DETEKSI BAKTERI Escherichia coli DAN Shigella sp

advertisement
DETEKSI BAKTERI Escherichia coli DAN Shigella sp
DALAM TELUR BALADO SERTA RESISTENSINYA
TERHADAP BEBERAPA ANTIBIOTIK
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Oleh :
Linda Pratiwi Sulaeman
NIM : 1112103000035
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M/1436 H
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Alhamdulilahirabbil’alamin, puji serta syukur saya panjatkan kehadirat
Allah SWT, karena atas segala rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan
penelitian ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi
besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, serta umatnya.
Terselesaikannya penelitian ini tidak terlepas oleh bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. DR. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku Dekan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dr. Achmad Zaki, M.Epid, SpOT selaku Ketua
Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
serta seluruh dosen Program Studi Pendidikan Dokter yang selalu
membimbing serta memberikan ilmu kepada saya selama menjalani masa
pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Yuliati, S.Si, M.Biomed selaku dosen pembimbing I, yang selalu
membimbing dan memberikan ilmu, arahan, serta saran kepada saya agar
penelitian ini berjalan dengan sebaik-baiknya.
3. Ibu Rr. Ayu Fitri Hapsari, M.Biomed selaku dosen pembimbing II, yang
selalu membimbing dan memberikan ilmu, arahan, serta saran kepada saya
terutama dalam penulisan laporan penelitian ini.
4. Ibu Silvia Fitrina nasution, M.Biomed dan dr. Dyah Ayu Woro
Setyaningrum, M.Biomed selaku dewan penguji, untuk ilmu, waktu dan
tenaga dalam memperbaik laporan penelitian ini.
5. Kedua orang tua tersayang yang merawat saya sejak lahir di dunia, Bpk.H.
E. Sulaeman dan Ibu Hj.Diah Irawati yang selalu memberikan cinta dan
kasih sayang yang tidak akan pernah habis, yang selalu mendo’akan saya
v
setiap sepertiga malam, serta tidak pernah lelah dalam member nasihat
serta semangat dalam hidup saya.
6. Kakak saya Egatha Prasetya, S.E yang
selalu menyayangi dan
menyemangati saya.
7. dr. Flori Ratna Sari selaku penanggung jawab (PJ) modul riset PSPD
2012. Mba Novi Prasetyowati selaku laboran Laboratorium Mikrobiologi
yang telah banyak membantu dan memberikan arahan selama penelitian
ini. Pak Bacok dan Bapak satpam lainnya (Bpk. Irul, dkk) yang telah
melancarkan peminjaman ruang laboratorium.
8. Teman seperjuangan Penelitian, Adichita Khaira, Mulia Sari, EkaRahma,
dan Putri Aulia Hilfa Lubis atas kebersamaan, dukungan dan kerja
kerasnya sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik.
9. Teman-teman semua, Irma Sari M, Fitriana N H, Hana Qonita, Nindya P,
Halimatussadiah, Aqidatul Islamiyyati serta semua teman-teman PSPD
2012
yang
selalu
memberikan
do’a,
semangat,
serta
bersedia
mendengarkan keluh kesah selama penelitian dan masa pendidikan preklinik.
10. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam
penelitian ini agar dapat terus dilanjutkan dan bermanfaat untuk berbagai pihak,
karena saya menyadari penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan.Demikian
laporan penelitian ini saya tulis, semoga dapat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Ciputat, 20 Oktober 2015
Penulis,
Linda Pratiwi Sulaeman
vi
ABSTRAK
Linda Pratiwi Sulaeman. Program Studi Pendidikan Dokter. Deteksi Bakteri
Escherichia coli dan Shigella sp dalam Telur Balado serta Resistensinya
terhadap Beberapa Antibiotik. 2015.
Makanan terkontaminasi dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Salah satu
kontaminan makanan adalah bakteri, diantaranya Escherichia coli dan Shigella sp.
Makanan yang disajikan di kantin kadang terkontaminasi bakteri, termasuk telur
balado. Untuk mengatasi infeksi bakteri dibutuhkan antibiotik. Beberapa pilihan
antibiotik yang digunakan adalah Amoxicillin, Ciprofloxacin, dan Gentamicin. Di
Indonesia penggunaan antibiotik tidak rasional menyebabkan resistensi. Penelitian
ini bertujuan untuk mendeteksi jumlah bakteri, keberadaan bakteri Escherichia
coli dan Shigella sp pada telur balado di kantin UIN Jakarta, serta mengetahui
resistensi terhadap antibiotik Amoxicillin, Ciprofloxacin, dan Gentamicin. Jenis
penelitian ini adalah deskriptif. Jumlah sampel ditentukan dengan total sampling
dan sampel penelitian adalah telur balado yang dijual di kantin UIN Jakarta. Enam
sampel diuji dengan Total Plate Count, isolasi media spesifik, serta uji antibiotik.
Hasilnya semua sampel memiliki jumlah bakteri melebihi batas yaitu 5x104
CFU/gram serta mengandung bakteri Escherichia coli danShigella sp. Pada uji
antibiotik didapat kedua bakteri mengalami resistensi Amoxicillin, tetapi sebagian
besar sensitif Gentamicin dan seluruh bakteri sensitif Ciprofloxacin.
Kata kunci: Telur Balado, Jumlah Bakteri, Escherichia coli, Shigella sp.,
Resistensi Antibiotik.
vii
ABSTRACT
Linda PratiwiSulaeman. Program Studi Pendidikan Dokter. Detection of
Escherichia coli and Shigella sp Bacteria found in Telur Balado and Their
Resistance Against Few Antibiotics. 2015.
Contaminated food can cause health problems. Bacteria is one of food’s
contamination, including Escherichia coli and Shigella sp. Foods sold at food
canteen sometimes are contaminated by bacteria, including Telur Balado.
Treatment for bacterial infection is including antibiotic. Few of widely chosen
antibiotics are Amoxicillin, Ciprofloxacin, and Gentamicin. Irrational use of
antibiotics in Indonesia resulted in antibiotic resistance. This study is held to
detect the amount and presence of Escherichia coli and Shigella sp. in Telur
Balado sold at canteens in UIN Jakarta, and to find out the antibiotic resistance
toward Amoxicillin, Ciprofloxacin, and Gentamicin. This study is a descriptive
type. The number of samples were determined by total sampling and the samples
are Telur Balado from canteen at UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6 samples
were tested by Total Plate Count method, isolation in specific media, and
Antibiotic Susceptibility Test. From the tests it is known that all the samples had
exceed the limit in the amount of bacteria which is 5x104 CFU/gram and all had
contained Escherichia coli and Shigella sp. From Antibiotic susceptibility test, it
is known that both bacteria are resistance against Amoxicillin, but most of
bacteria are sensitive against Gentamcin and all samples are sensitive against
Ciprofloxacin.
Keywords: Telur Balado, Amount of Bacteria, Escherichia coli, Shigella sp.,
Antibiotic resistance.
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL .............................................................................................. .i
LEMBAR PENYATAAN KEASLIAN PESERTA ........................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN .................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
BAB 1 Pendahuluan ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 3
1.3 Tujuan Peneltian............................................................................................ 3
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 3
BAB 2 Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 4
2.1 LandasanTeori ............................................................................................... 4
2.1.1 Bakteri Escherichia coli ............................................................................. 4
2.1.1.1 Morfologi dan Klasifikasi ....................................................................... 4
2.1.1.2 Biakan dan Sifat Pertumbuhan ................................................................ 5
2.1.1.3 Patogenesis Escherichia coli ................................................................... 6
2.1.1.4 Fisiologi .................................................................................................. 7
2.1.2 Bakteri Shigella sp ..................................................................................... 8
2.1.2.1 Morfologi dan Klasifikasi ....................................................................... 8
2.1.2.2 Biakan dan Sifat Pertumbuhan ................................................................ 8
2.1.2.3 Patogenesis Shigella sp. .......................................................................... 9
2.1.2.4 Fisiologi dan Faktor Virulensi ................................................................ 10
2.1.3 Uji Total Plate Count ................................................................................. 11
2.1.4 Cemaran Makanan ..................................................................................... 13
2.1.4.1 Cemaran Bakteri pada Makanan ............................................................. 13
2.1.4.2 Pencegahan Cemaran Bakteri pada Makanan ......................................... 15
ix
2.1.5 Masakan Telur Balado ............................................................................... 15
2.1.6 Antibiotik ................................................................................................... 16
2.1.6.1 Mekanisme Kerja Antibiotik .................................................................. 16
2.1.6.2 Resistensi Antibiotik ............................................................................... 17
2.1.6.3 Amoxicillin ............................................................................................. 17
2.1.6.4 Ciprofloxacin .......................................................................................... 19
2.1.6.5 Gentamicin ............................................................................................ 19
2.1.7 Uji Antibiotik Susceptibility Test (AST) .................................................... 20
2.2 Kerangka Teori.............................................................................................. 23
2.3 Kerangka Konsep .......................................................................................... 24
2.5 Definisi Operasional...................................................................................... 25
BAB 3 Metodologi Penelitian ............................................................................. 26
3.1 Desain Penelitian ........................................................................................... 26
3.2 Lokasi danWaktu Penelitian ......................................................................... 26
3.3 Kriteria Sampel ............................................................................................. 26
3.3.1 Kriteria Inklusi ........................................................................................ 26
3.3.2 Kriteria Eksklusi...................................................................................... 26
3.4 Populasi dan Sampel ..................................................................................... 26
3.5 Variabel Penelitian ........................................................................................ 27
3.5.1 Variabel Bebas ........................................................................................ 27
3.5.2 Variabel Terikat ...................................................................................... 27
3.6 Cara Kerja Penelitian .................................................................................... 27
3.6.1 Alat dan Bahan ........................................................................................ 27
3.6.2 Cara Kerja ............................................................................................... 38
3.7 Alur Penelitian ............................................................................................. 32
BAB 4 Hasil dan Pembahasan ............................................................................ 33
4.1 Uji TPC (Total Plate Count) ........................................................................ 33
4.2 Isolasi Bakteri pada Media Spesifik dan Uji Pewarnaan Gram ................... 36
4.2.1 Isolasi Bakteri pada Media Spesifik ........................................................... 36
4.2.2 Uji Pewarnaan Gram .................................................................................. 38
4.3 Uji AST (Antibiotic Susceptibility Test) ...................................................... 39
BAB 5 Simpulan dan Saran ............................................................................... 44
5.1 Simpulan ....................................................................................................... 44
5.2 Saran ............................................................................................................. 44
