BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah Perkembangan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman yang semakin maju, peningkatan pendapatan serta
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan mengakibatkan banyak perubahan di
berbagai segi termasuk pola konsumsi masyarakat dan gaya hidup masyarakat
perkotaan yang memberikan perhatian lebih terhadap makanan bergizi. Pola
konsumsi kini mulai beralih ke konsumsi pangan yang kaya protein, vitamin dan
mineral. Hal ini mengakibatkan terjadi peningkatan rata-rata pengeluaran
penduduk per kapita terhadap konsumsi susu.
Susu merupakan salah satu sumber protein dengan mutu yang sangat
tinggi. Susu hampir memiliki seluruh zat-zat gizi yang dibutuhkan orang untuk
pertumbuhan dan menjaga kesehatan yang baik. Susu mengandung kelengkapan
lima gizi utama, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Ditinjau
dari nilai gizinya, susu mengandung pottasium, kalsium, magnesium klorida,
fosfor, sulfur dalam jumlah besar. Kandungan Fe, Cu, Zn, Al, Mn, Si, Co, dan
yodium dalam jumlah kecil. Unsur kandungan yang terbanyak dalam produk susu
adalah kalsium (Iswahanik dalam Sawestri, 2003).
Produksi susu di Indonesia, khususnya di Jawa barat pada tahun 2008
sampai tahun 2012 terus mengalami peningkatan, seperti yang terlihat pada Tabel
1, dimana pada tahun 2008 produk susu di Jawa Barat 225.212 ton dan pada tahun
2009 mengalami peningkatan hingga 255.348 ton. Pada tahun 2010 produksi susu
di Jawa Barat naik kembali menjadi 262.177 ton dan pada tahun 2011 terjadi
kenaikan kembali 302.603.
Tabel 1.1 Total Produksi Susu di Jawa Barat Tahun 2008-2012
Tahun
Produksi (Ton)
2008
225.212
2009
255.348
2010
262.177
2011
302.603
2012
326.115
Rata-rata
274.291
Sumber : Kementrian Pertanian Republik Indonesia 2008-2012
Dari berbagai jenis susu yang telah diproduksi, susu bubuk menempati
urutan pertama dalam tingkat produksinya dibandingkan dengan jenis susu
lainnya, seperti susu kental manis, susu murni, dan susu olhan lainnya. Tingginya
tingkat produksi susu bubuk disebabkan oleh luasnya jaringan pasar yang dikuasai
oleh susu bubuk. Selain itu, jenis susu bubuk sedikit mengandung gula dan dapat
dikonsumsi oleh semua kalangan umur mulai dari bayi, anak-anak, remaja orang
dewasa, dan manula (www.gizi.net).
Secara umum industri pengolahan susu bubuk di Indonesia dewasa ini
telah mengalami perkembangan yang baik mulai dari segi jenis olahan, kemasan,
rasa, dan merek. Banyak merek dan rasa dengan keunggulannya masing-masing,
hal tersebut menunjukkan persaingan yang ketat dalam industri susu bubuk. Hal
ini dikarenakan produsen-produsen yang bergerak dalam bidang susu bubuk terus
melakukan inovasi untuk menambah keunggulan dan kualitas dari produknya.
Susu bubuk pada awalnya merupakan susu yang dikonsumsi oleh seluruh anggota
keluarga. Seiring perkembangan teknologi, perkembangan susu bubuk terus
mengalami peningkatan dan perkembangan dalam hal segmentasi. Segmentasi
tersebut mencakup dari segi usia maupun kegunaan hingga pada akhirnya muncul
produk susu bubuk khusus untuk segmen pria dewasa yang mengutamakan
kebugaran dan kesehatan tubuh.
Setiap perusahaan tentu mempunyai strategi untuk dapat tetap bertahan
dan berkembang dalam menghadapi para pesaing. Mereka harus dapat
mempertahankan konsumen yang sudah dimilikinya dan secara aktif berusaha
terus mendapatkan konsumen baru yang potensial. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah melalui kebijakan bauran pemasaran (marketing mix), yang
dikenal dengan 4P yaitu produk (product), tempat atau distribusi (place), harga
(price) dan promosi (promotion).
