GEGER NAMA (tuhan dan saiton)

advertisement
GEGER NAMA (tuhan dan saiton)
Oleh : Tajudin Nur
Penyuluh Agama Islam Kementerian Agama Kabupaten Way Kanan
Ketika seorang sahabat datang kepada Rasulullah SAW dengan
menggandeng anaknya beliau bertanya Ya Rasulullah, apakah hak anakku ini
atasku? Rasulullah menjawab “Membaguskan namanya, memperbaiki adabnya,
dan menempatkannya pada kedudukan yang baik. Dalam riwayat lain, Rasulullah
juga bersabda “Sesungguhnya kamu kelak pada hari kiamat akan dipanggil
dengan namamu dan nama nama ayahmu, maka perindahlah namamu” HR. Abu
Daud dan Ibn Hibban. Sementara Ibnu Majjah juga meriwayatkan “Muliakanlah
anak-anakmu dan perbaguslah nama nama mereka”. Riwayat diatas setidaknya
menjadi salah satu dasar bahwa, salah satu hak anak yang menjadi tanggungjawab
dan kewajiban orangtuanya adalah memberikan nama pada anak-anaknya, dengan
kata lain bagi Islam, memberikan sebuah nama kepada seorang anak hukumnya
adalah wajib. Kewajiban bagi seorang bapak adalah memilih nama terbaik bagi
anaknya, baik dari sisi lafadz dan maknanya, sesuai dengan syar’iy dan lisan arab.
Kadangkala pemberian nama kepada seorang anak baik adab dan diterima oleh
telinga/pendangaran akan tetapi nama tersebut tidak sesuai dengan syari’at.
Belakangan ini masyarakat indonesia telah digegerkan dengan munculnya
orang-orang yang memiliki nama yang oleh para ahli tata bahasa nama nama
tersebut tidak memiliki kepatutan bahasa dan etika seperti nama Tuhan, Saiton,
Royal Jelly, Satria Baja Hitam, Batman dan masih banyak lagi nama-nama yang
seakan-akan dimunculkan untuk mendulang popularitas dan sensasi belaka. Lalu
pertanyannya adalah, apakah nama yang bagus adalah nama nama yang
menggunakan bahasa arab ataupun bahasa apasaja asalkan mengandung makna
atau arti yang bagus? Ataukan yang dinamakan nama bagus adalah nama nama
yang diambil dari Al Qur’an, Al Kitab, dan Kitab Suci Agama agama yang
memiliki arti bagus, hadits nabi atau literatur-literatul agama dan sejarah lainnya.
Dalam penamaan beberapa masyarakat, kita juga sering mendengar namanama yang berkaitan dengan dimana dan kapan seorang anak dilahirkan, selain itu
adajuga penamaan sebagian masyarakat juga sering terpengaruh olah suasana
sosial, ekonomi serta politik yang sedang terjadi saat seorang anak dilahirkan.
Penggunaan nama hari dimana seorang anak dilahirkan juga bagi sebagian
masyarakat sudah menjadi kelaziman seperti Senin, Seloso, Rebo, Kemis, Jumah,
Setu dan Minggu dimana nama-nama hari digunakan nama seorang anak dengan
menggunakan ejaan masyarakat tertentu.
Adajuga masyarakat yang menggunakan nama-nama hari jawa seperti
Pon-idi, Legi-man, Wage, Kliwon dan Pahing atau seorang anak yang dilahirkan
bersamaan dengan peringatan hari peringatan kemerdekaan Republik Indonesia
biasanya menggunakan nama Hutrian (sedang HUT), ada juga penamaan anak
yang mengambil nama bulan dan tanggal berapa dia dilahirkan seperti Parji yang
memiliki arti lahir bulan syafar tanggal siji(satu), Suroso lahir bulan Suro pada
hari seloso (selasa). Banyak sekali varian nama-nama masyarakat Indonesia yang
menggunakan banyak unsur dalam pemnyebutannya.
Bagaimana Islam Memberi Nama
Sungguhpun kita bisa menggunakan nama apa saja dan menggunakan
bahasa ataupun singkatan apa saja, alangkah baiknya sebagai umat muslim kita
menggunakan nama-nama yang baik terlebih yang berada didalam Al Qur’an.
Selain berdasarkan hadits Rasulullah diawal tulisan ini, setidaknya ada beberapa
alasan yang bisa menjadi dasar dari pemberian nama yang bagus untuk buah hati
kita adalah sebagai berikut;
Pertama, untuk menunjukan identitas religius dan identitas kultual islam,
hal ini sangat penting untuk dapat membedakan identitas religius terlebih bagi
mereka yang hidup dikomunitas masyarakat sekuler, bisa dibayangkan bagi
mereka yang hidup dinegara beriklim sekuler seperti nagara-negara barat, nama
beridentitas religius tentunnya memudahkan kita untuk membangkitkan kecintaan
dan persaudaran sesama muslim. Kedua, untuk lebih merangsang pendalaman
dan pemraktekan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan bermasyarakat,
setidaknya nama akan mensugesti dirinya agar selalu mengingat tingkah laku dan
tindakan agar tidak bertentangan dengan namanya.