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 45
LAMPIRAN ........................................................................................................ 51
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... 56
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Gambaran Struktur Bakteri Escherichia coli dengan pili ............. 4
Gambar 2.2. Gambaran Bakteri Escherichia coli perbesaran 1000x .................. 5
Gambar 2.3. Hasil inokulasi Escherichia coli pada media Endo Agar ............... 5
Gambar 2.4. Gambaran mikrograf elektron Shigella sp .................................... 8
Gambar 2.5. Skema pathogenesis bakteri Shigella sp.........................................10
Gambar 2.6. Pengenceran sampel pada uji TPC .................................................11
Gambar 2.7. Metode inokulasi spread plate .......................................................12
Gambar 2.8. Telur Balado ...................................................................................15
Gambar 2.9. Struktur kimiawi Amoxicillin .........................................................18
Gambar 2.10. Skema mekanisme kerja Amoxicillin. ..........................................18
Gambar 2.11. Struktur kimiawi Ciprofloxacin ...................................................19
Gambar 2.12. Struktur kimiawi Gentamicin .......................................................20
Gambar 2.13. Metode Broth Dilution Test .........................................................21
Gambar 2.14. Hasil Metode Gradien Antimikroba .............................................21
Gambar 2.15. Hasil Uji AST dengan metode Kirby Bauer.................................22
Gambar 4.1. Koloni bakteri pada media padat NA (Nutrient Agar) ...................34
Gambar 4.2. Hasil Isolasi Bakteri pada Media Spesifik Endo Agar dan SSA ....37
Gambar 4.3. Hasil Pewarnaan Gram (perbesaran 10x100) .................................38
Gambar 4.4. Hasil uji antibiotik dengan metode disk diffusion. .........................39
xi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Jumlah Koloni Bakteri yang Terdapat di Setiap Sampel ...................35
Grafik 4.2 Hasil Uji Resistensi Escherichia coli Terhadap Antibiotik Amoxicillin,
Ciprofloxacin dan Gentamicin ......................................................... 40
Grafik 4.3 Hasil Uji Resistensi Shigella sp. Terhadap Antibiotik Amoxicillin,
Ciprofloxacin dan Gentamicin ......................................................... 42
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Jumlah Koloni Bakteri dalam Setiap Pengenceran ............................33
Tabel 4.2. Jumlah Koloni Bakteri dalam Setiap Sampel ....................................34
Tabel 4.3. Tabel Hasil Pengamatan Warna Koloni Bakteri yang Tumbuh di Media
Spesifik ...............................................................................................36
Tabel 4.4. Hasil Uji Resistensi Escherichia coli Terhadap Antibiotik Amoxicillin,
Ciprofloxacin, dan Gentamicin...........................................................39
Tabel 4.5. Hasil Uji Resistensi Shigella sp. Terhadap Antibiotik Amoxicillin,
Ciprofloxacin, dan Gentamicin...........................................................41
xiii
DAFTAR SINGKATAN
AST
= Antibiotic Susceptibility Test
BPOM
= Badan Pengawas Obat dan Makanan
CFU
= Colony Forming Unit
SSA
= Salmonella-Shigella Agar
WHO
= World Health Organization
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Alat dan bahan penelitian ................................................................51
Lampiran 2 Hasil Total Plate Count ..................................................................53
Lampiran 3 Cara Kerja Uji Antibiotik Metode Disk Diffusion ...........................54
Lampiran 4 Tabel Uji Sensitivitas Antibiotik .....................................................55
Lampiran 5 Riwayat Hidup Penulis ....................................................................56
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan yang aman dan bergizi merupakan salah satu kunci untuk hidup
sehat, oleh karena itu keamanan makanan yang masuk ke dalam tubuh
manusia harus dijaga.1 Menurut Undang-undang No. 36 tahun 2009, makanan
yang tidak aman atau tercemar (terkontaminasi) dapat menyebabkan gangguan
kesehatan.2 Bedasarkan data yang dikeluarkan oleh WHO, diperkirakan
sekitar 2 juta orang meninggal setiap tahunnya karena makanan dan air yang
tidak aman.1 Menurut Riskesdas tahun 2013, prevalensi penyakit menular
yang disebabkan oleh makanan dan air terkontaminasi (diare) mencapai 3,5%
dari seluruh penduduk Indonesia, begitu juga pada provinsi Banten yang
memiliki prevalensi penyakit menular yang disebabkan oleh makanan
tercemar sebanyak 3,5% dari total penduduk.3
Salah satu kontaminan yang dapat mencemari makanan adalah bakteri,
beberapa diantaranya adalah Escherichia coli dan Shigella sp.4,5 Banyak
penelitian menunjukkan beberapa makanan pada kantin warung makan telah
terkontaminasi bakteri. Pada penelitian Pagiu dkk (2013) mengenai
kontaminasi mikroba patogen pada jajanan gorengan di Universitas
Hasanuddin Makassar, ditemukan adanya kontaminasi bakteri Escherichia
coli6. Kontaminasi bakteri Escherichia coli juga didapatkan dari penelitian
yang dilakukan oleh Kurniadi (2013) pada jajanan dari kantin sekolah dasar
kecamatan Bangkinang7. Kontaminasi bakteri Shigella sp juga ditemukan pada
penelitian yang dilakukan oleh Yusuf (2004) yang mendapatkan kontaminasi
bakteri tersebut pada jajanan di kantin asrama putrid Institut Pertanian Bogor.8
Kontaminasi bakteri pada makanan disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah lamanya waktu pajanan dengan lingkungan sekitar, suhu,
pH, proses pembuatan (kontaminasi silang dan higienitas pembuat makanan),
serta penyimpanan.9 Hal tersebut terkadang terjadi pada warung makan atau
kantin. Sanitasi yang kurang baik pada kantin dapat mempercepat
1
2
pertumbuhan bakteri dalam makanan sehingga makanan menjadi tidak aman
dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan.4
Kantin adalah tempat menjajakan makanan dan minuman di Instansiinstansi seperti sekolah, kampus, atau perkantoran, termasuk 11 kantin yang
berada di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sejauh ini belum ada data
pasti mengenai tingkat sanitasi seluruh kantin yang berada di UIN Jakarta.
Kantin kampus UIN Jakarta menjual beraneka ragam makanan, salah satunya
adalah telur balado.
Telur Balado merupakan salah
satu makanan yang lumayan banyak
diminati oleh masyarakat Indonesia karena lauk ini memiliki harga yang
relatif murah disbanding lauk ayam atau daging . Masyarakat Indonesia juga
tergolong sering mengkonsumsi telur dan produk telur, hal ini dapat dilihat
dari konsumsi telur ayam masyarakat Indonesia yang mencapai 0,199
Kg/kapita/minggu.10 Hal tersebut dapat dilihat dari pengeluaran rata-rata
perkapita per bulan penduduk Tangerang tahun 2011 untuk konsumsi telur dan
susu adalah 2.94% dari total pengeluaran, lebih tinggi dari pengeluaran untuk
daging yaitu 1.80%.11
Masakan telur balado diproses dengan cara perebusan telur lalu ditumis
bersama bumbu sambal balado.12 Proses pengolahan masakan pada suhu
tinggi seharusnya dapat meminimalisasi kontaminasi bakteri. Tetapi selain
proses masak banyak faktor lain yang dapat menyebabkan kontaminasi bakteri
pada makanan. Saat jumlah bakteri melebihi ambang batas maksimal dalam
makanan, kita memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan gangguan
kesehatan.9
Gangguan kesehatan yang disebabkan oleh infeksi bakteri membutuhkan
terapi antibiotik. Penggunaan antibiotik harus dengan dosis dan pemakaian
yang tepat agar menghindari terjadinya resistensi. Tetapi sampai saat ini,
masih banyak penggunaan antibiotik di Indonesia yang tidak sesuai dengan
aturan. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional, ketidakpatuhan penggunaan
antibiotik, dan tinggi frekuensi penggunaan antibotik pada sektor peternakaan
menyebabkan resistensi bakteri terhadap antibiotik. Bakteri yang resisten
3
terhadap antibiotik ini dapat sampai pada makanan lewat host dan
menyebabkan infeksi saluran cerna dengan bakteri yang telah resisten.13
Berdasarkan latar belakang di atas penulis ingin mengetahui bagaimana
“Deteksi Bakteri Escherichia coli dan Shigella sp dalam Telur Balado serta
Resistensinya terhadap Beberapa Antibiotik”.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana jumlah koloni bakteri, keberadaan bakteri Escherichia coli dan
Shigella sp dalam telur balado, serta pola resistensinya terhadap beberapa
antibiotik?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Mendeteksi jumlah koloni bakteri, keberadaan bakteri Escherichia coli
dan Shigella sp dalam telur balado, serta pola resistensinya terhadap
beberapa antibiotik.
1.3.2
Tujuan Khusus
1. Mengetahui jumlah koloni bakteri yang terkandung dalam telur balado
di kantin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Mengetahui keberadaan bakteri Escherichia coli dan Shigella sp dalam
telur balado di kantin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Mengetahui pola resistensi bakteri Escherichia coli yang ditemukan
terhadap antibiotik Amoxicillin, Ciprofloxacin, Gentamicin.
4. Mengetahui pola resistensi bakteri Shigella sp yang ditemukan
terhadap antibiotik Ciprofloxacin.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Menambah pengetahuan dalam bidang penelitian mikrobiologi pangan.
2. Menambah wawasan kepada masyarakat tentang resistensi antibiotik
amoxicillin, ciprofloxacin, dan gentamicin pada bakteri yang ditemukan.
3. Hasil penelitian dapat menjadi pengetahuan tambahan bagi peneliti dalam
bidang mikrobiologi makanan dan resistensi bakteri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1
Bakteri Escherichia coli
2.1.1.1 Morfologi dan Klasifikasi
Bakteri Escherichia coli adalah bakteri anaerob fakultatif dari
famili Enterobacteriaceae yang umumnya ditemukan pada saluran cerna
bagian bawah hewan berdarah panas dan manusia. Bakteri ini berukuran
0,4-0,7 µmx 1,4 µm, bersifat Gram negatif, serta memiliki morfologi
berupa basil pendek (kokobasil). Kebanyakan strain dari Escherichia coli
tidak berbahaya, namun sebagian kecil dari jenis-jenis Escherichia coli,
seperti serotype O157 :H7, bisa menyebabkan diare berat.14,15,16
Gambar 2.1 Gambaran Struktur Bakteri Escherichia coli dengan pili.17
Klasifikasi Taksonomi16,17
Kingdom
: Bacteria
Filum
: Proteobacteria
Kelas
: Gamma Proteobacteria
Ordo
: Enterobacteriales
Famili
: Enterobacteriaceae
Genus
: Escherichia
Spesies
: Escherichia coli
4
5
2.1.1.2 Biakan dan Sifat Pertumbuhan
Gambar 2.2. Gambaran Bakteri Escherichia coli pembesaran 1000x.18
Hasil uji biokimia bakteri Escherichia coli akan mengeluarkan
hasil positif pada tes indol, lisin dekarboksilase, asetat dan fermentasi
manitol, gula-gula (glukosa, laktosa, maltosa), serta menghasilkan asam
dan gas pada glukosa, namun bakteri ini tidak menghasilkan pigmen
kuning. Bakteri Escherichia coli juga akan mengeluarkan hasil positif
pada tes IMVIC. Pada media selektif Endo Agar, koloni bakteri
Escherichia coli akan menimbulkan warna merah dengan kilat logam,
sedangkan pada media EMB Agar bakteri ini akan memunculkan koloni
warna kehijauan dengan bintik hitam ditengah koloni serta gambaran kilat
logam. Pada Media Mac Conkey Agar, bakteri Escherichia coli akan
menghasilkan gambaran morfologi koloni berwarna merah muda. Pada
pewarnaan Gram bakteri ini akan memberikan gambaran batang pendek
berwarna merah.15,16,17
Gambar 2.3. Hasil inokulasi Escherichia coli pada media Endo Agar.48
6
2.1.1.3 Patogenesis Escherichia coli
Secara umum bakteri Escherichia coli memiliki setidaknya 2 tipe
fimbriae (adhesion), yaitu pili serta CFAs I dan II yang penting bagi
perlekatan sel bakteri terhadap sel pejamu.
Bakteri
Escherichia coli juga memiliki 2 macam enterotoksin
berupa toksin LT (tidak tahan panas) dan toksin ST (tahan panas). Toksin
LT pada bakteri ini berfungsi untuk meningkatkan aktivitas dari enzim
adenil siklase yang berada di dalam usus halus dan juga meningkatkan
permeabilitas sel epitel. Kedua hal tersebut menyebabkan cairan
berkumpul di dalam lumen usus dan terjadilah diare. Toksin ST
mengganggu sistem saluran pencernaan dengan mengaktivasi enzim
guanilat siklase yang akhirnya akan menyebabkan sekresi ion natrium dan
klorida, mengakibatkan sekresi air di usus dan menjadikan feses yang
keluar cair (diare).16,17
Sampai sekarang, telah ditemukan 4 virotipe bakteri Escherichia
coli yang menyebabkan penyakit diare, yaitu :16,18
a.
