paper hermenutika dialogis

advertisement
HERMENUTIKA DIALOGIS
HANS GEORG GADAMER
Oleh :
Sabilla Amirulloh
NIM. 201610270211009
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
HERMENEUTIKA DIALOGIS
HANS GEORG GADAMER
A. Pengantar
Pada awalnya hermeneutika adalah sebuah teknik, metode, atau ilmu
untuk
memahami
suatu
teks,
khususnya
Bibel.
Seiring
dengan
perkembangannya saat ini hermeneutika tidak hanya dipergunakan untuk
menafsirkan teks, tetapi juga analog teks, atau suatu peristiwa. Tujuan dari
penggunaan hermenutika untuk menafsirkan teks adalah untuk mendapatkan
kebenaran dari teks tersebut. Dengan menggunakan penafsiran teks secara
mendalam untuk mendapatkan kebenaran teks diharapkan tidak akan
menimbulkan multitafsiran atas teks yang dapat memunculkan dampak yang
tidak kita harapkan.
Hermeneutika diambil dari akar kata Yunani hermeneueien, yang kira-kira
artinya menafsirkan, dan hermeneia sebagai derivasinya yang berarti
penafsiran (Palmer 1969 : 13). Dalam hal hermeneutika ini Gadamer sebagai
salah satu tokoh hermeneutika mempunyai istilah tersendiri. Hermeneutika
yang ditawarkan oleh Gadamer disebutnya dengan hermeneutika filosofis.
Istilah tersebut dipilih Gadamer karena dia ingin mengetengahkan sebuah
hermeneutika yang punya relevansi “filosofis”. Konsekuensi dari hal ini adalah
bahwa seluruh interpretasi, termasuk interpretasi diri, dan seluruh riset di
lapangan sejarah filsafat, sesungguhnya adalah filsafat itu sendiri (Muzir 2008 :
97).
B. Biografi Hans Georg Gadamer
Gadamer lahir pada 11 Februari 1900 di Maburg, Jerman, dan meninggal
pada 13 Maret 2002 di Heidelberg, Jerman. Gadamer terlahir sebagai anak
kedua di tengah keluarga pasangan Emma Caroline Johanna Gewiese (18691904) dan Dr. Johannes Gadamer (1867-1928). Ibunya meninggal saat
Gadamer berusia empat tahun karena penyakit diabetes. Sebagai akademisi
terpandang, ayahnya, Johannes menginginkan anaknya, Gadamer, mengikuti
jejaknya sebagai ilmuwan eksak. Tetapi Gadamer lebih berminat menempuh
pendidikan non-eksak. Menjelang Gadamer menuntaskan disertasinya,
Johannes bertanya pada sejawatnya, Martin Heidegger, perihal nasib dan karier
anaknya. Tetapi jawaban dari Heidegger adalah tak perlu mencemaskan
Gadamer karena menurut Heidegger, Gadamer pasti akan sukses. Heidegger
dikemudian hari akan menjadi guru, dan juga teman Gadamer. Karya utama
Gadamer dalam bidang hermeneutik adalah Truth and Method. Di dalamnya
terangkum pemikiran-pemikiran inti yang telah dia rintis sejak masa
perkuliahannya sekaligus menjadi titik acu bagi perkembangan pemikirannya
kemudian. Buku ini menjadi berat karena kepadatan isinya, keluasan, dan
kedalaman analisisnya. Dia berangkat dari pertanyaan perihal epistemology
Geisteswissenschaften, lalu menyusuri wilayah seni, sejarah, dan berakhir di
analisis tentang bahasa; dari tradisi filsafat Barat secara keseluruhan lalu
berhenti di ontologi universal.