Promosi sebagai salah satu unsur bauran pemasaran, merupakan salah satu
upaya yang digunakan oleh perusahaan untuk berkomunikasi mengenai
produknya secara baik dan jelas, baik kepada pelanggannya maupun dengan calon
pelanggannya. Alat-alat promosi (promotion tools) atau sering juga disebut
sebagai promotion mix terdiri dari advertising, personal selling, sales promotion,
publicity dan direct marketing. Yang akan penulis bahas dalam skripsi ini
hanyalah salah satu dari alat promosi, yaitu periklanan (advertising).
Dengan adanya promosi khususnya periklanan (advertising), masyarakat
dapat mengetahui keberadaan suatu produk yang ditawarkan, bentuk, kegunaan
serta kelebihan yang dimiliki produk tersebut. Dalam kegiatan periklanan
(advertising) perusahaan harus mampu menonjolkan keunggulan dan manfaat dari
produk yang ditawarkan dan meyakinkan konsumen mengapa harus memilih
produk tersebut dari pada produk yang lain. Dengan cara tersebut diharapkan
perusahaan dapat mempengaruhi persepsi, sikap dan perilaku konsumen sehingga
dapat membuat produk yang ditawarkan lebih unggul dari pada produk pesaing.
Dimana konsumen nantinya dapat menilai mana yang merupakan produk yang
terbaik dan pada akhirnya diharapkan muncul rasa niat untuk membeli.
Periklanan merupakan suatu cara perusahaan menyebarkan pesan terhadap
produknya, baik itu membangun preferensi merek ataukah untuk menimbulkan
minat beli konsumen agar mempercepat terjadinya penjualan. Dalam pesan iklan
itu sendiri terdiri dari slogan, headline, subheadline dan body copy. Dengan
slogan yang pendek dan menarik serta memiliki nilai yang positif, akan
menguatkan citra merek produk itu sendiri. Sedangkan headline, subheadline dan
body copy merupakan tiga bagian lainnya yang saling menguatkan dalam pesan
iklan dimana konsumen mendapat informasi tentang produk tersebut. Keempat
bagian tersebut dapat menciptakan Top of Mind konsumen dengan pesan yang
ingin disampaikan oleh perusahaan kepada konsumennya dengan tujuan untuk
menarik minat konsumen agar melakukan pembelian terhadap produk dan jasa
yang ditawarkan, sehingga dengan harapan target penjualan perusahaan pun dapat
tercapai.
Fenomena yang terjadi sekarang ini adalah persaingan produk susu
kesehatan di Indonesia, mereka bersaing dalam mengiklankan produknya baik di
media televisi, media luar ruang, maupun media cetak. Setiap iklan produk susu
kesehatan selalu menawarkan manfaat lebih dan keunggulan dari produnya
tersebut.
PT. Nutrifood Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
di bidang minuman kesehatan. Salah satu produknya adalah L-Men yang
merupakan susu kaya protein, rendah lemak dan mengandung LCarnitine, LGlutamine dan BCAA ini dapat menyediakan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh
agar mendapatkan tubuh yang ideal dan atletis. Sejak peluncuran pertamanya, LMen telah dikenal oleh masyarakat sebagai susu kaya akan protein yang baik
untuk pembentukan otot, dan baik di konsumsi oleh para pria yang menginginkan
bentuk tubuh yang ideal dan atletis dengan disetai olahraga. Berolahraga di pusat
kebugaran saja tidak cukup, nutrisi berkualitas tinggi merupakan hal yang penting
untuk bisa memperoleh dan mempertahankan bentuk tubuh ideal tersebut,
tekadang
konsumen
sering
menyebutnya
sebagai
suplemen
pembantu
meningkatkan massa otot yang dibutuhkan oleh tubuh.
