PENGARUH PENGELUARAN ANGGARAN RUTIN DAN

advertisement
http://www.karyailmiah.polnes.ac.id
PENGARUH PENGELUARAN ANGGARAN RUTIN DAN
ANGGARAN PEMBANGUNAN PEMERINTAH DAERAH
TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DAN
KESEMPATAN KERJA DI KABUPATEN KUTAI BARAT
Prapdopo
(Staf Pengajar Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda)
Abstrak
Target this research is wishing to know the influence directly realize the routine budget
and development budget to PDRB, influence directly realize the routine budget and
development budget to opportunity work the, influence indirectly realize the routine budget and
development budget to opportunity work through total PDRB influence and (totalize the effect)
routine budget realization and development budget to opportunity work through PDRB in
Regency of Kutai West.
Research method used is multiple regressions by using model of path analysis analyze
the band. Variable trussed used is opportunity work, PDRB as variable of free intervening
variable and used is routine budget (X1) And development budget (X2).
Pursuant to research result known that there are influence directly between routine
budget and development budget to PDRB, not there are influence directly PDRB to opportunity
work the development budget own the direct influence to job opportunity, not there are
influence indirectly between routine budget and development budget to opportunity work
through PDRB, and there are total influence (totalize the effect) development budget to
opportunity work through PDRB while routine budget not own the total influence to opportunity
work through PDRB in Regency of Kutai West.
Keywords: Opportunity Work, PDRB, Routine Budget, Development Budget, Regency of
Kutai West.
PENDAHULUAN
Dalam kerangka teori Keynes, tinggi
rendahnya produksi nasional perekonomian yang
belum mencapai tingkat pengerjaan penuh (below
full employment level) ditentukan oleh besarnya
permintaan agregat terhadap barang dan jasa yang
diproduksi oleh perekonomian tersebut. Permintaan
agregat tersusun dari komponen-komponen
konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah,
investasi, dan ekspor bersih. Dari keempat
komponen ini hanya pengeluaran pemerintah yang
merupakan variabel eksogen (autonomous), dalam
arti, besar kecilnya tidak tergantung kepada
variabel-variabel ekonomi yang lain, melainkan
semata-mata
ditentukan
oleh
kebijakan
pemerintah. Dengan sifatnya yang khusus ini,
JURNAL EKSIS Vol.6 No.2, Maret 2010: 1440 – 1605
pengeluaran pemerintah memiliki kedudukan
strategis dalam kerangka pembangunan ekonomi.
Kabupaten Kutai Barat sebagai salah satu
kabupaten
di
Propinsi
Kalimantan
Timur
menghadapi fenomena yang sama dengan
sebagian besar kabupaten kota di Indonesia.
Pemerintah
daerah
menghadapi
berbagai
keterbatasan dalam hal sumber pendanaan
pembangunan
baik
yang
bersumber
dari
pemerintah pusat maupun dari pendapatan asli
daerah yang terutama berupa pajak dan retribusi
daerah.
Selain itu struktur anggaran Kabupaten
Kutai Barat juga menghadapi fenomena yang
sama dengan sebagian besar Kabupaten/Kota di
Indonesia. Dari sisi penerimaan, rata-rata proporsi
Riset / 1452
sumbangan dan bantuan pemerintah pusat
terhadap total penerimaan daerah dari tahun 2001
sampai dengan tahun 2007 adalah sebesar 103
persen. Keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi
menuntut adanya suatu kebijakan yang tepat dari
pemerintah. Upaya-upaya peningkatan pendapatan
asli daerah dapat dilakukan pada kondisi dan unsur
tertentu saja, karena secara umum upaya tersebut
dapat meningkatkan beban yang harus ditanggung
masyarakat.
Salah satu sudut pandang kebijakan yang
dapat dilakukan adalah melalui kebijakan
pengeluaran pemerintah daerah. Kebijakan yang
dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah memerlukan perhatian terutama
dalam hal pendistribusian anggaran, sehingga
dapat merangsang terciptanya sumber-sumber
pendapatan baru bagi daerah dan juga tersedianya
kesempatan kerja bagi masyarakat.
