15 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka Dalam penelitian ini, peneliti menekankan pada komunikasi persuasif yang di lakukan calon anggota legislatif incombent dari PDI Perjuangan untuk mempengaruhi masyarakat tangerang selatan untuk terpilih lagi pada pemilu legislatif 2014. Ada banyak studi yang sudah dilakukan tentang penelitian persuasif dalam berbagai bidang, dalam bidang marketing, politik, agama dan lain sebagainya. Adapun penelitian terdahulu tentang komunikasi persuasi antara lain: 1. Kaharuddin Syah (2004) Studi yang sudah pernah dilakukan oleh Kaharuddin Syah mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departmen Ilmu Komunikasi di Universitas Indonesia. yang berjudul “ Persuasi Politik Partai Amanat Nasional dalam Kampanye Politik ( Evaluasi Persuasi Politik Partai PAN dalam pemilu 1999 dan Rekomendasi untuk Pemilu 2005). Dalam hasil penelitiannya menjelaskan bahwa PAN dalam kampanyenya masih menggunakan teknik propaganda meski pada masa itu sudah berada dalam era demokrasi modern. Di dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yaitu dengan menggunakan lebih banyak menggunakan data sekunder. Di dalam kerangka pemikiran tesis tersebut propaganda merupakan bagian dari 15 16 bentuk komunikasi persuasi. Kritik terhadap penelitian ini, dimana penggunaan ini lebih fokus terhadap data sekunder saja, sehingga jadi dibutuhkan keberimbangan data primer dan data sekunder. Kritik terhadap penelitian adalah bahwa penelitian hanya berfokus terhadap langkah persuasif yang bersifat propaganda, dan sama sekali tidak melihat dari segi persuasif yang membujuk dan merayu atau persuasi sebagai retorika. 2. Vina Sulistiowati, 2007 Penelitian tentang komunikasi persuasif juga dilakukan oleh mahasiswi Pasca Sarjana Universitas Padjajaran Vina Sulistiowati tahun 2007 yang berjudul “Komunikasi Persuasif Guru dalam Perkembangan Kreativitas Anak Taman Kanak-kanak di Al-Ikhwan Bandung” Penelitian menggunakan metode deskritf dengan analisis kualitatif. Penelitian ini menemukan adanya keterikatan komunikasi persuasif oleh guru dalam perkembangan kreativitas anak di Taman Kanak-kanak. Kesimpulannya adalah Pertama, penggunaan tepuk tangan dan suara keras dapat menarik perhatian anak dalam perkembangan kreativitas anak seperti fenomena baris-berbaris untuk meningkatkan kedisplinan, anak-anak diajak berimajinasi tentang naik kreta api, kedua,penggunaan alat bantu seperti angkat, huruf, dan cerita bergambar memberikan pemahaman materi pelajaran untuk mengembangkan kreativitas anak seperti guru mengajarkan penjumlahan dan juga untuk mengambangkan daya ingat terhadap angka-angka, ketiga, penyampain bahasa anak-anak serta gerak tubuh di kelas memudahkan anak-anak menerima pesan untuk mengembangkan kreativitas untuk menggambar, keempat, memberikan informasi sesuai dengan cara anak-anak berpikir, kelima, fenomena 17 jika ingin tidur harus berdoa dan sholat jadi anak-anak diajarkan jika tidak berdoa akan bermimpi buruk, keenam memperagakan pesan dan diminta supaya anak memperagakannya, seperti fenomena mencocokkan orang-orangan, untuk daya pikir kognitif, hal ini dilakukan untuk menguji keterampilan anak akan teruji dimana anak akan diuji keterampilannya, bila cepat hasilnya memuaskan anak yang cepat putus asa akan meminta pertolongan guru. Kritik terhadap penelitian ini dimana aspek-aspek yang menjadi tahapan komunikasi persuasif diperlukan tahapan lebih lanjut. 3. Pandu Surya Budhiman, 2007 Studi lain yang dilakukan oleh Pandu Surya Budhiman mahasiswa Pasca Sarjana Univesitas Indonesia, Judul dari Tesis ini adalah “Komunikasi Persuasif Melalui Program Komunikasi Pemasaran Untuk Menjaga Kepercayaan Pengguna Jasa Pada Perusahaan Jasa Intelektual (Studi Eksplorasi dan Perbandingan Pada Bito Arsitektur dan Perusahaan Periksalanan)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengekploarasi komunikasi persuasif melalui program komunikasi pemasaran untuk menjaga kepercayaan pengguna jasa perusahaan, serta melihat cara pandang perusahaan jasa intelektual terhadap konsumennya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian mengambil dari Teori kumunikasi persuasif Gerrad E. Miller dan Kathleen K Reardon. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa komunikasi persuasif periklanan dalam pemasaran adalah untuk menyampaikan pesan terhadap produkproduk dan konsep-konsep yang dihasilkan oleh perusahaan jasa intelektual itu berupa barang yang abstrak seperti konsep, ide, gambat dan lain sebagainya, maka 18 dibutuhkan komunikasi secara persuasif agar klien-klien mereka percaya terhadap produk jasa yang mereka hasilkan. 4. Juwaryah Penelitian tentang komunikasi persuasif pernah dilakukan juga oleh Juawaryah mahasiswa Pascasarjana Universitas Mercubuana dengan judul tesis “Komunikasi Persuasif Gutu dalam Memberikan Pemahaman Tentang TK Islam Terpadu Pada Calon Wali Murid dan Wali Murid (Studi di TK Islam Terpadu Bina Cendekia Ds. Perahu, Kecamatan Sukamulya Tangerang). Penelitian ini menggunakan Metode kualitatif pendekatan studi kasus dan dengan paradigma konstruktivis. Teori yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teori-teori pembicaraan persuasif Joseph Devito. Hasil dari penelitian adalah bahwa TK IT Bina Cendekia melakukan persuasi sebelum pendaftaran dengan face to face, penyebaran brosur, sms dan undangan. Kemampuan dan keahlian guru, sarana dan prasaran yang ada menjadi penambah daya tarik masyarakat. untuk mempersuasi 19 Tabel 2.1 Penelitian terdahulu N Nama Judul Metode dan o Peneliti Penelitian teori Hasil Penelitian 1. Kaharuddin, Persuasi Politik Nimmo dan - Komunikasi persuasi yang dilakukan UI, 2004 PAN dalam Swardi, Tentang Kampanye Propaganda - Melakukan persuasi dengan partai Politik Diskriptif. lain yaitu dengan aliansi dengan Metode partai lain seperti PKB adalah dengan merode propaganda penelitian kualitatif. 2 Vina “Komunikasi Teori belajar Sulistiowati Persuasif persuasi, keras dapat menarik perhatian anak , Unpad, Melalui Metode dalam perkembangan kreativitas 2007 Program Penelitian anak. Komunikasi Kualitatif Pemasaran deskriptif - Penggunaan tepuk tangan dan suara - Penggunaan alat bantu seperti angkat, huruf, dan cerita bergambar Untuk Menjaga memberikan pemahaman materi Kepercayaan pelajaran untuk mengembangkan Pengguna Jasa kreativitas anak seperti guru Pada Perusahaan mengajarkan penjumlahan dan juga Jasa Intelektual untuk mengambangkan daya ingat 20 (Studi terhadap angka-angka. Eksplorasi dan - Penyampain bahasa anak-anak serta Perbandingan gerak tubuh di kelas memudahkan Pada Bito anak-anak menerima pesan untuk Arsitektur dan mengembangkan kreativitas untuk Perusahaan menggambar, Periksalanan ) - Memberikan informasi sesuai dengan cara anak-anak berpikir. - Fenomena jika ingin tidur harus berdoa dan sholat jadi anak-anak diajarkan jika tidak berdoa akan bermimpi buruk. - Memperagakan pesan dan diminta supaya anak memperagakannya, seperti fenomena mencocokka orang-orangan, untuk daya pikir kognitif, hal ini dilakukan untuk menguji keterampilan anak. 3. Pandu Surya Budhiman, 2007, Unibersitas Indonesia Komunikasi Penelitian ini - Hasil dari penelitian ini menemukan Persuasif menggunakan bahwa komunikasi persuasif Melalui pendekatan periklanan dalam pemasaran adalah Program kualitatif untuk menyampaikan pesan terhadap 21 Komunikasi eksploratif. produk-produk dan konsep-konsep Pemasaran Teori yang dihasilkan oleh perusahaan jasa Untuk Menjaga kumunikasi intelektual itu berupa barang yang Kepercayaan persuasif Gerrad abstrak seperti konsep, ide, gambar . Pengguna Jasa E. Miller dan Pada Perusahaan Kathleen K Jasa Intelektual Reardon (Studi Eksplorasi dan Perbandingan Pada Bito Arsitektur dan Perusahaan Periksalanan) 4 Juwariyah, Komunikasi Menggunakan 2013 Persuasif Gutu Metode TK IT Bina Cendekia melakukan Universitas dalam Penelitian persuasi sebelum pendaftaran Kualitatif dengan face to face, penyebaran Pemahaman pendekatan studi brosur, sms dan undangan. Tentang TK kasus, teori yang Kemampuan dan keahlian guru, Islam Terpadu digunakan teori- sarana dan prasaran yang ada Mercubuana Memberikan - Hasil dari penelitian adalah bahwa Pada Calon Wali teori komunikasi menjadi penambah daya tarik untuk Murid dan Wali mempersuasi masyarakat. Persuasi Joseph 22 Murid (Studi di Devito TK Islam Terpadu Bina Cendekia Ds. Perahu, Kecamatan Sukamulya Tangerang Perbedaan penelitian yang ini dengan penelitian sebelumnya adalah bahwa penelitian ini ingin menemukan langkah-langkah komunikasi persuasif politikus sebagai pelaku komunikasi untuk mempengaruhi masyarakat supaya mereka terpilih. Keunikannya adalah penelitian ini dilakukan lebih spesifik yaitu hanya caleg incombent saja dan lebih spesifik lagi merupakan caleg incombent