4 hasil dan pembahasan

advertisement
15
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Morfologi luar landak Jawa
Landak Jawa memiliki permukaan dorsal tubuh yang ditutupi oleh struktur
kulit yang sangat tebal dan duri-duri yang tertanam di dalamnya. Pada daerah
sekitar lumbal, dorsal panggul, dan paha lateral ditutupi oleh duri yang berukuran
sedang hingga panjang, sangat kaku, dan memiliki pola warna putih belang hitam
atau belang coklat kehitaman (Gambar 4). Sedangkan pada ventral abdomen dan
medial paha ditutupi oleh struktur duri berukuran pendek, lentur, dan memiliki
pola warna coklat kehitaman atau putih kecoklatan.
Gambar 4 Morfologi luar landak Jawa. Bar 10 cm.
Setelah kulit dikuakkan ke dorsal, maka akan terlihat otot kulit yaitu
musculus cutaneous yang menutupi susunan otot daerah panggul dan paha lateral.
Saat mempreparir m. cutaneous dilakukan secara hati-hati karena otot ini sulit
dipisahkan dari kulit. M. cutaneous yang ditemukan pada daerah ini merupakan
kelanjutan dari m. cutaneous trunci yang membentang hingga ke posterior daerah
panggul dan paha lateral. M. cutaneous yang ditemukan memiliki arah serabut
kaudodorsal, sangat tebal, dan sebagai tempat melekatnya duri (Gambar 5).
16
1
1
Gambar 5 Situasi otot kulit daerah panggul dan paha setelah kulit dikuakkan.
1. M. cutaneous. Bar 5 cm.
4.1.2 Kelompok otot gelang panggul
Secara umum struktur otot-otot gelang panggul pada landak Jawa hampir
mirip dengan anjing, babi, dan pemamah biak, kecuali pada m. quadratus
lumborum. Namun dengan ukuran ruas pada ossa vertebrae lumbales yang lebih
pendek, maka kelompok otot gelang panggul pada landak Jawa juga menjadi
relatif lebih pendek (Gambar 6). Kelompok otot gelang panggul yang dapat
ditemukan antara lain m. psoas minor, m. iliopsoas (m. psoas major, m. iliacus
venter lateral et medial), dan m. quadratus lumborum. Otot-otot gelang panggul
yang ditemukan beserta origo dan insersionya dapat dilihat pada Tabel 2.
17
Tabel 2 Kelompok otot gelang panggul landak Jawa
No.
Nama otot
1. M. psoas minor
2.
3.
Origo
Os vert. thoracicae XIII dan
ossa vert. lumbales I-III
Insersio
Tuberculum m.
psoas minor
Processus transversus os vert.
thoracicae XIII,
proc.transversus, dan corpus
ossa vert. lumbales
Trochanter minor
b. M. iliacus venter lateral
Ventral tuber coxae
Trochanter minor
c. M. iliacus venter medial
Os vert. lumbales V
Trochanter minor
M. quadratus
lumborum
Corpus ossa vertebrae
thoracicae IX-XIII, proc.
transversus ossa vertebrae
lumbales I et II
Tuber coxae
(venter lateral),
proc.transversus
ossa vertebrae
lumbales V et VI
(venter medial)
M. iliopsoas
a. M. psoas major
Musculus psoas minor memiliki origo berupa serabut muskularis yang
relatif kecil dan membentuk pita urat yang sempit, panjang, dan kuat pada
insersionya. Pada landak Jawa otot ini berorigo pada bagian ventral dari os
vertebrae thoracicae XIII dan ossa vertebrae lumbales I-III.
Sedangkan
insersionya terletak pada tuberculum m. psoas minor (Gambar 6).
Musculus iliopsoas terbagi menjadi tiga otot yaitu m. psoas major, m.
iliacus venter lateral, dan m. iliacus venter medial.
Musculus psoas major
merupakan otot yang relatif panjang dan tebal dengan origo pada processus
transversus os vertebrae thoracicae XIII, serta processus transversus dan corpus
dari ossa vertebrae lumbales. Otot ini berinsersio pada trochanter minor di antara
m. iliacus lateralis dan medialis (Gambar 6).
Musculus iliacus lateralis
merupakan otot yang relatif lebih tipis dan pendek dengan origo pada bagian
ventral dari tuber coxae. Sedangkan musculus iliacus medialis memiliki ukuran
yang sangat tipis dan pendek dengan origo pada os vertebrae lumbales V. Kedua
otot ini memiliki insersio yang bersatu dengan insersio dari m. psoas major yaitu
pada trochanter minor os femoris (Gambar 6).
Musculus quadratus lumborum merupakan otot yang relatif panjang dengan
origo yang terletak pada corpus ossa vertebrae thoracicae IX-XII berupa serabut
muskularis. Origo dari otot ini kemudian dilanjutkan sebagai serabut urat yang
18
pendek dan menempel pada processus transversus ossa vertebrae lumbales I et II.
Pada landak Jawa, otot ini terbagi menjadi dua venter yaitu venter lateral yang
berinsersio pada tuber coxae dan venter medial yang berinsersio pada processus
transversus ossa vertebrae lumbales V et VI (Gambar 6).
8b
3
4
2
1
6
9
5
7
8a
8a
kranial
4
3
8b
2
1
9
5
6
7
8a
8a
kranial
Gambar 2 Otot-otot gelang panggul.
1. m. iliacus venter lateral, 2. m. psoas major, 3. m. iliacus venter medial, 4.
m. psoas minor, 5. m. quadratus lumborum venter lateral, 6. m. rectus
femoris, 7. m. vastus medialis, 8. m. sartorius (a. pars cranialis, b. pars
caudalis), 9. m. gluteus superficialis. Bar 5 cm.
4.1.3 Kelompok otot paha lateral
Kelompok otot-otot ini menempati daerah panggul dan lateroplantar paha.
Susunan otot yang ditemukan pada daerah ini terdiri atas m. tensor fasciae latae,
m. gluteus superficialis, m. gluteus medius, m. piriformis, m. gluteus profundus,
m. biceps femoris, m. abductor cruris caudalis, m. semitendinosus, m.
semimembranosus, m. quadriceps femoris, mm. gemelli, m. obturatorius externus,
19
dan m. obturatorius internus. Landak Jawa memiliki beberapa otot panggul dan
paha lateral yang sangat berkembang karena ukurannya relatif sangat lebar dan
tebal di antaranya adalah m. tensor fasciae latae, m. biceps femoris, m.
semitendinosus, dan m. quadriceps femoris (Gambar 7). Otot-otot panggul dan
paha lateral pada landak Jawa yang ditemukan beserta origo dan insersionya dapat
dilihat pada Tabel 3.
Musculus tensor fasciae latae merupakan otot yang berbentuk segitiga,
tebal, dan lebar sehingga menutupi hampir sebagian daerah panggul dan paha
lateral. Pada bagian kranial otot ini bersatu dengan m. sartorius pars cranialis
dengan origo pada tuber coxae dan fascia glutea. Otot ini berinsersio pada fascia
lata sehingga secara tidak langsung bertaut dengan os patellae, ligamentum recti
patellare, dan bagian kaudolateral dari os femoris (Gambar 7, 8, 9).
Musculus gluteus superficialis merupakan otot yang relatif pendek dan tebal
serta terletak profundal dari m. tensor fasciae latae. Pada landak Jawa otot ini
berada di sebelah ventral dari m. gluteus medius dan berorigo pada tuber coxae.
Sedangkan insersionya terdapat pada bagian kaudal dari trochanter major os
femoris (Gambar 8, 9).
Musculus gluteus medius merupakan otot yang panjang, tebal, dan besar
pada landak Jawa. Otot ini terletak di antara m. piriformis di bagian kaudal, m.
gluteus superficialis di bagian ventral, dan pada daerah yang mendekati
insersionya sebagian bersatu dengan m. gluteus profundus. Origo otot ini terdapat
pada fascia glutea, fascia thoracolumbal, dan mencapai hingga ke ossa vertebrae
lumbales II et III. Otot ini memiliki insersio yang membulat dan terletak pada
trochanter major os femoris (Gambar 8, 9).
Musculus piriformis berukuran relatif pendek namun sedikit tebal pada
landak Jawa. Otot ini memiliki venter yang membulat dan terletak kaudal dari m.
gluteus medius. Otot ini berorigo pada fascia glutea dan berinsersio pada facies
lateralis os femoris (Gambar 8, 9). Ketiga kelompok otot gluteal yaitu m. gluteus
superficialis, m. gluteus medius, dan m. piriformis merupakan otot yang terletak
superfisial dan mudah ditemukan setelah m. tensor fasciae latae dikuakkan.
20
Tabel 3 Kelompok otot paha lateral landak Jawa
No.
Nama otot
1. M. tensor fasciae latae
Origo
Tuber coxae, fascia glutea
2.
Tuber coxae
3.
M. gluteus
superficialis
M. gluteus medius
4.
M. piriformis
5.
M. gluteus profundus
6.
M. biceps femoris
7.
8.
M. abductor cruris
caudalis
M. semitendinosus
9.
M. semimembranosus
Fascia glutea, fascia
thoracolumbal, ossa vert.
lumbales II et III
Fascia glutea
Corpus ossis ilii dan spina
ischiadica
Lig. sacrospinosum et
tuberosum, secara tidak
langsung ke proc.spinosus
ossa vert. sacrale, proc.
spinosus dan
proc.transversus ossa
coccygeae I-III (caput
sacrale).
Tuber ischii (caput ischii)
Tuber ischii
Fascia glutea, proc.spinosus
ossa vert. sacrale, ossa
coccygea I-III
Insersio
Fascia lata, os
patellae, lig. recti
patellare, kaudolateral
os femoris
Trochanter major
Trochanter major
Facies lateralis dari
os femoris
Trochanter major
Lig. recti patellare, os
patellae, tuberositas
tibiae, crista tibiae,
fascia cruris di distal
os tibia
Facies lateralis os
tibia
Fascia cruris pada
laterodistal dan 1/2
mediodistal dari os
tibia
Tuber ischii
Condylus medialis os
femoris dan os tibia
Os ilium di kranial
acetabulum
Facies anterior dan
basis patella
b. M. vastus lateralis
Kraniolateral os femoris,
trochanter major
Facies anterior dan
lateralis patella,
lig.recti patellare
c. M. vastus medialis
Collum os femoris,
kraniomedial os femoris
Facies anterior dan
medialis patella, lig.
recti patellare
Bagian dorsal dari os femoris
Spina ischiadica, incisura
ischiadica major et minor
Bagian ventral dari os
ischium dan os pubis
Facies medialis dari os pubis
dan os ischii
Basis patella
Fossa trochanterica
10. M. quadriceps femoris
a. M. rectus femoris
d. M. vastus intermedius
11. M. gemelli
12. M. obturatorius
externus
13. M. obturatorius internus
Bagian distal dari
crista trochanterica
Fossa trochanterica
21
Musculus gluteus profundus merupakan otot yang tebal dan terletak paling
profundal di antara kelompok otot gluteal. Otot ini berorigo pada corpus ossis ilii
dan spina ischiadica serta berinsersio pada bagian dorsal dari trochanter major os
femoris (Gambar 8, 9). Pada landak Jawa otot ini untuk sebagian bersatu dengan
m. gluteus medius di bagian insersionya.
Musculus biceps femoris merupakan otot yang sangat lebar dan tebal pada
landak Jawa. Origo otot ini terbagi menjadi dua kepala yaitu caput sacrale dan
caput ischii (Gambar 7, 8, 9). Caput sacrale mempunyai ukuran yang lebih
panjang dan lebar dengan origo pada ligamentum sacrospinosum et tuberosum,
dan secara tidak langsung berorigo pada processus spinosus dari ossa vertebrae
sacrale, processus spinosus dan processus transversus dari ossa coccygeae I-III.
Sedangkan pada caput ischii mempunyai ukuran yang lebih pendek dan sempit
dengan origo pada tuber ischii. Insersio kedua caput bersatu dan melebar dengan
ujung yang tidak terbagi di sepanjang ligamentum recti patellare, os patellae,
tuberositas tibiae, crista tibiae, dan mencapai hingga fascia cruris pada distal os
tibia (Gambar 7, 8, 9). Pada landak Jawa, insersio otot ini untuk sebagian bersatu
dengan insersio lateral dari m. semitendinosus.
Musculus abductor cruris caudalis memiliki ukuran yang relatif sangat
panjang namun sangat tipis pada landak Jawa. Otot ini berorigo di tuber ischii
dan terletak profundal dari m. biceps femoris caput ischii. Pada landak Jawa otot
ini berjalan menuju ke profundal dari m. semitendinosus bagian lateral dan
berinsersio pada facies lateralis os tibia (Gambar 8, 9).
Musculus semitendinosus merupakan otot yang relatif panjang, tebal, dan
terletak paling plantar dari regio femur. Pada landak Jawa otot ini memiliki origo
yang membulat dan sangat lebar. Otot ini berorigo pada fascia glutea, processus
spinosus dari ossa vertebrae sacrale dan ossa coccygea I-III. Pada landak Jawa
otot ini berbeda dengan hewan lain karena memiliki insersio yang terpisah pada
bagian lateral dan medial dari os tibia. Insersio lateral otot ini terletak pada fascia
cruris di permukaan laterodistal os tibia, sedangkan insersio sebelah medial dari
otot ini terletak pada setengah mediodistal dari os tibia (Gambar 8, 9, 10, 11).
Musculus semimembranosus merupakan otot yang tebal pada landak Jawa.
Pada bagian lateral otot ini tertutupi oleh m. semitendinosus, sedangkan di medial
22
otot ini terletak profundal dari m. gracilis. Origo dari otot ini terdapat pada tuber
ischii, sedangkan insersio dari otot ini terdapat pada condylus medialis dari os
femoris dan os tibia (Gambar 8, 9).
Musculus quadriceps femoris merupakan otot yang relatif besar dan tebal
pada landak Jawa. Otot ini terletak di bagian dorsal, lateral, dan medial paha serta
mendominasi di bagian dorsal dengan bentuknya yang cembung. Kelompok otot
ini dapat ditemukan dengan mudah setelah m. tensor fasciae latae dikuakkan. M.
quadriceps femoris terdiri atas empat caput yaitu m. rectus femoris, m. vastus
lateralis, m. vastus medialis, dan m. vastus intermedius (Gambar 9). Musculus
rectus femoris merupakan otot yang terletak paling dorsal di antara kelompok otot
m. quadriceps femoris. Pada bagian lateral otot ini sebagian besar ditutupi oleh m.
vastus lateralis yang berukuran lebih lebar di bagian lateral. Otot ini berorigo
pada os ilium di kranial acetabulum serta berinsersio pada basis dan facies
anterior os patella (Gambar 9, 11).
Musculus vastus lateralis merupakan otot yang relatif lebar dan tebal pada
landak Jawa sehingga menutupi sebagian besar m. rectus femoris.
Otot ini
berorigo pada bagian kraniolateral dari os femoris dan trochanter major.
Sedangkan insersio dari otot ini terdapat pada facies anterior os patella, facies
lateralis os patella, ligamentum recti patellare dan bergabung dengan m. rectus
femoris pada bagian insersionya (Gambar 9).
Musculus vastus medialis merupakan otot yang lebar dan tebal pada landak
Jawa. Otot ini terletak pada medial paha dengan origo pada collum os femoris dan
permukaan kraniomedial dari os femoris. Sedangkan insersio dari otot ini terdapat
pada facies anterior os patella, facies medialis os patella, ligamentum recti
patellare dan bergabung dengan m. rectus femoris pada bagian insersionya
(Gambar 11).
Musculus vastus intermedius merupakan otot yang terletak di antara ketiga
caput yang lain dan dapat ditemukan setelah m. vastus lateralis dikuakkan. Otot
ini melekat pada bagian dorsal (kranial) dari os femoris yang merupakan sekaligus
sebagai tempat pembersitannya (Gambar 9). Sedangkan insersio dari otot ini
terdapat pada basis patella dan bergabung dengan m. rectus femoris pada bagian
insersionya.
23
Musculi gemelli merupakan otot yang relatif kecil pada landak Jawa. Otot
ini berbentuk seperti kipas dan dipisahkan secara tidak sempurna oleh insersio
dari m. obturatorius internus menjadi m. gemellus superior et inferior. Origo otot
ini terdapat pada sepanjang spina ischiadica dan incisura ischiadica major et
minor, sedangkan insersionya terdapat pada fossa trochanterica.
Musculus obturatorius externus merupakan otot yang tebal dan terletak di
profundal dari m. pectineus. Pada landak Jawa otot ini berorigo pada bagian
ventral dari os ischium dan os pubis serta menutupi bagian ventral dari foramen
obturatorium.
Sedangkan insersionya terletak pada bagian distal dari crista
trochanterica.
Musculus obturatorius internus merupakan otot yang berbentuk seperti
kipas pada landak Jawa. Otot ini membersit dari ruang panggul dan berorigo pada
facies medialis dari os pubis dan os ischii, sehingga menutupi bagian dorsal dari
foramen obturatorium.
Selanjutnya, otot ini menyeberang ke lateral melalui
insicura ischiadica minor menuju insersionya di fossa trochanterica. Pada landak
Jawa insersio otot ini membelah m. gemelli menjadi menjadi m. gemelli superior
dan m. gemelli inferior.
6
6
2
4
2
4
1
1
3a
3a
3b
2’
Gambar 3
5
3b
5
2’
Otot-otot paha lateral lapis superfisial.
1. m. tensor fasciae latae, 2. m. semitendinosus, 2’. Insersio lateral m.
semitendinosus, 3. m. biceps femoris (a. caput sacrale, b. caput ischii), 4. m.
sartorius pars cranialis, 5. fascia lata, 6. fascia glutea. Bar 5 cm.
24
3
3
8
2a
2a
7
9
7
9
11
2b
11
2b
10
6
4
6
10
4
5
5
3
3
1
1
2
Gambar 8
8
2
Otot-otot paha lateral lapis profundal.
1. m. tensor fasciae latae, 2. m. biceps femoris (a. caput sacrale, b. caput
ischii), 3. m. semitendinosus, 4. m. semimembranosus, 5. m. abductor cruris
caudalis, 6. m. vastus lateralis, 7. m. gluteus superficialis, 8. m. gluteus medius,
9. m. piriformis, 10. m. adductor, 11. m. iliacus venter lateral. Bar 5 cm.
3
3
12
12
2a
11
2a
11
6
13
10
2b
4
9
6
14 8
7
13
10
2b
4
9 14 8
7
5
5
3
3
6
2
6
2
1
1
Gambar 9
Otot-otot paha lateral lapis profundal setelah m. vastus lateralis dikuakkan.
1. m. tensor fasciae latae, 2. m. biceps femoris (a. caput sacrale, b. caput
ischii), 3. m. semitendinosus, 4. m. semimembranosus, 5. m. abductor cruris
caudalis, 6. m. vastus lateralis, 7. m. rectus femoris, 8. m. vastus intermedius, 9.
m. adductor, 10. m. piriformis, 11. m. gluteus superficialis, 12. m. gluteus
medius, 13. m. iliacus venter lateral, 14. os femoris. Bar 5 cm.
25
4.1.4 Kelompok otot paha medial
Secara umum kelompok otot paha medial pada landak Jawa juga
berkembang dengan sangat baik dan memiliki ukuran yang lebar dan tebal
terutama pada m. gracilis, m. pectineus, dan m. adductor. Kelompok otot paha
medial yang dapat ditemukan terdiri atas m. sartorius (pars cranialis dan pars
caudalis), m. gracilis, m. pectineus, dan m. adductor (m. adductor longus dan m.
adductor magnus et brevis).
Otot-otot paha medial pada landak Jawa yang
ditemukan beserta origo dan insersionya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Kelompok otot paha medial landak Jawa
No. Nama otot
Origo
Insersio
1. M. sartorius
a. pars cranialis
Fascia glutea, tuber
Os patellae, lig. recti
coxae
patellare, fascia lata,
kaudolateral os femoris
b. pars caudalis
Eminentia iliopubica,
Os patellae, lig. recti
symphysis pelvis
patellare
2. M. gracilis
Symphysis pelvis, tendo Tuberositas tibiae, ½
praepubicum
bagian proksimal dari
crista tibiae
3. M. pectineus
Eminentia iliopubica,
Margo medial os femoris
symphysis pelvis
4. M. adductor
a. M. adductor longus
Lig.sacrospinosum et
Condylus medialis os
tuberosum
femoris
b. M. adductor magnus Tuberculum pubicum,
Bagian kaudal os femoris
et brevis
ventrolateral
symphysis pelvis
Musculus gracilis merupakan otot yang relatif lebar dan menutupi sebagian
besar bidang medial paha. Pada landak Jawa otot ini relatif panjang dengan origo
yang terdapat pada symphysis pelvis dan tendo praepubicum. Sedangkan insersio
otot ini terdapat pada tuberositas tibiae dan setengah bagian proksimal dari crista
tibiae (Gambar 10, 11).
Landak Jawa memiliki musculus sartorius yang terbagi menjadi dua yaitu
m. sartorius pars cranialis dan m. sartorius pars caudalis (Gambar 10, 11).
Musculus sartorius pars cranialis merupakan otot yang panjang dan agak tebal.
Otot ini bersatu dengan m. tensor fasciae latae di kranial paha dan berorigo di
tuber coxae dan fascia glutea.
Insersio otot ini terletak pada os patellae,
ligamentum recti patellare, fascia lata, dan permukaan kaudolateral dari os
26
femoris. M. sartorius pars caudalis merupakan otot yang relatif lebih lebar dan
terletak di profundal dari m. gracilis. Pada permukaan otot ini membersit arteri
dan vena femoralis. Otot ini berorigo pada eminentia iliopubica dan symphysis
pelvis, serta berinsersio pada os patellae dan ligamentum recti patellare.
Musculus pectineus merupakan otot yang berbentuk segitiga, besar, dan
tebal pada landak Jawa. Otot ini mengisi ruangan yang terletak di antara m.
vastus medialis pada bagian kranial dan m. adductor di bagian kaudal. Origo otot
ini adalah eminentia iliopubica dan symphysis pelvis, sedangkan insersionya
terdapat pada margo medial dari os femoris (Gambar 11).
Musculus adductor pada landak Jawa dapat dipisahkan menjadi dua bagian
yaitu m. adductor longus dan m. adductor magnus et brevis. Musculus adductor
longus merupakan otot yang panjang dan tipis. Otot ini membersit dari lateral
femur pada ligamentum sacrospinosum et tuberosum dan menuju ke medial femur
pada condylus medialis os femoris. M. adductor magnus et brevis merupakan otot
yang tebal dengan origo pada tuberculum pubicum dan ventrolateral symphysis
pelvis serta berinsersio pada bagian kaudal os femoris (Gambar 11).
kranial
2
1b
4
3
5
1a
6
kranial
2
1b
5
4
3
1a
6
Gambar 10
Otot-otot paha medial lapis superfisial.
1. m. sartorius (a. pars cranialis, b. pars caudalis), 2. m. gracilis, 3. m.
adductor magnus et brevis, 4. m. semitendinosus, 5. m. vastus medialis, 6.
m. biceps femoris. Bar 5 cm.
27
kranial
1b
8
1b
13
11
12
4
10
14
2
7
5
3
1a
1a
6
9
kranial
1b
1b
8
13
12
11
4
10
14
2
5
1a
1a
Gambar 11
3
6
7
9
Otot-otot paha medial lapis profundal.
1. m. sartorius (a. pars cranialis, b. pars caudalis), 2. m. rectus femoris, 3.
m. vastus medialis, 4. m. pectineus, 5. m. adductor magnus et brevis, 6. m.
adductor longus, 7. m. semimembranosus, 8. m. gracilis, 9. m.
semitendinosus, 10. m. iliacus venter lateral, 11. m. psoas major, 12. m.
iliacus venter medial, 13. tendo insersio m. psoas minor, 14. venter lateral
m. quadratus lumborum. Bar 5 cm.
28
4.2 Pembahasan
Landak merupakan mamalia yang unik terutama kemampuannya dalam
mempertahankan diri. Landak memertahankan diri dengan menggunakan duriduri yang ada di sekujur tubuhnya. Ketika merasa terancam landak akan
menegakkan duri yang ada di tubuhnya dan menghasilkan suara berderak yang
berasal dari duri yang ada di ekor (Roze 1989; Wardi et al. 2011). Jika ancaman
berlanjut maka landak akan bertindak agresif dengan membalikkan badannya dan
bersiap menyerang dengan cara berusaha menancapkan duri-duri tajamnya ke
dalam tubuh musuh (Sastrapradja et al. 1982; Wardi et al. 2011). Selain itu
perilaku menegakkan duri pada landak juga terlihat pada saat sebelum dan sedang
berlangsungnya kopulasi. Perilaku ini terlihat pada landak betina saat menegakkan
duri di bagian belakang tubuh dan mengangkat ekornya sehingga daerah
urogenital terekspos kepada landak jantan (Gambar 12).
Aktivitas ini akan
memudahkan landak jantan untuk menaiki landak betina (mounting) dan
melakukan penetrasi penis ke dalam vagina (intromission) (Felicioli et al. 1997).
Aktivitas landak Jawa dalam menggali dan membuat lubang juga dilakukan
sebagai bentuk adaptasinya di dataran rendah. Landak membuat lubang dengan
cara menggali tanah pada gua-gua, celah bebatuan, daerah berbukit, dan tanah
lapang dengan kondisi tanah yang beragam (Michael et al. 2003). Aktivitas
menggali dilakukan secara cepat menggunakan kaki depan untuk menguraikan
tanah, kemudian tanah akan dibuang dan dikeluarkan dari lubang penggalian
dengan menggunakan kaki belakang (Feldhamer et al. 1999). Kombinasi gerakan
kaki depan dan kaki belakang secara abduksi, adduksi, protraksi, dan retraksi ke
arah kaudal dan lateral dilakukan sehingga tanah dapat dbuang dan dikeluarkan
dari lubang penggalian. Aktivitas-aktivitas landak Jawa dalam mempertahankan
diri, kopulasi, adaptasi terhadap lingkungan dengan membuat lubang, dan
aktivitas lainnya tersebut perlu melibatkan struktur anatomis, salah satunya oleh
struktur dan susunan perototan daerah panggul dan paha pada kaki belakang.
Landak Jawa memiliki musculus cutaneous yang sangat lebar dan tebal.
Otot kulit ini menutupi permukaan daerah panggul dan paha lateral dengan arah
serabut kaudodorsal. Pada landak Jawa ditemukan bahwa duri-duri pertahanan
yang menempati sebagian besar daerah panggul dan paha menancap hingga m.
29
cutaneous ini. Menurut Grzimek (1975) otot kulit pada landak berfungsi sebagai
tempat melekat dan menarik duri ke atas (penegang) ketika ada ancaman yang
mendekat. Beberapa spesies hewan seperti anjing, babi, kuda, dan pemamah biak
tidak memiliki struktur m. cutaneous pada daerah panggul dan paha (Pasquini et
al. 1989). Selain itu, arah serabut kaudodorsal pada otot ini diduga akan
menegakkan duri ke arah dorsokaudal dan kaudolateral. Arah tegak duri tersebut
menyebabkan landak akan selalu berusaha memertahankan dirinya dari arah
belakang dan lateral tubuhnya, sehingga posisi menyerang dominan landak adalah
dalam keadaaan membelakangi musuhnya (Gambar 11). Struktur m. cutaneous
pada daerah gluteal juga dapat ditemukan pada spesies beruk (Macaca
nemestrina) yang disebut dengan m. panniculus carnosus, namun memiliki fungsi
berbeda yaitu sebagai penggerak kulit daerah punggung saat menyingkirkan
kotoran dan serangga yang menggigit (Husein 2012).
Secara umum landak Jawa memiliki kelompok otot gelang panggul yang
tidak jauh berbeda dengan anjing, babi, dan pemamah biak. Namun dengan
ukuran ruas pada ossa vertebrae lumbales yang lebih pendek, maka otot pada
gelang panggul menjadi relatif lebih pendek pada landak Jawa. Secara umum
otot-otot gelang panggul memiliki fungsi utama sebagai fleksor collumna
vertebralis ke ventral dan lateral serta mencuramkan sikap pelvis. Kelompok otot
gelang panggul pada landak Jawa tersusun atas m. psoas minor, m. iliopsoas (m.
iliacus venter lateral et medial, m. psoas major), dan m. quadratus lumborum.
Musculus psoas minor berukuran relatif kecil dan pendek pada landak Jawa.
Otot ini memiliki origo yang berupa serabut muskularis, sedangkan insersionya
berupa serabut urat yang panjang dan tipis. Struktur otot ini mirip dengan hewan
lain seperti anjing, babi, dan pemamah biak (Sisson 1975), namun pada landak
Jawa m. psoas minor memiliki ukuran yang relatif lebih kecil dan pendek
disebabkan oleh ukuran ossa vertebrae lumbales yang lebih pendek. Menurut
Sisson (1975) otot ini berfungsi sebagai fleksor collumna vertebralis ke ventral
dan mencuramkan sikap pelvis. Pada landak terdapat gerakan mendorong dan
memasukkan penis ke dalam vagina (intromission) ketika kopulasi (Felicioli et al.
1997). Gerakan pelvis ini sangat efektif dengan bentuk m. psoas minor berupa
serabut muskularis pada origonya dan berbentuk pita urat tipis dan panjang pada
30
insersionya. Dengan bentuk ini, sedikit kontraksi pada m. psoas minor akan dapat
menarik pelvis ke arah kranial sehingga sangat menghemat energi pada saat
kopulasi (Supratikno 2002).
Musculus iliopsoas terdiri atas tiga otot yaitu m. psoas major, m. iliacus
venter lateral, dan m. iliacus venter medial. Struktur m. iliopsoas pada landak
Jawa memiliki ukuran yang tebal dengan origo yang hampir mirip dengan pada
anjing yaitu pada os vertebrae thoracales XIII serta corpus dan processus
transversus dari ossa vertebrae lumbales.
Sedangkan pada babi, kuda, dan
pemamah biak otot ini berorigo pada dua costae terakhir serta corpus dan
processus transversus ossa vertebrae lumbales (Sisson 1975). Secara keseluruhan
otot ini berfungsi sebagai fleksor persendian paha, fleksor collumna vertebralis ke
lateral jika bekerja monolateral, dan fleksor collumna vertebralis ke ventral jika
bekerja bilateral (Pasquini et al. 1989). Pada anjing, babi, dan pemamah biak otot
ini terutama berfungsi untuk meneruskan kekuatan dorongan kaki belakang ke
sumbu tubuh pada saat berjalan atau berlari. Sedangkan pada landak Jawa, otot
ini diduga berpengaruh pada kemampuan memertahankan dirinya dengan cara
menghempaskan ekor serta tubuh bagian belakang untuk menyerang musuhnya
(Vaughan et al. 2000). Gerakan ini dapat dilakukan dengan cara memfleksorkan
collumna vertebralis ke lateral secara kuat terutama oleh m. psoas major yang
berukuran lebih tebal.
Selain itu aktivitas ini juga membutuhkan kelenturan
gerakan collumna vertebralis yang ditunjang oleh m. iliacus venter lateral et
medial yang berukuran lebih tipis dan pendek.
Landak
Jawa
memiliki
m.
quadratus
lumborum
yang
berbeda
dibandingkan pada anjing, babi, dan pemamah biak. Pada landak Jawa otot ini
unik karena terbagi menjadi venter medial dan venter lateral yang tidak dimiliki
oleh struktur m. quadratus lumborum pada hewan lainnya (Gambar 2). Sehingga
diduga m. quadratus lumborum pada landak Jawa berfungsi memperkuat kerja
dari m. iliopsoas untuk memfleksor collumna vertebralis ke lateral dan
menghempaskan daerah panggul dan ekor untuk menyerang musuh. Sedangkan
pada anjing, babi, dan pemamah biak otot ini berorigo pada dua atau tiga ossa
vertebrae thoracales terakhir dan processus transversus lumbales, serta
berinsersio pada ala ossis ilii (Budras et al. 2007; Sisson 1975). Sehingga pada
31
anjing, babi, dan pemamah biak otot ini lebih berperan sebagai fiksator ossa
vertebrae lumbales dan dua atau tiga costae yang terakhir (Pasquini et al. 1989).
Kelompok otot paha lateral pada landak Jawa terdiri atas m. tensor fasciae
latae, m. gluteus superficialis, m. gluteus medius, m. piriformis, m. gluteus
profundus, m. biceps femoris, m. semitendinosus, m. semimembranosus, m.
quadriceps femoris, mm. gemelli, m. obturatorius externus, dan m. obturatorius
internus. Landak Jawa memiliki kelompok otot panggul dan paha lateral yang
sangat berkembang. Otot-otot yang berperan sebagai abduktor, protraktor dan
retraktor kaki belakang mendominasi dengan ukurannya yang relatif lebar dan
tebal yaitu m. tensor fasciae latae, m. quadriceps femoris, m. gluterus medius, m.
biceps femoris, dan m. semitendinosus.
Musculus tensor fasciae latae pada landak Jawa berukuran sangat lebar dan
tebal, serta bersatu dengan m. sartorius pars cranialis. Ukurannya yang sangat
lebar dan tebal menyebabkan otot ini mampu memfleksor persendian paha dan
mengekstensor persendian lutut secara maksimal. Keadaan ini menguatkan
dugaan bahwa otot ini berperan dalam aktivitas menggali dengan gerakan
protraksi kaki belakang secara maksimal. Gerakan protraksi ini kemudian
dilanjutkan oleh otot-otot retraktor dan abduktor kaki belakang, sehingga tanah
dapat dikeluarkan ke arah kaudolateral dari lubang penggalian. Selain itu,
kemampuan memrotraksikan kaki belakang juga berperan pada saat meninggikan
daerah panggul landak dalam posisi menungging untuk mengarahkan duri
pertahanan ke arah musuhnya (Compion 2010). Pada anjing, babi, dan pemamah
biak otot ini terutama berfungsi untuk gerakan ketika berlari. Fungsi keseluruhan
dari otot ini adalah memfleksor persendian paha, meregangkan fascia lata, dan
ekstensor persendian lutut (Pasquini et al. 1989). Untuk fungsi meregangkan
fascia lata, otot ini dibantu oleh m. sartorius pars cranialis.
Gambar 12 Perilaku mempertahankan diri pada landak (Compion 2010).
32
Musculus gluteus superficialis pada landak Jawa merupakan otot yang
relatif besar dan tebal serta terletak profundal dari m. tensor fasciae latae. Landak
Jawa memiliki m. gluteus superficialis yang tidak bersatu dengan otot lainnya
sama seperti pada anjing. Otot ini berfungsi sebagai ekstensor persendian paha
yang menyebabkan kaki belakang tertarik ke kaudal. Berdasarkan fungsinya,
maka otot ini diduga bekerja sinergis dengan otot-otot retraktor kaki belakang
memberikan kontribusi pada perilaku landak dalam menggali tanah dan berjalan.
Sedangkan pada babi dan pemamah biak otot ini bersatu dengan m. biceps femoris
membentuk m. gluteobiceps (Pasquini et al. 1989). Pada babi dan pemamah biak
hal ini bertujuan untuk memperkuat retraksi kaki belakang sehingga mendapatkan
gaya dorong yang lebih kuat (Supratikno 2002).
Landak Jawa memiliki musculus gluteus medius yang relatif panjang dan
tebal dengan insersio yang membulat.
Otot ini berfungsi sebagai ekstensor
persendian paha dan abduktor kaki belakang. Penebalan otot ini diduga berkaitan
dengan tuntutan gerakan retraksi yang kuat pada saat landak menggali dan
mengeluarkan tanah dari lubang penggalian.
Pada anjing keadaan otot ini
berukuran lebih pendek diduga lebih banyak berkontribusi pada saat anjing berlari
dan membutuhkan gaya dorong yang kuat. Pada pemamah biak m. gluteus medius
relatif tidak terlalu subur karena tidak banyak melakukan gerakan retraksi kaki
belakang (Nurhidayat et al. 2009).
Pada bagian profundal otot ini sebagian
bersatu dengan insersio dari m. gluteus profundus. Sedangkan pada bagian kaudal
otot ini terdapat musculus piriformis yang memiliki ukuran lebih kecil, sehingga
diduga berfungsi menunjang m. gluteus medius dalam melakukan gerakan
ekstensor persendian paha dan abduktor kaki belakang.
Musculus gluteus profundus untuk sebagian bersatu dengan m. gluteus
medius di bagian insersionya. Pada landak otot ini mirip dengan anjing namun
berukuran relatif lebih kecil. Pada anjing otot ini berfungsi sebagai penunjang
gerak abduksi kaki belakang oleh m. gluteus medius (Budras et al. 2007).
Berdasarkan analogi ini maka pada landak Jawa otot ini diduga berfungsi untuk
menunjang m. gluteus medius dalam gerakan abduksi kaki belakang. Gerakan
abduksi kaki belakang penting bagi perilaku menggali tanah karena menyediakan
gaya dorong kaki belakang ke lateral sehingga tanah bisa dikeluarkan ke lateral
33
dari lubang penggalian. Kelompok otot gluteal bekerjasama secara sinergis untuk
menghasilkan gerakan retraksi yang kuat, ekstensor persendian paha, dan abduksi
kaki belakang terutama pada perilaku landak dalam menggali tanah yang
kemudian mengeluarkannya ke arah kaudolateral dari lubang penggalian.
Landak Jawa memiliki struktur musculus biceps femoris yang berbeda
dengan anjing, babi, dan pemamah baik. Pada landak otot ini sangat lebar dan
tebal serta terbagi menjadi dua kepala (caput) pada origonya. Keunikan dari otot
ini pada landak Jawa adalah origonya yang mencapai hingga ke processus
spinosus dari ossa vertebrale sacrale dan ossa coccygea I-III, sama seperti pada
origo m. semitendinosus. Origo yang mencapai ke daerah sakrum dan ekor pada
kedua otot ini diduga berperan sebagai mekanisme pertahanan diri dengan cara
menghempaskan daerah panggul dan ekor secara aktif untuk menyerang musuh.
Apabila otot ini bekerja sama dengan m. iliopsoas, m. quadratus lumborum, dan
m. semitendinosus maka diduga serangan yang dihasilkan oleh landak dapat
berakibat pada luka tusukan duri yang fatal pada musuh. Selain itu diduga otot ini
juga berperan sebagai penghasil suara duri berderak pada saat mengancam musuh
dengan cara menggerakkan ekor secara cepat dan ritmis. Secara keseluruhan otot
ini berfungsi sebagai ekstensor pesendian paha, fleksor persendian lutut pada saat
tungkai diangkat dari tanah, dan abduktor kaki belakang (Budras et al. 2007;
Pasquini et al. 1989). Selain itu, pada landak Jawa otot ini memiliki insersio yang
melebar dan tidak terbagi hingga ke daerah distal os tibia. Sehingga otot ini
diduga berperan memperkuat gerakan fleksor persendian lutut, namun membatasi
kemampuan landak Jawa dalam melakukan posisi bipedal.
Musculus abductor cruris caudalis memiliki ukuran yang relatif panjang
dan tipis pada landak Jawa. Otot ini juga dimiliki oleh anjing dengan ukuran yang
lebih panjang dan tebal dibandingkan dengan landak Jawa (Evans dan Alexander
2010). Sedangkan pada babi dan pemamah biak otot ini tidak ditemukan (Sisson
1975). Menurut Budras et al. (2007) otot ini berfungsi sebagai penunjang yang
kurang signifikan bagi fungsi abduksi dari m. biceps femoris.
Musculus semitendinosus merupakan otot yang relatif panjang dan tebal
dengan origo yang lebar dan membulat. Pada landak Jawa otot ini memiliki origo
yang terletak pada processus spinosus dari ossa vertebrale sacrale dan ossa
34
vertebrae coccygea I-III sama seperti origo dari m. biceps femoris caput sacrale.
Sehingga diduga otot ini berperan untuk menunjang kerja m. biceps femoris dalam
mekanisme pertahanan diri dengan cara menghempaskan ekor dan bagian
belakang tubuhnya untuk menyerang serta menghasilkan suara berderak untuk
mengancam musuhnya. Sedangkan insersionya terbagi pada bagian lateral dan
medial di distal os tibia. Keadaan otot yang terpisah pada insersionya diduga
dapat meningkatkan daya retraksi dan abduksi untuk memperkuat dorongan kaki
belakang ke kaudal dan lateral pada saat menggali tanah dan berjalan. Selain itu,
pada perilaku landak terdapat aktivitas menjilati regio inguinal untuk merangsang
perkemihan (Norsuhana et al. 2009). Sehingga ketika otot ini bersinergi dengan
otot-otot abduktor kaki belakang lainnya maka diduga dapat menunjang gerakan
abduksi kaki belakang untuk mempermudah mencapai regio inguinal. Keadaan
otot ini berbeda pada anjing, babi, dan pemamah biak karena memiliki origo yang
terletak pada tuber ischii dengan insersio yang tidak terpisah dan terletak lebih ke
distal dari os tibia. Selain itu pada babi otot ini memiliki dua kepala mirip seperti
pada kuda (Sisson 1975). Secara umum fungsi m. semitendinosus pada anjing,
babi, dan pemamah biak adalah sebagai ekstensor persendian paha, fleksor
persendian lutut, dan abduktor kaki belakang (Budras et al. 2007; Sisson 1975).
Musculus semimembranosus merupakan otot yang tebal pada landak Jawa.
Keadaan otot ini mirip seperti pada anjing, babi, dan pemamah biak dengan origo
pada tuber ischii dan insersio pada condylus medialis dari os femoris dan os tibia
(Budras et al. 2007; Sisson 1975). Fungsi dari otot ini adalah sebagai ekstensor
persendian paha, fleksor persendian lutut, dan adduktor kaki belakang (Nurhidayat
et al. 2009; Pasquini et al. 1989). Hal ini diduga pada landak Jawa otot ini
berperan memperkuat fungsi retraksi kaki belakang yang dilakukan oleh m. biceps
femoris dan m. semitendinosus.
Musculus quadriceps femoris terdiri atas empat otot pada landak Jawa yaitu
m. vastus lateralis, m. rectus femoris, m. vastus intermedius, dan m. vastus
medialis. Otot ini memiliki ukuran yang relatif lebar, tebal, dan cembung di
bagian dorsalnya.
Menurut Pasquini et al. (1989) otot ini berfungsi sebagai
ekstensor utama persendian lutut dan fleksor persendian paha. Selain itu otot ini
juga berfungsi sebagai adduktor kaki belakang pada saat m. vastus medialis
35
berkontraksi. Ukurannya yang relatif tebal pada keempat venter menghasilkan
kontraksi yang kuat untuk melakukan fungsi ekstensor lutut. Sehingga otot ini
diduga berperan pada saat landak mengekstensikan persendian lutut semaksimal
mungkin untuk mencapai posisi menungging dan menyerang musuhnya (Compion
2010). Selain itu otot ini juga diduga berperan untuk mencapai posisi bipedal
pada saat landak jantan menaiki betina dan melakukan kopulasi (Felicioli et al.
1997). Posisi bipedal dapat dicapai dengan fungsi ekstensi persendian lutut secara
maksimal oleh m. quadriceps femoris yang ditunjang oleh m. tensor fasciae latae,
serta fungsi ekstensi persendian paha secara maksimal yang dilakukan oleh
kelompok otot gluteal.
A
Gambar 13
B
Perilaku kawin pada Hystrix cristata.
A. landak betina
memperlihatkan daerah inguinal (display behavior), B. landak
jantan menaiki betina dan intromisi (Felicioli et al. 1997).
Musculi gemelli pada landak Jawa memiliki keadaan yang hampir mirip
dengan pada anjing dibandingkan pada babi dan pemamah biak.
Hal ini
dikarenakan pada landak Jawa dan anjing otot ini dipisahkan oleh insersio m.
obturatorius internus menjadi m. gemellus superior et inferior (Budras et al.
2007). Sedangkan pada babi dan pemamah biak otot ini merupakan otot yang
tidak dipisahkan oleh otot lainnya (Sisson 1975). Menurut Pasquini et al. (1989)
otot ini berfungsi untuk memutar kaki belakang ke lateral. Pada landak Jawa otot
ini diduga berperan terutama untuk menunjang dan memperkuat gerakan abduksi
kaki belakang seperti pada saat aktivitas menggali tanah dan menjilati regio
inguinal. Aktivitas menjilati regio inguinal yang dilakukan oleh landak bertujuan
untuk merangsang perkemihan (Norsuhana et al. 2009).
Musculus obturatorius externus pada landak Jawa memiliki keadaan yang
hampir mirip seperti pada anjing, babi, dan pemamah biak. Menurut Pasquini et
al. (1989) otot ini berfungsi untuk memutar kaki belakang ke lateral. Sehingga
pada landak Jawa otot ini diduga menunjang fungsi mm. gemelli dan m.
36
obturatorius externus untuk memperkuat gerakan abduksi kaki belakang seperti
pada saat aktivitas menggali tanah dan menjilati regio inguinal untuk merangsang
perkemihan.
Musculus obturatorius internus pada landak Jawa memiliki keadaan yang
mirip dengan anjing dibandingkan pada babi dan pemamah biak.
Hal ini
dikarenakan pada landak Jawa dan anjing, otot ini keluar dari ruang panggul
melalui insicura ischiadica minor untuk mencapai insersionya di fossa
trochanterica (Pasquini et al. 1989). Selain itu pada landak Jawa dan anjing otot
ini juga memisahkan mm. gemelli menjadi m. gemellus superior et m. gemelli
inferior (Budras et al. 2007). Sedangkan pada babi dan pemamah biak, otot ini
keluar dari ruang panggul melalui foramen obturatorium untuk mencapai
insersionya di fossa trochanterica (Nurhidayat et al. 2009; Sisson 1975).
Menurut Sisson (1975) otot ini berfungsi memutar kaki belakang ke lateral.
Sehingga pada landak Jawa otot ini juga diduga berperan terutama untuk
menunjang gerakan abduksi kaki belakang seperti pada saat aktivitas menggali
tanah dan menjilati regio inguinal untuk merangsang perkemihan.
Musculus sartorius pada landak Jawa terdiri atas dua otot yaitu m. sartorius
pars cranialis yang menempati sebagian besar dorsal femur dan m. sartorius pars
caudalis yang terletak lebih ke medial femur. Struktur otot ini mirip dengan
anjing dengan otot yang terbagi dua, namun keduanya lebih banyak terletak di
dorsal femur (Pasquini et al. 1989).
Pada anjing bentuk ini sesuai dengan
fungsinya yaitu sebagai fleksor persendian paha dan ekstensor persendian lutut.
Hal ini berkaitan dengan adaptasi untuk menarik kaki belakang ke depan pada saat
berlari mengejar mangsanya (Supratikno 2002). Sedangkan pada landak Jawa,
terutama m. sartorius pars cranialis, diduga lebih banyak berperan sebagai
protraktor kaki belakang pada saat aktivitas menggali tanah atau meninggikan
daerah panggul dalam posisi menungging untuk mengarahkan duri dan menyerang
musuhnya. Berbeda dengan landak dan anjing, pada babi dan pemamah biak otot
ini hanya terbagi di bagian proksimal dan menyerupai bentuk huruf Y yang
berfungsi memfiksir arteria dan vena femoralis (Sisson 1975; Pasquini et al.
1989). Pada landak Jawa dengan adanya m. sartorius pars caudalis yang terletak
lebih ke medial femur sekaligus berfungsi sebagai adduktor kaki belakang.
37
Musculus gracilis merupakan otot yang lebar dan menutupi sebagian besar
bidang medial paha pada landak Jawa. Struktur m. gracilis memiliki keadaan
yang hampir sama dengan hewan lainnya. Secara keseluruhan otot ini berfungsi
sebagai adductor kaki belakang dan ekstensor persendian lutut (Budras et al.
2007; Pasquini et al. 1989). Pada landak Jawa otot ini diduga menunjang gerakan
retraksi kaki belakang dalam perilakunya menggali tanah. Sedangkan pada anjing
otot ini memperkuat gaya dorong kaki belakang pada saat berlari terutama pada
anjing yang digunakan untuk pacuan (Budras et al. 2007).
Musculus pectineus memiliki keadaan yang hampir sama dalam hal origo
dan insersio dengan hewan lain. Pada landak Jawa otot ini berbentuk segitiga dan
tebal karena otot ini berfungsi memperkuat kerja m. adductor dalam mengadduksi
kaki belakang. Gerakan adduksi kaki belakang diduga bekerja pada saat menggali
dan membuang tanah dari lubang penggalian.
Landak Jawa memiliki musculus adductor yang dapat dipisahkan menjadi
dua otot yaitu m. adductor magnus et brevis dan m. adductor longus. Struktur
otot ini yang terpisah menjadi dua juga ditemukan pada anjing, namun tidak
ditemukan terpisah pada babi dan pemamah biak (Budras et al. 2007; Sisson
1975). M. adductor magnus et brevis memiliki ukuran yang relatif lebih besar
dan mendominasi paha medial lapis profundal, sehingga otot ini lebih banyak
berfungsi sebagai adduktor utama paha dan ekstensor persendian paha (Pasquini
et al. 1989). Sedangkan pada m. adductor longus yang berukuran lebih panjang
dan tipis berfungsi sebagai penunjang fungsi dari m. adductor magnus et brevis.
Gerakan ekstensi persendian paha dan adduksi kaki belakang berperan pada saat
landak menggali tanah.
Pengamatan yang dilakukan terhadap otot-otot daerah panggul dan paha
landak Jawa menunjukkan bahwa hewan ini memiliki proporsi perdagingan yang
cukup tebal, namun memiliki jaringan lemak intermuskular yang sangat sedikit
dan struktur serabut otot-ototnya yang sangat halus.
Hal ini sesuai dengan
pernyataan Aripin dan Mohammad (2008); Storch (1990) yang menyatakan
bahwa landak atau porcupine berasal dari kata porcus ‘babi’ dan pine ‘duri’
sehingga disebut sebagai babi berduri, karena potensi perdagingannya yang tebal
seperti babi. Meskipun landak disebut sebagai babi berduri, hewan ini tidak
memiliki hubungan filogenetik dengan babi.
Download