Produk L-Men ini menawarkan produk susu yang memberikan solusi
nutrisi yang amat efektif dan praktis, dengan kualitas internasional bagi pria aktif
serta modern dalam usaha untuk meraih penampilan tubuh yang ideal dan sehat
secara alami. Produk ini sudah cukup lama dikenal khususnya dikalangan pria.
Kemunculan produk ini ditengah-tengah masyarakat seakan menjadi pencerahan
ketika produk kesehatan yang dikhususkan untuk kaum pria masih jarang ditemui
di pasaran. Produk yang mulai dijual dipasaran pada tahun 2001 ini mulai
melakukan trobosan dalam mengubah gaya hidup pria. L-Men sendiri merupakan
produsen susu yang mulai dicari konsumen, penjualannya yang meningkat
merupakan bukti animo masyarakat terhadap produk ini produk L-Men sendiri
terdiri dari beberapa jenis yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen, seperti
L-Men Gain mass untuk meningkatkan badan pria dengan massa otot yang
bertambah, L-Men Loss Weightuntuk membantu pria meraih bentuk tubuh yang
ideal, L-Men High Protein untuk membantu pembentukan tubuh atletis dan LMen
Six
Pack
mengoptimalkan
bentuk
tubuh
(http://m.koran-
jakarta.com/?id=81278&mode_beritadetail=1)
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian mengenai hal tersebut dan menyajikannya dalam suatu
karya ilmiah berupa skripsi dengan judul :
”Pengaruh Pesan Iklan Terhadap Minat Beli Susu L-Men Pada Pengunjung
Fitnes Lagos Center Bandung”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang diuraikan di atas, maka dapat
di identifikasi permasalahan penelitian, yaitu:
1. Bagaimana tanggapan konsumen mengenai pesan iklan (message) susu LMen?
2. Bagaimana minat beli konsumen untukmembeli Susu L-Men?
3. Seberapa besar pengaruh pesan iklan (message) susu L-Men terhadap
minat beli konsumen?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud diadakan penelitian ini untuk mendapatkan data-data sebagai
bahan masukan dalam menyusun suatu karya ilmiah sebagai salah satu prasyarat
untuk menempuh ujian kesarjanaan ekonomi pada Universitas Widyatama,
Fakultas Bisnis dan Manajemen.
1.3.2Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui tanggapan konsumen mengenai pesan iklan (message)
susu L-Men.
2. Untuk mengetahui bagaimana minat beli konsumen untuk membeli Susu
L-Men.
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pesan iklan (message) susu LMen terhadap minat beli konsumen.
1.4 Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Bagi Penulis, dapat menambah pengetahuan tentang kenyataan yang ada
dilapangan dan menambah wawasan berpikir dalam menghadapi masalahmasalah yang terjadi.
2. Bagi Perusahaan, hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengetahui
sejauh mana pengaruh periklanan yang dilakukan perusahaan dan
bagaimana pengaruhnya terhadap hasil penjualan perusahaan tersebut,
sehingga perusahaan dapat mengetahui apakah periklanan yang digunakan
perlu dievluasi, dipertahankan, atau perlu dikembangkan.
3. Bagi pihak-pihak lain, khususnya bagi mereka yang tertarik pada masalah
yang dibahas oleh penulis, maka penelitian ini menambah informasi yang
berharga.
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Komunikasi merupakan alat unik yang digunakan para pemasar untuk
membujuk para konsumen untuk membeli produknya. Komunikasi juga terdapat
pesan-pesan menarik agar mendorong para konsumen terus membeli produknya
dan tidak berpindah kepada produk lain.
Definisi pesan menurut A.Shimp (2007:164):
“Pesan (message) adalah suatu ekspresi simbolis dari pemikiran sang
pengirim”
Definisi pesan menurutKotler dan Keller (2007:164):
”Pesan yang akan disampaikan dari suatu iklan kepada konsumen.”