Bertitik
tolak
dari
latar
belakang
permasalahan tersebut maka penelitian ini
bermaksud untuk melakukan pemantauan terhadap
kebijakan
pengeluaran
pemerintah
daerah
Kabupaten Kutai Barat
yang terdiri dari
pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan
selama kurun waktu 2000 sampai dengan 2008
sebagai sebuah langkah awal terhadap perumusan
kebijakan yang lebih mandiri di masa depan.
Kajian Teoritik
1. Teori Pertumbuhan Neoklasik
Agregat fungsi produksi merupakan kunci
bagi model pertumbuhan Neoklasik. Dalam
perekonomian yang tidak ada pertumbuhan
teknologi, pendapatan dapat ditentukan dari
besarnya modal dan tenaga kerja. Berdasarkan
variabel dalam fungsi produksi ini ada dua model
pertumbuhan yaitu model pertumbuhan tanpa
perkembangan teknologi dan model pertumbuhan
dengan perkembangan teknologi.
a) Model Pertumbuhan Tanpa Perkembangan
Teknologi
Dalam model ini, fungsi produksi secara
umum dapat dituliskan sebagai :
Y = f (K, L)
Di mana:
Y = pendapatan riil
K = stok modal
L = tenaga kerja
Bentuk spesifik dari hubungan ini dikenal
sebagai fungsi produksi Cobb-Douglas. Dengan
mengambil á dan â masing-masing adalah
elastisitas pendapatan terhadap modal dan tenaga
kerja maka fungsi produksi dapat dituliskan
sebagai:
Riset / 1453
Yt  A.K  .L
Pendapatan akan meningkat bila setiap
tenaga kerja mendapat modal peralatan yang lebih
banyak dan proses ini disebut ‘capital deepening’.
Tetapi tidak dapat terus-menerus meningkat tanpa
adanya pertumbuhan teknologi karena modal
(seperti juga tenaga kerja) akhirnya akan
meningkat dengan pertumbuhan yang semakin
berkurang (diminishing return).
b) Model Pertumbuhan dengan Perkembangan
Teknologi
Model Neoklasik tanpa perkembangan
teknologi kurang relalistis untuk membuat analisis,
supaya lebih realistis maka ditambahkan faktor
perkembangan
teknologi
yang
dapat
mempengaruhi pertumbuhan pendapatan. Cara
yang
paling
umum
adalah
memasukkan
perkembangan teknologi sebagai elemen dalam
fungsi produksi. Modal dan tenaga kerja
diasumsikan dapat mengambil keuntungan dari
adanya perkembangan teknologi. Fungsi produksi
yang baru menjadi :
Y = f (A, K, L)
dengan A adalah perkembangan teknologi.
Perkembangan teknologi dapat dikatakan tidak
melekat dalam model karena tidak tergantung dari
masukan modal dan tenaga kerja. Jika
diasumsikan perkembangan teknologi meningkat
secara
halus
sepanjang
waktu
(tingkat
pertumbuhan tetap), maka fungsi produksi CobbDouglas menjadi :
Y  A K  L
dengan g adalah pertumbuhan dari perkembangan
teknologi per periode waktu t. Representasi ini
merupakan penyederhanaan dengan mengabaikan
kemungkinan terjadi perkembangan teknologi
melalui investasi. Sebagai tambahan, tenaga kerja
dapat juga menjadi lebih terampil sehingga dapat
menaikkan efisiensi dan dalam kasus ini (seperti
juga modal) dianggap bersifat tidak homogen.
Asumsi lain yang digunakan model ini adalah
sistem
perekonomian
berdasarkan
pasar
berkompetisi sempurna dengan faktor harga yang
fleksibel serta sumber daya pada kesempatan kerja
penuh.
Dengan mengambil logaritma natural (ln)
Persamaan di atas dan kemudian dideferensialkan
terhadap waktu maka didapat pertumbuhan
pendapatan dan dinyatakan sebagai :
y  g a k  l
dengan :
y=
pertumbuhan pendapatan (misalnya dalam
periode satu tahun)
JURNAL EKSIS
Vol.6 No.2, Agustus 2010: 1440 – 1605
http://www.karyailmiah.polnes.ac.id
k = pertumbuhan stok modal
l = pertumbuhan tenaga kerja.
Huruf kecil y, k, dan l di sini menunjukkan
tingkat pertumbuhan dari Y, K dan L. Konstanta á
dan â menyatakan elastisitas pendapatan terhadap
modal dan tenaga kerja seperti telah disebut
sebelumnya.
