BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian

advertisement
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Kajian Pustaka
Dalam penelitian ini, peneliti menekankan pada komunikasi persuasif
yang di lakukan calon anggota legislatif incombent dari PDI Perjuangan untuk
mempengaruhi masyarakat tangerang selatan untuk terpilih lagi pada pemilu
legislatif 2014. Ada banyak studi yang sudah dilakukan tentang penelitian
persuasif dalam berbagai bidang, dalam bidang marketing, politik, agama dan lain
sebagainya. Adapun penelitian terdahulu tentang komunikasi persuasi antara
lain:
1. Kaharuddin Syah (2004)
Studi yang sudah pernah dilakukan oleh Kaharuddin Syah mahasiswa Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Departmen Ilmu Komunikasi di Universitas Indonesia.
yang berjudul “ Persuasi Politik Partai Amanat Nasional dalam Kampanye Politik
( Evaluasi Persuasi Politik Partai PAN dalam pemilu 1999 dan Rekomendasi
untuk Pemilu 2005). Dalam hasil penelitiannya menjelaskan bahwa PAN dalam
kampanyenya masih menggunakan teknik propaganda meski pada masa itu sudah
berada dalam era demokrasi modern.
Di dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif
kualitatif yaitu dengan menggunakan lebih banyak menggunakan data sekunder.
Di dalam kerangka pemikiran tesis tersebut propaganda merupakan bagian dari
15
16
bentuk komunikasi persuasi. Kritik terhadap penelitian ini, dimana penggunaan
ini lebih fokus terhadap data sekunder saja, sehingga jadi dibutuhkan
keberimbangan data primer dan data sekunder. Kritik terhadap penelitian adalah
bahwa penelitian hanya berfokus terhadap langkah persuasif yang bersifat
propaganda, dan sama sekali tidak melihat dari segi persuasif yang membujuk dan
merayu atau persuasi sebagai retorika.
2. Vina Sulistiowati, 2007
Penelitian tentang komunikasi persuasif juga dilakukan oleh mahasiswi
Pasca Sarjana Universitas Padjajaran Vina Sulistiowati tahun 2007 yang berjudul
“Komunikasi Persuasif Guru dalam Perkembangan Kreativitas Anak Taman
Kanak-kanak di Al-Ikhwan Bandung” Penelitian menggunakan metode deskritf
dengan analisis kualitatif. Penelitian ini menemukan adanya keterikatan
komunikasi persuasif oleh guru dalam perkembangan kreativitas anak di Taman
Kanak-kanak. Kesimpulannya adalah Pertama, penggunaan tepuk tangan dan
suara keras dapat menarik perhatian anak dalam perkembangan kreativitas anak
seperti fenomena baris-berbaris untuk meningkatkan kedisplinan, anak-anak
diajak berimajinasi tentang naik kreta api, kedua,penggunaan alat bantu seperti
angkat, huruf, dan cerita bergambar memberikan pemahaman materi pelajaran
untuk mengembangkan kreativitas anak seperti guru mengajarkan penjumlahan
dan juga untuk mengambangkan daya ingat terhadap angka-angka, ketiga,
penyampain bahasa anak-anak serta gerak tubuh di kelas memudahkan anak-anak
menerima pesan untuk mengembangkan kreativitas untuk menggambar, keempat,
memberikan informasi sesuai dengan cara anak-anak berpikir, kelima, fenomena
17
jika ingin tidur harus berdoa dan sholat jadi anak-anak diajarkan jika tidak berdoa
akan bermimpi buruk, keenam memperagakan pesan dan diminta supaya anak
memperagakannya, seperti fenomena mencocokkan orang-orangan, untuk daya
pikir kognitif, hal ini dilakukan untuk menguji keterampilan anak akan teruji
dimana anak akan diuji keterampilannya, bila cepat hasilnya memuaskan anak
yang cepat putus asa akan meminta pertolongan guru. Kritik terhadap penelitian
ini dimana aspek-aspek yang menjadi tahapan komunikasi persuasif diperlukan
tahapan lebih lanjut.
3. Pandu Surya Budhiman, 2007
Studi lain yang dilakukan oleh Pandu Surya Budhiman mahasiswa Pasca
Sarjana Univesitas Indonesia, Judul dari Tesis ini adalah “Komunikasi Persuasif
Melalui Program Komunikasi Pemasaran Untuk Menjaga Kepercayaan Pengguna
Jasa Pada Perusahaan Jasa Intelektual (Studi Eksplorasi dan Perbandingan Pada
Bito Arsitektur dan Perusahaan Periksalanan)”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengekploarasi komunikasi persuasif melalui program komunikasi pemasaran
untuk menjaga kepercayaan pengguna jasa perusahaan, serta melihat cara pandang
perusahaan jasa intelektual terhadap konsumennya. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kualitatif. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian
mengambil dari Teori kumunikasi persuasif Gerrad E. Miller dan Kathleen K
Reardon. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa komunikasi persuasif
periklanan dalam pemasaran adalah untuk menyampaikan pesan terhadap produkproduk dan konsep-konsep yang dihasilkan oleh perusahaan jasa intelektual itu
berupa barang yang abstrak seperti konsep, ide, gambat dan lain sebagainya, maka
18
dibutuhkan komunikasi secara persuasif agar klien-klien mereka percaya terhadap
produk jasa yang mereka hasilkan.
4. Juwaryah
Penelitian tentang komunikasi persuasif pernah dilakukan juga oleh
Juawaryah mahasiswa Pascasarjana Universitas Mercubuana dengan judul tesis
“Komunikasi Persuasif Gutu dalam Memberikan Pemahaman Tentang TK Islam
Terpadu Pada Calon Wali Murid dan Wali Murid (Studi di TK Islam Terpadu
Bina Cendekia Ds. Perahu, Kecamatan Sukamulya Tangerang). Penelitian ini
menggunakan Metode kualitatif pendekatan studi kasus dan dengan paradigma
konstruktivis. Teori yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teori-teori
pembicaraan persuasif Joseph Devito. Hasil dari penelitian adalah bahwa TK IT
Bina Cendekia melakukan persuasi sebelum pendaftaran dengan face to face,
penyebaran brosur, sms dan undangan. Kemampuan dan keahlian guru, sarana
dan prasaran yang ada menjadi penambah daya tarik
masyarakat.
untuk mempersuasi
19
Tabel 2.1
Penelitian terdahulu
N
Nama
Judul
Metode dan
o
Peneliti
Penelitian
teori
Hasil Penelitian
1.
Kaharuddin, Persuasi Politik
Nimmo dan
- Komunikasi persuasi yang dilakukan
UI, 2004
PAN dalam
Swardi, Tentang
Kampanye
Propaganda
- Melakukan persuasi dengan partai
Politik
Diskriptif.
lain yaitu dengan aliansi dengan
Metode
partai lain seperti PKB
adalah dengan merode propaganda
penelitian
kualitatif.
2
Vina
“Komunikasi
Teori belajar
Sulistiowati
Persuasif
persuasi,
keras dapat menarik perhatian anak
, Unpad,
Melalui
Metode
dalam perkembangan kreativitas
2007
Program
Penelitian
anak.
Komunikasi
Kualitatif
Pemasaran
deskriptif
- Penggunaan tepuk tangan dan suara
- Penggunaan alat bantu seperti
angkat, huruf, dan cerita bergambar
Untuk Menjaga
memberikan pemahaman materi
Kepercayaan
pelajaran untuk mengembangkan
Pengguna Jasa
kreativitas anak seperti guru
Pada Perusahaan
mengajarkan penjumlahan dan juga
Jasa Intelektual
untuk mengambangkan daya ingat
20
(Studi
terhadap angka-angka.
Eksplorasi dan
- Penyampain bahasa anak-anak serta
Perbandingan
gerak tubuh di kelas memudahkan
Pada Bito
anak-anak menerima pesan untuk
Arsitektur dan
mengembangkan kreativitas untuk
Perusahaan
menggambar,
Periksalanan )
- Memberikan informasi sesuai
dengan cara anak-anak berpikir.
- Fenomena jika ingin tidur harus
berdoa dan sholat jadi anak-anak
diajarkan jika tidak berdoa akan
bermimpi buruk.
- Memperagakan pesan dan diminta
supaya anak memperagakannya,
seperti fenomena mencocokka
orang-orangan, untuk daya pikir
kognitif, hal ini dilakukan untuk
menguji keterampilan anak.
3.
Pandu
Surya
Budhiman,
2007,
Unibersitas
Indonesia
Komunikasi
Penelitian ini
- Hasil dari penelitian ini menemukan
Persuasif
menggunakan
bahwa komunikasi persuasif
Melalui
pendekatan
periklanan dalam pemasaran adalah
Program
kualitatif
untuk menyampaikan pesan terhadap
21
Komunikasi
eksploratif.
produk-produk dan konsep-konsep
Pemasaran
Teori
yang dihasilkan oleh perusahaan jasa
Untuk Menjaga
kumunikasi
intelektual itu berupa barang yang
Kepercayaan
persuasif Gerrad
abstrak seperti konsep, ide, gambar .
Pengguna Jasa
E. Miller dan
Pada Perusahaan Kathleen K
Jasa Intelektual
Reardon
(Studi
Eksplorasi dan
Perbandingan
Pada Bito
Arsitektur dan
Perusahaan
Periksalanan)
4
Juwariyah,
Komunikasi
Menggunakan
2013
Persuasif Gutu
Metode
TK IT Bina Cendekia melakukan
Universitas
dalam
Penelitian
persuasi sebelum pendaftaran
Kualitatif
dengan face to face, penyebaran
Pemahaman
pendekatan studi
brosur, sms dan undangan.
Tentang TK
kasus, teori yang
Kemampuan dan keahlian guru,
Islam Terpadu
digunakan teori-
sarana dan prasaran yang ada
Mercubuana Memberikan
- Hasil dari penelitian adalah bahwa
Pada Calon Wali teori komunikasi
menjadi penambah daya tarik untuk
Murid dan Wali
mempersuasi masyarakat.
Persuasi Joseph
22
Murid (Studi di
Devito
TK Islam
Terpadu Bina
Cendekia Ds.
