2 Daerah netral Daerah deplesi Daerah netral disfusi elektron dari tipe-n ke tipe-p dan difusi hole dari tipe-p ke tipe-n. Rapat arus total (J) yang mengalir pada saat persambungan p-n di bias maju adalah pertambahan rapat arus difusi pada sisi-n (Jn) dengan rapat arus difusi pada sisi-p (Jp). Medan listrik Gambar 1. Proses pembentukan p-n junction, (-) ion akseptor, (○) hole, (+) ion donor, (●) elektron.9 menuju tipe-n, sedangkan elektron semikonduktor tipe-n menuju tipe-p. dari Difusi hole dan elektron tidak terjadi terus menerus, karena ketika hole meninggalkan tipe-p dan hilang di dalam tipen akibat rekombinasi, maka sebuah akseptor akan diionisasikan menjadi negatif di daerah tipe-p yang membentuk muatan ruang negatif. Hal yang sama terjadi pada elektron yang meninggalkan muatan ruang positif pada daerah tipe-n, sehingga membangkitkan medan listrik yang berasal dari ruang muatan postif menuju ruang muatan negatif (Gambar 1).9 Medan listrik ini akan menghambat difusi hole dan elektron. Aliran-aliran muatan pembawa ini akan berhenti setelah terdapat keseimbangan antara aliran difusi dan aliran drift.7 Keseimbangan ini ditandai oleh adanya kesamaan antara level Fermi tipe-p dan tipe-n (Gambar 2). Pada keadaan seimbang, di dalam p-n junction terbentuk 1. daerah tipe-p netral: daerah dengan jumlah hole sama dengan jumlah akseptor. 2. daerah muatan ruang tipe-p: daerah diionisasikannya akseptor negatif. 3. daerah muatan ruang tipe-n: daerah diionisasikannya donor positif 4. daerah tipe-n netral: daerah dengan jumlah donor sama dengan jumlah elektron.10 potensial internal pada daerah deplesi dapat dipengaruhi oleh tegangan eksternal yang dipasang pada sisi-p dan sisi-n. Pemasangan tegangan bias positif pada sisi tipe-p dan negatif pada sisi tipe-n akan menurunkan potensial internal pada daerah deplesi (Gambar 3a). Keadaan ini disebut bias maju (VF).8 Pemasangan bias maju akan menurunkan arus drift, tetapi dapat menaikkan Gambar 2. Pita energi saat keseimbangan termal pada p-n junction8 . qVF J J p J n J 0 e kT 1 (1) J0 adalah rapat arus saturasi, k adalah konstanta Boltzman, q adalah muatan dan T adalah suhu mutlak. (a) (b) Gambar 3. (a) Pita energi saat dibias maju, (b) Pita energi saat dibias mundur.8 Pemasangan bias negatif pada sisi-p dan positif pada sisi-n akan menaikkan potensial internal pada daerah deplesi (Gambar 3 b). Keadaan ini disebut bias 3 mundur (VR). Rapat arus yang mengalir pada saat bias mundur adalah R qV J J 0 e kT 1 (2) arus pembawa pada p-n junction dipengarui oleh penyinaran cahaya. Penyinaran cahaya pada persambungan p-n akan membentuk pasangan elektron-hole yang memiliki energi lebih besar dari pada celah energi.7Pembentukan pasangan elektron-hole terjadi di daerah difusi dengan panjang Lp untuk difusi hole dan Ln untuk difusi elektron. Pasangan elektron-hole ini akan berkontribusi terhadap arus foto. Jumlah pasangan elektronhole dipengaruhi intensitas cahaya yang datang. Pasangan elektron-hole akan berpisah karena medan listrik yang ada pada daerah deplesi. Adanya pemisahan muatan pada daerah deplesi, akan menghasilkan aliran arus dari sisi-n ke sisi-p ketika sisi-p dan sisi-n dihungkan dengan kawat luar (Gambar 4). (a) (b) Gambar 5. Pita