HASIL PENELITIAN ii PENERAPAN PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP ASET TETAP BERWUJUD PADA PT MNC SKY VISION LUBUKLINGGAU (PSAK NO.16 TAHUN 2015 KE KONVERGENSI IFRS) Indrawati Mara Kesuma, Dosen STIE-MURA Prodi Akutansi Lena Yuni Palisa, Mahasiswa STIE-MURA Prodi Akutansi ABSTRACT In this study discusses the Application of Accounting Treatment Tangible Fixed Assets at PT MNC Sky Vision Lubuklinggau (IAS 16 All IFRS Convergence 2015). The problems of this study how the accounting treatment of fixed assets at PT MNC Sky Vision KPP Lubuklinggau ?. The purpose of this study was to determine the accounting treatment of fixed assets at PT MNC Sky Vision KPP Lubuklinggau . In this study, researchers used primary data. Data Collection Techniques researchers used a method of documentation and literature. Technical studies using qualitative and quantitative analysis, qualitative analysis is done based on the facts that occurred in a study with the object of research undertaken is PT.MCV Sky Vision Lubuklinggau. While quantitative analysis using analytical methods, measurement of fixed assets, fixed assets Assessment, Recording of fixed assets and fixed assets Presentation. PT MNC Sky Vision Lubuklinggau classify fixed assets based on the economic life of each asset. Management of the company has classified any assets that exist in several functions. Keywords: Accounting Treatment, Tangible Fixed Assets ABSTRAK Dalam penelitian ini membahas Penerapan Perlakuan Akuntansi Terhadap Aset Tetap Berwujud Pada PT MNC Sky Vision Lubuklinggau (PSAK No.16 Tahun 2015 Ke Konvergensi IFRS). Rumusan masalah dalam penelitian ini bagaimana perlakuan akuntansi asset tetap pada PT MNC Sky Vision KPP Lubuklinggau?. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perlakuan akuntansi asset tetap pada PT MNC Sky Vision KPP Lubuklinggau. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data primer. Teknik Pengumpulan Data peneliti menggunakan metode dokumentasi dan studi pustaka. Penelitian menggunakan teknis analisis kualitatif dan kuantitatif, analisis kualitatif yang dilakukan berdasarkan fakta-fakta yang terjadi dalam tempat penelitian dengan objek penelitian yang diambil adalah PT.MCV Sky Vision Lubuklinggau. Sedangkan analisis kuantitatif dengan menggunakan metode analisis, Pengukuran aset tetap, Penilaian aset tetap , Pencatatan aset tetap dan Penyajian aset tetap. PT MNC Sky Vision Lubuklinggau mengklasifikasikan aset tetap berdasarkan umur ekonomis masing-masing aset. Manajemen perusahaan telah menggolongkan setiap aset yang ada dalam beberapa fungsi. Kata Kunci : Perlakuan Akuntansi, Aset Tetap Berwujud ii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................ i DAFTAR ISI .................................................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................................... iii DAFTAR TABEL ........................................................................................... v DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 1.1. Latar Belakang Masalah................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2 1.2.1 Identifikasi Masalah ............................................................... 2 1.2.2 Batasan Masalah .................................................................... 2 1.2.3 Rumusan Masalah .................................................................. 2 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 2 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 2 BAB II KAJIAN PUSTAKA .......................................................................... 3 2.1 Teori-Teori Yang Mendukung .......................................................... 3 2.1.1 Perlakuan Akuntansi Aset Tetap .............................................. 3 2.1.2 Aset tetap .................................................................................. 3 2.1.3 Pengukuran Aset Tetap ............................................................ 6 2.1.4 Penilaian Aset Tetap ................................................................ 7 2.1.5 Penurunan Nilai Aset tetap ...................................................... 7 2.1.6 Pencatatan Saat Penyusutan Aset Tetap ................................... 7 2.1.7 Pencatatan Saat PenyusunanAset Tetap .................................. 8 2.1.8 Penyajian Aset Tetap ............................................................... 9 2.2 Hasil Penelitian Relevan .................................................................. 9 2.3 Kerangka Pemikiran ........................................................................... 10 BAB III METODOLOGI PENELITIAN........................................................ 12 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .............................. 12 3.2 Waktu Dan Tempat Penelitian ..................................................... 12 3.3 Sumber Data .................................................................................. 12 3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 12 3.5 Teknik Analisis Data .................................................................... 13 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 14 4.1 Hasil Penelitian ............................................................................. 14 4.1.1 Gambaran Umum PT.MNC Sky Vision .............................. 14 4.1.2 Struktur Organisasi .............................................................. 14 4.2 Hasil Analisis Data ........................................................................ 16 4.2.1 Analisis Pengukuran Aset Tetap.......................................... 16 4.2.2 Penilaian Aset Tetap............................................................ 17 4.2.3 Analisis Pencatatan Pengakuan Pengeluaran Atas Aset Tetap18 4.2.3.1 Analisis penyusutan Aset Tetap....................................... 18 4.2.3.2 Analisis Pelepasan/Penghentian Aset Tetap ..................... 19 4.2.4 Analisis penyajian Aset Tetap Pada Laporan Keuangan..... 20 4.3 Pembahasan .................................................................................. 21 iii BAB V. Simpulan dan Saran .......................................................................... 5.1 Simpulan ....................................................................................... 5.2 Saran .............................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 23 23 23 24 iv DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Variabel, Definisi, dan Indikator ..................................................... Tabel 4.1 Investasi Baru Aktiva Tetap Berwujud ............................................ Tabel 4.2 Daftar Aktiva Tetap PT MNC Sky Vision Lubuklinggau ............... Tabel 4.3 Jurnal Pembelian Mesin Fotocopy ................................................... 12 16 16 17 v DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 45 Gambar 1. Struktur Organisasi PT.MNC Sky Vision Lubuklinggau .............. 