BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen merupakan alat untuk pencapaian tujuan yang diinginkan Manajemen yang tepat akan memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, masyarakat. Manajemenberasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diaturnya berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu (Perencanaan, Pengorganisasian, Pengarahan, Pengendalian). Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Adapun unsur-unsur manajemen terdiri dari Men, Money, Method, Materials, Machine dan Market yang disingkat 6M. Dalam suatu organisasi atau perusahaan, karena manajemen merupakan alat dan wadah (tempat) untuk mengatur 6M dan semua aktivitas proses perusahaan dalam mencapai tujuannya. Walaupun manajemen hanya merupakan alat saja, tetapi harus diatur sebaik-baiknya , karena jika manajemen ini tepat maka tujuan optimal dapat diwujudkan, pemborosan terhindari, dan semua potensi yang dimiliki akan lebih bermanfaat. Untuk lebih jelasnya pengertian manajemen ini penulis mengutip beberapa definisi sebagai berikut: Menurut G.R Terry yang dikutip oleh Kartono (2008:168) dalambukunya Pemimpin dan Kepemimpinan menyatakan bahwa : Manajemen adalah penyelenggaran usaha penyusunan dan pencapaian hasilyang diinginkan dengan menggunakan upaya-upaya kelompok terdiri atas penggunaan bakat-bakat dan sumber daya manusia . Kemudian menurut Malayu (2007:1): Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu . Dari definisi diatas dapat disimpulkan manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari perencanaan, pengarahan, pengendalian, melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lain secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. 2.1.2 Bidang-bidang Manajemen Unsur-unsur manajemen ( tools of management) yang terdiri dari man, money, method, materials, machines dan market (6M) telah berkembang menjadi bidang manajemen yang mempelajari lebih mendalam perannya dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Bidang-bidang manajemen dikenal atas: 1. Manajemen Sumber Daya Manusia (unsure Man) 2. Manajemen Keuangan (unsure Money) 3. Manajemen Operasional (unsure Materials and Machines) 4. Manajemen Pemasaran (unsur Market) 5. Manajemen Strategik (unsur Methods) 2.2 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia merupakan komponen dari perusahaan yang mempunyai arti yang sangat penting sumber daya manusia menjadi sumber penetu dari perencanaan tujuan suatu perusahaan karena fungsinya sebagai inti dari kegiatan perusahaan. Tanpa adanya sumber daya manusia maka kegiatan perusahaan tidak akan berjalan sebagaimana mestinya meskipun pada saat iniotomatisasi telah memasuki setiap perusahaan, tetapi apabila pelaku dan pelaksana tersebut yaitu manusia,tidak memberikan peranan yang diharapkan maka otomasi itu akan menjadi sia-sia. Untuk lebih memperjelas pengertian dari manajemen sumber daya manusia,berikut ini penulis mengutip beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli: Menurut Stoner dan Freeman (1989 :329) yaitu: Human resources management is the management that deals with recruitmen, placement, training and development of organizational members Yang dapat diartikan sebagai berikut: Manajemen Sumber daya Manusia adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan perekrutan, penempatan, pelatihan, pengembangan, anggota organisasi . Menurut Mangkunegara (2001: 2) yaitu : Manajemen personalia adalah suatu perencanaan, pengorganisasian, pengkordinasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan perusahaan . Dari penjelasan diatas serta pendapat-pendapat para ahli tentang definisi manajemen sumber daya manusia, penulis berusaha mencoba mengartikan sebagai suatu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan atas pengadaan, pengembangan kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemutus hubungan kerja yang dimaksud untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan secara terpadu. 2.3 Fungsi-fungsi Manajemen Sumber daya Manusia Lebih jauh lagi, menurut pendapat Flippo yang dikutip oleh Heidjerachman dan Hasnan (1990: 7) mengklasifikasikan fungsi manajemen personalia menjadi 2 fungsi pokok, Namun menurut Umar (2001: 3) mengatakan bahwa terdapat fungsi yang ketiga dari manajemen Sumber Daya Manusia.Kemampuan yang mereka miliki dalam mewujudkan tujuan perusahaan, karyawan ,dan masyarakat. Dengan memiliki tujuan tertentu maka tenaga kerja akan termotivasi untuk bekerja sebaik mungkin. 