BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Mikrokontroller Atmega32. Mikrokontroler merupakan suatu terobasan teknologi mikroprosesor dan mikrokomputer yang merupakan teknologi semikonduktor dengan kandungan transistor yang lebih banyak namun hanya membutuhkan ruang yang sangast kecil, Lebih lanjut, mikrokontroler merupakan system computer yang mempunyai satu atau beberapa tugas yang sangat spesifik, berbeda dengan PC (Personal Computer ) yang memiliki beragam fungsi. Tidak seperti sistem komputer yang mampu menangani berbagai macam program aplikasi, mikrokontroler hanya bisa digunakan untuk suatu aplikasi tertentu saja, perbedaan lainnya terletak pada perbandingan RAM dan ROM. Pada sistem komputer perbandingan RAM dan ROM nya besar, artinya programprogram pengguna disimpan dalam ruang RAM yang relative besar, sedangkan rutin-rutin antar muka perangkat keras disimpan dalam ruang ROM yang kecil, Sedangkan pada mikrokontroler, perbandingan ROM dan RAM –nya yang besar, artinya program kontrol disimpan dalm ROM (bias Masked ROM atau Flash PEROM) yang ukurannya relatif lebih besar, sedangkan RAM digunakan sebagai tempat penyimpanan sementara , termasuk register-register yang digunakn pada mikrokontroler yang bersangkutan. Mikrokontroler merupakan keseluruhan sistem komputer yang dikemas menjadi sebuah chip di mana di dalamnya sudah terdapat Mikroprosesor, I/O, Memori bahkan Analog to Digital Converter (ADC), berbeda dengan Mikroprosesor yang berfungsi sebagai pemproses data (Heryanto, dkk, 2008:1). Mikrokontroller AVR (Alf and Vegard’s Risc processor) memiliki arsitektur 8 bit, dimana semua instruksi dikemas dalam kode 16-bit dan sebagian besar instruksi dieksekusi dalam 1 siklus clock atau dikenal dengan teknologi RISC (Reduced Instruction Set Computing). Secara umum, AVR dapat dikelompokan 5 6 ke dalam 4 kelas, yaitu keluarga AT90Sxx, keluarga ATMega dan AT86RFxx. Pada dasarnya yang membedakan masing-masing adalah kapasitas memori, peripheral dan fungsinya (Heryanto, dkk, 2008:1). Dari segi arsitektur dan instruksi yang digunakan, mereka bisa dikatakan hampir sama. Berikut ini gambar Mikrokontroler Atmega32. . Gambar 2.1 Mikrokontroler Atmega32 Di bawah ini akan dijelaskan konfigurasi pin (kaki IC) Mikrokontroler Atmega32 yang terdiri dari 20 kaki pin IC. Gambar 2.2 Konfigurasi Pin Mikrokontroler Atmega32 Secara umum konfigurasi dan fungsi pin ATMega32 dapat dijelaskan sebagai berikut : VCC : Input sumber tegangan positif (+) GND : Ground negative (-) 7 Port A : Berfungsi sebagai input analog dari ADC (Analog to Digital Converter). Port ini juga berfungsi sebagai port I/O dua arah, jika ADC tidak digunakan. Port B : berfungsi sebagai port I/O dua arah. Port PB5, PB6 dan PB7 juga berfungsi sebagai MOSI (Master Out Slave In), MISO (Master In Slave Out) dan SCK (Serial Clock) yang di pergunakan pada proses downloading. Port C : berfungsi sebagai port I/O dua arah. Port D : berfungsi sebagai port I/O dua arah. Port PD0 dan PD1 juga berfungsi sebagai RXD (Receiver Diversity) dan TXD (Transmitter Diversity) yang dipergunakan untuk komunikasi serial. RESET : Input reset. XTAL1 : Input ke amplifier inverting osilator dan input ke sirkuit clock internal. XTAL2 : Output dari amplifier inverting osilator. AVCC : Input tegangan untuk Port A dan ADC. AREF : Tegangan Referensi untuk ADC. 8 Gambar 2.3 Rangkaian Sistem Minimum Atmega32 2.2 Sensor UVTRON Sensor UVTRON flame detector adalah sensor pendeteksi api produksi Hamamatsu di fungsikan untuk mendeteksi adanya api