48 vi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tiap-tiap Negara tentu saja mempunyai standar akuntansi yang berbeda dengan Negara lain. Hal ini disebabkan oleh berbagai factor antara lain kondisi ekonomi, paham ekonomi yang dianut, serta perbedaan kondisi politik dan sosial di tiap-tiap Negara, dengan keadaan seperti itu, tentu saja laporan keuangan akuntansi pada perusahaan dimasing-masing Negara juga berbeda. Komponen operasional yang sangat penting dalam mendukung kelangsungan operasi perusahaan salah satunya yaitu aktiva tetap berwujud seperti tanah, bangunan, mesin dan kendaraan sehingga memerlukan perlakuan yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku. Aktiva tetap berwujud pada dasarnya bisa memberikan gambaran kapitalisasi yang wajar, oleh karena itu dibutuhkan adanya perlakuan akuntansi yang memadai mulai dari saat perolehan sampai dengan saat pengalokasian biaya selama umur aktiva tetap berwujud tersebut. Perlakuan aktiva tetap berwujud ini bertujuan untuk memberikan kelayakan penyajian aktiva tetap berwujud sebagai salah satu bagian dari harta kekayaan perusahaan secara keseluruhan. Informasi keuangan disajikan dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan utama yang dihasilkan dari proses akuntansi adalah neraca dan laporan rugi laba. Salah satu pos dalam neraca adalah aktiva tetap. Dalam neraca, aktiva tetap yang dibahas merupakan aktiva tetap berwujud yang dipergunakan oleh perusahaan untuk kegiatan usahanya yang mana aktiva tersebut bukan untuk diperjualbelikan. Dengan melakukan analisa terhadap pos-pos neraca dapat diketahui gambaran tentang posisi keuangan perusahaan, sedangkan analisa terhadap laporan laba rugi dapat diketahui hasil usaha perusahaan dalam periode tertentu. Proses pencatatan serat penyajian aset tetap juga harus sesuai denagan standar akuntansi keuangan yang berlaku sekarang. Pada penelitian ini, standar akuntansi keuangan yang dipakai adalah PSAK 16 tahun 2015 dan sudah mengadopsi hampir seluruh pernyataan dalam IFRS sebagai pedoman akuntansi internasional. Jadi apabila pencatatan dan penyajian aset tetap diterapkan menurut PSAK No. 16 tahun 2015, berarti ketika telah menerapkan IFRS dalam pencatatan serta penyajian aset tetap pada perusahaan tersebut. PT. MNC Sky Vision merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa Pay TV yaitu perusahaan yang terlibat dalam operasi TV berlangganan dengan system prabayar. Perusahaan ini memiliki beberapa jenis aset untuk menunjang kegiatan operasionalnya. Dalam hal penetapan harga perolehan aset tetap, perusahaan mencatat perolehan aset tetap sebesar harga belinya saja, tanpa melihat biaya-biaya lainnya yang dikeluarkan sehubungan dengan perolehan aset tersebut, sehingga pelaporan aset tetap yang dilakukan oleh perusahaan belum memenuhi standar yang berlaku yaitu aset tetap dinyatakan atas dasar harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan. Permasalahan berikut dalam perusahaan yaitu dalam hal pengeluaran biaya atas perolehan aset tetap. Perusahaan belum memisahkan antara pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan, sehingga pencatatan terhadap aset tetap yang dilakukan perusahaan, yang mana PT. MNC Sky Vision masih mengacu pada PSAK No.16 tahun 2015 1 jika dibandingkan tidak sesuai dengan ED PSAK No.16 tahun 2015 yang telah konvergensi IFRS yang sudah melakukan perubahan. Untuk mencapai tujuan perusahaan dibutuhkan kebijakan terhadap aset tetap yang meliputi penetapan harga perolehan, pengelompokkan biaya, metode penyusutan, pelepasan aset tetap serta penyajian neraca. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk memilih judul “PENERAPAN PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP ASET TETAP BERWUJUD PADA PT MNC SKY VISION LUBUKLINGGAU (PSAK NO.16 TAHUN 2015 KE KONVERGENSI IFRS).” 1.2 Perumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka diidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah : pencatatan terhadap aset tetap yang dilakukan oleh PT. MNC Sky Vision masih mengacu pada PSAK No.16 tahun 2015 jika dibandingkan tidak sesuai dengan ED PSAK No.16 yang telah konvergensi IFRS yang sudah melakukan perubahan. Untuk mencapai tujuan perusahaan dibutuhkan kebijakan terhadap aset tetap yang meliputi penetapan harga perolehan, pengelompokkan biaya, metode penyusutan, pelepasan aset tetap serta penyajian neraca. 1.2.2 Batasan Masalah Agar permasalahan yang dikemukakan lebih jelas dan terarah, maka peneliti memberikan batasan masalah hanya tentang perlakuan akuntansi pada aset tetap pada PT. MNC Sky Vision Lubuklinggau. 1.2.3 Rumusan Masalah Dalam suatu penelitian terlebih dahulu harus menentukan permasalahan. Berdasarkan latar belakang, maka peneliti akan merumuskan masalah yaitu bagaimana perlakuan akuntansi asset tetap pada PT MNC Sky Vision KPP Lubuklinggau? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perlakuan akuntansi asset tetap pada PT MNC Sky Vision KPP Lubuklinggau. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.4.1 Aspek Teoritis a. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang apa yang diteliti, melalui penelitian ini peneliti dapat memahami lebih jauh mengenai penerapan system akuntansi terhadap aset tetap PT. MNC SKY VISION. b. Sebagai bahan informasi, referensi masukan dan perbandingan bagi peneliti atau pihak lain yang akan melakukan penelitian dimasa yang akan datang. 1.4.2 Aspek Praktis Penelitian ini berguna untuk mengetahui dan memperbaiki penerapan system akuntansi terhadap aset tetap PT. MNC SKY VISION. 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori-teori yang mendukung 2.1.1 Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Menurut Nichos (2014:10) Secara umum, Perlakuan Akuntansi atas Aset Tetap dibagi kedalam beberapa fase, yaitu fase perolehan asset tetap, fase penggunaan asset tetap, dan fase penarikan asset tetap. a. Perolehan Aktiva Tetap Fase perolehan aktiva tetap adalah fase dimana aset tetap diperoleh hingga aset tetap tersebut dapat digunakan atau berfungsi. Permasalahan yang timbul pada fase ini meliputi, Perolehan Aktiva Tetap (Acquisition) dan Pemasangan Aktiva Tetap (Installation). Juga meliputi: Penilaian (pengukuran), Pengakuan (pencatatan) dan Pelaporan (disclosure) atas perolehan aset tetap. b. Penggunaan Aset Tetap Fase dimana saat aset tetap sudah dan sedang dioperasikan, biasanya permasalahan yang timbul pada fase ini antara lain: Pengeluaran (Expenditure), Penyusutan & Amortisasi, dan Penilaian Kembali (Revaluation) c. Penarikan Aktiva Tetap | Retirement of Plant Assets Pada penarikan aktiva tetap ini, pembahasan bisa dibagi menjadi : a) Penjualan Aset Tetap b) Penukaran Aset Tetap c) Laba-Rugi Penarikan Aset Tetap Beserta : Penilaian (pengukuran), Pengakuan (pencatatan) dan Pelaporan (disclosure) atas penarikan aset tetap. 2.1.1 Aset Tetap Menurut Dwi (2012: 271) aset tetap adalah aset berwujud yang: a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; b. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Berdasarkan definisi di atas terdapat beberapa hal penting terkait aset tetap, yaitu: a. Aset tetap adalah aset berwujud, yaitu mempunyai bentuk fisik (seperti tanah, bangunan), berbeda dengan paten dan merek dagang yang tidak mempunyai bentuk fisik (merupakan aset takberwujud). b. Aset tetap mempunyai tujuan penggunaan khusus, yaitu digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau tujuan administratif. Aset seperti tanah yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk dijual, bukan merupakan aset tetap. c. Aset tetap termasuk ke dalam aset tidak lancar, karena diharapkan akan digunakan untuk lebih dari satu periode akuntansi. Contoh aset tetap adalah tanah, bangunan, peralatan, dan kendaraan yang digunakan entitas dalam kegiatan operasionalnya dan bukan ditujukan untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan. 3 Selanjutnya menurut Marisi P. Purba, (2013:02) Aset Tetap adalah aset yang digunakan perusahaan sebagai entitas bisnis untuk menciptakan pendapatan. Aset tetap berasal dari aktivitas investasi perusahaan. Perolehan aset tetap dilakukan melalui pembelian, penciptaan sendiri, pertukaran maupun penyerahan oleh pemegang saham sebagai penyetoran modal. Aset tetap dapat dapat terdiri dari dari hak atas tanah, bangunan, mesin, peralatan dan lain-lain. Aset tetap merupakan aset yang memiliki wujud fisik dan memberikan manfaat ekonomis kepada entitas bisnis selama lebih dari satu periode akuntansi pada masa yang akan datang. Aset tetap dapat diperoleh dengan cara pembelian, pembangunan kembali atau pertukaran denganaset tetap atau jenis aset lainnya yang dimiliki oleh perusahaan lain. Aset tetap didefenisikan sebagai aset yang memberikan manfaat ekonomi pada masa yang akan datang yang sifatnya non moneter dan jangka panjang. Sifat non moneter dan jangka panjang mengakibatkan nilai aset tersebut bersifat tetap, sehingga disebut “aset tetap”. Namun apanya yang tetap masih dapat diperdebatkan. Istilah aset tetap lazim digunakan di Indonesia, walaupun sebetulnya istilah tersebut sangat rancu, sebab nilai aset tetap belum tentu bersifat tetap. Nilai aset tetap dapat berubah-ubah sebagai akibat inflasi dan adanya perubahan manfaat ekonomi. Dalam Bahasa inggris, istilah aset tetap atau fixed aset tidak lazim digunakan. Aset tetap biasa disebut dengan istilah property, plant and equipment atau tangible noncurrent operating asets. Prinsip yang paling mendasar yang digunakan dalam mencatat aset tetap adalah prinsip matching. Prinsip ini mengharuskan pembebanan aset tetapn dilakukan secara alokasi selama masa manfaat aset tetap tersebut, atau tidak dibebankans sekaligus. Prinsip ini mendasari pembebanan aset tetap secara sistematis melalui penyusutan. PSAK 16 menjadi acuan dalam mencatat aset tetap. Secara garis besar, jenis-jenis biaya yang dikapitalisasi sebagai komponen aset tetap dikelompokan dalam 2 bagian yaitu : a. Biaya Perolehan awal Harga perolehan suatu aset tetap diakui hanya apabila manfaat ekonomi aset tersebut akan diperoleh pada masa-masa yang akan datang baik secara langsung maupun tidak langsung dan manfaat ekonomi tersebut dapat diukur dengan andal. Aset tetap yang memberikan manfaat langsung dapat berupa mesin-mesin produksi, bangunan dan kendaraan, sedangkan aset tetap yang tidak memberikan manfaat langsung dapat berupa infrastruktur penanganan polusi dan lain-lain. a. Biaya setelah perolehan awal Adalah biaya-biaya yang dikeluarkan setelah suatu aset tetap diguanakan. Biaya-biaya ini wajib dikapitalisasi atau diakui sebagai bagaian harga perolehan aset tetap apabila biaya-biaya tersebut memenuhi kriteria untuk dikapitalisasi, yaitu memberikan manfaat ekonomi pada masa yang akan datang baik secara langsung maupun tidak langsung dan manfaat ekonomi tersebut dapat diukur dengan andal. Menurut Dwi Martani (2014:270) aset tetap adalah aset berwujud yang : a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang dan jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tinjauan administrative. b. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. 4 Berdasarkan defenisi diatas terdapat beberapa hal penting terkait aset tetap yaitu : a. Aset tetap adalah aset berwujud, yaitu mempunyai bentuk fisik (seperti tanah, bangunan) beberapa dengan paten atau merek dagang yang tidak mempunyai bentuk fisik (merupakan aset tak berwujud) b. Aset tetap mempunyai tujuan penggunaan khusus, yaitu digunakan dalam produksi atau penyediaan barang dan jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administrative. Aset seperti tanah yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk dijual, bukan merupakan aset tetap. c. Aset tetap termasuk ke dalam aset tidak lancer, karena diharapkan akan digunakan untuk lebih dari satu periode akuntansi. Menurut James M Revee (2013: 02) Aset tetap adalah aset yang bersiat jangka panjang atau secara relative memiliki sifat permanen serta dapat digunakan dalam jangka panjang. Aset ini merupakan aset berwujud karena memiliki bentuk fisik. Aset ini dimiliki dan digunakan oleh perusahaan dan tidak dijual sebagai bagian dari kegiatan operasi normal. Nama lain yang bias digunakand alam Bahasa inggris untuk aset tetap adalah plan aset; property, plant, and equipment (PPT). aset tetap suatu perusahaan dapat menjadi bagian signifikan dari jumlah total asetnya. Tampilan 1 menunjukan persenatase aset tetap terhadap jumlah aset untuk bebrapa perusahaan, yang dibagi berdasarkan perusaan jasa, manufaktur, dan dagang. Seperti yang dapat kita lihat, aset tetap kebanyakan memiliki proporsi yang signifikan terhadap jumlah aset. Menurut Betri Sirajudin, (2013:197) Aset tetap adalah aset berwujud yang: a. Dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau menyediakan barang atau jasa, untuk disewakan, atau untuk keperluan administrasi b. Diharapkan dapat digunakan lebih dari satu periode, penyusutan adalah alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva sepanjang masa manfaat. Jumlah yang dapat disusutkan adalah biaya perolehan suatu aktiva atau jumlah lain yang disubtitusikan untuk biaya perolehan dalam laporan keuangan, dikurangi nilai sisanya. Menurut V Wiratama Sujarweni (2015:143) aktiva tetap atau aset tetap adalah sumber kekayaan yang berwujud dan digunakan perusahaan untuk melaksanakan kegiatan usahanya. Misalnya mesin, gedung, kendaraan. Aktiva tetap diklasifikasinya menjadi empat kelompok, yaitu : a. Tanah : seperti tanah yang digunakan sebagai tempat berdirinya gedung perusahaan. b. Perbaikan tanah; seperti jalan-jalan di seputar lokasi perusahaan, tempat parker, pagar, dan saluran air bawah tanah. c. Geudng: seperti gedung yang digunakan untuk kantor, took, pabrik dan gudang d. Peralatan: seperti peralatan kantor, mesin pabrik, perlatan pabrik, kendaran dan mebel. Menurut Elvy Maria Manurung (2011:91) Aktiva tetap adalah semua jenis aktiva yang dibeli atau diperoleh perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan operasi/bisnisnya dalam waktu yang panjang, seerti membayar biaya dimuka (prepaid expense) untuk waktu yang panjang. Aktiva tetap yang memiliki manfaat cukup panjang, dan memiliki wujud secara fisik, contohnya tanah (land), 5 Bangunan (buildings), peralatan (equipment), mesin (machine), kendaraan (vehicle). Selain tanah semua aktiva tetap harus disusutkan sesuai harga perolehan, masa penggunaan aktiva tersebut, dan estimasi umur ekonomisnya. Ada beberapa pertimbangan khusus yang perlu diperhatikan adalah : a. Jika Aktiva tetap seperti bangunan sudah atau sedang diperbaiki sebelum dibeli, maka biaya perbaikanakan menambah harga perolhan aktiva tetap tersebut. b. Jika aktiva dibangun atau dikembangkan sesudah dibeli, misalnya tanah yang dibeli akan dijadikan pacuan kuda, atau dibangun menjadi wahana tertentu, maka biaya pengembangannya harus dipisah dalam akun yang sesuai, misalnya pengembangan atas tanah (land improvement) c. Kepentingan-kepentingan lain atas properti seperti asuransi, pajak, dan biaya pemeliharaannya, diperlukan sebagai biaya/beban (expanse) sepanjang periode kedepan (selama aktiva digunakan). Menurut Hans Kartikahadi, Rosita Uli Sinaga, Merliyana Syamsul, dan Sylvia Veronica Siregar (2012:316) aset teap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administrative, dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Aset tetap memiliki sifat dan karakteristik sebagai berikut : a. Aset tetap adalah aset berwujud yang secara fisik dapat dilihat dan disentuh b. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang dan jasa dan tidak untuk dijual kembali. Hanya aset berwujud yang digunakan dalam kegiatan operasional seharihari yang dapat dikategorikan sebagai aset tetap, sedangkan aset berwujud yang akan dijual biasanya dikategorikan sebagai persediaan. Sebagai contoh, gedung yang akan digunakan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan sehari-hari, dikategorikan sebagai aset tetap, namun gedung yang disewakan kepada pihak ketiga dikategorikan sebagai investasi properti sesuai pengaturan PSAK 13, sedanhkan gedung yang dibangun untuk dijual kembali oleh entitas pengembang dikategorikan sebagai persediaan, sesuai pengaturan dalam PSAK 44 c. Digunkan untuk waktu yang panjang, lebih dari satu periode akuntansi. Aset tetap memberikan manfaat untuk masa lebih dari satu periode, dengan demikian investasi atau biaya untuk perolehan aset tetap harus di alokasikan pada periode-periode dimana manfaat dari aset tetap tersebut dapat diperoleh dan hal ini dilakukan melalui beban penyusutan secara periodik. 2.1.4 Pengukuran Aset Tetap Menurut Dwi Martini, Sylvia Veronica NPS, Ratna Wardhani, Aria Faramitha, Adward Tanujaya (2014:272), Pengukuran awal adalah suatu asset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai asset pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan asset tetap meliputi berikut : a) Harga perolehannya. Termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-potongan lain. 6 b) Biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa asset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar asset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen. c) Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan asset tetap dan restorasi lokasi asset. Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah: a. Biaya imbalan kerja (seperti yang telah didefinisikan dalam PSAK 24 imbalan kerja) yang timbul secara langsung dari pembangunan atau akuisi aset tetap. b. Biaya penyiapan lahan untuk pabrik. c. Biaya penanganan (handling) dan penyerahan awal. d. Biaya perakitan dan instalasi. e. Biaya pengujian aset apakah aset berfungsi dengan baik, setelah dikurangi hasil neto penjualan produk yang dihasilkan sehubungan dengan pengujian tersebut (misalnya contoh yang diproduksi dari peralatan yang sedang diuji. f. Komisi profesional. 2.1.5 Penilaian Aset Tetap Menurut Dwi Martini, Sylvia Veronica NPS, Ratna Wardhani, Aria Faramitha, Adward Tanujaya (2014:279), penilaian asset tetap setelah pengukuran awal entitas harus memilih model biaya (cost model) atau model revaluasi (revaluation model) sebagai kebijakan akuntansinya. Selanjutnya menurut Rudianto (2012:258) mengelompokkan aktiva tetap ke dalam tiga tingkatan: a. Aktiva yang harganya selalu tersedia setiap saat dan mudah diketahui, seperti harga surat berharga di bursa efek. b. Aktiva yang harganya tidak selalu tersedia setiap saat dan tidak langsung diketahui dengan mudah, seperti harga properti dan berbagai mesin yang dimiliki oleh perusahaan. c. Aktiva yang harga pasarnya tidak tersedia dan tidak mudah diketahui. Aktiva semacam ini dimiliki oleh perusahaan karena pesanan khusus akibat keunikan usaha perusahaan tersebut atau karena hibah yang diberikan pihak lain. Perusahaan dapat memilih salah satu model penilaian aktiva tetap tersebut sebagai kebijakan akuntansi dan menerapkan kebijakan tersebut pada seluruh aktiva tetap dalam kelompok yang sama. 2.1.6 Penurunan Nilai Aset tetap Entitas harus melakukan review setiap akhir periode untuk menentukan apakah terjadi penurunan nilai atas aset tetapnya. Dalam menentukan apakah suatu aset tetap mengalami penurunan nilai, entitas mengacu ke PSAK 48 (revisi 2009) penurunan nilai aset. Menurut PSAK 48, suatu aset disebut mengalami penurunan nilai jika nilai tercatatnya lebih besar dibandingkan nilai terpulihkan (recoverable amount). Menurut Dwi Martani (2012:288) dalam mempertimbangkan ada tidaknya indikasi penurunan nilai aset tetap, maka entitas harus mempertimbangkan dari sumber eksternal dan sumber internal. Informasi dari sumber-sumber eksternal adalah sebagai berikut: 7 a. Selama periode tersebut, nilai pasar aset telah turun secara seignifikan lebih dari yang diharapkan sebagai akibat dari berjalannya waktu atau pemakaian normal. b. Perubahan signifikan dalam teknologi, pasar, ekonomi atau lingkup hukum tempat entitas beroperasi atau di pasar tempat aset dikaryakan, yang berdampak merugikan terhadap entitas, telah terjadi selama periode tersebut atau akan terjadi dalam waktu dekat. c. Suku bunga pasar atau tingkat imbalan pasar dari investasi telah meningkat selama periode tersebut, dan kenaikan tersebut mungkin akan mempengaruhi tingkat diskonto yang digunakan dalam menghitung nilai pakai aset dan menurunkan nilai terpulihkan aset secara material. d. Jumlah tercatat aset neto entitas melebihi kapasitas pasarnya. Sedangkan informasi dari sumber-seumber internal dapat berupa sebagai berikut: a. Terdapat bukti mengenai keusangan atau kerusakan fisik aset. b. Telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan signifikan yang berdampak merugikan sehubungan dengan seberapa jauh, atau cara suatu aset digunakan atau diharapkan akan digunakan. c. Terdapat bukti dari pelaporan internal yang mengindikasi bahwa kinerja ekonomi aset lebih buruk, atau bahkan akan lebih buruk dari yang diharapkan. 2.1.7 Pencatatan Saat Penyusutan Asset Tetap Menurut James M. Reeve.dkk, (2013:8) suatu perusahaan tidak perlu menggunakan satu metode untuk menghitung suatu penyusutan untuk seluruh aset yang dapat disusutkan. Metode yang digunakan dalam akun-akun dan laporan keuangan juga dapat berbeda dari metode yang digunakan untuk menentukan pajak penghasilan dan pajak atas tanah dan bangunan. Tiga metode yang paling sering digunakan adalah : a. Metode Garis Lurus Menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama untuk setiap tahun selama masa kegunaan asset. Penyusutan tahunan = Biaya Penyusutan Aset – Estimasi Nilai Residu Estimasi Masa kegunaan (tahun) b. Metode Unit Produksi Menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama untuk setiap unit yang diproduksi atau setiap unit kapasitas yang digunakan oleh asset. Penyusutan per jam = Biaya Penyusutan Aset – Estimasi Nilai Residu Estimasi Masa kegunaan (jam) c. Metode Saldo Menurun Ganda Menghasilkan beban periodik yang semakin menurun selama estimasi masa kegunaan aset. Dalam penerapannya, tingkat saldo menurun ganda ditentukan dengan menggandakan tingkat garis lurus. Sebagai ilustrasi, diasumsikan sebuah asset memiliki masa kegunaan lima tahun. Tingkat saldo menurun ganda sebesar 40% ditentukan sebaai berikut : 8 Tingkat saldo menurun ganda = Tingkat garus lurus x 2 = (1/5)x2 = 20% x 2 = 40% 2.1.8 Penyajian Aset Tetap Penyajian aset tetap dapat terlihat dalam neraca. Neraca merupakan suatu daftar yang menggambarkan komposisi harta, kewajiban, dan modal pada suatu periode tertentu. Menurut James (2013:28) jumlah golongan utama aset tetap harus diungkapkan dalam neraca atau catatan laporan keuangan. Akumulasi penyusutan terkait juga perlu diungkapkan, baik menurut golongan utama atau secara total. Aset tetap ditampilkan dalam nilai bukunya (biaya dikurangi akumulasi penyusutan), yang dapat dijelaskan sebagai nilai bersihnya. 