DETEKSI BAKTERI Escherichia coli DAN Shigella sp DALAM TELUR BALADO SERTA RESISTENSINYA TERHADAP BEBERAPA ANTIBIOTIK Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN Oleh : Linda Pratiwi Sulaeman NIM : 1112103000035 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/1436 H KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb. Alhamdulilahirabbil’alamin, puji serta syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, serta umatnya. Terselesaikannya penelitian ini tidak terlepas oleh bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. DR. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dr. Achmad Zaki, M.Epid, SpOT selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta seluruh dosen Program Studi Pendidikan Dokter yang selalu membimbing serta memberikan ilmu kepada saya selama menjalani masa pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Yuliati, S.Si, M.Biomed selaku dosen pembimbing I, yang selalu membimbing dan memberikan ilmu, arahan, serta saran kepada saya agar penelitian ini berjalan dengan sebaik-baiknya. 3. Ibu Rr. Ayu Fitri Hapsari, M.Biomed selaku dosen pembimbing II, yang selalu membimbing dan memberikan ilmu, arahan, serta saran kepada saya terutama dalam penulisan laporan penelitian ini. 4. Ibu Silvia Fitrina nasution, M.Biomed dan dr. Dyah Ayu Woro Setyaningrum, M.Biomed selaku dewan penguji, untuk ilmu, waktu dan tenaga dalam memperbaik laporan penelitian ini. 5. Kedua orang tua tersayang yang merawat saya sejak lahir di dunia, Bpk.H. E. Sulaeman dan Ibu Hj.Diah Irawati yang selalu memberikan cinta dan kasih sayang yang tidak akan pernah habis, yang selalu mendo’akan saya v setiap sepertiga malam, serta tidak pernah lelah dalam member nasihat serta semangat dalam hidup saya. 6. Kakak saya Egatha Prasetya, S.E yang selalu menyayangi dan menyemangati saya. 7. dr. Flori Ratna Sari selaku penanggung jawab (PJ) modul riset PSPD 2012. Mba Novi Prasetyowati selaku laboran Laboratorium Mikrobiologi yang telah banyak membantu dan memberikan arahan selama penelitian ini. Pak Bacok dan Bapak satpam lainnya (Bpk. Irul, dkk) yang telah melancarkan peminjaman ruang laboratorium. 8. Teman seperjuangan Penelitian, Adichita Khaira, Mulia Sari, EkaRahma, dan Putri Aulia Hilfa Lubis atas kebersamaan, dukungan dan kerja kerasnya sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik. 9. Teman-teman semua, Irma Sari M, Fitriana N H, Hana Qonita, Nindya P, Halimatussadiah, Aqidatul Islamiyyati serta semua teman-teman PSPD 2012 yang selalu memberikan do’a, semangat, serta bersedia mendengarkan keluh kesah selama penelitian dan masa pendidikan preklinik. 10. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam penelitian ini agar dapat terus dilanjutkan dan bermanfaat untuk berbagai pihak, karena saya menyadari penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan.Demikian laporan penelitian ini saya tulis, semoga dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Ciputat, 20 Oktober 2015 Penulis, Linda Pratiwi Sulaeman vi ABSTRAK Linda Pratiwi Sulaeman. Program Studi Pendidikan Dokter. Deteksi Bakteri Escherichia coli dan Shigella sp dalam Telur Balado serta Resistensinya terhadap Beberapa Antibiotik. 2015. Makanan terkontaminasi dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Salah satu kontaminan makanan adalah bakteri, diantaranya Escherichia coli dan Shigella sp. Makanan yang disajikan di kantin kadang terkontaminasi bakteri, termasuk telur balado. Untuk mengatasi infeksi bakteri dibutuhkan antibiotik. Beberapa pilihan antibiotik yang digunakan adalah Amoxicillin, Ciprofloxacin, dan Gentamicin. Di Indonesia penggunaan antibiotik tidak rasional menyebabkan resistensi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi jumlah bakteri, keberadaan bakteri Escherichia coli dan Shigella sp pada telur balado di kantin UIN Jakarta, serta mengetahui resistensi terhadap antibiotik Amoxicillin, Ciprofloxacin, dan Gentamicin. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Jumlah sampel ditentukan dengan total sampling dan sampel penelitian adalah telur balado yang dijual di kantin UIN Jakarta. Enam sampel diuji dengan Total Plate Count, isolasi media spesifik, serta uji antibiotik. Hasilnya semua sampel memiliki jumlah bakteri melebihi batas yaitu 5x104 CFU/gram serta mengandung bakteri Escherichia coli danShigella sp. Pada uji antibiotik didapat kedua bakteri mengalami resistensi Amoxicillin, tetapi sebagian besar sensitif Gentamicin dan seluruh bakteri sensitif Ciprofloxacin. Kata kunci: Telur Balado, Jumlah Bakteri, Escherichia coli, Shigella sp., Resistensi Antibiotik. vii ABSTRACT Linda PratiwiSulaeman. Program Studi Pendidikan Dokter. Detection of Escherichia coli and Shigella sp Bacteria found in Telur Balado and Their Resistance Against Few Antibiotics. 2015. Contaminated food can cause health problems. Bacteria is one of food’s contamination, including Escherichia coli and Shigella sp. Foods sold at food canteen sometimes are contaminated by bacteria, including Telur Balado. Treatment for bacterial infection is including antibiotic. Few of widely chosen antibiotics are Amoxicillin, Ciprofloxacin, and Gentamicin. Irrational use of antibiotics in Indonesia resulted in antibiotic resistance. This study is held to detect the amount and presence of Escherichia coli and Shigella sp. in Telur Balado sold at canteens in UIN Jakarta, and to find out the antibiotic resistance toward Amoxicillin, Ciprofloxacin, and Gentamicin. This study is a descriptive type. The number of samples were determined by total sampling and the samples are Telur Balado from canteen at UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6 samples were tested by Total Plate Count method, isolation in specific media, and Antibiotic Susceptibility Test. From the tests it is known that all the samples had exceed the limit in the amount of bacteria which is 5x104 CFU/gram and all had contained Escherichia coli and Shigella sp. From Antibiotic susceptibility test, it is known that both bacteria are resistance against Amoxicillin, but most of bacteria are sensitive against Gentamcin and all samples are sensitive against Ciprofloxacin. Keywords: Telur Balado, Amount of Bacteria, Escherichia coli, Shigella sp., Antibiotic resistance. viii DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL .............................................................................................. .i LEMBAR PENYATAAN KEASLIAN PESERTA ........................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... iii PENGESAHAN PANITIA UJIAN .................................................................... iv KATA PENGANTAR ........................................................................................ v ABSTRAK .......................................................................................................... vii ABSTRACT ........................................................................................................ viii DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi DAFTAR GRAFIK ............................................................................................. xii DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv BAB 1 Pendahuluan ............................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 3 1.3 Tujuan Peneltian............................................................................................ 3 1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 3 1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 3 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 3 BAB 2 Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 4 2.1 LandasanTeori ............................................................................................... 4 2.1.1 Bakteri Escherichia coli ............................................................................. 4 2.1.1.1 Morfologi dan Klasifikasi ....................................................................... 4 2.1.1.2 Biakan dan Sifat Pertumbuhan ................................................................ 5 2.1.1.3 Patogenesis Escherichia coli ................................................................... 6 2.1.1.4 Fisiologi .................................................................................................. 7 2.1.2 Bakteri Shigella sp ..................................................................................... 8 2.1.2.1 Morfologi dan Klasifikasi ....................................................................... 8 2.1.2.2 Biakan dan Sifat Pertumbuhan ................................................................ 8 2.1.2.3 Patogenesis Shigella sp. .......................................................................... 9 2.1.2.4 Fisiologi dan Faktor Virulensi ................................................................ 10 2.1.3 Uji Total Plate Count ................................................................................. 11 2.1.4 Cemaran Makanan ..................................................................................... 13 2.1.4.1 Cemaran Bakteri pada Makanan ............................................................. 13 2.1.4.2 Pencegahan Cemaran Bakteri pada Makanan ......................................... 15 ix 2.1.5 Masakan Telur Balado ............................................................................... 15 2.1.6 Antibiotik ................................................................................................... 16 2.1.6.1 Mekanisme Kerja Antibiotik .................................................................. 16 2.1.6.2 Resistensi Antibiotik ............................................................................... 17 2.1.6.3 Amoxicillin ............................................................................................. 17 2.1.6.4 Ciprofloxacin .......................................................................................... 19 2.1.6.5 Gentamicin ............................................................................................ 19 2.1.7 Uji Antibiotik Susceptibility Test (AST) .................................................... 20 2.2 Kerangka Teori.............................................................................................. 