Enterotoxigenic E. coli (ETEC)
Merupakan
verotipe
yang
memiliki
kedua
toksin
Escherichia coli LT dan ST. ETEC tidak menginvasi sel mukosa
usus, melainkan setelah bakteri ini melekat, subunit A dari ETEC
akan masuk dan mengeluarkan LT dan/atau ST yang akan
mengakibatkan hipersekresi ion dan air, membuat konsentrasi feses
menjadi lebih encer. Bertambah banyaknya volume air juga
membuat lumen usus menegang dan terjadi manifestasi klinis
diare. Gejala klinis infeksi ETEC adalah diare tanpa demam.16,18
b.
Enteroinvasive E. coli (EIEC)
EIEC merupakan verotipe Escherichia coli yang tidak
memproduksi toksin LT maupun ST, serta tidak memiliki fimbriae,
namun mempunyai adhesin spesifik seperti bakteri Shigella sp..
Mekanisme patogenesisnya pun mirip dengan bakteri Shigella sp.,
yaitu melekat lalu menginvasi sel mukosa usus dan menyebabkan
7
inflamasi. Gejala klinisnya adalah watery diarrhea, demam, dan
beberapa gejala seperti shigellosis.16,18
c.
Enteropathogenic E. coli (EPEC)
Bakteri EPEC seringkali menyerang bayi terutama di
negara-negara berkembang. EPEC juga tidak memproduksi toksin
LT dan ST, namun memiliki suatu protein yang dinamakan EPEC
adherence factor (EAF) dan sebuah adhesin yaitu intimin yang
akan mengaktifkan perlekatan bakteri tersebut ke sel-sel mukosa
usus. Proses perlekatan ini menyebabkan rearrangement pada aktin
di sel mukosa. Jadi, walaupun EPEC tidak invasif seperti EIEC,
EPEC menyebabkan inflamasi seperti EIEC.Gejala klinis EPEC
adalah watery diarrhea, demam, dan kadang keluar darah.16,18
2.1.1.4 Fisiologi
Bakteri Escherichia coli dapat tumbuh pada suhu 7- 80C sampai
dengan 460C dan dapat bertahan hidup hingga pada suhu 600C. Bakteri ini
bisa bertahan hidup pada rentang pH 4,4 – 1045. Pajanan manusia terhadap
bakteri Escherichia coli bisa dari makanan dan air yang terkontaminasi
maupun kontak secara langsung. Bakteri ini biasanya memiliki masa
inkubasi selama 3-4 hari.18,19
Sampai sekarang sudah banyak studi yang melaporkan resistensi
bakteri Escherichia coli terhadap antibiotik, salah satunya adalah pada
penelitian yang dilakukan pada tahun 1998-2001 yang mengemukakan
prevalensi ESBL (Extended Spectrum Beta-lactamase) Escherichia coli,
ataupun bakteri Escherichia coli yang telah resisten pada antibiotik
golongan beta-laktam, pada negara Cina ditemukan sebesar 24%, Hong
Kong 13%, Taiwan 13,8%, Filipina 6,2%, serta Singapura 4%.20
8
2.1.2
Bakteri Shigella sp
2.1.2.1 Morfologi dan Klasifikasi
Bakteri Shigella sp. merupakan bakteri fakultatif anaerob bersifat
Gram negatif yang tidak berspora, tidak bermotil, tidak berflagel, dan
berbentuk batang yang memiliki famili sama dengan Escherichia coli serta
beberapa
bakteri
penyebab
penyakit
saluran
cerna
lain,
yaitu
Enterobacteriaceae.Bakteri ini memiliki ukuran 0,5-0,7 µm x 2-3 µm.16,17
Klasifikasi Taksonomi Shigella sp. 16,17
Kingdom
: Bacteria
Filum
: Proteobacteria
Kelas
: Gamma Proteobacteria
Ordo
: Enterobacteriales
Famili
: Enterobacteriaceae
Genus
: Shigella
Spesies
: Shigella sp.
Gambar 2.4. Gambaran Mikrograf elektron Shigella sp.21
2.1.2.2 Biakan dan Sifat Pertumbuhan
Dalam uji biokimia bakteri Shigella sp tidak memfermentasikan
laktosa, tapi akan meragi manitol (kecuali Shigella dysentriae), maltosa ,
glukosa, dan positif pada tes indol namun tidak menghasilkan gas. Shigella
sp. juga tidak akan menghasilkan gas H2S serta akan berhasil negatif pada
9
uji sitrat. Pada media selektif Salmonella Shigella Agar dan Eosin
Methylene Blue Agar, koloni bakteri ini akan menghasilkan warna bening
dengan ukuran 2 mm setelah 24 jam inkubasi dengan bentuk konveks dan
sirkular. Bakteri Shigella sp akan menghasilkan gambaran morfologi
koloni warna merah muda terang dan bening pada Mac Conkey
Agar.14,16,17
2.1.2.3 Patogenesis Shigella sp.
Bakteri Shigella sp. adalah bakteri penyebab penyakit shigellosis,
yang memiliki gejala klinis berupa watery diarrhea, demam, dan nyeri
perut yang terjadi secara akut lalu dapat diikuti dengan diare berdarah.
Genus Shigella terbagi menjadi 4 spesies, yaitu S. dysentriae (terdiri atas
15 serotipe), S. flexneri (terdiri atas 14 serotipe), S. boydii (terdiri atas 20
serotipe), S. sonnei (terdiri atas 1 serotipe). Diantara semua spesies dan
serotipe yang telah ditemukan,Shigella dysentriae menyebabkan gejala
klinis shigellosis terberat. Kebanyakan serotipe bakteri genus Shigella
akan mensekresikan shigella enterotoxin 2, namun pada Shigella
dysentriae serotipe 1 dapat mensekresikan shiga toxin yang memiliki efek
sitotoksik, enterotoksik dan neurotoksik pada sel-sel epitel usus.16,21,22
Berdasarkan Gambar 2.5, pada saat bakteri Shigella sp masuk ke
dalam lumen usus, bakteri tersebut memicu microfold cells sehingga
bakteri dapat masuk ke mukosa usus. Setelah masuk dengan proses
transistosis dan berada di kantong intraepitel, bakteri Shigella sp dimakan
oleh makrofag. Bakteri ini segera menginduksi apoptosis yang
menyebabkan makrofag mati dan melepaskan sitokin pro-inflamasi. Hal
ini memicu inflmasi saluran cerna dan akan menyebabkan manifestasi
klinis diare encer.23
10
Gambar 2.5. Skema patogenesis bakteri Shigella sp.23
2.1.2.4 Fisiologi dan Faktor Virulensi
Bakteri Shigella sp. termasuk ke dalam bakteri mesofil (dapat
bertahan hidup hingga suhu 470C dengan suhu minimum 60C) dan dapat
tumbuh pada lingkungan yang memiliki pH 5-9. Kadar garam maksimal
lingkungan yang aman bagi bakteri ini adalah 5%.16,24 Karakter-karakter
tersebut
membuat
bakteri
mengkontaminasi makanan.
Shigella
sp.
lebih
mudah
untuk
11
Bakteri Shigella sp. dapat ditransmisikan lewat rute fecal-oral, baik
secara kontak langsung maupun dengan konsumsi makanan atau air yang
terkontaminasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nygren dkk
(2012) ada beberapa faktor yang berkontribusi atas kasus-kasus KLB
(Kejadian Luar Biasa) shigellosis di Amerika Serikat, yaitu penyaji
makanan yang telah terinfeksi, pengaturan suhu yang tidak adekuat, dan
pencucian alat-alat masak / persiapan masakan yang tidak benar.25
2.1.3
Uji Total Plate Count
Gambar 2.6. Pengenceran sampel pada uji TPC.26
Uji Total Plate Count adalah sebuah uji untuk mendeteksi
kuantitas (jumlah) dari sel-sel bakteri yang berada pada bahan yang
diujikan. Pada metode uji ini dianggap setiap sel bakteri yang ada akan
tumbuh menjadi satu koloni. Teknik ini dimulai dari pengenceran bahan
yang diuji lalu diinokulasi pada media. Setelah media diinkubasi, lalu
koloni yang terdapat pada media dihitung dengan colony counter dengan
criteria inklusi jumlah koloni dalam 1 cawan adalah 30-300 koloni. Uji ini
dilakukan dengan cara menghancurkan atau menghaluskan sampel
makanan yang diuji lalu dihomogenisasi dengan Nutrien Broth (NB)
ataupun akuades dengan pengenceran 100, setelah itu dilakukan
pengenceran hingga 10-6. Hasil pengenceran diinokulasi dalam media
padat Nutrien Agar serta diduplo dengan metode spread plate,
lalu
diinkubasi dalam suhu 37oC selama 24 jam. Setelah diinkubasi hitung
jumlah koloni bakteri yang muncul.26,27
12
Gambar 2.7. Metode inokulasi spread plate.26
Setelah jumlah bakteri dalam semua plate dihitung, maka jumlah
bakteri yang masuk dalam rentang 30-300 koloni dimasukkan ke dalam
rumus:27
π‘˜π‘œπ‘™π‘œπ‘›π‘– π‘π‘’π‘Ÿ π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š = π‘—π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘˜π‘œπ‘™π‘œπ‘›π‘– ×
1
π‘˜π‘œπ‘›π‘ π‘’π‘›π‘‘π‘Ÿπ‘Žπ‘ π‘– π‘π‘’π‘›π‘”π‘’π‘›π‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘›
Contoh :
Pada sampel X didapakan 67 koloni di pengenceran 10-3, 34 di
pengenceran 10-4, 1 koloni di 10-5, dan tidak ada koloni pada pengenceran
10-6. Hanya jumlah koloni di pengenceran 10-3 dan 10-4 yang termasuk
dalam rentang 30-300 koloni, maka hanya kedua jumlah koloni tersebut
yang dimasukkan kedalam rumus.
a. Koloni per gram pada pengenceran 10-3 = 67 × 1/10-3 = 67 × 103 = 6,7
× 104 koloni/gram
b. Koloni per gram pada pengenceran 10-4 = 34 × 1/10-4 = 34 × 104 = 3,4
× 105 koloni/gram
13
Setelah diketahui nilai koloni per gram pada setiap pengenceran,
jumlah kuman pada satu sampel dapat dihitung dengan rumus:27
π‘π‘Žπ‘˜π‘‘π‘’π‘Ÿπ‘– (πΆπΉπ‘ˆ/π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š) =
2.1.4
π‘Žπ‘˜π‘’π‘šπ‘’π‘™π‘Žπ‘ π‘– π‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘˜π‘œπ‘™π‘œπ‘›π‘– π‘‘π‘Žπ‘™π‘Žπ‘š 1 π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’π‘™
π‘—π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘π‘’π‘›π‘”π‘’π‘›π‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘› π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘‘π‘–β„Žπ‘–π‘‘π‘’π‘›π‘”
Cemaran Makanan
2.1.4.1 Cemaran Bakteri pada Makanan
Bedasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor HK.00.06.1.52.4011 tahun 2009, yang
dimaksud dengan pangan tercemar adalah makanan yang mengandung zatzat yang dapat merugikan tubuh. Cemaran pangan yang melebihi ambang
batas dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan dan menyebabkan
timbulnya penyakit.28 Cemaran menurut peraturan BPOM ini dibagi
menjadi dua kelompok besar, yaitu cemaran kimia dan cemaran biologi.
Cemaran kimia adalah cemaran yang berasal dari senyawa kimia, sebagai
contoh cemaran logam berat, cemaran seng dan zat kimia lain. Cemaran
biologi yaitu cemaran yang berasal dari makhluk hidup, contohnya
cemaran bakteri.28
Cemaran bakteri pada makanan yang melebihi batas maksimal
dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti foodborme disease atau
keracunan makanan jika dikonsumsi.28 Beberapa jenis bakteri patogen
yang dapat menyebabkan keracunan makanan adalah Salmonella sp.,
Enterohaemorrhagic
Escherichia coli (EHEC), Shigella dysentriae,
Campylobacter jejuni, Staphylococcus aureus dan bakteri-bakteri patogen
lain. Gejala klinis yang sering muncul pada foodborme disease adalah
diare, atau juga dapat diikuti dengan gejala saluran cerna lain.19 Makanan
yang memiliki potensial tinggi terjadinya cemaran bakteri adalah daging
(baik mentah maupun yang telah dimasak) dan produk ternak, ikan laut,
salad, makanan kaleng, dan makanan siap santap.9
Cemaran bakteri pada makanan dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu9,29 :
14
a.