Berdasarkan
model
pertumbuhan
Neoklasik
dengan
perkembangan
teknologi
memberi landasan yang cukup untuk menunjukkan
adanya faktor yang berperan dalam menjelaskan
perbedaan
pertumbuhan
regional.
Dengan
mengubah persamaan di atas ke dalam model
pertumbuhan regional maka akan terlihat bahwa
perbedaan dapat terjadi karena :
a. Perbedaan perkembangan teknologi antar
wilayah.
b. Pertumbuhan stok modal yang mungkin
berlainan antar wilayah.
c. Pertumbuhan tenaga kerja dapat juga berlainan
antar wilayah.
Dengan menghilangkan subskrip waktu (t)
maka persamaan pertumbuhan untuk masingmasing wilayah dapat dinyatakan sebagai :
y  g a k  l
dengan r menyatakan wilayah tertentu. Sehingga g
r dapat dibaca sebagai tingkat perkembangan
teknologi di wilayah r yang harganya untuk tiap
wilayah dapat berlainan (paling tidak untuk jangka
pendek).
2. Kebijakan Pengeluaran Pemerintah
Terdapat
berbagai
instrumen
yang
digunakan pemerintah untuk mempengaruhi
perekonomian, salah satu di antaranya adalah
pembelanjaan atau pengeluaran pemerintah.
Dalam
model
pembangunan
tentang
perkembangan pengeluaran pemerintah yang
dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave
(Mangkoesoebroto , 1999) bahwa pada tahap awal
perkembangan ekonomi, persentase investasi
pemerintah terhadap total investasi sangat besar.
Hal ini disebabkan oleh karena pada tahap ini
pemerintah
harus
menyediakan
prasarana.
Peranan pemerintah tetap besar pada tahap
menengah oleh karena peranan swasta yang
semakin besar ini banyak menimbulkan kegagalan
pasar.
Namun
demikian
menurut
Hyman
(1999,397) ada hal yang menjadi permasalahan
utama dalam keuangan negara, yaitu dalam hal
distribusi
ongkos
yang
digunakan
dalam
pembiayaan untuk penyediaan barang-barang
publik di antara masyarakat. Tidak ada cara terbaik
yang dapat memberikan kepuasan kepada semua
JURNAL EKSIS Vol.6 No.2, Maret 2010: 1440 – 1605
lapisan
masyarakat.
Perpajakan
sebagai
komponen utama pembiayaan salah satu
dampaknya adalah dampak politis serta efisiensi
dalam mekanisme pasar.
Dalam konteks perekonomian negara
sedang berkembang, peranan kebijakan fiskal
adalah untuk memacu laju pembentukan modal.
Kebijakan fiskal juga memainkan peranan penting
di
dalam
rencana
pembangunan
negara
terbelakang. Di dalam perencanaan, suatu
keseimbangan harus dicapai baik dalam arti riil
maupun dalam arti uang. Dengan kata lain,
rencana fisik harus disesuaikan dengan rencana
keuangan. Penerapan rencana keuangan dan
pencapaian perimbangan dalam arti riil dan
keuangan jelas banyak tergantung pada tindakantindakan fiskal (Jhingan,473).
Pengeluaran pemerintah merupakan salah
satu
unsur
permintaan
agregat.
Konsep
perhitungan
pendapatan
nasional
dengan
pendekatan pengeluaran secara matematis dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Y= C + G + I+ ( X - M )
Di mana:
Y = pendapatan
C = konsumsi rumah tangga
G = pengeluaran pemerintah
I = investasi
(X — M) = ekspor bersih (ekspor — impor)
Formula di atas dikenal sebagal identitas
pendapatan nasional. Variabel Y melambangkan
pendapatan nasional, sekaligus mencerminkan
penawaran agregat. Sedangkan variabel-variabel di
ruas kanan disebut permintaan agregat. Variabel G
melambangkan
pengeluaran
pemerintah
(Govemment
expenditures).
Dengan
membandingkan nilai G terhadap Y dapat diketahui
seberapa besar kontribusi pengeluaran pemerintah
dalam pembentukan permintaan agregat atau
pendapatan nasional. Dengan itu dapat dianalisa
seberapa penting peranan pemerintah dalam
perekonomian nasional (Dumairy, 1996).