Dalam artikel yang berjudul Etika Memberi Nama Anak dalam Islam Yang
ditulis oleh Abu Muhammad Abdurrahman Sarijan mengatakan Pentingnya
Pemberian Nama adalah sebagai ciri atau tanda, maksudnya adalah orang yang
diberi nama dapat mengenal dirinya atau dikenal oleh orang lain. Dalam AlQur’anul Kariim disebutkan; “Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar
gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang
sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia”
(QS. Maryam: 7). Dan hakikat pemberian nama kepada anak adalah agar ia
dikenal serta memuliakannya. Oleh sebab itu para ulama bersepakat akan
wajibnya memberi nama kapada anak laki-laki dan perempuan. Oleh sebab itu
apabila seseorang tidak diberi nama, maka ia akan menjadi seorang yang majhul
(=tidak dikenal) oleh masyarakat.
Bagi umat muslim, persoalan nama sudah pernah muncul pada zaman
Rasulullah masih ada, dalam sebuah hadis Nabi Muhammad pernah bersabda
yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Abu Daud bahwa Rasulullah pernah
memberikan nama kepada anak pamannya yaitu Abbas RA, dimana nama itu
menunjukkan penghambaan kepada Allah SWT dengan nama Abdullah yang
kemudian nama tersebut banyak diikuti oleh para sahabat, dan nama anak dari
kalangan Anshor yang pertama kali setelah hijrah ke Madinah Nabawiyah adalah
Abdullah
bin
Zubair
radhiallahu
‘anhuma.
Penamaan
yang
bermakna
penghambaan kepada Allah juga bisa semisal Abdul Aziz, Abdul Ghoniy dll. Dan
orang yang pertama yang menamai anaknya dengan nama yang demikian adalah
sahabat Ibn Marwan bin Al-Hakim. Adapun orang-orang Syi’ah mengharamkan
penamaan diri meraka dengan menggunakan Abdurrahman hal ini dikarenakan
orang yang telah membunuh ‘Ali bin Abi Tholib bernama Abdurrahman bin
Muljam.
Para ulama juga memperbolehkan penamaan anak dengan menggunakan
nama-nama Rasul sebagaimana diriwayatkan Yusuf bin Abdis Salam, ia berkata:
“Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam memberikan nama kepadaku Yusuf”
(HR. Bukhori –dalam Adabul Mufrod-; At-Tirmidzi –dalam Asy-Syama’il-). Atau
bisa juga penamaan dengan menggunakan Nama-nama orang sholeh dari kalangan
muslim. “Sesungguhnya mereka memberikan nama (pada anak-anak mereka)
dengan nama-nama para nabi dan orang-orang sholih” (HR. Muslim).
Selain nama-nama yang disunahkan, islam juga mengenal nama-nama
yang dilarang, 1) kaum muslimin telah bersepakat terhadap haramnya penggunaan
nama-nama penghambaan kepada selain Allah Ta’ala baik dari matahari, patungpatung, manusia atau selainnya, missal: Abdur Rasul (=hambanya Rasul), Abdun
Nabi (=hambanya Nabi) dll. Sedangkan selain nama Nabi shalallahu ‘alaihi wa
sallam, misal: Abdul ‘Izza (=hambanya Al-‘Izza (nama patung/berhala), Abdul
Ka’bah (=hambanya Ka’bah), Abdus Syamsu (=hambanya Matahari) dll. 2)
Memberi nama dengan nama-nama Allah Tabaroka wa Ta’ala, misal: Rahim,
Rahman, Kholiq dll.3) Memberi nama dengan nama-nama asing atau nama-nama
orang kafir. 4) Memberi nama dengan nama-nama patung/berhala atau
sesembahan selain Allah Ta’ala, misal: Al-Lat, Al-‘Uzza dll. 5) Memberi nama
dengan nama-nama asing baik yang berasal dari Turki, Faris, Barbar dll. 6) Setiap
nama yang memuji (tazkiyyah) terhadap diri sendiri atau berisi kedustaan.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; “Sesungguhnya nama yang
paling dibenci oleh Allah adalah seseorang yang bernama Malakul Amlak
(=rajanya diraja)” (HR. Bukhori; Muslim).7) Memberi nama dengan nama-nama
Syaithon, misal: Al-Ajda’ dll.
Sementara nama-nama yang dimakruhkan dengan penamaan nama-nama
orang fasiq, penzina, nama-nama dengan perbuatan jelek atau perbuatanperbuatan maksiat, dengan nama para pengikut Fir’un, misal: Fir’un, Qarun,
Haman,.dimakruhkan juga memberi nama anak dengan nama-nama hewan yang
telah dikenal akan sifat-sifat jeleknya, misal: Anjing, keledai dll.
Berkenaan dengan persoalan penamaan di Indonesia yang belakangan ini
menggegerkan media masa, sebagai umat islam tentunya kita bisa mengambil
pelajaran agar para orang tua tidak sembarangan dalam membertikan nama
kepada anaknya. Sedangkan bagi mereka yang penamaannya sudah terlanjur
menggunakan nama Tuhan dan Syaiton hendaklah membuka diri untuk
melakukan perubahan nama secara resmi, semoga artikel ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Dalam buku Tradisi Islam yang ditulis M. Afnan Chafihd-A. Ma’ruf
Asrori dituliskan bahwa untuk nama-nama yang tidak baik agar sebaiknya diganti,
sedangkan untuk nama-nama yang buruk adalah harus diganti.
Wallahu a’lam bisshoab
Download