Lama Penyimpanan
Secara umum makanan yang dimasak seharusnya dimakan dalam
kurun waktu empat jam. Dua juta bakteri diketahui dapat tumbuh
dalam makanan dalam waktu tujuh jam.
b.
Suhu
Bahan makanan mentah sangat dianjurkan untuk disimpan dalam suhu
dibawah dari 5oC, sedangkan makanan yang telah dimasak
dihidangkan dalam suhu diatas 60oC.
c.
Higienitas Pembuat Makanan
Menurut Minor dan Marth (1976), Higienitas pembuat makanan
merupakan hal yang sangat penting untuk dievaluasi. Higienitas
pembuat makanan yang buruk dapat menjadi ancaman bagi kesehatan
para konsumen.30 Pembuat makanan yang sedang mengalami diare
atau muntah-muntah dapat menularkan bakteri kepada konsumen
lewat makanan.
d.
pH
pH makanan juga menjadi salah satu faktor penting pada cemaran
bakteri. Masing-masing bakteri memiliki batas rentang pH, misalkan
rentang pH yang cocok untuk bakteri Escherichia coli adalah 4,4 –
10.31
e.
Kontaminasi Silang
Kontaminasi silang terjadi saat satu objek terkontaminasi bakteri oleh
objek lain baik dengan kontak langsung maupun tidak langsung. Halhal yang dapat menyebabkan kontaminasi silang diantaranya:32
ο‚·
Menggunakan peralatan masak yang sama baik pada makanan
mentah maupun makanan siap santap.
ο‚·
Membiarkan makanan pada area terbuka dalam waktu lama.
ο‚·
Menggunakan kain lap pada objek berbeda-beda, seperti meja
makan dan peralatan makan.
ο‚·
Satu
kain
handuk
secara
bersama
digunakan
mengeringkan tangan, peralatan dapur, dan piring.
untuk
15
2.1.4.2 Pencegahan Cemaran Bakteri pada Makanan
Cemaran bakteri pada makanan dapat disebabkan oleh penanganan
makanan yang tidak higienis dan dengan sanitasi yang buruk. Hal-hal
berikut yang dapat meminimalisasi terjadinya pencemaran makanan
adalah:9,33
a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah mengolah makanan, serta
mencuci dan membersihkan peralatan masat serta perlengkapan makan
sebelum dan setelah digunakan
b. Tidak meletakkan makanan matang pada wadah yang sama dengan
pangan mentah.
c. Memasak makanan harus sampai matang dengan sempurna, dan
memanaskan makanan harus dilakukan sampai suhu > 700C selama
kurang lebih 20 menit.
d. Jarak waktu antara proses memasak dan konsumsi makanan sebaiknya
dalam periode 2 jam.
2.1.5
Masakan Telur Balado
Gambar 2.8. Telur Balado.12
Telur balado merupakan makanan khas Indonesia yang terdiri dari
telur rebus lalu digoreng sebentar dan disajikan dengan sambal balado,
yang terdiri dari cabai merah besar, cabe merah keriting, tomat, air asam
jawa dan bawang merah.12
Telur ayam sendiri memiliki kandungan nutrisi energi sebesar 72
kalori, total lemak 5 gram dan protein 6,3 gram per butirnya.34 Selain
16
sebagai sumber protein , telur ayam juga memiliki zat yang berpotensi
sebagai antibakteri, yaitu lisozim yang ditemukan pada putih telur.35
Salah satu bahan dari sambal balado adalah cabe. Beberapa
penelitian menemukan bahwa cabe
memiliki efek antimikroba. Pada
penelitian olehSoetarno (1997) ditemukan bahwa cabe merah besar
(Capsicum annuum), cabe merah keriting (Capsicum annuumvar.
Longum) memiliki efek antimikroba pada bakteri Staphylococcus aureus,
Escherichia coli, dan Bacillus subtillis.36
Bahan lain yang terdapat pada telur balado adalah tomat. Selain
memiliki manfaat sebagai antioksidan, tomat juga memiliki efek terhadap
pengurangan jumlah bakteri. Pada penelitian yang dilakukan Hidayah
(2014), ditemukan bahwa kombinasi pasta tomat dan susu probiotik dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus.37
2.1.6
Antibiotik
Antibiotik merupakan jenis obat yang bekerja untuk menghambat
pertumbuhan bakteri dengan berbagai
macam
mekanisme,
yaitu
diantaranya dengan merusak proses metabolisme selular bakteri,
memperlambat pembentukan dinding sel, merusak permeabilitas membran
sel bakteri, menahan laju pembentukkan protein, dan yang menghancurkan
asam nukleat dalam bakteri.38,39
2.1.6.1 Mekanisme Kerja Antibiotik
Berdasarkan mekanisme kerja, antibiotik dibagi menjadi 5
kelompok besar, yaitu:38,40
a. Menghambat metabolisme sel bakteri
Antibiotik
kelompok
ini
bekerja
dengan
cara
mengganggu
pembentukkan asam folat. Asam folat yang terbentuk menjadi tidak
berfungsi dan mengganggu hidup bakteri. 38,40
17
b. Menghambat sintesis dinding sel bakteri
Ketika sintesis dinding sel bakteri dihambat oleh antibiotik, tekanan
osmotik dalam sel bakteri yang lebih tinggi dari tekanan di luar sel
mengakibatkan terjadi lisis pada sel bakteri.36,38
c. Mengganggu keutuhan membran sel bakteri
Antibiotik
dapat
mengganggu
keutuhan
sel
bakteri
sehingga
komponen-komponen dalam sel (protein, asam nukleat, nukleotida)
keluar. 38,40
d. Menghambat sintesis protein sel bakteri
Antibiotik dapat mengambat sintesis protein dengan cara berikatan
pada ribosom sel bakteri, sehingga akan menghasilkan protein yang
tidak fungsional. 38,40
e. Menghambat sintesis asam nukleat bakteri
Antibiotik akan berikatan dengan enzim polymerase-RNA sehingga
menghambat sintesis RNA dan DNA bakteri. 38,40
2.1.6.2 Resistensi Antibiotik
Resistensi antibiotik merupakan suatu kejadian dimana antibiotik
dalam dosis terapetik tidak bisa bekerja efektif terhadap bakteri yang
berada di dalam tubuh. Resistensi obat antibiotik banyak dipengaruhi oleh
seringnya
konsumsi
antibiotik
oleh
masyarakat
dan
banyaknya
penggunaan antibiotik tidak secara rasional.38,39 Secara keseluruhan,
bakteri mengalami resistensi terhadap antibiotik karena obat tidak dapat
mencapai tempat kerjanya di dalam sel, inaktivasi obat, dan bakteri
mengubah tempat ikatan.38
2.1.6.3 Amoxicillin
Amoxicillinyang pertamakali ditemukan pada tahun 1972 ini
merupakan termasuk salah satu jenis obat Penisilin yang termasuk
golongan antibiotik betalaktam. Seperti golongan betalaktam lainnya,
Amoxicillin bekerja dengan cara berikatan dengan penicillin-binding
protein pada dinding bakteri lalu akan menghambat enzim transpeptidase
18
yang berikatan silang dengan ikatan-ikatan peptida yang menempel pada
peptidoglikan, yang mengakibatkan terhambatnya sintesis peptidoglikan
dinding sel bakteri yang menjadikan sel rusak (lisis sel).39,40
Gambar 2.9. Struktur kimiawi Amoxicillin.40
Diantara obat-obatan golongan penicillin, Amoxicillin termasuk
sensitif terhadap bakteri golongan enterococcus dan juga termasuk salah
satu obat yang diserap tinggi dalam saluran pencernaan setelah
administrasi oral.Amoxicillin saat ini menjadi salah satu antibiotik yang
paling sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.41
Gambar 2.10. Skema mekanisme kerja Amoxicillin.42
Saat ini sudah diketahui beberapa mekanisme resistensi terhadap
golongan penicillin, diantaranya adalah:43
a. Pembentukkan
cincin
beta-laktamase
yang
dilakukan
karena
perubahan genetik (enzim yang menghidrolisis cincin beta-laktam pada
obat golongan penicillin) οƒ  banyak terjadi pada bakteri Gram negatif.
19
b. Perubahan struktur penicillin-binding protein sehingga obat tidak bisa
bekerja.
c. Obat tidak dapat mencapai penicillin-binding protein.
2.1.6.4 Ciprofloxacin
Ciprofloxacin merupakan suatu obat dari golongan fluoroquinolon
yang memiliki atom fluor pada sisi 6 dalam struktur molekulnya. Daya
obat golongan fluoroquinolon jauh lebih kuat dan diabsorbsi lebih banyak
saluran cerna dibandingkan golongan kuinolon yang lama.38,39
Gambar 2.11. Struktur kimiawi Ciprofloxacin.40
Ciprofloxacin memiliki mekanisme kerja menghambat enzim DNA
gyrase dan Topoisomerase IV yang menyebabkan tidak ada hambatan
pada putaran berlebihan pada rantai double helix DNA sehingga replikasi,
transkripsi, dan rekombinasi DNA bakteri tidak terjadi.38,40
Ciprofloxacin saat ini masih menjadi obat yang sangat ampuh pada
bakteri Gram negatif seperti Escherichia coli, Proteus sp, Klebsiella, dan
bakteri golongan Enterobacter.38
2.1.6.5 Gentamicin
Gentamicin adalah salah satu obat yang termasuk ke dalam
golongan antibiotik aminoglikosida. Aminoglikosida adalah obat yang
tersusun dari 2 atau lebih gugus gula amino yang saling berikatan dengan
ikatan glikosidik. Obat golongan ini memiliki stabilitas yang cukup baik
sehingga bisa disimpan dalam jangka yang relatif panjang.39,42
20
Gambar 2.12. Struktur kimiawi Gentamicin.40
Mekanisme kerja obat golongan aminoglikosida paling
berpengaruh terhadap
bakteri Gram negatif. Substansi aminoglikosida
akan berdifusi melewati membran dan ketika sudah sampai di dinding sel,
obat ini akan terikat pada reseptor protein spesifik di subunit ribosom 30S
di ribosom, lalu aminoglikosida menghambat pembentukkan peptida yang
dibentuk oleh mRNA dan formyl methionine. Hal tersebut menyebabkan
terbentuknya protein yang tidak fungsional. Obat aminoglikosida juga
dapat menyebabkan pecahnya struktur polisom sehingga protein tidak
tersintesis. Obat ini juga memiliki sifat bakterisidal.39,40 Antibiotik
Gentamicin sering digunakan pada infeksi bakteri Gram negatif, terutama
bakteri Escherichia coli, Enterobacter sp., Proteus mirabilis dan
Pseudomonas aeruginosa.39
2.1.7
Uji Antibiotic Susceptibility Test (AST)
Antibiotic Susceptibility Test adalah salah satu uji yang sering
digunakan dalam mikrobiologi klinik. Uji AST memiliki fungsi untuk
mengetahui sensitivitas suatu antimikroba terhadap isolate-isolat bakteri
tertentu. Tujuan dari uji ini adalah untuk mendeteksi kemungkinan
resistensi obat antimikroba pada bakteri-bakteri patogen dan untuk
memastikan efektivitas obat terhadap infeksi tertentu. Metode pilihan yang
digunakan pada uji AST adalah:44
21
a. Broth Dilution Test
Broth Dilution Test merupakan salah satu uji resistensi antibiotik
yang pertama ditemukan. Metode ini dilakukan dengan cara
menginokulasikan suspense bakteri ke dalam tabung berisi dilusi
antibotik. Setelah diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 350C, tabungtabung tersebut diperiksa akan pertumbuhan bakteri dengan cara
melihat turbiditas. Konsentrasi terendah yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri direpresentasikan sebagai konsentrasi hambat
minimum (KHM).44
Gambar 2.13. Metode Broth Dilution Test.44
b. Antimicrobial Gradient Method
Uji ini menggunakan test strips yang dilapisi dengan antibiotik
konsentrasi gradien di tepi batang. Setelah inkubasi selama 24 jam,
hasil bisa terlihat dengan mengamati batangan dari atas cawan petri.