2.2 Hasil Penelitian Yang Relevan Beberapa peneliti terdahulu yang yang relevan dengan peneliti ini adalah : a. Penelitian yang dilakuakn Enti Megawati, Suhandak dan Moch. Dzulkirom AR (2014) dalam jurnal ilmiah yang berjudul “Perlakuan Akuntansi Atas Aktiva Tetap berwujud dan Penyajian pada Laporan Keuangan (Studi pada PT. Perkebunan Nusantara X (persero) Pabrik Gula Meritjan Kediri Periode 2012) di Malang. Dalam penelitian ini mereka mencoba menjelaskan perlakukan akuntansi atas aktiva tetap berwujud serta penyajian dalam laporan keuangan. Objek penelitian yang diambil merupakan Pabrik gula Meritjan Kediri ini merupakan salah satu perusahaan pengolahan tebu yang memiliki aset tetap yang relatif banyak dan memiliki umur ekonomis yang lama sehingga memerlukan perlakuan terhadap aset tersebut. Tingkat penyusutan yang terlalu tinggi pada Pabrik Gula Meritjan Kediri menunjukkan bahwa penyajian laporan keuangan menjadi tidak wajar, sehingga perusahaan perlu melakukan penilaian kembali terhadap pembebanan penyusutan aset tetap tersebut dan biaya selama perolehan sampai aset tetap tersebut siap digunakan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan studi kasus, yang berlokasi di Pabrik Gula Meritjan Kediri Jl.Merbabu RT 005/07, Dermo. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan daftar aktiva tetap berwujud, laporan neraca dan laba rugi pabrik gula Meritjan Kediri tahun 2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perhitungan penyusutan dan biaya-biaya perolehan aktiva tetap yang sesuai dengan International Accounting Standard dapat mempengaruhi laba rugi perusahaan. b. Penelitian yang dilakukan oleh Erwin Budiman, Sifrid Pangemanan, Steven Tangkuman (2014) dalam jurnal ilmiah yang berjudul “Analisis Perlakukan Akuntansi Aktiva Tetap Pada PT. Hasjrat Multifinance Manado 2012” di Manado. Dalam penelitian ini mereka mencoba mengetahui apakah perlakukan akuntansi terhadap aktiva tetap sudah memadai. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu metode untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dengan sumber data primer dan data sekunder, teknik pengumpulan data yang 9 dilakukan adalah teknik dokumentasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan akuntansi aktiva tetap pada PT. Hasjrat Multifinance Manado, perusahaan menetapkan harga perolehan untuk aktiva tetap terkadang tidak terjadi penyeragaman untuk harga perolehan aktiva tetap, begitu juga dengan pengukuran penurunan nilai dan penghentian aktiva tetap. Perlu adanya internal kontrol yang baik serta dilakukan pemeriksaan daftar aktiva tetap 1 tahun sekali yang dibuat dengan membandingkan jumlah nilai fisik aktiva tetap diperusahaan dengan daftar kartu aktiva tetap, sehingga dapat diketahui aktiva tetap yang mana, yang mengalami penurunan nilai yang sudah tidak sesuai dengan harga pasar (nilai wajar) serta aktiva tetap yang mana yang umur ekonomisnya sudah habis dan sudah tidak bisa digunakan (sudah rusak) c. Penelitian yang dilakukan oleh Putra Kirrana (2012) denagan judul “Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Berdasarkan PSAK N0.16 Pada PT. Graphika Beton” dalam penelitian ini Pt. Graphika Beton merupakan perusahaan yang bergerak dibidang penjualan Redymix Concrete (Semen Coran). Dalam penelitian ini peneliti mencoba mengetahui apakah perlakuan akuntansi aset tetap PT. Graphika Beton. Dengan metode ini diperoleh fakta-fakta mengenai kebijakan perlakuan akuntansi atas aset tetap berwujud dengan cara mengamati dan menganalisa suatu masalah objek penelitian yang terjadi pada suatu tempat penelitian terhadap kesesuaian yang ada kemudian menarik kesimpulan dari masalah yang diteliti. Hasil penelitian bahwa kebijakan perusahaan dalam perlakuan akuntansi aset tetap masih belum sesuai dengan PSAK No.16. Jadi perusahaan dapat lebih teliti dalam membuat kebijakan terhadap perolehan aset tetap, pengeluaran setelah perolehan aset tetap, serta penyajian aset tetap dalam laporan keuangan. 2.3 Kerangka Pemikiran Harga perolehan suatu aset tetap diakui hanya apabila manfaat ekonomi aset tersebut akan diperoleh pada masa-masa yang akan datang baik secara langsung maupun tidak langsung dan manfaat ekonomi tersebut dapat diukur dengan andal. Aset tetap yang memberikan manfaat langsung dapat berupa mesinmesin produksi, bangunan dan kendaraan, sedangkan aset tetap yang tidak memberikan manfaat langsung dapat berupa infrastruktur penanganan polusi dan lain-lain. Adalah biaya-biaya yang dikeluarkan setelah suatu aset tetap diguanakan. Biaya-biaya ini wajib dikapitalisasi atau diakui sebagai bagaian harga perolehan aset tetap apabila biaya-biaya tersebut memenuhi kriteria untuk dikapitalisasi, yaitu memberikan manfaat ekonomi pada masa yang akan datang baik secara langsung maupun tidak langsung dan manfaat ekonomi tersebut dapat diukur dengan andal. 10 Kerangka berfikir yang merupakan model pendekatan dalam penelitian ini yaitu : Perlakukan Akuntansi Aset Tetap - Pengukuran aset tetap - Penilaian aset tetap - Pencatatan aset tetap - Penyajian aset tetap Gambar 1 Kerangka Pemikiran 11 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasioanl Variabel Tabel 3.1 Defenisi Objek Penelitian Objek Defenisi Objek Penelitian Indikator Penelitian Perlakuan Dalam perlakuan akuntansi atas aset Akuntansi tetap, ada fase penggunaan aktiva tetap - Pengukuran aset Aset Tetap (utilization) setelah fase perolehan aset tetap tetap. Pada fase penggunaan aktiva tetap - Penilaian aset tetap ini, aktiva tetap diharapkan - Pencatatan aset menghasilkan output dan memberikan tetap hasil kembali atas biaya biaya yang - Penyajian aset tetap pernah dikeluarkan pada saat masa perolehannya. 3.2 Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2016 sampai dengan Desember 2016 di PT. MNC Sky Vision Lubuklinggau. Lokasi penelitian ini dilaksanakan pada PT. MNC Sky Vision Lubuklinggau yang beralamat di jalan Sultan Mahmud Badarudin 2 Rt. 3 No164 B Kel Marga Rahayu, Kec. Lubuklinggau Selatan II, Kota Lubuklinggau Provinsi Sumtera Selatan. 3.3 Sumber Data Menurut Sugiyono (2013, h.137) berdasarkan sumbernya, sumber data umumnya berasal dari : a. Data Primer Data Primer adalah yang langsung diperoleh dari sumber data kepada pengumpul data. b. Data Sekunder Data Sekunder adalah merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data Primer yaitu data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya atau tanpa perantara. Yang terdiri dari : 1. Data dari dokumentasi PT.MNC Sky Vision Lubuklinggau 2. Sejarah PT.MNC Sky Vision Lubuklinggau 3.3 Teknik Pengumpulan Data Menurut Sugiyono (2010:224) Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang data terdiri dari : 12 a. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu suatu metode pengumpulan data yang bersumber dari dokumen-dokumen atau arsip-arsip yang dimiliki perusahan. b. Studi Lapangan Studi lapangan yaitu pengumpulan data dengan melakukan penelitian langsung kelapangan seperti mengadakan wawancara observasi atau pengamatan. Wawancara dilakukan dengan mendatangi langsung responden seperti pimpinan perusahaan dan pihak lainnya yang terkait dengan permasalahan. c. Studi Pustaka Studi pustaka yaitu metode pengumpulan data yang bersumber dari reverensi terutama buku-buku yang relevan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode dokumentasi dan studi pustaka. 