6. TEOREMA INTEGRAL 6.1 Teorema Green di Bidang Teorema Dasar Kalkulus mengatakan bahwa Z b F 0 (x)dx = F (b) − F (a). a Di sini, terdapat hubungan antara integral di ruas kiri dan ”integral” dari batasnya. Teorema Green di bidang memberi hubungan antara integral lipat dua dan integral garis pada batasnya. Teorema: Misal D daerah di bidang dan C lengkungan tertutup ‘sederhana’ (yang tidak memotong dirinya sendiri) dan mulus bagian demi bagian di D. Misal P (x, y) dan Q(x, y) dua fungsi yang didefinisikan pada D dan mempunyai turunan parsial kontinu. Maka Z Z I ¡ ∂Q ∂P ´ − dA = P dx + Qdy, ∂y R ∂x C dengan R menyatakan daerah tertutup yang dilingkupi oleh C. Contoh 1. Misal P (x, y) = −y dan Q(x, y) = x, dan C adalah segitiga dengan titik sudut (0, 0), (2, 0) dan (1, 1). Kita hitung Z Z (1 + 1) dA = 2 × luas segi tiga = 2. R Sekarang kita hitung integral garis pada C. Pada ruas garis yang menghubungkan titik (0, 0) dan (2, 0), kita mempunyai Z Z −ydx + xdy = 0dx = 0. I 55 56 Hendra Gunawan Selanjutnya, pada ruas garis yang menghubungkan titik (2, 0) dan (1, 1), yang terletak pada garis y = −x + 2, kita mempunyai Z Z 1 Z −ydx + xdy = (x − 2)dx + x(−dx) = −2 II 2 1 dx = 2. 2 Sementara itu, pada ruas garis yang menghubungkan titik (1, 1) dan (0, 0), kita mempunyai Z Z 0 −ydx + xdy = Jadi, III H C −xdx + xdx = 0. 1 −ydx + xdy = 0 + 2 + 0 = 2. Contoh 2. Luas daerah R yang dibatasi oleh hiposikloid x2/3 + y 2/3 = a2/3 dapat dihitung sebagai integral garis sebagai Z Z I 1 L= dA = (−y dx + x dy). 2 R Dengan parametrisasi x = a cos3 θ dan y = a sin3 θ, kita peroleh (setelah disederhanakan) Z 2π 3 3πa2 L = a2 . sin2 θ cos2 θ dθ = 2 8 0 Bentuk Vektor untuk Teorema Green. Jika F = (M, N ) menyatakan medan vektor, maka ³ ∂ ∂ ´ ∂M ∂N + = , · (M, N ) =: ∇ · F. ∂x ∂y ∂x ∂y Suku terakhir di ruas kanan, yakni ∇ · F, sering dinotasikan sebagai div F (baca: divergensi dari F). Teorema Green menyatakan bahwa Z Z I ∂M ∂N + = −N dx + M dy. ∂y R ∂x C Integral di ruas kanan dapat dinyatakan sebagai integral terhadap panjang lengkungan I I I ¡ dx dy ¢ −N dx + M dy = −N +M ds = F · n ds, ds ds C C C ¡ ¢ dx dengan n := dy ds , − ds menyatakan vektor normal satuan pada lengkungan C. [Di sini dx2 + dy 2 = ds2 .] Jadi, dalam bentuk vektor, Teorema Green berbunyi Z Z I ∇ · F dA = F · n ds. R C Kalkulus Peubah Banyak Soal. Hitunglah integral 2 2 H 57 P dx + Qdy dengan menggunakan Teorema Green: 2 1. P = x + y ; Q = x + y; C adalah bujur sangkar dengan titik sudut (±1, ±1). √ 2. P = x2 − y 2 ; Q = xy; R adalah daerah tertutup yang dibatasi oleh y = x dan y = x2 . Daerah Terhubung dan Sifat Tak Tergantung pada Lintasan. Daerah D di bidang dikatakan terhubung apabila setiap dua titik (x0 , y0 ) dan (x1 , y1 ) di D dapat dihubungkan oleh suatu ruas garis yang sepenuhnya terletak di D. R (x ,y ) Pertanyaan kita sekarang adalah: apakah (x01,y01) P (x, y) dx + Q(x, y) dy tergantung pada lintasan (yang menghubungkan (x0 , y0 ) dan (X1 , y1 ))? Teorema. Misal F = (P, Q) medan vektor pada daerah terhubung D dan T vektor singgung satuan. Maka, integral Z (x1 ,y1 ) Z (x1 ,y1 ) F · T ds = P dx + Q dy (x0 ,y0 ) (x0 ,y0 ) tak tergantung pada lintasan jika dan hanya jika terdapat φ sehingga ∂Q ∂φ = P dan = Q. ∂x ∂y Dalam hal ini, F merupakan medan konservatif dan φ disebut fungsi potensial. Bukti (⇐). Jika terdapat φ demikian, maka Z (x1 ,y1 ) Z t1 ³ ∂φ dx ∂φ dy ´ + dt P dx + Q dy = ∂x dt ∂y dt (x0 ,y0 ) t0 Z t1 dφ = t0 dt = φ|t=t1 − φ|t=t0 = φ((x1 , y1 )) − φ((x0 , y0 )). Contoh 3. Untuk P = y dan Q = x, maka Z (5,6) Z (5,6) (5,6) y dx + x dy = d(xy) = xy|(1,2) = 30 − 2 = 28. (1,2) (1,2) Teorema (Sifat Tak Tergantung pada Lintasan). Misal P dan Q mempunyai turunan R (x ,y ) parsial kontinu di D dan (x01,y01) P dx + Q dy tidak tergantung pada lintasan. Maka, ∂Q ∂P ∂y = ∂y untuk setiap titik di D. 58 Hendra Gunawan Bukti. Menurut Teorema Green dan teorema di atas, jika C adalah lengkungan tertutup dan R adalah daerah yang dilingkupinya, maka Z Z Z ³ ∂Q ∂P ´ P dx + Q dy = − = 0. ∂y C R ∂x Akibatnya, ∂Q ∂x = ∂P ∂y pada R. Catatan. Kebalikan dari teorema di atas tidak berlaku: dapat terjadi R (x ,y ) D, namun (x01,y01) P dx + Q dy bergantung pada lintasan. ∂Q ∂x = ∂P ∂y di x Soal (untuk didiskusikan dalam kelompok). Misalkan P = x2−y +y 2 dan Q = x2 +y 2 . R (1,1) ∂P Tunjukkan bahwa ∂Q ∂x = ∂y , tetapi (−1,−1) P dx + Q dy tergantung pada lintasan.