Distribusi Golongan Darah AB0 pada Masyarakat Tengger Ainur Raditya [email protected] Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Airlangga Abstrak Golongan darah merupakan salah satu variasi biologis yang dapat diturunkan oleh kedua orang tua. Salah satu penyebab bervariasinya genetika populasi adalah faktor lingkungan dan penurunan sifat akibat perkawinan. Karya tulis ini berfokus pada distribusi golongan darah pada sukuTengger. Tujuan dari karya tulis ini adalah untuk mengetahui bagaimana frekuensi golongan darah AB0.Data yang diambil merupakan data sekunder berupa data alel golongan darah yang terdapat dalam buku Manusia Makhluk Sosial Biologi.Data kemudian dianalisis menggunakan hukum Hardy-Weinberg untuk menghitung alel dari golongan darah. Hasil perhitungan menggunakan hukum Hardy-Weinberg menunjukkan estimasi jumlah golongan darah masyarakat suku Tengger adalah dari sampel yang diambil terdapat 0.176 n yang bergolongan darah A, 0.430 n bergolongan darah B, 0.084 n bergolongan darah AB dan 0.310 n bergolongan darah 0. Jumlah golongan darah 0 yang tidak lebih banyak dari golongan darah B disebabkan karena adanya gene flow yang memperbarui gene pool yang ada pada masyarakat Tengger. Kata Kunci: endogami, genetika populasi, golongan darah Abstract Blood type is one of the biological variation that exist in society inherited from both parents. One cause is the population genetic variation and environmental factors decrease due to the nature of marriage.This study focuses on the distribution of blood groups in the Tengger tribe. The purpose of this study was to determine how the frequency of blood groups AB0. The captured data is secondary data form of blood type allele data that contained in book Manusia Makhluk Sosial Biologis. Data was analyzed using Hardy-Weinberg ruleto calculate allele of blood type.The result of the calculation using the HardyWeinberg rule indicate that there are 0.176 n from samples who have blood type A, 0.430 n have blood type B, 0.084 n have blood type AB and then 0.310 n have blood type 0. The amount of blood type 0 is not much than amount of blood type B, it causein Tengger people gene flow can updating gene pool. Keywords : endogamy, population genetics, blood type AntroUnairdotNet, Vol.V/No.3/Oktober 2016, hal 411 akan Pendahuluan Adat istiadat alel, jika mutasi masyarakat berlangsung sekali maka jumlah alel akan Indonesia telah menjadi landasan hidup terbentuk berjumlah dua, namun apabila sehingga sulit untuk berubah. Salah satu mutasi terjadi berulang-ulang maka jumlah yang masih menjadi ciri khas masing- alel yang terbentuk lebih banyak sehingga masing daerah adalah adat perkawinan disebut serta Masyarakat penggolongan darah juga berdasarkan pada Indonesia mengenal sistem perkawinan pembentukan alel ganda. (Hulse, 1963; Endogami, Suryo, 1994). pemilihan bagi membentuk jodoh. Eksogami Eleutherogami. dan alel ganda. Sistem merupakan Sejak sistem golongan darah AB0 sistem perkawinan yang mengharuskan diperkenalkan oleh Landsteiner pada 1901, seseorang melakukan perkawinan dengan diketahui bahwa masing-masing individu orang akan memiliki salah satu dari empat dari Endogami juga dengan suku atau keluarganya sendiri(Wignyodipoero, 1967). golongan darah yang ada yakni golongan Perkawinan erat kaitannya dengan genetika seseorang, sifat Secara umum distribusi dari alel pada genetika yang diturunkan merupakan hasil masing-masing tempat memiliki perbedaan