3.4 Teknik Analisis Data Menurut Sugiyono (2013, h.38) Metode penelitian Kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pasa filsafat postpositifisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah experimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data yang dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Sedangkan penelitian kuantitatif adalah adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan. Dari teknik analisis data di atas, penelitian menggunakan teknis analisis kualitatif dan kuantitatif, analisis kualitatif yang dilakukan berdasarkan fakta-fakta yang terjadi dalam tempat penelitian dengan objek penelitian yang diambil adalah PT.MCV SKV Vision Lubuklinggau. Sedangkan analisis kuantitatif dengan menggunakan metode analisis sebagai berikut: - Pengukuran aset tetap - Penilaian aset tetap - Pencatatan aset tetap - Penyajian aset tetap Dan metode yang digunakan adalah sebagai berikut: Metode Garis Lurus Menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama untuk setiap tahun selama masa kegunaan asset. Penyusutan tahunan = Biaya Penyusutan Aset – Estimasi Nilai Residu Estimasi Masa kegunaan (tahun) 13 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum PT.MNC Sky Vision Lubuklinggau PT.Media Nusantara Citra Tbk (MNC) adalah perusahaan media terbesar dan terintregrasi di Indonesia. Operasional persereon terdiri dari basis media yang lengkap yang memberikan solusi iklan yang menyeluruh kepada semua pelanggan iklan. Bisnis inti MNC terdiri pelayanan penyiaran TV Nasional Free-to-air (FTA) dan bisnis konten. Sementara bisnis pendukung meliputi media cetak, online dan radio. PT. Media Nusantara Citra Tbk (MNC) terdiri dari berbagai unit bisnis yang terlindung dan dikelola di bawah payung perusahaan induk untuk membuat grup media bisnis terpadu yang dinamis, inovatif, dan memanfaatkan pada keunggulan kompetitif dalam sinergi untuk mengatasi setiap tantangan yang sangatnkompetitif industri media. MNC melakukan IPO pada 22 Juni 2007 dengan menawarkan Rp. 4.125.000.000 saham yang mewakili 30% (20% adalah saham baru) dari saham yang diterbitkan pada Rp 900 per saham share. MNV dicatatkan pada bursa efek Indonesia, dengan kepemilikan mayoritas dan kendali oleh PT Global Mediacom TBK. Saat ini MNC merupakan perusahaan multimedia terintregrasi yang terkemuka di Indonesia. MNC mencapai posisi ini dengan menerapkan strategi yang efektif dan dihitung yang menghasilkan nilai bagi perusahaan dan pemegang saham. Adapun visi dan misi PT Media Nusantara Citra TBK adalah: Visi : menjadi grup media dan multimedia yang terintregrasi, dengan fokus pada penyiaran televisi dan konten berkualitas yang disiarkan melalui teknologi yang tepat untuk memenuhi kebutuhan pasar. Misi : memberikan konsep hiburan keluarga terlengkap dan menjadi sumber berita dan informasi terpecaya di Indonesia. 4.1.2 Struktur Organisasi Suatu perusahaan yang bergerak dibidang apapun haruslah mempunyai sturktur organisasi yang dibuat sesuai dengan kebutuhan dan kondisi serta besar kecilnya perusahaan. Struktur organisasi perusahaan dibuat untuk membantu kelancaran kegiatan dan aktivitas perusahaan demi terciptanya dan tercapainya tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya, karena dalam organisasi para anggota akan bekerja sama dengan keahlian dan kemampuannya masingmasing. Struktur organisasi merupakan pedoman pelaksanaan dan pengawasan terhadap kegiatan-kegiatan dalam perusahaan yang bersangkutan. Semakin berkembangnya perusahaan maka pimpinan perusahaan tidak dapat lagi melakukan pengawasan secara langsung terhadap semua kegiatan perusaan, agar manajemen perusahaan dapat tetap melaksanakan fungsinya dengan baik. Pembentukan struktur organisasi yang baik akan membantu operasional perusahaan dengan baik. Untuk mengetahui tugas dan tanggung jawab maka di susun struktur organisasi berbentuk bagan yang menggambarkan tentang fungsi masing-masing pegawai. Bagan yang dimaksud adalah bagan organisasi atau struktur organisasi, 14 yang menjadi dasar dalam organisasi ini adalah pembagian kerja dan tanggung jawab. Berikut struktur organisasi PT. MCV SKY Vision Lubuklinggau. Pimpinan Pimpinan Pimpinan Marketing head Team leader Head Collection Admin Gambar.1 Struktur Organisansi PT. MCV SKY Vision Tugas dan tanggung masing-masing defuti adalah sebagai berikut: 1. Pimpinan Dalam menjalankan tugasnya pimpinan mempunyai tugas sebagai berikut: a. Memimpin seluruh karyawan yang ada PT. MCV SKY Vision dan menciptakan berbagai macam kegiatan demi tercapainya target penjualan perusahaan. b. Bertanggung jawab atas pencapaian target penjualan perusahaan secara keseluruhan. c. Memastikan seluruh karyawan mematuhi seluruh aturan dan ketentuan perusahaan. d. Memastikan seluruh karyawan di cabang bekerja secara profesional sesuai aturan dan ketentuan perusahaan. 2. Marketing head a. Memimpin para credit marketing officer (CMO) dalam penjualan. b. Memantau pasar penjualan kendaraan diberbagai dealer dan mencapai target penjualan yang telah ditentukan. c. Meneliti ulang data-data survey yang dibuat CMO. 3. Team Leader a. Bertanggung jawab atas pemasaran penjualan. b. Menentukan segmen pasar yang ditujuh. c. Merencanakan strategi pemasaran dan mempromosikan pada masyarakat. d. Membuat target untuk setiap area yang menjadi tanggung jawabnya. 2. CMO a. Menerima aplikasi permohonan calon konsumen. b. Memberikan dan membantu calon debitur mengisi form aplikasi permohonan. c. Menyiapkan kelengkapan dokumen-dokumen dan data-data yang dibutuhkan untuk melakukan survei. 15 4.2 Hasil Analisis Data 4.2.1 Analisis Pengukuran Aset Tetap PT MNC Sky Vision Lubuklinggau mengklasifikasikan aset tetap berdasarkan umur ekonomis masing-masing aset. Manajemen perusahaan telah menggolongkan setiap aset yang ada dalam beberapa fungsi. Berikut ini adalah daftar aktiva tetap pada PT. MNC Sky Vision Lubuklinggau yang diambil dari 6 transaksi yang terdiri dari kendaraan roda 4 dan inventaris kantor. Tabel 4.1 Investasi Baru Aktiva Tetap Berwujud Nama akun Mini bus Mesin fotocopy 1135 Mfp Jumlah 8 1 Komputer 8 Ac 8 Filing cabinet 4 Laci 4 Sumber : PT.MNC Sky Vision Lubuklinggau Berdasarkan tabel di atas, aset yang dimiliki PT.MNC Sky Vision Lubuklinggau adalah mobil yang berupa mini bus sebanyak 8 unit, Mesin fotocopy 1135 i unit, komputer 8 unit, AC 8 unit, dan Filing cabinet 4 Laci sebanyak 4 unit. Secara lengkap daftar aktiva tetap PT.MNC Sky Vision Lubuklinggau adalah sebagai berikut. Perhitungan penentuan besarnya harga perolehan aktiva tetap, terutama yang diambil 6 contoh transaksi yang terjadi selama tahun 2011, terdapat ketidaktepatan dalam menentukan besarnya harga perolehan aktiva. Hal ini jelas terlihat dalam mengkapitalisasi biaya-biaya untuk menentukan besarnya harga perolehan aktiva tetap dimana harga perolehannya tidak hanya berasal dari harga beli saja, tetapi ditambah biaya dalam rangka menempatkan aktiva tetap tersebut pada kondisi dan tempat, sehingga siap untuk digunakan. Pada tahun 2011 PT.MNC Sky Vision Jakarta sebagai kantor pusat membeli mesin Fotocopy 1135 mfp untuk kantor cabang Lubuklinggau seharga RP. 9.800.000, pembayaran dilakukan via bank, ditambah biaya pengiriman ke Lubuklinggau Rp. 240.750. Ayat jurnal untuk pembelian mesin fotocopy pada PT.MNC Sky Vision Lubuklinggau adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 Jurnal Pembelian Mesin Fotocopy Keterangan Inventaris kantor (mesin Fotocopy) Biaya pos dan pengiriman Bank Debet Rp. 9.800.000 Rp. Kredit 240.750 Rp. 10.040.750 Sumber : PT.MNC Sky Vision Lubuklinggau 16 Pencatatan pembelian atas mesin fotocopy pada PT.MNC Sky Vision Lubuklinggau belum sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No.16 tahun 2007 karena perusahaan mencatat harga perolehan sebesar Rp. 9.800.000, akan tetapi menurut SAK harga perolehan aktiva tersebut sebesar rp. 10.040.750, sehingga ada perbedaan nilai menurut PT. MNC Sky Vision dengan SAK. Selisih Rp. 240.750, oleh perusahaan dibebankan kepada biaya usaha yaitu rekening biaya pos dan pengiriman dokumen yang seharusnya dimasukkan ke dalam