Konsentrasi hambat minimum (KHM) bisa ditentukan oleh batas dari
bagian bawah area hambat pertumbuhan bakteri.44
Gambar 2.14. Hasil Metode Gradien Antimikroba.44
22
c. Automated Instrument Systems
Automated Instrument Systems adalah penggunaan sistem otomatis
dalam mengukur senstivitas antibiotik. Penggunaan system otomatis
ini sering dapat memberikan hasil dalam durasi yang lebih cepat (< 24
jam). Kekurangan dari uji ini adalah kurangnya sensitivitas dalam
mendeteksi resistensi beberapa tipe resistensi antibotik, seperti
resistensi terhadap ß-laktamase dan resistensi vankomisin.44
d. Disk Diffusion Test
Gambar 2.15. Hasil Uji AST dengan metode Kirby Bauer. Gambar ini
memperlihatkan diameter zona hambat antibiotik.44
Metode disk diffusion susceptibility atau metode Kirby Bauer
merupakan uji AST yang praktis dan memiliki standar yang baik. Uji ini
dilakukan dengan cara menempatkan antibiotic disk dipermukaan Mueller
Hinton Agar yang telah dilapisi dengan inokulum bakteri. Cawan petri lalu
diinkubasi selama 16-24 jam dan setelahnya hitung diameter zona hambat
dalam satuan millimeter (mm).44 Hasil pengukuran diinterpretasi
menggunakan table sensitivitas antibiotik menurut Kirby-Bauer, misalkan
nilai resisten, intermediet, dan sensitif beberapa antibiotik sebagai berikut :
ο‚·
Nilai Intermediet
Amoxicillin
=
= 11-14 mm
Ciprofloxacin = 16-20 mm
Gentamicin
= 12-15 mm
23
2.2 Kerangka Teori
24
2.3 Kerangka Konsep
Telur Balado yang dijual di
kantin kampus UIN Jakarta
Pengenceran 10-3,104
,10-5, dan 10-6
Hitung jumlah koloni
(CFU/gr)
Interpretasi jumlah
bakteri (jika jumlah >
5x104 CFU/gr
dianggap tidak layak
konsumsi
Pewarnaan Gram
Isolasi bakteri di
media spesifik
Morfologi
Bakteri
Warna koloni pada
media selektif
Keberadaan Escherichia coli
(koloni merah kilat logam,
pewarrnaan Gram negatif
kokobasil)
keberadaan Shigella sp
(koloni bening, pewarrnaan
Gram negatif bentuk batang)
uji AST (Antibiotic
Susceptibility Test)
Diameter Zona Hambat
Antibiotik (table Kirby
Bauer)
Sensitif
Resisten
25
2.4 Definisi Operasional
No
Variabel
Pengukur
Alat Ukur
Cara Pengukuran
Skala
Pengukuran
1
Jumlah
Peneliti
bakteri dalam
Colony
Jumlah
Counter
bakteri di media
telur balado
2
Keberadaan
koloni Numerik
agar dihitung
Peneliti
bakteri
Escherichia
ο‚· Pengamatan
ο‚· Amati
warna ο‚· Koloni bakteri
ο‚· Mikroskop
koloni
di
warna
cahaya
media
Endo
logam
coli
merah
ο‚· Bakteri warna
Agar.
ο‚· Diamati
merah
dengan
berbentuk
perbesaran
kokobasil.
dan
10x100
3
Keberadaan
Peneliti
bakteri
Shigella sp
ο‚· Pengamata
ο‚·
ο‚· Mikroskop
Amati warna ο‚· Koloni bakteri
koloni
di
media SSA
cahaya
ο‚·
warna bening
ο‚· Bakteri warna
Diamati
merah
dengan
berbentuk
perbesaran
batang
10x100
4
5
6
Zona hambat Peneliti
Penggaris
Diameter
clear Numerik
antibiotik
(ketelitian
zone
Amoxicillin
hingga 1 mm)
dengan penggaris
Zona hambat Peneliti
Penggaris
Diameter
antibiotik
(ketelitian
zone
Gentamicin
hingga 1 mm)
dengan penggaris
Zona hambat Peneliti
Penggaris
Diameter
antibiotik
(ketelitian
zone
Gentamicin
hingga 1 mm)
dengan penggaris
diukur
clear Numerik
diukur
clear Numerik
diukur
dan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif, dengan melakukan
metode TPC (Total Plate Count) untuk mengetahui jumlah koloni yang
ada, pengamatan hasil isolasi pada media spesifik (Endo Agar dan SSA)
lalu uji pewarnaan Gram untuk melihat gambaran morfologi bakteri, yang
dilanjutkan dengan uji AST (Antibiotic Susceptibility Test) dengan metode
Kirby-Bauer.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan dari bulan Februari 2015 hingga Juni 2015
di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.3 Kriteria Sampel
3.3.1
Kriteria inklusi
Telur balado yang dijual pada hari yang sama dengan hari pengujian.
3.3.2
Kriteria eksklusi
Telur balado yang rusak secara fisik sebelum dilakukan pengujian.
Rusak secara fisik yang dimaksud adalah berbau apek/busuk, berubah
warna, dan berlendir.
3.4 Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah telur rebus balado yang dijual di
kantin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jumlah sampel yang
digunakan ditentukan dengan metode total sampling. Dari 11 kantin
yang berada di UIN Syarif Hifayatullah Jakarta, didapatkan 6 sampel
telur balado. 1 telur balado mewakilkan 1 kantin.
26
27
3.5 Variabel Penelitian
3.5.1
Variabel Bebas
ο‚·
Makanan telur balado di kantin kampus UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
3.5.2
Variabel Terikat
ο‚·
Pertumbuhan bakteri Escherichia coli dalam media Endo Agar.
ο‚·
Pertumbuhan bakteri Shigella sp. dalam media Salmonella Shigella
Agar (SSA).
ο‚·
Jumlah bakteri dalam sampel telur balado.
ο‚·
Zona
hambat
bakteri
antibiotik
Amoxicillin
pada
bakteri
Escherichia coli dan Shigella sp.
ο‚·
Zona hambat bakteri antibiotik Ciprofloksasin pada bakteri
Escherichia coli dan Shigella sp.
ο‚·
Zona
hambat
bakteri
antibiotik
Gentamicin
pada
bakteri
Escherichia coli dan Shigella sp.
3.6 Cara Kerja Penelitian
3.6.1
Alat dan Bahan
3.6.1.1 Bahan Uji
Bahan penelitian yang diujikan ialah makanan berupa telur balado
3.6.1.2 Bahan Penelitian
a. Media bakteri : Nutrien Broth (NB), Nutrien Agar (NA), Endo
Agar, Salmonella Shigella Agar (SSA), Mueller Hinton Agar
(MHA).
b. Bahan pewarnaan Gram : Gentian Violet, cairan lugol, alcohol
95%, Safranin.
c. NaCl 0,9%
d. Aquades
3.6.1.3 Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah tabung erlenmeyer,
magnetic stirrer, hot plate, tabung reaksi, rak tabung reaksi, blender,
28
timbangan digital, vortex, mikropipet, tip mikropipet, laminar air flow,
beaker glass, cawan petri, ose bulat, batang L, inkubator, oven,
autoclave, pinset, rak pewarnaan, object glass, colony counter,
penggaris (ketelitian 1 mm), mikroskop cahaya, serta alat-alat lain
yang lazim digunakan di laboratorium mikrobiologi.
3.6.2
Cara Kerja
1. Sterilisasi Alat
Alat-alat yang akan digunakan (cawan petri, pinset, ose) dibungkus
dengan kertas dan di oven hingga mencapai suhu 150oC. Alat-alat
yang lain (tabung reaksi, tabung erlenmeyer, tip mikropipet)
dibungkus dengan plastik dan sterilisasi dengan autoclave hingga
suhu mencapai 121oC dengan tekanan 1 atm selama 1 jam25,26,51.
2. Pembuatan Media Bakteri
a. Pembuatan Nutrient Broth (NB)
Masukkan Nutrient Broth kedalam beaker glass berisi aquades
500cc. Setelah itu aduk hingga homogen dengan magnetic
plate stirrer. Lalu masukkan Nutrien Broth sebesar 9 ml
kedalam tabung reaksi serta tabung Erlenmeyer, dan sterilkan
dengan autoclave hingga suhu 121oC dengan tekanan 1 atm
selama 1 jam.
b. Pembuatan Nutrient Agar (NA), Mueller Hinton Agar (MHA),
dan Endo Agar
Pembuatan ketiga media padat ini memiliki prinsip yang sama,
yaitu :
1. Masukkan bubuk media agar (Endo Agar sebanyak 18
gram) kedalam beaker glass berisi aquades 500 cc.
2. Aduk hingga homogen dengan magnetic stirrer dan hot
plate.
29
3. Masukkan agar yang telah homogen kedalam tabung
Erlenmeyer.
4. Sterilkan media agar dengan autoclave hingga suhu 121oC
dengan tekanan 1 atm selama 1 jam.
5. Masukkan agar ke cawan petri dengan prinsip steril (lap
meja terlebih dahulu dengan alkohol 70%, dan masukkan
dekat nyala api).
c. Pembuatan Salmonella Shigella Agar (SSA)
1. Sterilkan aquades dalam tabung Erlenmeyer sebanyak 500
cc dengan autoclave hingga suhu 121oC dengan tekanan 1
atm selama 1 jam.
2. Masukkan bubuk SSA sebanyak 30 gram kedalam aquades
yang telah steril.
3. Aduk hingga homogen dengan magnetic plate stirrer.
4. Masukkan agar ke cawan petri dengan prinsip steril (lap
meja terlebih dahulu dengan alkohol 70%, dan masukkan
dekat nyala api).
3. Uji TPC (Total Plate Count) dan Isolasi Bakteri di Media Spesifik
a. Haluskan sampel telur balado dengan blender steril, lalu ambil
sebanyak 20 gr.
b. Masukkan 20 gr sampel ke tabung Erlenmeyer berisi 180 ml
Nutrient Broth, lalu homogenkan suspensi dengan vortex.
c. Di dalam laminar air flow, pindahkan 1 ml suspensi dengan
pipet volumetric ke tabung reaksi dengan label 1 (10-1), lalu
kocok sebentar dengan vortex. Ulangi langkah ini hingga
tabung 6 (10-6).
d. Pindahkan 1 ml suspensi pada tabung 10-3,10-4,10-5, dan 10-6 ke
cawan petri berisi Nutrient Agar dengan label yang sama (dan
duplonya), lalu spread dengan batang L agar inokulasi bakteri
pada media NA.
30
e. Pindahkan 1 ml Nutrient Broth pada tabung ke 7 (kontrol) ke
cawan petri berisi Nutrient Agar dengan label yang sama, hal
ini dilakukan untuk melihat apakah NB terkontaminasi atau
tidak.
f. Pindahkan 0,1 ml suspensi ke cawan petri berisi media spesifik
Endo Agar dan SSA. Ratakan dengan ose bulat.
g. Masukkan semua cawan petri dalam keadaan terbalik ke
inkubator dengan suhu 37oC selama 24 jam.
h. Setelah diinkubasi, hitung jumlah koloni yang terdapat pada
cawan petri berisi NA dengan colony counter.
i. Amati warna koloni yang ada pada media spesifik Endo Agar
dan SSA.
