PERBEDAAN NADI KERJA DAN TEKANAN DARAH PADA KARYAWAN TERPAPAR INTENSITAS KEBISINGAN DI ATAS DAN DI BAWAH NILAI AMBANG BATAS (NAB) PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh : DINASTI TUNGGAL DEWI J410 141 055 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016 i ii ii iii iii PERBEDAAN NADI KERJA DAN TEKANAN DARAH PADA KARYAWAN TERPAPAR INTENSITAS KEBISINGAN DI ATAS DAN DI BAWAH iviv NILAI AMBANG BATAS (NAB) PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA Abstrak Kebisingan tidak hanya dapat menyebabkan gangguan pendengaran tetapi melalui mekanisme hormonal dapat meningkatkan frekuensi denyut nadi dan tekanan darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan nadi kerja, dan tekanan darah pada karyawan terpapar intensitas kebisingan di atas dan di bawah nilai ambang batas (NAB) pada bagian produksi di PT. Iskandar Indah Textile Surakarta. Metode penelitian ini menggunakan rancangan observational dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian ini adalah karyawan bagian weaving sebanyak 40 karyawan, bagian printing sebanyak 20 karyawan, dan bagian riching sebanyak 20 karyawan. Pemilihan sampel dengan purposive sampling methode sebanyak 26 karyawan bagian weaving, dan 13 karyawan bagian printing dan 13 karyawan di bagian riching. Uji statistik nadi kerja dan tekanan darah menggunakan mann whitney-u. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan nadi kerja pada karyawan terpapar intensitas kebisingan di atas dan di bawah nilai ambang batas (NAB) pada bagian produksi di PT. Iskandar Indah Textile Surakarta dengan nilai signifikan p-value = .000 atau p-value = ≤0.05 dan ada perbedaan tekanan darah pada karyawan terpapar intensitas kebisingan di atas dan di bawah nilai ambang batas (NAB) pada bagian produksi di PT. Iskandar Indah Textile Surakarta dengan nilai signifikan p-value = .005 atau p-value = ≤0.05. Berdasarkan penelitian ini, pemakaian alat pelindung telinga standar dapat mencegah kenaikan denyut nadi dan tekanan darah. Kata kunci : Intensitas Kebisingan, Nadi kerja, Tekanan Darah Abstract Noise not only can cause hearing loss but through hormonal mechanisms may increase frequency pulse and blood pressure. The purpose of this study was to determine differences in working pulse and blood pressure in employees exposed to noise intensity above and below the threshold limit value on the production of PT. Iskandar Indah Textile Surakarta. This research method using observational design with cross-sectional approach. The study population was employees of the weaving as many as 40 employees, part of printing as many as 20 employees, and part riching many as 20 employees. Selection of the sample with purposive sampling method as many as 26 employees of the weaving, and 13 employees of the printing and 13 employees of the riching. The statistical test working pulse and blood pressure using the Mann Whitney-U by. The results showed that there is a difference on working pulse on employees exposed to noise intensity above and below the threshold limit value on the production of PT. Iskandar Indah Textile Surakarta with significant a p-value = .000 or p-value = ≤0.05 and there is a difference in blood pressure on employees exposed to noise intensity above and below the threshold limit value on the production of PT. Iskandar Indah Textile Surakarta with significant a p-value = .005 or p-value = ≤0.05. Based on this study, the use of standard ear protection can prevent the increase in pulse rate and blood pressure. Keywords: Intensity Noise, Work Pulse, Blood Pressure 1. PENDAHULUAN Industri tekstil merupakan industri yang sebagian proses produksinya menggunakan mesin dengan teknologi tinggi, misalnya mesin winding, warping, zising, riching, dan weaving. Pengoperasian mesin-mesin yang digunakan dalam proses produksi akan menimbulkan masalah faktor fisika, seperti kebisingan terutama pada mesin weaving. Kebisingan tidak hanya dapat menyebabkan gangguan pendengaran tetapi