dari PDI Perjuangan saja. 23 2.2 Tinjauan Pustaka/Kerangka Teori 2.2.1 Komunikasi Politik Anwar Arifin(2011:1) mengatakan: komunikasi politik adalah pembicaraan untuk mempengaruhi dalam kehidupan bernegara. Komunikasi politik dapat juga merupakan seni mendisain apa yang mungkin (art of possible) dan bahkan dapat merupakan seni mendisain yang tidak mungkin (art of impossible). Politik mencakupi komunikasi sesungguhnya dapat juga dikaji dari pendapat para pakar yang menunjukkan adanya kedekatan yang intim dan istimewa antara komunikasi dan politik karena proses komunikasi menempati fungsi yang sangat penting dalam domain politik. Komunikasi telah membantu menjelaskan fenomena politik. Komunikasi dan politik menjadi komunikasi politik, pada hakikatnya berpadu atau bertemu pada dua titik yaitu: pembicaraan dan pengaruh atau mempengaruhi. Politik adalah komunikasi karena sebagian besar kegiatan politik dilakukan dengan pembicaraan, sebaliknya komunikasi adalah politik karena tujuan komunikasi adalah mempengaruhi sebagai salah satu dimensi politik. Jadi komunikasi politik adalah pembicaraan yang bertujuanu ntuk mempengaruhi kehidupan bernegara. Definisi komunikasi politik juga terus dirumuskan secara eksplisit oleh para ahli. Hal ini misalnya sebagaimana yang disampaikan oleh Fagen (1966: 20, dalam Rahmat, 1989) dimana komunikasi politik didefinisikan sebagai “communicatory activity considered political by virtue its consequences, actual and potential, that it has for the functioning of political systems”. Denifisi lainnya 24 juga dilakukan oleh Meadow (1980: 4, dalam Rahmat, 1989), yaitu “political communication refers to any exchange of symbols or messages that to a significant extent have been shaped by or have consequences for the political system”. Berdasarkan kedua definisi yang disampaikan oleh Fagen (1966) dan Meadow(1980) ini kemudian Dan Nimmo (1978:7) mendefinisikan komunikasi politik sebagai “communication (activity) considered political by virtue of its consequences (actual or potential) which regulate human conduct under the condition of conflicts”. Tidak hanya memberikan kontribusi pada definisi studi komunikasi politik, Nimmo (1989) juga kemudian merumuskan ruang lingkup komunikasi politik yang mengacu pada konsep yang sudah diletakkan oleh Laswell (1958), yaitu : 1. Komunikator politik 2. Pesan politik 3. Persuasi politik 4. Media komunikasi politik 5. Khalayak komunikasi politik 6. Akibat komunikasi politik. Di sini tampak bahwa Nimmo menambahkan elemen baru dalam ruang lingkup komunikasi politik yang sebelumnya tidak disebutkan oleh Laswell (1958) secara eksplisit, yaitu elemen persuasi politik. 2.2.1.1 Citra Politik Citra berasal dari bahasa sangsekerta yang berarti gambar. Kemudian dikembangkan menjadi gambaran sebagai padanan kata image 25 dalam bahasa inggris. Citra merupakan sesuatu yang abstrak dan kompleks serta melibatkan aspek emosi (afeksi) dan aspek penalaran (kognitif). Dalam proses komunikasi mengandung beberapa unsur yaitu: komunikator (sumber), komunike (pesan), komunikan (khalayak), dan (efek umpan balik). Sedangkan di dalam komunikasi massa ditambahkan satu lagi yaitu media (saluran). Secara umum citra merupakan unsur efek dalam proses komunikasi politik. Citra merupakan dasar dalam pembentukan opini dan perilaku individu atau khayalak. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan pendapat (opini) atau perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara khalayak megorganisasikan citranya tentang lingkungan, citra itulah yang mempengaruhi pendapat (opini) atau perilaku khayalak. Pada umumnya citra dipahami sebagai kesan yang melekat dibenak infividu atau kelompok. Citra terbentuk berdasarkan informasi yang didapatkan khayalak atau publik, baik langsung maupun melalui berbagai bentuk media, terutama media sosial dan media massa yang bekerja menyampaikan pesan yang bersifat umum dan aktual. (Anwar Arifin, 2013:13). Seorang komunikator dalam menjalankan komunikasi politiknya menginginkan citra yang positif dimata khayalak untuk memperoleh citra yang baik dari publik dan dukungan opini dari publik. Citra positif sangat berguna untuk memperoleh penghargaan dan dukungan dilingkungan sosialnya dalam mempertahankan dan mengembangkan eksistensinya. 26 2.2.1.2 Politikus sebagai Pelaku Komunikasi Sejumlah teori dikembangkan disekitar pemikiran bahwa individu mencari konsistensi diantara sikap, keyakinan, nilai dan perilaku. Usaha untuk mencari konsistensi ini mempunyai aspek sosial karena persepsi publik kerap memberi tekanan pada orang agar konsisten (Warner and James, 2011). Orang yang bercitacita untuk dan atau memegang jabatan pemerintah harus dan memang berkomunikasi tentang politik. Meskipun politikus melayani beraneka tujuan dengan berkomunikasi, ada dua yang menonjol. Daniel Katz menunjukkan bahwa pemimpin politik mengarahkan pengaruhnya ke dua arah: pertama “Mempengaruhi alokasi ganjaran dan mengubah struktur sosial yang ada atau mencegah perubahan demikian”. Dalam kewenangannya pertama politikus itu berkomunikasi sebagai wakil suatu kelompok atau langganan; pesan-pesan politikus itu mengajukan dan atau melindungi tujuan kepentingan politik, artinya, politikus mewakili kepentingan kelompok. Kedua Politikus memainkan peran sosial yang utama untuk mempengaruhi orang lain terutama dalam pembentukan opini publik. Wakil partisipan itu mengejar perubahan atau mencegah opini dengan tawar menawar kedua menguntungkan. Sehingga jika dirangkumkan maka politikus mencari pengaruh lewat komunikasi (Nimmo, 1993:72). Menurut Anwar Arifin dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Politik (2011:236). Seorang politikus harus memiliki sifat ketokohan. Ketokohan adalah orang yang memiliki Kredibilitas, daya tarik, dan kekuasaan yang menurut aristoteles menyebutnya sebagai Ethos. Ketokohan adalah gabungan antara kredibilitas, daya tarik dan kekuasaan. Nimmo dalam Arifin (2011:236) 27 ketokohan dapat juga disebut pahwalan politik. Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa pemberi suara dalam pemilihan umum cenderung menjatuhkan pilihannya kepada pahlawan politik, yaitu kandidat yang sesuai dengan citra jabatan ideal baginya. Dimana kandidat tersebut memiliki sifat-sifat ketokohan seperti kecakapan, kedewasaan, keberanian, dan sebagainya serta memiliki rekam jejak yang baik dalam dalam perjuangan politik terutamam perjuangan menegakkan kebenaran dan keadilan. Dengan demikian pahlawan politik memiliki daya tarik tersendiri, yang dalam proses komunikasi politik sangat penting untuk mempengaruhi khalayak terutama calon pemilih. Rakmad mengutip tulisan Aristoteles (2008:255): Persuasi tercapai karena karakteristik personal pembicara, yang ketika ia menyampaikan pembicaraannya kita menganggapnya dapat dipercaya, kita lebih penuh dan lebih cepat percaya pada orang-orang baik daripada yang lain: ini berlaku umumnya pada masalah apa saja dan secara mutlak berlaku ketika tidak mungkin ada kepastian dan pendapat terbaik. Tidak benar, anggapan sementara penulis retorika bahwa kebaikan personal yang diungkapkan pembiara tidak berpengaruh apa-apa kekuatan persuasinya; sebaliknya karakternya hampir bisa disebut sebagai alat persuasi yang paling efektif yang dimiliknya. Aristoteles menyebutkan bahwa karakter komunikator ini sebagai Ethos. Ethos terdiri dari pikiran baik, akhlak yang baik, dan maksud yang baik (good sense, goog moral character, goog will). Ethos atau faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikator terdiri dari kredibilitas, atraksi, dan kekuasaan (Rakhmad (2008:257) yang dijawabarkan sebagai berikut: 28 1. Kredibilitas. Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikan tentang diri komunikator. Kredibilitas adalah bagaimana seorang komunikator ulung nilai dan dipercaya oleh individu yang menerima komunikasi dan berlaku pada bidang-bidang tertentu. Kredibilitas merupakan persepsi komunikan tetnang diri persuader yang berkaitan dengan keahlian, dapat dipercaya, kompeten dinamisme dan karismatik. Jika kredibilitas persuader rendah maka maka kecenderungannya komunikan akan mengabaikannya (Soemirat, 2012:2.4.7) Menurut Rakhmad dalam Arifin (2011:237) kredibilitas adalah Seperangkat persepsi khayalak tentang sifat-sifat komunikator. Kredibilitas adalah persepsi masyarakat sehingga tidak melekat dalam diri komunikator tetapi melekat pada diri masyarakat. Kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifat komunikator yang selanjutnya disebut sebagai komponen kredibilitas. Kredibilitas atau ethos itu terdiri dari dua komponen yaitu keahlian (eksperties) dan dapat dipercaya (trust worthiness) oleh khayalak. Menurut Tan (1981:104) keahlian adalah tingkat yang menunjukkan sumber dipersepsi khayalak mengetahui jawaban yang benar dan tepat pada pokok permasalahan. Keahlian tergantung pada keterlatihannya, pengalamannya, kemampuan dan kecerdasannya. Jadi seorang sumber dikatakan ahli apabila ia mengetahui tentang pokok 29 permasalahannya, kepercayaan adalah tingkat yang menunjukkan sejauhmana seorang sumber dipersepsi sebagai orang yang dipercaya dan mampu mengkomunikasikan pendiriannya tanpa prasangka. Sumber yang diperaya adalah sumber yang efektif. Menurut Arifin (2011:237) Keahlian adalah kesan yang terbentuk dibenak khalayak tentang kemampuan politikus, aktivis, atau profesional sebagai komunikator politik dalam hubungannya dengan topik yang dibicarakan atau ditulis. Politikus atau aktivis dan profesional aakan mendapat citra yang baik sebagai orang yang cerdas, mampu, berakhlak, tahu banyak, berpengalaman, atau terlatih. Kepercayaan adalah kesan yang terbentuk pada diri khayalak terhadap komunikator politik yang berkaitan dengan karakter atau waktaknya. Dalam hal ini, politikus, aktivitis atau profesional dinilai rakyat dari segi moralitas, seperti kujujuran, kesopanan, ketulusan dan sebagainya. Berlo dalam Arifin (2011:237) menjelaskan bahwa kredibilitas seseorang timbul jika memiliki: Communication Skill, yaitu keterampilan berkomunikasi; Knowledge, yaitu pengetahuan yang luas tentang substansi yang disampaikan ; Attitude, yaitu sikap jujur dan bersahabat; Sosial and cultural system: yaitu mampu beradaptasi dengan sistem sosial budaya. 30 2. Atraksi (daya tarik) Komunikasi hendaknya dimulai dengan membangkitkan perhatian. Dalam hubungan ini komunikator harus menimbulkan daya tarik. Pada dirinya harus terhadapat faktor daya tarik. Hal ini menjadi tahapan proses komunikasi atau mempengaruhi orang lain dimana menurut para ahli komunikasi cenderung untuk sama-sama berpendapat bahwa dalam melancarkan komunikasi lebih baik mempergunakan pendekatan apa yang disebut A-A Procedure atau From attention to Action Proceure. Yang dalam penyederhanannya disingkat dengan AIDDA yang lengkapnya sebagai berikut: A Attention (Perhatian) I Interest (Minat) D Desire (Hasrat) D Decision (keputusan) A Action Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku komunikasi melalui mekanisme daya tarik dan kesamaan (Effendy: 2000:3-5). Daya tarik fisik mampu membuat seoran komunikator menarik, dan karena menarik dia memiliki daya persuasif tetapi hal lain yang menjadi daya tarik dari komunikator politik adalah adanya faktor kesamaan antara si komunikator dengan komunikan. Dimana akan lebih mudah komunikan menerima pesan dari komunikator jika ada kesamaan 31 dengan komunikator. Jadi komunikator yang ingin mempengaruhi orang lain sebaiknya memulai dengan menegaskan kesamaan antara dirinya dengan komunikan. (Rakhmat, 2008:263). Hal senada di ungkapkan Arifin(2011:239) ketokohan dapat juga terbangun melalui daya tarik fisik tubuh busana, dukungan fisik lainnya, yang bersifat nonverbal dalam komunikasi. Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa laki-laki yang tampan atau perempuan yang cantik, memilik daya tarik tersendiri sebagai komunikator politik. Demikian juga faktor suara, yaitu suara yang merdu bagi perempuan atau serak-serak basah bagi laki-laki sangat kuat persuasifnya bagi khayalak. Faktor homofili atau kebersamaan komunikator (politikus) dengan khayalak (rakyat) merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan. Bahwa Peserta komunikasi politik akan mempermudah interaksi dan menimbulkan efek positif jika menciptakan kebersamaan yang terus menerus. Keakraban atau hubungan baik antara komunikator politik dan khayalak dapat diciptakan dalam hidup bersama, bekerja bersama dan bermain bersama. Simons dalam Rahkmat (2008:263) menerangkan mengapa komunikator yang dipersepsi memiliki kesamaan dengan komunikan cenderung berkomunikasi lebih efektif. Pertama kesamaan mempermudah proses penyandibalikan (decoding) yaitu proses menerjemahkan lambang-lambang yang diterima menjadi gagasan-gagasan. Kedua kesamaan membantu membangun presimis yang sama. Ketiga kesamaan mengakibatkan komunikan akan 32 tertarik kepada komunikator. Keempat, kesamaan akan membuat rasa hormat kepada komunikator. 3. Kekuasan Kekuasaan adalah kemampuan untuk menimbulkan ketundukan. Seperti kredibilitas dan atraksi, ketundukan timbul dari interaksi antara komunikator dan komunikan. Berdasarkan sumber daya yang dimilikinya,Raven menyebutkan jenis-jenis kekuasaan menjadi lima (Rahkmat, 2008:264): 1. Kekuasaan Koersif (coersif power) kekuasaan ini menunjukkan kemampuan komunikator untuk mendatangkan ganjaran atau memberikan hukuman pada komunikan. 2. Kekuasaan keahlian (Expert Power). Kekuasan ini berasal dari pengetahuan, pengalaman, keterampilan atau kemampuan yang dimiliki komunikator. 3. Kekuasaan Informasional (Intermational Power). Kekuasaan ini berasal dari isi komunikasi tertentu atau pengetahuan baru yang dimiliki komunikator. 4. Kekuasaan Rujukan (Referent Power) dimana seorang komunikator berhasil menanamkan kekaguman pada komunikan sehingga seluruh perilakunya dikagumi 5. Kekuasaan Legal (Legal Power) kekuasaan ini berasal dari norma dan peraturan yang ada. 33 Tetapi apapun jenis kekuasaan yang dipergunakan, ketundukan adalah pengaruh yang paling lemah dibandingkan dengan identifikasi dan internalisasi. Sehingga kekuasannya sepatutnya digunakan karena kredibilitas dan atraksi komunikator. Dan komunikasi masih belum efektif bila komunikator tidak memperhatikan pesan yang disampaikannya. 2.2.1.3 Partisipasi Politik Partisipasi politik atau partisipasi rakyat terhadap agenda-agenda politik, sangat penting dalam demokrasi (the connerstone of democrazy) terutama dalam demokrasi perwakilan (representative democracy) seperti yang sedang dibangun di Indonesia). Partisipasi ialah keterlibatan individu-individu dalam bermacam-macam tindakan dalam kehidupan politik. Keikutsertaan itu dapat berupa kegiatan memberi atau tidak memberi dukungan politik dalam berbagai kegiatan, terutama dalam kegiatan kampanye dan pemberian suatu dalam pemilihan umum serta kegiatan dalam proses penempatan kegiatan dalam proses penetapan kebijakan politik. Jadi pemilihan umum hanyalah salah satu dari bentuk partisipasi politik. Anwar Arifin (20013:55). Nimmo (2000:126) mengatakan bahwa partisipasi politik adalah anggota khayalak yang tidak acuh tak acuh, melainkan aktif, bukan saja memerhatikan pesan politik dari para komunikator politik atau politikus, tetapi juga menanggapi dan melakukan dialog dengan para politikus itu. Bahkan partisipasi politik bekerja sama dan bersama dengan komunikator atau politikus, sehingga ia berperan juga sebagai komunikator politik. 34 Partisipasi dalam dikelompokkan secara umum kedalam tiga bentuk yaitu: pertama partisipasi yang lebih pasif yaitu adalah orangorang-orang memiliki minat terhadap politik. Karena politik itu adalah sesuatu yang penting, kedua partisipasi aktif ialah orang-orang yang aktif dalam organisasi sosial. Ketiga partisipasi dalam kegiatan protes orangorang yang ikut dalam kegiatan demonstrasi (Charler Andrian-James Smith (2006:6-7). Tetapi di indonesia berlakukan bentuk atau kelompok yang keempat yang menurut Anwar Arifin (2013:57) dikatakan sebagai Golput (Golongan Putih) yaitu orang-orang yang tidak mau dapat memberikan suaranya dalam pemilihan umum. 2.2.1.4 Pemilu (Pemilihan Umum) Salah tujuan dari komunikasi politik yang dilakukan oleh politikus dalam melakukan persuasi adalah memenangkan Pemilu (Pemilihan Umum). Karena sukses tidaknya komunikasi politik efektif yang dilakukan oleh politikus diukur umum yang dari jumlah suara yang diperoleh melalui pemilihan umum yang bersih, bebas, langsung dan rahasia (Arifin, 2011, 219). Kegiatan pemilihan umum yang berkaitan langsung dengan komunikasi politik adalah kampanye dan pemungutan suara. Kampanye pemilihan umum merupakan suatu usaha untuk memmpengaruhi rakyat secara persuasif(tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan-kegiatan 35 yang berkaitan dengan komunikasi politik seperti retorika, public relation, pemasaran politik, komunikasi massa, lobi dan tindakan politik. 