4. Uji Pewarnaan Gram
a. Siapkan bakteri uji yang telah diisolasi.
b. Sterilkan ose bulat dengan nyala api, setelah itu ambil NaCl
0,9% dengan ose tersebut dan tempatkan diatas object glass.
Sterilkan kembali ose dengan nyala api.
c. Sterilkan ose bulat dengan nyala api, lalu ambil satu koloni
bakteri yang telah diinkubasi dengan ose lalu tempatkan koloni
diatas NaCl 0,9% yang berada di object glass, lalu ratakan.
Sterilkan kembali ose dengan nyala api.
d. Keringkan suspensi bakteri sebentar, setelah itu lewatkan
object glass diatas nyala api agar apusan terfiksasi.
e. Teteskan pewarnaprimary stain Gentian Violet ke atas area
apusan, biarkan selama 2-3 menit.
f. Cuci perlahan dengan air aquades mengalir.
g. Teteskan larutan lugol ke atas apusan dan biarkan selama satu
menit οƒ  untuk merekatkan warna primary stain.
h. Cuci dengan alkohol secara perlahan οƒ  penghapusan warna
warna primary stain dari preparat.
i. Cuci perlahan dengan air aquades mengalir.
31
j. Teteskan pewarna Safranin (counter stain), biarkan selama 45
detik – 1 menit.
k. Keringkan di suhu ruangan
l. Lapisi dengan minyak imersi, lalu amati dengan mikroskop
cahaya (perbesaran 10x100)
5. Uji AST (Antibiotic Susceptibility Test) Dari Koloni Media
Spesifik
1. Siapkan koloni bakteri media spesifik yang akan dilakukan uji.
2. Siapkan tabung reaksi yang berisi NaCl 0,9%.
3. Ambil 1 koloni yang akan diuji dengan ose, lalu masukkan
koloni kedalam tabung reaksi berisi larutan NaCl 0,9%,
homogenkan suspensi dengan vortex hingga kekeruhan sama
dengan larutan 0,5 McFarland.
4. Ambil sedikit suspensi dengan swab steril, lalu inokulasi ke
media MHA(Mueller Hinton Agar) secara merata.
5. Letakan antibiotic disk pada media MHA yang telah diberi
suspensi bakteri.
6. Inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C.
7. Ukur diameter zona hambat antibiotik dengan penggaris.
32
3.7 Alur Penelitian
Sampel Telur Balado (diambil dari kantin kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Persiapan alat dan bahan
Persiapan sampel: 20gr sampel dihaluskan dengan
blender steril lalu dimasukan ke dalam 180 ml NB
Campur rata (vortex)
Perlakuan
Isolasi bakteri di media
SSA dan Endo Agar
Spread pada media
NA (10-3 sampai 10-6)
Identifikasi koloni
Koloni yang tumbuh dihitung
dengan colony counter
Pewarnaan Gram (identifikasi
dengan mikroskop)
Koloni Escherichia coli
dan Shigella sp diuji
dengan AST
Masukkan koloni ke
NaCl 0,9%
Masukkan angka yang didapat
pada rumus TPC
Homogenisasi
Kekeruhan sama dengan
0,5 McFarland
Sebar di media MHA
Masukkan cakram disk
antibiotik
Ukur daya hambat
antibiotik
Interpretasi hasil (nilai
pada table Kirby Bauer)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Uji TPC (Total Plate Count)
Uji TPC dilakukan untuk mengetahui jumlah koloni bakteri yang
terdapat pada sampel makanan telur balado setelah dilakukan uji
pendahuluan kepada tiga sampel trial yang juga merupakan telur balado.
Hasil sampel trial menunjukkan adanya koloni bakteri yang tumbuh di
media NA, sedangkan hasil uji Total Plate Count pada ke-enam sampel ini
didapatkan sebagai berikut :
Tabel 4.1. Jumlah Koloni Bakteri dalam Setiap Pengenceran
Sampel
∑ Koloni Bakteri Dalam Pengenceran Sampel Telur Balado
10-3
10-4
10-5
10-6
kontrol
A
67
34
7
3
0
B
116
86
61
59
0
C
158
111
43
8
0
D
168
106
78
60
0
E
80
41
25
8
0
F
~
236
99
86
0
Keterangan :
~
= terlalu banyak untuk dihitung
Kontrol
= NB (nutrient broth) yang tidak dimasukkan sampel.
Berdasarkan tabel 4.1, semua sampel mengandung koloni bakteri.
Tetapi jumlah koloni bakteri pada pengenceran 10-3 pada sampel F, serta
pengenceran 10-5 dan 10-6 pada sampel A dan E tidak dalam rentang
jumlah 30-300 koloni, sehingga nilai-nilai dalam pengenceran tersebut
tidak masuk dalam perhitungan.
33
34
Gambar 4.1 Koloni bakteri pada media padat NA (Nutrient Agar). Koloni
bakteri digambarkan sebagai bintik-bintik putih dalam cawan petri.
Untuk mengetahui jumlah bakteri dalam setiap pengenceran
(dengan jumlah yang bisa dihitung adalah yang termasuk dalam jumlah
30-300 koloni), jumlah koloni dimasukkan dalam rumus. Hasil dari
perhitungan jumlah koloni pada setiap pengenceran dan sampel terdapat
pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Jumlah Koloni Bakteri Dalam Setiap Sampel
Sampel
Jumlah Koloni Bakteri Per gram Dalam Pengenceran
Jumlah bakteri
Sampel
Dalam sampel
10
-3
10
-4
10
-5
10
-6
(CFU/gr)
A
67 x 103
34 x 104
-
-
2,03 × 105
B
116 x 103
86 x 104
61 x 105
59 x 106
1,65 × 107
C
158 x 103
111 x 104
43 x 105
-
1,85 × 106
D
168 x 103
106 x 104
78 x 105
60 x 106
1,72 × 107
E
80 x 103
41 x 104
-
-
2,45 × 105
F
-
236 x 104
99 x 105
86 x 106
3,27× 107
Keterangan:
-= angka tidak dimasukkan kedalam rumus
Batas Maksimum bakteri dalam telur = 5 x 104 CFU/gram
35
Pada tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa semua sampel telur balado yang
diuji melebih ambang batas sesuai dengan ketentuan BPOM yaitu 5 × 104
CFU/gram. Berdasarkan dengan tabel 4.2 dan ketentuan BPOM, semua sampel
telur balado yang diuji tidak aman untuk dikonsumsi.28
Grafik 4.1 Jumlah Koloni Bakteri yang Terdapat di Setiap Sampel.
Jumlah Koloni Dalam Sampel Telur
Balado (CFU/gr)
7
3.5 x 10
35000000
3 x 107
30000000
25000000
2.5
x 107
2 x 107
20000000
15000000
1.5 x 107
1 x 107
10000000
0.5
x 107
5000000
0
A
B
C
D
E
F
Jumlah Koloni Dalam Sampel Telur Balado (CFU/gr)
Berdasarkan tabel 4.2 dan grafik 4.1 di atas, sampel yang memiliki
jumlah bakteri paling banyak adalah sampel F dengan jumlah 3.27 × 107
CFU/gram, sedangkan sampel yang memiliki jumlah bakteri paling sedikit
adalah sampel A dengan jumlah bakteri 2,03 × 105 CFU/gram.
Telur balado dimasak dengan cara telur direbus hingga matang
yaitu pada suhu 1000C. Suhu yang tinggi pada pengolahan telur balado
akan membunuh bakteri secara efektif. Bahan-bahan yang terkandung
dalam telur balado juga memiliki senyawa antibakteri.35,36,37 Tetapi
keberadaan dan
banyaknya jumlah bakteri yang mencemari telur
baladojuga dipengaruhi oleh faktor lain, yaitu: lama penyimpanan
makanan, suhu selama penyimpanan dan konsumsi, higienitas pembuat
makanan, pH makanan, dan kontaminasi silang yang terjadi baik antara
peralatan masak, makanan (mentah dan matang), maupun dengan
peralatan
makan.9,29
Faktor-faktor
tersebut
dapat
pertumbuhan bakteri dalam makanan. Bedasarkan
meningkatkan
teori di atas, hal
36
tersebut dapat menjadi penyebab sampel F mengandung bakteri paling
banyak, tetapi dalam penelitian ini tidak ditentukan apakah faktor-faktor
tersebut berperan secara signifikan terhadap kontaminasi bakteri terhadap
makanan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sofiana (2012), dinyatakan
bahwa sanitasi alat makan yang kurang baik berpengaruh secara signifikan
pada kontaminasi bakteri.45 Namun pada penelitian ini tidak diteliti faktor
apa yang secara signifikan meningkatkan pertumbuhan bakteri dalam
makanan.
Hasil penelitian ini memiliki interpretasi hasil yang sama dengan
penelitian uji TPC yang dilakukan oleh Syahruddin (2014) pada daging
ayam broiler di Denpasar dan kabupaten Badung, yaitu semua sampel
memiliki hasil melebihi batas maksimum jumlah koloni bakteri dalam
ayam broiler, yaitu sebesar 1 × 106 CFU/gram.46
4.2
Isolasi Bakteri pada Media Spesifik dan Uji Pewarnaan Gram
4.2.1 Isolasi Bakteri pada Media Spesifik
Suspensi makanan telur balado yang telah diencerkan diinokulasi
kedalam media padat spesifik Endo Agar dan SSA, lalu diinkubasi selama
24 jam pada suhu 37oC. Hasil uji pendahuluan menunjukkan adanya
bakteri Escherichia coli dan Shigella sp pada sampel trial, sedangkan pada
ke-enam sampel yang diuji didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.3. Tabel Hasil Pengamatan Warna Koloni Bakteri yang Tumbuh di
Media Spesifik.
Sampel
Endo Agar
SSA
A
Koloni warna merah dengan kilat logam (+)
Koloni bening (+)
B
Koloni warna merah dengan kilat logam (+)
Koloni bening (+)
C
Koloni warna merah dengan kilat logam (+)
Koloni bening (+)
D
Koloni warna merah dengan kilat logam (+)
Koloni bening (+)
E
Koloni warna merah dengan kilat logam (+)
Koloni bening (+)
F
Koloni warna merah dengan kilat logam (+)
Koloni bening (+)
37
(a)
(b)
Gambar 4.2. Hasil Isolasi Bakteri pada Media Spesifik Endo Agar dan
SSA.(a) Tampak koloni merah dengan kilat logam di media Endo Agar.
(b) Tampak koloni bening di media SSA.
Berdasarkan hasil isolasi sampel makanan telur balado yang
terdapat pada tabel 4.3dan Gambar 4.2 (a), pada media spesifik Endo
Agar didapatkan koloni warna merah dengan kilat logam semua sampel.
Koloni bakteri warna merah dengan kilat logamdalam Endo Agar
merupakan morfologi koloni bakteri
tersebut memproduksi aldehida dan
Escherichia coli, karena bakteri
meragi
laktosa secara cepat.47,48
Apabila terdapat koloni berwarna merah, maka koloni tersebut merupakan
gambaran morfologi koloni bakteri Enterobacter aerogenes karena bakteri
tersebut dapat memfermentasikan gula secara lambat. Apabila pada Endo
Agar terdapat koloni warna bening (colorless), maka bakteri tersebut tidak
dapat meragi laktosa seperti Salmonella sp dan Shigella sp47,48 Setelah
pengamatan diketahui bahwa bakteri Escherichia coli terdapat pada semua
sampel yang diujikan.
Hasil pengamatan uji isolasi bakteri pada sampel telur balado
dimedia spesifik SSA didapat beberapa koloni di semua sampel berwarna
bening tanpa bintik hitam. Koloni bening tanpa bintik hitam merupakan
morfologi koloni bakteri Shigella sp yang tidak meragi laktosa dan tidak
menghasilkan gas H2S. Bakteri yang menghasilkan gas H2S akan
menghasilkan bintik hitam, seperti Salmonella sp.47,49 Koloni bakteri yang
memfermentasikan laktosa seperti Escherichia coli akan berwarna merah
38
muda atau merah terang. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa bakteri
Shigella sp. terdapat pada semua sampel yang diujikan.