juga dapat menimbulkan peningkatan nadi kerja, dan peningkatan tekanan darah (Suma’mur, 2009). v 1 Menurut hasil penelitian Setiyanto (2013), ada pengaruh intensitas kebisingan terhadap kenaikan denyut nadi karyawan di bagian seed cleaner/blower dan rice milling. Sedangkan menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Hermawati (2011), terbukti tidak ada perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum bekerja pada intensitas kebisingan yang berbeda (>NAB dan ≤ NAB). Tetapi dalam penelitian itu terbukti ada perbedaan tekanan darah darah sistolik dan diastolik sesudah bekerja pada intensitas kebisingan yang berbeda. Penelitian Huldani (2012), menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan tekanan darah pekerja pada intensitas kebisingan >NAB dibandingkan pada intensitas kebisingan ≤NAB. PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang tekstil. Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 28 September 2015, intensitas kebisingan bagian weaving didapatkan Leq sebesar 102,7 dBA. Hasil pengukuran tersebut mempunyai kemungkinan terkena risiko gangguan pendengaran yang diakibatkan oleh kebisingan yang mengakibatkan peningkatan nadi kerja dan tekanan darah. Sedangkan hasil pengukuran intensitas kebisingan di bagian printing didapatkan Leq sebesar 70,8 dBA dan di bagian riching didapatkan Leq sebesar 71,2 dBA. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER. 13/MEN/X/2011, NAB intesitas kebisingan tidak boleh melebihi 85 dBA (8 jam sehari atau 40 jam seminggu). Dari hasil wawancara survey pendahuluan terhadap 10 karyawan di bagian weaving (>NAB) merasa kurang nyaman dengan kondisi bising di tempat kerjanya. Terlebih di bagian yang berdekatan dengan mesin weaving. Peneliti juga menemukan adanya gangguan komunikasi antara lawan bicara. Dan berdasarkan hasil pengukuran nadi kerja sebelum dan sesudah bekerja terjadi peningkatan sebesar 35%, dan pengukuran tekanan darah sistolik maupun diastolik sebelum dan setelah bekerja terjadi peningkatan sebesar 20%. Sedangkan hasil pengukuran terhadap 10 karyawan di bagian printing dan riching (≤ NAB) mengalami peningkatan nadi kerja sebelum dan sesudah bekerja sebesar 7%, peningkatan tekanan darah sistolik maupun diastolik sebelum dan setelah bekerja sebesar 5%. 2. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian yaitu observasional dengan rancangan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah karyawan bagian weaving sebanyak 40 karyawan, bagian printing sebanyak 20 karyawan, dan bagian riching sebanyak 20 karyawan. Pemilihan sampel dengan purposive sampling methode sebanyak 26 karyawan bagian weaving, dan 13 karyawan bagian printing dan 13 karyawan di bagian riching. Uji statistik nadi kerja dan tekanan darah menggunakan mann whitney-u. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 11 sampai 15 Januari 2016 yang dilakukan di bagian weaving, printing, dan riching di PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum Penelitian Proses produksi di PT. Iskandar Indah Printing Textile melalui dua departemen produksi, yaitu departemen weaving (departemen tenun) dan departemen printing. Departemen weaving adalah bagian yang menangani proses penenunan bahan baku benang menjadi kain mentah (grey). Pada bagian weaving ini banyak menggunakan mesin tenun. Proses produksi kain grey pada departemen weaving di PT. Iskandar Indah Printing Textile adalah tahap pembuatan benang lusi dan pakan, tahap penghanian (warping), tahap penganjian (sizing), tahap cucuk (riching), pemaletantahap penenunan (weaving), tahap penyelesaian. vi 2 3.2 Hasil Analisis Data 3.2.1 Analisis Univariat Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. 3.2.1.1 Karakteristik Responden Jenis kelamin 100% berjenis kelamin perempuan, responden mempunyai umur paling tinggi 51 tahun dan paling rendah berumur 24 tahun, dan mempunyai masa kerja paling tinggi selama 15 tahun dan paling rendah selama 3 bulan, responden 100% tidak memakai APT standar, berbadan sehat, tidak mempunyai riwayat hipertensi, tidak merokok, tidak sedang atau mengkonsumsi obat (dekongestan hidung, obat-obat hidung, obat supressi nafsu makan),dan tidak mengkonsumsi alkohol. 