Pengeluaran
pemerintah
dapat
digolongkan kepada dua golongan yang utama
yaitu
pengeluaran
penggunaan
pemerintah
konsumsi pemerintah dan investasi pemerintah.
Yang termasuk dalam golongan pertama adalah
pembelian atas barang dan jasa yang akan
dikonsumsi, seperti membayar gaji guru sekolah,
membeli alat-alat kantor untuk digunakan dan
membeli bensin untuk kendaraan pemerintah.
Sedangkan
investasi
pemerintah
meliputi
pengeluaran untuk membangun prasarana seperti
jalan, sekolah, rumah sakit dan irigasi (Sukirno,
2002).
Riset / 1454
3. Teori Ketenagakerjaan
serta untuk investasi pemerintah
pembangunan/barang-barang modal).
Permintaan tenaga kerja merupakan fungsi
yang menggambarkan hubungan antara tingkat
upah dengan jumlah tenaga kerja yang diminta.
Permintaan tenaga kerja dapat dianalisis secara
mikro maupun makro. Pada analisis mikro, unit
analisisnya adalah sebuah perusahaan atau
institusi tertentu, sedang dalam analisis makro unit
analisisnya adalah industri secara agregat
(keseluruhan).
Pengeluaran pembangunan merupakan
pengeluaran pemerintah untuk pelaksanaan
proyek-proyek
terdiri
dari
sektor-sektor
pembangunan dengan tujuan untuk melakukan
investasi. Namun hal ini sering menyimpang dari
apa
yang
telah
diprogramkan
mengingat
banyaknya usulan program yang tidak merupakan
kebutuhan dari daerah namun merupakan
keinginan dari pemerintah atasan sehingga
kadang-kadang memberikan keengganan daerah
dalam mengajukan usulan program yang memang
betul-betul mendesak.
Dalam Hubungan industrial ini membahas
permintaan tenaga kerja dari sudut pandang
makro. Analisis permintaan tenaga kerja secara
makro didasarkan atas asumsi bahwa permintaan
tenaga kerja diturunkan / diderivasi dari permintaan
masyarakat terhadap barang dan jasa yang
dibutuhkan. Semakin besar permintaan barang dan
jasa dari masyarakat semakin besar pula
permintaan
tenaga
kerja
perusahaan
ke
masyarakat. Perusahaan meminta tenaga kerja
karena kemampuannya menghasilkan barang dan
jasa. Dengan demikian pembahasan permintaan
tenaga kerja didasarkan pada teori produktivitas
tenaga kerja. Disini akan dibahas variabel-variabel
yang mempengaruhi permintaan tenaga kerja dan
kesempatan kerja.
Pengeluaran konsumsi pemerintah meliputi
seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh
pemerintah dalam hal ini adalah pemerintah
Kabupaten
Kutai
Barat,
dalam
rangka
penyelenggaraan
kegiatan
administrasi
pemerintahan. Nilai output akhir pemerintah yang
terdiri dari pembelian barang dan jasa yang bersifat
rutin pembayaran gaji pegawai dan perkiraan
penyusutan barang modal pemerintah.
4. Kerangka Konseptual Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut
beberapa hal dapat dijadikan sebagai pengkajian
mengenai
kebijakan
pemerintah
khususnya
pengeluaran
pemerintah
dengan
konteks
pemerintah daerah. Bahwa sebagaimana dalam
konteks negara, peran pemerintah daerah sangat
diperlukan dalam kerangka mengatasi masalahmasalah yang tidak dapat diselesaikan oleh pasar
yaitu dalam hal penyediaan barang-barang publik.
Pemerintah daerah dituntut dapat berperan aktif
dalam mengelola dan mengembangkan sektor
publik dalam upaya meningkatkan pertumbuhan
ekonomi daerah. Pendekatan pada upaya
peningkatan pertumbuhan bukanlah semata-mata
menentukan pertumbuhan sebagai satu-satunya
tujuan pembangunan daerah, namun pertumbuhan
merupakan salah satu ciri pokok terjadinya proses
pembangunan.
Peran pemerintah dapat dijalankan melalui
salah instrumen kebijakan yaitu pembelanjaan.