4.2.2 Uji Pewarnaan Gram
Setelah isolasi pada media spesifik, maka dilakukan uji pewarnaan
Gram untuk identifikasi lebih lanjut.
(a)
(b)
Gambar 4.3. Hasil Pewarnaan Gram koloni (perbesaran 10x100). (a)
Gambaran Escherichia coli dari Media Endo Agar. (b) Gambaran Shigella sp.
dari Media SSA
Berdasarkan hasil uji pewarnaan Gram diketahui bahwa morfologi
bakteri yang diamati dari koloni merah kilat logam pada media Endo Agar
adalah bakteri bentuk kokobasil dan berwarna merah. Gambaran tersebut
sesuai dengan morfologi bakteri Escherichia coli, yaitu Gram negatif dan
berbentuk kokobasil.14,15,17 Bakteri yang diamati dari koloni bening media
SSA terlihat bakteri berwarna merah dan berbentuk batang. Gambaran ini
sesuai dengan morfologi bakteri Shigella sp. yaitu bakteri bersifat Gram
negatif dan berbentuk batang.14,17,21 Kedua bakteri ini menyerap warna
merah muda karena memiliki struktur dinding sel khas golongan bakteri
Gram negatif, yaitu berupa dinding peptidoglikan tipis (10% dari semua
proporsi) yang dilapisi oleh kandungan lemak tebal. Pada saat pewarnaan
Gram, zat warna primer pada bakteri Gram negatif akan luntur bersama
kandungan lemak saat dialiri oleh alkohol, dan setelahnya akan menyerap
counterstain safranin.50 Maka dari itu saat pengamatan hasil pewarnaan
39
Gram, bakteri Escherichia coli dan Shigella sp. akan menunjukkan warna
merah.
4.3
Uji AST (Antibiotic Susceptibility Test)
Uji AST (Antibiotic Susceptibility Test) dilakukan pada 2 jenis
koloni yang ditemukan pada makanan telur balado, yaitu koloni
Escherichia coli dan Shigella sp. dengan antibiotik yang biasa digunakan
untuk diare ataupun penyakit saluran cerna lainnya, yaitu Amoxicillin,
Ciprofloxacin, dan Gentamicin. Penentuan bakteri resisten atau sensitif
terhadap suatu antibiotik dapat diketahui melalui diameter zona hambat
(metode Kirby-Bauer).44
Gambar 4.4 Hasil uji antibiotik dengan metode disk diffusion.
Uji Antibiotic Susceptibility Test yang telah dilakukan pada biakan
bakteri Escherichia colimenghasilkan data sebagai berikut :
Tabel 4.4. Hasil Uji Resistensi Escherichia coli Terhadap Antibiotik
Amoxicillin, Ciprofloxacin, dan Gentamicin.
Sampel
Diameter zona hambat antibiotik (mm)
Amoxicillin
Ciprofloxacin
Gentamicin
A
0 (R)
29 (S)
15 (I)
B
3 (R)
37 (S)
18 (S)
C
5 (R)
36 (S)
20 (S)
D
11 (I)
32 (S)
14 (I)
E
7 (R)
39 (S)
21 (S)
F
0 (R)
39 (S)
20 (S)
Resisten = 83,3%
Sensitif = 100%
Sensitif = 66,7%
Total
Intermediet = 16,7%
Intermediet = 16,7%
40
Keterangan :
ο‚·
S
= Sensitif
ο‚·
I
= Intermediet
ο‚·
R
= Resisten
ο‚·
Nilai Intermediet
Amoxicillin
=
= 11-14 mm
Ciprofloxacin = 16-20 mm
Gentamicin
= 12-15 mm
Grafik 4.2. Hasil Uji Resistensi Escherichia coli Terhadap Antibiotik
Amoxicillin, Ciprofloxacin, dan Gentamicin.
Diameter zona hambat bakteri Escherichia coli
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Diameter zona
hambat antibiotik
(mm) Amoxicillin
Diameter zona
hambat antibiotik
(mm) Ciprofloxacin
Diameter zona
hambat antibiotik
(mm) Gentamicin
A
B
C
D
E
F
Berdasarkan tabel 4.4dan grafik 4.2 yang telah didapat, diketahui
bahwa bakteri Escherichia coli yang diuji memiliki resistensi terhadap
antibiotik amoxicillin sebesar 83,33% (resisten pada 5 sampel). Tetapi
bakteri ini masih 100% sensitif terhadap antibiotik ciprofloxacin dan
66,7% sensitif terhadap antibiotik gentamicin. Hasil ini sesuai dengan
studi penelitian yang oleh Krisnaningsih (2012) menemukan resistensi
bakteri Escherichia coli patogen terhadap antibiotik Amoxicillin sebesar
80%.51 Pada penelitian yang dilakukan oleh Barus (2010), dinyatakan
bahwa 62,5% bakteri Escherichia coli dari ayam broiler masih sensitif
41
terhadap Gentamicin.52 Hasil penelitian ini juga sesuai dengan uji yang
dilakukan oleh Kepel (2015),yaitu 100% bakteri Escherichia coli sensitif
terhadap obat Ciprofloxacin.53
Zona hambat terluas pada bakteri Escherichia coli
dengan
Amoxicillin ada pada sampel D seluas 11 mm, sedangkan dengan
ciprofloxacin ada pada sampel E dan F, serta dengan gentamicin ada pada
sampel E.
Hasil Uji Antibiotic Susceptibility Test yang dilakukan pada biakan
bakteri Shigella sp. didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 4.5. Hasil Uji Resistensi Shigella sp. Terhadap Antibiotik
Amoxicillin,Ciprofloxacin, dan Gentamicin.
Diameter zona hambat antibiotik (mm)
Sampel
Amoxicillin
Ciprofloxacin
Gentamicin
A
0(R)
39 (S)
17 (S)
B
6 (R)
40 (S)
19 (S)
C
22 (S)
36 (S)
18 (S)
D
0 (R)
44 (S)
22 (S)
E
9 (R)
41 (S)
19 (S)
F
0 (R)
38 (S)
22 (S)
Resisten = 83,3%
Sensitif = 100%
Sensitif = 100%
Total
Sensitif = 16,7%
Keterangan :
ο‚·
S
= sensitif
ο‚·
I
= intermediet
ο‚·
R
= resisten
ο‚·
Nilai Intermediet
Amoxicillin
=
= 11-14 mm
Ciprofloxacin = 16-20 mm
Gentamicin
= 12-15 mm
42
Grafik 4.3. Hasil Uji Resistensi Shigella sp. Terhadap Antibiotik
Amoxicillin, Ciprofloxacin, dan Gentamicin.
Diameter zona hambat bakteri Shigella sp.
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Diameter zona hambat
antibiotik (mm)
Amoxicillin
Diameter zona hambat
antibiotik (mm)
Ciprofloxacin
Diameter zona hambat
antibiotik (mm)
Gentamicin
A
B
C
D
E
F
Berdasarkan Tabel 4.5 dan Grafik 4.3 yang telah didapat,
diketahui bahwa bakteri Shigella sp. yang diuji hanya memiliki sensitifitas
terhadap antibiotik amoxicillin sebesar 16,67% (hanya 1 sampel dari total
6 sampel), sedangkan terhadap antibiotik ciprofloxacindan gentamicin
bakteri ini masih sensitif 100%. Hasil ini sesuai dengan uji yang dilakukan
oleh Tjanjadi (2003) pada 767 isolasi bakteri Shigella sp. terhadap
beberapa antibiotik yang diuji, salah satunya adalah ciprofloxacin dan
amoxicillin. Hasil uji bakteri Shigella sp. tersebut didapatkan sebagian
besar bakteri masih sensitif terhadap antibiotik ciprofloxacin dan resisten
terhadap amoxicillin.54
Bakteri Escherichia coli dan Shigella sp.pada penelitian ini
resisten terhadap antibiotik Amoxicillin. Menurut Sosa (2010), hal tersebut
dapat terjadi karena perubahan struktur penicillin-binding protein sehingga
obat tidak bisa bekerja, permeabilitas selular bakteri yang berubah,
ataukarena pembentukkan cincin beta-laktamase yang dilakukan karena
perubahan genetic.43
Pada penelitian ini seluruh bakteri Escherichia coli dan Shigella
sp. (100%) masih sensitif terhadap ciprofloxacin. Menurut Jacoby (2005),
43
ciprofloxacin masih dapat membunuh bakteri karena antibiotik ini
memiliki 2 target dalam sel bakteri, yaitu DNA gyrase dan topoisomerase
IV. Jika terdapat salah satu enzim bermutasi dan menyebabkan tidak
terjangkaunya enzim tersebut, obat ini masih dapat menyerang enzim lain.
Maka dari itu obat ciprofloxacin tidak terlalu terpengaruh adanya single
mutation serta masih mampu membunuh bakteri.55 Tetapi penggunaan
obat ciprofloxacin harus tetap rasional agar mencegah terjadinya resistensi
terhadap kedua enzim dalam bakteri yang dapat menyebabkan tidak
bekerjanya obat tersebut.55
Pada
penelitian
ini,
antibiotik
gentamicin
masih
mampu
membunuh bakteri Escherichia coli (66,7%) dan Shigella sp. (100%). Hal
ini dapat terjadi karena selain mekanisme kerja Gentamicin menghambat
sintesis protein, proses transport aktif (atau melewati porins pada bakteri
Gram negatif) antibiotik ini juga dapat mengakibatkan luka pada membran
sel.56
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan
1. Jumlah koloni bakteri pada seluruh sampel telur balado melebihi ambang
batas maksimal menurut ketentuan BPOM, yaitu 5 × 104 CFU/gram.
2. Terdapat bakteri Escherichia coli dan Shigella sp pada semua sampel
telur balado.
3. Bakteri Escherichia coli sebagian besar telah mengalami resistensi
terhadap antibiotik Amoxicillin, yaitu sebesar 83,33%. Tetapi bakteri
ini100% masih sensitif terhadap antibiotik Ciprofloxacin dan 66,7%
sensitf terhadap Gentamicin.
4. Bakteri Shigella sp. telah resisten terhadap antibiotik Amoxicillin
sebanyak 83,3% dari semua sampel, tetapi masih 100% sensitif pada
antibotik Ciprofloxacin dan Gentamicin.
5.2
Saran
1. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai deteksi bakteri Escherichia
coli dan Shigella sp dengan menggunakan uji biokimia.
2. Ada penelitian lanjutan tentang hubungan pencemaran bakteri terhadap
telur balado dengan faktor-faktor resiko cemaran bakteri terhadap
makanan.
3. Ada penelitian serupa (yang melanjutkan) tentang deteksi dan resistensi
bakteri Escherichia coli dan Shigella sp pada telur balado dengan jumlah
sampel yang lebih banyak.
44
DAFTAR PUSTAKA
1. Who.int. WHO | Food safety [Internet]. 2015 [cited 4 June 2015].
Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs399/en/
2. Yunus, Mahmud. Higiene Sanitasi Pangan. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta. 2015.
3. Departemen Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 [Internet].
2015
[cited
4
June
2015].
Available
from:
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pdf
4. World Health Organization. Penyakit Akibat Keracunan Makanan
[Internet].
2015
[cited
5
June
2015].
Available
from:
http://www.searo.who.int/indonesia/publications/foodborne_illnessesid_03272015.pdf
5. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Lembaran Negara [Internet]. 1996
[cited
4
June
2015].
Available
from:
http://www.pom.go.id/pom/garam/LEMBARAN_NEGARA.pdf
6. Hayuti Windhu Pagiu, dkk. Pengaruh Waktu Pajan Terhadap Total
Mikroba Dan Jenis Mikroba Patogen Dalam Makanan Jajanan Gorengan
Di Workshop Kampus Universitas Hasanuddin Makassar. Makassar: 2013.