23 2.3 Kerangka Konsep .......................................................................................... 24 2.5 Definisi Operasional...................................................................................... 25 BAB 3 Metodologi Penelitian ............................................................................. 26 3.1 Desain Penelitian ........................................................................................... 26 3.2 Lokasi danWaktu Penelitian ......................................................................... 26 3.3 Kriteria Sampel ............................................................................................. 26 3.3.1 Kriteria Inklusi ........................................................................................ 26 3.3.2 Kriteria Eksklusi...................................................................................... 26 3.4 Populasi dan Sampel ..................................................................................... 26 3.5 Variabel Penelitian ........................................................................................ 27 3.5.1 Variabel Bebas ........................................................................................ 27 3.5.2 Variabel Terikat ...................................................................................... 27 3.6 Cara Kerja Penelitian .................................................................................... 27 3.6.1 Alat dan Bahan ........................................................................................ 27 3.6.2 Cara Kerja ............................................................................................... 38 3.7 Alur Penelitian ............................................................................................. 32 BAB 4 Hasil dan Pembahasan ............................................................................ 33 4.1 Uji TPC (Total Plate Count) ........................................................................ 33 4.2 Isolasi Bakteri pada Media Spesifik dan Uji Pewarnaan Gram ................... 36 4.2.1 Isolasi Bakteri pada Media Spesifik ........................................................... 36 4.2.2 Uji Pewarnaan Gram .................................................................................. 38 4.3 Uji AST (Antibiotic Susceptibility Test) ...................................................... 39 BAB 5 Simpulan dan Saran ............................................................................... 44 5.1 Simpulan ....................................................................................................... 44 5.2 Saran ............................................................................................................. 44 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 45 LAMPIRAN ........................................................................................................ 51 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... 56 x DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Gambaran Struktur Bakteri Escherichia coli dengan pili ............. 4 Gambar 2.2. Gambaran Bakteri Escherichia coli perbesaran 1000x .................. 5 Gambar 2.3. Hasil inokulasi Escherichia coli pada media Endo Agar ............... 5 Gambar 2.4. Gambaran mikrograf elektron Shigella sp .................................... 8 Gambar 2.5. Skema pathogenesis bakteri Shigella sp.........................................10 Gambar 2.6. Pengenceran sampel pada uji TPC .................................................11 Gambar 2.7. Metode inokulasi spread plate .......................................................12 Gambar 2.8. Telur Balado ...................................................................................15 Gambar 2.9. Struktur kimiawi Amoxicillin .........................................................18 Gambar 2.10. Skema mekanisme kerja Amoxicillin. ..........................................18 Gambar 2.11. Struktur kimiawi Ciprofloxacin ...................................................19 Gambar 2.12. Struktur kimiawi Gentamicin .......................................................20 Gambar 2.13. Metode Broth Dilution Test .........................................................21 Gambar 2.14. Hasil Metode Gradien Antimikroba .............................................21 Gambar 2.15. Hasil Uji AST dengan metode Kirby Bauer.................................22 Gambar 4.1. Koloni bakteri pada media padat NA (Nutrient Agar) ...................34 Gambar 4.2. Hasil Isolasi Bakteri pada Media Spesifik Endo Agar dan SSA ....37 Gambar 4.3. Hasil Pewarnaan Gram (perbesaran 10x100) .................................38 Gambar 4.4. Hasil uji antibiotik dengan metode disk diffusion. .........................39 xi DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1 Jumlah Koloni Bakteri yang Terdapat di Setiap Sampel ...................35 Grafik 4.2 Hasil Uji Resistensi Escherichia coli Terhadap Antibiotik Amoxicillin, Ciprofloxacin dan Gentamicin ......................................................... 40 Grafik 4.3 Hasil Uji Resistensi Shigella sp. Terhadap Antibiotik Amoxicillin, Ciprofloxacin dan Gentamicin ......................................................... 42 xii DAFTAR TABEL Tabel 4.1. Jumlah Koloni Bakteri dalam Setiap Pengenceran ............................33 Tabel 4.2. Jumlah Koloni Bakteri dalam Setiap Sampel ....................................34 Tabel 4.3. Tabel Hasil Pengamatan Warna Koloni Bakteri yang Tumbuh di Media Spesifik ...............................................................................................36 Tabel 4.4. Hasil Uji Resistensi Escherichia coli Terhadap Antibiotik Amoxicillin, Ciprofloxacin, dan Gentamicin...........................................................39 Tabel 4.5. Hasil Uji Resistensi Shigella sp. Terhadap Antibiotik Amoxicillin, Ciprofloxacin, dan Gentamicin...........................................................41 xiii DAFTAR SINGKATAN AST = Antibiotic Susceptibility Test BPOM = Badan Pengawas Obat dan Makanan CFU = Colony Forming Unit SSA = Salmonella-Shigella Agar WHO = World Health Organization xiv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Alat dan bahan penelitian ................................................................51 Lampiran 2 Hasil Total Plate Count ..................................................................53 Lampiran 3 Cara Kerja Uji Antibiotik Metode Disk Diffusion ...........................54 Lampiran 4 Tabel Uji Sensitivitas Antibiotik .....................................................55 Lampiran 5 Riwayat Hidup Penulis ....................................................................56 xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan yang aman dan bergizi merupakan salah satu kunci untuk hidup sehat, oleh karena itu keamanan makanan yang masuk ke dalam tubuh manusia harus dijaga.1 Menurut Undang-undang No. 36 tahun 2009, makanan yang tidak aman atau tercemar (terkontaminasi) dapat menyebabkan gangguan kesehatan.2 Bedasarkan data yang dikeluarkan oleh WHO, diperkirakan sekitar 2 juta orang meninggal setiap tahunnya karena makanan dan air yang tidak aman.1 Menurut Riskesdas tahun 2013, prevalensi penyakit menular yang disebabkan oleh makanan dan air terkontaminasi (diare) mencapai 3,5% dari seluruh penduduk Indonesia, begitu juga pada provinsi Banten yang memiliki prevalensi penyakit menular yang disebabkan oleh makanan tercemar sebanyak 3,5% dari total penduduk.3 Salah satu kontaminan yang dapat mencemari makanan adalah bakteri, beberapa diantaranya adalah Escherichia coli dan Shigella sp.4,5 Banyak penelitian menunjukkan beberapa makanan pada kantin warung makan telah terkontaminasi bakteri. Pada penelitian Pagiu dkk (2013) mengenai kontaminasi mikroba patogen pada jajanan gorengan di Universitas Hasanuddin Makassar, ditemukan adanya kontaminasi bakteri Escherichia coli6. Kontaminasi bakteri Escherichia coli juga didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh Kurniadi (2013) pada jajanan dari kantin sekolah dasar kecamatan Bangkinang7. Kontaminasi bakteri Shigella sp juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Yusuf (2004) yang mendapatkan kontaminasi bakteri tersebut pada jajanan di kantin asrama putrid Institut Pertanian Bogor.8 Kontaminasi bakteri pada makanan disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah lamanya waktu pajanan dengan lingkungan sekitar, suhu, pH, proses pembuatan (kontaminasi silang dan higienitas pembuat makanan), serta penyimpanan.9 Hal tersebut terkadang terjadi pada warung makan atau kantin. Sanitasi yang kurang baik pada kantin dapat mempercepat 1 2 pertumbuhan bakteri dalam makanan sehingga makanan menjadi tidak aman dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan.4 Kantin adalah tempat menjajakan makanan dan minuman di Instansiinstansi seperti sekolah, kampus, atau perkantoran, termasuk 11 kantin yang berada di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sejauh ini belum ada data pasti mengenai tingkat sanitasi seluruh kantin yang berada di UIN Jakarta. Kantin kampus UIN Jakarta menjual beraneka ragam makanan, salah satunya adalah telur balado. Telur Balado merupakan salah satu makanan yang lumayan banyak diminati oleh masyarakat Indonesia karena lauk ini memiliki harga yang relatif murah disbanding lauk ayam atau daging . Masyarakat Indonesia juga tergolong sering mengkonsumsi telur dan produk telur, hal ini dapat dilihat dari konsumsi telur ayam masyarakat Indonesia yang mencapai 0,199 Kg/kapita/minggu.10 Hal tersebut dapat dilihat dari pengeluaran rata-rata perkapita per bulan penduduk Tangerang tahun 2011 untuk konsumsi telur dan susu adalah 2.94% dari total pengeluaran, lebih tinggi dari pengeluaran untuk daging yaitu 1.80%.11 Masakan telur balado diproses dengan cara perebusan telur lalu ditumis bersama bumbu sambal balado.12 Proses pengolahan masakan pada suhu tinggi seharusnya dapat meminimalisasi kontaminasi bakteri. Tetapi selain proses masak banyak faktor lain yang dapat menyebabkan kontaminasi bakteri pada makanan. Saat jumlah bakteri melebihi ambang batas maksimal dalam makanan, kita memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan gangguan kesehatan.9 Gangguan kesehatan yang disebabkan oleh infeksi bakteri membutuhkan terapi antibiotik. Penggunaan antibiotik harus dengan dosis dan pemakaian yang tepat agar menghindari terjadinya resistensi. Tetapi sampai saat ini, masih banyak penggunaan antibiotik di Indonesia yang tidak sesuai dengan aturan. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional, ketidakpatuhan penggunaan antibiotik, dan tinggi frekuensi penggunaan antibotik pada sektor peternakaan menyebabkan resistensi bakteri terhadap antibiotik. Bakteri yang resisten 3 terhadap antibiotik ini dapat sampai pada makanan lewat host dan menyebabkan infeksi saluran cerna dengan bakteri yang telah resisten.13 Berdasarkan latar belakang di atas penulis ingin mengetahui bagaimana “Deteksi Bakteri Escherichia coli dan Shigella sp dalam Telur Balado serta Resistensinya terhadap Beberapa Antibiotik”. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana jumlah koloni bakteri, keberadaan bakteri Escherichia coli dan Shigella sp dalam telur balado, serta pola resistensinya terhadap beberapa antibiotik? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mendeteksi jumlah koloni bakteri, keberadaan bakteri Escherichia coli dan Shigella sp dalam telur balado, serta pola resistensinya terhadap beberapa antibiotik. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui jumlah koloni bakteri yang terkandung dalam telur balado di kantin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Mengetahui keberadaan bakteri Escherichia coli dan Shigella sp dalam telur balado di kantin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Mengetahui pola resistensi bakteri Escherichia coli yang ditemukan terhadap antibiotik Amoxicillin, Ciprofloxacin, Gentamicin. 4. Mengetahui pola resistensi bakteri Shigella sp yang ditemukan terhadap antibiotik Ciprofloxacin. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Menambah pengetahuan dalam bidang penelitian mikrobiologi pangan. 2. Menambah wawasan kepada masyarakat tentang resistensi antibiotik amoxicillin, ciprofloxacin, dan gentamicin pada bakteri yang ditemukan. 3. Hasil penelitian dapat menjadi pengetahuan tambahan bagi peneliti dalam bidang mikrobiologi makanan dan resistensi bakteri. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bakteri Escherichia coli 2.1.1.1 Morfologi dan Klasifikasi Bakteri Escherichia coli adalah bakteri anaerob fakultatif dari famili Enterobacteriaceae yang umumnya ditemukan pada saluran cerna bagian bawah hewan berdarah panas dan manusia. Bakteri ini berukuran 0,4-0,7 µmx 1,4 µm, bersifat Gram negatif, serta memiliki morfologi berupa basil pendek (kokobasil). Kebanyakan strain dari Escherichia coli tidak berbahaya, namun sebagian kecil dari jenis-jenis Escherichia coli, seperti serotype O157 :H7, bisa menyebabkan diare berat.14,15,16 Gambar 2.1 Gambaran Struktur Bakteri Escherichia coli dengan pili.17 Klasifikasi Taksonomi16,17 Kingdom : Bacteria Filum : Proteobacteria Kelas : Gamma Proteobacteria Ordo : Enterobacteriales Famili : Enterobacteriaceae Genus : Escherichia Spesies : Escherichia coli 4 5 2.1.1.2 Biakan dan Sifat Pertumbuhan Gambar 2.2. Gambaran Bakteri Escherichia coli pembesaran 1000x.18 Hasil uji biokimia bakteri Escherichia coli akan mengeluarkan hasil positif pada tes indol, lisin dekarboksilase, asetat dan fermentasi manitol, gula-gula (glukosa, laktosa, maltosa), serta menghasilkan asam dan gas pada glukosa, namun bakteri ini tidak menghasilkan pigmen kuning. Bakteri Escherichia coli juga akan mengeluarkan hasil positif pada tes IMVIC. Pada media selektif Endo Agar, koloni bakteri Escherichia coli akan menimbulkan warna merah dengan kilat logam, sedangkan pada media EMB Agar bakteri ini akan memunculkan koloni warna kehijauan dengan bintik hitam ditengah koloni serta gambaran kilat logam. Pada Media Mac Conkey Agar, bakteri Escherichia coli akan menghasilkan gambaran morfologi koloni berwarna merah muda. Pada pewarnaan Gram bakteri ini akan memberikan gambaran batang pendek berwarna merah.15,16,17 Gambar 2.3. Hasil inokulasi Escherichia coli pada media Endo Agar.48 6 2.1.1.3 Patogenesis Escherichia coli Secara umum bakteri Escherichia coli memiliki setidaknya 2 tipe fimbriae (adhesion), yaitu pili serta CFAs I dan II yang penting bagi perlekatan sel bakteri terhadap sel pejamu. Bakteri Escherichia coli juga memiliki 2 macam enterotoksin berupa toksin LT (tidak tahan panas) dan toksin ST (tahan panas). Toksin LT pada bakteri ini berfungsi untuk meningkatkan aktivitas dari enzim adenil siklase yang berada di dalam usus halus dan juga meningkatkan permeabilitas sel epitel. Kedua hal tersebut menyebabkan cairan berkumpul di dalam lumen usus dan terjadilah diare. Toksin ST mengganggu sistem saluran pencernaan dengan mengaktivasi enzim guanilat siklase yang akhirnya akan menyebabkan sekresi ion natrium dan klorida, mengakibatkan sekresi air di usus dan menjadikan feses yang keluar cair (diare).16,17 Sampai sekarang, telah ditemukan 4 virotipe bakteri Escherichia coli yang menyebabkan penyakit diare, yaitu :16,18 a. Enterotoxigenic E. coli (ETEC) Merupakan verotipe yang memiliki kedua toksin Escherichia coli LT dan ST. ETEC tidak menginvasi sel mukosa usus, melainkan setelah bakteri ini melekat, subunit A dari ETEC akan masuk dan mengeluarkan LT dan/atau ST yang akan mengakibatkan hipersekresi ion dan air, membuat konsentrasi feses menjadi lebih encer. Bertambah banyaknya volume air juga membuat lumen usus menegang dan terjadi manifestasi klinis diare. Gejala klinis infeksi ETEC adalah diare tanpa demam.16,18 b. Enteroinvasive E. coli (EIEC) EIEC merupakan verotipe Escherichia coli yang tidak memproduksi toksin LT maupun ST, serta tidak memiliki fimbriae, namun mempunyai adhesin spesifik seperti bakteri Shigella sp.. Mekanisme patogenesisnya pun mirip dengan bakteri Shigella sp., yaitu melekat lalu menginvasi sel mukosa usus dan menyebabkan 7 inflamasi. Gejala klinisnya adalah watery diarrhea, demam, dan beberapa gejala seperti shigellosis.16,18 c. Enteropathogenic E. coli (EPEC) Bakteri EPEC seringkali menyerang bayi terutama di negara-negara berkembang. EPEC juga tidak memproduksi toksin LT dan ST, namun memiliki suatu protein yang dinamakan EPEC adherence factor (EAF) dan sebuah adhesin yaitu intimin yang akan mengaktifkan perlekatan bakteri tersebut ke sel-sel mukosa usus. Proses perlekatan ini menyebabkan rearrangement pada aktin di sel mukosa. Jadi, walaupun EPEC tidak invasif seperti EIEC, EPEC menyebabkan inflamasi seperti EIEC.Gejala klinis EPEC adalah watery diarrhea, demam, dan kadang keluar darah.16,18 2.1.1.4 Fisiologi Bakteri Escherichia coli dapat tumbuh pada suhu 7- 80C sampai dengan 460C dan dapat bertahan hidup hingga pada suhu 600C. Bakteri ini bisa bertahan hidup pada rentang pH 4,4 – 1045. Pajanan manusia terhadap bakteri Escherichia coli bisa dari makanan dan air yang terkontaminasi maupun kontak secara langsung. Bakteri ini biasanya memiliki masa inkubasi selama 3-4 hari.18,19 Sampai sekarang sudah banyak studi yang melaporkan resistensi bakteri Escherichia coli terhadap antibiotik, salah satunya adalah pada penelitian yang dilakukan pada tahun 1998-2001 yang mengemukakan prevalensi ESBL (Extended Spectrum Beta-lactamase) Escherichia coli, ataupun bakteri Escherichia coli yang telah resisten pada antibiotik golongan beta-laktam, pada negara Cina ditemukan sebesar 24%, Hong Kong 13%, Taiwan 13,8%, Filipina 6,2%, serta Singapura 4%.20 8 2.1.2 Bakteri Shigella sp 2.1.2.1 Morfologi dan Klasifikasi Bakteri Shigella sp. merupakan bakteri fakultatif anaerob bersifat Gram negatif yang tidak berspora, tidak bermotil, tidak berflagel, dan berbentuk batang yang memiliki famili sama dengan Escherichia coli serta beberapa bakteri penyebab penyakit saluran cerna lain, yaitu Enterobacteriaceae.Bakteri ini memiliki ukuran 0,5-0,7 µm x 2-3 µm.16,17 Klasifikasi Taksonomi Shigella sp. 16,17 Kingdom : Bacteria Filum : Proteobacteria Kelas : Gamma Proteobacteria Ordo : Enterobacteriales Famili : Enterobacteriaceae Genus : Shigella Spesies : Shigella sp. Gambar 2.4. Gambaran Mikrograf elektron Shigella sp.21 2.1.2.2 Biakan dan Sifat Pertumbuhan Dalam uji biokimia bakteri Shigella sp tidak memfermentasikan laktosa, tapi akan meragi manitol (kecuali Shigella dysentriae), maltosa , glukosa, dan positif pada tes indol namun tidak menghasilkan gas. Shigella sp. juga tidak akan menghasilkan gas H2S serta akan berhasil negatif pada 9 uji sitrat. Pada media selektif Salmonella Shigella Agar dan Eosin Methylene Blue Agar, koloni bakteri ini akan menghasilkan warna bening dengan ukuran 2 mm setelah 24 jam inkubasi dengan bentuk konveks dan sirkular. Bakteri Shigella sp akan menghasilkan gambaran morfologi koloni warna merah muda terang dan bening pada Mac Conkey Agar.14,16,17 2.1.2.3 Patogenesis Shigella sp. Bakteri Shigella sp. adalah bakteri penyebab penyakit shigellosis, yang memiliki gejala klinis berupa watery diarrhea, demam, dan nyeri perut yang terjadi secara akut lalu dapat diikuti dengan diare berdarah. Genus Shigella terbagi menjadi 4 spesies, yaitu S. dysentriae (terdiri atas 15 serotipe), S. flexneri (terdiri atas 14 serotipe), S. boydii (terdiri atas 20 serotipe), S. sonnei (terdiri atas 1 serotipe). Diantara semua spesies dan serotipe yang telah ditemukan,Shigella dysentriae menyebabkan gejala klinis shigellosis terberat. Kebanyakan serotipe bakteri genus Shigella akan mensekresikan shigella enterotoxin 2, namun pada Shigella dysentriae serotipe 1 dapat mensekresikan shiga toxin yang memiliki efek sitotoksik, enterotoksik dan neurotoksik pada sel-sel epitel usus.16,21,22 Berdasarkan Gambar 2.5, pada saat bakteri Shigella sp masuk ke dalam lumen usus, bakteri tersebut memicu microfold cells sehingga bakteri dapat masuk ke mukosa usus. Setelah masuk dengan proses transistosis dan berada di kantong intraepitel, bakteri Shigella sp dimakan oleh makrofag. Bakteri ini segera menginduksi apoptosis yang menyebabkan makrofag mati dan melepaskan sitokin pro-inflamasi. Hal ini memicu inflmasi saluran cerna dan akan menyebabkan manifestasi klinis diare encer.23 10 Gambar 2.5. Skema patogenesis bakteri Shigella sp.23 2.1.2.4 Fisiologi dan Faktor Virulensi Bakteri Shigella sp. termasuk ke dalam bakteri mesofil (dapat bertahan hidup hingga suhu 470C dengan suhu minimum 60C) dan dapat tumbuh pada lingkungan yang memiliki pH 5-9. Kadar garam maksimal lingkungan yang aman bagi bakteri ini adalah 