Perahu,
Kecamatan
Sukamulya
Tangerang
Perbedaan penelitian yang ini dengan penelitian sebelumnya adalah bahwa
penelitian ini ingin menemukan langkah-langkah komunikasi persuasif politikus
sebagai pelaku komunikasi untuk mempengaruhi masyarakat supaya mereka
terpilih. Keunikannya adalah penelitian ini dilakukan lebih spesifik yaitu hanya
caleg incombent saja dan lebih spesifik lagi merupakan caleg incombent dari PDI
Perjuangan saja.
23
2.2 Tinjauan Pustaka/Kerangka Teori
2.2.1 Komunikasi Politik
Anwar
Arifin(2011:1)
mengatakan:
komunikasi
politik
adalah
pembicaraan untuk mempengaruhi dalam kehidupan bernegara. Komunikasi
politik dapat juga merupakan seni mendisain apa yang mungkin (art of possible)
dan bahkan dapat merupakan seni mendisain yang tidak mungkin (art of
impossible).
Politik mencakupi komunikasi sesungguhnya dapat juga dikaji dari
pendapat para pakar yang menunjukkan adanya kedekatan yang intim dan
istimewa antara komunikasi dan politik karena proses komunikasi menempati
fungsi yang sangat penting dalam domain politik. Komunikasi telah membantu
menjelaskan fenomena politik. Komunikasi dan politik menjadi komunikasi
politik, pada hakikatnya berpadu atau bertemu pada dua titik yaitu: pembicaraan
dan pengaruh atau mempengaruhi. Politik adalah komunikasi karena sebagian
besar kegiatan politik dilakukan dengan pembicaraan, sebaliknya komunikasi
adalah politik karena tujuan komunikasi adalah mempengaruhi sebagai salah satu
dimensi politik. Jadi komunikasi politik adalah pembicaraan yang bertujuanu ntuk
mempengaruhi kehidupan bernegara.
Definisi komunikasi politik juga terus dirumuskan secara eksplisit oleh
para ahli. Hal ini misalnya sebagaimana yang disampaikan oleh Fagen (1966: 20,
dalam Rahmat, 1989) dimana komunikasi politik didefinisikan sebagai
“communicatory activity considered political by virtue its consequences, actual
and potential, that it has for the functioning of political systems”. Denifisi lainnya
24
juga dilakukan oleh Meadow (1980: 4, dalam Rahmat, 1989), yaitu “political
communication refers to any exchange of symbols or messages that to a
significant extent have been shaped by or have consequences for the political
system”. Berdasarkan kedua definisi yang disampaikan oleh Fagen (1966) dan
Meadow(1980) ini kemudian Dan Nimmo (1978:7) mendefinisikan komunikasi
politik sebagai “communication (activity) considered political by virtue of its
consequences (actual or potential) which regulate human conduct under the
condition of conflicts”. Tidak hanya memberikan kontribusi pada definisi studi
komunikasi politik, Nimmo (1989) juga kemudian merumuskan ruang lingkup
komunikasi politik yang mengacu pada konsep yang sudah diletakkan oleh
Laswell (1958), yaitu :
1. Komunikator politik
2. Pesan politik
3. Persuasi politik
4. Media komunikasi politik
5. Khalayak komunikasi politik
6. Akibat komunikasi politik.
Di sini tampak bahwa Nimmo menambahkan elemen baru dalam ruang
lingkup komunikasi politik yang sebelumnya tidak disebutkan oleh Laswell
(1958) secara eksplisit, yaitu elemen persuasi politik.
2.2.1.1 Citra Politik
Citra berasal dari bahasa sangsekerta yang berarti gambar.
Kemudian dikembangkan menjadi gambaran sebagai padanan kata image
25
dalam bahasa inggris. Citra merupakan sesuatu yang abstrak dan kompleks
serta melibatkan aspek emosi (afeksi) dan aspek penalaran (kognitif).
Dalam proses komunikasi mengandung beberapa unsur yaitu:
komunikator (sumber), komunike (pesan), komunikan (khalayak), dan
(efek umpan balik). Sedangkan di dalam komunikasi massa ditambahkan
satu lagi yaitu media (saluran). Secara umum citra merupakan unsur efek
dalam proses komunikasi politik.
Citra merupakan dasar dalam pembentukan opini dan perilaku
individu atau khayalak. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan
pendapat (opini) atau perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi
cara khalayak megorganisasikan citranya tentang lingkungan, citra itulah
yang mempengaruhi pendapat (opini) atau perilaku khayalak.
Pada
umumnya citra dipahami sebagai kesan yang melekat dibenak infividu
atau kelompok. Citra terbentuk berdasarkan informasi yang didapatkan
khayalak atau publik, baik langsung maupun melalui berbagai bentuk
media, terutama media sosial dan media massa
yang bekerja
menyampaikan pesan yang bersifat umum dan aktual. (Anwar Arifin,
2013:13).
Seorang
komunikator
dalam
menjalankan
komunikasi
politiknya
menginginkan citra yang positif dimata khayalak untuk memperoleh citra
yang baik dari publik dan dukungan opini dari publik. Citra positif sangat
berguna untuk memperoleh penghargaan dan dukungan dilingkungan
sosialnya dalam mempertahankan dan mengembangkan eksistensinya.
26
2.2.1.2 Politikus sebagai Pelaku Komunikasi
Sejumlah teori dikembangkan disekitar pemikiran bahwa individu mencari
konsistensi diantara sikap, keyakinan, nilai dan perilaku. Usaha untuk mencari
konsistensi ini mempunyai aspek sosial karena persepsi publik kerap memberi
tekanan pada orang agar konsisten (Warner and James, 2011). Orang yang bercitacita untuk dan atau memegang jabatan pemerintah harus dan memang
berkomunikasi tentang politik. Meskipun politikus melayani beraneka tujuan
dengan berkomunikasi, ada dua yang menonjol. Daniel Katz menunjukkan bahwa
pemimpin
politik
mengarahkan
pengaruhnya
ke
dua
arah:
pertama
“Mempengaruhi alokasi ganjaran dan mengubah struktur sosial yang ada atau
mencegah perubahan demikian”. Dalam kewenangannya pertama politikus itu
berkomunikasi sebagai wakil suatu kelompok atau langganan; pesan-pesan
politikus itu mengajukan dan atau melindungi tujuan kepentingan politik, artinya,
politikus mewakili kepentingan kelompok. Kedua Politikus memainkan peran
sosial yang utama untuk mempengaruhi orang lain terutama dalam pembentukan
opini publik.
Wakil partisipan itu mengejar perubahan atau mencegah opini
dengan tawar menawar kedua menguntungkan. Sehingga jika dirangkumkan maka
politikus mencari pengaruh lewat komunikasi (Nimmo, 1993:72).
Menurut Anwar Arifin dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Politik
(2011:236). Seorang politikus harus memiliki sifat ketokohan. Ketokohan adalah
orang yang memiliki Kredibilitas, daya tarik, dan kekuasaan yang menurut
aristoteles menyebutnya sebagai Ethos. Ketokohan adalah gabungan antara
kredibilitas, daya tarik dan kekuasaan. Nimmo dalam Arifin (2011:236)
27
ketokohan dapat juga disebut pahwalan politik. Beberapa hasil studi menunjukkan
bahwa pemberi suara dalam pemilihan umum cenderung menjatuhkan pilihannya
kepada pahlawan politik, yaitu kandidat yang sesuai dengan citra jabatan ideal
baginya. Dimana kandidat tersebut memiliki sifat-sifat ketokohan seperti
kecakapan, kedewasaan, keberanian, dan sebagainya serta memiliki rekam jejak
yang baik dalam dalam perjuangan politik terutamam perjuangan menegakkan
kebenaran dan keadilan. Dengan demikian pahlawan politik memiliki daya tarik
tersendiri, yang dalam proses komunikasi politik sangat penting untuk
mempengaruhi khalayak terutama calon pemilih.
Rakmad mengutip tulisan Aristoteles (2008:255):
Persuasi tercapai karena karakteristik personal pembicara, yang ketika ia
menyampaikan pembicaraannya kita menganggapnya dapat dipercaya, kita
lebih penuh dan lebih cepat percaya pada orang-orang baik daripada yang lain:
ini berlaku umumnya pada masalah apa saja dan secara mutlak berlaku ketika
tidak mungkin ada kepastian dan pendapat terbaik. Tidak benar, anggapan
sementara penulis retorika bahwa kebaikan personal yang diungkapkan
pembiara tidak berpengaruh apa-apa kekuatan persuasinya; sebaliknya
karakternya hampir bisa disebut sebagai alat persuasi yang paling efektif yang
dimiliknya.
Aristoteles menyebutkan bahwa karakter komunikator ini sebagai Ethos.
Ethos terdiri dari pikiran baik, akhlak yang baik, dan maksud yang baik (good
sense, goog moral character, goog will). Ethos atau faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas komunikator terdiri dari kredibilitas, atraksi, dan
kekuasaan (Rakhmad (2008:257) yang dijawabarkan sebagai berikut:
28
1. Kredibilitas.
Kredibilitas
adalah
seperangkat
persepsi
komunikan
tentang diri komunikator. Kredibilitas adalah bagaimana seorang
komunikator ulung nilai dan dipercaya oleh individu yang menerima
komunikasi dan berlaku pada bidang-bidang tertentu. Kredibilitas
merupakan persepsi komunikan tetnang diri persuader yang berkaitan
dengan keahlian, dapat dipercaya, kompeten dinamisme dan
karismatik.
Jika
kredibilitas
persuader
rendah
maka
maka
kecenderungannya komunikan akan mengabaikannya (Soemirat,
2012:2.4.7)
Menurut Rakhmad dalam Arifin (2011:237) kredibilitas
adalah Seperangkat persepsi khayalak tentang sifat-sifat komunikator.
Kredibilitas adalah persepsi masyarakat sehingga tidak melekat dalam
diri komunikator tetapi melekat pada diri masyarakat. Kredibilitas
berkenaan dengan sifat-sifat komunikator yang selanjutnya disebut
sebagai komponen kredibilitas. Kredibilitas atau ethos itu terdiri dari
dua komponen yaitu keahlian (eksperties) dan dapat dipercaya (trust
worthiness) oleh khayalak.