2.3.1 Fungsi-fungsi Manajemen a. Perencanaan Perencanaan (human resources planning) adalah merencanakan tenaga kerja dan efektif dan efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan dilakukan dengan menetapkan program kepegawaian. Program kepegawaian meliputi pengorganisasian, pengarahan, pengendalian,pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan,kedisiplinan dan pemberhentian karyawan program kepegawaian yang baik akan membantu tercapainyatujuan perusahaan ,karyawan dan masyarakat. b. Pengorganisasian Pengorganisasian adalah kegiatan unruk mengorganisasi semua karyawan dengan menetapkanpembagian kerja, hubungan kerja delegasi wewenang, integrasi dan koordinasi dalam bagan organisasi (organization chart). Organisasi hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan organisasi yang baik akan membantu terwujudnya tujuan secara efektif. c. Pengarahan (directing) Pengarahan adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan agar mau bekerja sama dan bekerja secara efektif dan efisien dalam membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Pengarahan dilakukan pemimpin dengan menugaskan bawahan agar menegrjakan tugasnya dengan baik. d. Pengendalian Pengendalian (controling) adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan, agar mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan rencana. Apabila terdapat kesalahan atau penyimpangan dilakukan tindakan perbaikan dan penyempurnaan rencana. Pengendalian karyawan meliputu kehadiran, kedisiplinan,perilaku, kerjasama, pelaksanaan pekerjaan, dan menjaga situasi lingkungan pekerjaan. 2.3.2 Fungsi- fungsi Operasional a. Pengadaan adalah proses penarikan, seleksi, penempatan karyawan, orientasi dan induksi untuk menciptakan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Pengadaan yang baik akan membantu tercapainya tujuan. b. Pengembangan pengembangan (development)adalah proses meningkatkan keterampilan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhann pekerja masa kini maupun masa depan c. Kompensasi Kompensasi (compensation) adalah pemberian balas jasa langsung (direct) dan tidak langsung (indirect) uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan. Prinsip kompensasi adalah adil dan layak. Adil diartikan sesuai dengan prestasi kerjanya, layak dapat diartikan dapat memenuhi kebutuhan primernya sertaberpedoman pada batas upah minimum pemerintah berdasarkan internal dan eksternal konsistensi. d. Pengintegrasian Pengintegrasian (integration) adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerjasama yang serasi dan saling menguntungkan . Perusahaan memperoleh laba,karyawan dapat memenuhi kebutuhan dari hasil pekerjaannya. Pengintegrasian merupakan hal yang penting dan sulit dalam manajemen sumber daya manusia, karena mempersatukan dan kepentingan yang bertolak belakang. e. Pemeliharaan Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental,dan loyalitas karyawan, agar mereka mau bekerja sama sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik akan dialkukan dengan program kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhan sebagian besar karyawan serta berpedoman kepada internal dan eksternalkonsistensi. f. Pemberhentian Pemberhentian (separation) adalah putusnya hubungan seseorang dari suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiundan sebab-sebab lainnya. 2.4 Kepuasan Kerja 2.4.1 Pengertian Kepuasan kerja Manusia dalam hidup mempunyai kebutuhan mendasar yang tidak mungkin dapat dihilangkan , karena kebutuhan tersebut mendasari perilaku seseorang.Jika seseorang dalam bekerja merasa kebutuhannya sudah terpenuhi maka akan menimbulkan kepuasan kerja dalam diri mereka. Untuk memperjelas gambaran ini dan pengertian mengenai kepuasan kerja maka penulis mengemukakan beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli : Menurut Mangkunegara(2007: 154) Kepuasan kerja adalah evaluasi yang sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya, Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja kedisiplinan, dan prestasi kerja . Menurut Rivai (2009:856) Kepuasan