5%.16,24 Karakter-karakter tersebut membuat bakteri mengkontaminasi makanan. Shigella sp. lebih mudah untuk 11 Bakteri Shigella sp. dapat ditransmisikan lewat rute fecal-oral, baik secara kontak langsung maupun dengan konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nygren dkk (2012) ada beberapa faktor yang berkontribusi atas kasus-kasus KLB (Kejadian Luar Biasa) shigellosis di Amerika Serikat, yaitu penyaji makanan yang telah terinfeksi, pengaturan suhu yang tidak adekuat, dan pencucian alat-alat masak / persiapan masakan yang tidak benar.25 2.1.3 Uji Total Plate Count Gambar 2.6. Pengenceran sampel pada uji TPC.26 Uji Total Plate Count adalah sebuah uji untuk mendeteksi kuantitas (jumlah) dari sel-sel bakteri yang berada pada bahan yang diujikan. Pada metode uji ini dianggap setiap sel bakteri yang ada akan tumbuh menjadi satu koloni. Teknik ini dimulai dari pengenceran bahan yang diuji lalu diinokulasi pada media. Setelah media diinkubasi, lalu koloni yang terdapat pada media dihitung dengan colony counter dengan criteria inklusi jumlah koloni dalam 1 cawan adalah 30-300 koloni. Uji ini dilakukan dengan cara menghancurkan atau menghaluskan sampel makanan yang diuji lalu dihomogenisasi dengan Nutrien Broth (NB) ataupun akuades dengan pengenceran 100, setelah itu dilakukan pengenceran hingga 10-6. Hasil pengenceran diinokulasi dalam media padat Nutrien Agar serta diduplo dengan metode spread plate, lalu diinkubasi dalam suhu 37oC selama 24 jam. Setelah diinkubasi hitung jumlah koloni bakteri yang muncul.26,27 12 Gambar 2.7. Metode inokulasi spread plate.26 Setelah jumlah bakteri dalam semua plate dihitung, maka jumlah bakteri yang masuk dalam rentang 30-300 koloni dimasukkan ke dalam rumus:27 ππππππ πππ ππππ = ππ’πππβ ππππππ × 1 ππππ πππ‘πππ π πππππππππππ Contoh : Pada sampel X didapakan 67 koloni di pengenceran 10-3, 34 di pengenceran 10-4, 1 koloni di 10-5, dan tidak ada koloni pada pengenceran 10-6. Hanya jumlah koloni di pengenceran 10-3 dan 10-4 yang termasuk dalam rentang 30-300 koloni, maka hanya kedua jumlah koloni tersebut yang dimasukkan kedalam rumus. a. Koloni per gram pada pengenceran 10-3 = 67 × 1/10-3 = 67 × 103 = 6,7 × 104 koloni/gram b. Koloni per gram pada pengenceran 10-4 = 34 × 1/10-4 = 34 × 104 = 3,4 × 105 koloni/gram 13 Setelah diketahui nilai koloni per gram pada setiap pengenceran, jumlah kuman pada satu sampel dapat dihitung dengan rumus:27 ππππ‘πππ (πΆπΉπ/ππππ) = 2.1.4 πππ’ππ’πππ π π‘ππ‘ππ ππππππ πππππ 1 π πππππ ππ’πππβ πππππππππππ π¦πππ ππβππ‘π’ππ Cemaran Makanan 2.1.4.1 Cemaran Bakteri pada Makanan Bedasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.06.1.52.4011 tahun 2009, yang dimaksud dengan pangan tercemar adalah makanan yang mengandung zatzat yang dapat merugikan tubuh. Cemaran pangan yang melebihi ambang batas dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan dan menyebabkan timbulnya penyakit.28 Cemaran menurut peraturan BPOM ini dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu cemaran kimia dan cemaran biologi. Cemaran kimia adalah cemaran yang berasal dari senyawa kimia, sebagai contoh cemaran logam berat, cemaran seng dan zat kimia lain. Cemaran biologi yaitu cemaran yang berasal dari makhluk hidup, contohnya cemaran bakteri.28 Cemaran bakteri pada makanan yang melebihi batas maksimal dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti foodborme disease atau keracunan makanan jika dikonsumsi.28 Beberapa jenis bakteri patogen yang dapat menyebabkan keracunan makanan adalah Salmonella sp., Enterohaemorrhagic Escherichia coli (EHEC), Shigella dysentriae, Campylobacter jejuni, Staphylococcus aureus dan bakteri-bakteri patogen lain. Gejala klinis yang sering muncul pada foodborme disease adalah diare, atau juga dapat diikuti dengan gejala saluran cerna lain.19 Makanan yang memiliki potensial tinggi terjadinya cemaran bakteri adalah daging (baik mentah maupun yang telah dimasak) dan produk ternak, ikan laut, salad, makanan kaleng, dan makanan siap santap.9 Cemaran bakteri pada makanan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu9,29 : 14 a. Lama Penyimpanan Secara umum makanan yang dimasak seharusnya dimakan dalam kurun waktu empat jam. Dua juta bakteri diketahui dapat tumbuh dalam makanan dalam waktu tujuh jam. b. Suhu Bahan makanan mentah sangat dianjurkan untuk disimpan dalam suhu dibawah dari 5oC, sedangkan makanan yang telah dimasak dihidangkan dalam suhu diatas 60oC. c. Higienitas Pembuat Makanan Menurut Minor dan Marth (1976), Higienitas pembuat makanan merupakan hal yang sangat penting untuk dievaluasi. Higienitas pembuat makanan yang buruk dapat menjadi ancaman bagi kesehatan para konsumen.30 Pembuat makanan yang sedang mengalami diare atau muntah-muntah dapat menularkan bakteri kepada konsumen lewat makanan. d. pH pH makanan juga menjadi salah satu faktor penting pada cemaran bakteri. Masing-masing bakteri memiliki batas rentang pH, misalkan rentang pH yang cocok untuk bakteri Escherichia coli adalah 4,4 – 10.31 e. Kontaminasi Silang Kontaminasi silang terjadi saat satu objek terkontaminasi bakteri oleh objek lain baik dengan kontak langsung maupun tidak langsung. Halhal yang dapat menyebabkan kontaminasi silang diantaranya:32 ο· Menggunakan peralatan masak yang sama baik pada makanan mentah maupun makanan siap santap. ο· Membiarkan makanan pada area terbuka dalam waktu lama. ο· Menggunakan kain lap pada objek berbeda-beda, seperti meja makan dan peralatan makan. ο· Satu kain handuk secara bersama digunakan mengeringkan tangan, peralatan dapur, dan piring. untuk 15 2.1.4.2 Pencegahan Cemaran Bakteri pada Makanan Cemaran bakteri pada makanan dapat disebabkan oleh penanganan makanan yang tidak higienis dan dengan sanitasi yang buruk. Hal-hal berikut yang dapat meminimalisasi terjadinya pencemaran makanan adalah:9,33 a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah mengolah makanan, serta mencuci dan membersihkan peralatan masat serta perlengkapan makan sebelum dan setelah digunakan b. Tidak meletakkan makanan matang pada wadah yang sama dengan pangan mentah. c. Memasak makanan harus sampai matang dengan sempurna, dan memanaskan makanan harus dilakukan sampai suhu > 700C selama kurang lebih 20 menit. d. Jarak waktu antara proses memasak dan konsumsi makanan sebaiknya dalam periode 2 jam. 2.1.5 Masakan Telur Balado Gambar 2.8. Telur Balado.12 Telur balado merupakan makanan khas Indonesia yang terdiri dari telur rebus lalu digoreng sebentar dan disajikan dengan sambal balado, yang terdiri dari cabai merah besar, cabe merah keriting, tomat, air asam jawa dan bawang merah.12 Telur ayam sendiri memiliki kandungan nutrisi energi sebesar 72 kalori, total lemak 5 gram dan protein 6,3 gram per butirnya.34 Selain 16 sebagai sumber protein , telur ayam juga memiliki zat yang berpotensi sebagai antibakteri, yaitu lisozim yang ditemukan pada putih telur.35 Salah satu bahan dari sambal balado adalah cabe. Beberapa penelitian menemukan bahwa cabe memiliki efek antimikroba. Pada penelitian olehSoetarno (1997) ditemukan bahwa cabe merah besar (Capsicum annuum), cabe merah keriting (Capsicum annuumvar. Longum) memiliki efek antimikroba pada bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Bacillus subtillis.36 Bahan lain yang terdapat pada telur balado adalah tomat. Selain memiliki manfaat sebagai antioksidan, tomat juga memiliki efek terhadap pengurangan jumlah bakteri. Pada penelitian yang dilakukan Hidayah (2014), ditemukan bahwa kombinasi pasta tomat dan susu probiotik dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.37 2.1.6 Antibiotik Antibiotik merupakan jenis obat yang bekerja untuk menghambat pertumbuhan bakteri dengan berbagai macam mekanisme, yaitu diantaranya dengan merusak proses metabolisme selular bakteri, memperlambat pembentukan dinding sel, merusak permeabilitas membran sel bakteri, menahan laju pembentukkan protein, dan yang menghancurkan asam nukleat dalam bakteri.38,39 2.1.6.1 Mekanisme Kerja Antibiotik Berdasarkan mekanisme kerja, antibiotik dibagi menjadi 5 kelompok besar, yaitu:38,40 a. Menghambat metabolisme sel bakteri Antibiotik kelompok ini bekerja dengan cara mengganggu pembentukkan asam folat. Asam folat yang terbentuk menjadi tidak berfungsi dan mengganggu hidup bakteri. 38,40 17 b. Menghambat sintesis dinding sel bakteri Ketika sintesis dinding sel bakteri dihambat oleh antibiotik, tekanan osmotik dalam sel bakteri yang lebih tinggi dari tekanan di luar sel mengakibatkan terjadi lisis pada sel bakteri.36,38 c. Mengganggu keutuhan membran sel bakteri Antibiotik dapat mengganggu keutuhan sel bakteri sehingga komponen-komponen dalam sel (protein, asam nukleat, nukleotida) keluar. 38,40 d. Menghambat sintesis protein sel bakteri Antibiotik dapat mengambat sintesis protein dengan cara berikatan pada ribosom sel bakteri, sehingga akan menghasilkan protein yang tidak fungsional. 38,40 e. Menghambat sintesis asam nukleat bakteri Antibiotik akan berikatan dengan enzim polymerase-RNA sehingga menghambat sintesis RNA dan DNA bakteri. 38,40 2.1.6.2 Resistensi Antibiotik Resistensi antibiotik merupakan suatu kejadian dimana antibiotik dalam dosis terapetik tidak bisa bekerja efektif terhadap bakteri yang berada di dalam tubuh. Resistensi obat antibiotik banyak dipengaruhi oleh seringnya konsumsi antibiotik oleh masyarakat dan banyaknya penggunaan antibiotik tidak secara rasional.38,39 Secara keseluruhan, bakteri mengalami resistensi terhadap antibiotik karena obat tidak dapat mencapai tempat kerjanya di dalam sel, inaktivasi obat, dan bakteri mengubah tempat ikatan.38 2.1.6.3 Amoxicillin Amoxicillinyang pertamakali ditemukan pada tahun 1972 ini merupakan termasuk salah satu jenis obat Penisilin yang termasuk golongan antibiotik betalaktam. Seperti golongan betalaktam lainnya, Amoxicillin bekerja dengan cara berikatan dengan penicillin-binding protein pada dinding bakteri lalu akan menghambat enzim transpeptidase 18 yang berikatan silang dengan ikatan-ikatan peptida yang menempel pada peptidoglikan, yang mengakibatkan terhambatnya sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri yang menjadikan sel rusak (lisis sel).39,40 Gambar 2.9. Struktur kimiawi Amoxicillin.40 Diantara obat-obatan golongan penicillin, Amoxicillin termasuk sensitif terhadap bakteri golongan enterococcus dan juga termasuk salah satu obat yang diserap tinggi dalam saluran pencernaan setelah administrasi oral.Amoxicillin saat ini menjadi salah satu antibiotik yang paling sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.41 Gambar 2.10. Skema mekanisme kerja Amoxicillin.42 Saat ini sudah diketahui beberapa mekanisme resistensi terhadap golongan penicillin, diantaranya adalah:43 a. Pembentukkan cincin beta-laktamase yang dilakukan karena perubahan genetik (enzim yang menghidrolisis cincin beta-laktam pada obat golongan penicillin) ο banyak terjadi pada bakteri Gram negatif. 