gimana orangnya,
keluarga kakak setuju atau gak.. kalo semua udah sesuai ya lanjut..”
T (Komunikasi Personal, 7 April 2010)
Seperti halnya yang dituturkan oleh T (23 tahun), salah satu pasangan
kembar, bahwa T (23 tahun) lebih melihat individu dari kepribadian yang
dimilikinya,
dibanding
dari
fisik
yang
dimiliki.
Degenova
(2008)
Universitas Sumatera Utara
mengatakkan bahwa kebanyakan wanita memang lebih melihat kualitas dari
pasangannya. Bagi para wanita, kekurangan yang terjadi dalam pernikahan
bukan dikarenakan pernikahannya, akan
tetapi lebih karena kualitas dari
pasangan hidupnya. Oleh sebab itu tidak heran, apabila banyak individu yang
akhirnya menentukan kriteria pasangan yang sesuai dengan kebutuhan dirinya
agar kualitas pernikahannya juga berjalan dengan lebih baik.
Ada banyak hal yang dapat membuat seorang individu tertarik dengan
individu lainnya. Salah satu hal yang dapat membuat tertarik adalah saat
berada di suatu tempat yang sama. Degenova (2008) menyatakan bahwa
wilayah geografi dapat mempengaruhi dua orang individu untuk saling tertarik
dan menjalin hubungan. Kedekatan di antara keduanya juga akan menentukan
hubungan yang telah terjalin, berlanjut ke tahap yang lebih serius atau tidak.
Sepakat dengan hal ini, N (23 tahun), mengaku bahwa awal ketertarikannya
dengan pasangannya sekarang ini disebabkan karena berada dalam lingkungan
kerja yang sama.
“..kakak pertama kali jumpa sama pacar kakak ini di tempat kerja Din..
kakak kan orang baru, abang itu udah lama lah.. trus ya gitu, lama-lama
biasa aja kan, trus deket. Ya..orangnya juga lumayan si kali menurut
kakak..trus ngobrol-ngobrol, kok cocok gitu sama kakak kan.. ya udah
habis itu deket, ya trus lanjut sampe sekarang..”
N (Komunikasi Personal, 6 April 2010)
Sejalan dengan yang telah dituturkan oleh N, bahwa awal ketertarikan N
dengan pasanganya disebabkan karena penampilan fisik yang dimiliki
pasangannya. Setelah N dan pasangannya sudah saling mengenal, kepribadian
yang dimiliki pasangan mulai membuat N tertarik. Hal ini seperti apa yang
Universitas Sumatera Utara
diungkapkan oleh Degenova (2008) bahwa ketertarikan seorang individu
dengan individu lainnya biasanya disebabkan karena penampilan fisik dan
kepribadian yang dimiliki oleh pasangannya.
Setelah keduanya merasa saling tertarik satu sama lain, dua individu ini
akan mulai mencari kecocokan di antara pribadinya masing-masing.
Kecocokan yang dialami oleh setiap pasangan akan memicu terciptanya
keluarga yang harmonis saat keduanya sudah menikah. Saat sudah merasa
cocok setiap pasangan akan mulai mengevaluasi karakter, tempramen, nilai,
kebiasaan dan sikap yang dimiliki oleh pasangannya untuk lebih mencari
kecocokan didalam hubungannya. Dalam hal ini, N (23 tahun) dan T (23
tahun) menuturkan pengalamannya dalam mencari kecocokan didalam
hubungan dengan pasangannya masing-masing.
“..cocok itu bagi kakak, kalo dia itu bisa buat kakak nyaman sama dia,
sama perlakuan dia.. trus keluarga kakak juga sreg ma dia kan, ya udah..
itu yang buat kakak berani ngelanjut sama dia..”