Apabila pemerintah telah menetapkan suatu
kebijakan untuk membeli barang dan jasa,
pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang
harus dikeluarkan
oleh pemerintah untuk
melaksanakan kebijakan tersebut.
Pengeluaran
yang
dilakukan
oleh
Pemerintah dapat dibedakan yaitu pertama
pembelian faktor-faktor produksi (input ) dan
pembelian produk (output ), kedua, untuk
pengeluaran konsumsi pemerintah (belanja rutin)
Riset / 1455
(belanja
Perhitungan
pengeluaran
konsumsi
pemerintah dilakukan dengan menggunakan data
keuangan pemerintah kabupaten yang meliputi
pengeluaran rutin untuk belanja pegawai, belanja
barang, belanja perjalanan dinas, belanja
pemeliharaan, belanja rutin lain-lain seperti belanja
pensiun dan subsidi.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat di
buat bagan kerangka konseptual penelitian sebagai
berikut:
Realisasi Anggaran Rutin
(Independend Variable)
Realisasi Anggaran
Pembangunan
(Independend Variable)
PDRB
(Intervening
Variable)
Kesempatan Kerja
(Dependend Variable)
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian
A. Metodologi Penelitian
1. Definisi Operasional
Variabel yang dianalisis meliputi variabelvariabel yang dipilih dengan pengertian dasar atau
konsep operasional sebagai berikut.
JURNAL EKSIS
Vol.6 No.2, Agustus 2010: 1440 – 1605
http://www.karyailmiah.polnes.ac.id
a) Kesempatan kerja adalah lapangan
pekerjaan dan kesempatan untuk bekerja,
yang ada dari suatu kegiatan ekonomi
(produksi).
Dengan
demikian
maka
kesempatan
kerja
adalah
termasuk
lapangan pekerjaan yang sudah diduduki
dan masih lowong. Dari yang masih lowong
tersebut (yang mengandung arti adanya
kesempatan) timbul kemudian kebutuhan
tenaga kerja. Kebutuhan tenaga kerja yang
kemudian secara riil diperlukan oleh
perusahaan atau lembaga penerima kerja
pada tingkat upah, posisi dan syarat kerja
tertentu,
yang diinformasikan
Dinas
Tenaga Kerja Kabupaten Kutai Barat.
b) PDRB, yang dimaksud adalah jumlah
produk barang dan jasa yang dihasilkan
oleh berbagai unit produksi dalam daerah
tahun 2000-2008. Dalam penelitian ini
PDRB yang digunakan adalah PDRB Kutai
Barat berdasarkan harga konstan tahun
2000 sehingga dalam perhitungan tidak
terdapat pengaruh inflasi.
c) Realisasi anggaran rutin adalah anggaran
operasional
digunakan
untuk
merencanakan
kebutuhan
sehari-hari
dalam
menjalankan
pemerintahan
Kabupaten Kutai Barat, dinyatakan dalam
satuan nilai rupiah.
d) Realisasi anggaran pembangunan adalah
anggaran digunakan untuk kegiatan
pembangunan daerah oleh pemerintah
Kabupaten Kutai Barat, dinyatakan dalam
satuan nilai rupiah.
hubungan antara variable independent dan variable
dependen.
Untuk
menguji
pengaruh
variable
intervening digunakan metode analisis jalur (path
analysis). Analisis jalur merupakan perluasan dari
analisis regresi berganda, atau analisis jalur adalah
penggunaan analisis regresi untuk menaksir
hubungan kausalitas antar variable yang telah
ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori. Analisis
jalur sendiri tidak dapat menentukan hubungan
sebab akibat dan juga tidak dapat digunakan
sebagai substitusi bagi peneliti untuk melihat
hubungan kausalitas antar variabel. Hubungan
kausalitas antar variabel telah dibentuk dengan
model berdasarkan landasan teoritis. Yang
dilakukan oleh analisis jalur adalah menentukan
pola hubungan antara tiga atau lebih variabel.