19 b. Perubahan struktur penicillin-binding protein sehingga obat tidak bisa bekerja. c. Obat tidak dapat mencapai penicillin-binding protein. 2.1.6.4 Ciprofloxacin Ciprofloxacin merupakan suatu obat dari golongan fluoroquinolon yang memiliki atom fluor pada sisi 6 dalam struktur molekulnya. Daya obat golongan fluoroquinolon jauh lebih kuat dan diabsorbsi lebih banyak saluran cerna dibandingkan golongan kuinolon yang lama.38,39 Gambar 2.11. Struktur kimiawi Ciprofloxacin.40 Ciprofloxacin memiliki mekanisme kerja menghambat enzim DNA gyrase dan Topoisomerase IV yang menyebabkan tidak ada hambatan pada putaran berlebihan pada rantai double helix DNA sehingga replikasi, transkripsi, dan rekombinasi DNA bakteri tidak terjadi.38,40 Ciprofloxacin saat ini masih menjadi obat yang sangat ampuh pada bakteri Gram negatif seperti Escherichia coli, Proteus sp, Klebsiella, dan bakteri golongan Enterobacter.38 2.1.6.5 Gentamicin Gentamicin adalah salah satu obat yang termasuk ke dalam golongan antibiotik aminoglikosida. Aminoglikosida adalah obat yang tersusun dari 2 atau lebih gugus gula amino yang saling berikatan dengan ikatan glikosidik. Obat golongan ini memiliki stabilitas yang cukup baik sehingga bisa disimpan dalam jangka yang relatif panjang.39,42 20 Gambar 2.12. Struktur kimiawi Gentamicin.40 Mekanisme kerja obat golongan aminoglikosida paling berpengaruh terhadap bakteri Gram negatif. Substansi aminoglikosida akan berdifusi melewati membran dan ketika sudah sampai di dinding sel, obat ini akan terikat pada reseptor protein spesifik di subunit ribosom 30S di ribosom, lalu aminoglikosida menghambat pembentukkan peptida yang dibentuk oleh mRNA dan formyl methionine. Hal tersebut menyebabkan terbentuknya protein yang tidak fungsional. Obat aminoglikosida juga dapat menyebabkan pecahnya struktur polisom sehingga protein tidak tersintesis. Obat ini juga memiliki sifat bakterisidal.39,40 Antibiotik Gentamicin sering digunakan pada infeksi bakteri Gram negatif, terutama bakteri Escherichia coli, Enterobacter sp., Proteus mirabilis dan Pseudomonas aeruginosa.39 2.1.7 Uji Antibiotic Susceptibility Test (AST) Antibiotic Susceptibility Test adalah salah satu uji yang sering digunakan dalam mikrobiologi klinik. Uji AST memiliki fungsi untuk mengetahui sensitivitas suatu antimikroba terhadap isolate-isolat bakteri tertentu. Tujuan dari uji ini adalah untuk mendeteksi kemungkinan resistensi obat antimikroba pada bakteri-bakteri patogen dan untuk memastikan efektivitas obat terhadap infeksi tertentu. Metode pilihan yang digunakan pada uji AST adalah:44 21 a. Broth Dilution Test Broth Dilution Test merupakan salah satu uji resistensi antibiotik yang pertama ditemukan. Metode ini dilakukan dengan cara menginokulasikan suspense bakteri ke dalam tabung berisi dilusi antibotik. Setelah diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 350C, tabungtabung tersebut diperiksa akan pertumbuhan bakteri dengan cara melihat turbiditas. Konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri direpresentasikan sebagai konsentrasi hambat minimum (KHM).44 Gambar 2.13. Metode Broth Dilution Test.44 b. Antimicrobial Gradient Method Uji ini menggunakan test strips yang dilapisi dengan antibiotik konsentrasi gradien di tepi batang. Setelah inkubasi selama 24 jam, hasil bisa terlihat dengan mengamati batangan dari atas cawan petri. Konsentrasi hambat minimum (KHM) bisa ditentukan oleh batas dari bagian bawah area hambat pertumbuhan bakteri.44 Gambar 2.14. Hasil Metode Gradien Antimikroba.44 22 c. Automated Instrument Systems Automated Instrument Systems adalah penggunaan sistem otomatis dalam mengukur senstivitas antibiotik. Penggunaan system otomatis ini sering dapat memberikan hasil dalam durasi yang lebih cepat (< 24 jam). Kekurangan dari uji ini adalah kurangnya sensitivitas dalam mendeteksi resistensi beberapa tipe resistensi antibotik, seperti resistensi terhadap ß-laktamase dan resistensi vankomisin.44 d. Disk Diffusion Test Gambar 2.15. Hasil Uji AST dengan metode Kirby Bauer. Gambar ini memperlihatkan diameter zona hambat antibiotik.44 Metode disk diffusion susceptibility atau metode Kirby Bauer merupakan uji AST yang praktis dan memiliki standar yang baik. Uji ini dilakukan dengan cara menempatkan antibiotic disk dipermukaan Mueller Hinton Agar yang telah dilapisi dengan inokulum bakteri. Cawan petri lalu diinkubasi selama 16-24 jam dan setelahnya hitung diameter zona hambat dalam satuan millimeter (mm).44 Hasil pengukuran diinterpretasi menggunakan table sensitivitas antibiotik menurut Kirby-Bauer, misalkan nilai resisten, intermediet, dan sensitif beberapa antibiotik sebagai berikut : ο· Nilai Intermediet Amoxicillin = = 11-14 mm Ciprofloxacin = 16-20 mm Gentamicin = 12-15 mm 23 2.2 Kerangka Teori 24 2.3 Kerangka Konsep Telur Balado yang dijual di kantin kampus UIN Jakarta Pengenceran 10-3,104 ,10-5, dan 10-6 Hitung jumlah koloni (CFU/gr) Interpretasi jumlah bakteri (jika jumlah > 5x104 CFU/gr dianggap tidak layak konsumsi Pewarnaan Gram Isolasi bakteri di media spesifik Morfologi Bakteri Warna koloni pada media selektif Keberadaan Escherichia coli (koloni merah kilat logam, pewarrnaan Gram negatif kokobasil) keberadaan Shigella sp (koloni bening, pewarrnaan Gram negatif bentuk batang) uji AST (Antibiotic Susceptibility Test) Diameter Zona Hambat Antibiotik (table Kirby Bauer) Sensitif Resisten 25 2.4 Definisi Operasional No Variabel Pengukur Alat Ukur Cara Pengukuran Skala Pengukuran 1 Jumlah Peneliti bakteri dalam Colony Jumlah Counter bakteri di media telur balado 2 Keberadaan koloni Numerik agar dihitung Peneliti bakteri Escherichia ο· Pengamatan ο· Amati warna ο· Koloni bakteri ο· Mikroskop koloni di warna cahaya media Endo logam coli merah ο· Bakteri warna Agar. ο· Diamati merah dengan berbentuk perbesaran kokobasil. dan 10x100 3 Keberadaan Peneliti bakteri Shigella sp ο· Pengamata ο· ο· Mikroskop Amati warna ο· Koloni bakteri koloni di media SSA cahaya ο· warna bening ο· Bakteri warna Diamati merah dengan berbentuk perbesaran batang 10x100 4 5 6 Zona hambat Peneliti Penggaris Diameter clear Numerik antibiotik (ketelitian zone Amoxicillin hingga 1 mm) dengan penggaris Zona hambat Peneliti Penggaris Diameter antibiotik (ketelitian zone Gentamicin hingga 1 mm) dengan penggaris Zona hambat Peneliti Penggaris Diameter antibiotik (ketelitian zone Gentamicin hingga 1 mm) dengan penggaris diukur clear Numerik diukur clear Numerik diukur dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif, dengan melakukan metode TPC (Total Plate Count) untuk mengetahui jumlah koloni yang ada, pengamatan hasil isolasi pada media spesifik (Endo Agar dan SSA) lalu uji pewarnaan Gram untuk melihat gambaran morfologi bakteri, yang dilanjutkan dengan uji AST (Antibiotic Susceptibility Test) dengan metode Kirby-Bauer. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Waktu penelitian ini dilakukan dari bulan Februari 2015 hingga Juni 2015 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta. 3.3 Kriteria Sampel 3.3.1 Kriteria inklusi Telur balado yang dijual pada hari yang sama dengan hari pengujian. 3.3.2 Kriteria eksklusi Telur balado yang rusak secara fisik sebelum dilakukan pengujian. Rusak secara fisik yang dimaksud adalah berbau apek/busuk, berubah warna, dan berlendir. 3.4 Populasi dan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah telur rebus balado yang dijual di kantin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jumlah sampel yang digunakan ditentukan dengan metode total sampling. Dari 11 kantin yang berada di UIN Syarif Hifayatullah Jakarta, didapatkan 6 sampel telur balado. 1 telur balado mewakilkan 1 kantin. 26 27 3.5 Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel Bebas ο· Makanan telur balado di kantin kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3.5.2 Variabel Terikat ο· Pertumbuhan bakteri Escherichia coli dalam media Endo Agar. ο· Pertumbuhan bakteri Shigella sp. dalam media Salmonella Shigella Agar (SSA). ο· Jumlah bakteri dalam sampel telur balado. ο· Zona hambat bakteri antibiotik Amoxicillin pada bakteri Escherichia coli dan Shigella sp. ο· Zona hambat bakteri antibiotik Ciprofloksasin pada bakteri Escherichia coli dan Shigella sp. ο· Zona hambat bakteri antibiotik Gentamicin pada bakteri Escherichia coli dan Shigella sp. 3.6 Cara Kerja Penelitian 3.6.1 Alat dan Bahan 3.6.1.1 Bahan Uji Bahan penelitian yang diujikan ialah makanan berupa telur balado 3.6.1.2 Bahan Penelitian a. Media bakteri : Nutrien Broth (NB), Nutrien Agar (NA), Endo Agar, Salmonella Shigella Agar (SSA), Mueller Hinton Agar (MHA). b. Bahan pewarnaan Gram : Gentian Violet, cairan lugol, alcohol 95%, Safranin. c. NaCl 0,9% d. Aquades 3.6.1.3 Alat Penelitian Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah tabung erlenmeyer, magnetic stirrer, hot plate, tabung reaksi, rak tabung reaksi, blender, 28 timbangan digital, vortex, mikropipet, tip mikropipet, laminar air flow, beaker glass, cawan petri, ose bulat, batang L, inkubator, oven, autoclave, pinset, rak pewarnaan, object glass, colony counter, penggaris (ketelitian 1 mm), mikroskop cahaya, serta alat-alat lain yang lazim digunakan di laboratorium mikrobiologi. 3.6.2 Cara Kerja 1. Sterilisasi Alat Alat-alat yang akan digunakan (cawan petri, pinset, ose) dibungkus dengan kertas dan di oven hingga mencapai suhu 150oC. Alat-alat yang lain (tabung reaksi, tabung erlenmeyer, tip mikropipet) dibungkus dengan plastik dan sterilisasi dengan autoclave hingga suhu mencapai 121oC dengan tekanan 1 atm selama 1 jam25,26,51. 