Kampanye dalam penyampaian pesan iklan (message) memiliki perbedaan
dari segi kreatifitasnya, Kotlerdan Armstrongdalam bukunya “Manajemen
Pemasaran” (2008:280-286), menyatakan terdapat empat tahapan dalam
kampanye penyampaian pesan iklan (message), yaitu :
1. Pengajuan Pesan
Konsumen adalah sumber utama dari gagasan yang baik, perasaan mereka
mengenai kekuatan dan kelemahan dari berbagai merek yang ada
memberikan isyarat penting bagi strategi kreatif periklanan.
2. Evaluasi dan Pemilihan Pesan (Message Evaluation and Selection)
Periklanan perlu mengevaluasi berbagai alternatif pesan. Iklan yang baik
biasanya berfokus pada suatu rencana atau proposisi penjualan, pesan
seharusnya dinilai menurut kemampuannya untuk memunculkan hasrat
atau keinginan (desirability), ekslusifitas (exlusiveness), dan kemampuan
untuk dipercaya (believability). Suatu pesan pertama-tama harus
menyatakan sesuatu yang diinginkan atau menarik tentang sebuah produk,
dan juga harus menyatakan sesuatu yang ekslusif atau unik yang tidak
dikenalkan kepada setiap merek dalam kategori produk, sehingga akhirnya
pesan tersebut harus dapat dipercaya dan dibuktikan. Pengiklan seharusnya
menguji terlebih dahulu iklan mereka untuk mengetahui daya tarik mana
yang mempengaruhi keperilakuannya yang paling kuat. Menguji daya tarik
periklanan dan pemposisian akan menunjukan strategi periklanan mana
yang seharusnya diadopsi oleh perusahaan untuk mendapatkan pijakan
yang paling kokoh di pasar.
3. Pelaksanaan Pesan (Message Execution)
Pengaruh pesan tidak hanya tergantung pada apa yang dikatakan tetapi
juga pada bagaimana menyatakannya. Beberapa iklan dirasakan untuk
pemposisian rasional dan lainnya untuk pemposisian emosional. Dalam
mempersiapkan
sebuah
kampanye
iklan,
pengiklan
biasanya
mempersiapkan strategi salinan, yaitu pernyataan yang menjelaskan
tujuan, isi, dukungan, dan sifat-sifat dari iklan yang diinginkan.
Komunikator juga harus memilih suasana yang khas bagi iklannya, katakata yang mudah diingat dan menimbulkan perhatian yang harus
dikemukakan. Elemen-elemen format sepeti ukuran, warna dan ilustrasi
iklan akan menimbulkan pengaruh dari pesan yang disampaikan dalam
iklan tersebut.
Menurut Kotler dan Armstrong (2008:157-160), semua pesan dapat
ditampilkan dalam gaya eksekusi (execution styles) yang berbeda, seperti berikut :
a. Bagian hidup : Gaya ini memperlihatkan satu orang “tertentu” atau
lebih yang menggunakan produk dalam keadaan normal.
b. Gaya hidup : Gaya ini memperlihatkan bagaimana produk bisa sesuai
dengan gaya hidup tertentu.
c. Fantasi : Gaya ini menciptakan fantasi di sekeliling produk atau
penggunaannya.
d. Suasana hati (mood) atau citra : Gaya ini membangun mood atau citra
di sekeliling produk atau jasa, seperti kecantikan, cinta, atau
kedamaian.
e. Musikal : Gaya ini memperlihatkan orang atau karakter kartun yang
menyanyikan lagu tentang produk.
f. Simbol
Kepribadian : Gaya ini
menciptakan karakter
yang
merepresentasikan produk. Karakter itu mungkin berupa sebuah
animasi.
g. Keahlian teknis : Gaya ini memperlihatkan keahlian perusahaan dalam
membuat produk.
h. Bukti ilmiah : Gaya ini menampilkan survei atau bukti ilmiah bahwa
merek tersebut lebih baik atau lebih disukai daripada satu atau lebih
merek lainnya.
i. Bukti kesaksian (endorsement) : Gaya ini menampilkan sumber yang
sangat terpercaya dan disukai yang meng-endorse produk.