2.2.1 Komunikasi Persuasi Litltlejhon (2011) mengatakan secara ontologi di dalam komunikasi hakikat yang dikaji adalah interaksi sosial. Dan di dalam komunikasi persuasi hakikat yang dikaji adalah interaksi sosial dengan tujuan untuk mempengaruhi sikap, pendapat, dan perilaku orang lain melalui kegiatan komunikasi, baik secara verbal maupun non verbal. Istilah persuasi (persuasion) bersumber dari perkataan lain, persuasio, yang kata kerjanya adalah persuader, yang berarti membujuk, mengajak atau merayu. Komunikasi persuasi dapat dilakukan baik secara rasional maupun emosional (soemirat dan suryana, 2009). Secara rasional aspek yang dipengaruhi dapat berupa ide ataupun konsep, sehingga pada orang tadi terbentuk keyakinan (beliefe). Digambarkan secara skematik sebagai berikut: Perhatian/ persuasi Mengerti Menerima Keyakinan Gambar 2.1. Proses Rasional Sumber: mar’at dalam buku soemirat(2011:1.25) Dan persuasi yang dilakukan secara emosional, biasa menyentuh aspek apeksi, yaitu hal yang berkaitan dengan kehidupan emosional seseorang. Dimana dengan menggunakan cara ini, aspek simpati dan empati seseorang digugahm sehingga 36 muncul proses senang pada diri orang dipersuasi (the liking proses). Dalam bentuk skematik digambarkan sebagai berikut: Perhatian/ persuasi Empati Menerima Minat Gambar 2.2. Proses Emosional Sumber: mar’at dalam buku soemirat(2011:1.25) Dalam buku soemirat (2011:1.25) beberapa ahli menjelaskan pengertian persuasi, antara lain Brembeck dan Howel mendefinisikan persuasi adalah sebagai usaha sadar untuk mengubah pikiran dan tindakan dengan memanipulasikan motif orang ke arah tujuan yang sudah ditetapkan, Applebaum dan Anatol mendefinisikan persuasi sebagai poses komunikasi yang kompleks pada saat individu atau kelompok mengungkapkan pesan, baik disengaja maupun tidak, melalui cara-cara verbal maupun nonverbal untuk memperoleh respon tertentu dari individu atau kelompok lain. Dan Soemirat (2011: 1.26) mendenifisikan secara umum tentang komunikasi persuasi merupakan Melakukan upaya untuk mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang melalui cara-cara yang luwes, manusiawi, dan halus, dengan akibat munculnya kesadaran, kerelaan dan perasaan senang serta adanya keinginan untuk bertindak sesuai dengan yang dikatakan persuader/komunikator. Komunikasi Persuasi bukanlah hal mudah karena banyak faktor yang harus dipertimbangkan agar komunikan mau mengubah sikap dan pendapat dan perilakunya. Faktor-faktor tersebut adalah: 37 2.2.1.1 Kejelasan Tujuan Kejelasan tujuan, dalam melakukan komunikasi pastinya memiliki tujuan, sedangkan komunikasi persuasinya tujuannya adalah mengubah pendapat yang berkaitan dengan kognitif, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan kepercayaan, ide dan konsep. Dalam hal ini terjadi perubahan perubahan dalam pikiran audience, ia menjadi tahu dia keliru dan perlu diperbaiki, maka kemampuan inletektualnya meningkat. Tujuan selanjutnya adalah mengubah sikap, berkaitan dengan aspek afektif, tercakup kehidupan emosional audiences. Dalam hal ini tujuannya adalah menggerakkan hati, menimbulkan perasaan tertentu, menyenangi, dan menyetujui ide yang dikemukakan. Selain itu beberapa tujuan dari komunikasi persuasif disampaikan oleh Soemirat (2011:5.35) bahwa ada tiga tujuan pesan komunikasi persuasif yaitu: 1. Membentuk tanggapan (Shaping Responces) Tujuan persuasif adalah berusaha membentuk cara sasaran memberikan tanggapannya. Pembentuk tanggapan tersebut dilakukan pada sasaran yang mengetetahui banyak tentang topik yang dibicarakan ataupun tidak. Akibat pembentukan tanggapan tersebut terlihat pada saat sasaran persuasi mengetahui sedikit tentang topik yang dibicarakan. Pembentukan tangggapan baru pada sasaran persuasi akan selalu berkaitan dengan nilai-nilai yang mapan. Yang dimaksud 38 dengan nilai di sini adalah suatu preferensi primitif atau sikap positif terhadap pernyataan tujuan kebutuhan diri, kebebasan atau luasnya cara bertingkah laku tertentu, seperti keberanian, kejujuran, persahabatan, dan kesederhanaan. 2. Penguatan tanggapan (Reinforcing Responces) Yang dimaksud dengan penguatan tanggapan adalah terdapat kesinambungan perilaku yang sedang berlangsung saat ini terhadap beberapa produk, gagasan atau isu. Maksud dari penguatan tanggapan ini adalah kontiniutas sasaran persuasi yang melakukan apa yang telah dilakukan oleh mereka. Jika pembentukan tanggapan dihubungkan dengan nilai-nilai dan sikap, Nilai kebijakan-kebijakan, dan situasisituasi. Nilai merupakan like or dislike terhadap orang-orang, gagasangagasan, kebijakan-kebijakan dan situasi-situasi. 3. Pengubahan tanggapan (Changing Responces) Yang dimaksud dengan pengubahan tanggapan adalah pengubahan tanggapan sasaran-sasaran persuasi untuk mengubah perilaku mereka terhadap produk, konsep atau gagasan. Persuader berusaha mengubahan tanggapan sambil meminta kepada sasaran untuk mewakili dan atau penghentian beberapa perilaku. Dan mengubah perilaku ini memang tidak mudah, kadangkala ia datang dengan kuat pada diri seseorang apabila mereka membutuhkan kebutuhan tentang aspek-aspek yang dimunculkan oleh gagasan atau kebiasaan-kebiasaan baru, yang memang diperlukan. 39 2.2.1.2 Memikirkan Sasaran Persuasi Memikirkan secara cermat orang-orang yang akan dihadapi. Karena sasaran komunikasi persuasi yang akan dihadapi berpariasi apalagi dalam ruang lingkup besar seperti publik dalam pemilihan umum, keragaman itu bisa dilihat dari karakteristik demografis, seperti umur, jenis kelamin, status sosial, status ekonomi, status perkawinan, status pendidikan, dan lain-lain. Dari jenis pekerjaan, suku bangsa, gaya hidup dan masih banyak lagi faktor yang lain. Sehingga dalam melakukan persuasi aspek pribadi dan sosial menjadi audience dan publik menjadi perhatian, Nothstine dalam buku soemirat (2011:1.29) mengklatisifikasikannya sebagai berikut: a. Pemilih yang tidak bersahabat secara terbuka, yaitu mereka yang menentang posisi kita. Mereka yang secara aktif menentang. b. Pemilih yang tidak bersahabat, yaitu audience yang tidak suka dengan posisi kita, tapi sifatnya hanya menolak tapi tidak menentang. c. Pemilih yang netral, yaitu audience yang memahami posisi kita tetapi tidak memihak kita. d. Pemilih yang ragu-ragu, yaitu mereka yang cenderung peduli dengan kita tetapi mereka masih ragu antara mempercayai atau menolak. e. Pemilih yang tidak mengetahui, yaitu mereka yang tidak memiliki informasi tentang kita. Sehingga kekuatan komunikasi persuasi yang akan menentukan pilihan mereka. 40 f. Pemilih yang mendukung yaitu mereka yang mengenali posisi kita dan menyenangi kita, tetapi tidak dilakukan secara terbuka. g. Pemilih yang mendukung terbuka, yaitu yang mendukung sepenuh hati, mereka mau melakukan tindakan secara aktif untuk mendukung. Ruang lingkup kajian komunikasi persuasif meliputi: a. Sumber atau pelaku persuasi, b. Pesan yang dikemas untuk mempengaruhi, c. Saluran atau media, d. Penerima bisa perorangan, kelompok bahkan masyarakat banyak. e. Efek f. Umban Balik g. Konteks situasional Simons mengatakan dalam buku Soemirat (2011:1.31) Komunikasi persuasif sudah sangat banyak dimanfaatkan mulai semenjak dulu mulai dari zaman Yunani Kuno. Menurut dia salah satu fungsi utama dari kemunikasi persuasi adalah control function (fungsi pengawasan) yaitu menggunakan fungsi komunikasi persuasi untuk mengkontruksi pesan dan membangun citra Iimage) agar dapat mempengaruhi orang lain. Melalui komunikasi persuasif bisa dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi, organisasi dan masyarakat. Dimana untuk kepentingan organisasi dan masyarakat komunikasi yang persuasif dapat menggerakkan hati orang untuk melakukan yang diinginkan oleh pelaku persuasi. 41 2.2.1.3 Pesan Komunikasi Persuasif Simons dalam soemirat (2011:2.35) mengatakan bahwa secara sederhana dapat dikatakan pesan adalah apa yang diucapkan oleh komunikator melalui kata-kata, gerak tubuh, dan nada suara. Di dalam terdiri disposisi ketika berbicara, argumentasi dan pertimbanganpertimbangan yang digunakan serta materi yang disajikan. Dalam konsep luas, pesan merupakan sesuatu yang memberikan pengertian kepada penerima. Termasuk di dalamnya adalah tubuh, nada suara, reaksi penerima terhadap isi pesan, media sumber sebagai pribadi, terhadap tindakan dan atau nontinakan yang terjadi di dalam amsyarakat. Pesan dapat dikategorikan menjadi pesan verbal dan pesan nonverbal. Pesan verbal merupakan ciri khas manusia. Setiap hari, kita berbicaa, kita memberikan rangsangan melalui kata-kata yang diucapkan kepada orang lain. yang kita inginkan dari pikiran kita, sebagian besar diucapkan melalui kata-kata kita. Pada dasarnya kata bersifat netral, hampa dan kosong, kata semata-mata tidak memberikan makna apapun, yang memberi makna pada kata adalah kita. Pesan nonverbal merupakan semua pesan yang disapampaikan tanpa kata-kata atau selain dari kata-kata yang kita gunakan. Bentuk pesan nonverbal bisa berupa ekspresi wajah, sikap tubuh, cara berpakaian, nada suara, gerakan tangan, gaya bicara dan lain sebagainya. bahkan di dalam komunikasi politik semua tindakan seorang politik merupakan sebuah tindakan yang mengandung komunikasi. Pesan nonverbal itu bisa 42 merupakan tindakan yang disengaja ataupun tidankan yang tidak sengaja. Pesan nonverbal yang disengaja adalah pesan yang ingin kita sampaikan. 