2. Pembuatan Media Bakteri a. Pembuatan Nutrient Broth (NB) Masukkan Nutrient Broth kedalam beaker glass berisi aquades 500cc. Setelah itu aduk hingga homogen dengan magnetic plate stirrer. Lalu masukkan Nutrien Broth sebesar 9 ml kedalam tabung reaksi serta tabung Erlenmeyer, dan sterilkan dengan autoclave hingga suhu 121oC dengan tekanan 1 atm selama 1 jam. b. Pembuatan Nutrient Agar (NA), Mueller Hinton Agar (MHA), dan Endo Agar Pembuatan ketiga media padat ini memiliki prinsip yang sama, yaitu : 1. Masukkan bubuk media agar (Endo Agar sebanyak 18 gram) kedalam beaker glass berisi aquades 500 cc. 2. Aduk hingga homogen dengan magnetic stirrer dan hot plate. 29 3. Masukkan agar yang telah homogen kedalam tabung Erlenmeyer. 4. Sterilkan media agar dengan autoclave hingga suhu 121oC dengan tekanan 1 atm selama 1 jam. 5. Masukkan agar ke cawan petri dengan prinsip steril (lap meja terlebih dahulu dengan alkohol 70%, dan masukkan dekat nyala api). c. Pembuatan Salmonella Shigella Agar (SSA) 1. Sterilkan aquades dalam tabung Erlenmeyer sebanyak 500 cc dengan autoclave hingga suhu 121oC dengan tekanan 1 atm selama 1 jam. 2. Masukkan bubuk SSA sebanyak 30 gram kedalam aquades yang telah steril. 3. Aduk hingga homogen dengan magnetic plate stirrer. 4. Masukkan agar ke cawan petri dengan prinsip steril (lap meja terlebih dahulu dengan alkohol 70%, dan masukkan dekat nyala api). 3. Uji TPC (Total Plate Count) dan Isolasi Bakteri di Media Spesifik a. Haluskan sampel telur balado dengan blender steril, lalu ambil sebanyak 20 gr. b. Masukkan 20 gr sampel ke tabung Erlenmeyer berisi 180 ml Nutrient Broth, lalu homogenkan suspensi dengan vortex. c. Di dalam laminar air flow, pindahkan 1 ml suspensi dengan pipet volumetric ke tabung reaksi dengan label 1 (10-1), lalu kocok sebentar dengan vortex. Ulangi langkah ini hingga tabung 6 (10-6). d. Pindahkan 1 ml suspensi pada tabung 10-3,10-4,10-5, dan 10-6 ke cawan petri berisi Nutrient Agar dengan label yang sama (dan duplonya), lalu spread dengan batang L agar inokulasi bakteri pada media NA. 30 e. Pindahkan 1 ml Nutrient Broth pada tabung ke 7 (kontrol) ke cawan petri berisi Nutrient Agar dengan label yang sama, hal ini dilakukan untuk melihat apakah NB terkontaminasi atau tidak. f. Pindahkan 0,1 ml suspensi ke cawan petri berisi media spesifik Endo Agar dan SSA. Ratakan dengan ose bulat. g. Masukkan semua cawan petri dalam keadaan terbalik ke inkubator dengan suhu 37oC selama 24 jam. h. Setelah diinkubasi, hitung jumlah koloni yang terdapat pada cawan petri berisi NA dengan colony counter. i. Amati warna koloni yang ada pada media spesifik Endo Agar dan SSA. 4. Uji Pewarnaan Gram a. Siapkan bakteri uji yang telah diisolasi. b. Sterilkan ose bulat dengan nyala api, setelah itu ambil NaCl 0,9% dengan ose tersebut dan tempatkan diatas object glass. Sterilkan kembali ose dengan nyala api. c. Sterilkan ose bulat dengan nyala api, lalu ambil satu koloni bakteri yang telah diinkubasi dengan ose lalu tempatkan koloni diatas NaCl 0,9% yang berada di object glass, lalu ratakan. Sterilkan kembali ose dengan nyala api. d. Keringkan suspensi bakteri sebentar, setelah itu lewatkan object glass diatas nyala api agar apusan terfiksasi. e. Teteskan pewarnaprimary stain Gentian Violet ke atas area apusan, biarkan selama 2-3 menit. f. Cuci perlahan dengan air aquades mengalir. g. Teteskan larutan lugol ke atas apusan dan biarkan selama satu menit ο untuk merekatkan warna primary stain. h. Cuci dengan alkohol secara perlahan ο penghapusan warna warna primary stain dari preparat. i. Cuci perlahan dengan air aquades mengalir. 31 j. Teteskan pewarna Safranin (counter stain), biarkan selama 45 detik – 1 menit. k. Keringkan di suhu ruangan l. Lapisi dengan minyak imersi, lalu amati dengan mikroskop cahaya (perbesaran 10x100) 5. Uji AST (Antibiotic Susceptibility Test) Dari Koloni Media Spesifik 1. Siapkan koloni bakteri media spesifik yang akan dilakukan uji. 2. Siapkan tabung reaksi yang berisi NaCl 0,9%. 3. Ambil 1 koloni yang akan diuji dengan ose, lalu masukkan koloni kedalam tabung reaksi berisi larutan NaCl 0,9%, homogenkan suspensi dengan vortex hingga kekeruhan sama dengan larutan 0,5 McFarland. 4. Ambil sedikit suspensi dengan swab steril, lalu inokulasi ke media MHA(Mueller Hinton Agar) secara merata. 5. Letakan antibiotic disk pada media MHA yang telah diberi suspensi bakteri. 6. Inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C. 7. Ukur diameter zona hambat antibiotik dengan penggaris. 32 3.7 Alur Penelitian Sampel Telur Balado (diambil dari kantin kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Persiapan alat dan bahan Persiapan sampel: 20gr sampel dihaluskan dengan blender steril lalu dimasukan ke dalam 180 ml NB Campur rata (vortex) Perlakuan Isolasi bakteri di media SSA dan Endo Agar Spread pada media NA (10-3 sampai 10-6) Identifikasi koloni Koloni yang tumbuh dihitung dengan colony counter Pewarnaan Gram (identifikasi dengan mikroskop) Koloni Escherichia coli dan Shigella sp diuji dengan AST Masukkan koloni ke NaCl 0,9% Masukkan angka yang didapat pada rumus TPC Homogenisasi Kekeruhan sama dengan 0,5 McFarland Sebar di media MHA Masukkan cakram disk antibiotik Ukur daya hambat antibiotik Interpretasi hasil (nilai pada table Kirby Bauer) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji TPC (Total Plate Count) Uji TPC dilakukan untuk mengetahui jumlah koloni bakteri yang terdapat pada sampel makanan telur balado setelah dilakukan uji pendahuluan kepada tiga sampel trial yang juga merupakan telur balado. Hasil sampel trial menunjukkan adanya koloni bakteri yang tumbuh di media NA, sedangkan hasil uji Total Plate Count pada ke-enam sampel ini didapatkan sebagai berikut : Tabel 4.1. Jumlah Koloni Bakteri dalam Setiap Pengenceran Sampel ∑ Koloni Bakteri Dalam Pengenceran Sampel Telur Balado 10-3 10-4 10-5 10-6 kontrol A 67 34 7 3 0 B 116 86 61 59 0 C 158 111 43 8 0 D 168 106 78 60 0 E 80 41 25 8 0 F ~ 236 99 86 0 Keterangan : ~ = terlalu banyak untuk dihitung Kontrol = NB (nutrient broth) yang tidak dimasukkan sampel. Berdasarkan tabel 4.1, semua sampel mengandung koloni bakteri. Tetapi jumlah koloni bakteri pada pengenceran 10-3 pada sampel F, serta pengenceran 10-5 dan 10-6 pada sampel A dan E tidak dalam rentang jumlah 30-300 koloni, sehingga nilai-nilai dalam pengenceran tersebut tidak masuk dalam perhitungan. 33 34 Gambar 4.1 Koloni bakteri pada media padat NA (Nutrient Agar). Koloni bakteri digambarkan sebagai bintik-bintik putih dalam cawan petri. Untuk mengetahui jumlah bakteri dalam setiap pengenceran (dengan jumlah yang bisa dihitung adalah yang termasuk dalam jumlah 30-300 koloni), jumlah koloni dimasukkan dalam rumus. Hasil dari perhitungan jumlah koloni pada setiap pengenceran dan sampel terdapat pada tabel 4.2 Tabel 4.2 Jumlah Koloni Bakteri Dalam Setiap Sampel Sampel Jumlah Koloni Bakteri Per gram Dalam Pengenceran Jumlah bakteri Sampel Dalam sampel 10 -3 10 -4 10 -5 10 -6 (CFU/gr) A 67 x 103 34 x 104 - - 2,03 × 105 B 116 x 103 86 x 104 61 x 105 59 x 106 1,65 × 107 C 158 x 103 111 x 104 43 x 105 - 1,85 × 106 D 168 x 103 106 x 104 78 x 105 60 x 106 1,72 × 107 E 80 x 103 41 x 104 - - 2,45 × 105 F - 236 x 104 99 x 105 86 x 106 3,27× 107 Keterangan: -= angka tidak dimasukkan kedalam rumus Batas Maksimum bakteri dalam telur = 5 x 104 CFU/gram 35 Pada tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa semua sampel telur balado yang diuji melebih ambang batas sesuai dengan ketentuan BPOM yaitu 5 × 104 CFU/gram. Berdasarkan dengan tabel 4.2 dan ketentuan BPOM, semua sampel telur balado yang diuji tidak aman untuk dikonsumsi.28 Grafik 4.1 Jumlah Koloni Bakteri yang Terdapat di Setiap Sampel. Jumlah Koloni Dalam Sampel Telur Balado (CFU/gr) 7 3.5 x 10 35000000 3 x 107 30000000 25000000 2.5 x 107 2 x 107 20000000 15000000 1.5 x 107 1 x 107 10000000 0.5 x 107 5000000 0 A B C D E F Jumlah Koloni Dalam Sampel Telur Balado (CFU/gr) Berdasarkan tabel 4.2 dan grafik 4.1 di atas, sampel yang memiliki jumlah bakteri paling banyak adalah sampel F dengan jumlah 3.27 × 107 CFU/gram, sedangkan sampel yang memiliki jumlah bakteri paling sedikit adalah sampel A dengan jumlah bakteri 2,03 × 105 CFU/gram. Telur balado dimasak dengan cara telur direbus hingga matang yaitu pada suhu 1000C. Suhu yang tinggi pada pengolahan telur balado akan membunuh bakteri secara efektif. Bahan-bahan yang terkandung dalam telur balado juga memiliki senyawa antibakteri.35,36,37 Tetapi keberadaan dan banyaknya jumlah bakteri yang mencemari telur baladojuga dipengaruhi oleh faktor lain, yaitu: lama penyimpanan makanan, suhu selama penyimpanan dan konsumsi, higienitas pembuat makanan, pH makanan, dan kontaminasi silang yang terjadi baik antara peralatan masak, makanan (mentah dan matang), maupun dengan peralatan makan.9,29 Faktor-faktor tersebut dapat pertumbuhan bakteri dalam makanan. Bedasarkan meningkatkan teori di atas, hal 36 tersebut dapat menjadi penyebab sampel F mengandung bakteri paling banyak, tetapi dalam penelitian ini tidak ditentukan apakah faktor-faktor tersebut berperan secara signifikan terhadap kontaminasi bakteri terhadap makanan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sofiana (2012), dinyatakan bahwa sanitasi alat makan yang kurang baik berpengaruh secara signifikan pada kontaminasi bakteri.45 Namun pada penelitian ini tidak diteliti faktor apa yang secara signifikan meningkatkan pertumbuhan bakteri dalam makanan. Hasil penelitian ini memiliki interpretasi hasil yang sama dengan penelitian uji TPC yang dilakukan oleh Syahruddin (2014) pada daging ayam broiler di Denpasar dan kabupaten Badung, yaitu semua sampel memiliki hasil melebihi batas maksimum jumlah koloni bakteri dalam ayam broiler, yaitu sebesar 1 × 106 CFU/gram.46 4.2 Isolasi Bakteri pada Media Spesifik dan Uji Pewarnaan Gram 4.2.1 Isolasi Bakteri pada Media Spesifik Suspensi makanan telur balado yang telah diencerkan diinokulasi kedalam media padat spesifik Endo Agar dan SSA, lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Hasil uji pendahuluan menunjukkan adanya bakteri Escherichia coli dan Shigella sp pada sampel trial, sedangkan pada ke-enam sampel yang diuji didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 4.3. Tabel Hasil Pengamatan Warna Koloni Bakteri yang Tumbuh di Media Spesifik. Sampel Endo Agar SSA A Koloni warna merah dengan kilat logam (+) Koloni bening (+) B Koloni warna merah dengan kilat logam (+) Koloni bening (+) C Koloni warna merah dengan kilat logam (+) Koloni bening (+) D Koloni warna merah dengan kilat logam (+) Koloni bening (+) E Koloni warna merah dengan kilat logam (+) Koloni bening (+) F Koloni warna merah dengan kilat logam (+) Koloni bening (+) 37 (a) (b) Gambar 4.2. Hasil Isolasi Bakteri pada Media Spesifik Endo Agar dan SSA.