Diagram jalur memberikan secara eksplisit
hubungan kausalitas antar variabel berdasarkan
teori. Anak panah menunjukkan hubungan antar
variabel. Model bergerak dari kiri ke kanan dengan
implikasi prioritas hubungan kausalitas variabel
yang dekat ke sebelah kiri. Setiap nilai p
menggambarkan jalur dan koefisien jalur. (Ghozali;
2005). Adapun model dasar yang di estimasi
adalah sebagai berikut:
Y   0  1 X 1   2 X 2  e1
di mana
Y
X1
2. Jangkauan Penelitian
X2
Penelitian dilakukan di Kabupaten Kutai
Barat Propinsi Kalimantan Timur pada tahun 20002008. Sebuah Kabupaten yang secara administratif
terdiri dari 21 Kecamatan dan 223 Kampung
dengan luas wilayah 31.628,70 Km² dan kepadatan
penduduk rata-rata 5,30 jiwa/km².
0
3. Model dan Alat Analisis
Analisis
deskriptif
digunakan
untuk
memberikan gambaran tentang kesempatan kerja,
PDRB dan anggaran rutin serta anggaran
pembangunan di Kabupaten Kutai Barat tahun
2000-2008.
Untuk menganalisis pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen digunakan
analisis regresi linier berganda dengan metode
OLS (Ordinary Least Square) dengan bantuan
paket program SPSS 12. Pada penelitian ini
variabel independen adalah realisasi anggaran
sektor
publik,
variable
dependen
adalah
kesempatan kerja dan PDRB merupakan variable
intervening. Variabel intervening merupakan
variable antara atau mediasi, fungsinya memediasi
JURNAL EKSIS Vol.6 No.2, Maret 2010: 1440 – 1605
= PDRB (variabel intervening)
= Anggaran
Rutin
(variabel
independen)
= Anggaran Pembangunan (variabel
independen)
= Konstanta/ Intersep (titik potong
1 ,  2 ,
e1
kurva terhadap sumbu Y)
= Koefisien
= Variable gangguan
selanjutnya,
Y1   0  1 X 1   2 X 2   3Y  e2
di mana
Y1
Y
X1
X2
0
1 ,  2 ,  3
e2
= Kesempatan
kerja
(variabel
dependen)
= PDRB (variabel intervening)
= Anggaran
Rutin
(variabel
independen)
= Anggaran Pembangunan (variabel
independen)
= Konstanta/ Intersep (titik potong
kurva terhadap sumbu Y)
=koefisien
= variable gangguan
Riset / 1456
selektif dalam memilih tenaga kerja. Indeks
pembangunan manusia Kabupaten Kutai Barat dari
tahun 2004-2007 rata-rata sebesar 70, dari 13
kabupaten/ kota di Provinsi Kalimantan Timur
berada pada posisi ke 12 (BPS: 2008). Hal ini
menunjukkan kualitas sumber daya manusia
Kabupaten Kutai Barat masih terbatas, sehingga
sulit untuk terserap di perusahaan-perusahaan
tersebut. Hal ini juga terjadi pada sektor-sektor
konstruksi dan pertanian.
B. Hasil Dan Pembahasan
Berdasarkan analisis menunjukkan bahwa
realisasi anggaran pembangunan berpengaruh
secara langsung terhadap PDRB, namun realisasi
anggaran rutin tidak berpengaruh langsung
terhadap PDRB. Realisasi anggaran pembangunan
dan realisasi anggaran rutin tidak berpengaruh
secara langsung terhadap kesempatan kerja.
Adanya pengaruh langsung antara realisasi
anggaran
pembangunan
terhadap
PDRB
menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah
dapat meningkatkan nilai tambah produksi sektorsektor perekonomian. Meski pada sampai saat ini
sektor pertambangan dan penggalian masih
merupakan sektor yang paling besar kontribusinya
kemudian sektor konstruksi dan sektor pertanian.
Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah melalui
realisasi anggaran pembangunan berusaha untuk
membangun infrastruktur dan membangun sektor
unggulan dengan memanfaatkan sumber daya
alam berupa luas lahan yang dimiliki Kabupaten
Kutai Barat. Pertumbuhan ekonomi bersangkutpaut dengan proses peningkatan produksi barang
dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat
(Todaro,1998).
Dari hasil analisis tidak terdapat pengaruh
langsung antara realisasi anggaran pembangunan
dan realisasi anggaran rutin terhadap kesempatan
kerja, hal ini menunjukkan bahwa realisasi
anggaran pembangunan dan realisasi anggaran
rutin belum dapat menarik pihak investor untuk
berinvestasi di Kabupaten Kutai Barat, bentuk
investasi di Kabupaten Kutai Barat terfokus pada
eksplorasi sumber daya alam. Investasi yang
ditanamkan menciptakan lapangan kerja bagi
masyarakat.