lilin. Digunakan 1 buah sensor UVTRON untuk mendeteksi ada tidaknya api serta memfokuskan posisi api. Salah satu sensor diberi penutup sedemikian, sehingga radius deteksi api menjadi lebih sempit. Gambar 2.4 Flame detector 9 Gambar 2.5 Radius pendeteksian posisi api terhadap flame detektor Dalam penggunaan sensor UVTron hanya perlu menambahkan jumper pada pin jumper dan kapasitor 1 F. penambahan jumper dan kapasitor pada gambar 2.5 hal ini berfungsi untuk mengatur sensitivitas dari sensor. Dan penambahan kapasitor berfungsi untuk memperlebar sinyal output bila sensor dapat mendeteksi adanya lilin, Peletakan posisi dari tabung UVTRON yaitu berdiri hal ini dikarenakan jarak jangkauan dari sensor lebih jauh dibandingkan dengan posisi tidur dan posisi anoda dari tabung berada didepan hal ini karena ketika kutub anoda menerima cahaya maka kutub anoda akan mengeksitasi kutub katoda sehingga sensor aktif. UV_TRON (SOLD SEPARATELY ANODA A CONSTAN VOLTAGE CIRCUIT + 5 VDC CATODEH 350 VDC HIGH VOLTAGE DC-DC CONVERTER K Q SIGNAL PROSESING CIRCUIT 3 5 7 9 - Q POWER SUPPLY 12 VDC GND OPEN COLECTOR JUMPER LEAD SETTING BACKGROUND CENCEL LEVEL Gambar 2.6 Block diagram R2868 10 2.3 Sensor Pendeteksi Garis Untuk membedakan ruangan terhadap koridor dipasang garis putih yang terdapat pada tiap pintu ruangan. Sensor pendeteksi garis (line sensor detector) disini di fungsikan untuk mendeteksi garis, adapun cara kerja dari sensor ini sendiri bekerja atas asas pencahayaan inframerah yang dipancarkan dari sensor inframerah dan akan diterima oleh penerima (Photodioda). Dikarenakan sifat dari komponen ini akan bekerja sebagai generator arus ketika energi cahaya dengan panjang gelombang yang benar jatuh pada sambungan Photodioda tersebut. Output tersebut dikuatkan menggunakan transistor yang difungsikan sebagai switching sekaligus penguat arus, kemudian dimasukan ke rangkaian comparator yang di fungsikan sebagai pembanding tegangan untuk menentukan intensitas penerimaan cahaya yang dipancarkan oleh inframerah, output dari rangkaian comparator inilah yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai alat untuk menentukan garis yang dideteksi tersebut apakah berwarna terang atau gelap (warna hitam atau putih), Output detector dipakai sebagai data input untuk pemroses sebagai data navigasi. Berikut ini gambar 2.6 Module sensor pendeteksi garis. Gambar 2.7 Module sensor pendeteksi garis. 2.4 Rangkaian Sound Aktivasion Aktivasi suara adalah rangkaian penerima suara yang digunakan sebagai start awal pada robot pemadam api. Pada dasarnya rangkaian ini bekerja atas penerimaan bunyi frekuensi 3 – 4 KHz yang kemudian diolah oleh rangkaian filter 11 LM358 sehingga menghasilkan nilai frekuensi yang lebih besar dan selanjutnya dimasukan ke rangkaian tone decoder (LM567) sebagai IC perubah frekuensi ke level tegangan analog. Untuk dapat mengeset nilai kepekaan penerimaan sound aktif terhadap bunyi frekuensi yang di pancarkan output dari tone decoder dimasukan ke rangkaian comparator yang selanjutnya data 1/0 pada output dapat digunakan sebagai data untuk mikrokontroler. Gambar sound activation dapat dilihat pada gambar 2.8. Gambar 2.8 Hardware Sound Activation 2.5 Basic Compiler AVR BASCOM adalah program Basic compiler berbasis windows untuk berbagai jenis keluarga microcontroller seperti MCS-51 dan AVR. BASCOM, merupakan pemprograman dengan bahasa tingkat tinggi. Penguasaan program BASCOM ini sangat didukung oleh pemahaman perangkat keras microcontroller yang baik, karena setiap langkah dari program ini pasti berhubungan dengan perangkat kerasnya. Hal itulah yang membedakan BASCOM dengan bahasa pemprograman lainnya. BASCOM merupakan bahasa pemprograman basic yang dikembangkan dan dikeluarkan oleh MCS Electronic. Bahasa pemprograman ini memiliki keuggulan diantaranya : 1. Menggunakan bahasa pemprograman basic sebagai control program. 