energi p-n junction saat disinari cahaya, (a) shortcircuited dan (b) open-circuited current.8 Elektron dan hole akan berkumpul pada kedua sisi, sehingga menghasilkan tegangan.8 Tegangan tersebut dianamakan tegangan open-circuit (Voc). Kurva karakteristik arustegangan p-n junction saat disinari cahaya dan saat dalam keadaan gelap (tidak menerima cahaya) ditunjukkan pada Gambar 6. Arus yang mengalir pada persambungan p-n ketika disinari cahaya adalah: Gambar 4. Aliran muatan pembawa persambungan p-n saat disinari cahaya dalam rangkaian tertutup.8 qV I I 0 e nkT 1 I sc (3) Penyinaran p-n junction pada rangkaian terbuka akan menyebabkan pemisahan muatan pembawa.7 Pemisahan muatan pembawa ini akan menghasilkan beda potensial. Diagram pita energi p-n junction pada saat dihubung singkat (short-circuited) dan arus rangkaian terbuka (open-circuited current) ditunjukkan pada Gambar 5a dan 5b. Arus yang mengalir pada saat sisi-p dan sisi-n dihubungkan seperti rangkaian tertutup disebut arus short-circuit (Isc) yang nilainya sama dengan arus foto (IL) jika hambatan seri (series resistance) sama dengan nol. Ketika sisi-p dan sisi-n diisolasi, elektron bergerak menuju sisi-n dan hole menuju sisi-p. Gambar 6. Karakteristik arus-tegangan (I-V) saat gelap dan disinari cahaya.8 4 Ketika rangkaian terbuka (I = 0), sehingga tegangannya adalah: Voc nkT I sc ln 1 q I0 (4) Fill factor merupakan parameter fotovoltaik sel surya yang dapat dijadikan penentu baik dan buruknya sel. Fill factor dapat dicari dengan menggunakan persamaan: FF Vm I m Voc I sc (5) VmIm adalah daya maksimum sel. Efisiensi konversi pada sel surya (η) didefinisikan sebagai rasio daya output maksimum yang dihasilkan terhadap daya total dari intensitas cahaya yang diterima (PIn). Vm I m VOC I SC FF PIn PIn (6) 2.2 Sel Fotoelektrokimia Sel fotoelektrokimia terdiri dari semikonduktor yang aktif terhadap cahaya sebagai elektroda (bisa tipe-p atau tipe-n) dan elektroda counter yang terbuat baik dari logam ataupun semikonduktor. Kedua elektroda tersebut direndam dalam elektrolit. Pasangan elektron-hole dibangkitkan pada persambungan antara semikonduktor dan elektrolit jika persambungan tersebut diberikan cahaya yang memiliki energi yang lebih besar dari band gap semikonduktor. Selain hanya untuk membangkitkan arus listrik, sel fotoelektrokimia juga dapat digunakan pada proses elektrolisis air. Eksperimen pertama terhadap fotoelektrokimia dikemukakan oleh Becquerel pada 1839 saat menemukan efek fotovoltaik pada elektroda perak klorida yang disinari cahaya. 2.3 Sel Surya Tersensitasi Dye (Gratzel Cell) Pada sel surya tersensitasi dye seperti pada Gambar 7, fotoeksitasi tidak terjadi pada elektroda semikonduktor, namun terjadi pada dye penyerap cahaya, tepatnya pada persentuhan antara semikonduktor tersensitasi dye dan elektrolit.7, 11 Injeksi elektron dari dye ke TiO2 membutuhkan eksitasi dye yang lebih reduktif dari pita konduksi TiO2. Dye yang teroksidasi akan membutuhkan transfer elektron dari elektrolit untuk mengembalikannya ke ground state. Reaksi kimia redox yang terjadi membuat sel ini disebut juga dengan sel fotoelektrokimia. Eksitasi : TiO2|S + hv → TiO2|S* Injeksi : TiO2|S* → TiO2|S* + eRegenerasi : TiO2|2S+ + 3I- →TiO2|2S + I3- Sel ini terkendala sifat korosif dari elektrolit dan kemungkinan kebocoran pada cairan elektrolit, maka perlu menggunakan elektrolit berupa gel sebagai solusi untuk mengatasinya. Dalam perkembangannya dari generasi pertama hingga kini, terdapat peningkatan efisiensi konversi sel surya yang awalnya memiliki nilai sebesar 7.1 % hingga mampu mencapai lebih dari 11 %.11 Gambar 7. Pita energi dan transfer muatan pada sel surya tersensitasi dye.7 5 Tabel 1. Karakteristik kristal anatase dan rutile Faktor Perbedaan Energy gap (Eg), eV Massa jenis (ρ), gr/cm3 Jarak Ti-Ti, Å Jarak Ti-O, Å Parameter kisi, Å Kristal Anatase 3,200 3,830 3,970 dan 3,040 1,937 dan 1,966 a = 3,782 Rutile 3,100 4,240 3,570 dan 2,960 1,946 dan 1,983 a = 4,587 c = 9,502 c = 2,953 2.4 Titanium Dioksida (TiO2) TiO2 terdapat dalam 3 bentuk polimorf yang berbeda, yaitu rutile, anatase, dan brukit.12 Di antaranya, rutile dan anatase adalah paling umum digunakan dalam fotokatalisis.13 Struktur anatase dan rutile digambarkan dalam bentuk rantai oktahedral TiO6. Struktur kedua kristal dibedakan oleh distorsi oktahedron dan pola susunan rantai oktahedronnya (Gambar 8). dibandingkan rutile (1,937 Å dan 1,966 Å pada anatase dan 1,946 Å dan 1,983 Å untuk rutile).13 Pada rutile, setiap oktahedronnya mengalami kontak dengan 10 oktahendron tetangganya, sedangkan pada anatase, setiap oktahedron mengalami kontak dengan delapan oktahedron tetangganya. Perbedaan dalam struktur kisi ini menyebabkan perbedaan massa jenis dan struktur pita elekektronik antara dua bentuk TiO2, yaitu anatase memiliki daerah aktivasi yang lebih luas dibandingkan rutile sehingga kristal tersebut menjadi lebih reaktif terhadap cahaya dibandingkan rutile. Besar bandgap yang dimiliki pun menjadi berbeda, pada anatase besar rentang energinya adalah 3,2 eV sedangkan rutile 3,0 eV.15 Perbedaan struktur kristal anatase dan rutile dirangkum pada Tabel1. Kristal rutile memiliki struktur yang lebih padat dibandingkan anatase, karenanya memiliki densitas dan indeks refraktif yang lebih tinggi (massa jenis rutile: 4,250 gr/cm3; anatase: 3,894 gr/cm3 indeks bias rutile dan anatase berturut-turut adalah 2,9467 dan 2,5688).14 2.5 Sensitizer Dye Berbeda dengan sel surya p-n, elektron yang dibangkitkan di dalam sel surya tersensitasi dye berasal dari sensitizer dye. Kepekaannya terhadap cahaya mempengaruhi jumlah elektron yang akan dibangkitkan ketika dipaparkan sinar.7 Gambar 8. Struktur kristal anatase dan rutile.13 Setiap ion Ti4+ dikelilingi oleh enam atom O2-. Oktahedron pada rutile memperlihatkan sedikit distorsi ortorhombik, sedangkan oktahendron pada anatase memperlihatkan distorsi yang cukup besar sehingga relatif tidak simetri. Jarak Ti-Ti pada anatase lebih besar (3,79 dan 3,04 Å pada anatase, 3,57 dan 2,96 Å untuk rutile), sedangkan jarak ion Ti-O lebih pendek PPV merupakan polimer konduktif yang unggul kemampuannya dalam pembentukan film dan dapat memiliki sifat elektroluminesensi.5,6 PPV memiliki unit berulang ikatan teratur tunggal-rangkap yang membentuk gabungan dari cincin benzena dan ikatan trans-poliasetilene.16 PPV memiliki bandgap sekitar 2,2 eV.18 Dalam penelitian ini jenis PPV yang digunakan adalah poly [ 2 - methoxy - 5 - (2’-