3.2.1.2 Intensitas Kebisingan Setelah dilakukan pengukuran dengan menggunakan Sound Level Meter diperoleh hasil pengukuran intensitas kebisingan tempat kerja bagian weaving, printing, dan riching di PT. Iskandar Indah Printing Texlite Surakarta : Tabel 1. Hasil Rerata Pengukuran Intensitas Kebisingan di PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta. No Bagian Leq (dBA) Keterangan 1 Weaving 98,25 >NAB 2 Printing 70,81 ≤NAB 3 Riching 69,58 ≤NAB Sumber : Data primer diolah, 2016 Berdasarkan hasil analisis seperti pada tabel di atas diketahui bahwa hasil pengukuran intensitas kebisingan di PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta yang dilakukan pengukuran pada 5 titik di bagian weaving mempunyai Leq sebesar 98,25 dBA dimana menandakan bahwa kelima titik tersebut berada di atas NAB (>85 dBA), di bagian printing mempunyai Leq sebesar 70,81 dBA dan bagian riching mempunyai Leq sebesar 69,58 dBA dimana menandakan bahwa kelima titik tersebut berada di bawah NAB (≤85dBA). Menurut hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kebisingan yang melebihi nilai ambang batas (NAB) dapat menyebabkan berbagai gangguan terhadap kesehatan karyawan seperti gangguan peningkatan tekanan darah dan denyut jantung (Hemawati, 2011). Peningkatan tekanan darah dan denyut jantung tersebut sesuai dengan pendapat Suwerda (2002), bahwa pengaruh intensitas kebisingan mesin penggilingan padi tehadap tekanan darah dan denyut jantung tenaga penggiling yang berupa kenaikan tekanan darah tenaga penggiling setelah terpapar kebisingan. Kebisingan dapat menyebabkan karyawan stres, keadaan stres ini akan menimbulkan sekresi hormon adrenalin pada peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah. Langkah pengendalian kebisingan berupa dua arah pendekatan yaitu pendekatan jangka pendek (short-term gain) dan pendekatan jangka panjang (long-term gain) dan hirarki pengendalian. Pada pengendalian kebisingan dengan orientasi jangka panjang, teknik pengendaliannya secara berurutan adalah eliminasi sumber kebisingan, pengendalian secara teknik, pengendalian secara administrative, dan terakhir penggunaan alat pelindung diri. Sedangkan untuk orientasi jangka pendek adalah sebaliknya secara berurutan (Tarwaka, dkk (2004), dan Tambunan (2005)). 3.2.1.3 Pengukuran Nadi Kerja dan Tekanan Darah di Tempat Kerja Data hasil pengukuran nadi kerja di tempat kerja melebihi NAB (>85 dBA) pada bagian weaving dan tidak melebihi NAB (≤85dBA) pada bagian printing dan riching sebagai berikut : vii 3 Tabel 2. Hasil Pengukuran Nadi Kerja Karyawan di bagian Weaving, Printing dan Riching PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta Bagian Weaving Bagian Printing dan Riching Satuan DNI DNK NK % DNI DNK NK % Minimal denyut/menit 72 75 2 8 72 72 0 0 Maksimal denyut/menit 74 89 17 65 74 75 2 8 Rerata denyut/menit 73 84 11 42 73 74 1 4 SD denyut/menit .72 3.50 3.49 13 .71 .59 .73 2 Sumber : Data primer diolah, 2016 Berdasarkan hasil analisis seperti pada tabel di atas diketahui bahwa rerata nadi kerja bagian weaving sebesar 42% (standar deviasi sebesar 13%). Sedangkan rerata nadi kerja bagian printing dan riching sebesar 4% (standar deviasi sebesar 2%). Menurut Sander dan McCornick (1982) dalam Tarwaka, dkk (2004), dan Tambunan (2005), Kebisingan dengan intensitas tinggi juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan, seperti : meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung. Pada umumnya kebisingan bernada tinggi sangat menganggu lebih-lebih yang terputus-putus atau yang datangnya secara tiba-tiba (mendadak) dan tidak terduga dapat menimbulkan reaksi fisiologis, seperti : peningkatan nadi kerja, peningkatan tekanan darah (kurang lebih 10 mmHg), basal metabolisme, gangguan tidur, konstriksi pembuluh darah