2. Memiliki jendela simulasi berupa LCD (liquid crystal display), simulasi port micro dan sebagainya. 12 Interface dari BASCOM AVR dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 2.9 Tampilan BASCOM-AVR Keterangan lengkap ikon-ikon dari program BASCOM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2.1 Ikon-ikon Pada Program BASCOM 13 Untuk menu show result informasi yang akan ditampilkan dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.2 Tampilan Menu Pada Program BASCOM 2.6 Sensor TPA81 Sensor Thermal Array, TPA81 adalah sensor yang membaca radiasi panas. Sensor ini digunakan untuk mendeteksi inframerah pada panjang gelombang 2µM – 22µM, yang merupakan panjang gelombang dari radiasi panas. Sensor ini memiliki 8 buah sensor panas yang tersusun dalam satu baris. TPA 81 dapat mengukur suhu pada 8 titik yang berdekatan secara bersamaan dan dapat mendeteksi api lilin pada jarak 2 meter dengan tidak terpengaruh oleh cahaya luar. Secara keseluruhan, TPA81 memiliki range horisontal sebesar 41° dan range vertikal sebesar 6°. Sensor ini dapat mendeteksi api lilin dari jarak sekitar 2 meter. Data yang dihasilkan dari sensor thermal array berupa data biner 8 bit dari masing-masing pixel sensor yang merupakan data suhu yang terukur. Misalkan pada salah satu sensor mendeteksi suhu sebesar 48°C, maka data yang dihasilkan pada sensor tersebut adalah 48 (30H). Sensor thermal array memiliki 10 register yang dapat diakses dengan menggunakan protokol I2C. Data suhu dari setiap pixel sensor terdapat pada register - register berikut ini. 14 Tabel 2.3 Register Pada Sensor TPA 81 Gambar 2.10 Module Sensor TPA 81 Modul sensor Thermal Array dengan komunikasi protokol I2C ini sama dengan modul kompas elektronik. Alamat fix dari sensor ini adalah 0xD0. Selanjutnya membaca data register dengan mengirimkan nilai alamat register yang diinginkan. Data sensor ada pada alamat register 0×02-0×09 untuk data sensor pixel 1 - pixel 8. Untuk sistem komunikasi I2C secara keseluruhan sama dengan modul kompas elektronik, yang berbeda hanyalah alamat dari modul dan register - register yang dibaca. Sedangkan cara-cara komunikasinya sama, yaitu dengan menggunakan sistem komunikasi standard I2C. Data yang terbaca pada register - register yang menyimpan data sensor tiap pixel adalah data 8 bit yang mempresentasikan nilai suhu yang terukur. Secara umum, cara untuk mendapatkan nilai - nilai suhu dari sensor thermal array sama seperti pada kompas elektronik, yang berbeda hanyalah pada alamat register yang akan dibaca dan alamat device-nya. 15 2.6.1 Skema Rangkaian TPA81 Dibawah ini adalah skema rangkaian untuk TPA81 yang terhubung pada Rangkaian Master Slave Atmega32. Gambar 2.11 Skema Rangkaian TPA81 2.7 Sensor Ultrasonik Ping Perpindahan robot dari satu tempat ketempat tertentu, tentunya akan menjumpai halangan atau rintangan, Agar robot dapat berpindah dan tidak menabrak dinding atau halangan yang ada didepan robot diperlukan sensor pendeteksi jarak. Sensor ping menggunakan modul jadi dari parallax seperti pada gambar 2.12 dan gambar 2.13 Dengan 2 buah pin kontrol, antara lain sebuah pin input trigger dan sebuah pin output data. Gambar 2.12 Module Sensor Ultrasonik 16 Gambar 2.13 Pin Koneksi Sensor Ultrasonik Proses scaning dilakukan tidak secara urut dari sensor 1 – 7, tetapi secara melompat-lompat. Hal ini dilakukan karena sensor yang bedekatan akan saling interferensi satu satu sama lain. Tujuh sensor ultrasonik terpasang pada bagian badan robot, pemasangan sensor terletak pada sudut yang sama. Hal ini untuk menjangkau semua halangan yang ada disekitar robot. Proses scanning dilakukan tidak secara bersamaan untuk sisi kiri dan kanan sensor. 