UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA KELAS VIII-D SMP NEGERI 10 MALANG PADA MATERI GRADIEN DAN PERSAMAAN GARIS LURUS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE ARTIKEL OLEH YOSEP NIM 608311454752 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FEBRUARI 2013 UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA KELAS VIII-D SMP NEGERI 10 MALANG PADA MATERI GRADIEN DAN PERSAMAAN GARIS LURUS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE ARTIKEL Diajukan kepada Universitas Negeri Malang Untuk memenuhi salah satu persyaratan Dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Matematika Oleh Yosep NIM 608311454752 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FEBRUARI 2012 Artikel oleh Yosep ini Telah diperiksa dan disetejui Malang, 18 Februari 2013 Pembimbing II Malang, 18 Februari 2013 Mahasiswa Aning Wida Yanti, S.Si, M.Pd NIP 198012072008012010 Yosep NIM 608311454752 Malang, 18 Februari 2013 Pembimbing I Prof. Dr. Toto Nusantara, M.Si NIP 196711301991031001 ABSTRAK Yosep. 2013. Upaya Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 10 Malang Pada Materi Gradien dan Persamaan Garis Lurus Melalui Model Pembelajaran Learning Cycle. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Prof. Dr. Toto Nusantara, M.Si. Pembimbing: (II) Aning Wida Yanti, S.Si. M.Pd Kata Kunci : Model pembelajaran learning cycle, Keaktifan belajar siswa. Paradigma baru tentang pendidikan sekarang ini menekankan pada peserta didik sebagai manusia yang memiliki potensi untuk belajar dan berkembang. Berdasarkan informasi dari guru matematika kelas VIII-D di SMPN 10 Malang, diketahui bahwa kegiatan pembelajaran matematika di kelas tersebut masih didominasi oleh guru sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran di kelas. Berdasarkan hasil tersebut, persentase siswa yang aktif sebesar 40%, dengan kategori keaktifan berada dalam tahap “kurang aktif’. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan langkah-langkah model pembelajaran learning cycle yang dapat meningkatkan keaktifan belajar matematika siswa kelas VIII-D di SMPN 10 Malang. Keaktifan belajar matematika siswa ini adalah yang akan diteliti pada penelitian ini secara berkelompok dengan menerapkan lima langkah dalam model pembelajaran learning cycle yaitu fase Engagement, fase Exploration, fase Explanation, fase Extention/elaboration dan fase Evaluation. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian berupa nilai aktivitas guru dan keaktifan siswa yang diperoleh dari lembar observasi dan hasil aktivitas guru dan keaktifan siswa pada siklus I secara klasikal adalah 76,6% hal ini menunjukkan aktivitas guru dalam kategori baik sedangkan keaktifan belajar siswa secara klasikal sebesar 65,3% hasil ini belum sesuai dengan harapan peneliti yaitu minimal yang diperoleh adalah “aktif”. Berdasarkan hasil refleksi dari siklus I, peneliti memaksimalkan lagi dalam pendampingan diskusi kelompok untuk siklus II. Pada siklus II ini, menunjukkan peningkatan berdasarkan hasil lembar observasi dengan kegiatan aktivitas guru secara klasikal diperoleh 81,5% dan berkategori baik sedangkan keaktifan belajar siswa secara klasikal diperoleh sebesar 88%, hal ini melebihi dengan harapan peneliti karena mencapai kategori “sangat aktif”. Mengetahui, Pembimbing I Pembimbing II Prof. Dr. Toto Nusantara, M.Si NIP 19671130 199103 1001 Aning Wida Yanti, S.Si, M.Pd NIP 19801207 2008012010 Penguji Drs. Erry Hidayanto, M.Si NIP 196609061992031004 ABSTRACT Yosep. 2013. Efforts to Improve Student’s Learning Activeness of Class VIII-D SMP N 10 Malang on Content of Gradients and Straight Line Equation through Learning Cycle Instructional Model. Thesis. Mathematics Education Study Program FMIPA State University of Malang. Advisors: (1) Prof. Dr. Toto Nusantara, M.Si. Advisors: (II) Aning Wida Yanti, S.Si. M.Pd Keyword: Learning Cycle Instructional Model, Students' Learning Activeness. The new paradigm of current educational is emphasized on learners as human beings who have the potential to learn and grow. Based on information of math teacher of class VIII-D in SMP 10 Malang, it is known that the