Menurut Tan (1981:104) keahlian adalah tingkat yang
menunjukkan sumber dipersepsi khayalak mengetahui jawaban yang
benar dan tepat pada pokok permasalahan. Keahlian tergantung pada
keterlatihannya, pengalamannya, kemampuan dan kecerdasannya. Jadi
seorang sumber dikatakan ahli apabila ia mengetahui tentang pokok
29
permasalahannya, kepercayaan adalah tingkat yang menunjukkan
sejauhmana seorang sumber dipersepsi sebagai orang yang dipercaya
dan mampu mengkomunikasikan pendiriannya tanpa prasangka.
Sumber yang diperaya adalah sumber yang efektif.
Menurut Arifin (2011:237) Keahlian adalah kesan yang
terbentuk dibenak khalayak tentang kemampuan politikus, aktivis, atau
profesional sebagai komunikator politik dalam hubungannya dengan
topik yang dibicarakan atau ditulis. Politikus atau aktivis dan
profesional aakan mendapat citra yang baik sebagai orang yang cerdas,
mampu, berakhlak, tahu banyak, berpengalaman, atau terlatih.
Kepercayaan adalah kesan yang terbentuk pada diri khayalak terhadap
komunikator politik yang berkaitan dengan karakter atau waktaknya.
Dalam hal ini, politikus, aktivitis atau profesional dinilai rakyat dari
segi moralitas, seperti kujujuran, kesopanan, ketulusan dan sebagainya.
Berlo dalam Arifin (2011:237) menjelaskan bahwa kredibilitas seseorang
timbul jika memiliki: Communication Skill, yaitu keterampilan berkomunikasi;
Knowledge, yaitu pengetahuan yang luas tentang substansi yang disampaikan ;
Attitude, yaitu sikap jujur dan bersahabat; Sosial and cultural system: yaitu
mampu beradaptasi dengan sistem sosial budaya.
30
2. Atraksi (daya tarik)
Komunikasi hendaknya dimulai dengan membangkitkan perhatian.
Dalam hubungan ini komunikator harus menimbulkan daya tarik. Pada
dirinya harus terhadapat faktor daya tarik. Hal ini menjadi tahapan proses
komunikasi atau mempengaruhi orang lain dimana menurut para ahli
komunikasi cenderung untuk sama-sama berpendapat bahwa dalam
melancarkan komunikasi lebih baik mempergunakan pendekatan apa yang
disebut A-A Procedure atau From attention to Action Proceure. Yang
dalam penyederhanannya disingkat dengan AIDDA yang lengkapnya
sebagai berikut:
A Attention (Perhatian)
I Interest (Minat)
D Desire (Hasrat)
D Decision (keputusan)
A Action
Seorang
komunikator akan mempunyai kemampuan untuk
melakukan perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku komunikasi
melalui mekanisme daya tarik dan kesamaan (Effendy: 2000:3-5).
Daya tarik fisik mampu membuat seoran komunikator menarik,
dan karena menarik dia memiliki daya persuasif tetapi hal lain yang
menjadi daya tarik dari komunikator politik adalah adanya faktor
kesamaan antara si komunikator dengan komunikan. Dimana akan lebih
mudah komunikan menerima pesan dari komunikator jika ada kesamaan
31
dengan komunikator. Jadi komunikator yang ingin mempengaruhi orang
lain sebaiknya memulai dengan menegaskan kesamaan antara dirinya
dengan komunikan.
(Rakhmat, 2008:263). Hal senada di ungkapkan
Arifin(2011:239) ketokohan dapat juga terbangun melalui daya tarik fisik
tubuh busana, dukungan fisik lainnya, yang bersifat nonverbal dalam
komunikasi. Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa laki-laki yang
tampan atau perempuan yang cantik, memilik daya tarik tersendiri sebagai
komunikator politik. Demikian juga faktor suara, yaitu suara yang merdu
bagi perempuan atau serak-serak basah bagi laki-laki sangat kuat
persuasifnya
bagi
khayalak.
Faktor
homofili
atau
kebersamaan
komunikator (politikus) dengan khayalak (rakyat) merupakan faktor yang
tidak dapat diabaikan. Bahwa Peserta komunikasi politik akan
mempermudah interaksi dan menimbulkan efek positif jika menciptakan
kebersamaan yang terus menerus. Keakraban atau hubungan baik antara
komunikator politik dan khayalak dapat diciptakan dalam hidup bersama,
bekerja bersama dan bermain bersama.
Simons dalam Rahkmat (2008:263) menerangkan mengapa
komunikator yang dipersepsi memiliki kesamaan dengan komunikan
cenderung berkomunikasi lebih efektif.
Pertama
kesamaan
mempermudah
proses
penyandibalikan
(decoding) yaitu proses menerjemahkan lambang-lambang yang diterima
menjadi gagasan-gagasan. Kedua kesamaan membantu membangun
presimis yang sama. Ketiga kesamaan mengakibatkan komunikan akan
32
tertarik kepada komunikator.
Keempat, kesamaan akan membuat rasa
hormat kepada komunikator.
3. Kekuasan
Kekuasaan adalah kemampuan untuk menimbulkan ketundukan.
Seperti kredibilitas dan atraksi, ketundukan timbul dari interaksi antara
komunikator dan komunikan. Berdasarkan sumber daya yang
dimilikinya,Raven menyebutkan jenis-jenis kekuasaan menjadi lima
(Rahkmat, 2008:264):
1. Kekuasaan Koersif (coersif power) kekuasaan ini menunjukkan
kemampuan komunikator untuk mendatangkan ganjaran atau
memberikan hukuman pada komunikan.
2. Kekuasaan keahlian (Expert Power). Kekuasan ini berasal dari
pengetahuan, pengalaman, keterampilan atau kemampuan yang
dimiliki komunikator.
3. Kekuasaan Informasional (Intermational Power). Kekuasaan ini
berasal dari isi komunikasi tertentu atau pengetahuan baru yang
dimiliki komunikator.
4. Kekuasaan
Rujukan
(Referent
Power)
dimana
seorang
komunikator berhasil menanamkan kekaguman pada komunikan
sehingga seluruh perilakunya dikagumi
5. Kekuasaan Legal (Legal Power) kekuasaan ini berasal dari norma
dan peraturan yang ada.
33
Tetapi apapun jenis kekuasaan yang dipergunakan, ketundukan adalah
pengaruh yang paling lemah dibandingkan dengan identifikasi dan internalisasi.
Sehingga kekuasannya sepatutnya digunakan karena kredibilitas dan atraksi
komunikator.
Dan komunikasi masih belum efektif bila komunikator tidak
memperhatikan pesan yang disampaikannya.
2.2.1.3 Partisipasi Politik
Partisipasi politik atau partisipasi rakyat terhadap agenda-agenda
politik, sangat penting dalam demokrasi (the connerstone of democrazy)
terutama dalam demokrasi perwakilan (representative democracy) seperti
yang sedang dibangun di Indonesia). Partisipasi ialah keterlibatan
individu-individu dalam bermacam-macam tindakan dalam kehidupan
politik. Keikutsertaan itu dapat berupa kegiatan memberi atau tidak
memberi dukungan politik dalam berbagai kegiatan, terutama dalam
kegiatan kampanye dan pemberian suatu dalam pemilihan umum serta
kegiatan dalam proses penempatan kegiatan dalam proses penetapan
kebijakan politik. Jadi pemilihan umum hanyalah salah satu dari bentuk
partisipasi politik. Anwar Arifin (20013:55).
Nimmo (2000:126) mengatakan bahwa partisipasi politik adalah
anggota khayalak yang tidak acuh tak acuh, melainkan aktif, bukan saja
memerhatikan pesan politik dari para komunikator politik atau politikus,
tetapi juga menanggapi dan melakukan dialog dengan para politikus itu.
Bahkan partisipasi politik bekerja sama dan bersama dengan komunikator
atau politikus, sehingga ia berperan juga sebagai komunikator politik.
34
Partisipasi dalam dikelompokkan secara umum kedalam tiga
bentuk yaitu: pertama partisipasi yang lebih pasif yaitu adalah orangorang-orang memiliki minat terhadap politik. Karena politik itu adalah
sesuatu yang penting, kedua partisipasi aktif ialah orang-orang yang aktif
dalam organisasi sosial. Ketiga partisipasi dalam kegiatan protes orangorang yang ikut dalam kegiatan demonstrasi (Charler Andrian-James
Smith (2006:6-7). Tetapi di indonesia berlakukan bentuk atau kelompok
yang keempat yang menurut Anwar Arifin (2013:57) dikatakan sebagai
Golput (Golongan Putih) yaitu orang-orang yang tidak mau dapat
memberikan suaranya dalam pemilihan umum.
2.2.1.4 Pemilu (Pemilihan Umum)
Salah tujuan dari komunikasi politik yang dilakukan oleh politikus
dalam melakukan persuasi adalah memenangkan Pemilu (Pemilihan
Umum). Karena sukses tidaknya komunikasi politik efektif yang
dilakukan oleh politikus diukur umum yang dari jumlah suara yang
diperoleh melalui pemilihan umum yang bersih, bebas, langsung dan
rahasia (Arifin, 2011, 219).
Kegiatan pemilihan
umum yang berkaitan langsung dengan
komunikasi politik adalah kampanye dan pemungutan suara. Kampanye
pemilihan umum merupakan suatu usaha untuk memmpengaruhi rakyat
secara persuasif(tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan-kegiatan
35
yang berkaitan dengan komunikasi politik seperti retorika, public relation,
pemasaran politik, komunikasi massa, lobi dan tindakan politik.
2.2.1 Komunikasi Persuasi
Litltlejhon (2011) mengatakan secara ontologi
di dalam komunikasi
hakikat yang dikaji adalah interaksi sosial. Dan di dalam komunikasi persuasi
hakikat yang dikaji adalah interaksi sosial dengan tujuan untuk mempengaruhi
sikap, pendapat, dan perilaku orang lain melalui kegiatan komunikasi, baik secara
verbal maupun non verbal. Istilah persuasi (persuasion) bersumber dari perkataan
lain, persuasio, yang kata kerjanya adalah persuader, yang berarti membujuk,
mengajak atau merayu.