2.8 Motor Servo Motor servo merupakan motor yang mampu bekerja dua arah (CW dan CCW) dimana arah dan sudut pergerakan rotornya dapat dikendalikan hanya dengan memberikan pengaturan duty cycle sinyal PWM pada bagian pin kontrolnya. Disamping itu motor servo merupakan sebuah motor DC yang memiliki rangkaian control dan internal gear untuk mengendalikan pergerakan dan sudut angularnya. Gambar 2.14 dan gambar 2.15 merupakan gambar pensinyalan motor servo. Gambar 2.14 Bentuk Fisik Motor Servo 17 Gambar 2.15 Sinyal Gerak Motor Servo 2.9 SPC Servo Motor Controller 2.9.1 Pendahuluan Smart Peripheral Controller / SPC SERVO MOTOR CONTROLLER merupakan sebuah modul pengendali motor servo yang mampu digunakan untuk mengendalikan 20 buah motor servo secara serentak maupun sekuensial. Modul ini dilengkapi dengan jalur komunikasi UART RS-232, UART TTL, dan I2C. Jika menggunakan jalur komunikasi I2C, maka beberapa SPC SERVO MOTOR CONTROLLER dapat digunakan untuk mengontrol sampai dengan maksimum 160 buah motor servo. SPC SERVO MOTOR CONTROLLER dapat digunakan untuk mengendalikan motor servo standar maupun kontinu serta dilengkapi dengan fasilitas untuk menyimpan sekuen gerakan sehingga sesuai untuk aplikasi-aplikasi robotik atau aplikasi yang menggunakan motor servo lainnya. 2.9.2 Spesifikasi SPC Servo Motor Controller Spesifikasi SPC SERVO MOTOR CONTROLLER sebagai berikut: Catu daya untuk SPC SERVO MOTOR CONTROLLER terpisah dengan catu daya untuk motor servo. Catu daya untuk SPC SERVO MOTOR CONTROLLER dapat diperoleh dari sumber catu daya dengan tegangan 6,5 – 12 Volt. 18 Tiap modul SPC mampu mengendalikan 20 motor servo. Resolusi pulsa kontrol servo sebesar 1 µs. Dilengkapi dengan kemampuan servo ramping. Dilengkapi dengan kemampuan membaca pulsa kontrol (posisi) servo. Dilengkapi dengan kemampuan Enable dan Disable servo. Dilengkapi dengan kemampuan menyimpan dan menjalankan sampai dengan maksimal 32 sekuen gerakan. Dilengkapi dengan kemampuan menyimpan dan kembali ke posisi home (default). Tersedia antarmuka UART RS-232, UART TTL, dan I2C. Jika menggunakan I2C, SPC SERVO MOTOR CONTROLLER dapat dicascade hingga 8 modul. 19 2.9.3 Kendali Motor Servo Dengan Menggunakan SPC Servo Motor Controller. Tabel 2.4 Urutan penulisan program untuk menjalankan Servo 2.10 Protokol Komunikasi I2C (Inter IC Bus) atau TWI (Two Wire Interface). 2.10.1 Pendahuluan I2C merupakan bus standar yang didesain oleh Philips pada awal tahun 1980an untuk memudahkan komunikasi antar komponen yang tersebar pada papan rangkaian. I2C merupakan singkatan dari Inter IC atau komunikasi antar IC, sering disebut juga IIC atau I2C. Pada awalnya, kecepatan komunikasi maksimumnya diset pada 100kbps karena pada awalnya kecepatan tinggi belum dibutuhkan pada transmisi data. Untuk yang membutuhkan kecepatan tinggi, ada mode 400kbps dan sejak 1998 ada mode kecepatan tinggi 3,4Mbps. I2C tidak 20 hanya digunakan pada komponen yang terletak pada satu board, tetapi juga digunakan untuk mengkoneksikan komponen yang dihubungkan melalui kabel. Kesederhanaan