Solow
berpendapat
bahwa
pertumbuhan output bersumber dari tiga faktor:
kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga kerja
(melalui pertumbuhan jumlah penduduk dan
perbaikan
pendidikan),
penambahan
modal
(melalui
tabungan
dan
investasi)
serta
penyempurnaan
teknologi.
Sebagian
besar
pertumbuhan ekonomi bersumber dari hal-hal yang
bersifat eksogen atau proses-proses kemajuan
teknologi yang bersifat independen (Todaro,1998).
Dalam hasil analisis menunjukkan bahwa
PDRB sebagai variabel mediasi/ intervening tidak
berpengaruh terhadap kesempatan kerja di
Kabupaten Kutai Barat periode 2000-2008. Meski
PDRB Kabupaten Kutai Barat terus meningkat dan
kontribusi terbesar diperoleh dari pada sektor
pertambangan dan penggalian, selanjutnya adalah
sektor konstruksi dan sektor pertanian. Pada sektor
pertambangan membutuhkan tenaga kerja yang
memiliki spesialisasi tertentu dan perusahaanperusahaan pada sektor ini sebagian besar
merupakan perusahaan multi nasional yang sangat
Riset / 1457
C. Kesimpulan Dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil
analisis
dan
pembahasan dari penelitian ini, maka dapat
dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
a) Pengaruh secara langsung realisasi anggaran
rutin dan realisasi anggaran pembangunan
terhadap PDRB di Kabupaten Kutai Barat
dengan menggunakan uji t (parsial) nilai
standardized beta menunjukkan realisasi
anggaran rutin sebesar 0,560 dengan tingkat
signifikansi pada 0,022 atau 2,2 persen lebih
kecil dari 5 persen berarti terdapat pengaruh
langsung yang signifikan antara realisasi
anggaran rutin terhadap PDRB di Kabupaten
Kutai Barat. Realisasi anggaran pembangunan
sebesar 0,564 dengan tingkat signifikansi pada
0,021 atau 2,1 persen lebih kecil dari 5 persen
berarti terdapat pengaruh langsung yang
signifikan
antara
realisasi
anggaran
pembangunan terhadap PDRB di Kabupaten
Kutai Barat.
b) Pengaruh secara langsung PDRB, realisasi
anggaran rutin, dan realisasi anggaran
pembangunan terhadap kesempatan kerja di
Kabupaten Kutai Barat dengan menggunakan
uji t (parsial) nilai standardized beta
menunjukkan PDRB sebesar 0,146 dengan
tingkat signifikansi pada 0,826 atau 82,6
persen lebih besar dari 5 persen berarti tidak
terdapat pengaruh langsung yang signifikan
antara PDRB terhadap kesempatan kerja di
Kabupaten Kutai Barat, realisasi anggaran rutin
sebesar 0,048 dengan tingkat signifikansi pada
0,920 atau 92 persen lebih besar dari 5 persen
berarti tidak terdapat pengaruh langsung yang
signifikan antara realisasi anggaran rutin
terhadap kesempatan kerja di Kabupaten Kutai
Barat. Realisasi anggaran pembangunan
sebesar 0,666 dengan tingkat signifikansi pada
0,203 atau 20,3 persen lebih besar dari 5
persen berarti tidak terdapat pengaruh
langsung yang signifikan antara realisasi
anggaran pembangunan terhadap kesempatan
kerja di Kabupaten Kutai Barat.
c) Pengaruh secara tidak langsung realisasi
anggaran rutin dan realisasi anggaran
JURNAL EKSIS
Vol.6 No.2, Agustus 2010: 1440 – 1605
http://www.karyailmiah.polnes.ac.id
pembangunan terhadap kesempatan kerja
melalui PDRB di Kabupaten Kutai Barat, dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1) Pengaruh secara tidak langsung realisasi
anggaran rutin terhadap kesempatan kerja
melalui PDRB = 0,146 x 0,560 = 0,0817
2) Pengaruh secara tidak langsung realisasi
anggaran
pembangunan
terhadap
kesempatan kerja melalui PDRB = 0,146 x
0,564 = 0,0823
Tidak terdapat pengaruh langsung PDRB
terhadap kesempatan kerja di Kabupaten Kutai
Barat dengan demikian tidak terdapat pengaruh
tidak langsung realisasi anggaran rutin dan
realisasi anggaran pembangunan terhadap
kesempatan kerja melalui PDRB.