Komunikasi persuasi dapat dilakukan baik secara rasional maupun
emosional (soemirat dan suryana, 2009). Secara rasional aspek yang dipengaruhi
dapat berupa ide ataupun konsep, sehingga pada orang tadi terbentuk keyakinan
(beliefe). Digambarkan secara skematik sebagai berikut:
Perhatian/
persuasi
Mengerti
Menerima
Keyakinan
Gambar 2.1. Proses Rasional
Sumber: mar’at dalam buku soemirat(2011:1.25)
Dan persuasi yang dilakukan secara emosional, biasa menyentuh aspek apeksi,
yaitu hal yang berkaitan dengan kehidupan emosional seseorang. Dimana dengan
menggunakan cara ini, aspek simpati dan empati seseorang digugahm sehingga
36
muncul proses senang pada diri orang dipersuasi (the liking proses). Dalam
bentuk skematik digambarkan sebagai berikut:
Perhatian/
persuasi
Empati
Menerima
Minat
Gambar 2.2. Proses Emosional
Sumber: mar’at dalam buku soemirat(2011:1.25)
Dalam buku soemirat (2011:1.25) beberapa ahli menjelaskan pengertian
persuasi, antara lain Brembeck dan Howel mendefinisikan persuasi adalah sebagai
usaha sadar untuk mengubah pikiran dan tindakan dengan memanipulasikan motif
orang ke arah tujuan yang sudah ditetapkan, Applebaum dan Anatol
mendefinisikan persuasi sebagai poses komunikasi yang kompleks pada saat
individu atau kelompok mengungkapkan pesan, baik disengaja maupun tidak,
melalui cara-cara verbal maupun nonverbal untuk memperoleh respon tertentu
dari individu atau kelompok lain. Dan Soemirat (2011: 1.26) mendenifisikan
secara umum tentang komunikasi persuasi merupakan Melakukan upaya untuk
mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang melalui cara-cara yang luwes,
manusiawi, dan halus, dengan akibat munculnya kesadaran, kerelaan dan
perasaan senang serta adanya keinginan untuk bertindak sesuai dengan yang
dikatakan persuader/komunikator.
Komunikasi Persuasi bukanlah hal mudah karena banyak faktor yang
harus dipertimbangkan agar komunikan mau mengubah sikap dan pendapat dan
perilakunya. Faktor-faktor tersebut adalah:
37
2.2.1.1 Kejelasan Tujuan
Kejelasan tujuan, dalam melakukan komunikasi pastinya memiliki
tujuan, sedangkan komunikasi persuasinya tujuannya adalah mengubah
pendapat yang berkaitan dengan kognitif, yaitu hal-hal yang berkaitan
dengan kepercayaan, ide dan konsep. Dalam hal ini terjadi perubahan
perubahan dalam pikiran audience, ia menjadi tahu dia keliru dan perlu
diperbaiki,
maka
kemampuan
inletektualnya
meningkat.
Tujuan
selanjutnya adalah mengubah sikap, berkaitan dengan aspek afektif,
tercakup kehidupan emosional audiences. Dalam hal ini tujuannya adalah
menggerakkan hati, menimbulkan perasaan tertentu, menyenangi, dan
menyetujui ide yang dikemukakan.
Selain itu beberapa tujuan dari komunikasi persuasif disampaikan
oleh Soemirat (2011:5.35) bahwa ada tiga tujuan pesan komunikasi
persuasif yaitu:
1. Membentuk tanggapan (Shaping Responces)
Tujuan
persuasif
adalah
berusaha
membentuk
cara
sasaran
memberikan tanggapannya. Pembentuk tanggapan tersebut dilakukan
pada sasaran yang mengetetahui banyak tentang topik yang
dibicarakan ataupun tidak. Akibat pembentukan tanggapan tersebut
terlihat pada saat sasaran persuasi mengetahui sedikit tentang topik
yang dibicarakan. Pembentukan tangggapan baru pada sasaran persuasi
akan selalu berkaitan dengan nilai-nilai yang mapan. Yang dimaksud
38
dengan nilai di sini adalah suatu preferensi primitif atau sikap positif
terhadap pernyataan tujuan kebutuhan diri, kebebasan atau luasnya
cara
bertingkah
laku
tertentu,
seperti
keberanian,
kejujuran,
persahabatan, dan kesederhanaan.
2. Penguatan tanggapan (Reinforcing Responces)
Yang dimaksud dengan penguatan tanggapan adalah terdapat
kesinambungan perilaku yang sedang berlangsung saat ini terhadap
beberapa produk, gagasan atau isu. Maksud dari penguatan tanggapan
ini adalah kontiniutas sasaran persuasi yang melakukan apa yang telah
dilakukan oleh mereka. Jika pembentukan tanggapan dihubungkan
dengan nilai-nilai dan sikap, Nilai kebijakan-kebijakan, dan situasisituasi. Nilai merupakan like or dislike terhadap orang-orang, gagasangagasan, kebijakan-kebijakan dan situasi-situasi.
3. Pengubahan tanggapan (Changing Responces)
Yang dimaksud dengan pengubahan tanggapan adalah pengubahan
tanggapan sasaran-sasaran persuasi untuk mengubah perilaku mereka
terhadap
produk,
konsep
atau
gagasan.
Persuader
berusaha
mengubahan tanggapan sambil meminta kepada sasaran untuk
mewakili dan atau penghentian beberapa perilaku. Dan mengubah
perilaku ini memang tidak mudah, kadangkala ia datang dengan kuat
pada diri seseorang apabila mereka membutuhkan kebutuhan tentang
aspek-aspek yang dimunculkan oleh gagasan atau kebiasaan-kebiasaan
baru, yang memang diperlukan.
39
2.2.1.2 Memikirkan Sasaran Persuasi
Memikirkan secara cermat orang-orang yang akan dihadapi.
Karena sasaran komunikasi persuasi yang akan dihadapi berpariasi apalagi
dalam ruang lingkup besar seperti publik dalam pemilihan umum,
keragaman itu bisa dilihat dari karakteristik demografis, seperti umur,
jenis kelamin, status sosial, status ekonomi, status perkawinan, status
pendidikan, dan lain-lain. Dari jenis pekerjaan, suku bangsa, gaya hidup
dan masih banyak lagi faktor yang lain.
Sehingga dalam melakukan persuasi aspek pribadi dan sosial
menjadi audience dan publik menjadi perhatian, Nothstine dalam buku
soemirat (2011:1.29) mengklatisifikasikannya sebagai berikut:
a. Pemilih yang tidak bersahabat secara terbuka, yaitu mereka yang
menentang posisi kita. Mereka yang secara aktif menentang.
b. Pemilih yang tidak bersahabat, yaitu audience yang tidak suka dengan
posisi kita, tapi sifatnya hanya menolak tapi tidak menentang.
c. Pemilih yang netral, yaitu audience yang memahami posisi kita tetapi
tidak memihak kita.
d. Pemilih yang ragu-ragu, yaitu mereka yang cenderung peduli dengan kita
tetapi mereka masih ragu antara mempercayai atau menolak.
e. Pemilih yang tidak mengetahui, yaitu mereka yang tidak memiliki
informasi tentang kita. Sehingga kekuatan komunikasi persuasi yang akan
menentukan pilihan mereka.
40
f. Pemilih yang mendukung yaitu mereka yang mengenali posisi kita dan
menyenangi kita, tetapi tidak dilakukan secara terbuka.
g. Pemilih yang mendukung terbuka, yaitu yang mendukung sepenuh hati,
mereka mau melakukan tindakan secara aktif untuk mendukung.
Ruang lingkup kajian komunikasi persuasif meliputi:
a. Sumber atau pelaku persuasi,
b. Pesan yang dikemas untuk mempengaruhi,
c. Saluran atau media,
d. Penerima bisa perorangan, kelompok bahkan masyarakat banyak.
e. Efek
f. Umban Balik
g. Konteks situasional
Simons mengatakan dalam buku Soemirat (2011:1.31) Komunikasi
persuasif sudah sangat banyak dimanfaatkan mulai semenjak dulu mulai
dari zaman Yunani Kuno. Menurut dia salah satu fungsi utama dari
kemunikasi persuasi adalah control function (fungsi pengawasan) yaitu
menggunakan fungsi komunikasi persuasi untuk mengkontruksi pesan dan
membangun citra Iimage) agar dapat mempengaruhi orang lain. Melalui
komunikasi persuasif bisa dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi,
organisasi dan masyarakat. Dimana untuk kepentingan organisasi dan
masyarakat komunikasi yang persuasif dapat menggerakkan hati orang
untuk melakukan yang diinginkan oleh pelaku persuasi.
41
2.2.1.3 Pesan Komunikasi Persuasif
Simons dalam soemirat (2011:2.35) mengatakan bahwa secara
sederhana dapat dikatakan pesan adalah apa yang diucapkan oleh
komunikator melalui kata-kata, gerak tubuh, dan nada suara. Di dalam
terdiri disposisi ketika berbicara, argumentasi dan pertimbanganpertimbangan yang digunakan serta materi yang disajikan. Dalam konsep
luas, pesan merupakan sesuatu yang memberikan pengertian kepada
penerima. Termasuk di dalamnya adalah tubuh, nada suara, reaksi
penerima terhadap isi pesan, media sumber sebagai pribadi, terhadap
tindakan dan atau nontinakan yang terjadi di dalam amsyarakat. Pesan
dapat dikategorikan menjadi pesan verbal dan pesan nonverbal.
Pesan verbal merupakan ciri khas manusia. Setiap hari, kita
berbicaa, kita memberikan rangsangan melalui kata-kata yang diucapkan
kepada orang lain. yang kita inginkan dari pikiran kita, sebagian besar
diucapkan melalui kata-kata kita. Pada dasarnya kata bersifat netral,
hampa dan kosong, kata semata-mata tidak memberikan makna apapun,
yang memberi makna pada kata adalah kita.
Pesan nonverbal merupakan semua pesan yang disapampaikan
tanpa kata-kata atau selain dari kata-kata yang kita gunakan. Bentuk pesan
nonverbal bisa berupa ekspresi wajah, sikap tubuh, cara berpakaian, nada
suara, gerakan tangan, gaya bicara dan lain sebagainya. bahkan di dalam
komunikasi politik semua tindakan seorang politik merupakan sebuah
tindakan yang mengandung komunikasi. Pesan nonverbal itu bisa
42
merupakan tindakan yang disengaja ataupun tidankan yang tidak sengaja.