dan fleksibilitas merupakan ciri utama dari I2C, kedua hal tersebut membuat bus ini mampu menarik penggunaanya dalam berbagai aplikasi. Fitur-fitur signifikan dari bus ini adalah : - hanya 2 jalur/kabel yang dibutuhkan - tidak ada aturan baud rate yang ketat seperti pada RS232, di bus ini IC yang berperan sebagai master akan mengeluarkan bus clock - Hubungan master/slave berlaku antara komponen satu dengan yang lain, setiap perangkat yang terhubung dengan bus mempunyai alamat unik yang diset melalui software - IC yang berperan sebagai master mengontrol seluruh jalur komunikasi dengan mengatur clock dan menentukan siapa yang menggunakan jalur komunikasi. Jadi IC yang berperan sebagai slave tidak akan mengirim data kalau tidak diperintah oleh Master. - I2C merupakan bus yang mendukung multi-master yang mempunyai kemampuan arbitrasi dan pendeteksi tabrakan data. 2.10.2 Mekanisme Hubungan Antar Komponen I2C hanya membutuhkan dua jalur/kabel yaitu SDA dan SCL. SCL/serial clock merupakan jalur clock, digunakan untuk mensinkronkan data transfer antara Master dan Slave dalam I2C bus. SDA/Serial Data merupakan jalur komunikasi data dua arah. SDA dan SCL dihubungkan ke seluruh komponen dalam bus I2C. Selain kedua jalur/kabel masih ada jalur/kabel ketiga yaitu Ground/0 volt serta jalus Vcc/5v untuk menghidupkan perangkat/komponen. Baik SDA maupun SCL merupakan tipe open drain. Maksud dari open drain adalah chip bisa membuat outputnya berlogika 0, tapi tidak bisa membuat outputnya berlogika 1. Sehingga agar mampu memberikan output 1, diperlukan pull up resistor yang dihubungkan ke suplai 5v. Jadi kita harus memberikan resistor pull up pada jalur SDA dan SCL yang ujung satunya dihubungkan ke 5v. Kita hanya memerlukan 1 buah resistor 21 per jalur untuk seluruh I2C bus, tidak perlu satu-persatu untuk tiap perangkat. Ilustrasinya adalah sebagai berikut: Gambar 2.16 Ilusrasi hubungan antar komponen Nilai dari resistor tidak begitu berpengaruh. Dari referensi dibuku dan percobaan yang dilakukan, didapat bahwa ada yang memakai resistor dengan nilai mulai 1k8 (18000 ohms) sampai 47k (47000 ohms), untuk penulis sendiri, berdasar pengalaman cenderung memilih nilai 4k7 (4700ohm). Pemilihan nilai lain pun tidak masalah, asal masih dalam range tersebut karena berdasar I2C bus specification yang dirilis oleh NXP pada 2001, pull up device tergantung pada bus loads. Jika bus load mencapai 200pF, maka pull up devicenya bisa berupa resistor, juka bus load antara 200-400pF (fast mode) maka pull up device bisa berupa sumber arus (max 3mA) atau switched resistor circuit (silahkan lihat gambar dibawah untuk referensi). Jika kita tidak memberikan pull up device (resistor/sumber arus) maka jalur SDA dan SCL akan selalu berlogika rendah, hampir 0 volt, dan I2C bus tidak akan bekerja. 2.10.3 Masters dan Slave Perangkat/komponen dalam bus I2C akan berperan sebagai Master atau Slave. Master merupakan komponen/perangkat yang mengontrol jalur clock dan siapa yang berhak menggunakan jalur data. Slave adalah komponen/perangkat yang merespon pada perintah Master dan tidak bisa mengambil inisiatif komunikasi. Jadi hanya master saja yang bisa mengambil inisiatif transfer data dalam I2C bus. I2C bus mendukung multiple slave dalam satu bus dengan hanya 1 master. Pada teorinya, sistem ini mendukung multiple master, tapi tidak akan 22 dibahas karena jarang digunakan. Pada sistem seperti robot, Master adalah kontrolernya (mikrokontroler/mikroprosesor) dan slave adalah modul sensor seperti SRF08, CMPS03 atau modul RTC DS1307. Baik master maupun slave bisa mentransfer data melalui I2C bus, tetapi transfer hanya dikontrol oleh master. 2.10.4 Protokol Fisik I2C Ketika master (kontroler) ingin berkomunikasi dengan slave, master akan mulai mengirim start sequence pada bus I2C. Start sequence adalah salah satu dari dua sequence spesial pada bus I2C, sekuens spesial lainnya adalah stop. Start sequence dan stop sequence merupakan tahap spesial dimana merupakan kondisi dimana SDA (jalur data) boleh berubah ketika SCL (jalur clock) dalam kondisi high (1). Start sequence menandai awal dari transaksi data dengan perangkat slave. Stop sequence menandai akhir transaksi data dengan perangkat slave. Gambar 2.17 Sinyal Start sequence dan Stop sequence pada I2C. Data dikirim dalam rangkaian/sequence 8bit. Bit dikirim lewat jalur SDA dimulai dengan MSB (Most Significant Bit). Jalur SCL kemudian dipulsakan high(1) kemudian low(0). Tanpa pull-up device, chip tidak bisa mengubah line ke kondisi high (1). Untuk setiap 8 bit yang ditransfer, perangkat penerima data mengirim balik bit acknowledge (ack), jadi pada kenyataanya ada 9 clock SCL untuk tiap transfer dari 8 bit data. Jika perangkat penerima mengirim balik sebuah low ACK bit (ACK=0) maka perangkat tersebut telah menrima data dan siap menerima data berikutnya. Jika perangkat penerima mengirim balik high ACK bit (ACK=1) berarti perangkat tersebut tidak bisa lagi menerima data selanjutnya, sehingga master harus mengakhiri transfer data dengan mengirim stop sequence. 23 2.10.5 Kecepatan I2C Kecepatan serial clock (SCL) untuk I2C mencapai 100KHz. Untuk yang membutuhkan kecepatan tinggi, ada fast mode dimana clock bisa mencapai 400Khz dan sejak 1998 ada mode kecepatan tinggi dimana clock bisa mencapai 3,4MHz. Untuk aplikasi seperti robot dan modul embedded yang non vital biasanya clock yang digunakan masih dibawah 100KHz. Berdasarkan I2C Specification terbaru yang dikeluarkan NXP/Phillips, untuk transmisi data pada clock diatas 1Mhz dibutuhkan delay beberapa uS diantara setiap byte yang dikirim. . 2.10.6 Pengalamatan Perangkat pada Bus I2C Teorinya, alamat perangkat pada bus I2C bisa dalam format 7bit maupun 10bit. Namun, pengalamatan 10bit jarang digunakan dan tidak akan dibahas dalam makalah ini. Modul yang umum digunakan biasanya menggunakan alamat 7bit. Ini berarti anda bisa menggunakan sampai 128 perangkat dalam satu bus I2C, karena alamat 7 bit adalah angka dari 0 sampai 127. Ketika kita mengirim alamat 7 bit, kita tetap akan mengirim data 8 bit sesuai format pengiriman data dalam bus I2C. Bit sisa digunakan untuk menginformasikan pada slave apakah master akan menulis atau membaca ke perangkat slave tersebut. Jika bit sisa tersebut bernilai 0 maka master akan menulis ke slave. Jika bit sisa tersebut bernilai 1 maka master akan membaca data dari slave. Tujuh bit alamat akan ditempatkan pada 7 bit pertama dari data 8 bit sehingga bit Read/Write (R/W) terletak di LSB (Least Significant Bit). Gambar 2.18 Pengalamatan perangkat pada bus I2C 24 Peletakan 7 bit alamat pada 7 bit awal dari data 8 bit biasanya menjadi sumber kebingungan pemula dalam memahami mekanisme pengalamatan dalam I2C. Contohnya jika kita ingin menulis pada alamat 21, kita harus mengirim 42 yang berarti 21 digeser 1 bit ke depan. Maka dari itu lebih mudah bagi kita untuk mengumpamakan bus I2C memiliki alamat 8 bit dimana alamat genap untuk menulis dan ganjil untuk membaca dari perangkat tersebut. Contohnya adalah pada CMPS03, untuk menulis digunakan alamat 0xC0 ($C0) dan 0xC1 ($C1) untuk membaca data darinya. Jadi bit R/W hanya akan membuat alamatnya hanya berbeda genap dan ganjil. 