kecil terutama pada kaki dan tangan, dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris (Soeripto, 2008). Tabel 3. Hasil Pengukuran Tekanan Darah Karyawan di bagian Weaving, Printing, dan Riching PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta Bagian Weaving Bagian Printing dan Riching Tekanan Darah (Sistolik/Diastolik) Satuan Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Minimal mmHg 120/60 130/80 120/80 130/80 Maksimal mmHg 140/90 150/90 140/80 140/90 Rerata mmHg 120/80 140/90 130/80 130/90 SD mmHg 5.61/5.98 5.88/4.01 4.31/.00 4.96/4.52 Sumber : Data primer diolah, 2016 Berdasarkan hasil analisis seperti pada tabel di atas diketahui bahwa rerata tekanan darah sistolik sebelum bekerja bagian weaving sebesar 120 (standar deviasi sebesar 5.61) dan rerata diastolik sebesar 80 (standar deviasi sebesar 5.98). Sedangkan rerata tekanan darah sistolik sesudah bekerja bagian weaving sebesar 140 (standar deviasi sebesar 5.88) dan rerata diastolik sebesar 90 (standar deviasi sebesar 4.01). Rerata tekanan darah sistolik sebelum bekerja bagian printing dan riching sebesar 130 (standar deviasi sebesar 4.31) dan rerata diastolik sebesar 80 (standar deviasi sebesar .00). Sedangkan rerata tekanan darah sistolik sesudah bekerja bagian weaving sebesar 130 (standar deviasi sebesar 4.96) dan diastolik sebesar 90 (standar deviasi sebesar 4.52). Menurut hasil penelitian Wardani (2013) menunjukkan bahwa ada hubungan antara tekanan darah karyawan di PT. Mutu Gading Tekstil Karanganyar dengan intensitas kebisingan. Peningkatan viii 4 tekanan sistole dengan NAB >85 dBA mempunyai kemungkinan 0,2 kali untuk meningkatkan tekanan sistole responden. Sedangkan untuk peningkatan tekanan diastole mempunyai 0,15 kali untuk meningkatkan tekanan diastole responden. Sedangkan penelitian Montolalu (2013) menunjukkan bahwa terdapat 60% mengalami peningkatan tekanan darah sistolik dan 46,7% mengalami peningkatan tekanan darah diastolik yang terpapar intensitas kebisingan >85 dBA. Dan terdapat 10% mengalami peningkatan tekanan darah sistolik dan hanya 1 orang mengalami peningkatan tekanan darah diastolik yang terpapar intensitas bising <85 dBA. Klasifikasi tekanan darah sebelum bekerja bagian weaving mayoritas pre-hipertensi dan bagian printing dan riching mayoritas termasuk pre-hipertensi. Sedangkan kategori tekanan darah setelah bekerja bagian weaving mayoritas termasuk hipertensi stadium 1 dan bagian printing dan riching mayoritas termasuk pre-hipertensi. 3.2.2 Analisis Bivariat Tabel 4. Hasil Analisis Perbedaan Nadi Kerja Pada Karyawan Bagian Weaving, Printing, dan Riching di PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta. Rerata Bagian DNI DNK NK Weaving 73 84 11 Printing & Riching 73 74 1 p-value .69 .000 Sumber : Data primer diolah, 2016 .000 Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil bahwa ada perbedaan nadi kerja pada karyawan terpapar intensitas kebisingan di atas dan di bawah nilai ambang batas pada bagian produksi di PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta dengan nilai p (.000). Tabel 5. Hasil Analisis Perbedaan Tekanan Darah Pada Karyawan Bagian Weaving, Printing, dan Riching di PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta. Rerata Bagian Tekanan Darah Sebelum Kerja Tekanan Darah Setelah Kerja Weaving 120/80 140/90 Printing & Riching 130/80 130/90 p-value .72 Sumber : Data primer diolah, 2016 .005 Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan tekanan darah pada karyawan terpapar intensitas kebisingan di atas dan di bawah nilai ambang batas pada bagian produksi di PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta dengan nilai signifikan p-value (.72) dan ada perbedaan tekanan darah pada karyawan terpapar intensitas kebisingan di atas dan di bawah nilai ambang batas pada bagian produksi di PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta dengan nilai signifikan p-value (.005). Perbedaan nadi kerja dan tekanan darah terlihat jelas dari