2.2.1.3 Saluran Komunikasi Persuasif Saluran merupakan peranara, ketika seorang penerima mengoperkan kembali pesan yang berasal dari sumber awal untuk tujuan akhir. Saluran dipergunakan oleh persuasder untuk berkomunikasi dengan berbagai orang, secara formal maupun nonformal, secara tatap muka (face to face communication) ataupun bermedia (mediated communication). Seyogianya dalam komunikasi secara umum maka komunikasi persuasif juga menggunakan saluran yang berbeda-beda. Ahmad dalam soemirat (2011:2.36) mengatakan bahwa saluran komunikasi terdiri dari dua kelompok besar yakni saluran formal dan saluran informal, saluran informal terdiri atas media elektronik, seperti radio, televisi, film dan lain sebagainya. sedangkan saluran informal meliputi situasi antara pesonal langsung, seperti suasana tatap muka, sedangkan antar pesona tidak langsung dapat berbentuk surat telepon, telegram, teleks, pita rekaman dan lain-lain. Saluran informal tatap muka berciri-ciri antara persuader dan penerima saling mengenal secara pribadi, seperti membentuk kekeluargaan, pertemanan, sahabat dan lain-lain sebagainya. saluran komunikasi merupakan jaringan yang efektif, yang menghubungkan sumber dan penerima dalam struktu komunikasi persuasif. 43 Dikatakan bahwa Komunikasi tatap muka juga merupakan saluran komunikasi persuasif, komunikasi tatap muka berlangsung pada saat persuasider dan persuadee saling berhadapan muka, dan diantara mereka dapat saling melihat. Situasi komunikasi tatap muka memungkinkan persuasider untuk melihat dan mengkaji diri masyarakat dengan secara langsung bila dalam komunikasi politik. Sehingga dapat dikatakan bahwa komunikasi ini merupakan komunikasi langsung. Dalam komunikasi persuasif komunikasi tatap muka ada juga yang dimanakan dengan komunikasi antara pesona.Blake dan Haroldsen dalam Soemirat (2011:6.6) mengatakan: “Interpersonal communcation is direct communication between two or more people in physical proaximity in which all off the five senses can be utilized and immediated feedback is present” Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi langsung antara dua orang atau lebih secara fisik, dimana semua indera berfungsi, dan umpan balik bisa secara langsung. Jadi komunikasi antara pesonan diperlukan adanya hubungan yang interdependen, yakni hubungan yang saling ketergantungan secara timbal balik antara komunikator dan komunikan. Sejauh mana hubungan timbal balik dapat terjadi, hal ini bergantung pada situasi yang ada. 2.2.1.4 Prinsip Kesamaan dan Identifikasi persuader Aspek lain dari faktor-faktor dalam komunikasi persuasif adalah prinsip kesamaan dan identifikasi persuader. Aspek-aspek yang akan 44 dibahas meliputi prinsip idenfikasi dan prinsip kesamaan (Soemirat, 2011:4.24). 1. Konsep dasar Kebersamaan Salah yang mendukung keberhasilan komunikasi persuasif adalah kredibilitas. Kredibilitas merupakan fungsi dari siapa penerimanya, topik yang dibicarakan, cara penyajian pesan, serta situasi saat kejadi komunikasi persuasif berlangsung. Aspek lain yang mendukung keberhasilan komunikasi persuasif adalah identifikasi dan kebersamaan. Idenfikasi merupakan konsep psikologi yang berkaitan dengan cara-cara yang dilakukan oleh individu dalam mengatasi komplik, frustasi serta berbagai kecemasan yang dihadapi. Identifikasi adalah sebuah pengenalan, verifikasi objek atau orang tertentu, tindakan atau proses yang menanggapi suau keadaan yang diperkirakan atau dianggap seakan-akan sama yang pernah dialami sebelumnya, tindakan atau proses menghubungkan atau menyesuasikan diri dengan orang lain. kelompok atau nilai-nilai yang diterima dan maksud-maksud orang lain terhadap dirinya. Oleh karana itu, dalam konsep identifikasi, tercakup makna mempelajari respon yang kompleks melalui peneriun mendalam. Identifikasi berkenaan dengan suatu aktivitas yang berlangsung dalam waktu yang cukup lama, dengan menggunakan model-model tertentu. Identifikasi berkenaan dengan pemakaian keseluruhan aspek-aspek sikap, nilai, dan perilaku model, tidak hanya perilaku-perilaku dan atau perbuatan-perbuatan tertentu. 45 2. Identifikasi dalam Komunikasi Persuasif Dalam komunikasi persuasif, identifikasi merupakan faktor yang penting. Hal ini karena dapat mempengaruhi efektivitas persuasi tersebut. dalam proses identifikasi, individu mendefinisikan perannya sesuai dengan peran orang lain. Sumber komunikasi persuasi mempengaruhi masyarakat dengan menggunakan bahasa anda, gerak tubuh anda, gaya suara anda, imajinasi anda, sikap anda, pemikiran anda, serta berusaha mengidentifikasi berbagai hal yang ada pada diri persuader. Sehingga dapat dikatakan bahwa untuk mempersuasi, sumber melakukan manipulasi dengan berbagai cara sehingga ia memperoleh isyarat kebersamaan antara pembicara dan penerima. Salah satu langkah khusus dalam komunikasi persuasif, yang berkaitan dengan identifikasi adalah mengacu pada pengalaman pendengar atau penerima, dengan mempertimbangkan pandangan, yang dibaca, yang dirasakan, yang dipercaya atau yang dilakukan persuadee. Seorang politikus atau caleg dapat mengasosiasikan atau mengidentifikasi tujuannya dengan pengetahuan, kepentingan, serta motivasi penerima. Sehingga harapannya maka masyarakat akan mengadopsi politikus tersebut. 3. Kesamaan dalam Komunikasi Persuasif Faktor kesamaan atau kemiripan merupakan dasar dari daya tarik untuk semua jenis hubungan manusia. Dalam batas-batas tertentu, semakin mirip pihak-pihak yang berkomunikasi, maka akan semakin efektif pula 46 komunikasi diantara mereka. Paling tidak setidaknya ada dua hal peranan penting kesamaan yaitu, pertama, kesamaan dapat mendatangkan ganjaran, orang yang berusaha untuk mempertahankan keselaran dan keseimbangan diantara sikap masing-masing. Sebaliknya orang yang bertemu dengan orang lain yang tidak sependepat dengan dirinya, apalagi sampai mencela keyakinan, mencela dan menentang selera serta penilainnya makan akan dianggap tidak menyenangkan. Kedua, melalui kesamaan, orang berusaha untuk mempertahankan keselarasan dan kesimbangan diantara sikap masiang. Mereka mengatur rasa suka dan rasa tidak suka menjadi seimbang. Bisa saja pada satu saaj menyukai seseorang, namun anda menentang orang itu mengendai suatu masalah yang fundamental. Hal itu secara psikologis tidak menyenangkannya, karena kita lebih memaksimalkan kesimbangan kognitif kita dengan cara menyukai orang-orang yang mendukung kita dan tidak menyukai orang yang tidak mendukung pandangan kita. Peneliti memandang fenomena ini dari beberapa kajian teori sebagai berikut: 1. Teori Empati dan Teori Homofili Komunikasi persuasi yang positif berkaitan juga dengan teori empati dan teori homofili, yang dikembangkan pakar komunikasi, psikologi dan sosiologi. Teori empati dikembangkan oleh Berlo dan Daniel Larner. Sedangkan teori Homofili diperkenalkan oleh everet M. Rogers dan F. Shoemaker (Arifin, 47 2011:109). Secara sederhana empati adalah kemampuan menempatkan diri pada situasi dan kondisi orang lain. K. Berlo memperkenalkan teori yang dikenal dengan teori yang dikenal dengan nama influene theory of emphaty yaitu teori penurunan dari penempatan diri ke dalam diri orang lain. Pengertian dari teori ini adalah komunikan akan mengandaikan dirinya jika menjadi posisi komunikator. Dalam hal ini dalam diri komunikan tercipta daya khayal dimana selanjutnya individu akan menemukan serta mengindentifikasi adanya persamaan-persamaan atau perbedaan masing-masing serta kemudian menjadi dasar untuk melakukan penyesuasian. Dalam buku Arifin (2011:110) beberapa pakar memberikan pengertian tentang empati sebagai berikut: Daniel Learner (1978) mengatakan bahwa empati adalah kesanggupan seseorang untuk melihat diri sendiri dalam situasi orang lain, dan kemudian melakukan penyesuasian. Dimana dalam hal itu individu harus memiliki “kepribadian mobil” yaitu kepribadian yang mudah bergerak dan menyesuaikan diri dengan situasi orang lain. Kemudian Freud (1921) mengatakan bahwa empati ituadalah memahami orang lain, yang tidak mempunyai arti emosional, bagi kita. Scotland (1978), empati adalah keadaan ketika pengamat bereaksi secara emosional karena ia menganggap orang lain mengalami atau siap mengalami suatu emosi. Sedangkan Bannet (1979) memberi contoh empati, yaitu membayangkan pengalaman orang lain ketika sakit, kami memperlakukan orang lain itu berbeda dengan cara kami memperlakukan diri sendiri. Dalam komunikasi politik, kemampuan memproyeksikan diri sendiri ke dalam titik pandang dan empati orang lain memberi peluang kepada seorang 48 politikus untuk berhasil dalam pembicaraan politiknya (Arifin, 2011:110). Menempatkan diri sendiri seperti orang lain itu memang tidak mudah, justru empati dapat ditingkatkan melalui komunikasi sosial dan komunikasi politik yang sering dilakukan oleh politikus. Dapat dipahami bahwa seorang politikus perlu melakukan komunikasi yang rutin kepada masyarakat supaya masyarakat semakin mengenal dan masyarakat dapat memproyeksikan dirinya terhadap politikus supaya muncul empati pada masyarakat sebagai dari munculnya penyesuasian diri dan persamaan-persamaan. Empati dan komunikasi politik adalah sifat yang sangat dekat dengan citra seorang politikus tentang diri dan tentang orang lain. Sehingga empati dapat dinegosiasikan atau dimantapkan melalui komunikasi antar pesona. Dalam usaha melakukan empati dalam peristiwa komunikasi Rogers dan Shoemaker memperkenalkan homofili, dengan tujuan meningkatkan kemampuan invidu untuk menciptakan kebersamaan-kebersamaan, baik fisik maupun mental (Arifin, 2011:111). Homofili dapat digambarkan sebagai suasana dan kondisi kepribadian dan kondisi fisik dua orang yang berinteraksi karena memiliki kebersamaan usia, bahasa, pengetahuan, kepentingan, organisasi, partai, agama, suku bangsa dan pakaian ataupun yang lain. Karena sulit untuk melakukan interaksi jika tidak memiliki kesamaan bahasa, pengetahuan dan kepentingan. Dan Nimmo dalam buku Arifin (2011:11) menyebutkan beberapa prinsip homofili dalam komunikasi dan riset yaitu: 49 1. Orang-orang yang mirip dan sesuai satu sama lain, lebih sering berkomunikasi daripada orang yang tidak mempunyai persamaan sifat dan pandangan. 