2.10.7 Protokol Software pada Bus I2C Pada software (pemrograman) misal lewat bascom, codevision, win avr, ada perintah-perintah khusus untuk protokol I2C. Yang pertama dilakukan adalah master akan mengirim start sequence. Start sequence akan membuat semua perangkat slave bersiap mendengar perintah yang datang dari master. Kemudian master akan mengirim alamat perangkat yang dituju. Slave yang cocok dengan alamat yang dikirim oleh master akan melanjutkan ke transmisi berikutnya. Slave selain yang alamatnya cocok akan mengabaikan transmisi dari mater dan menunggu sampai alamatnya cocok. Setelah mendapatkan slave yang alamatnya cocok, master sekarang harus mengirim lokasi internal dari nomor register pada slave yang akan dibaca atau ditulis oleh master. Kita dapat mengetahui nomor registernya pada datasheet perangkat/modul. Contohnya CMPS03 mempunyai 16 lokasi (0-15) dan SRF08 mempunyai 36. Setelah mendapat slave yang alamatnya cocok dan alamat internal register yang dituju, maka master dapat mulai mengirim data per 8bit (1 byte). Jika slave sudah mengacknowledged (ACK=0) setelah pengiriman 1 byte data, maka master dapat mengirim 1 byte data selanjutnya dan proses akan berulang. Data secara otomatis akan ditempatkan pada internal register selanjutnya (tidak menumpuk data yang sudah terkirim) karena slave akan mengincrement alamat register internal setelah menerima 1 byte data. Ketika master sudah selesai menulis 25 seluruh data ke slave, maka master akan mengirim stop sequence yang mengakhiri transaksi data. Jadi untuk menulis ke perangkat slave, urutannya adalah: Mengirim start sequence Mengirim alamat I2C dari slave dengan bit R/W low (alamat genap) Mengirim alamat dari internal register yang ingin ditulisi data Mengirim byte data Jika data belum tertulis semua, setelah Slave mengirim ACK=0 maka byte data berikutnya dikirim Mengirim stop sequence Untuk contohnya adalah mengirim data ke SRF08, untuk memulai pengukuran jarak kita harus mengirim perintah 0×51 ke register perintah di alamat 0×00. Sehingga urutannya: Mengirim start sequence Mengirim 0xE0 (alamat I2C dari SRF08 dengan bit R/W low) Mengirim 0×00 (alamat dari register perintah internal) Mengirim 0×51 (perintah untuk memulai pengukuran jarak SRF08) Mengirim stop sequence 2.10.8 Membaca dari Slave Untuk membaca dari slave, prosesnya sedikit lebih rumit. Sebelum membaca dari perangkat slave, kita harus memberitahu alamat register internal mana yang ingin kita baca. Jadi proses pembacaan dari slave juga akan diawali dengan menulis ke slave dahulu. Jadi awalnya sama saja, kita mengirim start sequence, alamat I2C dari slave dengan bit R/W low dan alamat internal register yang kita tulisi. Kemudian kita mengirim kembali sebuah start sequence (restart), kembali mengirim alamat I2C, kali ini dengan bit terakhir=1 (bit read) dan alamat internal register yang ingin kita baca. Kemudian kita membaca byte data sebanyak yang kita inginkan sampai kita mengakhiri transmisi dengan stop sequence. 26 Jadi untuk membaca arah kompas dalam bentuk byte dari modul CMPS03 urutannya adalah: Mengirim start sequence Mengirim 0xC0 ( alamat I2C dari CMPS03 dengan bit R/W low atau menulis) Mengirim 0×01 ( alamat register internal dari arah kompas) Mengirim start sequence lagi Mengirim 0xC1 ( alamat I2C dari CMPS03 dengan bit R/W high atau baca) Membaca byte data dari CMPS03 Mengirim stop sequence. Gambar 2.19 Contoh pembacaan data dari slave