dari adanya sistem perkawinan. Dalam yang cukup signifikan. kaitannya genetik, Perkawinan endogami secara tidak mempengaruhi langsung dapat mempengaruhi genotipe karakteristik anak, karena kromosom akan dari masyarakat, gen-gen yang resesif akan selalu berpasangan, di mana satu bagian lebih mudah muncul dari perkawinan kromosom berasal dari ibu dan satu bagian orang tua heterozigot. Endogami lokal lainnya berasal dari ayah (Glinka, 2008). biasa perkawinan dengan dikarenakan darah A, B, AB atau 0 (Basak, 2014). akan substansi terjadi pada masyarakat yang Golongan darah merupakan salah terisolasi secara fisik oleh adanya isolasi satu substansi genetik yang ada dalam lingkungan akibat kondisi geografis yang tubuh manusia. Masing-masing orang tua sulit akan mewariskan salah satu alel golongan hanya bisa dilakukan dengan sesama darahnya kepada anak mereka. Ketika anggota sejumlah gen asli mengalami mutasi maka tersebut (Glinka, 2008). dijangkau. Sehingga masyarakat dalam perkawinan kelompok AntroUnairdotNet, Vol.V/No.3/Oktober 2016, hal 412 Suku Tengger merupakan suku asli Berdasarkan uraian diatas tujuan yang mayoritas beragama Hindu, serta dari tulisan ini adalah untuk mengetahui tinggal di kawasan Bromo, yang menjadi bagaimana salah satu bagian dari Taman Nasional mempengaruhi Bromo Tengger Semeru. Keaslian suku berdasarkan frekuensi golongan darah Tengger dapat dibuktikan oleh penemuan masyarakat dengan sistem perkawinan prasasti batu berangka 851 S (929 M) di endogami. Desa Walandhit. Jumlah perkawinan genetika populasi, orang Tenggertidak banyak, dan termasuk dalam Bahan dan Metode populasi kecil (Sutarto, 2006). Kehidupan sistem Pada karya tulis ini frekuensi alel masyarakat Tengger golongan darah masyarakat Tengger sangat dekat dengan adat istiadat serta diperoleh dari data yang didapatkan dalam agama yang mereka anut serta diwariskan sub bab Variasi Distribusi Golongan Darah dari nenek moyang secara turun-menurun. ABO pada buku Manusia Makhluk Sosial Menurut kepercayaan masyarakat Tengger Biologi. Data yang diambil dalam karya perkawinan juga diikuti oleh arwah leluhur tulis ini merupakan data sekunder berupa dari data alel golongan darah dari beberapa kedua masyarakat kalangan belah pihak. Perkawinan Tengger terjadi antara kelompok masyarakat yang sudah ada dan masyarakat Tengger sendiri telah di publikasikan dalam buku Manusia (endogami). Endogami pada masyarakat Makhluk Sosial Biologi. Tengger tergolong dalam endogami lokal Pada data sekunder yang didapat yakni perkawinan antar desa pada wilayah dari Buku Manusia Tengger sendiri, diantaranya juga ada yang Biologi melakukan endogami kerabat (Novita, jumlah golongan darah warga Tengger. 2007). Estimasi jumlah golongan darah dapat kemudian Makhluk dianalisis Sosial estimasi Faktor warisan dan hukum adat dilakukan menggunakan Hukum Hardy- menjadi terjadinya Weinberg, berikut merupakan Hukum perkawinan endogami. Adanya hukum Hardy-Weinberg yang digunakan untuk adat mengenai larangan untuk menikah mencari jumlah golongan darah: dengan garis keturunan sepupu ketiga, Tabel 1. Kombinasi tiga macam alel menyebabkan banyak dari masyarakat Alel IA IB i Tengger memilih untuk menikah dengan IA IAIA (p2) IAIB (pq) IAi (pr) sepupu pada garis keturunan pertama dan IB IAIB (pq) IBIB (q2) IBi (qr) juga penyebab kedua (Novita, 2007; Kristiani, 2015). AntroUnairdotNet, Vol.V/No.3/Oktober 2016, hal 413 i IAi (pr) IBi (qr) ii (r2) Jumlah golongan darah 