kerja adalah evaluasi yang menggambarkan seseorang atas sikapnya senang ataupun tidak senang , puas ataupun tidak puas dalam bekerja . Dari penjelasan diatas umumnya menyatakan bahwa kepuasan kerja merupakan bentuk perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Dengan demikian kepuasan kerja merupakan sesuatu yang penting untuk dimiliki oleh seseorang karyawan, dimana mereka dapat berinteraksi dengan lingkungan kerjanya sehingga pekerjaan dilaksanakan dengan baik dan tujuan perusahaan dapat tercapai. Rivai (2009: 862) membagi kepuasan kerja dalam tiga kelomppok yaitu: a. Kepuasan kerja dalam pekerjaan Kepuasan kerja yang dinikmati dalam pekerjaan denganmemperoleh pujian hasil kerja, penempatan, perlakuan, peralatan, dan suasana lingkungan kerja yang baik. Karyawan yang lebih suka menikmati kepuasan kerja dalam pekerjaan akan lebih mengutamakan pekerjaannya daripada balas jasa walaupun balas jasa itu penting. b. Kepuasan kerja diluar pekerjaan Kepuasan kerja karyawan yang dinikmati di luar pekerjaan dengan besarnya balas jasa yang akan diterima dari hasil kerjanya, agar dapat membeli kebutuhan-kebutuhannya. Karyawan yang lebih suka menikmati kepuasannya di luar pekerjaan lebih mempersoalkan balas jasa daripada pelaksanaan tugas-tugasnya. c. Kepuasaan kerja kombinasi dalam dan luar pekerjaan Kepuasan kerja yang dicerminkan oleh sikap emosional yang seimbang antara balas jasa dengan pelaksanaan pekerjaannya. Karyawan yang lebih menikmati kepuasan kerja kombinasi dalam dan luar pekerjaan akan merasa puas jika hasil kerja dan balas jasanya dirasa adil dan layak. 2.4.2 Teori-teori Kepuasan Kerja Menurut Rivai (2009: 856) teori-teri tentang kepuasan kerja yaitu; 1. Discrepacy Theory Teori ini mengukur kepuasan kerja seseorang dengan menghitung selisih antara sesuatu yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan. Sehingga apabila kepuasannya diperoleh melebihi yang diinginkan, maka orang akan menjadi puas lagi, sehingga terdapat discrepancy, tetapi merupakan discrepancy yang positif. Kepuasan kerja seseorang tergantung pada selisih antara sesuatu yang dianggap akan didapatkan dengan apa yang dicapai. 2. Equity Theory Prinsip dari teori ini adalah bahwa orang akan merasapuas atau tidak puas, tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan (equity) atau tidak atas suatu situasi. Perasaan equity dan inequity atas suatu situasi, diperoleh orang dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor maupun ditempat lain.Menurut teori ini terdapat tiga elemen elemen dari equity yaitu: input, outcomes, comparison person, dan equity-inequty. Yang dimaksud dengan input ialah is anything of value that an employee perceives that he contributes to his job. Ini berarti input ialah segala sesuatu yang berharga yang dirasakan karyawan sebagai sumbangan terhadappekrjaan. Dalam hal ini misalnya: education, experience, skills, amount of effort expected, number of hours worked, and personal toolsdan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan Outcomes ialah : is anything of value that employeeperceives he obtains from the job . Ini berarti outcomes adalah sesuatu yang berharga, yang dirasakan karyawan sebagai hasil daripekerjaannya seperti misalnya: pay, fringe, benefits, status symbols, recognition, opportunity for achievement or selfexpression. Sedangkan yang dimaksud dengan comparison person ialah kepada orang lain dengan siapa karyawan membandingkan rasio input outcomes yang dimilikinya. Comparison person ini bisa berupa seseorang di perusahaan yang sama,atau ditempat lain, atau bisa pula dengan dirinta sendiri di waktu yang lampau (the comparison person may be someone in the same organization), someone in different organization,or even the person himself in a previous job). Menurut teori ini, setiap karyawan akan membandingkan rasio inputoutcomes dirinya dengan rasio input-outcomes orang lain (comparison person). Bila perbandingan itu dianggap cukup adil (equity), maka ia akan merasa puas. Bila perbandingan itu tidak seimbang tapi menguntungkan (over compensation in-equity), bisa menimbulkan kepuasan maupun tidak puas. Tetapi bila perbandingan itu tidak seimbang dan merugikan (under compensation in-equity), akan timbul ketidakpuasan. 