2. Komunikasi yang lebih efektif terjadi bila sumber dan penerima adalah homofilistik karena orang-orang yang mirip cenderung menemukan makna yang sama dan diakui bersama dalam pesanpesan yang dipertukarkan oleh mereka. 3. Komunikasi saling memelihara, karena semakin banyak komunikasi di antara mereka, makin cenderung dapat berbagi pandang dan melanjutkan komunikasi. Empati dan homofili dapat menciptakan semua yang akrab dan intim sehingga komunikasi politik dapat berjalan secara interaksional. Seorang komunikator politik atau politikus dapat mempersuasi masyarakat dengan melakukan pendekatan masyarakat melalui komunikasi dengan menimbulkan terlebih dahulu empati dari masyarakat atau publik. Untuk mendapatkan itu tentunya dilakukan dengan komunikasi yang efektif dan terus menerus kepada masyarakat untuk menciptakan empati. Empati bisa muncul melalui persamaan atau homofili. Interaksi yang berlangsung adalah dua subjek bukan subjek dan objek tetapi selevel dan sederajat dan tercipta komunikasi politik yang dialogis yang bukan berbicara tentang aku dan kamu, tetapi yang ditonjolkan adalah kita contohnya kita sebangsa dan kita setanah air. Di dalam komunikasi politik empati dan homofili selanjutnya diaplikasikan dalam bentuk ideologi politik yang sama, visi dan misi politik yang 50 sama, doktrin politik yang sama, simbol yang sama, pakaian yang sama, dan keputusan politik yang sama. 2. Teori informasi Nonverbal Sejumlah pakar komuniasi telah mengembangkan Teori Informasi yang banyak digunakan dalam kegiatan komunikasi politik. B. Aubrey Fisher telah banyak menggunakan Teori Informasi dalam menggagas dan menjelaskan paradigma pragmatis, yang intinya adalah bertindak sama dengan berkomunikasi (Arifin,2001:113) yang dapat dipahami bahwa semua tindakan politik adalah merupakan komunikasi politik yang sifatnya nonverbal dan sering diartikan bahwa tidak ada komunikasi(verbal) merupakan tindakan komunikasi. Seorang politikus yang sedang melakukan aktivitas keseharian berinteraksi dengan masyarakat walaupun tidak berkomunikasi merupakan sebuah tindakan politik yang dapat dikatakan juga sebagai komunikasi politik yang memiliki maksud. Aubrey Fisher dalam Arfin (2011:113) mengatakan bahwa dalam Teori informasi nonverbal diartikan sebagai pengelompokan peristiwa-peristiwa dengan fungsi tujuan untuk menghilangkan ketidakpastian, dimana informasi dapat disebut sebagai konsep yang absolut dan relatif. Sedangkan menurut Lawrance dan Willbur Schramm merumuskan bahwa indormasi adalah setiap hal yang membantu kita dalam menyusun atau menukar pandangan tentang kehidupan. Sehingga dapat dipahami bahwa informasi merupakan semua hal-hal yang digunakan untuk bertukar pengalaman. Di dalam teori informasi nonverbal sendiri komunikasi politik diartikan bahwa semua hal harus diartikan sebagai tindakan 51 politik (bukan pesan) artinya yang mengandung sebuah kemungkinan alternatif. Jadi bertindak adalah melakukan tindakan politik dan berkomunikasi adalah tindakan komunikasi politik. Sehingga dapat dikatakan bahwa informasi politik dalam teori informasi nonverbal pada hakikatnya adalah komunikasi politik yang bersifat verbal (tidak terucapkan). Arifin (2011:114) mengutip Mehrain yang mengatakan bahwa ada sekitar 93% dampak komunikasi diakibatkan oleh pesan nonverbal dan menurut Birdwhistell mengatakan hanya sekitar 30-35% makna sosial percakapan atau interaksi sosial dilakukan dengan kata-kata yang terucapkan, sedangkan sisanya dilakukan dengan pesan verbal. Komunikasi informasi nonverbal menurut Mark L, Knapp adalah: 1. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disampaikan secara verbal, misalnya memuji sambil mengangkat jempol. 2. Subsitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal, misalnya mengangguk diartikan sebagai menerima. 3. Kontradiksi, yaitu memberi makna lain terhadap pesan verbal, misalnya bersalaman tetapi sambil melihat yang lain. 4. Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya pesan verbal bersorak sambil melompat-lompat 5. Aksentuasi, yaitu lebih menegaskan pesan verbal, misalnya menegaskan dengan mengepalkan tinju. 52 Teori informasi nonverbal menjelaskan bahwa tidak satupun tindakan politik yang dilakukan oleh politikus bukan komunikasi politik, walaupun dapat dipahami sebagai komunikasi politik nonverbal. Tetapi tindakan itu bukanlah sebuah pesan melainkan sebuah kemungkinan atau sebual alternatif. Teori informasi nonverbal dapat diterapkan dalam komunikasi politik dalam banyak bentuk seperti (Arifin,2011:116: 1. Memasang Bendara, umbul-umbul, spanduk, dan memperdengarkan musik karena ada upcara partai politik. 2. Memakai pakaian seragam karena ada pertemuan kader partai; 3. Mempromosikan kader yang berprestasi. 2.3 Karakteristik Persuasi Persuasi adalah proses memotivasi seseorang, melalui komunikasi, untuk mengubah keyakinan tertentu, sikap, atau perilaku. Berdasarkan denifisi ini tersirat beberapa karakteristik persuasi yaitu (Adler, 2008:428): a. Persuasi yang bukan koersif Persuasi bukanlah hal yang selalu memaksa atau koersif, sebagai contoh Jika Anda memegang pistol dan kemudian menondongkannya pada kepala seseorang dan berkata, "Lakukan ini, atau aku akan menembak,". Tindakan ini merupakan sebuah paksaan. Selain merupakan sebuah tidankan yang tidak dilegalkal pendekatan tersebut tidak akan efektif. Segera setelah pihak yang berwenang membawa anda dan jauh dari orang tersebut maka orang tersebut akan berhenti mengikuti tuntutan Anda. 53 Sangat banyak kegagalan yang terjadi dengan melakukan pemaksaan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Anak-anak yang orangtuanya sering memaksakan kehendaknya kepada anak-anaknya akan sering ditemukan pemberontakan, atau contoh lain siswa yang melakukan sesuatu hal yang disuruh oleh gurunya karena takut ancaman maka lebih sering tidak menghargai guru tersebut dan instruksi yang diperintahkan, contoh lain lagi seperti karyawan yang bekerja dengan perintah yang kasar majikan akan sering tidak produktif dan akan ingin secepatnya menemukan pekerjaan baru dan meninggalkal pimpinannya yang kasar tersebut. Jadi persuasi, di sisi lain, membuat pendengar ingin berpikir atau bertindak dikarenakan komunikasi yang persuasif bukan koersif. b. Persuasi yang memberikan nilai lebih. Sikap biasanya tidak berubah seketika atau dramatis dan persuasion adalah sebuah proses. Apabila berhasil, pada umumnya berhasil melalui proses dari waktu ke waktu, secara bertahap, dan kenaikan biasanya kecil, oleh karena itu seorang komunikator akan lebih baik bila sudah menetapkan tujuan dan harapan terlebih dahulu inilah yang dicerminkan karakteristik persuasi ini. Ilmuwan komunikasi menjelaskan karakteristik persuasi ini diperoleh melalui teori penilaian sosial. Teori ini mengatakan bahwa ketika komunikan mendengar persuasif yang dilakukan oleh seorang komunikator, maka mereka membandingkannya dengan pendapat yang sudah ada pada mereka atau pendapat yang mereka pegang. Pendapat yang sudah ada sebelumnya disebut jangkar, 54 tetapi sekitar jangkar ini ada apa yang disebut lintang penerimaan, lintang penolakan, dan garis lintang noncommitment. Orang-orang yang sangat peduli tentang sudut pandang tertentu akan memiliki lintang yang sangat sempit noncommitment. Komunikan yang kurang peduli akan memiliki lintang yang lebih luas noncommitment. Beberapa research menunjukkan bahwa komunikan yang mendengarkan komunikator dan kemudian membandingkannya dengan yang pikirkannya berbeda maka komunikan tersebut akan menolaknya. Ini berarti bahwa persuasi di dunia nyata terjadi dalam serangkaian gerakan kecil. Satu pidato persuasif mungkin akan menjadi sebuah langkah kampanya yang baik . Sebuah contoh komunikasi yang persuasif yang dilakukan selama bulan kampanye politik dimana keseluruhan bentuk komunikasi yang dilakukan oleh komunikator politik akan di nilai oleh publik seperti halnya jajak pendapat dengan hati-hati mereka akan menyesuasikan dengan cara berpikir mereka. Seorang Pembicara publik yang mengindahkan prinsip teori penilaian sosial cenderung mencari realistis, berusaha membuat sesederhana mungkin mengemas pesan yang menjadi gol dalam pidato mereka, maka jika ingin mengubah pandangan orang-orang yang mendengar mulailah dengan cara mempertimbangkan terlebih dahulu setiap argumen yang ingin anda sampaikan supaya orang-orang dari berbagai latar belakang dapat memahami maksud anda dan menyesuaikannya dengan pendapat mereka sehingga anda tidak ditolak. 