0: Sumber: Genetika Manusia (Suryo, 1994) Untuk melihat jumlah golongan Keterangan: Alel A disimbolkan IA atau p darah A dapat dilakukan dengan perkalian Alel B disimbolkan IB atau q antara genotipe golongan darah A dengan Alel 0 disimbolkan I atau r jumlah sampel (estimasi penduduk). Untuk Estimasi jumlah dari golongan mengetahui jumlah golongan darah B darah yang didapat dari hasil perhitungan dapat dilakukan dengan perkalian antara dengan hukum Hardy-Weinberg kemudian genotipe dilihat golongan darah B dengan dan dideskripsikan mengenai estimasi jumlah sampel.Untuk mengetahui jumlah golongan darah yang paling banyak jumlah dapat untuk melihat akibat genetik golongan antara darah yang disebabkan oleh perkawinan golongan dilakukan dengan darah AB perkalian genotipe golongan darah AB dengan endogami. Mayarakat etimasi jumlah sampel. Sedangkan untuk Tengger mengetahui jumlah golongan darah 0 dapat kelompok suku dilakukan menempati Wilayah dengan perkalian antara yang merupakan tinggal sekitar dan kawasan genotipe golongan darah 0 dengan estimasi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. jumlah sampel (Yatim, 1986; Suryo, Tidak semua desa dalam wilayah Taman 1994). Nasional Jumlah Golongan darah A Tengger Semeru merupakan anggota suku Tengger, hanya ssebagian saja yang diidentifikasi sebagai Homozigot: desa Jumlah Bromo Golongan darah A Tengger diantaranya: (1) Desa Ngadas, Jetak, Wonotoro, Ngadirejo dan Ngadisari yang berada di kecamatan Heterozigot: Sukapura, kabupaten Probolonggo; (2) Jumlah Golongan darah B Desa Ledokombo, Pandansari dan Wonokerso yang berada di kecamatan Homozigot: Sumber, kabupaten Probolinggo; (3) Desa Jumlah golongan darah Heterozigot: B Tosari, Wonokitri, Sedaeng, Ngadiwono dan Podokoyo yang berada di kecamatan Tosari kabupaten Pasuruan; (4) Desa Jumlah golongan darah AB: Keduwug yang berada di kecamatan AntroUnairdotNet, Vol.V/No.3/Oktober 2016, hal 414 Puspo, kabupaten Pasuruan; (5) Desa Biologi, berupa data persebaran alel Ngadas kecamatan golongan darah ABO pada beberapa Poncokusumo, kabupaten Malang; dan (6) kelompok masyarakat.Dari data tersebut Desa Argosari dan Ranu Pani yang berada kemudian dipilih empat desa Tengger yang di masuk dalam kelompok data dalam buku yang berada kecamatan di Senduro, kabupaten Lumajang. Desa-desa tersebut dianggap Manusia Makhluk Sosial Biologi. sebagai desa tempat tinggal suku asli Tabel 2. Frekuensi Alel AB0 Tengger Tengger dan yang masih mempertahankan Alel asal-usul budaya dan tradisi warisan Desa Tengger leluhur mereka (Sutarto, 2006). Hasil Data sekunder yang didapatkan A B 0 Ngadas 11.90 31.27 56.83 Ngadirejo 13.71 41.77 44.49 Wonokitri 11.80 28.63 59.57 Mojorejo 18.56 21.01 60.43 berasal dari buku Manusia Makhluk Sosial Ngadas Gol. Dar A Homozigot 0.0142 n Sumber: Manusia Makhluk Sosial Biologi (Glinka, 2008). Gol. Dar A Gol Dar B Gol. Dar B Gol. Dar Gol. Dar 0 Heterozigot Homozigot Heterozigot AB 0.1352 n 0.0977 n 0.3554 n 0.0744 n 0.3229 n Ngadirejo 0.0187 n 0.1220 n 0.1744 n 0.3717 n 0.1145 n 0.1979 n Wonokitri 0.0139 n 0.1406 n 0.0820 n 0.3411 n 0.0676 n 0.3549 n Ngadirejo 0.0345 n 0.2243 n 0.0441 n 0.2539 n 0.0780 n 0.3651 n Mean 0.0203 n 0.1556 n 0.0996 0.3305 n 0.0836 n 0.3102 n Desa Sumber: Perhitungan menggunakan Hukum Hardy-Weinberg Keterangan: n=Jumlah sampel Tabel masing-masing Tengger di 2 menunjukkan kelompok beberapa desa bahwa masyarakat endogami dalam kelompoknya.