3. Two factor theory Prinsip dari teori ini ialah bahwa kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja (job dissatisfaction) itu merupakan dua hal yang berbeda. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Herzberg. Ia membagi situasi yang kondsisinya akan mengurangu atau menghilangkan ketidakpuasan, tetapi tidak akan menimbulkan kepuasankarena bukan sumber kepuasan kerja. 2.4.3 Indikator-indikator Kepuasan kerja Menurut Rivai (2009: 860) tolak ukur tingkat kepuasan yang mutlak tidak ada karena setiap individu karyawan berbeda standar kepuasannya, Indikator kepuasan kerja hanya diukur dengan : 1. Isi pekerjaan,penampilan tugas yang aktual dan sebagai kontrol terhadappekerjaan. 2. Organisasi 3. Kesempatan untuk maju 4. Gaji dan keuntungan dalam bidangkeuangan (insentif) Menurut Mangkunegara (2007:167) indikator tingkat kepuasan dapat dilihat dari: 1. Tingkat perputaran karyawan Kepuasan kerja yang lebih rendah biasanya akan mengakibatkan perputaran karyawan lebih tinggi. Mereka lebih mudah meninggalkan perusahaan dan mencari kesempatan diperusahaan lain. 2. Tingkat absensi karyawan Para karyawan yang kurang mendapatkan kepuasan kerja cenderung lebih sering absen. 3. Umur karyawan Semakin umur karyawan, mereka cenderung lebih terpuaskan dengan pekerjaan-pekerjaan mereka. Para karyawan yang lebih muda cenderung kurang terpuaskan, karena berbagai penghargaan yang lebih tinggi, kurang penyesuaian, dan penyebab lainnya. 4. Jenjang karyawan Orang-orang dengan jenjang pekerjaan yang lebih tinggi cenderung lebih mendapatkan kepuasan kerja. Mereka biasanya memperoleh kompensasi lebih baik, kondisi kerja lebih nyaman, dan pekerjaan-pekerjaan mereka memungkinkan penggunaan segala kemampuan yang mereka miliki, sehingga mereka mempunyai alasan-alasan untuk lebih terpuaskan. 5. Ukuran Organisasi Ukuran organisasi perusahaan cenderung mempunyai hubungan secara berlawanan dengan kepuasan kerja. Semakin besar organisasi, kepuasan kerja cenderung turun secara moderat keculai manajemen mengambil tindakan koreksi. Tanpa tindakan koreksi organisasi besar akan menjauhkan karyawannya dalam berbagai proses seperti partisipasi, komunikasi dan koordinasi kurang lancar. 2.5 Disiplin Kerja 2.5.1 Pengertian Disiplin kerja Adapun pengertian disiplin kerja dikemukakan oleh para ahli-ahli antara lain: Hasibuan (2005:212) Kedisiplinan untukmentaati adalah kesadaran dan kesediaan seseorang semua peraturan perusahaan dan norma-normal yang berlaku . Sedangkan menurut Saydam (2005:451) Pembinaan disiplin adalah pembinaan sikap untuk tetap mematuhi segala ketentuan yang berlaku dalam organisasi . Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pembinaan disiplin adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan dan mengembangkan sikap ketaatan dan rasa tanggung jawab seorang pegawai dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan peraturan dan norma-normayang berlaku di lingkungan kerjanya demi tercapainya tujuan organisasi. Disiplin kerja yang baik merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi kerja yang tinggi dari seorang pegawai. Sedangkan menurut Hasibuan (2006;212) mengemukakan bahwa; Disiplin adalah kesadaran dan kesediaan orang-orang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku . Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja suatu tindakan yang mendorong dan melatih seseorang dalam hal ini adalah karyawan diperusahaan untuk bertingkah laku sesuai dengan ketetntuan atau peraturan yang ditetapkan. 2.5.2 Faktor- faktor yang mempengaruhi Disiplin Kedisiplinan kerja karyawan dapat ditegakan apabila semua peraturan yang dibuat oleh perusahaan bisa ditaati oleh para karyawannya. Menurut Prijodarminto (1993 : 23) ada 3 nilai yang dapat menunjukan seorang karyawan disiplin dalam lingkungan kerjanya yaitu: 1. Ketaatan dan kepatuhan terhadap peraturan Suatu sikap yang menunjukan kesungguhan hati karyawan untuk mentaati dan mematuhi peraturan perusahaan baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis secara cermat dan seksamadalamlingkungan kerja dimana peraturan-peraturan tersebut diberitahukan terlebih dahulu kepada karyawan pada saat mereka memasuki lingkunganperusahaan, dengan harapan dapat menumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran bahwa ketaatan dan kepatuhan merupakan syarat yang penting untuk mencapai suatu keberhasilan. 