55 Teori penilaian sosial menunjukkan bahwa kesempatan terbaik untuk mengubah sikap pendengar akan datang dengan menyajikan argumen berdasarkan posisi yang ada pada situasi yang tepat supaya anda dapat diterima dan menghindari ucapan yang mendorong beberapa kalangan untuk menolak anda. 4. Persuasi yang Interaktif Dalam model komunikasi yang transaksional dijelaskan bahwa persuasi bukanlah komunikasi yang satu arah tetapi persuasi adalah sebuah komunikasi yang interaktif dimana komunikasi persuasif berusaha menunjukkan bahwa yang disampaikan oleh komunikator itu adalah sesuatu yang berhubungan dengan mereka dan itu merupakan aktivitas bersama. Komunikasi persuasif itu diperlukan keterbukaan argumen sehingga beberapa orang akan terlibat dalam argumenargumen penting dan mendapatkan resolusi. Argumen tidak dimenangkan dengan cara berteriak lawan berargumen, tetapi mereka menangkan dengan mengubah lawan cara berpikir lawan atau dengan membujuk mereka untuk menyampaikan ada yang salah dengan argumen mereka. Bahkan dalam komunikasi publik, kedua pembicara dan audiens adalah kategori aktif dapat dimanifestasikan dalam speaker mengambil survei penonton sebelum pidato, kepekaan terhadap reaksi penonton saat pidato, atau berpikiran terbuka sesi tanya-jawab setelah pidato. 5. Persuasi yang etis. Dalam persuasi yang etis dikatakan bahwa mereka yang sedang dipersuasi merasa bahwa mereka tidak sedang dipaksa. Komunikasi persuasif yang etis tidak 56 mengambil keuntungan terhadap posisi lemah komunikannya. Persuasi etis memainkan peran penting dan berharga dalam kehidupan setiap orang. Ini adalah melalui persuasi etika yang mempengaruhi kehidupan orang lain dengan cara yang berharga. Orang yang mengatakan, "Saya tidak ingin mempengaruhi orang lain," benar-benar berkata, "Saya tidak ingin terlibat dengan orang lain," dan itu adalah pengabaian tanggung jawab seseorang sebagai manusia. Persuasi yang baik akan dapat mencapai hasil yang diinginkan. Sebagai contoh seseorang bisa meyakinkan orang yang dicintai untuk berhenti merokok atau untuk tidak menyimpan senjata api di rumah, anda bisa mendapatkan anggota komunitas anda untuk menghemat energi atau untuk bergabung bersama untuk memperbaiki taman, Anda dapat membujuk majikan untuk mempekerjakan anda untuk pekerjaan di mana bakat anda sendiri, minat, dan kemampuan akan sehingga anda dapat memberikan yang terbaik terbaik pada mereka mereka. Persuasi dianggap etis jika sesuai dengan standar-standar moral. Tetapi apakah standar itu dapat diterima Jika rencana Anda adalah egois dan tidak dalam untuk kepentingan terbaik dari audience tersebut, tetapi bagaimana jika anda jujur tentang motif-yang etis? Jika rencana Anda adalah demi kepentingan terbaik dari audience Anda, namun Anda berbohong kepada mereka untuk mendapatkan mereka untuk menerima rencana yang etis? Filsuf dan ahli retorika berpendapat selama berabad-abad atas pertanyaan seperti ini. Ada banyak cara untuk mendefinisikan persuasion. Komunikasi persuasif yang etis untuk tujuan kita, kita akan menganggapnya sebagai komunikasi dalam kepentingan terbaik dari penonton yang tidak bergantung pada informasi palsu atau menyesatkan untuk 57 mengubah sikap audiens atau cara terbaik untuk menghargai tindakan. Beberapa contoh persuasi yang tidak etis seperti berpura-pura antusias tentang topik pidato, menjiplak materi dari sumber lain dan dan mengatakan itu adalah karya anda sendiri, dan mengarang statistik untuk mendukung kasus anda jelas tidak etis. Selain menjadi salah atas dasar moral, upaya persuasi yang tidak memiliki kelemahan praktis utama: Jika anda melakukan penipuan, maka kredibilitas anda akan rusak. Ada beberapa tindakan komunikasi persuasif yang tidak etis menurut Adler. 1. Melakukan Plagiarisme. a. Mengklaim ide orang lain merupakan ide anda sendiri. b. Mengutip tanpa mengutip sumbernya. 2. Menyampaikan Informasi Palsu. a. sengaja berbohong. b. Salah menyajikan materi. c. Distorsi yang disengaja dan penindasan materi d. Penalaran menyesatkan untuk menggambarkan kebenaran. 3. Informasi yang terpotong. a. Tentang diri (speaker), tidak mengungkapkan motif pribadi atau kepentingan khusus. b. Tentang tujuan pidato. c. Sumber (bukan sumber mengungkapkan, plagiarisme). d. Tentang bukti, penghilangan bukti tertentu (card stacking) e. Tentang menentang argumen; menyajikan hanya satu sisi. 58 4. Tampil dalam ketidaktulusan. a. Mengatakan apa yang tidak berarti atau percaya. b. Dalam menyampaikan pesan kelihatan tidak seruis (misalnya, purapura antusiasme). 5. Menggunakan perlawanan yang emosional untuk menghindari Kebenaran. a. Menggunakan banding emosional sebagai pengganti atau menutupnutupi karena kurangnya akal sehat dan bukti yang sah. b. Gagal untuk menggunakan jawaban yang dapat menyeimbangkan pertentangan. Seorang politikus yang ingin melakukan persuasif kepada masyarakat, diharapkan menghindari hal-hal yang tidak etis seperti diatas supaya mendapat kepercayaan penuh dari masyarakat. 2.5 Pengkategorian Jenis Persuasi Adler (2006:432) dalam bukunya mengatakan Ada beberapa cara untuk mengkategorikan jenis upaya persuasif yang menjadikan seseorang itu sebagai seorang komunikator.kategori itu dapat dipahami berdasarkan tiga pertanyaan yaitu terkait pada Apa yang akan anda fokuskan? Kemudian Hasil apa yang akan anda cari? Bagaimana anda menanggapi hasil tersebut? Sehingga Persuasi dapat dikategorikan sebagai berikut: a. Berdasarkan Jenis Proposisi Persuasif dikategorikan kedalam 3 proposisi dimana tergantung tergantung pada jenis dari pernyataan (disebut sebagai "proposisi" dalam persuasi) yang anda 59 ajukan. Ketiga kategori tersebut adalah proposisi fakta, proposisi nilai, dan proposisi kebijakan. 1. Proposisi Dari Fakta Beberapa pesan persuasif fokus pada proposisi fakta: Masalah yang melibatkan dua atau lebih pihak dengan bukti yang bertentangan, dimana pendengar diminta untuk memilih sesuatu yang dianggap benar oleh diri mereka sendiri. Dalam proposisi fakta bahwa banyak pertanyaan yang merupakan fakta namun tidak dapat diselesaikan hanya dengan mengatakan "ya" atau "tidak" atau dengan sedikit informasi yang objektif. Sebetulnya, mereka terbuka untuk berdebat dan menjawab dengan melakukan pemeriksaan yang hati-hati dan menginterpretasi bukti yang biasanya dikumpulkan dari berbagai sumber. Itulah sebabnya, adalah mungkin untuk memperdebatkan pertanyaan dari sebuah fakta, dan itulah mengapa proposisi membentuk dasar pidato persuasif dan bukan yang informatif. 2. Proposisi Nilai Adler menjelaskan dalam persuasi Proposisi nilai melampaui isu kebenaran atau kepalsuan dan mengeksplorasi betapa berharganya sebuah ide, orang, atau objek. Agar bisa memahami proposisi bernilai, anda harus mengeksplorasi proposisi fakta tertentu. Sebagai contoh, anda tidak akan dapat memperdebatkan apakah penggunaan percobaan hewan dalam penelitian adalah amoral (proposisi nilai) sampai anda memiliki proposisi fakta seperti berapa banyak hewan yang digunakan dalam percobaan dan apakah ahli percaya mereka (hewan) benar-benar menderita. 