4. Kajian Ulang Tanggung Jawab Sosial (Sosial Responsibility Riview)
Pengiklan dan bironya harus memastikan bahwa iklan “kreatif” mereka
tidak melanggar norma-norma sosial dan hukum. Para pengiklan tidak
boleh membuat pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan, seperti
menyatakan bahwa suatu produk menyembuhkan sesuatu padahal tidak.
Agar bertanggung jawab secara sosial, pengiklam harus berhati-hati untuk
tidak menyinggung suatu kelompok, etnik, ras monoritas, atau kelompok
kepentingan khusus.
Menurut Hawkins (2007:316), tingkat keterlibatan di dalam pembelian
tergantung pada lima faktor, yaitu :
1. Pengalaman Sebelumnya (previous experience).
Ketika konsumen telah memiliki pengalaman sebelumnya dengan barang
atau jasa, tingkat keterlibatan biasanya menurun. Setelah mengulangi
produk percobaan, para konsumen mempelajari cara untuk membuat
pilihan yang cepat. Karena para konsumen telah mengetahui produk dan
bagaimana produk itu akan memuaskan kebutuhan meraka, maka
keterlibatannya di dalam keputusan pembelian mereka menjadi berkurang.
2. Minat (interest).
Keterlibatannya berhubungan langsung kepada minat para konsumen, pada
umumnya wilayah minat ini berbeda-beda dari satu individu ke individu
lainnya.
3. Resiko (perceived risk of negative consequences).
Seperti resiko yang dirasakan dalam pembelian suatu produk meningkat
maka keterlibatan konsumen juga tinggi. Jenis resiko yang membuat
konsumen memperhatikan, didalamnya termasuk resiko keuangan, resiko
psikologis. Pertama, resiko keuangan terhadap penurunan kekayaan atau
daya beli. Karena resiko yang tinggi berhubungan dengan harga pembelian
yang tinggi pula, konsumen menjadi sangat terlibat dengan keputusan
pembelian produk tersebut. Oleh karena itu biasanya harga dan
keterlibatannya berhubungan langsung. Kedua, para konsumen yang
mengalami resiko sosial ketika mereka membeli produk yang dapat
memberikan efek bagi opini sosial mereka. Ketiga, para pembeli
mengalami resiko psikologis jika mereka merasa bahwa mereka salah
dalam dalam membuat keputusan yang mungkin menyebabkan banyak
keprihatinan atau kegelisahan.
4. Situasi (situation).
Keadaan pembelian akan mengubah keputusan atas keterlibatan yang
rendah menjadi keterlibatan yang tinggi. Keterlibatan yang tinggi muncul
ketika para konsumen merasakan resiko pada situasi khusus,
5. Pandangan Sosial (social visibility).
Keterlibatan
juga
meningkatkan
sebagian
pandangan
sosial
dari
meningkatnya suatu produk.
Yang dimaksud dengan minat beli menurut Assael (2005:198), adalah :
“Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli
suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan
pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen
melakukan pembelian.”
Sedangkan Mehta (2007:66), mendefinisikan :
“Minat beli sebagai kecenderungan konsumen untuk membeli suatu
merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan
pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen
melakukan pembelian.”
Sedangkan McCharty (2005:138) minat beli adalah :
“Dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk membeli barang
atau jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhannya.”
Definisi minat beli menurut Kinnear dan Taylor (2006) yang dialih
bahasakan oleh Thamrin (2009:142) :
“Minat beli merupakan bagian dari komponen perilaku konsumen
dalam sikap mengkonsumsi, kecenderungan responden untuk
bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan.”
Minat (interest) merupakansalah satu komponen AIDA seperti yang
dikatakan Lamb, Hair, McDaniel (2008:160):
“Konsep AIDA adalah model yang menggaris bawahi proses untuk
mencapai tahapan keterlibatan konsumen dengan pesan : singkatan
tersebut terdiri dari perhatian (attention), minat (interest), keinginan
(desire), dan tindakan (action).”