harga perolehan. Ayat jurnal untuk pembelian mesin fotocopy menurut PSAK adalah sebagai berikut: Tabel 4.3 Jurnal Pembelian Mesin Fotocopy Keterangan Inventaris kantor (mesin Fotocopy) Bank Debet Rp. 10.040.750 Kredit Rp. 10.040.750 Sumber : hasil pengolahan data PT.MNC Sky Vision Lubuklinggau 4.2.2 Penilaian Aset Tetap Untuk penilaian aset tetap perusahaan menggunakan model biaya (cost model) sebagai kebijakan akuntansinya. Contohnya pada tanggal 2 Januari 2011 perusahaan membeli Mini Bus dengan biaya perolehan Rp.109.450.000, umur manfaat mobil tersebut 7 tahun tanpa nilai residu. PT. MNC Sky Vision Lubuklinggau menggunakan metode penyusutan garis lurus. Pada tanggal 31 Desember 2011, diestimasi terdapat kerugian sebesar Rp.1.000.000. Berikut jurnal yang disajikan: 2 Januari 2011 Mini bus Rp. 109.450.000 Kas Rp. 109.450.000 31 Desember 2011 Beban penyusutan Rp. 15.635.714 Akumulasi penyustan Rp. 15.635.714 Rugi penurunan nilai Rp. 1.000.000 Akumulasi rugi penurunan Rp. 1.000.000 Nilai tercatat peralatan per 31 Desember 2011: Biaya perolehan Rp. 109.450.000 Akumulasi penyusutan Rp. 15.635.714 Akumulasi rugi penurunan Rp. 1.000.000 Perolehan-neto Rp. 92.814.286 Pencatatan per 31 Desember 2011: Umur ekonomis 7 tahun Nilai sisa 0 Harga perolehan Rp. 109.450.000 Penyusutan tahun 2011 = Hp – N residu N ekonomis = Rp.109.450.000 - 0 7 = Rp.15.635.714 17 Penilaian aset PT. MNC Sky Vision Lubuklinggau sudah sesuai dengan PSAK. 4.2.3 Analisis Pencatatan Pengakuan Pengeluaran Atas Aset Tetap Sebagai perusahaan di bidang jasa penyiaran yang melibatkan banyak aset tetap, tentunya perusahaan menginginkan agar aset tersebut dapat beroperasi dengan baik dan mampu berproduksi dengan yang diharapkan dari manfaat yang mampu diberikan oleh aset tetap tersebut. Sehubungan dengan itu maka perusahaan harus mengeluarkan biaya-biaya untuk memelihara dan perawatan bahkan meningkatkan produktifitas dari aset tetap tersebut. Misalnya Pada tahun 2011 PT MNC Sky Vision Lubuklinggau melakukan perawatan mini bus di bengkel Toyota dengan rician tagihan sebagai berikut: a. Engine tune up : Rp. 100.000 b. Ganti oli : Rp. 230.000 c. Servis seluruh : Rp. 860.000 Jumlah : Rp. 1.190.000 Data di atas merupakan pengeluaran yang dapat menambah umur ekonomis aset tetap tersebut, namun untuk pengeluaran untuk ganti oli tersebut, Standar akuntansi menerangkan bahwa pengeluaran tersebut diakui sebagai biaya pemeliharaan pada periode tersebut. Dan dalam hal ini menyebabkan harga perolehan motor yang disajikan di neraca tertalu rendah. Ayat jurnal pengeluaran tahun 2012 mengganti mesin kendaraan rusak sebesar Rp. 1.190.000. Beban pemeliharaan kendaraan Rp.1.190.000 Kas Rp.Rp. 1.190.000 4.2.3.1 Analisis penyusutan Aset Tetap Analisis penyusutan aset tetap menurut PSAK No.16. dalam bab II telah diuraikan bahwa penyusutan merupakan alokasi sistematis sejumlah aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat tersebut. Proses alokasi tersebut dapat dilakukan dengan memilih suatu metode penyusutan yang tepat secara konseisten dari satu periode ke periode berikutnya. Berdasarkan analisis yang penulis lakukan dapat diketahui bahwa untuk pelaporan keuangan, perushaan menggunakan metode garis lurus untuk menentukan besarnya beban penyusutan untuk tiap periode. Penggunaan metode tersebut diterapkan atas seluruh aktiva tetap yang dilimiki oleh perusahaan, kecuali untuk tanah karena tidak dilakukan penyusutan, dengan membagi nilai perolehan aktiva tetap dengan umur penggunaan aset tetap tanpa ada nilai residu. Metode tersebut telah diterapkan secara konsisten dan sesuai dengan standar akuntansi keuangan untuk seluruh aset tetap yang dimiliki perusahaan. Contoh perusahaan memiliki peralatan berupa komputer yang dibeli 1 Januari 2012 dengan harga perolehan Rp.4.000.000. estimasi umur manfaat peralatan tersebut adalah 7 tahun, tanpa nilai sisa. Perusahaan menyusutkan peralatan dengan metode garis lurus. a. Penyusutan per tahun untuk tahun 2012 = Rp.4.000.000:7 = Rp.571.428 18 Akumulasi penyusutan per 31 Desember 2012 = Rp.4.000.000 – (1 x Rp.571.428) = Rp. 3.428.572 b. Penyusutan per tahun untuk tahun 2013 = Rp. 4.000.000:7 = Rp. 571.428. Akumulasi penyusutan per 31 Desember 2013 = Rp. 3.428.572 – (1 x Rp.571.428) = Rp. 2.857.144. c. Penyusutan per tahun untuk tahun 2014 = Rp. 4.000.000:7 = Rp. 571.428. Akumulasi penyusutan per 31 Desember 2014 = Rp. 2.857.144 – (1 x Rp.571.428) = Rp. 2.285.716. Berikut tabel penyusutan peralatan aset tetap PT.MNC Sky Vision Lubuklinggau. Tabel 4.4 Daftar Penyusutan Aktiva Tetap (Komputer) Dengan Metode Garis Lurus Tahun 2012 2013 2014 Penyusutan per tahun Rp. 571.428 Rp. 571.428 Rp. 571.428 Akumulasi penyusutan Rp. 3.428.572 Rp. 2.857.144 Rp. 2.285.716 Sumber : PT.MNC Sky Vision Lubuklinggau 4.2.3.2 Analisis Pelepasan/Penghentian Aset Tetap Kebijakan perusahaan untuk penarikan atau pelepasan aset tetapnya dari operasi normal perusahaan adalah pada saat aset tetap tersebut tidak dapat digunakan lagi. Kebijakan ini tidak dapat dikatakan sepenuhnya salah, tetapi perlu diperhatikan tidak semua aset tetap tersebut ditarik dari operasi normal perusahaan adalah pada saat aset tetap tersebut tidak dapat digunakan lagi. Kebijakan ini tidak dapat dikatakan sepenuhnya salah, tetapi perlu diperhatikan tidaklah semua aset tetap tersebut ditarik dari operasi normal perusahaan bila sudah tidak dapat digunakan lagi. Kadang kala perusahaan juga perlu memperhatikan keuntungan dan kerugian dari pemakaian aset tetap tersebut, walaupun aset tetap tersebut masih layak dan dapat digunakan. Kemungkinannya adalah bila aset tetap tersebut masih dipakai akan mengakibatkan inefesiensi biaya dibanding bila perusahaan menukar dengan aset tetap lainnya dengan fungsi yang sama. Analisis perbandingan pelepasan Aset tetap menurut perusahaan, PSAK No.16 tahun 1994 dan PSAK no.16 IFRS tahun 2011. Pada PT MNC Sky Vision Lubuklinggau jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat dilepaskan atau saat tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Laba rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap tersebut dihitung sebagai perbedaan antara jumlah neto hasil pelepasan dan jumlah tercatat dari aset, dimasukkan ke dalam laporan laba rugi pada tahun aset tersebut dihentikan pengakuannya. Contoh pada Juli 2006 PT MNC Sky Vision membeli mesin fotocopy dengan harga perolehan RP. 9.800.000. Aset tersebut mempunyai umur manfaat 7 tahun dan nilai sisa Rp.1.225.000. Pada tanggal 1 Januari 2010, entitas menjual aset tersebut dengan harga Rp. 8.700.000. 