(Kristiani, 2015). memiliki Tabel 3. Menunjukkkan hasil frekuensi alel yang berbeda meskipun perhitungan estimasi kemungkinan jumlah perbedaan frekuensi tersebut tidak terlalu golongan signifikan. Perbedaan frekuensi alel ini berdasarkan tidak menggunakan terlalu besar karena asal-usul darah penduduk data sekunder perhitungan Tengger dengan Hardy- masyarakat Tenggeryang merupakan satu Weinberg.Dari tabel 3. Dari banyaknya kelompok suku yang tinggal di wilayah sampel yang sama dan melakukan perkawinan Tengger Ngadas terdapat 0.0142 dari total yang diambil dari penduduk AntroUnairdotNet, Vol.V/No.3/Oktober 2016, hal 415 sampel yang memiliki genotipe golongan Ngadirejo 0.141 0.546 0.115 0.198 darah A homozigot, untuk A heterozigot Wonokitri 0.155 0.423 0.068 0.355 sebanyak Mojorejo 0.258 0.298 0.078 0.365 golongan darah B homozigot sebanyak Mean 0.176 0.430 0.084 0.310 0.0977 dari total sampel, golongan darah B Sumber: Hasil perhitungan 0.1352 heterozigot dari 0.3554 dai total total sampel, sampel, Perkawinan orang Tengger masih golongan darah AB sebanyak 0.0744 dari melakukan praktik perkawinan endogami, total sampel, dan golongan darah 0 perkawinan yang mereka lakukan adalah sebanyak 0.3229 dari total sampel yang perkawinan diambil. Begitu pula dengan desa lain yang sepupu pada garis keturunan pertama atau ada dalam tabel. Jumlah pada masing- dengan sepupu kedua atau juga ke-empat masing kelompok genotipe tidak memiliki atau selebihnya, larangan dalam pemilihan perbedaan yang jauh antara desa Tengger jodoh masyarakat Tengger hanya berlaku satu dengan desa lainnya. untuk sepupu dalam garis keturunan terdekat dengan saudara Dalam pewarisan sifat golongan ketiga, sehingga masih banyak ditemukan darah alel A dan alel B memiliki memiliki orang Tengger menikah dengan saudara sifat yang dominan, dan alel 0 merupakan sepupunya. Tidak jarang juga orang alel yang bersifat resesif. Apabila alel A Tengger yang kawin dengan orang luar berpasangan dengan alel 0 maka sifat dari suku Tengger, namun hal tersebut golongan darah A yang akan muncul, jarang begitu apabila persyaratan yang harus dipenuhi sebelum berpasangan dengan alel 0 maka sifat dilakukannya perkawinan dengan orang golongan darah B yang akan muncul. Alel luar suku Tengger. A dan juga alel B memiliki sifat dominan Pada pula degan alel B ditemui tahun karena beberapa 1970-an banyak yang sama, sehingga apabila alel A dan masyarakat Tengger yang kawin dengan alel B berpasangan maka akan muncul orang luar Tengger dikarenakan adanya sifat golongan darah AB. Sifat alel 0 yang hubungan resesif sehingga golongan darah 0 hanya memiliki kaitan dengan kepentingan ritual bisa terbentuk dari pasangan dua alel 0. dan keagamaan, orang Tengger sering Tabel 4.Estimasi Jumlah Golongan Darah melakukan perjalanan ke luar Tengger Tengger dalam Satu Desa untuk belajar Agama Hindu, sehingga dengan orang luar yang Desa A B AB 0 hubungan dengan orang luar suku Tengger Ngadas 0.149 0.453 0.074 0.323 terjadi lebih intensif. Perkawinan dengan AntroUnairdotNet, Vol.V/No.3/Oktober 2016, hal 416 orang luar suku Tengger cukup banyak menghasilkan ketika upacara golongan yang dibedakan dalam sistem keagamaan sudah dapat dilakukan sendiri AB0, yakni A, B, AB, dan 0 (Svensson, oleh 2011). itu. Setelah masyarakat semua Tengger mobilitas penemuan mengenai penduduk ke luar kembali berkurang, Dalam penurunan sifat golongan sehingga perkawinan dengan orang luar darah, masing-masing orang tua memiliki suku