d) Pengaruh total (total effect) realisasi anggaran
rutin dan realisasi anggaran pembangunan
terhadap kesempatan kerja melalui PDRB di
Kabupaten Kutai Barat, dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1) Pengaruh total realisasi anggaran rutin
terhadap kesempatan kerja melalui PDRB
= 0,048 + (0,146 x 0,560) = 0,129
2) Pengaruh
total
realisasi
anggaran
pembangunan terhadap kesempatan kerja
melalui PDRB = 0,666 + (0,146 x 0,564) =
0,748
Tidak terdapat pengaruh langsung PDRB terhadap
kesempatan kerja di Kabupaten Kutai Barat
dengan demikian tidak terdapat pengaruh total
realisasi anggaran rutin dan realisasi anggaran
pembangunan terhadap kesempatan kerja melalui
PDRB.
2. Saran
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan
maka dapat disampaikan saran sebagai berikut:
a) Sektor pertambangan dan penggalian
dalam jangka waktu tertentu akan habis
dan tidak dapat dijadikan fondasi secara
terus menerus sehingga dari hasil sektor
tersebut berusaha untuk membangun
sektor unggulan. Sektor konstruksi dan
pertanian dianggap sebagai sektor-sektor
yang dapat diharapkan pada masa yang
akan
datang,
sehingga
Pemerintah
Kabupaten
Kutai
Barat
perlu
mengembangkan
sektor
ini
bahkan
pemerintah dapat membuat perusahaan
sehingga menciptakan kesempatan kerja
yang lebih luas.
b) Pemerintah
bersama
seluruh
unsur
masyarakat Kabupaten Kutai Barat harus
terus meningkatkan kualitas sumber daya
manusia
yang
terspesialisasi
pada
lapangan usaha yang akan dikembangkan
sesuai dengan kondisi daerah sehingga
dapat terserap di pasar kerja.
JURNAL EKSIS Vol.6 No.2, Maret 2010: 1440 – 1605
c) Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik pada
bidang
pertumbuhan
ekonomi
dan
kesempatan kerja dapat meneliti pengaruh
sektor unggulan di Kabupaten Kutai Barat
terhadap kesempatan kerja
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Keuangan Setda Kubar, Perhitungan APBD
Kabupaten Kutai Barat ( berbagai tahun
penerbitan), Barong Tongkok
Badan Pusat Statistik ,2000-2008. Indikator Makro
Ekonomi Kabupaten Kutai Barat, BPS,
Barong Tongkok.
Djojohadikusumo,S.
1994.
Perkembangan
Pemikiran Ekonomi, Dasar Teori Ekonomi
Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan,
LP3ES, Jakarta.
Gujarati,D.1999. Essential of Econometrics.,
McGraw-Hill.Inc. Second Edition, London.
Hyman,
David N. 1999. Public Finance, A
Cotemporary Application of Theory to
Policy, The Dryden Press, Sixth Edition,
United State Of America.
Ida Bagus Raka Surya Atmaja. 2001. Peranan
Investasi Swasta,Investasi Sektor Publik
Dan Pertumbuhan Penduduk Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Dan
Kota Di Propinsi Bali Dari Tahun 19952000. Tesis MEP (tidak dipublikasikan).
Jones, Bernard.1996. Financial Management In
The Public Sector , Mc-Graw Hill
Companies, England.
Jhingan,ML.1992. Ekonomi Pembangunan dan
Perencanaan (terjemahan), CV Rajawali,
Jakarta.
Mangkoesoebroto,Guritno,1998. Ekonomi Publik,
BPFE, Edisi 3, Yogyakarta.
Musgrave Richard A, Musgrave Peggy B, 1993.
Public Finance In The Theory And Practice,
McGraw-Hill,Inc, Fifth Edition, London.
Rosyadi, Imron, 2000. Hubungan Pengeluaran
Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi,
Tesis MEP (tidak dipublikasikan)
Todaro,
MP. 2000. Economic Development
seventh edition, Longman Inc, England.
Riset / 1458
Download