T (Komunikasi Personal, 7 April 2010)
“..gimana ya Din, kalo kakak sih.. lebih liat cocok itu kalo kakak itu
ngerasa nyaman sama dia, bisa jadi diri kakak sendiri lah, gak dibuat-buat..
kan ada kan yang kadang jaim-jaim gitu di depan pasangannya, nah kalo
kayak gitu malah kakak rasa gak cocok ya..”
N (Komunikasi Personal, 6 April 2010)
Degenova (2008) juga menyatakan bahwa memilih pasangan adalah
keputusan yang paling penting sebelum seorang individu memutuskan untuk
menikah. Dalam memilih pasangan ada berbagai macam faktor yang dapat
mempengaruhi pemilihan pasangan pada setiap individu. Diantaranya adalah
latar belakang keluarga dan karakteristik personal dari setiap individu. Latar
Universitas Sumatera Utara
belakang dari keluarga akan sangat mempengaruhi kehidupan individu.
Dengan melihat aspek positif dan aspek negatif dari latar belakang keluarga,
individu
dapat
bertanggung
jawab terhadap
pilihan
masing–masing.
Mengetahui sesuatu tentang keluarga dari calon pasangan hidup, akan
membantu individu tersebut untuk mengetahui sifat dari calon pasangan hidup
yang dipilih (Degenova, 2008). Seperti yang dikemukakan oleh N (23 tahun)
dan T (23 tahun), mengenai faktor latar belakang keluarga.
“ Keluarga itu faktor yang paling penting, karena kita kan gak cuma
berhubungan dengan dianya aja, tapi juga sama keluarganya. Apalagi kalo
dia juga care sama keluarga kita, itu udah jadi nilai tambah sendiri bagi
kakak. Dan Alhamdulillah, calon kakak ini kayak gitu sama keluarga
kakak dan keluarganya pun care sama kakak. Kakak juga suka tanya –
tanya dulu sama adek, mama ato keluarga lainnya, kalo emang kata
mereka, ‘boleh la kak’, lanjut.. tapi kalo misalnya ‘ihh kak, gak usah lah
gak cocok pun..’ ya kakak juga pertimbangan lagi kata – kata mereka..”
T (Komunikasi personal, 7 April 2010)
“ Keluarga iya hal yang penting juga, karena kakak juga gak enak lah kalo
misalnya keluarga pacar kakak cuek sama kakak, ato keluarga kakak cuek
ma pacar kakak. Kalo kayak gitu kan brarti ada apa-apa, jadi ya kalo
pacaran, kakak juga suka liat dulu ni keluarganya gimana.. Yah, secara gak
langsung, status ekonomi dari pasangan kakak juga kakak perhatikan..
N (Komunikasi personal, 6 April 2010)
Degenova (2008) menyatakan bahwa selain dari latar belakang keluarga
seorang individu, ada hal lain yang juga harus diperhatikan, yaitu masalah
status sosioekonomi. Dengan mempertimbangkan faktor latar belakang
sosiekonomi yang ada pada calon pasangan, hal ini memungkinkan terjadinya
kepuasan pernikahan yang lebih baik ke depannya. Degenova (2008) juga
menyatakan adanya faktor lain yang dapat mempengaruhi pemilihan pasangan
Universitas Sumatera Utara
yaitu faktor agama. Seperti yang dikemukakan oleh T (23 tahun) mengenai
faktor agama.
“Kalo masalah agama, emang udah pasti harus seiman. Kalo pun dia
cakep, baik, tapi kalo gak seiman, ya sama aja. Orang tua kakak juga udah
pasti gak setuju.. “
T (Komunikasi personal, 7 April 2010)
Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi pemilihan pasangan yang
dilakukan oleh seorang individu adalah faktor ras atau suku (Degenova, 2008).
Permasalahan mengenai pemilihan pasangan berdasarkan faktor suku atau ras
masih tetap ada dalam masyarakat. Banyak penghalang yang terjadi ketika
seorang individu memiliki hubungan dengan individu yang mempunyai
perbedaan suku atau ras (Degenova, 2008). Hal ini seperti yang dituturkan
oleh N (23 tahun), mengenai faktor suku atau ras.