Tengger juga berkurang. peranan yang sama karena masing-masing Pada tahun wilayah orang tua akan memberikan satu alel Taman Nasional Bromo Tengger Semeru kepada anaknya yang kemudian dua alel menjadi ladang untuk menanam komoditas tersebut akan berpasangan membentuk sayur kentang.Meskipun golongan darah anak (Yatim, 1986). Pada Tengger masyarakat yang terisolasi secara fisik, dan mobilitas 1990-an juga penduduk tinggi, tetapikarena Tenggertelah kembali masyarakat terbiasa dengan perkawinan dengan orang di luar pola kelompok jarang terjadi, sehingga jenis perkawinan endogami sehingga pemuda perkawinan endogami lebih mungkin dan desa Tengger jarang yang melakukan sering terjadi dalam kelompok tersebut. perkawinan dengan orang di luar suku Tengger (Sapayana, 2016). Dalam berbagai penelitian perkawinan endogami memiliki risiko sangat tinggi menurunkan anak yang Pembahasan “cacat” secara genetika, karena gen-gen Golongan Darah resesif dalam kelompok akan lebih mudah manusia muncul pada perkawinan endogami dari terhadap golongan darah ialah ketika pada pada perkawinan eksogami(Glinka, 2008). abad ke-12 beberapa ilmuan tertarik untuk Dalam bidang kajian genetika populasi, mentransfusikan kepada perkawinan endogami akan meningkatkan manusia. Pada tahun 1492 Paus Innocent risiko gen-gen resesif dalam masyarakat ke-VIII untuk Awal ketertarikan darah menjadi hewan orangpertama yang muncul karena akibat dari mendapatkan transfusi darah dari seorang perkawinan orang tua heterozigot. Dalam pemuda, proses data perhitungan estimasi jumlah golongan meninggal darah masyarakat Tengger menggunakan (Hosseini, 2007). Peristiwa tersebut yang hukum Hardy-Weinberg golongan darah membuat Karl Landsteiner melakukan yang paling sering muncul (modus) adalah pengujian golongan darah B sebanyak 0.430 dari namun transfusiselesai, Paus terhadap setelah pun darah dan keseluruhan jumlah sampel, golongan AntroUnairdotNet, Vol.V/No.3/Oktober 2016, hal 417 darah 0 sebanyak 0.310 n, golongan darah risiko terlahir cacat. Faktor endogami A sebanyak 0.176 n dan yang paling dianggap memiliki peran yang sangat sedikit AB penting dalam gen cacat (resesif) kepada sebanyak 0.084 n dari total sampel dari anak-anak pasangan endogami (Glinka, semua desa Tengger dalam buku Manusia 2008). adalah golongan darah Makhluk Sosial Biologi. Golongan darah sepenuhnya oleh genetika dari kedua orang tua.Karena pasangan alel golongan darah anak selalu didapatkan dari satu alel yang diberikan Masyarakat oleh orang Tengger tua mereka. menggenal pola perkawinan dengan sepupu pertama, gen yang ada dalam suatu keluarga hanya terkumpul dalam suatu kelompok keluarga saja, sehingga anak akan lebih mungkin memiliki gen yang resesif karena lebih banyak orang tua dengan gen yang heterozigot Penelitian yang dilakukan oleh dipengaruhi akibat perkawinan endogami.Perkawinan antar desa Tengger juga membuat persebaran gen yang ada dalam kelompok suku Tengger tidak bisa tersebar secara luas, dan hanya diperoleh dari dalam kelompok suku Tengger saja. Eweidah et al. pada masyarakat Arab yang ada berada di empat provinsi berbeda menunjukkan bahwa golongan darah 0 memiliki nilai kemunculan tertinggi yakni 0.628, kemudian sebanyak 0.193, darah A golongan darah B sebanyak 0.179, dan yang paling sedikit adalah golongan darah AB sebanyak 0.073. Golongan darah masyarakat arab memiliki pola yang sama dengan Negara yang berada di wilayah timur Arab, Kenya, Nigeria, Mesir dan