Pesan nonverbal yang disengaja adalah pesan yang ingin kita sampaikan.
2.2.1.3 Saluran Komunikasi Persuasif
Saluran
merupakan
peranara,
ketika
seorang
penerima
mengoperkan kembali pesan yang berasal dari sumber awal untuk tujuan
akhir. Saluran dipergunakan oleh persuasder untuk berkomunikasi dengan
berbagai orang, secara formal maupun nonformal, secara tatap muka (face
to face communication) ataupun bermedia (mediated communication).
Seyogianya dalam komunikasi secara umum maka komunikasi persuasif
juga menggunakan saluran yang berbeda-beda.
Ahmad dalam soemirat (2011:2.36) mengatakan bahwa saluran
komunikasi terdiri dari dua kelompok besar yakni saluran formal dan
saluran informal, saluran informal terdiri atas media elektronik, seperti
radio, televisi, film dan lain sebagainya. sedangkan saluran informal
meliputi situasi antara pesonal langsung, seperti suasana tatap muka,
sedangkan antar pesona tidak langsung dapat berbentuk surat telepon,
telegram, teleks, pita rekaman dan lain-lain.
Saluran informal tatap muka berciri-ciri antara persuader dan
penerima
saling
mengenal
secara
pribadi,
seperti
membentuk
kekeluargaan, pertemanan, sahabat dan lain-lain sebagainya. saluran
komunikasi merupakan jaringan yang efektif, yang menghubungkan
sumber dan penerima dalam struktu komunikasi persuasif.
43
Dikatakan bahwa Komunikasi tatap muka juga merupakan saluran
komunikasi persuasif, komunikasi tatap muka berlangsung pada saat
persuasider dan persuadee saling berhadapan muka, dan diantara mereka
dapat saling melihat. Situasi komunikasi tatap muka memungkinkan
persuasider untuk melihat dan mengkaji diri masyarakat dengan secara
langsung bila dalam komunikasi politik. Sehingga dapat dikatakan bahwa
komunikasi ini merupakan komunikasi langsung. Dalam komunikasi
persuasif komunikasi tatap muka ada juga yang dimanakan dengan
komunikasi antara pesona.Blake dan Haroldsen dalam Soemirat (2011:6.6)
mengatakan:
“Interpersonal communcation is direct communication between
two or more people in physical proaximity in which all off the five
senses can be utilized and immediated feedback is present”
Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi langsung antara
dua orang atau lebih secara fisik, dimana semua indera berfungsi, dan
umpan balik bisa secara langsung. Jadi komunikasi antara pesonan
diperlukan adanya hubungan yang interdependen, yakni hubungan yang
saling ketergantungan secara timbal balik antara komunikator dan
komunikan. Sejauh mana hubungan timbal balik dapat terjadi, hal ini
bergantung pada situasi yang ada.
2.2.1.4 Prinsip Kesamaan dan Identifikasi persuader
Aspek lain dari faktor-faktor dalam komunikasi persuasif adalah
prinsip kesamaan dan identifikasi persuader. Aspek-aspek yang akan
44
dibahas meliputi prinsip idenfikasi dan prinsip kesamaan (Soemirat,
2011:4.24).
1. Konsep dasar Kebersamaan
Salah yang mendukung keberhasilan komunikasi persuasif adalah
kredibilitas. Kredibilitas merupakan fungsi dari siapa penerimanya, topik
yang dibicarakan, cara penyajian pesan, serta situasi saat kejadi
komunikasi persuasif berlangsung. Aspek lain yang mendukung
keberhasilan komunikasi persuasif adalah identifikasi dan kebersamaan.
Idenfikasi merupakan konsep psikologi yang berkaitan dengan cara-cara
yang dilakukan oleh individu dalam mengatasi komplik, frustasi serta
berbagai kecemasan yang dihadapi.
Identifikasi adalah sebuah pengenalan, verifikasi objek atau orang
tertentu, tindakan atau proses yang menanggapi suau keadaan yang
diperkirakan atau dianggap seakan-akan sama yang pernah dialami
sebelumnya, tindakan atau proses menghubungkan atau menyesuasikan
diri dengan orang lain. kelompok atau nilai-nilai yang diterima dan
maksud-maksud orang lain terhadap dirinya. Oleh karana itu, dalam
konsep identifikasi, tercakup makna mempelajari respon yang kompleks
melalui peneriun mendalam. Identifikasi berkenaan dengan suatu aktivitas
yang berlangsung dalam waktu yang cukup lama, dengan menggunakan
model-model
tertentu.
Identifikasi
berkenaan
dengan
pemakaian
keseluruhan aspek-aspek sikap, nilai, dan perilaku model, tidak hanya
perilaku-perilaku dan atau perbuatan-perbuatan tertentu.
45
2. Identifikasi dalam Komunikasi Persuasif
Dalam komunikasi persuasif, identifikasi merupakan faktor yang
penting. Hal ini karena dapat mempengaruhi efektivitas persuasi tersebut.
dalam proses identifikasi, individu mendefinisikan perannya sesuai dengan
peran orang lain. Sumber komunikasi persuasi mempengaruhi masyarakat
dengan menggunakan bahasa anda, gerak tubuh anda, gaya suara anda,
imajinasi
anda,
sikap
anda,
pemikiran
anda,
serta
berusaha
mengidentifikasi berbagai hal yang ada pada diri persuader. Sehingga
dapat dikatakan bahwa untuk mempersuasi, sumber melakukan manipulasi
dengan berbagai cara sehingga ia memperoleh isyarat kebersamaan antara
pembicara dan penerima.
Salah satu langkah khusus dalam komunikasi persuasif, yang
berkaitan dengan identifikasi adalah mengacu pada pengalaman pendengar
atau penerima, dengan mempertimbangkan pandangan, yang dibaca, yang
dirasakan, yang dipercaya atau yang dilakukan persuadee. Seorang
politikus atau caleg dapat mengasosiasikan atau mengidentifikasi
tujuannya dengan pengetahuan, kepentingan, serta motivasi penerima.
Sehingga harapannya maka masyarakat akan mengadopsi politikus
tersebut.
3. Kesamaan dalam Komunikasi Persuasif
Faktor kesamaan atau kemiripan merupakan dasar dari daya tarik
untuk semua jenis hubungan manusia. Dalam batas-batas tertentu, semakin
mirip pihak-pihak yang berkomunikasi, maka akan semakin efektif pula
46
komunikasi diantara mereka. Paling tidak setidaknya ada dua hal peranan
penting kesamaan yaitu, pertama, kesamaan dapat mendatangkan
ganjaran, orang yang berusaha untuk mempertahankan keselaran dan
keseimbangan diantara sikap masing-masing. Sebaliknya orang yang
bertemu dengan orang lain yang tidak sependepat dengan dirinya, apalagi
sampai mencela keyakinan, mencela dan menentang selera serta
penilainnya makan akan dianggap tidak menyenangkan.
Kedua, melalui kesamaan, orang berusaha untuk mempertahankan
keselarasan dan kesimbangan diantara sikap masiang. Mereka mengatur
rasa suka dan rasa tidak suka menjadi seimbang. Bisa saja pada satu saaj
menyukai seseorang, namun anda menentang orang itu mengendai suatu
masalah
yang
fundamental.
Hal
itu
secara
psikologis
tidak
menyenangkannya, karena kita lebih memaksimalkan kesimbangan
kognitif kita dengan cara menyukai orang-orang yang mendukung kita dan
tidak menyukai orang yang tidak mendukung pandangan kita.
Peneliti memandang fenomena ini dari beberapa kajian teori sebagai
berikut:
1. Teori Empati dan Teori Homofili
Komunikasi persuasi yang positif berkaitan juga dengan teori empati dan
teori homofili, yang dikembangkan pakar komunikasi, psikologi dan sosiologi.
Teori empati dikembangkan oleh Berlo dan Daniel Larner. Sedangkan teori
Homofili diperkenalkan oleh everet M. Rogers dan F. Shoemaker (Arifin,
47
2011:109). Secara sederhana empati adalah kemampuan menempatkan diri pada
situasi dan kondisi orang lain. K. Berlo memperkenalkan teori yang dikenal
dengan teori yang dikenal dengan nama influene theory of emphaty yaitu teori
penurunan dari penempatan diri ke dalam diri orang lain. Pengertian dari teori ini
adalah komunikan akan mengandaikan dirinya jika menjadi posisi komunikator.
Dalam hal ini dalam diri komunikan tercipta daya khayal dimana selanjutnya
individu akan menemukan serta mengindentifikasi adanya persamaan-persamaan
atau perbedaan masing-masing serta kemudian menjadi dasar untuk melakukan
penyesuasian.
Dalam buku Arifin (2011:110) beberapa pakar memberikan pengertian
tentang empati sebagai berikut: Daniel Learner (1978) mengatakan bahwa empati
adalah kesanggupan seseorang untuk melihat diri sendiri dalam situasi orang lain,
dan kemudian melakukan penyesuasian. Dimana dalam hal itu individu harus
memiliki “kepribadian mobil” yaitu kepribadian yang mudah bergerak dan
menyesuaikan diri dengan situasi orang lain. Kemudian Freud (1921) mengatakan
bahwa empati ituadalah memahami orang lain, yang tidak mempunyai arti
emosional, bagi kita. Scotland (1978), empati adalah keadaan ketika pengamat
bereaksi secara emosional karena ia menganggap orang lain mengalami atau siap
mengalami suatu emosi. Sedangkan Bannet (1979) memberi contoh empati, yaitu
membayangkan pengalaman orang lain ketika sakit, kami memperlakukan orang
lain itu berbeda dengan cara kami memperlakukan diri sendiri.
Dalam komunikasi politik, kemampuan memproyeksikan diri sendiri ke
dalam titik pandang dan empati orang lain memberi peluang kepada seorang
48
politikus untuk berhasil dalam pembicaraan politiknya (Arifin, 2011:110).