(a) Tampak koloni merah dengan kilat logam di media Endo Agar. (b) Tampak koloni bening di media SSA. Berdasarkan hasil isolasi sampel makanan telur balado yang terdapat pada tabel 4.3dan Gambar 4.2 (a), pada media spesifik Endo Agar didapatkan koloni warna merah dengan kilat logam semua sampel. Koloni bakteri warna merah dengan kilat logamdalam Endo Agar merupakan morfologi koloni bakteri tersebut memproduksi aldehida dan Escherichia coli, karena bakteri meragi laktosa secara cepat.47,48 Apabila terdapat koloni berwarna merah, maka koloni tersebut merupakan gambaran morfologi koloni bakteri Enterobacter aerogenes karena bakteri tersebut dapat memfermentasikan gula secara lambat. Apabila pada Endo Agar terdapat koloni warna bening (colorless), maka bakteri tersebut tidak dapat meragi laktosa seperti Salmonella sp dan Shigella sp47,48 Setelah pengamatan diketahui bahwa bakteri Escherichia coli terdapat pada semua sampel yang diujikan. Hasil pengamatan uji isolasi bakteri pada sampel telur balado dimedia spesifik SSA didapat beberapa koloni di semua sampel berwarna bening tanpa bintik hitam. Koloni bening tanpa bintik hitam merupakan morfologi koloni bakteri Shigella sp yang tidak meragi laktosa dan tidak menghasilkan gas H2S. Bakteri yang menghasilkan gas H2S akan menghasilkan bintik hitam, seperti Salmonella sp.47,49 Koloni bakteri yang memfermentasikan laktosa seperti Escherichia coli akan berwarna merah 38 muda atau merah terang. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa bakteri Shigella sp. terdapat pada semua sampel yang diujikan. 4.2.2 Uji Pewarnaan Gram Setelah isolasi pada media spesifik, maka dilakukan uji pewarnaan Gram untuk identifikasi lebih lanjut. (a) (b) Gambar 4.3. Hasil Pewarnaan Gram koloni (perbesaran 10x100). (a) Gambaran Escherichia coli dari Media Endo Agar. (b) Gambaran Shigella sp. dari Media SSA Berdasarkan hasil uji pewarnaan Gram diketahui bahwa morfologi bakteri yang diamati dari koloni merah kilat logam pada media Endo Agar adalah bakteri bentuk kokobasil dan berwarna merah. Gambaran tersebut sesuai dengan morfologi bakteri Escherichia coli, yaitu Gram negatif dan berbentuk kokobasil.14,15,17 Bakteri yang diamati dari koloni bening media SSA terlihat bakteri berwarna merah dan berbentuk batang. Gambaran ini sesuai dengan morfologi bakteri Shigella sp. yaitu bakteri bersifat Gram negatif dan berbentuk batang.14,17,21 Kedua bakteri ini menyerap warna merah muda karena memiliki struktur dinding sel khas golongan bakteri Gram negatif, yaitu berupa dinding peptidoglikan tipis (10% dari semua proporsi) yang dilapisi oleh kandungan lemak tebal. Pada saat pewarnaan Gram, zat warna primer pada bakteri Gram negatif akan luntur bersama kandungan lemak saat dialiri oleh alkohol, dan setelahnya akan menyerap counterstain safranin.50 Maka dari itu saat pengamatan hasil pewarnaan 39 Gram, bakteri Escherichia coli dan Shigella sp. akan menunjukkan warna merah. 4.3 Uji AST (Antibiotic Susceptibility Test) Uji AST (Antibiotic Susceptibility Test) dilakukan pada 2 jenis koloni yang ditemukan pada makanan telur balado, yaitu koloni Escherichia coli dan Shigella sp. dengan antibiotik yang biasa digunakan untuk diare ataupun penyakit saluran cerna lainnya, yaitu Amoxicillin, Ciprofloxacin, dan Gentamicin. Penentuan bakteri resisten atau sensitif terhadap suatu antibiotik dapat diketahui melalui diameter zona hambat (metode Kirby-Bauer).44 Gambar 4.4 Hasil uji antibiotik dengan metode disk diffusion. Uji Antibiotic Susceptibility Test yang telah dilakukan pada biakan bakteri Escherichia colimenghasilkan data sebagai berikut : Tabel 4.4. Hasil Uji Resistensi Escherichia coli Terhadap Antibiotik Amoxicillin, Ciprofloxacin, dan Gentamicin. Sampel Diameter zona hambat antibiotik (mm) Amoxicillin Ciprofloxacin Gentamicin A 0 (R) 29 (S) 15 (I) B 3 (R) 37 (S) 18 (S) C 5 (R) 36 (S) 20 (S) D 11 (I) 32 (S) 14 (I) E 7 (R) 39 (S) 21 (S) F 0 (R) 39 (S) 20 (S) Resisten = 83,3% Sensitif = 100% Sensitif = 66,7% Total Intermediet = 16,7% Intermediet = 16,7% 40 Keterangan : ο· S = Sensitif ο· I = Intermediet ο· R = Resisten ο· Nilai Intermediet Amoxicillin = = 11-14 mm Ciprofloxacin = 16-20 mm Gentamicin = 12-15 mm Grafik 4.2. Hasil Uji Resistensi Escherichia coli Terhadap Antibiotik Amoxicillin, Ciprofloxacin, dan Gentamicin. Diameter zona hambat bakteri Escherichia coli 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Diameter zona hambat antibiotik (mm) Amoxicillin Diameter zona hambat antibiotik (mm) Ciprofloxacin Diameter zona hambat antibiotik (mm) Gentamicin A B C D E F Berdasarkan tabel 4.4dan grafik 4.2 yang telah didapat, diketahui bahwa bakteri Escherichia coli yang diuji memiliki resistensi terhadap antibiotik amoxicillin sebesar 83,33% (resisten pada 5 sampel). Tetapi bakteri ini masih 100% sensitif terhadap antibiotik ciprofloxacin dan 66,7% sensitif terhadap antibiotik gentamicin. Hasil ini sesuai dengan studi penelitian yang oleh Krisnaningsih (2012) menemukan resistensi bakteri Escherichia coli patogen terhadap antibiotik Amoxicillin sebesar 80%.51 Pada penelitian yang dilakukan oleh Barus (2010), dinyatakan bahwa 62,5% bakteri Escherichia coli dari ayam broiler masih sensitif 41 terhadap Gentamicin.52 Hasil penelitian ini juga sesuai dengan uji yang dilakukan oleh Kepel (2015),yaitu 100% bakteri Escherichia coli sensitif terhadap obat Ciprofloxacin.53 Zona hambat terluas pada bakteri Escherichia coli dengan Amoxicillin ada pada sampel D seluas 11 mm, sedangkan dengan ciprofloxacin ada pada sampel E dan F, serta dengan gentamicin ada pada sampel E. Hasil Uji Antibiotic Susceptibility Test yang dilakukan pada biakan bakteri Shigella sp. didapatkan data sebagai berikut : Tabel 4.5. Hasil Uji Resistensi Shigella sp. Terhadap Antibiotik Amoxicillin,Ciprofloxacin, dan Gentamicin. Diameter zona hambat antibiotik (mm) Sampel Amoxicillin Ciprofloxacin Gentamicin A 0(R) 39 (S) 17 (S) B 6 (R) 40 (S) 19 (S) C 22 (S) 36 (S) 18 (S) D 0 (R) 44 (S) 22 (S) E 9 (R) 41 (S) 19 (S) F 0 (R) 38 (S) 22 (S) Resisten = 83,3% Sensitif = 100% Sensitif = 100% Total Sensitif = 16,7% Keterangan : ο· S = sensitif ο· I = intermediet ο· R = resisten ο· Nilai Intermediet Amoxicillin = = 11-14 mm Ciprofloxacin = 16-20 mm Gentamicin = 12-15 mm 42 Grafik 4.3. Hasil Uji Resistensi Shigella sp. Terhadap Antibiotik Amoxicillin, Ciprofloxacin, dan Gentamicin. Diameter zona hambat bakteri Shigella sp. 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Diameter zona hambat antibiotik (mm) Amoxicillin Diameter zona hambat antibiotik (mm) Ciprofloxacin Diameter zona hambat antibiotik (mm) Gentamicin A B C D E F Berdasarkan Tabel 4.5 dan Grafik 4.3 yang telah didapat, diketahui bahwa bakteri Shigella sp. yang diuji hanya memiliki sensitifitas terhadap antibiotik amoxicillin sebesar 16,67% (hanya 1 sampel dari total 6 sampel), sedangkan terhadap antibiotik ciprofloxacindan gentamicin bakteri ini masih sensitif 100%. Hasil ini sesuai dengan uji yang dilakukan oleh Tjanjadi (2003) pada 767 isolasi bakteri Shigella sp. terhadap beberapa antibiotik yang diuji, salah satunya adalah ciprofloxacin dan amoxicillin. Hasil uji bakteri Shigella sp. tersebut didapatkan sebagian besar bakteri masih sensitif terhadap antibiotik ciprofloxacin dan resisten terhadap amoxicillin.54 Bakteri Escherichia coli dan Shigella sp.pada penelitian ini resisten terhadap antibiotik Amoxicillin. Menurut Sosa (2010), hal tersebut dapat terjadi karena perubahan struktur penicillin-binding protein sehingga obat tidak bisa bekerja, permeabilitas selular bakteri yang berubah, ataukarena pembentukkan cincin beta-laktamase yang dilakukan karena perubahan genetic.43 Pada penelitian ini seluruh bakteri Escherichia coli dan Shigella sp. (100%) masih sensitif terhadap ciprofloxacin. Menurut Jacoby (2005), 43 ciprofloxacin masih dapat membunuh bakteri karena antibiotik ini memiliki 2 target dalam sel bakteri, yaitu DNA gyrase dan topoisomerase IV. Jika terdapat salah satu enzim bermutasi dan menyebabkan tidak terjangkaunya enzim tersebut, obat ini masih dapat menyerang enzim lain. Maka dari itu obat ciprofloxacin tidak terlalu terpengaruh adanya single mutation serta masih mampu membunuh bakteri.55 Tetapi penggunaan obat ciprofloxacin harus tetap rasional agar mencegah terjadinya resistensi terhadap kedua enzim dalam bakteri yang dapat menyebabkan tidak bekerjanya obat tersebut.55 Pada penelitian ini, antibiotik gentamicin masih mampu membunuh bakteri Escherichia coli (66,7%) dan Shigella sp. (100%). Hal ini dapat terjadi karena selain mekanisme kerja Gentamicin menghambat sintesis protein, proses transport aktif (atau melewati porins pada bakteri Gram negatif) antibiotik ini juga dapat mengakibatkan luka pada membran sel.56 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 1. Jumlah koloni bakteri pada seluruh sampel telur balado melebihi ambang batas maksimal menurut ketentuan BPOM, yaitu 5 × 104 CFU/gram. 2. Terdapat bakteri Escherichia coli dan Shigella sp pada semua sampel telur balado. 3. Bakteri Escherichia coli sebagian besar telah mengalami resistensi terhadap antibiotik Amoxicillin, yaitu sebesar 83,33%. Tetapi bakteri ini100% masih sensitif terhadap antibiotik Ciprofloxacin dan 66,7% sensitf terhadap Gentamicin. 4. Bakteri Shigella sp. telah resisten terhadap antibiotik Amoxicillin sebanyak 83,3% dari semua sampel, tetapi masih 100% sensitif pada antibotik Ciprofloxacin dan Gentamicin. 5.2 Saran 1. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai deteksi bakteri Escherichia coli dan Shigella sp dengan menggunakan uji biokimia. 2. Ada penelitian lanjutan tentang hubungan pencemaran bakteri terhadap telur balado dengan faktor-faktor resiko cemaran bakteri terhadap makanan. 3. Ada penelitian serupa (yang melanjutkan) tentang deteksi dan resistensi bakteri Escherichia coli dan Shigella sp pada telur balado dengan jumlah sampel yang lebih banyak. 44 DAFTAR PUSTAKA 1. Who.int. WHO | Food safety [Internet]. 2015 [cited 4 June 2015]. Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs399/en/ 2. Yunus, Mahmud. Higiene Sanitasi Pangan. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 2015. 3. Departemen Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 [Internet]. 