Jordon, namun Negara lain seperti Suriah, Lebanon, Israel, Yordania memiliki pola golongan darah yang sedikit berbeda apabila dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan di Arab Saudi (Eweidah et al., 2011). Pernikahan Perkawinan Endogami Dalam penelitian yang dilakukan golongan endogami meningkatkan kemungkinan resesif muncul, untuk dalam dapat gen-gen sistem oleh Laboratorium Antropologi FISIP golongan darah alel 0 merupakan gen yang Universitas Airlangga, dan bekerja sama resesif apabila dibandingkan dengan alel dengan FK Universitas Brawijaya pada golongan darah lainnya.Dengan demikian masyarakat golongan darah yang kemungkinan muncul Manggarai, Flores Barat.Menunjukkan bahwa anak yang paling banyak adalah golongan darah 0. terlahir dari pasangan endogami memiliki AntroUnairdotNet, Vol.V/No.3/Oktober 2016, hal 418 Pada Tengger kelompok masyarakat Ngadisari dengan agenda mengenai yang melakukan perkawinan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat endogami, golongan darah yang paling Tengger, sebagai hasilnya para sesepuh banyak adalah golongan darah B, kedua Tengger kemudian golongan darah 0, golongan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat darah A dan yang paling sedikit adalah lebih dekat dengan Agama Hindu dan golongan darah AB. Hal ini berbeda kemudian merencanakan agar masyarakat dengan pernyataan bahwa gen resesif akan Tengger dapat memeluk agama Hindu lebih mudah muncul pada perkawinan (Supriyono and Wirtayuhangga, 1991). endogami. Dengan hasil musyawarah tersebut perlu tersebut memutuskan bahwa adanya guru Agama untuk mengajarkan Gene pool masyarakat Tengger Sampel kemungkinan yang gen Agama memiliki heterozigot dari Hindu sehingga agama kepada didatangkan dari luar masyarakat, beberapa guru Tengger.Beberapa memiliki masyarakat Tengger juga ada yang belajar jumlah palig besar, dengan jumlah sampel agama Hindu ke luar wilayah Tengger gen (kebanyakan ke Malang dan Blitar) agar perhitungan Hardy-Weinberg heterozigot kemungkinan muncul akan yang lebih banyak gen-gen resesif untuk lebih besar. Pada kenyataanya jumlah sampel yang memiliki fenotipe resesif tidak lebih banyak dari fenotipe golongan darah B. Banyaknya genotipe heterozigot pada golongan darah masyarakat Tengger tiak menjamin jumlah golongan darah 0 menjadi lebih banyak dari golongan darah lainnya. Golongan darah B lebih mungkin untuk muncul karena beberapa faktor, seperti alel B lebih kuat sehingga lebih mudah untuk diwariskan kepada anak dari passangan gen heterozigot. ilmu agama yang didapat lebih banyak. Dari banyaknya masyarakat Tengger yang belajar agama di luar wilayah Tengger, diantaranya terdapat yang melakukan masyarakat luar, pernikahan dengan tentu dengan saja berbagai syarat yang harus dipenuhi sebelumnya.Terbukanya isolat dan juga masuknya populasi baru ke dalam populasi Tengger menyebabkan terjadinya gene flow, sehingga gene pool pada masyarakat Tegger ikut terpengaaruh. Maskipun berlangsung secara singkat perubahan gene pool pada masyarakat Tengger cukup Pada tahun 1973 para sesepuh desa dapat memperbarui gene pool yang telah Tengger melakukan musyawarah di desa ada.Dengan adanya gen-gen yang baru, AntroUnairdotNet, Vol.V/No.3/Oktober 2016, hal 419 dapat memperkecil kemungkinan gen-gen resesif untuk muncul. Dengan Tengger adanya yang penduduk masuk, gene luar pool masyarakat ikut berubah sehingga gen Golongan darah 0 pada masyarakat Tengger yang tidak lebih banyak