19 - Penyusutan per tahun = (RP. 9.800.000 - Rp.1.225.000)/ 7 tahun = Rp.1.225.000 - Akumulasi penyusutan sampai tanggal 1 Januari 2010 = Rp.1.225.000 x 3,5 tahun = Rp.4.287.500 - Nilai tercatat pada tanggal 1 Januari 2010 = RP. 9.800.000 - Rp.4.287.500 = Rp.5.512.500 - Keuntungan penjualan aset tetap = Rp.8.575.000 - Rp. 5.512.500 = Rp.3.187.500 Perhitungan saat pelepasan asset : H. Perolehan Aset : 9.800.000 (3,5 th x Rp. 1.225.000 :( 4.087.500) Nilai tercatat : 5.512.500 Harga jual saat pelepasan : 8.700.000 Laba saat pelepasan : 3.187.500 Akm pengyusutan s.d 31 Des 2009 Ayat jurnal untuk pencatatan penjualan mesin tersebut adalah sebagai berikut: Kas Rp. 8.700.000 Akumulasi penyusutan Rp. 4.287.500 Mesin fotocopy RP. 9.800.000 Keuntungan dari penjualan aset tetap Rp. 3.187.500 4.2.4 Analisis penyajian Aset Tetap Pada Laporan Keuangan Analisis perbandingan penyajian Aset tetap menurut perusahaan dan PSAK No.16 tahun 2011, bahwa tujuan dari laporan keuangan adalah menyajikan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Aset tetap perusahaan disajikan dalam neraca perusahaan pada sisi sebelah debit dan dinyatakan sebesar nilai buku, yaitu harga perolehan aktiva tetap dikurangi dengan akumulasi penyusutan atau dapat disajikan dengan mencatat masingmasing aset tetapnya sebesar harga perolehannya kemudian dikurangi akumulasi penyusutan secara keseluruhan. PT.MNC Sky Vision Lubuklinggau menyajikan aset tetapnya di neraca sebesar nilai buku yaitu harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutannya. Karena aset tetap pada PT.MNC Sky Vision Lubuklinggau terdiri dari beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mempunyai berbagai jenis aset demikian pula akumulasi penyusutannya, maka dalam penyajiannya di neraca hanya atas berdasarkan sub kelompok saja dan akumulasi penyusutan disajikan secara gabungan. Hal ini untuk menghindari pemborosan tempat dalam neraca. Untuk mengetahui secara tepat jumlah masing-masing aset tetap dan 20 akumullasinya, PT.MNC Sky Vision Lubuklinggau membuat daftar rekapitulasi aset tetat dan akumulasi penyusutannya. Dari pernyataan di atas dapat dianalisis bahwa penyajian aset tetap yang dilakukan oleh PT.MNC Sky Vision Lubuklinggau pada laporan keuangan perusahaan telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, yaitu aset tetap disajikan sebesar nilai buku yaitu harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan aset tetap dan pada laporan posisi keuangan perusahaan pada kolom aset disajikan berdasarkan urutan kelikuitan dari pada aset-aset tersebut. Namun untuk jumlah nominal aset tetap yang ditampilkan terjadi kekeliruan. PT MNC SKY VISION NERACA (SEBAGIAN) Per Desember 2012 ASET Aktiva tetap : Biaya Akm. penyusutan Mini bus Rp.109.450.000 Rp.15.635.714 Rp.93.814.286 Komputer Rp. 4.000.000 Rp. 500.000 Rp. 3.500.000 Ac Rp. 5.327.000 Rp. 630.647 Rp. 4.696.353 Filing Cabinet Rp. 4.350.000 Rp. 543.750 Rp. 3.806.250 Rp. 132.127.000 Jumlah aset tetap Rp. 17.310.111 Nilai buku Rp.105.816.889 Rp.105.816.889 4.3 Pembahasan Berdasarkan hasil analisis di atas, diketahui bahwa perlakuan akuntansi aset tetap pada PT.MNC Sky Vision Lubuklinggau yang telah dilaksanakan terdapat beberapa kekeliruan yang tidak sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku umum di Indonesia, yaitu perlakukan akuntansi aset tetap pada PT.MNC Sky Vision Lubuklinggau terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dengan PSAK no.16 tahun 2011 antara lain: a. Pencatatan yang dilakukan perusahaan terdapat kekeliruan pencatatan perolehan aset tetap yang tidak sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan teori. Pada perusahaan memasukan unsur potongan pembelian aset tetap dan potongan lainnya tersebut diakui sebagai 21 b. a. b. c. c. d. pendapatan lain-lain perusahaan sehingga aset tetap perusahaan diakui dan disajikan terlalu tinggi. Seharusnya potongan tersebut diakui sebagai pengurangan biaya perolehan aset tetap perusahaan. Hasil analisis pencatatan yang dilakukan perusahaan terdapat kekeliruan pencatatan perolehan aset tetap yang tidak sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan teori. Perusahaan tidak memasukan biaya-biya lain yang dikeluarkan untuk memperoileh aset tetap tersebut sehingga aset tetap perusahaan diakui dan disajiukan terlalu rendah. Misalnya Pada tahun 2011 PT MNC Sky Vision Lubuklinggau melakukan perawatan mini bus di bengkel Toyota dengan rician tagihan sebagai berikut: Engine tune up : Rp. 100.000 Ganti oli : Rp. 230.000 Servis seluruh : Rp. 860.000 Jumlah : Rp. 1.190.000 Data di atas merupakan pengeluaran yang dapat menambah umur ekonomis aset tetap tersebut, namun untuk pengeluaran untuk ganti oli tersebut, Standar akuntansi menerangkan bahwa pengeluaran tersebut diakui sebagai biaya pemeliharaan pada periode tersebut. Dan dalam hal ini menyebabkan harga perolehan mobil yang disajikan di neraca tertalu rendah. Analisis perbandingan pelepasan Aset tetap menurut perusahaan, PSAK no.16 IFRS tahun 2015. Pada PT MNC Sky Vision Lubuklinggau jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat dilepaskan atau saat tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Laba rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap tersebut dihitung sebagai perbedaan antara jumlah neto hasil pelepasan dan jumlah tercatat dari aset, dimasukkan ke dalam laporan laba rugi pada tahun aset tersebut dihentikan pengakuannya. Penyajian aset tetap yang dilakukan oleh PT.MNC Sky Vision Lubuklinggau pada laporan keuangan perusahaan telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, yaitu aset tetap disajikan sebesar nilai buku yaitu harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan aset tetap dan pada laporan posisi keuangan perusahaan pada kolom aset disajikan berdasarkan urutan kelikuitan dari pada aset-aset tersebut. Namun untuk jumlah nominal aset tetap yang ditampilkan terjadi kekeliruan. 22 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa perlakuan akuntansi untuk pencatatan yang dilakukan perusahaan terdapat kekeliruan pencatatan perolehan aset tetap yang tidak sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan teori. Pada perusahaan memasukan unsur potongan pembelian aset tetap dan potongan lainnya tersebut diakui sebagai pendapatan lain-lain perusahaan sehingga aset tetap perusahaan diakui dan disajikan terlalu tinggi. Seharusnya potongan tersebut diakui sebagai pengurangan biaya perolehan aset tetap perusahaan. Hasil analisis pencatatan yang dilakukan perusahaan terdapat kekeliruan pencatatan perolehan aset tetap yang tidak sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan teori. Perusahaan tidak memasukan biaya-biya lain yang dikeluarkan untuk memperoileh aset tetap tersebut sehingga aset tetap perusahaan diakui dan disajikan terlalu rendah. Perlakukan akuntansi terhadap pelepasan atau penghentian aset tetap yang dilakukan perusahaan telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum. 5.2 Saran Dari simpulan di atas, maka peneliti mencoba memberikan beberapa saran, yaitu: a. Perusahaan hendaknya melakukan perhitungan kembali atas biaya perolehan atas pembelian aset tetap, dan melakukan pemisahan antara pendapatan/keuntungan atas pembelian aset tetap dengan potongan pembelian aset tetap dengan potongan pembelian yang sebagai pengurang biaya perolehan. Selain itu juga perusahaan hendaknya memasukkan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk mendapatkan set tetap ke dalam harga perolehan. 23 DAFTAR PUSTAKA Dara Marsha Mandiri 2012. Analisis Sistem Pengendalian Intern Terhadap Penggajian Pada PDAM Surya Sembada Surabaya. Jurnal Fakultas Ekonomi , Jurusan Akuntansi Universitas Ekonomi: Surabaya Elvy Maria Manurung 2011. Akuntansi Dasar (Untuk Pemula). Jakarta. Hery, 2012 Pengantar Akuntansi 1.Cetakan kedua. Jakarta. Jatje J.Tinangon 2012. Analisis Sistem Pengendalian Intern Terhadap Penggajian Pada Grand Sentral Supermarket Tomohon. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulagi: Manado Krismiaji. 2010. Sistem Informasi Akuntansi. Edisi Ketiga. Yogyakarta. Mardi.2014. Sistem Iformasi Akuntansi. Edisi Kedua. Bogor. Mulyadi.2014.SistemAkuntansi. Salemba Empat:Cetakan ke V Jakarta. Ribka Fininalce Tampi. 2012. Analisis Sistem Pengendalian Intern Terhadap Penggajian Pada Grand Sentral Supermarket Tomohon. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulagi: Manado Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Alfabeta. Suyadi Prawirosentono. 2012. Kebijakan Kinerja Karyawan.Edisi. Yogyakarta 24