Menempatkan diri sendiri seperti orang lain itu memang tidak mudah, justru
empati dapat ditingkatkan melalui komunikasi sosial dan komunikasi politik yang
sering dilakukan oleh politikus. Dapat dipahami bahwa seorang politikus perlu
melakukan komunikasi yang rutin kepada masyarakat supaya masyarakat semakin
mengenal dan masyarakat dapat memproyeksikan dirinya terhadap politikus
supaya muncul empati pada masyarakat sebagai dari munculnya penyesuasian diri
dan persamaan-persamaan. Empati dan komunikasi politik adalah sifat yang
sangat dekat dengan citra seorang politikus tentang diri dan tentang orang lain.
Sehingga empati dapat dinegosiasikan atau dimantapkan melalui komunikasi antar
pesona.
Dalam usaha melakukan empati dalam peristiwa komunikasi Rogers dan
Shoemaker memperkenalkan homofili, dengan tujuan meningkatkan kemampuan
invidu untuk menciptakan kebersamaan-kebersamaan, baik fisik maupun mental
(Arifin, 2011:111). Homofili dapat digambarkan sebagai suasana dan kondisi
kepribadian dan kondisi fisik dua orang yang berinteraksi karena memiliki
kebersamaan usia, bahasa, pengetahuan, kepentingan, organisasi, partai, agama,
suku bangsa dan pakaian ataupun yang lain. Karena sulit untuk melakukan
interaksi jika tidak memiliki kesamaan bahasa, pengetahuan dan kepentingan.
Dan Nimmo dalam buku Arifin (2011:11) menyebutkan beberapa prinsip
homofili dalam komunikasi dan riset yaitu:
49
1. Orang-orang yang mirip dan sesuai satu sama lain, lebih sering
berkomunikasi daripada orang yang tidak mempunyai persamaan
sifat dan pandangan.
2. Komunikasi yang lebih efektif terjadi bila sumber dan penerima
adalah homofilistik karena orang-orang yang mirip cenderung
menemukan makna yang sama dan diakui bersama dalam pesanpesan yang dipertukarkan oleh mereka.
3. Komunikasi
saling
memelihara,
karena
semakin
banyak
komunikasi di antara mereka, makin cenderung dapat berbagi
pandang dan melanjutkan komunikasi.
Empati dan homofili dapat menciptakan semua yang akrab dan intim
sehingga komunikasi politik dapat berjalan secara interaksional. Seorang
komunikator politik atau politikus dapat mempersuasi masyarakat dengan
melakukan pendekatan masyarakat melalui komunikasi dengan menimbulkan
terlebih dahulu empati dari masyarakat atau publik. Untuk mendapatkan itu
tentunya dilakukan dengan komunikasi yang efektif dan terus menerus kepada
masyarakat untuk menciptakan empati. Empati bisa muncul melalui persamaan
atau homofili. Interaksi yang berlangsung adalah dua subjek bukan subjek dan
objek tetapi selevel dan sederajat dan tercipta komunikasi politik yang dialogis
yang bukan berbicara tentang aku dan kamu, tetapi yang ditonjolkan adalah kita
contohnya kita sebangsa dan kita setanah air.
Di dalam komunikasi politik empati dan homofili selanjutnya
diaplikasikan dalam bentuk ideologi politik yang sama, visi dan misi politik yang
50
sama, doktrin politik yang sama, simbol yang sama, pakaian yang sama, dan
keputusan politik yang sama.
2. Teori informasi Nonverbal
Sejumlah pakar komuniasi telah mengembangkan Teori Informasi yang
banyak digunakan dalam kegiatan komunikasi politik. B. Aubrey Fisher telah
banyak menggunakan Teori Informasi
dalam menggagas dan menjelaskan
paradigma pragmatis, yang intinya adalah bertindak sama dengan berkomunikasi
(Arifin,2001:113) yang dapat dipahami bahwa semua tindakan politik adalah
merupakan komunikasi politik yang sifatnya nonverbal dan sering diartikan
bahwa tidak ada komunikasi(verbal) merupakan tindakan komunikasi. Seorang
politikus yang sedang melakukan aktivitas keseharian berinteraksi dengan
masyarakat walaupun tidak berkomunikasi merupakan sebuah tindakan politik
yang dapat dikatakan juga sebagai komunikasi politik yang memiliki maksud.
Aubrey Fisher dalam Arfin (2011:113) mengatakan bahwa dalam Teori
informasi nonverbal diartikan sebagai pengelompokan peristiwa-peristiwa dengan
fungsi tujuan untuk menghilangkan ketidakpastian, dimana informasi dapat
disebut sebagai konsep yang absolut dan relatif. Sedangkan menurut Lawrance
dan Willbur Schramm merumuskan bahwa indormasi adalah setiap hal yang
membantu kita dalam menyusun atau menukar pandangan tentang kehidupan.
Sehingga dapat dipahami bahwa informasi merupakan semua hal-hal yang
digunakan untuk bertukar pengalaman. Di dalam teori informasi nonverbal sendiri
komunikasi politik diartikan bahwa semua hal harus diartikan sebagai tindakan
51
politik (bukan pesan) artinya yang mengandung sebuah kemungkinan alternatif.
Jadi bertindak adalah melakukan tindakan politik dan berkomunikasi adalah
tindakan komunikasi politik.
Sehingga dapat dikatakan bahwa informasi politik dalam teori informasi
nonverbal pada hakikatnya adalah komunikasi politik yang bersifat verbal (tidak
terucapkan). Arifin (2011:114) mengutip Mehrain yang mengatakan bahwa ada
sekitar 93% dampak komunikasi diakibatkan oleh pesan nonverbal dan menurut
Birdwhistell mengatakan hanya sekitar 30-35% makna sosial percakapan atau
interaksi sosial dilakukan dengan kata-kata yang terucapkan, sedangkan sisanya
dilakukan dengan pesan verbal.
Komunikasi informasi nonverbal menurut Mark L, Knapp adalah:
1. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disampaikan
secara verbal, misalnya memuji sambil mengangkat jempol.
2. Subsitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal, misalnya
mengangguk diartikan sebagai menerima.
3. Kontradiksi, yaitu memberi makna lain terhadap pesan verbal, misalnya
bersalaman tetapi sambil melihat yang lain.
4. Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya pesan verbal bersorak
sambil melompat-lompat
5. Aksentuasi, yaitu lebih menegaskan pesan verbal, misalnya menegaskan
dengan mengepalkan tinju.
52
Teori informasi nonverbal menjelaskan bahwa tidak satupun tindakan
politik yang dilakukan oleh politikus bukan komunikasi politik, walaupun dapat
dipahami sebagai komunikasi politik nonverbal. Tetapi tindakan itu bukanlah
sebuah pesan melainkan sebuah kemungkinan atau sebual alternatif.
Teori informasi nonverbal dapat diterapkan dalam komunikasi politik
dalam banyak bentuk seperti (Arifin,2011:116:
1. Memasang Bendara, umbul-umbul, spanduk, dan memperdengarkan
musik karena ada upcara partai politik.
2. Memakai pakaian seragam karena ada pertemuan kader partai;
3. Mempromosikan kader yang berprestasi.
2.3 Karakteristik Persuasi
Persuasi adalah proses memotivasi seseorang, melalui komunikasi, untuk
mengubah keyakinan tertentu, sikap, atau perilaku. Berdasarkan denifisi ini
tersirat beberapa karakteristik persuasi yaitu (Adler, 2008:428):
a. Persuasi yang bukan koersif
Persuasi bukanlah hal yang selalu memaksa atau koersif, sebagai contoh
Jika
Anda memegang pistol dan kemudian menondongkannya pada kepala
seseorang dan berkata, "Lakukan ini, atau aku akan menembak,". Tindakan ini
merupakan sebuah paksaan. Selain merupakan sebuah tidankan yang tidak
dilegalkal pendekatan tersebut tidak akan efektif. Segera setelah pihak yang
berwenang membawa anda dan jauh dari orang tersebut maka orang tersebut akan
berhenti mengikuti tuntutan Anda.
53
Sangat banyak kegagalan yang terjadi dengan melakukan pemaksaan
untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Anak-anak yang orangtuanya sering
memaksakan kehendaknya kepada anak-anaknya akan sering ditemukan
pemberontakan, atau contoh lain siswa yang melakukan sesuatu hal yang disuruh
oleh gurunya karena takut ancaman maka lebih sering tidak menghargai guru
tersebut dan instruksi yang diperintahkan, contoh lain lagi seperti karyawan yang
bekerja dengan perintah yang kasar majikan akan sering tidak produktif dan akan
ingin secepatnya menemukan pekerjaan baru dan meninggalkal pimpinannya yang
kasar tersebut. Jadi persuasi, di sisi lain, membuat pendengar ingin berpikir atau
bertindak dikarenakan komunikasi yang persuasif bukan koersif.
b. Persuasi yang memberikan nilai lebih.
Sikap biasanya tidak berubah seketika atau dramatis dan persuasion adalah
sebuah proses. Apabila berhasil, pada umumnya berhasil melalui proses dari
waktu ke waktu, secara bertahap, dan kenaikan biasanya kecil, oleh karena itu
seorang komunikator akan lebih baik bila sudah menetapkan tujuan dan harapan
terlebih dahulu inilah yang dicerminkan karakteristik persuasi ini.
Ilmuwan komunikasi menjelaskan karakteristik persuasi ini diperoleh
melalui teori penilaian sosial. Teori ini mengatakan bahwa ketika komunikan
mendengar persuasif yang dilakukan oleh seorang komunikator, maka mereka
membandingkannya dengan pendapat yang sudah ada pada mereka atau pendapat
yang mereka pegang. Pendapat yang sudah ada sebelumnya disebut jangkar,
54
tetapi sekitar jangkar ini ada apa yang disebut lintang penerimaan, lintang
penolakan, dan garis lintang noncommitment.
