Percepatan Tanah Maksimum (PGA) dan MMI Di Sulawesi Utara Kiki Rezki Amaliah, Lantu , Muh. Altin Massinai *) Program Studi Geofisika Universitas Hasanuddin [email protected] Pendahuluan Kepulauan Indonesia terletak di antara dua kontinen yaitu, kontinen Asia dibagian barat laut dan kontinen Australia di bagian tenggara serta terletak antara dua samudera yaitu, Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Indonesia ditinjau dari titik pandang geodinamika, negara kepulauan ini terletak dalam zona konvergen antara tiga lempeng yang saling bergerak satu terhadap lainnya, yaitu lempeng Benua Eurasia di bagian utara yang relatif diam, lempeng Samudera Pasifik yang bergerak ke arah barat dengan kecepatan 7 – 13 cm pertahun, sedang di tenggara selatan lempeng Hindia – Australia bergerak ke utara dengan kecepatan 6 – 10 cm pertahun (Massinai, 2012). Pengertian Gempa Bumi Gempa bumi merupakan salah satu bentuk goncangan akibat pergerakan dinamis bumi. Goncangan atau gempa bumi terjadi manakala dua keratan kerak bumi atau lapisan batuan di permukaan bumi bergerak atau bergeser dan saling melewati satu sama lain. Menurut teori tektonik lempeng bagian luar bumi merupakan kulit yang tersusun oleh lempeng lempeng tektonik yang saling bergerak. Di bagian atas disebut lapisan litosfer merupakan bagian kerak bumi yang tersusun dari material yang kaku. Lapisan ini mempunyai ketebalan sampai 80 km di daratan dan sekitar 15 km di bawah samudera. Lapisan di bawahnya disebut astenosfer yang berbentuk padat dan materinya dapat bergerak karena perbedaan tekanan (Magetsari, 2004). Jenis-jenis Gempa bumi 1. Menurut proses terjadinya gempa bumi 2. Menurut kedalaman sumber gempa (h) 3. Berdasarkan proses terjadinya 4. Berdasarkan kekuatannya atau magnitudo (M) Parameter Gempa Bumi Setiap kejadian gempa bumi akan menghasilkan informasi seismik berupa rekaman sinyal berbentuk gelombang yang setelah melalui proses manual atau non manual akan menjadi data bacaan fase (phase reading data). Informasi seismik selanjutnya mengalami proses pengumpulan, pengolahan dan analisa sehingga menjadi parameter gempa bumi. Parameter gempa bumi tersebut antara lain : 1. Waktu terjadinya gempa bumi (origin time) Waktu terjadinya gempa bumi atau yang dikenal dengan origin time adalah waktu pada saat terjadinya patahan atau runtuhan yang menyebabkan terjadinya penjalaran gelombang seismik atau gempa bumi. 2. Kedalaman sumber gempa Kedalaman sumber gempa merupakan ukuran kedalaman pusat terjadinya patahan atau runtuhan yang diukur dari permukaan bumi. Kedalaman sumber gempa bervariasi mulai dari dangkal, menengah dan dalam, yang batasan harganya tergantung dari keadaan tektonik setempat. 3. Jarak Episenter dan Hiposenter Episenter adalah titik permukaan bumi yang merupakan refleksi tegak lurus dari hiposenter atau fokus gempa bumi. Lokasi episenter dibuat dalam sistem koordinat kartesian bola bumi atau sistem kordinat geografis dan dinyatakan dalam derajat lintang dan bujur. Kedalaman sumber gempa bumi adalah jarak hiposenter dihitung tegak lurus dari permukaan bumi. Dalam perhitungan intensitas dan kecepatan tanah digunakan parameter jarak antara episenter sampai pada titik pengamatan (observasi). Jarak episenter ke koordinat titik pengamatan dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut : ∆ = √(𝑋2 − 𝑋1 )2 + √(𝑌2 − 𝑌1 )2 (2.1) Dimana : ∆ = Jarak episenter (satuan derajat) 𝑋1 = Latitude pada daerah pengukuran/pengamatan (satuan derajat) 𝑋2 = Latitude pada sumber gempa (satuan derajat) 𝑌1 = longitude pada daerah pengukuran/titik pengamatan (satuan derajat) 𝑌2 = longitude pada sumber gempa (satuan derajat) 4. Magnitudo Energi gempa (magnitudo) adalah suatu besaran gempa bumi yang menyatakan besarnya energi yang dilepaskan oleh suatu gempa (ledakan) di pusatnya. Magnitudo menggunakan Skala Richter (SR). Dalam proses perhitungan percepatan tanah pada permukaan digunakan magnitudo surfaces wafes (Ms). Namun ada kalanya data diperoleh menggunakan magnitudo body wafes (mb), Bila magnitudo gelombang permukaan (Ms) tidak diketahui dan hanya diketahui magnitudo gelombang body (Mb), Ms dapat dihitung dengan menggunakan rumusan empiris hubungan antara Ms dan Mb yaitu : Ms = 1,59 Mb – 3,97 (Sulaiman, 1980). 5. Intensitas Intensitas gempa bumi adalah skala kekuatan gempa bumi berdasarkan hasil pengamatan efek gempa bumi terhadap manusia, struktur bangunan dan lingkungan pada tempat tertentu. Intensitas berbeda dengan magnitudo karena intensitas adalah hasil pengamatan visual pada suatu tempat tertentu sedangkan magnitudo adalah adalah hasil pengamatan instrumental menggunakan seismograph. Pada suatu kejadian gempa bumi besarnya intensitas pada tempat yang berbeda dapat sama atau berbeda sedangkan besarnya magnitudo selalu sama walaupun dicatat atau dirasakan di tempat yang berbeda. Skala intensitas menggambarkan besarnya kerusakan yang terjadi di suatu lokasi yang diakibatkan oleh gempabumi (Tahir dkk, 2011). Richter merumuskan hubungan antara magnitudo dan intensitas yaitu sebagai berikut : 𝐼0 = 1.5 (M − 0.5) (2.2) Dimana 𝐼0 = skala intensitas di episenter dan M = Magnitudo (SR) Adapun hubungan intensitas dengan jarak episenter dan intensitas diberikan oleh : I = 𝐼0 𝑒𝑥𝑝−𝑏 ∆ (2.3) Dimana : 𝐼0 = skala intensitas episenter I = intensitas pada jarak daerah pengamatan b = 0,00051 ∆ = Jarak episenter ke koordinat daerah pengamatan. Pada awal hasil perhitungan jarak episenter ke koordinat daerah pengamatan ini berada dalam satuan derajat dan untuk mengubah ke satuan jarak maka dikali dengan 111 km. Jika dilihat dari pengamatan kerusakan atau dampak yang ditimbulkan dari gempa bumi maka ada beberapa skala intensitasnya misalnya : Skala intensitas Rossi-Fooel (I-X) Skala intensitas Mercalli atau Skala Modified Mercalli Intensity (MMI) (I-XII) Skala intensitas cancani (I-XII)