2. Kesetiaan terhadap perusahaan Kesetiaan merupakan suatu sikap mental yang harus dimiliki oleh karyawan dengan cara merasa memiliki tempat ia bekerja dengan harapan dapat menjaga nama baik perusahaan dan bekerja dengan baik. Sikap ini bersumber dari hati nurani karyawan yang tumbuh atas dasar kesadaran diri sehingga dapat mengabdi sepenuhnya kepada perusahaan. 3. Keteraturan dan ketertiban dalam bekerja Sikap ini merupakan suatu rutinitas karyawan dalam bekerja yang dilakukan hampir setiap hari misalnya masuk dan pulang sesuai jam kerja, menyelesaikan pekerjaan sesuai waktu yang ditentukan, tidak mengganggu dalam proses bekerja, dan hal-hal lain yang mendorong untuk bekerja dengan baik.Sikap ini perlu ditanamkan dalam diri setiap karyawan dengan harapan karyawan menjadi terbiasa dengan hal tersebut dan tidak dijadikan suatu beban yang berat dalam melakukan aktivitasnya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah tindakan yang mendorong dan melatih seseorang, dalam hal ini karyawan di perusahaan untuk bertingkah laku sesuai dengan ketentuan. Norma, kriteria dan standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Sehingga siakp dan perilaku tersebut dapat tercipta dengan sendirinya dalam diri karyawan. 2.5.3 Bentuk-bentuk Disiplin Kerja Menurut Handoko (2000 : 208) terdapat dua bentuk kegiatan pendisiplinan yaitu: 1. Disiplin Preventif Disiplin preventif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawan agar mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga pnyelewengan-penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah. Sasaran pokoknya adalah untuk mendorong disiplin diri diantara karyawan. Dengan cara ini para karyawan menjaga disiplin dari mereka bukan semata-mata karena dipaksa manajemen. 2. Disiplin Korektif Disiplin korektif adalah kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif sering berupa suatu bentuk hukumandan disebut tindakan pendisiplinan. Sebagai contoh, tindakan pendisiplinan hendaknya positif, bersifat mendidik dan mengkoreksi , bukan tindakan negatif yang menjatuhkan karyawan yang berbuat salah. 2.5.4 Tingkat dan Jenis Sanksi Disiplin Kerja Tujuan utama pengadaan sanksi disiplin kerja bagi para karyawan yang melanggar norma-norma (aturan-aturan) perusahaan adalah memperbaiki dan mendidik paara karyawan yang melakukan pelanggaran disiplin. Oleh karena itu, setiap manajemen yang menghukum wajib mengadakan penelitian terlebih dahulu dengan metode teknik yang memiliki validitas dan tingkat reliabilitas yang tinggi atas tindakan dan praduga pelanggaran disiplin yang dilakukan karyawan yang bersangkutan. Menurut Sastrohadiwiryo (2002 : 293) pada umumnya sebagai pegangan perusahaan meskipun tidak mutlak, tingkat dan jenis sanksi disiplin kerja terdiri atas : 1. Sanksi disiplin berat, misalnya : a. Demosi jabatan yang setingkat lebih rendah dari jabatannya/ pekerjaan yang diberikan sebelumnya; b. Pembebasan dari jabatan/pekerjaan untuk dijadikan sebagai karyawan biasa bagi yang memegang jabatan; c. Pemutusan hubungan kerja dengan hormat atas permintaan sendiri karyawan yang bersangkutan; d. Pemutusan hubungan kerja tidak hormat sebagai tenaga kerja di perusahaan; 2. Sanksi disiplin sedang, misalnya : a. Penundaan pemberian kompensasi yang sbelumnya telah dirancangkan sebagaimana karyawan lainnya; b. Penurunan upah sebesar satu kali upah yang biasanya diberikan, harian, mingguan, atau bulanan: c. Penundaan program promosi bagi karyawan yang bersangkutan pada jabatan yang lebih tinggi. 3. Sanksi disiplin ringan, misalnya : a. Teguran lisan kepada karyawan yang bersangkutan; b. Teguran tertulis c. Pernyataan tidak puas secara tertulis Dalam menetapkan jenis sanksi disiplin yang akan dijatuhkan kepada karyawan yang melanggar hendaknya dipertimbangkan dengan cermat,teliti, dan seksama bahwa sanksi disiplin yang akan dijatuhkan tersebut setimpal dengan tindakan perilaku yang diperbuat . Dengan demikian, sanksi disiplin tersebut dapat diterima oleh rasa keadilan. Keoada karyawan yang pernah diberikan sanksi disiplin dan mengulanginya lagi pada kasus yang sama, perlu dijatuhi sanksi disiplin yang lebih disiplin yang lebih berat dengan tetap berpedoman pada kebijakan perusahaan yang berlaku. 