mathematics learning activities in the classroom is still dominated by the teachers so that students are less active in the classroom. Based on these results, the percentage of students who are active is 40%, which is the category of activity in the stage of "less active". This study aimed to describe the steps of learning cycle instructional model which can improve students' mathematics learning activity of class VIII-D in SMP 10 Malang. The activeness of students’ mathematics learning is to be investigated in this study in groups by applying the five steps in the learning cycle instructional model, that is, Engagement, Exploration, Explanation, Extention/elaboration and Evaluation phase. The study is a qualitative descriptive. The research data are in the form of the value of student and teacher activity sheets obtained from the observations and results of activities of the student and teacher activity in the first cycle which is 76.6% in the classical. It shows that the activities of teachers are good, while activity of students in the classical is at 65.3%. This result does not meet the expectations of the researcher, that is, at least "active". Based on the reflection of the cycle I, the researcher maximizes again in a mentoring group discussion for cycle II. It indicates an increase based on the observation sheet by activities of teachers in the classical which is earned 81.5% and categorized good whereas the activeness of student learning in the classical is obtained by 88%. It exceeded the expectations of the researcher as it reaches the category of "very active". Mengetahui, Pembimbing I Pembimbing II Prof. Dr. Toto Nusantara, M.Si NIP 19671130 199103 1001 Aning Wida Yanti, S.Si, M.Pd NIP 19801207 2008012010 Penguji Drs. Erry Hidayanto, M.Si UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA KELAS VIII-D SMP NEGERI 10 MALANG PADA MATERI GRADIEN DAN PERSAMAAN GARIS LURUS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE Yosep Universitas Negeri Malang Pembimbing (1) Prof. Dr. Toto Nusantara, M.Si Pembimbing (2) Aning Wida Yanti, S.Si, M.Pd Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan langkah-langkah model pembelajaran learning cycle yang dapat meningkatkan keaktifan belajar matematika siswa kelas VIII-D di SMPN 10 Malang. Keaktifan belajar matematika siswa ini adalah yang akan diteliti pada penelitian ini secara berkelompok dengan menerapkan lima langkah dalam model pembelajaran learning cycle yaitu fase Engagement, fase Exploration, fase Explanation, fase Extention/elaboration dan fase Evaluation. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian berupa nilai aktivitas guru dan keaktifan siswa yang diperoleh dari lembar observasi dan hasil aktivitas guru dan keaktifan siswa pada siklus I secara klasikal adalah 76,6% hal ini menunjukkan aktivitas guru dalam kategori baik sedangkan keaktifan belajar siswa secara klasikal sebesar 65,3% hasil ini belum sesuai dengan harapan peneliti yaitu minimal yang diperoleh adalah “aktif”. Berdasarkan hasil refleksi dari siklus I, peneliti memaksimalkan lagi dalam pendampingan diskusi kelompok untuk siklus II. Pada siklus II ini, menunjukkan peningkatan berdasarkan hasil lembar observasi dengan kegiatan aktivitas guru secara klasikal diperoleh 81,5% dan berkategori baik sedangkan keaktifan belajar siswa secara klasikal diperoleh sebesar 88%, hal ini melebihi dengan harapan peneliti karena mencapai kategori “sangat aktif”. Kata Kunci : Model pembelajaran learning cycle, Keaktifan belajar siswa. Untuk mewujudkan keberhasilan di bidang pendidikan, proses pembelajaran harus diperhatikan dan diawasi dengan seksama agar tidak terjadi hambatan yang berarti dalam pelaksanaannya. Jika proses pembelajaran baik maka tujuan pembelajaran akan segera tercapai, begitu juga sebaliknya, dimana tujuan pembelajaran adalah kegiatan untuk membelajarkan siswa. Menurut Fahmi (2009) seorang siswa dinilai telah berhasil dalam proses pembelajaran jika setelah selesai mengikuti proses pembelajaran di kelas, ia yang asalnya tidak tahu kemudian menjadi tahu serta dapat menggunakan konsep, teorema maupun ketrampilan. Metode pembelajaran