repon-respon fisiologis yang nampak terhadap pekerja. Kebisingan tidak hanya dapat menyebabkan gangguan pendengaran tetapi juga menimbulkan gangguan terhadap mental emosional serta sistem jantung dan peredaran darah. Gangguan mental emosional yaitu berupa terganggunya kenyamanan kerja, mudah tersinggung, mudah marah. Melalui mekanisme hormonal yaitu hormon adrenalin, sehingga dapat meningkatkan frekuensi detak jantung dan peningkatan tekanan darah. Hal tersebut termasuk gangguan kardiovaskuler (Sasongko, 2000). ix 5 4. PENUTUP Berdasarkan hasil analisis pengukuran nadi kerja diperoleh nilai p-value ≤0.05 dengan nilai signifikan pvalue .000, hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan nadi kerja pada karyawan terpapar intensitas kebisingan di atas dan di bawah nilai ambang batas (NAB) pada bagian produksi di PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta. Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah sebelum bekerja diperoleh nilai p-value >0.05, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tekanan darah sebelum bekerja dengan nilai signifikan p-value .72. Dan berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah setelah bekerja diperoleh nilai p-value ≤0.05, hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan tekanan darah setelah bekerja pada karyawan terpapar intensitas kebisingan di atas dan di bawah nilai ambang batas (NAB) pada bagian produksi di PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta dengan nilai p-value ≤0.05. Saran bagi Karyawan di PT. Iskandar Indah Printing Textile diharapkan mematuhi K3 demi dengan memakai alat pelindung telinga sewaktu bekerja di tempat kerja yang melebihi NAB. Dan bagi PT. Iskandar Indah Printing Textile dalam mengatasi masalah kebisingan diharapkan perusahaan dengan menyediakan alat pelindung telinga bagi karyawan dan melakukan pengawasan pemakaian APT saat bekerja di lingkungan bising. Serta bagi Peneliti Lain sebaiknya dilakukan penelitian yang lebih mendalam dengan memeperlihatkan faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan nadi kerja dan tekanan darah para karyawan. DAFTAR PUSTAKA Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. 2011. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER. 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja. Jakarta : Departemen Tenaga Kerja dan Tranmigrasi RI. Hermawati, E. 2011. Perbedaan Tekanan Darah Tenaga Kerja Pada Intensitas Kebisingan yang Berbeda Di PT. Purinisa Eka Persada Semarang. [Skripsi]. Semarang : Fakultas Olahraga Universitas Negeri Semarang. Huldani. 2012. Kebisingan Mempengaruhi Tekanan Darah Pekerja PT. PLN (Persero). Sektor Barito PLTD Trisakti, Banjarmasin. (Jurnal Ilmiah). Banjarmasin : Universitas Lambung Mangkurat. Montolalu, S.S. Hubungan Kebisingan Terhadap Tekanan Darah Pada Pekerja Lapangan PT. Gapura Angkasa Di Bandar Udara Sam Ratulangi, Manado. (Jurnal Ilmiah). Manado : Universitas Sam Ratulangi Manado. Sasongko, D. 2000. Kebisingan Lingkungan. Semarang : UNDIP. Setiyanto, T. 2013. Pengaruh Intensitas Kebisingan Terhadap Kenaikan Denyut Nadi pada Pekerja Di PT. Pertani (Persero) Cabang Surakarta. [Skripsi] Surakarta : Fakultas Ilmu Kesehatan UMS. Soeripto, M. 2008. Higiene Industri. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI. Suma’mur, P.K. 2009. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja (Hiperkes). Jakarta : CV. Agung Seto. Suwerda, B. 2002. Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap Peningkatan Tekanan Darah di Penggilingan Padi Jaten Karanganyar. [Skripsi]. Surakarta : POLTEKKES Kemenkes Yogjakarta. Tambunan, S.T. 2005. Kebisingan di Tempat Kerja. Yogyakarta : CV. Andi Offset. Tarwaka, Bakri S.H.A., Sudiajeng L,. 2004. Ergonomi Untuk Kesehatan, Keselamatan, dan Produktivitas. Surakarta : Uniba Press. Wardani, L.K. Hubungan Antara Paparan Kebisingan Dengan Peningkatan Tekanan Darah Tenaga Kerja Di PT. Mutu Gading Tekstil Karanganyar. [Skripsi]. Surakarta : Universitas Sebelas Maret. x 6