Orang-orang yang sangat peduli tentang sudut pandang tertentu akan
memiliki lintang yang sangat sempit noncommitment. Komunikan yang kurang
peduli akan memiliki lintang yang lebih luas noncommitment. Beberapa research
menunjukkan bahwa komunikan yang mendengarkan komunikator dan kemudian
membandingkannya dengan yang pikirkannya berbeda maka komunikan tersebut
akan menolaknya. Ini berarti bahwa persuasi di dunia nyata terjadi dalam
serangkaian gerakan kecil. Satu pidato persuasif mungkin akan menjadi sebuah
langkah kampanya yang baik . Sebuah contoh komunikasi yang persuasif yang
dilakukan selama bulan kampanye politik dimana keseluruhan bentuk komunikasi
yang dilakukan oleh komunikator politik akan di nilai oleh publik seperti halnya
jajak pendapat dengan hati-hati mereka akan menyesuasikan dengan cara berpikir
mereka.
Seorang Pembicara publik yang mengindahkan prinsip teori penilaian
sosial cenderung mencari realistis, berusaha membuat sesederhana mungkin
mengemas pesan yang menjadi gol dalam pidato mereka, maka jika ingin
mengubah pandangan orang-orang yang mendengar mulailah dengan cara
mempertimbangkan terlebih dahulu setiap argumen yang ingin anda sampaikan
supaya orang-orang dari berbagai latar belakang dapat memahami maksud anda
dan menyesuaikannya dengan pendapat mereka sehingga anda tidak ditolak.
55
Teori penilaian sosial menunjukkan bahwa kesempatan terbaik untuk
mengubah sikap pendengar
akan datang dengan menyajikan argumen
berdasarkan posisi yang ada pada situasi yang tepat supaya anda dapat diterima
dan menghindari ucapan yang mendorong beberapa kalangan untuk menolak
anda.
4. Persuasi yang Interaktif
Dalam model komunikasi yang transaksional dijelaskan bahwa persuasi
bukanlah komunikasi yang satu arah tetapi persuasi adalah sebuah komunikasi
yang interaktif dimana komunikasi persuasif berusaha menunjukkan bahwa yang
disampaikan oleh komunikator itu adalah sesuatu yang berhubungan dengan
mereka dan itu merupakan aktivitas bersama. Komunikasi persuasif itu diperlukan
keterbukaan argumen sehingga beberapa orang akan terlibat dalam argumenargumen penting dan mendapatkan resolusi. Argumen tidak dimenangkan dengan
cara berteriak lawan berargumen, tetapi mereka menangkan dengan mengubah
lawan cara berpikir lawan atau dengan membujuk mereka untuk menyampaikan
ada yang salah dengan argumen mereka.
Bahkan dalam komunikasi publik,
kedua pembicara dan audiens adalah kategori aktif dapat dimanifestasikan dalam
speaker mengambil survei penonton sebelum pidato, kepekaan terhadap reaksi
penonton saat pidato, atau berpikiran terbuka sesi tanya-jawab setelah pidato.
5. Persuasi yang etis.
Dalam persuasi yang etis dikatakan bahwa mereka yang sedang dipersuasi
merasa bahwa mereka tidak sedang dipaksa. Komunikasi persuasif yang etis tidak
56
mengambil keuntungan terhadap posisi lemah komunikannya. Persuasi etis
memainkan peran penting dan berharga dalam kehidupan setiap orang.
Ini adalah melalui persuasi etika yang mempengaruhi kehidupan orang
lain dengan cara yang berharga. Orang yang mengatakan, "Saya tidak ingin
mempengaruhi orang lain," benar-benar berkata, "Saya tidak ingin terlibat dengan
orang lain," dan itu adalah pengabaian tanggung jawab seseorang sebagai
manusia. Persuasi yang baik akan dapat mencapai hasil yang diinginkan. Sebagai
contoh seseorang bisa meyakinkan orang yang dicintai untuk berhenti merokok
atau untuk tidak menyimpan senjata api di rumah, anda bisa mendapatkan anggota
komunitas anda untuk menghemat energi atau untuk bergabung bersama untuk
memperbaiki taman, Anda dapat membujuk majikan untuk mempekerjakan anda
untuk pekerjaan di mana bakat anda sendiri, minat, dan kemampuan akan
sehingga anda dapat memberikan yang terbaik terbaik pada mereka mereka.
Persuasi dianggap etis jika sesuai dengan standar-standar moral. Tetapi
apakah standar itu dapat diterima Jika rencana Anda adalah egois dan tidak dalam
untuk kepentingan terbaik dari audience tersebut, tetapi bagaimana jika anda jujur
tentang motif-yang etis? Jika rencana Anda adalah demi kepentingan terbaik dari
audience Anda, namun Anda berbohong kepada mereka untuk mendapatkan
mereka untuk menerima rencana yang etis? Filsuf dan ahli retorika berpendapat
selama berabad-abad atas pertanyaan seperti ini. Ada banyak cara untuk
mendefinisikan persuasion. Komunikasi persuasif yang etis untuk tujuan kita, kita
akan menganggapnya sebagai komunikasi dalam kepentingan terbaik dari
penonton yang tidak bergantung pada informasi palsu atau menyesatkan untuk
57
mengubah sikap audiens atau cara terbaik untuk menghargai tindakan. Beberapa
contoh persuasi yang tidak etis seperti berpura-pura antusias tentang topik pidato,
menjiplak materi dari sumber lain dan dan mengatakan itu adalah karya anda
sendiri, dan mengarang statistik untuk mendukung kasus anda jelas tidak etis.
Selain menjadi salah atas dasar moral, upaya persuasi
yang tidak memiliki
kelemahan praktis utama: Jika anda melakukan penipuan, maka kredibilitas anda
akan rusak. Ada beberapa tindakan komunikasi persuasif yang tidak etis menurut
Adler.
1. Melakukan Plagiarisme.
a. Mengklaim ide orang lain merupakan ide anda sendiri.
b. Mengutip tanpa mengutip sumbernya.
2. Menyampaikan Informasi Palsu.
a. sengaja berbohong.
b. Salah menyajikan materi.
c. Distorsi yang disengaja dan penindasan materi
d. Penalaran menyesatkan untuk menggambarkan kebenaran.
3. Informasi yang terpotong.
a. Tentang diri (speaker), tidak mengungkapkan motif pribadi atau
kepentingan khusus.
b. Tentang tujuan pidato.
c. Sumber (bukan sumber mengungkapkan, plagiarisme).
d. Tentang bukti, penghilangan bukti tertentu (card stacking)
e. Tentang menentang argumen; menyajikan hanya satu sisi.
58
4. Tampil dalam ketidaktulusan.
a. Mengatakan apa yang tidak berarti atau percaya.
b. Dalam menyampaikan pesan kelihatan tidak seruis (misalnya, purapura antusiasme).
5. Menggunakan perlawanan yang emosional untuk menghindari Kebenaran.
a. Menggunakan banding emosional sebagai pengganti atau menutupnutupi karena kurangnya akal sehat dan bukti yang sah.
b. Gagal untuk menggunakan jawaban yang dapat menyeimbangkan
pertentangan.
Seorang politikus yang ingin melakukan persuasif kepada masyarakat,
diharapkan menghindari hal-hal yang tidak etis seperti diatas supaya mendapat
kepercayaan penuh dari masyarakat.
2.5 Pengkategorian Jenis Persuasi
Adler (2006:432) dalam bukunya mengatakan Ada beberapa cara untuk
mengkategorikan jenis upaya persuasif yang menjadikan seseorang itu sebagai
seorang komunikator.kategori itu dapat dipahami berdasarkan tiga pertanyaan
yaitu terkait pada Apa yang akan anda fokuskan? Kemudian Hasil apa yang akan
anda cari? Bagaimana anda menanggapi hasil tersebut? Sehingga Persuasi dapat
dikategorikan sebagai berikut:
a. Berdasarkan Jenis Proposisi
Persuasif dikategorikan kedalam 3 proposisi dimana tergantung tergantung
pada jenis dari pernyataan (disebut sebagai "proposisi" dalam persuasi) yang anda
59
ajukan. Ketiga kategori tersebut adalah proposisi fakta, proposisi nilai, dan
proposisi kebijakan.
1. Proposisi Dari Fakta
Beberapa pesan persuasif fokus pada proposisi fakta: Masalah yang
melibatkan dua atau lebih pihak dengan bukti yang bertentangan, dimana
pendengar diminta untuk memilih sesuatu yang dianggap benar oleh diri
mereka sendiri. Dalam proposisi fakta bahwa banyak pertanyaan yang
merupakan fakta namun tidak dapat diselesaikan hanya dengan mengatakan
"ya" atau "tidak" atau dengan sedikit informasi yang objektif. Sebetulnya,
mereka terbuka untuk berdebat dan menjawab dengan melakukan pemeriksaan
yang hati-hati dan menginterpretasi bukti yang biasanya dikumpulkan dari
berbagai sumber. Itulah sebabnya, adalah mungkin untuk memperdebatkan
pertanyaan dari sebuah fakta, dan itulah mengapa proposisi membentuk dasar
pidato persuasif dan bukan yang informatif.
2. Proposisi Nilai
Adler menjelaskan dalam persuasi Proposisi nilai melampaui isu
kebenaran atau kepalsuan dan mengeksplorasi betapa berharganya sebuah ide,
orang, atau objek. Agar bisa memahami proposisi bernilai, anda harus
mengeksplorasi proposisi fakta tertentu. Sebagai contoh, anda tidak akan
dapat memperdebatkan apakah penggunaan percobaan hewan dalam penelitian
adalah amoral (proposisi nilai) sampai anda memiliki proposisi fakta seperti
berapa banyak hewan yang digunakan dalam percobaan dan apakah ahli
percaya mereka (hewan) benar-benar menderita.
60
3. Proposisi Kebijakan
Proposisi kebijakan melangkah melampaui pertanyaan-pertanyaan
fakta atau nilai, mereka merekomendasikan aksi tertentu (sebuah kebijakan).
Beberapa pertanyaan dari kebijakan tersebut adalah:
Melihat persuasi sesuai dengan jenis proposisi adalah cara yang
nyaman untuk menghasilkan topik untuk pidato persuasif, karena setiap jenis
proposisi menyarankan topik-topik yang berbeda. Memilih topik juga bisa
ditangani secara berbeda tergantung pada bagaimana pendekatannya. Sebagai
contoh, sebuah pidato kampanye bisa didekati sebagai proposisi fakta (calon
X telah berbuat lebih banyak untuk sebuah komunitas daripada lawannya),
proposisi nilai (calon X adalah sosok yang lebih baik daripada lawannya), atau
proposisi kebijakan (kita harus keluar dan memilih calon X). Ingat,
bagaimanapun,
bahwa
pidato
persuasif
dikembangkan
kemungkinan
mengandung ketiga jenis proposisi.