2015 [cited 4 June 2015]. Available from: http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas %202013.pdf 4. World Health Organization. Penyakit Akibat Keracunan Makanan [Internet]. 2015 [cited 5 June 2015]. Available from: http://www.searo.who.int/indonesia/publications/foodborne_illnessesid_03272015.pdf 5. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Lembaran Negara [Internet]. 1996 [cited 4 June 2015]. Available from: http://www.pom.go.id/pom/garam/LEMBARAN_NEGARA.pdf 6. Hayuti Windhu Pagiu, dkk. Pengaruh Waktu Pajan Terhadap Total Mikroba Dan Jenis Mikroba Patogen Dalam Makanan Jajanan Gorengan Di Workshop Kampus Universitas Hasanuddin Makassar. Makassar: 2013. 7. Kurniadi, Yepi; Saam, Zulfan; Afandi, Dedi. Faktor Kontaminasi Bakteri E.coli Pada Makanan di Lingkungan Kantin Sekolah Dasar Wilayah Kecamatan Bangkinang. Jurnal Ilmu Lingkungan. 2013; 7(1). 8. Astuti, Tri. Studi Kandungan Bakteri Salmonella Sp dan Shigella Sp pada Minuman Susu Telur Madu Jahe (STMJ) di Taman Kota Damay Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo. 2012. 9. Better Health Channel. Food Poisoning - Prevention [Internet]. 2012 [cited 4 June 2015]. Available from: http://www.betterhealth.vic.gov.au/bhcv2/bhcarticles.nsf/pages/Food_pois oning_how_to_prevent_it?open 45 46 10. Kementrian Pertanian. Statistik Konsumsi Pangan Tahun 2012. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekertariat Jendral Kementrian Pertanian. Jakarta.2012. 11. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanggerang. Statistik Daerah Kabupaten Tanggerang.2012. 12. Ambarsari, Riana. Telur Balado. Natural Cooking Club. [Internet]. 2010 [cited 16 Oktober 2015]. Available from: http://ncc- indonesia.com/2014/06/telur-balado/ 13. Siswanto. Kajian Resistensi Antimikrobial dan Situasinya pada Manusia di Indonesia. Kepala Pusat Teknologi Kesehatan dan Epidemiologi Badan Litbang Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. 14. Kapoor, Kiran. Illustrated Dictionary of Microbiology. Oxford : Oxford Book Co. 2010. 15. Mody, Rajal dan Ciara E. O'Reilly. "Escherichia coli". http://wwwnc.cdc.gov/travel/yellowbook/2016/infectious-diseases-relatedto-travel/escherichia-coli. 2015. 16. Staf Pengajar FK UI, Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, Edisi Revisi. 1993. 17. Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, and Morse SA. Jawetz, Melnick, & Adelberg's Medical Microbiology, 24th edition, New York: McGraw-Hill Medical. 2007. 18. Todar K. Pathogenic E.coli [Internet]. Textbookofbacteriology.net. 2012 [cited 8 June 2015]. Available from: http://textbookofbacteriology.net/e.coli_4.html 19. World Health Organization. Penyakit Akibat Keracunan Makanan. World Health Organization Regional Office for South East Asia.[Internet]. 2015 [cited 5 June 2015]. Available from: http://www.searo.who.int/indonesia/publications/foodborne_illnessesid_03272015.pdf 20. Bell J dan Turnidge J. SENTRY Antimicrobial Surveillance Program Asia-Pacific Region and South Africa. Commun Dis Intell. 2003. 47 21. Todar K. Shigella and Shigellosis [Internet]. Textbookofbacteriology.net. 2012 [cited 5 June 2015]. Available from: http://textbookofbacteriology.net/Shigella.html 22. Lampel KA, Maurelli AT. Shigella species. Ch 11 In: Miliotis MD, Bier JW (eds) International handbook of foodborne pathogens. New York : Marcel Dekker. 2003. 23. Schroeder, Gunnar N; Hilbi, Hubert. Molecular Pathogenesis of Shigella sp. : Controlling Host Cell Signaling, Invasion, and Death by Type III Secretion. Clin.Microbiol.Rev. Vol. 21 no. 1 134-156. 2008. 24. Lightfoot, D. Shigella. Ch 17 In: Hocking AD Foodborne microorganisms of public health significance. 6th ed. Sydney: Australian Institute of Food Science and Technology (NSW Branch). 2003. 25. Nygren BL, Schilling KA, Blanton EM, Silk BJ, Cole DJ, Mintz ED. Foodborne outbreaks of shigellosis in the USA, 1998-2008. Epidemiology and Infection. 2012. 26. Cummings, Benjamin. Microbiology. Pearson Education, Inc. 2004. 27. Dwidjoseputro. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan. 2005. 28. Badan Pengawas MAKSIMUM Obat dan CEMARAN Makanan. MIKROBA PENETAPAN DAN KIMIA BATAS DALAM MAKANAN [Internet]. 2009 [cited 4 June 2015]. Available from: http://www2.pom.go.id/public/hukum_perundangan/pdf/SK%20cemaran %20final-verbal%20sep09.pdf 29. Musa, Muhaereen; dkk. Food Borne Illness Risk Factors Assessment in UiTM Shah Alam, Malaysia. World Applied Sciences Journal 8. p 864870. Malaysia: IDOSI Publications. 2010. 30. Minor, T.E.; E.H. Marth. Staphlococci and their significance in foods. Amsterdam: Elsevier Scientific Publishing Company.1976. 31. ICMSF. Intestinally pathogenic Escherichia coli Ch 7 In: Microorganisms in food 5: Microbiological specifications of food pathogens. London : Blackie Academic and Professional. 1996. 32. Queensland Government. Cross Contamination Dalam: Food Safety Fact Sheet. Australia: Queensland Government. 2013. 48 33. Sentra Informasi Keracunan Nasional. Keracunan Makanan Akibat Bakteri Patogen. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2015. 34. USDA Foods. Household USDA Foods Fact Sheet [Internet]. 2012 [cited 10 July 2015]. Available from: http://www.fns.usda.gov/sites/default/files/HHFS_EGG_SHELL_100936 Nov2012.pdf 35. Abdou, Adham M.; Kim, Mujo; Sato, Kenji. Functional Proteins and Peptides of Hen’s Egg Origin, Dalam: Bioactive Food Peptides in Health and Disease. Intech: 2011. 36. Soetarno, S.; Sukrasno, E.; Yulianah, Sylvia. Antimicrobial Activities of the Ethanol Extracts of Capsicum Fruits with Different Levels of Pungency. JMS. Vol 2. Jakarta: JMS. 1997. 37. Hidayah, Izza Rahmi; Erma, Noor; Isnaeni. Daya Hambat Susu Probiotik (Lactobacillus acidophilus + Lactobacillus bulgaricus) dan Pasta Tomat Terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Berkalah Ilmiah Kimia Farmasi. Vol 3. 2014. 38. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Bagian Farmakologi FK UI. 2007. 39. Chambers HF. Antimicrobial agents. Dalam : Hardman JG, dkk. Goodman and Gilman’s The Pharmacological Basis of Theurapeutics. 10th ed. New York: McGraw Hills. 2001. 40. Katzung, B. G., Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 8. Jakarta: Salemba Medika. 2004. 41. Depkes RI..AntimicrobacterialResistance Antibiotic Usage and infection control.Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. 42. Rang, H. P., M. M. Dale, J. M. Ritter, and R. J. Flower. Pharmacology. London: Elsevier’s Health Sciences Rights Department. 2007. 43. Sosa, A. de J., Byarugaba, D.K., Amabile, C., Hsueh, P.-R., Kariuki, S., Okeke, I.N. Antimicrobial Resistance in Developing Countries. Springer. 2010. 44. Jorgensen, James H.; Ferraro, Mary Jane. Antimicrobial Susceptibility Testing: A Review of General Principles and Contemporary Practices. 49 Oxford Journals: Clinical Infectious Diseases. Vol 49. America: Oxford Journals. 2009 [cited 8 Juni 2015] ]. Available from: http://cid.oxfordjournals.org/content/49/11/1749.full 45. Sofiana, Erna. Hubungan Higiene dan Sanitasi dengan Kontaminasi Escherichia coli pada Jajanan di Sekolah Dasar Kecamatan Tapos Depok Tahun 2012. Universitas Indonesia. 2012. 46. Syahruddin, Magfirah; Suarjana I Gusti Ketut; Rudyanto Mas Djoko. Angka Lempeng Total Bakteri pada Broiler Asal Swalayan di Denpasar dan Kabupaten Badung. Indonesia Medicus Veterinus. Bali.2014. 47. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Pengujian Mikrobiologi Pangan. InfoPOM. Vol 9. No. 02. Jakarta : Badan POM RI. 2008. 48. Pronadisa. Endo Agar Base. Spain: Laboratoiros Conda. 2010. 49. Isenberg, H. D. (ed.). Interpretation of aerobic bacterial growth on primary culture media, Clinical microbiology procedures handbook, vol. 1 p. 1.61 1.67. American Society for Microbiology, Washington, D.C. 1992. 50. Acharya, Tankeshwar. Gram Staining: Principle, Procedure and Results – microbeonline [internet]. Microbeonline.2015 [cited 8 Juni 2015]. Available from: http://microbeonline.com/gram-staining-principle- procedure-results/ 51. Krisnaningsih, Firdiana; Asmara, Widya; Wibowo, M. Haryadi. Uji Sensitivitas Isolat Escherichia coli Patogen pada Ayam Terhadap Beberapa Jenis Antibiotik. Yogyakarta : FKH UGM. 2012. 52. Daniel Opristanta Barus. Uji Kepekaan Bakteri Escherichia coli Asal Ayam Pedaging terhadap Antibiotik Doksisiklin, Gentamicin, dan Tiamfenikol.2013. 53. Kepel, Lisa; Fatimawali; Budiarso, Fona. Uji Resistensi Bakteri Escherichia coli yang Diisolasi dari Plak Gigi Terhadap Merkuri Dan Antibiotik Siprofloksasin. Jurnal e-Biomedik. Manado.2015. 54. Tjaniadi P, Lesmana M, Subekti D, Machpud N, Komalarini S, Santoso W, et al. Antimicrobial resistance of bacterial pathogen associated with diarrhea patients in Indonesia. Am J Trop Hyg. 2003. 50 55. Jacoby, George A. Mechanism of Resistance to Quinolones. Oxford Journals: Clinical Infectious Diseases. Vol 41. Massachusetts: Oxford Journals. 2005 [cited 12 Oktober 2015]. Available from: http://cid.oxfordjournals.org/ 56. Gonzales III, S; Spencer, Jeanne P. Aminoglycosides: A Practical Review. Am Fam Physician. Vol 58. Pennsylvania.1998. 51 LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Alat dan Bahan Penelitian Vortex Timbangan digital Laminar Airflow Hot Plate Lemari Es (untuk penyimpanan steril) Inkubator 52 LAMPIRAN 1 Alat dan Bahan (lanjutan) Oven (sterilisasi cawan petri) Autoclave (sterilisasi media dan tabung reaksi) Rak dan Tabung Reaksi (berisi Cawan Petri (berisi media SSA) Nutrient Broth) Tabung Erlenmeyer Sampel Telur Balado 53 LAMPIRAN 2 Hasil Total Plate Count 10-3 10-6 10-4 10-5 Kontrol 54 Lampiran 3 Cara Kerja Uji Antibiotik Metode Disk Diffusion 55 Lampiran 4 Tabel Uji Sensitivitas Antibiotik 56 Lampiran 5 Riwayat Hidup Penulis DAFTAR RIWAYAT HIDUP PERSONAL DATA Nama : Linda Pratiwi Sulaeman Jenis Kelamin : Perempuan Tempat, Tanggal Lahir : Karawang, 27 Juli 1995 Status : Belum Menikah Agama : Islam Alamat : Perumahan Villa Pekayon Blok A3 No.06 RT 04 RW 022, Pekayon, Bekasi Selatan No. Telepon/HP : 0856-9345-1977 Email : [email protected] RIWAYAT PENDIDIKAN 1998-2000 : TK Bintang Alam, Karawang 2000-2006 : SD Negeri 1 Telukjambe, Karawang 2006-2009 : SMP Negeri 1 Karawang Barat, Karawang 2009-2010 : SMA Negeri 1 Karawang 2010-2012 : SMA Negeri 1 Bekasi 2012-sekarang : : Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta