I. PENDAHULUAN Portofolio adalah serangkaian kombinasi

advertisement
PENILAIAN KINERJA PORTOFOLIO SAHAM BERDASARKAN PENDEKATAN
PRICE EARNING RATIO (PER) DI BURSA EFEK INDONESIA
Ni Putu Yeni Astiti
Fakultas Ekonomi, Universitas Mahasaraswati Denpasar
ABSTRACT
Portofoliosis aseries combination ofassets that are invested and held by investors, both
individuals andinstitutions. This study aimed to nd out the performance of stock portofolios for
high PER subsequent period of owner ship differs signicantly from the performance of stock
portfolio formation period, to determine portofolios performance ow PER stocks next period of
owner ship differs signicantly from the performance of stock portofolios formation period, to
determine the performance of stock portofolios PER differsignicantly lower with high PER
stock portofolios performance on period of owner ship condition subsequent, to determine
portofolios performance low PER stocks next period of ownership differs signicantly from the
market return.
Population in this research are rms go public companies and actively traded and provide
continuous nancial statements from 2004to 2009 as many as 244 companies. Sampling was
done by purposive sampling, based on certain criteria that is 15 shares and 15 shares the highest
PER lowest.
The results of this study found that: 1)high performance stock portofolios PERsubsequent
ownership period differed signicantly with the performance of stock portfolio formation period,
where high performance stock portofolios PER subsequent period of ownership is lower than the
performance of stock portofolios formation period, 2) the performance of stock portofolio slow
PER subsequent period of ownership differs signicantly from the performance of stock
portfolio formation period, where low PER stock portofolios performance period subsequent
ownership higher than the stock portofolios performance formation period, 3)the performance of
stock portfolios differ signicantly lower PER performance of stock portofolios with high PER
on the condition of the next period of ownership, where the stock portofolios performance low
PER is higher than the performance of stock portofolios of high PER, 4) low PER stock
portofolios performance period subsequent ownership differ signicantly with the market return.
Recommendations for investors to be cautiousin investinginstocks that are categorized as high
PER, because the portofolios was found to have decreased performance to 12 next month and also
has a lower performance with low PER stocks portofolios andmarket returns portofolios.
Keywords: PriceEarning Ratio, Return Market, PerformanceStockPortfolio, SBI.
I. PENDAHULUAN
Portofolio adalah serangkaian kombinasi
beberapa aktiva yang diinvestasikan dan
dipegang oleh investor,baik perorangan
maupun lembaga. Pada umumnya investor di
dalam melakukan investasi saham,tidak
menginvestasikan seluruh dananya dalam satu
jenis saham, tetapi membagi-bagikan ke dalam
berbagai jenis saham, dengan kata lain
melakukan diversikasi atau membentuk
portofolio. Tujuan investor membentuk
portofolio adalah untuk mengurangi risiko,
tetapi tanpa mengurangi return yang
Juima Vol 4 No 2, September 2014
diharapkan (Jones, 2004 : 112).
Risiko portofolio tidak dapat dihitung
dari penjumlahan semua risiko sekuritas yang
ada dalam portofolio,melainkan harus terlebih
duhulu mempertimbangkan bagaimana
masing-masing sekuritas bergerak bersamasama dengan sekuritas yang lain atau
diistilahkan dengan kovarians dan risiko
portofolio saham akan berkurang bila semakin
banyak jumlah saham yang dimasukkan ke
dalam portofolio sampai mencapai titik
tertentu, setelah itu manfaat pengurangan
tersebut mulai berkurang dan tidak akan berarti
161
lagi (Jones, 2004 :293). Return portofolio
saham yang dalam penelitian ini disebut
dengan kinerja portofolio saham, dipengaruhi
oleh strategi yang digunakan investor untuk
membentuk portofolio saham (Jones, 2004 :
283).
Pemilihan strategi investasi yang tepat,
dapat mempengaruhi kinerja portofolio yang
dibentuk sehingga diharapkan memperoleh
return sesuai dengan harapan investasinya.
Dalam membentuk portofolio saham, berbagai
strategi akan digunakan investor untuk
memperoleh return yang sebanding atau
melebihi return pasar. Pada umumnya ada dua
strategi yang dapat dipilih investor dalam
membentuk portofolio saham, yaitu strategi
pasif dan strategi aktif.
Strategi pasif biasanya meliputi tindakan
investor yangcenderung pasif dalam
berinvestasi pada saham dan hanya
mendasarkan pergerakan sahamnya pada
pergerakan indeks pasar.Sedangkan strategi
aktif dalam investasi portofolio saham bisa
dilakukan oleh investor denganberbagai cara
untuk memperoleh return yang sebanding atau
melebihi return pasar.
Salah satu strategi protofolio aktif adalah
dengan pendekatan PER, dimana PER
menunjukkan nilai intrinsik saham, yang
menggambarkan rasio atau perbandingan
antara harga saham terhadap earning
perusahaan. Formula untuk menghitung PER
suatu saham adalah dengan membagi harga
saham perusahaan terhadap earning per lembar
saham(Tandelilin, 2010: 320).
Penelitian empiris strategi pemilihan
saham dengan pendekatan PERyang telah
dilakukan sebagian besar menggunakan
averagereturn sebagai ukuran kinerja
portofolio, dimana kelemahannya tidak bisa
mencerminkan suatu ukuran kinerja portofolio
yangmemperhitungkan risiko. Dalam
penelitian ini ukuran kinerja portofolio
digunakan adalah risk adjusted return, yaitu
suatu ukuran kinerja portofolio yang
memperhitungkan return yang telah
disesuaikan dengan risiko. Penelitian ini
menggunakan kinerja portofolio yang diukur
denganindeks Sharpe sebagai ukuran risk
adjustedreturn, dengan pertimbangan karena
dalam penelitian yang dilakukan sekarang
162
tidak yakin portofolio yang dibentuk telah
terdiversikasi dengan baik. Menurut
Tandelilin(2010 : 493).
Penelitian yang dilakukan saat ini
mengukur kinerja portofolio saham dengan
menggunakan risk adjusted return(Indeks
Sharpe), untuk memperjelas apakah temuan
yang sama ditemukan juga di pasar modal
Indonesia sebagai Pasar Modal yang sedang
berkembang.Oleh karena itu penelitian yang
dilakukan sekarang sangat menarik untuk
dikaji dan dilakukan penelitian kembali
khususnya di pasar modal Indonesia, untuk
membuktikan apakah portofolio yang dibentuk
dengan menggunakan pedekatan PER
merupakan strategi yang layak digunakan
ataukah hanya suatu kebetulan belaka.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang
diuraikan di atas maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah :
1) Apakah kinerja portofolio sahamPER tinggi
periode kepemilikan berikutnya berbeda
secara signikan dengan kinerja portofolio
saham periode formasinya?.
2) Apakah kinerja portofolio sahamPER
rendah periode kepemilikan berikutnya
berbeda secara signikan dengan kinerja
portofolio saham periode formasinya ?.
3) Apakah kinerja portofolio sahamPER
rendah berbeda secara signikan dengan
kinerja portofolio saham PER tinggi pada
kondisi periode kepemilikan berikutnya?.
4) Apakah kinerja portofolio sahamPER
rendah periode kepemilikan berikutnya
berbeda secara signikan dengan return
pasar ?.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah
penelitian yang telah diuraikan, maka dapat
disampaikan tujuan penelitian sebagai berikut.
1) Untuk mengetahui signikansi perbedaan
kinerja portofolio saham PER tinggi
periode kepemilikan berikutnya
dibandingkan dengan kinerja portofolio
saham periode formasinya.
2) Untuk mengetahui signikansi perbedaan
kinerja portofolio saham PER rendah
periode kepemilikan berikutnya
Juima Vol 4 No 2, September 2014
dibandingkan dengan kinerja portofolio
saham periode formasinya.
3) Untuk mengetahui signikansi perbedaan
kinerja portofolio saham PER rendah
dibandingkan dengan kinerja portofolio
saham PER tinggi pada kondisi periode
kepemilikan berikutnya.
4) Untuk mengetahui signikansi perbedaan
kinerja portofolio saham PER rendah
periode kepemilikan dibandingkan dengan
return pasar.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pemilihan Portofolio
Dalam pembentukan portofolio, investor
selalu ingin memaksimalkan return yang
diharapkan dengan tingkat risiko tertentu yang
bersedia ditanggungnya, atau mencari
portofolio yang menawarkan risiko terendah
dengan tingkat return tertentu. Karakteristik
portofolio seperti ini disebut sebagai portofolio
yang esien (Tandelilin : 2010, 157).
Sedangkan, portofolio optimal
merupakan portofolio yang dipilih seorang
investor dari sekian banyak pilihan yang ada
pada kumpulan portofolio esien. Tentunya
portofolio yang dipilih investor adalah
portofolio yang sesuai dengan preferensi
investor bersangkutan terhadap return maupun
terhadap risiko yang bersedia ditanggungnya.
2.2. Penilaian Saham
Nilai intrinsik (intrinsik value) saham
disebut juga nilai fundamental (fundamental
value) merupakan nilai yang seharusnya dari
suatu saham. (Jogiyanto, 1998 : 69). Tandelilin
(2010: 191) menyatakan nilai intrinsik saham
dapat dilakukan dengan pendekatan nilai
sekarang (present value approach) dan
pendekatan PER (P/E ratio approach).
Pendekatan nilai sekarang dilakukan dengan
mendiskontokan semua aliran kas yang
diharapkan di masa datang dengan tingkat
diskonto sebesar tingkat return yang
disyaratkan investor. Pendekatan PERdisebut
juga pendekatan multiplier, investor akan
menghitung berapa kali (multiplier) nilai
earning yang tercermin dalam harga suatu
saham, dengan kata lain, PERmenggambarkan
rasio atau perbandingan antara harga saham
terhadap earning perusahaan.
Juima Vol 4 No 2, September 2014
Secara matematis rumus untuk
menghitung PERadalah sebagai berikut:
(Tandelilin, 2010: 192)
PER = Harga per lembar saham
Earning per lembar saham
Salah satu alasan pendekatan PER
digunakan, karena metode ini mempunyai
kelebihan kemudahan dan kepraktisannya dan
adanya standar yang memudahkan investor
untuk melakukan perbandingan penilaian
perusahaan lain pada industri yang sama.
2.3. Strategi Investasi
Ada dua strategi yang yang dilakukan
dalam pembentukan portofolio saham, yaitu:
stategi pasif dan strategi aktif. Strategi pasif
biasanya meliputi tindakan investor cenderung
pasif dalam berinvestasi pada saham dan hanya
mendasarkan per unit sahamnya pada
pergerakan indeks pasar. Artinya, investor
tidak secara aktif mencari informasi ataupun
melakukan jual beli saham yang bisa
menghasilkan returnabnormal. Investor dalam
hal ini hanya akan mengikuti indeks pasar
Strategi aktif pada dasarnya akan
meliputi tindakan investor secara aktif
melakukan pemilihan dan jual beli saham,
mencari informasi, mengikuti dan pergerakan
harga saham serta berbagai tindakan aktif
lainnya untuk menghasilkan return abnormal.
Return Portofolio Saham
Ada berbagai cara yang dapat digunakan
untuk mengukur return portofolio saham.
Salah satunya adalah dengan menjumlahkan
semua aliran kas yang diterima (dividen dan
capital gain/loss), dan kemudian dibagi dengan
nilai pasar portofolio pada awal periode
(Husnan, 2009: 253).
Metode tersebut sebenarnya
mengandung kelemahan, karena hanya sesuai
untuk menghitung tingkat return portofolio
yang bersifat statis, yaitu portofolio yang tidak
mempunyai aliran kas keluar maupun aliran
kas masuk dari investor. Asumsi ini kadangkadang berbenturan dengan kenyataan yang
biasanya terjadi. Dalam kenyataannya, selama
periode investasi, investor bisa saja melakukan
penambahan atau penarikan dana dari
portofolio yang telah dibentuknya.
163
2.4. Risiko Portofolio Saham
Pengukur risiko portofolio saham dapat
dinyatakan dalam bentuk standar deviasi
tingkat keuntungan portofolio (disebut sebagai
risiko total), atau beta portofolio (disebut risiko
sistematik).
Standar deviasi merupakan tingkat
keuntungan portofolio relevan untuk investor
yang menanamkan dananya hanya atau
sebagian besar pada portofolio tersebut.
Sedangkan pemodal yang memiliki berbagai
portofolio atau menanamkan dananya pada
berbagai reksadana, dengan kata lain
melakukan diversikasi pada berbagai
portofolio, beta lebih tepat digunakan sebagai
ukuran risiko (Tandelilin, 2010 ; 121).
2.5. Teknik Penilaian Kinerja Portofolio
Menggunakan Kinerja Tertentu
Metode ini mengukur kinerja portofolio
dengan menggunakan satu parameter atau
ukuran tertentu. Parameter dan ukuran tersebut
dikaitkan dengan risiko, baik risiko total
maupun risiko sistematis.Konsep ini
didasarkan pada gabungan antara return dan
risiko (risk-adjusted return). Sharpe (1966)
mengukur kinerja portofolio dengan total
risiko sebagai indikator, sedangkan Treynor
(1965) dan Jensen (1968) mengukur kinerja
portofolio dengan risiko sistematis (beta)
sebagai indikator.
Indeks Sharpe dapat digunakan untuk
mengukur premi risiko untuk setiap unit risiko
pada portofolio tersebut. Investasi pada SBI
tidak mengandung risiko dengan kinerja
investasi tertentu. Untuk menghitung indeks
Sharpe, digunakan persamaan berikut ini.
Ŝ P 
p
S P = Indeks Sharpe Portofolio
RP = rata-rata return portofolio selama
periode observasi
RF = rata-rata tingkat return bebas
risiko selama periode observasi
TR =
164
Indeks Jensen merupakan indeks yang
menunjukkan perbedaan antara tingkat return
aktual yang diperoleh portofolio dengan
tingkat return yang diharapkan jika portofolio
tersebut berada pada garis pasar modal.
Persamaan untuk indeks Jensen ini adalah :
R P  RF
Keterangan :

Indeks Treynor dalam mengukur risiko
hanya menggunakan risiko sistematis (beta)
saja. Oleh karena itu, jika suatu portofolio
dianggap telah terdiversikasi dengan baik,
berarti return portofolio tersebut hampir
semuanya dipengaruhi oleh return pasar.
Untuk portofolio tersebut tentu saja lebih tepat
jika digunakan indeks Treynor.Untuk
menghitung indeks Treynor, digunakan
persamaan berikut ini
standar deviasi return portofolio
selama periode observasi
2.6. Hipotesis Penelitian
H1 : Kinerja portofolio sahamPER tinggi
periode kepemilikan berikutnya
berbeda secara signikan dengan
kinerja portofolio saham periode
formasinya.
H2 : Kinerja portofolio sahamPER rendah
periode kepemilikan berikutnya
berbeda secara signikan dengan
kinerja portofolio saham periode
formasinya.
Juima Vol 4 No 2, September 2014
H3
H4
: Kinerja portofolio sahamPER rendah
berbeda secara signikan dengan
kinerja portofolio saham PER tinggi
pada kondisi periode kepemilikan
berikutnya.
: Kinerja portofolio sahamPER rendah
periode kepemilikan berikutnya
berbeda secara signikan dengan
return pasar.
III. METODE PENELITIAN
Pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan metode observasi
nonprilaku yaitu sebuah bentuk observasi
dengan melakukan analisis catatan (record
analysis) terhadap data yang diperlukan
(Cooper dan Emory, 1995). Populasi dalam
penelitian ini adalah perusahaaan-perusahaan
yang go-public dan aktif diperdagangkan serta
menyajikan laporan keuangan secara terus
menerus dari tahun 2004 sampai dengan 2009
yaitu sebanyak 244 perusahaan.
Pengambilan sampel dilakukan secara
purposive sampling, berdasarkan kriteria
tertentu.. Penentuan jumlah sampel saham
yang dimasukan ke dalam portofolio
didasarkan atas rekomendasi beberapa temuan
empiris tentang jumlah saham minimal dalam
portofolio.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1) Hipotesis 1
Berdasarkan t hitung uji beda rata-rata
kinerja portofolio PER tinggi periode
kepemillikan berikutnya dibandingkan
dengan periode formasinya adalah -4.354
dengan tingkat signikansi 0.012.
Berdasarkan hal tersebut berarti hipotesis
pertama yang dirumuskan dalam penelitian
ini yang menyatakan bahwa kinerja
portofolio saham PER tinggi periode
kepemilikan berikutnya berbeda secara
signikan dengan kinerja portofolio saham
periode formasinya diterima.
2) Hipotesis 2
Berdasarkan t hitung uji beda rata-rata
kinerja portofolio PER rendah periode
kepemillikan berikutnya dibandingkan
dengan periode formasinya adalah 3.037
dengan tingkat signikansi 0.037.
Juima Vol 4 No 2, September 2014
Berdasarkan hal tersebut berarti hipotesis
kedua yang dirumuskan dalam penelitian
ini yang menyatakan kinerja portofolio
sahamPER rendah periode kepemilikan
berikutnya berbeda secara signikan
dengan kinerja portofolio saham periode
formasinya diterima.
3) Hipotesis 3
Berdasarkan t hitung uji beda rata-rata
kinerja portofolio PER rendah periode
kepemillikan berikutnya dibandingkan
dengan kinerja portofolio PER tinggi
periode kepemilikan berikutnya adalah
5.347 dengan tingkat signikansi 0.006.
Berdasarkan hal tersebut berarti hipotesis
ketiga yang dirumuskan dalam penelitian
ini yang menyatakan kinerja portofolio
sahamPER rendah berbeda secara
signikan dengan kinerja portofolio saham
PER tinggi pada kondisi periode
kepemilikan berikutnya diterima.
4) Hipotesis 4
Berdasarkan t hitung uji beda rata-rata
return pasar adalah 4.080 dengan tingkat
signikansi 0.015. Berdasarkan hal tersebut
berarti hipotesis keempat yang dirumuskan
dalam penelitian ini yang menyatakan
kinerja portofolio saham PER rendah
periode kepemilikan berikutnya berbeda
secara signikan dengan return pasar
diterima
4.1. Pembahasan
4.1.1. Kinerja Portofolio PER Tinggi
Kinerja portofolio PER tinggi periode
kepemilikan berikutnya dibandingkan dengan
periode formasinya ditemukan bahwa rata-rata
kinerja portofolio PER tinggi untuk periode
formasi berbeda secara signikan pada periode
kepemilikan berikutnya
Temuan penelitian ini mempunyai
makna bahwaportofolio saham yang dibentuk
dari 15 saham yang memiliki PER tertinggi,
memiliki kinerja yang menurun untuk periode
berikutnya. Hal ini terjadi karena portofolio
saham PER tinggi merupakan portofolio
saham overvalued atau mahal. Investor
cenderung melakukan reaksi jual lebih besar
dari pada reaksi beli saham pada saat harga
tinggi (mahal).
165
Kondisi ini mengakibatkan permintaan Hal ini terjadi karena portofolio saham PER
menurun untuk portofolio saham PER tinggi, r e n d a h m e r u p a k a n p o r t o f o l i o s a h a m
yang akhirnya berdampak return dan juga undervalued atau murah. Investor cenderung
kinerja portofolio periode berikutnya menurun melakukan reaksi beli lebih besar dari pada
untuk portofolio saham PER tinggi.
reaksi jual saham pada saat harga rendah
Temuan ini juga konsisten dengan (murah), dan reaksi investor untuk membeli
pendapat yang dikemukakan oleh Tandelilin saham PERrendah lebih tinggi dibandingkan
(2010:332) yang menyatakan di dalam strategi untuk menjualnya, karena investor di BEI
pemilihan saham, investor yang cerdik memiliki ekspektasi harga akan naik lagi.
tentunya akan membeli saham yang nilai Kondisi ini mengakibatkan permintaan
intrinsiknya di atas harga pasar atau murah meningkat untuk portofolio saham PER rendah
(undervalued) dan menjual saham-saham yang yang akhirnya berdampak return dan juga
nilai intrisiknya di bawah harga pasar atau kinerja portofolio periode berikutnya
mahal (overvalued). Pada penelitian ini saham meningkat portofolio saham PER rendah.
PER tinggi meupakan saham mahal
Temuan ini juga konsisten dengan
(overvalued) dan saham PER rendah pendapat yang dikemukakan oleh Tandelilin
merupakan saham yang murah (undervalued). (2010:156) yang menyatakan di dalam strategi
Teori tersebut mengindikasikan bahwa pemilihan saham, investor yang cerdik
terjadinya penurunan return untuk saham yang tentunya akan membeli saham yang nilai
berkatagori PERtinggi.
intrinsiknya di atas harga pasar atau murah
Temuan hasil penelitian ini konsisten (undervalued) dan menjual saham-saham yang
dengan hasil penelitian Basu (1977); Fama dan nilai intrisiknya di bawah harga pasar atau
French (1992); Chan et al; (1991) khususnya mahal (overvalued). Portofolio saham
untuk periode formasi 12 bulan dengan periode PERrendah dalam penelitian ini adalah
kepemilikan 12 sesudahnya. Penelitian yang merupakan murah.
dilakukan di BEI ini, ditemukan terjadi
Temuan hasil penelitian ini konsisten
reversal return saham PERtinggi pada periode dengan hasil penelitian Basu (1977,1983);
formasi 12 bulan dengan periode kepemilikan Fama dan French (1992); Chan et al; (1991).
12 berikutnya untuk 15 saham pembentuk Penelitian yang dilakukan di BEI ini,
portofolio dan ukuran kinerja risk adjusted ditemukan terjadi reversal return saham PER
return (indeks Sharpe) yang tidak diteliti pada rendah pada periode formasi 12 bulan dengan
peneliti sebelumnya.
periode kepemilikan 12 berikutnya untuk 15
saham pembentuk portofolio dan ukuran
kinerja risk adjusted return(indeks Sharpe)
4.1.2. Kinerja Portofolio PER Rendah
Kinerja portofolio PERrendah periode yang tidak diteliti pada penelitian sebelumnya,
kepemilikan berikutnya dibandingkan dengan dan mendukung terjadinya efekPER di BEI.
periode formasinya ditemukan bahwa rata-rata Temuan reversal return di BEI juga konsisten
kinerja portofolio PER rendah untuk periode dengan penelitian Wiagustini (2008)
formasi berbeda secara signikan dengan sebelumnya, dimana portofolio yang dibentuk
periode kepemilikan berikutnya, dalam dari PER rendahdalam industrinya dan
penelitian ini ditemukan juga kinerja berkorelasi sangat rendah mennghasilkan
portofolio PER rendah berbeda secara kinerja meningkat sampai 24 bulan berikutnya.
Hasil penelitian ini juga konsisten
signikan dengan PER tinggi dan juga dari
dengan hasil penelitian Bildik dan Gulay
return pasar.
Temuan penelitian ini mempunyai (2001) menemukan return saham PER rendah
makna bahwa, portofolio saham yang dibentuk dan PER tinggi signikan lebih ungguldengan
dari 15 saham yang memiliki PER terendah indeks pasar di Istanbul Stock Exchange.
memiliki kinerja yang meningkat untuk Dreman (1994) dan Fluck et al. (1997)
periode berikutnya, kinerja portofolio PER menemukan return saham rasio PER rendah
rendah untuk periode kepemilikan berikutnya selain lebih unggul dengan return saham rasio
lebih tinggi dari kinerja portofolio PER tinggi PER tinggi juga lebih unggul dengan return
pasar (Indeks S & P 500) di pasar modal AS.
dan return pasar.
166
Juima Vol 4 No 2, September 2014
4.2. Implikasi Penelitian
Temuan penelitian ini berhasil
memberikan bukti empiris,yaitu dengan
menggunakan pendekatan PER di dalam
menentukan portofolio saham sebagai dasar
penentuan saham PER tinggi dan PER rendah
ditemukan saham PERtinggi pada periode
berikutnya menurun, sebaliknya return saham
PER rendah pada periode berikutnya
meningkat.