60 3. Proposisi Kebijakan Proposisi kebijakan melangkah melampaui pertanyaan-pertanyaan fakta atau nilai, mereka merekomendasikan aksi tertentu (sebuah kebijakan). Beberapa pertanyaan dari kebijakan tersebut adalah: Melihat persuasi sesuai dengan jenis proposisi adalah cara yang nyaman untuk menghasilkan topik untuk pidato persuasif, karena setiap jenis proposisi menyarankan topik-topik yang berbeda. Memilih topik juga bisa ditangani secara berbeda tergantung pada bagaimana pendekatannya. Sebagai contoh, sebuah pidato kampanye bisa didekati sebagai proposisi fakta (calon X telah berbuat lebih banyak untuk sebuah komunitas daripada lawannya), proposisi nilai (calon X adalah sosok yang lebih baik daripada lawannya), atau proposisi kebijakan (kita harus keluar dan memilih calon X). Ingat, bagaimanapun, bahwa pidato persuasif dikembangkan kemungkinan mengandung ketiga jenis proposisi. Jika anda mempersiapkan pidato advokasi yang menganjurkan bahwa atlet kampus harus dibayar tunai untuk bakat mereka (proposisi kebijakan), anda mungkin ingin membuktikan bahwa praktek ini sudah tersebar luas (proposisi fakta) dan itu tidak adil untuk atlet dari sekolah lain (proposisi nilai). b. Dengan Hasil yang Diinginkan Komunikasi persuasi dapat dikategorikan berdasalkan hasil utamanya yaitu: 61 1. Meyakinkan Ketika Anda mulai untuk meyakinkan khalayak, Anda ingin mengubah cara berpikir anggota tersebut. Saat kita berbicara untuk meyakinkan penonton dan mengubah cara berpikir mereka, buku ini tidak bermaksud anda harus melempar mereka dari satu keyakinan atau sikap ke suatu sikap yang sama sekali berbeda. Terkadang pendengar sudah akan berpikir dengan cara yang Anda ingin, tetapi mereka tidak cukup tegas berkomitmen akan berpikir sesuai cara anda. Saat itu terjadi, anda memperkuat opini mereka. Sebagai contoh, jika audiens anda sudah percaya bahwa anggaran federal harus seimbang tapi tidak menganggap penting sebuah ide, maka tugas adalah memperkuat kepercayaan anggota. Karena memperkuat masih termasuk salah satu tipe perubahan. Contoh lain, dalam sebuah pidato untuk meyakinkan, akan dimulai saat mengganti sikap tanpa membuat perubahan total dalam berpikir. Sebagai contoh, pidato yang efektif untuk meyakinkan mungkin bisa didapat dari sekelompok skeptis agar mempertimbangkan kemungkinan bahwa pendidikan bilingual adalah ide yang baik/bukan ide yang baik. 2. Melaksanakan Ketika Anda mulai menggiring Audience, Anda ingin anggota berubah ke suatu perilaku tertentu. Sedangkan pidato untuk meyakinkan adalah mengubah penonton agar bertindak berdasarkan ide-ide anda yang sudah anda 62 yakinkan kepada anggota. Dalam sebuah pidato agar dilaksanakan, Anda harus menyarankan tindakan spesifik. Ada dua jenis tindakan yang bisa anda minta untuk diadopsi atau dihentikan. Yang pertama, meminta penonton untuk terlibat dalam perilaku yang baru, yang terakhir meminta seorang penonton untuk berhenti berperilaku seperti yang terakhir. Ketika anda memberikan pidato untuk calon politik dan kemudian meminta kontribusi dalam kampanye kandidat itu, Anda akan akan meminta audiens agar mengadopsi perilaku baru. Jika anda baru saja memberikan pidato berhenti merokok dan kemudian meminta audiens untuk menandatangani janji berhenti merokok, anda akan meminta mereka (audiens) untuk menghentikan perilaku mereka sebelumnya (merokok). c. Persuasi dengan Pendekatan Terus Terang Persuasi dapat dikategorikan berdasarkan pendekatan keterusterangan yang dilakukan oleh komunikator politik, persuasi ini dilakukan bisa dengan langsung dan tidak langsung 1. Persuasi Langsung Persuasi langsung tidak mencoba untuk menyembunyikan tujuan persuasif dari komunikator tersebut. Dalam persuasi langsung, pembicara akan membuat tujuannya jelas, biasanya dengan menyatakan hal itu langsung di awal pembicaraan. Ini adalah strategi terbaik untuk digunakan dengan audiens yang ramah. Sehingga seorang komunikator akan memberitahukan tujuan yang jelas terlebih dahulu kepada publik tentang tujuan persuasinya. 63 2. Persuasi Tidak Langsung Berbeda dengan persuasi langsung seperti yang dijelaskan diatas. Persuasi tidak langsung menyamarkan atau menyembunyikan tujuan persuasif pembicara dalam beberapa pertanyaan. Didasarkan pada persuasi tidak langsung, setiap strategi tidak mengungkapkan tujuan pembicara di awal. Persuasi langsung kadang-kadang mudah untuk ketahuan. Sebuah iklan televisi yang menunjukkan kepada kita pria dan wanita muda bergembira saat surfing pada hari yang indah, dan kemudian terlintas nama produk di layar kaca, merupakan persuasi tidak langsung. Orator politik terkadang melakukan persuasi tidak langsung, dan kadang-kadang lebih sulit untuk mengidentifikasi yang seperti itu. Seorang politisi berpura-pura berbicara mengenai isu sosial, dimana pesan persuasifnya adalah "tolong ingat nama saya, dan pilih saya di pemilu nanti". Dalam publik speaking, persuasi tidak langsung menyamar sebagai pembicara informatif. Sebagai contoh, seorang calon mengatakan "Kehadiran saya disini hari ini tidak ada hubungannya dengan pencalonan saya untuk dewan kota". Itu akan menjadi statement palsu dan itu tidak etis. 2.4 Kerangka Pemikiran Fenomena yang ditangkap dalam penelitian ini adalah bagaimana seorang politikus atau calon anggota legislatif incombent dapat menang dalam pemilihan umum calon legislatif tahun 2014 mendatang. Peneliti memandang dari sudut komunikasi persuasif yang dilakukan politikus untuk mempengaruhi masyarakat 64 untuk memilih calon legislatif tersebut. Dalam fenomena ini peneliti memahaminya dengan dua teori, pertama, Teori Empati dan Homofili. Dimana dalam teori ini dikatakan bahwa persuasif yang positif adalah empati dan homofilli. Dari teori ini dapat dipahami bahwa seorang calon anggota legislatif incombent sebagai politikus harus mampu membentuk empati masyarakat terhadap dirinya. Supaya masyarakat mampu melihat atau memahami seperti yang diinginkan oleh politikus tersebut. Seorang incombent yang ingin melakukan persuasi kepada masyarakatnya harus memahami terlebih dahulu karakter dan sifat masyarakat dan juga kondisi masyarakat tersebut, sehingga incombent bisa merasakan dan meletakkan dirinya dalam posisi masyarakat dan menghayati pengalaman tersebut untuk dapat melihat sudut pandang dari masyarakat tersebut.. Incombent harus mampu melihat kerangka berpikir internal dari orang lain dengan akurat dengan komponen yang saling berhubungan, sehingga ketika melakukan persuasi maka incombent seoalah-olah masuk dalam diri masyarakat sehingga mampu merasakan dan memahami masyarakat tersebut saat itulah incombent dapat melakukan persuasi yang pelan-pelan dapat mengubah opini, sikap dan tindakan dari masyarakat supaya nanti di Pemilu 2014 mendapat dipilih lagi. Dalam melakukan persuasi kepada publik akan lebih mudah bagi politikus bila memiliki persamaan dengan publik tersebut. Fenomena tersebut dipahami peneliti dengan menggunakan teori homofili. Dimana homofili dapat digambarkan sebagai suasana dan kondisi kepribadian dan kondisi fisik dua orang yang berinteraksi karena memiliki kesamaan. Incombent perlu menonjolkan persamaanpersamaan yang dimilikinya kepada masyarakat supaya lebih cepat menerima 65 persuasi dari incombent tersebut, baik persamaan ideologi, suku agama, hobby dan lain sebagainya. Dengan kesamaan-kesamaan itu maka proses interaksi antara politikus bisa berjalan dengan baik. Tindakan dari seorang incombent itu bisa bersifat nonverbal seperti memasang foto-foto dijalan-jalan didaerah yang akan menarik perhatian masyarakat serta mendekatkan dirinya kepada masyarakat. Sebagai calon calon anggota legislatif maka setiap tindakannya saat berinteraksi dalam masyarakat merupakan sebuah tindakan politik atau komunikasi politik. Ketika seorang petana melakukan kunjungan kepada tokoh masyarakat, aktif dalam kegiatankegiatan masyarakat seperti pengajian, olahraha dalan lain sebagainya dalam komunikasi politik dianggap sebagai tindakan politik yang memiliki tujuan khsususnya persuasi kepada masyarakat, sekalipun tidak menyatakan langsung keinginannya atau dikenal dengan persuasi tidak langsung tetapi itu sangat efisien dalam mempengaruhi masyarakat. Aktivitas yang dilakukan itu merupakan tindakan politik atau komunikasi politiknya. Dengan melakukan tindakan komunikasi persuasif, maka si politikus semakin dikenal melalui informasi-infomasi yang didapatkan publik, sehingga timbul opini di dalam publik tentang politikus kemudian dengan seiring berkembangnya terus empati dan homofili yang ditumbuhkan dengan konsisten oleh politikus, dimana empati akan tumbuh bila dilakukan terus menerus. Semakin berkembang juga opini publik tentang masyarakat dan akan terdapat homofili dalam diri masyarakat, baik persamaan ideologi, tujuan dan keinginannya. Semakin kuatnya karakter dari politikus didalam diri publik akan 66 menumbuhkan keinginan publik untuk berpartisipasi dalam pemilu legislatif dan memilih politikus tersebut. Peneliti juga menggunakan Teori Adler dan Rodman komunikasi persuasif yang memiliki kategori dan karakteristik. Dimana melalui teori ini peneliti melihat karakteristik dan kategori-kategori komunikasi persuasif yang dilakukan oleh calon legislatif untuk memenangkan pemilu pada 2009. 67 Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Calon Anggota Legislatif Incombent Teori Informasi nonverbal Karakteristik Persuasi Langkah-langkah Komunikasi Persuasif Kategori Persuasi Teori Empati dan homofili Teori Komunikasi Persuasi Adler