C. Hermeneutika Dialogis
Gadamer mulai menguji pengalaman hermeneutisnya dengan mengkritisi
konsep pengalaman, dia menemukan konsep pengalaman yang ada terlalu
berorientasi kearah pengetahuan sebagai jasad data konseptual, dengan kata
lain, kita saat ini cenderung mendefinisikan pengalaman yang dalam bentuk
yang
sepenuhnya
berorientasi
kearah
pengetahuan
sains
dan
tidak
mengindahkan historisitas pengalaman dalam. Kita secara tidak sadar
memenuhi tujuan ilmu, yaitu “mengobyektifkan pengalaman yang meniadakan
ragam peristiwa historis terhadapnya” (Palmer th… : 231).
Dalam hermneutika Gadamer ini penafsir hendaknya tidak melupakan
konteks historis ketika author menciptakan teks. Sedangkan penafsir juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, tradisi yang dimiliki oleh penafsir,
kepentingan praktis penafsir ketika menafsirkan teks, bahasa yang dimiliki oleh
penafsir, dan kultur yang selama ini mempengaruhi penafsir.
Kritik Gadamer terhadap kesadaran historis bertolak dari pemikiran
hermeneutis Heidegger yang ingin memperlihatkan bahwa pemahaman adalah
way of being dan hakikatnya adalah temporal. Bagian penting lainnya dari
hermeneutika Gadamer adalah bahasa, karena bahasa merupakan alat manusia
dalam melakukan interaksi sehari-hari. Menurut Gadamer bahasa merupakan
medium
pengalaman
hermeneutik.
Dengan
melakukan
percakapan
menggunakan bahasa seseorang dapat mengikuti orang lain, dengan
percakapan seseorang dapat menerima perubahan-perubahan dan mencapai
kesimpulannya.
Bagan Hermenutika Dialogis
Pemaknaan
Tradisi
Konteks
Historis
Kepentingan
Praktis
Bahasa
P
KEBENARAN
TEKS
A
Kultur
Tanggapan
Sumber : Jurnal Gerbang
Bagan hermeneutika dialogis di atas menggambarkan interaksi antara
penafsir (P) dengan teks. Pengarang dan konteks historis dari sebuah teks
dipertimbangkan dalam proses interpretif bersama dengan prasangkaprasangka sang penafsir seperti tradisi, kepentingan praktis pelacakan, bahasa
dan budaya. Berbeda dengan Heidegger yang memprasyaratkan prasangka
sebagai awal penafsiran sebuah teks, maka Gadamer ini mengembangkan
gagasan Heidegger dengan menyaratkan konteks historisitas atau kesejarahan
author dan penafsir dalam melakukan penafsiran teks untuk memperoleh suatu
kebenaran. Kalau kebenaran pada kenyataannya tidak pernah bersifat dogmatis,
tetapi sekadar hasil dari penafsiran yang sangat subjektif, maka setiap penafsir
hendaknya berendah hati mengakui keterbatasan masing-masing
D. Kesimpulan
Bagi Gadamer manusia tidak akan menemukan kebenaran sejati. Esensi
kebenaran adalah relatif, yaitu tergantung bagaimana orang menafsirkannya,
dan dalam konteks mana teks tersebut muncul. Oleh karena itu, Gadamer
mewajibkan kepada siapapun jika ingin memahami teks maka pahamilah
sejarah munculnya teks itu. Hermenutika dialogis memunculkan keharusan
untuk membangun semacam arena dialogis, perbincangan hermenutis. Sebuah
perbincangan yang tidak berpretensi menyangkal perbedaan, tidak juga untuk
menyatukannya. Tujuannya untuk menyuguhkan sebuah pertimbangan
komunikasi yang mengakui kesetaraan tanpa memaksakan keseragaman dan
mengakui perbedaan tanpa menjerumuskannya kedalam inferioritas anarki.
DAFTAR PUSTAKA
Gadamer, Hans-Georg (2004). Kebenaran dan Metode, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
Muzir, Inyiak Ridwan (2008). Hermeneutika Filosofis Hans-Georg Gadamer,
Jogjakarta : Ar-Ruzz Media
Palmer, Richard E. (2005). Teori Baru Mengenai Interpretasi, Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Maulidin (2003). Sketsa Hermeneutika, Jurnal Gerbang Vol. 5, No. 14 hlm 23-28
Download