2.5.5 Indikator Disiplin Kerja Indikator disiplin kerja karyawan menurut Saydam (2005: 451) dapat terlihat pada ; 1. Tingginya angka kemangkiran (Absensi) karyawan Kehadiran merupakan masalah serius dalam sebuah perusahaan ini dikarenakan banyak organisasi maka hal ini dapat menyebabkan kurangnya kehadiran. 2. Sering terlambatnya karyawan masuk kantor atau pulang lebih cepat dari waktu yang sudah ditentukan dan tidak berusaha memaksimalkan jam kerja. Jam kerja pegawai harus mengikuti standarjam kerja setiap hari sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dengan setiap perusahaan yang memiliki jam kerja berbeda untukmemastikan bahwa pekerjaan diselesaikan dengan seefisien mungkin pada timgkatan kualitas yang tinggi serta waktu yang bersamaan untuk memperbolehkan para pegawai dan pengawas menentukan jadwal pada batas-batas waktu tertentu 3. Menurunnya semangat dan gairah kerja Menurunnya semangat kerja timbul akibat tidak adanya motivasi baik dari perusahaan maupun dari karyawan itu sendiri. Perhatian berupa kompensasi kesejahteraan akan menambah gairah kerja karyawan. Karyawan pun harus terbuka terhadap perusahaan apa yang menjadi permasalahan dalam bkerja. 4. Saling melempar tanggung jawab Dalam tanggung jawab ini pegawai diberi batas waktu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dan bagaimana tanggung jawab yang dimiliki setiap pegawai dalam menyelesaikan pekerjaannya. 5. Penyelesaian pekerjaan yang lambat, karena karyawan lebih senang mengobrol dari pada bekerja Tingkah laku ketika bekerja merupakan suatu hal yang menyangkut Unsurbordination Concepty seperti : berkelahi, berjudi kegagalan memaka alat-alat pengaman ketidakperdulian dan sesuatu paling hangat didiskusikan adalah ketergantungan dari alkohol dan obat-obatan 6. Pelaksanaan supervisi dan pengawasan melekat yang buruk danasal-asalan oleh atasan. Ketidakjujuran menyangkut pada karakter daripada pegawai yang bekerja, apabila pekerjaan dilaksanakan kurang semangat tanpa pengawasan maka hasil kerja pun tidak akan baik. 2.6 Hubungan Kepuasan Kerja dengan Disiplin Kerja Pada dasarnya karyawan adalah manusia yang mempunyai perasaan dan kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhinya. Hal ini menuntut adanya pemenuhan atas keinginan tersebut agar tercapainyasuatu kepuasan. Adanya ketidakpuasan terhadap karyawan dapat menimbulkan ketidakdisiplinan kerja para karyawan. Jika seorang karyawan mulai lalai terhadap kewajibannya akan berpengaruh terhadap aktivitas perusahaan. Adanya tingkat ketidakdisiplinan yang tinggi dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. Salahsatu faktor yang berperan dalam menyebabkan tingginya ketidakdisiplinan karyawan adalah besaar kecilnya tingkat kepuasan kerjanya. Pengertian kepuasan kerja menurut Mangkunegara (2007;154) yaitu : Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja . Jika perusahaan dapat memberikan kepuasan kerja terhadap karyawannya maka para karyawan akan melakukan tugasnya dengan baik dan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, saling menghargai, dan mempunyai rasa memiliki terhadap tempat ia bekerja sehingga hal ini akan menimbulkan disiplin kerja yang baik. Salahsatu faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah pemberian kompensasi (gaji). Pemberian kompensasi kepada para karyawan dapat mempengaruhi disiplin kerja para karyawan itu sendiri. Adanya korelasi yang tinggi antara tingkat kepuasan kerja karyawan atas kompensasi yang diberikan dengan disiplin kerja. Menurut Sastrohadiwiryo (2002;295) mengatakan bahwa : Terdapat kecenderungan bahwa pemberian kompensasi yang tinggi akan memiliki dampak positif terhadap disiplin kerja para tenaga kerja. Sebaliknya, kelalaian manajemen dalam pemberian kompensasi akan berakibat menurunnya disiplin kerja para tenaga kerja . Jelas kiranya bahwa disiplin kerja memiliki hubungan yang erat dengan kompensasi. Apabila dampak suatu kompensasi terhadap disiplin kerja kurang mendapat perhatian dari manajemen perusahaan, dapat menurunnya kondisi disiplin kerja para karyawan sebagai tenaga kerja. Manajemen yang bijaksana akan selalu memperhatikan berbagai aspek yang berkaitan guna memenuhi kebutuhan karyawannya agar tujuan perusahaan dapat tercapai dan produktivitas karyawan meningkat.