7. Kurniadi, Yepi; Saam, Zulfan; Afandi, Dedi. Faktor Kontaminasi Bakteri
E.coli Pada Makanan di Lingkungan Kantin Sekolah Dasar Wilayah
Kecamatan Bangkinang. Jurnal Ilmu Lingkungan. 2013; 7(1).
8. Astuti, Tri. Studi Kandungan Bakteri Salmonella Sp dan Shigella Sp pada
Minuman Susu Telur Madu Jahe (STMJ) di Taman Kota Damay
Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo. Gorontalo : Universitas Negeri
Gorontalo. 2012.
9. Better Health Channel. Food Poisoning - Prevention [Internet]. 2012 [cited
4
June
2015].
Available
from:
http://www.betterhealth.vic.gov.au/bhcv2/bhcarticles.nsf/pages/Food_pois
oning_how_to_prevent_it?open
45
46
10. Kementrian Pertanian. Statistik Konsumsi Pangan Tahun 2012. Pusat Data
dan Sistem Informasi Pertanian Sekertariat Jendral Kementrian Pertanian.
Jakarta.2012.
11. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanggerang. Statistik Daerah Kabupaten
Tanggerang.2012.
12. Ambarsari, Riana. Telur Balado. Natural Cooking Club. [Internet]. 2010
[cited
16
Oktober
2015].
Available
from:
http://ncc-
indonesia.com/2014/06/telur-balado/
13. Siswanto. Kajian Resistensi Antimikrobial dan Situasinya pada Manusia di
Indonesia. Kepala Pusat Teknologi Kesehatan dan Epidemiologi Badan
Litbang Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014.
14. Kapoor, Kiran. Illustrated Dictionary of Microbiology. Oxford : Oxford
Book Co. 2010.
15. Mody,
Rajal
dan
Ciara
E.
O'Reilly.
"Escherichia
coli".
http://wwwnc.cdc.gov/travel/yellowbook/2016/infectious-diseases-relatedto-travel/escherichia-coli. 2015.
16. Staf Pengajar FK UI, Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, Edisi Revisi.
1993.
17. Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, and Morse SA. Jawetz, Melnick, &
Adelberg's Medical Microbiology, 24th edition, New York: McGraw-Hill
Medical. 2007.
18. Todar K. Pathogenic E.coli [Internet]. Textbookofbacteriology.net. 2012
[cited
8
June
2015].
Available
from:
http://textbookofbacteriology.net/e.coli_4.html
19. World Health Organization. Penyakit Akibat Keracunan Makanan. World
Health Organization Regional Office for South East Asia.[Internet]. 2015
[cited
5
June
2015].
Available
from:
http://www.searo.who.int/indonesia/publications/foodborne_illnessesid_03272015.pdf
20. Bell J dan Turnidge J. SENTRY Antimicrobial Surveillance Program
Asia-Pacific Region and South Africa. Commun Dis Intell. 2003.
47
21. Todar K. Shigella and Shigellosis [Internet]. Textbookofbacteriology.net.
2012
[cited
5
June
2015].
Available
from:
http://textbookofbacteriology.net/Shigella.html
22. Lampel KA, Maurelli AT. Shigella species. Ch 11 In: Miliotis MD, Bier
JW (eds) International handbook of foodborne pathogens. New York :
Marcel Dekker. 2003.
23. Schroeder, Gunnar N; Hilbi, Hubert. Molecular Pathogenesis of Shigella
sp. : Controlling Host Cell Signaling, Invasion, and Death by Type III
Secretion. Clin.Microbiol.Rev. Vol. 21 no. 1 134-156. 2008.
24. Lightfoot, D. Shigella. Ch 17 In: Hocking AD Foodborne microorganisms
of public health significance. 6th ed. Sydney: Australian Institute of Food
Science and Technology (NSW Branch). 2003.
25. Nygren BL, Schilling KA, Blanton EM, Silk BJ, Cole DJ, Mintz ED.
Foodborne outbreaks of shigellosis in the USA, 1998-2008. Epidemiology
and Infection. 2012.
26. Cummings, Benjamin. Microbiology. Pearson Education, Inc. 2004.
27. Dwidjoseputro. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan. 2005.
28. Badan
Pengawas
MAKSIMUM
Obat
dan
CEMARAN
Makanan.
MIKROBA
PENETAPAN
DAN
KIMIA
BATAS
DALAM
MAKANAN [Internet]. 2009 [cited 4 June 2015]. Available from:
http://www2.pom.go.id/public/hukum_perundangan/pdf/SK%20cemaran
%20final-verbal%20sep09.pdf
29. Musa, Muhaereen; dkk. Food Borne Illness Risk Factors Assessment in
UiTM Shah Alam, Malaysia. World Applied Sciences Journal 8. p 864870. Malaysia: IDOSI Publications. 2010.
30. Minor, T.E.; E.H. Marth. Staphlococci and their significance in foods.
Amsterdam: Elsevier Scientific Publishing Company.1976.
31. ICMSF. Intestinally pathogenic Escherichia coli Ch 7 In: Microorganisms
in food 5: Microbiological specifications of food pathogens. London :
Blackie Academic and Professional. 1996.
32. Queensland Government. Cross Contamination Dalam: Food Safety Fact
Sheet. Australia: Queensland Government. 2013.
48
33. Sentra Informasi Keracunan Nasional. Keracunan Makanan Akibat Bakteri
Patogen. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2015.
34. USDA Foods. Household USDA Foods Fact Sheet [Internet]. 2012 [cited
10
July
2015].
Available
from:
http://www.fns.usda.gov/sites/default/files/HHFS_EGG_SHELL_100936
Nov2012.pdf
35. Abdou, Adham M.; Kim, Mujo; Sato, Kenji. Functional Proteins and
Peptides of Hen’s Egg Origin, Dalam: Bioactive Food Peptides in Health
and Disease. Intech: 2011.
36. Soetarno, S.; Sukrasno, E.; Yulianah, Sylvia. Antimicrobial Activities of
the Ethanol Extracts of Capsicum Fruits with Different Levels of
Pungency. JMS. Vol 2. Jakarta: JMS. 1997.
37. Hidayah, Izza Rahmi; Erma, Noor; Isnaeni. Daya Hambat Susu Probiotik
(Lactobacillus acidophilus + Lactobacillus bulgaricus) dan Pasta Tomat
Terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Berkalah Ilmiah
Kimia Farmasi. Vol 3. 2014.
38. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI. Farmakologi dan Terapi
Edisi 5. Jakarta: Bagian Farmakologi FK UI. 2007.
39. Chambers HF. Antimicrobial agents. Dalam : Hardman JG, dkk. Goodman
and Gilman’s The Pharmacological Basis of Theurapeutics. 10th ed. New
York: McGraw Hills. 2001.
40. Katzung, B. G., Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 8. Jakarta: Salemba
Medika. 2004.
41. Depkes RI..AntimicrobacterialResistance Antibiotic Usage and infection
control.Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005.
42. Rang, H. P., M. M. Dale, J. M. Ritter, and R. J. Flower. Pharmacology.
London: Elsevier’s Health Sciences Rights Department. 2007.
43. Sosa, A. de J., Byarugaba, D.K., Amabile, C., Hsueh, P.-R., Kariuki, S.,
Okeke, I.N. Antimicrobial Resistance in Developing Countries. Springer.
2010.
44. Jorgensen, James H.; Ferraro, Mary Jane. Antimicrobial Susceptibility
Testing: A Review of General Principles and Contemporary Practices.
49
Oxford Journals: Clinical Infectious Diseases. Vol 49. America: Oxford
Journals.
2009
[cited
8
Juni
2015]
].
Available
from:
http://cid.oxfordjournals.org/content/49/11/1749.full
45. Sofiana, Erna. Hubungan Higiene dan Sanitasi dengan Kontaminasi
Escherichia coli pada Jajanan di Sekolah Dasar Kecamatan Tapos Depok
Tahun 2012. Universitas Indonesia. 2012.
46. Syahruddin, Magfirah; Suarjana I Gusti Ketut; Rudyanto Mas Djoko.
Angka Lempeng Total Bakteri pada Broiler Asal Swalayan di Denpasar
dan Kabupaten Badung. Indonesia Medicus Veterinus. Bali.2014.
47. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Pengujian
Mikrobiologi Pangan. InfoPOM. Vol 9. No. 02. Jakarta : Badan POM RI.
2008.
48. Pronadisa. Endo Agar Base. Spain: Laboratoiros Conda. 2010.
49. Isenberg, H. D. (ed.). Interpretation of aerobic bacterial growth on primary
culture media, Clinical microbiology procedures handbook, vol. 1 p. 1.61 1.67. American Society for Microbiology, Washington, D.C. 1992.
50. Acharya, Tankeshwar. Gram Staining: Principle, Procedure and Results –
microbeonline [internet]. Microbeonline.2015 [cited 8 Juni 2015].
Available
from:
http://microbeonline.com/gram-staining-principle-
procedure-results/
51. Krisnaningsih, Firdiana; Asmara, Widya; Wibowo, M. Haryadi. Uji
Sensitivitas Isolat Escherichia coli Patogen pada Ayam Terhadap
Beberapa Jenis Antibiotik. Yogyakarta : FKH UGM. 2012.
52. Daniel Opristanta Barus. Uji Kepekaan Bakteri Escherichia coli Asal
Ayam Pedaging terhadap Antibiotik Doksisiklin, Gentamicin, dan
Tiamfenikol.2013.
53. Kepel, Lisa; Fatimawali; Budiarso, Fona. Uji Resistensi Bakteri
Escherichia coli yang Diisolasi dari Plak Gigi Terhadap Merkuri Dan
Antibiotik Siprofloksasin. Jurnal e-Biomedik. Manado.2015.
54. Tjaniadi P, Lesmana M, Subekti D, Machpud N, Komalarini S, Santoso
W, et al. Antimicrobial resistance of bacterial pathogen associated with
diarrhea patients in Indonesia. Am J Trop Hyg. 2003.
50
55. Jacoby, George A. Mechanism of Resistance to Quinolones. Oxford
Journals: Clinical Infectious Diseases. Vol 41. Massachusetts: Oxford
Journals.
2005
[cited
12
Oktober
2015].
Available
from:
http://cid.oxfordjournals.org/
56. Gonzales III, S; Spencer, Jeanne P. Aminoglycosides: A Practical Review.
Am Fam Physician. Vol 58. Pennsylvania.1998.
51
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Alat dan Bahan Penelitian
Vortex
Timbangan digital
Laminar Airflow
Hot Plate
Lemari Es (untuk penyimpanan steril)
Inkubator
52
LAMPIRAN 1
Alat dan Bahan (lanjutan)
Oven (sterilisasi cawan petri)
Autoclave (sterilisasi media dan tabung
reaksi)
Rak dan Tabung Reaksi (berisi
Cawan Petri (berisi media SSA)
Nutrient Broth)
Tabung Erlenmeyer
Sampel Telur Balado
53
LAMPIRAN 2
Hasil Total Plate Count
10-3
10-6
10-4
10-5
Kontrol
54
Lampiran 3
Cara Kerja Uji Antibiotik Metode Disk Diffusion
55
Lampiran 4
Tabel Uji Sensitivitas Antibiotik
56
Lampiran 5
Riwayat Hidup Penulis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
PERSONAL DATA
Nama
: Linda Pratiwi Sulaeman
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir
: Karawang, 27 Juli 1995
Status
: Belum Menikah
Agama
: Islam
Alamat
: Perumahan Villa Pekayon Blok A3 No.06 RT 04
RW 022, Pekayon, Bekasi Selatan
No. Telepon/HP
: 0856-9345-1977
Email
: [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
1998-2000
: TK Bintang Alam, Karawang
2000-2006
: SD Negeri 1 Telukjambe, Karawang
2006-2009
: SMP Negeri 1 Karawang Barat, Karawang
2009-2010
: SMA Negeri 1 Karawang
2010-2012
: SMA Negeri 1 Bekasi
2012-sekarang :
: Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
Download