dari golongan darah B dimungkinkan karena telah ada beberapa masyarakat luar yang masuk dan menikah dengan penduduk Tengger. Dengan masuknya gen-gen baru membuat gen golongan darah masyarakat Tengger terbarui, alel resesif (0) tidak resesif menjadi tidak mudah untuk muncul. Kemungkinan ini dapat terjadi karena ada beberapa masyarakat Tengger yang melakukan masyarakat luar perkawinan Tengger, dengan meskipun sebagian besar orang Tengger masih melakukan endogami dengan sesama orang Tengger. sampai muncul karena alel dominan (B) lebih kuat. Saran Pada Simpulan diharapkan Berdasarkan mengenai distribusi hasil karya golongan tulis darah masyarakat Tengger dengan golongan penelitian untuk selanjutnya menambah jumlah populasi yang digunakan, karena dengan jumlah populasi yang banyak dapat memberikan variasi yang beragam pula. darah B memiliki kemungkinan jumlah yang paling besar apabila dibandingkan dengan golongan darah lain. Kemungkinan jumlah golongan darah tersebut didapatkan dari data sekunder yang ada pada buku Manusia ABO Blood Group and Rh Factor perhitungan among the Local Domiciles of East menggunakan hukum Hardy-Weinberg. Midnapore District , West Bengal. Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan 5:273–276. dilakukan Sosial Basak A. 2014. Frequency Distribution of Biologi kemudian Makhluk Daftar Pustaka dari estimasi sampel orang Tengger 0.176 dari jumlah sampel diperkirakan memiliki Eweidah MH, Rahiman S, Ali H. 2011. golongan darah A, 0.430 dari jumlah Distribution of ABO and Rhesus ( sampel memiliki golongan darah B, 0.084 RHD ) Blood Groups in Al-Jouf dari jumlah sampel memiliki golongan Province of the Saudi Arabia. 13:99– darah AB, dan 0.310 dari jumlah sampel 102. kemungkinan memiliki golongan darah 0. AntroUnairdotNet, Vol.V/No.3/Oktober 2016, hal 420 Glinka, J. (2008). Variasi Distribusi Golongan Darah dalamManusia ABO. Makhluk Airlangga 2021. Probolinggo: Desa Wonokerso. Sosial Biologis. (M. Dyah Artaria, Ed.). Surabaya: Jangka Menengan Desa Tahun 2016- University Supriyono, Wirtayuhangga M. 1991. Dibalik Keindahan Gunung Bromo. Probolinggo: -. Press. Halaman 79-95 Glinka, J. (2008). Model Perkawinan dan Suryo. 1994. Genetika Manusia. Dampak Biologisnya dalam Populasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University dalamManusia Press. Makhluk Sosial Biologis. (M. Dyah Artaria, Ed.). Surabaya: Airlangga University Hosseini B. 2007. Genetic Characterisation Human ABO Blood Group Variants with a Focus on Subgroups and Hybrid Alleles. Swedia: Lund University. 2006. Sekilas Tentang Pembekalan Jelajah Budaya 2006. Yogyakarta: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional. Svensson L. 2011. Chemical basis of ABO subgroups. Swedia: Doctoral Thesis Hulse FS. 1963. The Human Species: An Introduction to Anthropology. Arizona: Physical Random House, Inc. University of Gothenburg. Wignyodipoero S. 1967. Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat. Jakarta: PT Toko Gunung Agung. Kristiani S. 2015. Inheritance of Dental Metric and Non-Metric. Surabaya: Disertasi A. Masyarakat Tengger, Makalah dalam Press. Halaman 148-162. of Sutarto Universitas Yatim W. 1986. Genetika. Bandung: Tarsito. Airlangga Fakultas Kedokteran. Novita M. 2007. Variasi Genetik Lokus STR Codis EtnikTengger. pada Surabaya: Kelompok Disertasi Universitas Airlangga Program Pasca Sarjana. Sapayana. 2016. Rencana Pembangunan AntroUnairdotNet, Vol.V/No.3/Oktober 2016, hal 421