Menurut Bearman (2008:202), tumbuhnya niat beli konsumen itu
disebabkan oleh unsur-unsur yang terdiri dari tiga tahapan, yaitu :
1. Rangsangan
Merupakan suatu isyarat yang ditujukan untuk mendorong atau
menimbulkan seseorang untuk bertindak.
2. Kesadaran
Merupakan sesuatu yang memasuki pikiran seseorang. Kesadaran ini
dipengaruhi atas pertimbangan barang atau jasa itu sendiri.
3. Pencarian Informasi
Aspek pencarian informasi dibagi dalam enam bagian :
a. Informasi Intern
Bersumber dari ingatan konsumen untuk memilih barang atau jasa
yang memuaskan.
b. Informasi Ekstern
Informasi yang melibatkan iklan, penjulan langsung, atau atribut
bauran promosi lainnya atau hal-hal yang bersumber dari lingkungan
keluarga, sosial, teman dan lainnya.
c. Memastikan sifat yang Khas dari Setiap Pilihan yang Ada
Tahap ini konsumen mengumpulkan informasi yang berhubungan
dengan ciri dan sifat dari setiap pilihan. Setelah diketahui akan
pilihannya maka konsumen memutuskan produk yang akan dibelinya.
d. Pemilihan Alternatif
Pemilihan ini terjadi jika beberapa barang dan jasa merupakan suatu
pilihan yang sulit bagi konsumen untuk mengevaluasi alternatifalternatif yang ada.
e. Pembelian
Tahapan dimana konsumen telah melalui pilihan dan siap untuk
mengeluarkan uangnya sebagai alat tukar untuk barang atau jasa
tersebut.
f. Tempat Dimana Membeli
Tempat pembelian atau toko merupakan salah satu tempat pencarian
informasi. Sebuah toko atau penyalur memiliki citra yang baik serta
merangsang konsumen untuk melakukan pembelian lebig lanjut,
sehingga diharapkan konsumen menjadi terbiasa untuk membeli di
tempat teersebut.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa proses
pembelian berawal jauh sebelum proses pembelian sesungguhnya berlangsung
dan berdampak jauh setelah pembelian selesai dilakukan. Hal ini mendorong
pemasar untuk memutuskan perhatian pada keseluruhan proses dan bukan hanya
pada keputusan pembelian saja.
1.6 Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian deskriptif.
Menurut Nasir (2011:54) dalam bukunya yang berjudul “Metode Penelitian”
metode penelitian adalah sebagai berikut :
“Metode deskriptif adalah metode dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran,
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”.
Disamping itu penulis dalam memperoleh data yang diperlukan menggunakan
teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Penelitian lapangan (field research)
Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data dengan turun
langsung untuk meninjau dan meneliti ke perusahaan yang diteliti oleh
penulis serta melakukan :
a. Observasi
Yaitu pengamatan langsung pada perusahaan yang menjadi objek
penelitian dengan jalan mengamati objek penelitian tersebut guna
kelengkapan data dan memperoleh gambaran mengenai perusahaan
sehingga diharapkan data yang diperoleh dapat dipertanggung
jawabkan kebenarannya.
b. Wawancara
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan
langsung dengan pihak-pihak yang berkepentingan, sehingga dapat
diperoleh keterangan dan data-data yang diperlukan.
c. Kuesioner
Data diperoleh dengan cara menyebarkan suatu daftar pertanyaanpertanyaan yang cukup terperinci dan lengkap tentang objek yang
diteliti pada responden.
2. Penelitian pustaka (library research)
Dalam mengumpulkan data ini penelitian memperoleh data melalui
literatur yang sesuai dengan pokok-pokok masalah untuk mendapatkan
landasan teori sebagai dasar dalam melakukan penelitian.
1.7 Tempat dan Waktu Penelitian
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pesan iklan (message)
terhadap minat beli konsumen maka penulis melakukan penelitian yang dilakukan
diFitnes LagosCenter berlokasi di Ruko Metro Indah Mall Bandung. Adapun
waktu penelitian yang dilakukan penulis mulai pada 21 Maret 2013 sampai
dengan selesai.
Download