behavioristik yang diterapkan oleh sebagian guru khususnya guru matematika di SMP Negeri 10 Malang di kelas VIII-D, membuat siswa tidak bisa memotivasi dirinya sendiri untuk berperan aktif dalam pembelajaran, apalagi keinginan untuk membangun pemahaman atau mengaplikasikan apa yang telah diketahuinya untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang diberikan. Keaktifan selama pembelajaran yang dimaksud meliputi menjelaskan serta mengemukakan gagasan seputar materi, dan mempresentasikan hasil kerja di depan kelas. Berdasarkan permasalahan di atas, diperlukan metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Melalui pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivisme, siswa akan terlibat aktif dalam segala kegiatan di kelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri atau mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka. Learning Cycle merupakan salah satu metode mengajar yang dapat diterapkan oleh guru untuk mengatasi masalah keaktifan siswa, karena terdiri atas rangkaian kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan model pembelajaran melalui learning cycle, agar dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Oleh karena itu, penelitian ini juga menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, karena data yang diperoleh dalam bentuk verbal. Sehingga penelitian ini hasilnya berupa pendeskripsian data apa adanya dan peristiwa atau kejadian saat di lapangan. Kehadiran peneliti sangat dibutuhkan dan bertindak sebagai pemberi tindakan untuk melihat peningkatan keaktifan siswa di kelas VIII-D di SMP Negeri 10 Malang. Peneliti bertugas sebagai perencana tindakan, penyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, pemberi tindakan, pengumpul data, penganalisis data, dan pelapor hasil penelitian. Bagi para observer menganalisis aktivitas guru selama proses pembelajaran berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas guru. Cara menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran oleh observer yaitu: PK= PK : Persentase Keterlaksanaan SDP : Skor yang diperoleh guru SM : Skor Maksimal 𝑆𝐷𝑃 𝑆𝑀 𝑥 100% Pendoman penentuan kategori keterlaksanaan pembelajaran oleh guru ada pada tabel sebagai berikut: Tabel Pendoman Penentuan Kategori Keterlaksanaan Pembelajaran Guru No. Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran (%) Kategori 1. 81-100 Sangat Baik 2. 3. 4. 5. 61-80 41-60 21-40 0-20 Baik Cukup Baik Kurang Baik Sangat Kurang Baik Adapun rumus yang digunakan oleh observer dalam menetukan persentase keaktifan siswa yaitu sebagai berikut. P= 𝐾 𝑁 x 100 Keterangan: P : Presentase keaktifan siswa K : Banyaknya siswa yang menunjukkan keaktifan pada deskriptor N : Nilai maksimum Setelah dihitung persentasenya, kemudian ditentukan aktivitas siswa dalam diskusi kelompok dengan penentuan kategori keaktifan siswa dalam diskusi kelompok berdasarkan pendoman sebagai berikut. Tabel Pendoman Penentuan Kategori Keaktifan Siswa dalam Kelompok Presentase Klasifikasi Keterangan Keaktifan 85-100 Baik Sekali Sangat Aktif 70-84 Baik Aktif 55-69 Cukup Cukup Aktif 40-54 Kurang Kurang Aktif 0-39 Sangat Kurang Tidak Aktif Hasil Hasil penelitian pada siklus I yang diperoleh dalam penelitian ini berdasarkan pengamatan berupa data dari observer yaitu hasil observasi aktivitas guru dan hasil observasi keaktifan siswa yang tersaji sebagai berikut. Tabel Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus I Pertemuan Jumlah Skor Ke Rata-rata Observer Skor Observer I 13 1 Observer II 14 14 Prosentase keterlaksanaan (PK) Kategori Aktivitas Guru 70% Baik 2 3 Observer III 15 Observer I Observer II Observer III Observer I Observer II Observer III 15 16 17 14 16 18 16 80% Baik 16 80% Baik Berdasarkan tabel di atas, terlihat skor pencapaian aktivitas guru secara yaitu klasikal sebesar 76,6%. Data ini menunjukkan bahwa aktivitas guru (dalam hal ini peneliti) berada dalam kategori baik. Berdasarkan pernyataan tersebut peneliti sudah tepat dalam menerapkan model pembelajaran learning cycle, meski diperlukan peningkatan oleh peneliti dalam menerapkan model pembelajaran learning cycle. Tabel Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I Pertemuan Jumlah Skor Ke Rata-rata Observer Skor Observer I 16 Observer II 24 1 23 Observer III 29 Observer I 17 2 Observer II 23 23,6 Observer III 31 Observer I 30 3 Observer II 32 32 Observer III 34 Prosentase keterlaksanaan(PK) Kategori Keaktifan Siswa 57% Cukup Aktif 59% Cukup Aktif 80% Aktif Berdasarkan tabel di atas, disimpulkan bahwa persentase keaktifan siswa secara klasikal sebesar 65,3%. Hasil ini belum sesuai dengan harapan peneliti, sementara peneliti menginginkan kategori minimal yang didapat adalah “aktif”. Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti perlu melanjutkan pada siklus II. Berbagai temuan yang didapat pada siklus I tersebut dapat dijadikan sebagai acuan untuk berbagai perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus II. Perbaikanperbaikan yang harus dilakukan adalah peneliti lebih meningkatkan motivasi agar siswa berinsiatif untuk menunjukkan keaktifannya pada proses pembelajaran. Bentuk motivasi yang dilakukan bisa dengan memberikan pertanyaan yang menarik minat siswa untuk mencari kebenaran konsep dengan mengajukan pertanyaan atau tanggapan dari pertanyaan yang diajukan peneliti, selain itu juga bisa dengan bentuk penghargaan seperti pemberian tambahan nilai bagi yang aktif saat pembelajaran berlangsung, dan tidak kalah pentingnya adalah penguatan positif pada diri siswa bahwa dengan aktif di kelas, siswa akan lebih cepat memahami dan menemukan konsep yang benar seputar materi yang disampaikan, sehingga jangan pernah malu untuk manujukkan kekatifan dalam pembelajaran di kelas. Pada siklus II diperoleh hasil observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa yang tersaji sebagai berikut. Tabel Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus II Pertemuan Jumlah Skor Ke Rata-rata Observer Skor Observer I 14 Observer II 16 4 15,6 Observer III 17 Observer I 15 5 Observer II 17 17 Observer III 19 Prosentase keterlaksanaan (PK) Kategori Aktivitas Guru 78% Baik 85% Sangat Baik Berdasarkan tabel di atas, terlihat skor pencapaian aktivitas guru pada pertemuan ke-4 dan pertemuan ke-5 secara klasikal berkisar 81,5% Aktivitas peneliti berada dalam kategori sangat baik. Berdasarkan pernyataan tersebut peneliti sudah tepat dalam menerapkan model pembelajaran learning cycle, meski diperlukan peningkatan oleh peneliti dalam menerapkan melalui model pembelajaran learning cycle. Tabel Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II Pertemuan Jumlah Skor Ke Rata-rata Observer Skor Observer I 30 Observer II 36 1 34,6 Observer III 38 Observer I 32 2 Observer II 37 36 Observer III 39 Prosentase keterlaksanaan (PK) Kategori Aktivitas Siswa 86% Sangat Aktif 90% Sangat Aktif Berdasarkan tabel di atas, disimpulkan bahwa prosentase keaktifan siswa secara klasikal yaitu 88%. Hal ini sangat sesuai dan melebihi harapan peneliti, sementara peneliti menginginkan kategori minimal yang didapat adalah “sangat aktif”. Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti tidak perlu melanjutkan kesiklus selanjutnya. Pembahasan Berdasarkan pelaksanaan tindakan yang mengunakan model pembelajaran learning cycle untuk meningkatkan keaktifan belajar matematika siswa kelas VIII-D di SMPN 10 Malang, dilaksanakan sebanyak lima kali pertemuan dimana lima kali pertemuan ini untuk pembelajaran dengan menggunakan LKS sebanyak tiga LKS yaitu LKS I, LKS II dan LKS III yang berkaitan dengan materi gradien dan persamaan garis dan berdasarkan fase-fase learning cycle. Dalam penelitian ini, pelaksanaan pembelajaran di kelas oleh peneliti maupun observer, diketahui awal mulanya keaktifan siswa hanya mencapai 40%. Peneliti kemudian menggunakan model pembelajaran learning cycle terhadap siklus I dan siklus II. Pada siklus I terlihat skor pencapaian aktivitas peneliti pada pertemuan ke-1, ke-2 dan pertemuan ke-3 secara klasikal mencapai 76,6%, data ini menunjukkan bahwa aktivitas peneliti dalam kategori baik. Sedangkan keaktifan siswa secara klasikal pada siklus I mencapai 65,3%, hasil ini belum sesuai dengan harapan peneliti, sementara peneliti menginginkan kategori minimal yang didapat adalah “aktif”. Dalam hal ini peningkatan