Jika anda mempersiapkan pidato advokasi yang menganjurkan bahwa
atlet kampus harus dibayar tunai untuk bakat mereka (proposisi kebijakan),
anda mungkin ingin membuktikan bahwa praktek ini sudah tersebar luas
(proposisi fakta) dan itu tidak adil untuk atlet dari sekolah lain (proposisi
nilai).
b. Dengan Hasil yang Diinginkan
Komunikasi persuasi dapat dikategorikan berdasalkan hasil utamanya
yaitu:
61
1. Meyakinkan
Ketika Anda mulai untuk meyakinkan khalayak, Anda ingin
mengubah cara berpikir anggota tersebut. Saat kita berbicara untuk
meyakinkan penonton dan mengubah cara berpikir mereka, buku ini tidak
bermaksud anda harus melempar mereka dari satu keyakinan atau sikap ke
suatu sikap yang sama sekali berbeda. Terkadang pendengar sudah akan
berpikir dengan cara yang Anda ingin, tetapi mereka tidak cukup tegas
berkomitmen akan berpikir sesuai cara anda.
Saat itu terjadi, anda memperkuat opini mereka. Sebagai contoh,
jika audiens anda sudah percaya bahwa anggaran federal harus seimbang
tapi tidak menganggap penting sebuah ide, maka tugas adalah memperkuat
kepercayaan anggota. Karena memperkuat masih termasuk salah satu tipe
perubahan. Contoh lain, dalam sebuah pidato untuk meyakinkan, akan
dimulai saat mengganti sikap tanpa membuat perubahan total dalam
berpikir. Sebagai contoh, pidato yang efektif untuk meyakinkan mungkin
bisa
didapat
dari
sekelompok
skeptis
agar
mempertimbangkan
kemungkinan bahwa pendidikan bilingual adalah ide yang baik/bukan ide
yang baik.
2. Melaksanakan
Ketika Anda mulai menggiring Audience, Anda ingin anggota berubah
ke suatu perilaku tertentu. Sedangkan pidato untuk meyakinkan adalah
mengubah penonton agar bertindak berdasarkan ide-ide anda yang sudah anda
62
yakinkan kepada anggota. Dalam sebuah pidato agar dilaksanakan, Anda
harus menyarankan tindakan spesifik. Ada dua jenis tindakan yang bisa anda
minta untuk diadopsi atau dihentikan. Yang pertama, meminta penonton untuk
terlibat dalam perilaku yang baru, yang terakhir meminta seorang penonton
untuk berhenti berperilaku seperti yang terakhir.
Ketika anda memberikan pidato untuk calon politik dan kemudian
meminta kontribusi dalam kampanye kandidat itu, Anda akan akan meminta
audiens agar mengadopsi perilaku baru. Jika anda baru saja memberikan
pidato
berhenti
merokok
dan
kemudian
meminta
audiens
untuk
menandatangani janji berhenti merokok, anda akan meminta mereka (audiens)
untuk menghentikan perilaku mereka sebelumnya (merokok).
c. Persuasi dengan Pendekatan Terus Terang
Persuasi dapat dikategorikan berdasarkan pendekatan keterusterangan
yang dilakukan oleh komunikator politik, persuasi ini dilakukan bisa dengan
langsung dan tidak langsung
1. Persuasi Langsung
Persuasi langsung tidak mencoba untuk menyembunyikan tujuan
persuasif dari komunikator tersebut. Dalam persuasi langsung, pembicara akan
membuat tujuannya jelas, biasanya dengan menyatakan hal itu langsung di
awal pembicaraan. Ini adalah strategi terbaik untuk digunakan dengan audiens
yang ramah. Sehingga seorang komunikator akan memberitahukan tujuan
yang jelas terlebih dahulu kepada publik tentang tujuan persuasinya.
63
2. Persuasi Tidak Langsung
Berbeda dengan persuasi langsung seperti yang dijelaskan diatas.
Persuasi tidak langsung menyamarkan atau menyembunyikan tujuan persuasif
pembicara dalam beberapa pertanyaan. Didasarkan pada persuasi tidak
langsung, setiap strategi tidak mengungkapkan tujuan pembicara di awal.
Persuasi langsung kadang-kadang mudah untuk ketahuan. Sebuah iklan
televisi yang menunjukkan kepada kita pria dan wanita muda bergembira saat
surfing pada hari yang indah, dan kemudian terlintas nama produk di layar
kaca, merupakan persuasi tidak langsung.
Orator politik terkadang melakukan persuasi tidak langsung, dan
kadang-kadang lebih sulit untuk mengidentifikasi yang seperti itu. Seorang
politisi berpura-pura berbicara mengenai isu sosial, dimana pesan persuasifnya
adalah "tolong ingat nama saya, dan pilih saya di pemilu nanti". Dalam publik
speaking, persuasi tidak langsung menyamar sebagai pembicara informatif.
Sebagai contoh, seorang calon mengatakan "Kehadiran saya disini hari ini
tidak ada hubungannya dengan pencalonan saya untuk dewan kota". Itu akan
menjadi statement palsu dan itu tidak etis.
2.4 Kerangka Pemikiran
Fenomena yang ditangkap dalam penelitian ini adalah bagaimana seorang
politikus atau calon anggota legislatif incombent dapat menang dalam pemilihan
umum calon legislatif tahun 2014 mendatang. Peneliti memandang dari sudut
komunikasi persuasif yang dilakukan politikus untuk mempengaruhi masyarakat
64
untuk memilih calon legislatif tersebut. Dalam fenomena ini peneliti
memahaminya dengan dua teori, pertama, Teori Empati dan Homofili. Dimana
dalam teori ini dikatakan bahwa persuasif yang positif adalah empati dan
homofilli. Dari teori ini dapat dipahami bahwa seorang calon anggota legislatif
incombent sebagai politikus harus mampu membentuk empati
masyarakat
terhadap dirinya. Supaya masyarakat mampu melihat atau memahami seperti yang
diinginkan oleh politikus tersebut. Seorang incombent yang ingin melakukan
persuasi kepada masyarakatnya harus memahami terlebih dahulu karakter dan
sifat masyarakat dan juga kondisi masyarakat tersebut, sehingga incombent bisa
merasakan dan meletakkan dirinya dalam posisi masyarakat dan menghayati
pengalaman tersebut untuk dapat melihat sudut pandang dari masyarakat tersebut..
Incombent harus mampu melihat kerangka berpikir internal dari orang lain dengan
akurat dengan komponen yang saling berhubungan, sehingga ketika melakukan
persuasi maka incombent seoalah-olah masuk dalam diri masyarakat sehingga
mampu merasakan dan memahami masyarakat tersebut saat itulah incombent
dapat melakukan persuasi yang pelan-pelan dapat mengubah opini, sikap dan
tindakan dari masyarakat supaya nanti di Pemilu 2014 mendapat dipilih lagi.
Dalam melakukan persuasi kepada publik akan lebih mudah bagi politikus
bila memiliki persamaan dengan publik tersebut. Fenomena tersebut dipahami
peneliti dengan menggunakan teori homofili. Dimana homofili dapat digambarkan
sebagai suasana dan kondisi kepribadian dan kondisi fisik dua orang yang
berinteraksi karena memiliki kesamaan. Incombent perlu menonjolkan persamaanpersamaan yang dimilikinya kepada masyarakat supaya lebih cepat menerima
65
persuasi dari incombent tersebut, baik persamaan ideologi, suku agama, hobby
dan lain sebagainya. Dengan kesamaan-kesamaan itu maka proses interaksi antara
politikus bisa berjalan dengan baik.
Tindakan dari seorang incombent itu bisa bersifat nonverbal seperti
memasang foto-foto dijalan-jalan didaerah yang akan menarik perhatian
masyarakat serta mendekatkan dirinya kepada masyarakat. Sebagai calon calon
anggota legislatif maka setiap tindakannya saat berinteraksi dalam masyarakat
merupakan sebuah tindakan politik atau komunikasi politik. Ketika seorang
petana melakukan kunjungan kepada tokoh masyarakat, aktif dalam kegiatankegiatan masyarakat seperti pengajian, olahraha dalan lain sebagainya dalam
komunikasi politik dianggap sebagai tindakan politik yang memiliki tujuan
khsususnya persuasi kepada masyarakat, sekalipun tidak menyatakan langsung
keinginannya atau dikenal dengan persuasi tidak langsung tetapi itu sangat efisien
dalam mempengaruhi masyarakat. Aktivitas yang dilakukan itu merupakan
tindakan politik atau komunikasi politiknya.
Dengan melakukan tindakan komunikasi persuasif, maka si politikus
semakin dikenal melalui informasi-infomasi yang didapatkan publik, sehingga
timbul opini di dalam publik tentang politikus kemudian dengan seiring
berkembangnya terus empati dan homofili yang ditumbuhkan dengan konsisten
oleh politikus, dimana empati akan tumbuh bila dilakukan terus menerus.
Semakin berkembang juga opini publik tentang masyarakat dan akan terdapat
homofili dalam diri masyarakat, baik persamaan ideologi, tujuan dan
keinginannya. Semakin kuatnya karakter dari politikus didalam diri publik akan
66
menumbuhkan keinginan publik untuk berpartisipasi dalam pemilu legislatif dan
memilih politikus tersebut. Peneliti juga menggunakan Teori Adler dan Rodman
komunikasi persuasif yang memiliki kategori dan karakteristik. Dimana melalui
teori ini peneliti melihat karakteristik dan kategori-kategori komunikasi persuasif
yang dilakukan oleh calon legislatif untuk memenangkan pemilu pada 2009.
67
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
Calon Anggota Legislatif
Incombent
Teori Informasi
nonverbal
Karakteristik
Persuasi
Langkah-langkah
Komunikasi Persuasif
Kategori Persuasi
Teori Empati
dan homofili
Teori Komunikasi
Persuasi Adler
Download