” Gak tau juga si, sebenarnya kakak juga gak terlalu peduli kali sama suku
dari pacar kakak, Emang si kakak orang aceh, dan kebetulan pacar kakak
juga orang aceh. Trus, si T pacarnya orang aceh juga.. Orang tua kami juga
sebenarnya gak ada maksain harus punya pacar orang aceh si.. eh, tapi
pernah juga si, kakak punya pacar yang bukan aceh, mama kakak agak
gimana gitu.. jadi ya kakak juga terakhir agak gak nyaman ma dia..”
N (Komunikasi personal, 6 April 2010)
Degenova (2008)
menyatakan bahwa selain dari faktor-faktor seperti
status sosioekonomi, ras dan agama, ada hal lain yang harus diperhatikan, dan
itu adalah masalah pendidikan. Ada kecenderungan dari seorang individu
untuk memilih pasangan yang memiliki latar belakang pendidikan yang sama
(Shehan, Berardo, Bera & Carley dalam Degenova, 2008). Dalam hal ini, N
sepakat bila masalah pendidikan menjadi hal yang penting dalam pemilihan
Universitas Sumatera Utara
pasangan, tapi T
tidak sepakat dengan N. Menurut T, pendidikan tidak
merupakan hal yang paling utama dalam memilih pasangan, seperti yang
dikemukakan oleh T dan N.
“Pendidikan itu penting bagi kakak. Soalna, emm, gimana ya, kayakna
kalo misalnya kita dapat pasangan yang dibawah kita, agak kurang aja
bagi kakak. Ya, kalo bisa minimal setara lah sama kakak.. Tapi kakak juga
kurang suka si, kalo yang pendidikannya kayak militer-militer gitu, kakak
lebih suka yang biasa-biasa aja..”
N (Komunikasi personal, 6 April 2010)
“ Pendidikan emang penting juga si, tapi itu gak jadi fokus utama kakak
dalam memilih pasangan. Bagi kakak, yang kakak perhatikan pertama itu
usia dari calon pasangan kakak. Kebetulan kakak nyari calon yang usianya
itu minimal beda 6 tahun sama kakak. Jadi biar lebih bisa ngemong kakak
nantinya.. “
T (Komunikasi Personal, 7 April 2010)
Karakteristik lain yang juga mempengaruhi proses pemilihan pasangan,
selain faktor latar belakang keluarga adalah karakteristik personal (Degenova,
2008). Karakteristik personal juga mempunyai kontribusi dalam faktor
kecocokan pemilihan pasangan. Salah satunya seperti yang dikemukakan oeh
T (23 tahun), yaitu faktor usia. Selain usia, ada faktor lain yang akan
mempengaruhi seseorang dalam memilih pasangan, yaitu kesamaan sikap dan
nilai. Kesamaan sikap dan nilai dikatakan dalam Degenova (2008), merupakan
hal yang penting. Memiliki kesamaan sikap dan nilai, dapat membuat seorang
individu untuk saling berbagi kesamaan, sehingga mereka merasa nyaman satu
sama lain. Dalam hal ini, N sependapat dengan apa yang dinyatakan dalam
Degenova (2008), tapi tidak dengan apa yang dirasakan oleh T, kembarannya.