keaktifan siswa sebesar 25,5%, dibandingkan keaktifan siswa pada awal. Peningkatan yang terjadi pada siklus I masih belum memenuhi kriteria yang diiinginkan peneliti, sehingga pada siklus berikutnya peneliti lebih memaksimalkan lagi dalam pendampingan sewaktu diskusi kelompok dilaksanakan dan mempersiapkan siswa sebelum presentasi dilaksanakan. Pada siklus II, keaktifan belajar siswa terlihat meningkat. Sebenarnya secara garis besar, tindakan yang dilkukan pada siklus II hampir sama dengan tindakan yang dilakukan pada siklus I, tetapi pada siklus II tindakan dilakukan berdasarkan pada hasil refleksi siklus I. Siklus II mengharuskan peneliti lebih banyak memotivasi siswa untuk lebih aktif seperti memberikan nilai tambahan bagi siswa yang paling aktif, Yamin (2008:96) mengungkapkan bahwa memberikan motivasi kepada siswa berarti kita memberdayakan afeksi atau rasa suka mereka agar dapat melakukan sesuatu melalui penguatan langsung (eksternal), penguatan pengganti, dan penguatan diri sendiri. Pada siklus II, terlihat skor pencapaian aktivitas peneliti pada pertemuan ke-4 dan pertemuan ke-5 secara klasikal berkisar 81,5% Aktivitas peneliti berada dalam kategori sangat baik. Sedangkang kekatifan siswa secara klasikal mencapai 88%, Hal ini sangat sesuai dan melebihi harapan peneliti, sementara peneliti menginginkan kategori minimal yang didapat adalah “aktif”. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan sebesar 48% dibandingkan keaktifan siswa pada siklus I. Peningkatan ini juga tidak terlepas dari usaha peneliti untuk selalu memperhatikan dan memahami betul langkah-langkah dan aktivitas pengajar dalam tiap tahap yang terdapat pada model pembelajaran learning cycle, sehingga peluang keberhasilan yang diharapkan saat pembelajaran di kelas semakin besar. Kesimpulan 1. Dari pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan di kelas VIII-D SMPN 10 Malang, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran learning cycle dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa melalui tahap-tahap pembelajaran sebagai berikut. a) Fase pendahuluan (Enganggement) b) Fase eksplorasi (Exploration) c) Fase penjelasan (Explanation) d) Fase penerapan konsep (Elaboration) e) Fase evaluasi (Evaluation) 2. Penerapan melalui model pembelajaran learning cycle dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa di SMP N 10 Malang. Peningkatan dari hasil pembelajaran learning cycle adalah peningkatan keaktifan belajar matematika siswa dari siklus I ke siklus II. Siklus I memperlihatkan ketercapaian keaktifan siswa mencapai 65,3%, hasil ini belum sesuai dengan harapan peneliti, sementara peneliti menginginkan kategori minimal yang didapat adalah “aktif”. Sementara siklus II rata-rata ketercapaian keaktifan siswa mencapai 88%, Hal ini sangat sesuai dan melebihi harapan peneliti, sementara peneliti menginginkan kategori minimal yang didapat adalah “aktif”. Saran 1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, melalui model pembelajaran learning cycle yang terdiri 5 fase ini layak dipertimbangkan bagi para guru dan praktisi sebagai pembelajaran alternatif strategi untuk membuat siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas. 2. Penerapan melalui model pembelaran learning cycle ini dilaksanakan pada materi gradien dan persamaan garis lurus. Bagi peneliti lain diharapkan mampu mengembangkan model pembelajaran learning cyle pada materi lain sehingga akan lebih diketahui keefektifan dan keakuratan model pembelajaran learning cycle dalam pelaksanaannnya . 3. Bagi peneliti lainnya yang juga melakukan pengamatan tentang keaktifan siswa, dan tertarik melakukan penelitian yang seperti penulis lakukan. Diharapkan mampu merancang dan mampu menentukan keaktifan siswa yang sudah mencakup karakter dan per kriteria siswa yang beragam pada proses pembelajaran di lapangan. DAFTAR RUJUKAN Fahmi, Syariful. 2009. Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif ,(Online) (http://syarifulfahmi.blogspot.com/2009/09/pembelajaran-aktif-kreatif-efektifdan.html, diakses pada 19 Januari 2011) Yamin, Martinis. 2008. Paradigma Pendidikan Konstruktivistik.Jakarta: GP Press.