Bagi investor dan manajer investasi,
hasil penelitian ini dapat memberikan
informasi tentang pemilihan dengan
pendekatan PER. Investor dan manajer
investasi dapat mengambil kebijakan
melakukan investasi saham dengan
membentuk portofolio PER rendah, karena
portofolio tersebut ditemukan memiliki kinerja
meningkat 12 bulan berikutnya dan juga
memiliki kinerja yang lebih tinggi dengan
portofolio saham PER tinggi dan return pasar;
sebaliknya investor dan manajer investasi
untuk lebih hati-hati melakukan investasi
saham yang dibentuk dari portofolio saham
PER tinggi, karena portofolio tersebut
ditemukan memiliki kinerja menurun sampai
12 bulan berikutnya dan juga memiliki kinerja
yang lebih rendah dengan portofolio saham
PER rendah dan return portofolio pasar.
V. Simpulan dan Saran
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada
bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1) Kinerja portofolio sahamPER tinggi
periode kepemilikan berikutnya berbeda
secara signikan dengan kinerja portofolio
saham periode formasinya, dimana kinerja
portofolio sahamPER tinggi periode
kepemilikan berikutnya lebih rendah
dibandingkan dengan kinerja portofolio
saham periode formasinya.
2) Kinerja portofolio saham PER rendah
periode kepemilikan berikutnya berbeda
secara signikan dengan kinerja portofolio
saham periode formasinya, dimana kinerja
portofolio saham PER rendah periode
kepemilikan berikutnya lebih tinggi
dibandingkan dengan kinerja portofolio
saham periode formasinya.
3) Kinerja portofolio saham PER rendah
berbeda secara signikan dengan kinerja
portofolio saham PER tinggi pada kondisi
Juima Vol 4 No 2, September 2014
periode kepemilikan berikutnya,dimana
kinerja portofolio saham PER rendah lebih
tinggi dibandingkan kinerja portofolio
saham PER tinggi.
4) Kinerja portofolio saham PER rendah
periode kepemilikan berikutnya berbeda
secara signikan dengan return pasar,
dimana kinerja portofolio saham PER
rendah periode kepemilikan berikutnya
lebih tinggi dibandingkan dengan return
pasar.
5.2. Saran
Berdasarkan kajian dan hasil yang
diperoleh pada bab sebelumnya maka
disarankan sebagai berukut.
1) Penelitian ini memiliki keterbatasan
membentuk portofolio saham hanya
berdasarkan pendekatan PER, penelitian
selanjutnya disarankan untuk
menggunakan atau menambah pendekatan
lain dalam pembentukan portofolio saham,
seperti pendekatan price to book value,
price to sales ratio dan, price to cash ow
ratio sebagai pendekatan nilai intrinsik
saham seperti yang diungkapkan oleh Jones
(2004 : 268).
2) Penelitian ini hanya membentuk portofolio
pada periode 12 bulan, penelitian
selanjutnya disarankan untuk
menambahkan pembentukan portofolio
pada periode 3 dan 6 bulan sesuai dengan
Laporan Keuangan yang disampaikan oleh
emiten di Bursa Efek Indonesia, untuk
mengetahui apakah ditemukan hal sama
pada periode kurang dari 12 bulan (1tahun).
3) Investor dan manajer investasi dapat
mengambil kebijakan melakukan investasi
saham dengan membentuk portofolio PER
rendah, karena portofolio tersebut
ditemukan memiliki kinerja meningkat 12
bulan berikutnya dan juga memiliki kinerja
yang lebih tinggi dengan portofolio saham
PER tinggi dan return pasar; sebaliknya
investor dan manajer investasi untuk lebih
hati-hati melakukan investasi saham yang
dibentuk dari portofolio saham PER tinggi,
karena portofolio tersebut ditemukan
memiliki kinerja menurun sampai 12 bulan
berikutnya dan juga memiliki kinerja yang
lebih rendah dengan portofolio saham PER
rendah dan return portofolio pasar.
167
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sartono. 2001. Manajemen Keuangan
Teori dan Aplikasi. Edisi ke Empat.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Basu, S., 1977. Investment Performance of
Common Stock in Relation to their Price
Earning Ratios : A test of Efcient
Market Hypothesis, Journal of Finance.