“ Kakak lebih suka cari pasangan yang punya banyak kesamaan sama
kakak, lebih enak aja, jadi kan bisa bareng – bareng trus. Kebetulan sama
Universitas Sumatera Utara
pacar kakak sekarang juga punya banyak kesamaan. Sama – sama suka
traveling, hobi makan, ya klop la.. “
N (Komunikasi Personal, 6 April 2010)
“ Emang enak si, kalo bisa punya banyak kesamaan dengan calon
pasangan kita. Tapi kakak sama pasangan kakak, malah lebih banyak
bedanya dari pada samanya. Haha.. Kalo pasangan kakak lebih agak keras,
kalo kakak ya santai aja. Masih banyak juga si bedanya sama pasangan
kakak, tapi kakak nyaman–nyaman aja si sampe skarang, gak terlalu
mengganggu.. “
T (Komunikasi Personal, 7 April 2010)
Berdasarkan penuturan yang disampaikan di atas, mengungkapkan bahwa
secara umum, kembar mempunyai beberapa persamaan dan perbedaan dalam
melakukan pemilihan pasangan. Proses pemilihan pasangan yang dilakukan
setiap pasangan kembar cenderung mempunyai keunikan dibanding dengan
individu biasa. Keunikannya dapat terlihat dari kesamaan dalam setiap proses
pemilihan pasangan yang dilakukan dengan kembarannya. Ini disebabkan oleh
faktor lingkungan dimana anak-anak kembar tumbuh bersama dan adanya
lingkungan kembar yang unik. Hal inilah yang kemudian membuat peneliti
ingin mengetahui lebih dalam mengenai bagaimana gambaran proses
pemilihan pasangan pada dewasa awal yang kembar, yang secara umum
memiliki kedekatan secara emosional atau disebut juga dengan kontak batin.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diajukan perumusan masalah
sebagai berikut ”Bagaimana proses pemilihan pasangan pada dewasa awal
yang kembar?”
Universitas Sumatera Utara
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui faktor-faktor pemilihan pasangan yang mempengaruhi proses
pemilihan pasangan pada dewasa awal yang kembar
2. Mengetahui gambaran proses pemilihan pasangan yang dilakukan oleh
dewasa awal yang kembar
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah konsep atau
teori yang bisa menopang perkembangan ilmu pengetahuan di bidang
psikologi, khususnya yang berkaitan dengan pemilihan pasangan pada
dewasa awal yang kembar.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi pada masyarakat dan orang tua yang mempunyai
anak kembar, bahwa anak kembar tetap dua individu yang berbeda,
sehingga dapat mengurangi stereotype tentang anak kembar.
b. Memberikan informasi pada pasangan kembar yang belum menikah,
tentang gambaran proses pemilihan pasangan yang terjadi pada anak
kembar, yang tanpa disadari mempunyai perbedaan dan persamaan dalam
setiap prosesnya.
c. Memberikan informasi pada masyarakat yang belum menikah, mengenai
gambaran proses pemilihan pasangan, dan faktor–faktor yang dapat
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi pemilihan pasangan, sehingga dapat menjadi pertimbangan
untuk proses pemilihan pasangan yang akan dilakukan.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan proposal penelitian ini adalah:
Bab I
:
Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan.
Bab II
:
Landasan teori
Bab ini menguraikan tentang tinjauan teoritis dan teori-teori yang
menjelaskan dan mendukung data penelitian. Diantaranya adalah
teori mengenai pemilihan pasangan, dewasa awal dan teori
mengenai kembar (twins).
Bab III
:
Metode penelitian
Bab ini berisi penjelasan mengenai alasan dipergunakannya
pendekatan kualitatif, responden penelitian, metode pengambilan
data, alat bantu pengumpulan data, kredibilitas penelitian, serta
prosedur penelitian.
BAB IV
:
Analisa Data dan Interpretasi
Bab ini menguraikan mengenai data dan pembahasan hasil
analisa data penelitian dengan teori yang relevan untuk
menjawab
pertanyaan
penelitian
yang
telah
ditentukan
Universitas Sumatera Utara
sebelumnya.
BAB V
:
Kesimpulan, diskusi dan saran
Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan dari apa yang
diperoleh di lapangan, diskusi yang merupakan pembahasan, dan
pembanding hasil penelitian dengan teori-teori atau hasil
penelitian sebelumnya serta saran-saran untuk penyempurnaan
penelitian berikutnya
Universitas Sumatera Utara
Download