Vol. 32. Juni. pp. 663 – 682.
Bildik, R. dan Gulay ,G. 2001. Protability of
Contrarian vs. Momentum Strategies :
Evidence from the Istanbul Stock
Exchange, JEL Classication : G12 –
G14.
Brealy, R., dan Myers, S. 1991. Principles of
Corporate Finance, Mc Graw- Hill, New
York.
Brouwer, I., Van Der Put, J. dan Veld, C. 1996.
Contrarian Investment Strategies in a
Europen Context, JEL Classication : G
12; G 15.
Cooper, D. R. dan Emory, C. W. 1995.
Business Research Methods, Richard D.
Irwin, Inc., Illinois.
Chan, K.C, Hamao, Y. dan Lakonishok, J.
1991. Fundamental and Stock Return in
Japan, The Journal Of Finance. Vol. 46.
pp. 1739 – 1764.
De Bondt, W.F.M. dan Thaler R.H. 1985. Does
the Stock Market Overreact?,Journal of
Finance. Vol. 40. pp.793-805.
Dreman, D. 1994. Emotion Versus Logic,
Fobes, November 7, pp 351
Fabozzi frank J. 2000 Manajemen Investasi,
Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat
Fama, E.F. 1970. Efcient Capital Markets : A
Review of Theory and Empirical Work.
The Journal of Finance, Vol 25, No 2, pp.
383 – 417.
French, D.W. 1989. Security and Portfolio
Analysis, Merril, Columbus.
Fluck, Z., Malkiel, B.G. dan Quandt, R.E.
1997. The Predictability of Stock Return:
A Cross-Sectional Simulation, The
Review of Economics and Statistics. Vol.
79, pp 176 – 183.
Graham, B., Dodd, D. 1934. Security Analysis,
McGraw –Hill, New York
168
Haugen, R.A. 1996. The Effects of Intrigue,
Liquidity, Imprecision, and Bias on the
Cross-section of Expected Stock
Returns., Journal of Portfolio
Management. Vo. 22. No. 4. pp. 8 – 17.
Husnan, S. 2009. Dasar-Dasar Teori Portofolio
dan Analisis Sekuritas, Edisi Keempat,
UPP-AMP YKPN, Yogyakarta
Jones, C. P. 2004. Investment: Analysis and
Management, John Willey & Sons, New
York.
Jogianto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis
Investasi, Edisi kedua. Yogyakarta :
BPFE
Lakonishok, J., Shleiver, A. dan Vishny, R.W.
1994. Contrarian Investment,
Extrapolation, and Risk, The Journal Of
Finance . Vol.49, pp. 1541 – 1578.
Pratomo, E. P. dan Nugraha, U. 2004. Reksa
Dana: Solusi Perencanaan Investasi di
Era Modern, PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
Sharpe, W.F. dan Alexander G. J. 1990.
Investment, Prentice Hall, Englewood
Cliffs.
Sharpe, W.F. 1964. Capital Asset Price,: A
Theory of Market Equilibrium under
Conditions of Risk, The Journal of
Finance 19, September, pp. 425 – 442.
Schwert, G. W. 1983. Size and Stock Return,
and Other Empirical Regularities,
Journal of Financial Economics 12,
June, pp. 3 – 12.
Sunariah. 2003. Pengantar Pengetahuan Pasar
Modal. Edisi Ketiga. Yogyakarta : UPP
AMP YKPN.
Tandelilin, E. 2010. Analisis Investasi dan
Manajemen Portofolio, BPFE,
Yogyakarta.
Utama, S., dan Dewiyani L. 1999. An
Empirical Examination Of The CrossSection Expected Return: Indonesia
Evidence. Asia Pacic Journal of
Finance, Vol 2. Issue 2. pp 183 – 190
Wiagustini, N. L. P 2008. Kinerja Portofolio
Saham Berdasarkan Strategi Investasi
Pemilihan Saham dan Faktor-Faktor
Penentunya di Bursa Efek Indonesia.
Disertasi. Universitas Brawijaya.
Juima Vol 4 No 2, September 2014
Download